Dampak Penggunaan Teknologi Informasi da
Dampak Penggunaan Teknologi Informasi dan
Pengendalian Internal Dalam Menentukan Risiko
Bawaan (Inherent Risk):
(Implementasi E-Audit Pada BPK RI)
Oleh :
Yogi Hady Afrizal
10800111133
Ak-7
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Alauddin Makassar
2014
BAB I
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan UU No 17 Tahun 2003 tentang reformasi
keuangan negara yang telah menetapkan asas pengelolaan
keuangan negara yang akuntabilitas berorentasi pada hasil,
profesionalitas, proposionalitas, keterbukaan, serta pemeriksaan
keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri. Jones
et al., (Dalam Pratama, 2013) menyatakan bahwa fungsi
pengelolaan
keuangan
stewardship
(pengelolaan
accountability
negara
(cerminan
yang
menekankan
jujur
kinerja
dan
yang
pada
terbuka),
baik
prinsip
serta
dan
bertanggungjawab).
Mengacu dari UU tersebut maka Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) RI sebagai instansi yang terkait merespon dengan mengeluarkan sebuah
program yang bernama BPK Sinergi yang ditetapkan oleh Kebijakan Pimpinan
BPK periode 2009-2014 dan menyusun Rencana Strategis BPK 2011-2015 yang
salah satu isinya menyebutkan tentang penerapan E-Audit, dimana teknologi
informasi menjadi landasan terhadap proses pelaksanaan audit. Program BPK
Sinergi sendiri merupakan proses pengsinergian data BPK dengan pihak atau
entitas yang diperiksa. Dengan cara ini BPK dapat melakukan perekaman,
pengelolaan, pertukaran, pemanfaatan maupun monitoring terhadap suatu entitas.
Seluruh data maupun informasi yang dibutuhkan dikumpulkan oleh BPK baik
berupa data keuangan maupun non keuangan kemudian data tersebut diolah dan
digunakan dalam proses pemeriksaan secara elektronis.
E- Audit adalah sebuah sistem yang memanfaatkan sinergi
antara Sistem Informasi Internal BPK-RI (e-BPK) dengan Sistem
Informasi Internal milik entitas pemeriksaan (e-Auditee) dimana
sinergi ini membentuk sebuah komunikasi data secara online
antara
e-BPK
dengan
e-Auditee
yang
secara
sistematis
membentuk Pusat Data Pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara di BPK (Pratama, 2013). Perancangan dan pemakaian
E-Audit pada BPK di maksudkan untuk mencapai keefisienan dan keefektifan
serta mencegah lebih cepat kecurangan yang mungkin terjadi.
Teknologi memang merupakan suatu hal yang canggih tetapi dibalik
kecanggihan tersebut terdapat kerentanan. Kerentanan teknologi ini dapat
menjadi
sebuah
risiko
yang
harus
diperhatikan
oleh
auditor
dalam
pengimplementasian E-Audit. Sesuai dengan definisi, audit adalah suatu proses
sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan
untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan pernyataan tersebut
dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasilnya
kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002 Dalam Marwanto, 2010).
Selanjutnya audit juga merupakan pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai
informasi untuk menentukan dan melaporakan derajat kesesuaian antara
informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, audit harus dilakukan
oleh orang yang berkompeten dan independen (Arens 2011: 4).
Teknologi merupakan sebuah sistem yang dibuat oleh
manusia itu sendiri dan sebuah sistem tidak bersifat pasif dan
akan terus bergerak maju dan mengalami perubahan dari zaman
ke zaman. Dalam proses pemeriksaan secara elektronis dapat muncul berbagai
macam risiko. Dan risiko yang muncul dikarenakan kelemahan sebuah sistem
teknologi tersebut menjadi Risiko Bawaan (Inherent Risk).
Beberapa jenis risiko yang dikenal dalam auditing yaitu Risiko Deteksi
yang Direncanakan, Risiko Bawaan (Inherent Risk), Risiko Pengendalian
(Control Risk), dan Risiko Audit yang Dapat Diterima. Untuk mewaspadai
penyalahgunaan teknologi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab
maka pengendalian internal sangat berperan penting dalam hal ini.
Pengendalian internal merupakan hal utama dalam mencegah terjadinya
kecurangan dalam suatu entitas maka dari itu suatu entitas harus memaksimalkan
pengendalian internalnya. Ada beberapa tujuan diadakannya pengendalian
internal seperti melindungi data entitas, memberikan kepastian terhadap
keakuratan data informasi, efisiensi, mencegah tindakan kriminal maupun
pelanggaran. Ada beberapa komponen pengendalian internal yaitu control
environment (lingkungan pengendalian), risk assessment (penilaian risiko),
information system (sistem informasi), control activities (pengendalian), dan
monitoring (pemantauan) (Tuanakotta 2013).
Risiko Bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji yang
material dengan asumsi tidak adanya pengendalian internal terkait dengan salah
saji tesebut (Tuanakota 2011: 139). Dalam hal ini auditor harus menilai sejauh
mana dampak dari penggunaan teknologi informasi dan juga pengendalian
internal terhadap sistem tersebut untuk dapat menentukan seberapa besar risiko
bawaan agar para auditor dapat menentukan prosedur audit dengan baik.
Ada beberapa risiko audit (Audit Risk) salah satunya yaitu
Risiko
Bawaan
(Inherent
Risk)
yang
muncul
akibat
dari
kelemahan teknologi. Arens (2011: 421) mengatakan risiko yang
muncul akibat teknologi dapat berupa risiko terhadap perangkat
keras (Hardware) dan data, berkurangnya jejak audit, kebutuhan
terhadap pengalaman di bidang TI dan Pemisahan tugas-tugas
TI. Selain itu pengendalian internal juga berperan penting dalam
mengaplikasikan E-Audit pada Badan Pemeriksa Keuangan RI.
Teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai perpaduan
antara teknologi komputer dan telekomunikasi dengan teknologi
lainnya seperti perangkat keras, perangkat lunak, database,
teknologi
jaringan,
dan
peralatan
telekomunikasi
lainnya.
Selanjutnya, teknologi informasi dipakai dalam sistem informasi
organisasi untuk menyediakan informasi bagi para pemakai
dalam rangka pengambilan keputusan (Maharsi, 2000).
Sistem informasi dan teknologi informasi merupakan hal
fundamental yang harus dimiliki untuk melakukan kegiatan
operasional suatu organisasi atau perusahaan (Lindawati dan
irma
2012).
Informasi
yang
dihasilkan
dengan
cara
menggunakan teknologi (Computer Based Information System)
haruslah dapat dipercaya agar nantinya dapat digunakan untuk
menentukan kualitas kinerja suatu perusahaan atau organisasi.
Keberhasilan dalam suatu sistem informasi bergantung pada
bagaimana proses menjalankan sistem tersebut, kemudahan
penggunaan sistem bagi pemakai,dan kemampuan pemakai
sistem (Putra dan Noviari, 2013)
Fleenor
(1995)
Dalam
Putra
dan
Noviari
(2013)
menyatakan bahwa perkembangan teknologi informasi yang
sangat pesat memaksa auditor untuk mengikutinya dalam hal
audit laporan keuangan. Perkembangan teknologi memaksa
auditor
beralih
dari
sistem
manual
ke
sistem
yang
terkomputerisasi yang menyebabkan adanya perbedaan dari
segi pengumpulan data dan pengolahan data untuk membuat
sebuah informasi. Dengan perkembangan teknologi auditor
diharapkan bisa lebih efektif dan efisien dalam melaksanakan
proses audit. Menurut Arens (2011) audit berbantuan komputer
atau (Computer Assisted Audit Technicques) dibagi menjadi tiga
pendekatan proses audit dengan komputer yaitu audit sekitar
komputer (auditing around the computer), auditing melalui
komputer
(auditing
through
the
computer),
dan
audit
berbantuan komputer (auditing with computer). Menurut Bodnar
dan Hapwood (1995)
dalam Lucyanda
(2010)
mngatakan
pengembangan TI memerlukan perencanaan dan implementasi
yang baik dan hati-hati untuk menghindari adanya penolakan
terhadap
sistem
yang
dikembangkan
,
dan
ini
sangat
berhubngan dengan perubahan perilaku secara individual dalam
melaksanakan pekerjaannya.
Dengan adanya E-Audit yang menggunakan teknologi
informasi dalam proses audit maka kompetensi auditor dalam
mengaplikasikan
sistem
ini
juga
merupakan
faktor
yang
berperan penting. Auditor harus mengubah kebiasaan dari sistem manual ke
sistem yang terkomputerisasi. Davis (1989) melakukan sebuah penelitian
sehingga menghasilkan sebuah teori yang dikenal dengan TAM (Technology
Acceptance Model) yang banyak digunakan untuk mengetahui tingkat
penerimaan individu terhadap penggunaan teknologi informasi. Vankatesh dan
Davis (2000) Dalam Lucyanda (2010) mengatakan bahwa teori TAM merupakan
keinginan perilaku individual untuk menggunakan suatu sistem ditentukan oleh
dua keyakinan yaitu: (a) manfaat yang dirasakan (perceived usefulness), dan (b)
Kemudahan penggunaan (perceived ease of use). Arens (2011: 423) juga
menjelaskan bahwa pemanfaatan teknologi akan menimbulkan
kebutuhan akan pengalaman dalam bidang teknologi informasi.
B. Rumusan Masalah
Di era teknologi informasi yang berkembang pesat seperti
saat ini maka semua bidang di tuntut untuk bekerja lebih cepat,
beralih dari sistem manual ke sistem yang terkomputerisasi. EAudit
merupakan
kinerjanya
dalam
terobosan
BPK
melakukan
RI
proses
untuk
audit,
meningkatkan
sistem
ini
menggunakan teknologi informasi sebagai landasannya dan
dibalik semua kecanggihan teknologi masih juga terdapat
kekurangan yang dapat menimbulkan terjadinya Risiko Bawaan
(Inherent Risk). Dan adapun permasalahan yang muncul adalah
sebagai berikut:
1. Apa saja Risiko Bawaan (inherent risk) yang dapat timbul
dari
dampak
penggunaan
pengimplementasian E-Audit?
teknologi
informasi
dalam
2. Bagaimana
pengendalian
internal
berperan
dalam
menentukan besarnya Risiko Bawaan (Inherent Risk)?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini ingin menjelaskan teori Tam (Technologi
Acceptance Model) yang mengemukakan tingkat penerimaan
suatu
individu
terhadap
suatu
teknologi
baru
dan
ini
menyangkut mengenai penerimaan auditor dalam melakukan
proses audit yang berbantuan komputer dan berlandaskan
teknologi informasi terkait dengan implementasi E-Audit pada
BPK-RI.
Selain
pengendalian
itu
penelitian
internal
untuk
ini
ingin
mengetahui
menentukan
Risiko
peran
Bawaan
(Inherent Risk).
Dengan tingkat pemahaman dan penerimaan auditor
terhadap suatu sistem autaupun teknologi baru dan juga tingkat
pengendalian internal yang baik maka diharapkan mereka dapat
mengetahui dan menentukan Risiko Bawaan (Inherent Risk)
yang timbul dari penggunaan teknologi informasi di dalam
proses audit, dan peran penegendalian internal agar mereka
dapat merancang prosedur audit dengan baik.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana seorang
auditor menilai risiko bawaan yang timbul dari dampak
penggunaan teknologi informasi sebagai dasar informasi
audit dalam pengaplikasian E-Audit di BPK RI dan peran
pengendalian internal dientitas tersebut.
Technologi
Acceptance
Model
(TAM)
merupakan
sebuah teori yang dikembangkan oleh Davis (1989) yang
bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor eksternal dari
perilaku
pengguna
teknologi
informasi
terhadap
penerimaan penggunaan teknologi infromasi itu sendiri.
TAM menjelaskan penerimaan teknologi informasi dengan
dimensi-dimensi
tertentu
yang
dapat
mempengaruhi
diterima atau tidaknya teknologi informasi oleh pengguna
(lucyanda : 2010).
Selain itu auditor juga dituntut untuk mempunyai
keahlian
dan
informasi
agar
juga
pengetahuan
mereka
dapat
terhadap
mengetahui
teknologi
apa
saja
kelebihan dan juga kekurangan dalam melakukan proses
audit
dengan
menggunakan
bantuan
teknologi
dan
komputer.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk
para auditor dalam menemukan celah dan kekurangan
dari penggunaan teknologi selama melakukan proses audit
yang
menggunakan
teknologi
informasi
sebagai
landasannya. Penelitian ini juga diharapkan menjadi acuan
untuk para pembuat sistem agar dapat membuat suatu hal
yang dapat
meminimalisir kekurangan sebuah teknologi
khususnya terkait dengan sistem E-Audit. Selain itu
diharapkan
penelitian
ini
bisa
menjadi
acuan untuk
meningkatkan pengendalian internal untuk meminimalisir
kecurangan yang mungkin dapat terjadi disettiap entitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini melakukan peninjauan terhadap penelitianpenelitian sebelumnya yang terkait dengan tema penelitian
yang dijadikan sebagai refrensi. Penelitian yang dijadikan
refrensi pada tinjauan pustaka ini diambil dari dua penelitian.
Tinjauan pustaka ini dugunakan untuk menjadi bahan refrensi
dalam melakukan penelitian ini.
Tinjauan
pustaka
yang
pertama
berasal
dari
jurnal
Akuntansi dan Keuangan Vol. VII No.2 Juli-Desember 2013 yang
berjudul “Pemeriksaan Keuangan Negara Berbasis Teknologi
Informasi:
Implementasi
E-Audit
Pada
Badan
Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia” ini merupakan karya dari Arie
Pratama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui data
kepustakaan dan studi lapangan. Selanjutnya penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif analitis, yaitu deskriptif
dalam memberikan gambaran mengenai konsep dan cara kerja
sistem
E-Audit
yang
baru
diterapkan
oleh
BPK-RI.
Serta
memberikan contoh pelaksanaan sistem secara simulasi tertulis
dan bergambar. Analitis dalam mengkaji bagaimana penggunaan
teknologi informasi dalam sistem E-Audit dapat meningkatkan
keefisienan dan keefektifan BPK dalam melakukan proses
auditnya.
Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa E-Audit
merupakan
suatu
teknik
pemeriksaan
BPK
dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga
dapat mengefisienkan dan mengefektifkan proses pemeriksaan
keuangan negara. Selain itu E-Audit juga merupakan salah satu
progran kerja BPK Sinergi, yaitu mensinergikan kerja BPK melalui
kerjasama perolehan data dengan pihak yang diaudit (auditee).
Refrensi
penelitian
selanjutnya
berasal
dari
jurnal
Akuntansi dan Keuangan Vol.6 No.1, Mei 2004: 10-28 yang
berjudul
“Analisa
Penerimaan
Penerapan
Teknik
Audit
Berbantuan Komputer (TABK) Dengan Menggunakan Technology
Acceptance Model (TAM) pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPKRI)” penelitian ini merupakan karya dari Natalia
Penelitian
ini
lebih
cenderung
menggunakan
Tangke.
pendekatan
kuantitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data
langsung denan cara membagi kuesioner secara langsung
kepada para sampel yang telah ditentukan sebelumnya.
Selanjutnya penelitian ini menggunakan menggunakan
pendekatan deskriptif analitis. Deskriptif yaitu penelitian ini ingin
menguji teori TAM terhadap Teknik Audit Berbantuan Komputer
(TABK) yang dilakukan pada BPK – RI. Analitis yaitu penelitian ini
ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
penerimaan penerapan TABK di BPK – RI ditinjau dengan
menggunakan Technologi Acceptance Model (TAM).
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) persepsi
pengguna tentang kemudahan dalam mengunakan teknik audit
berbantuan komputer (TABK) (PEOU) memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap persepsi pengguna tentang kegunaan
TABK (PU). (2) persepsi pengguna tentang kegunaan TABK (PU)
tidak terbukti memberikan pengaruh yang signfikan terhadap
sikap pengguna tentang penggunaan TABK (ATT). (3) persepsi
pengguna tentang kemudahan dalam menggunakan TABK
(PEOU) terbukti memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
sikap pengguna tentang penggunaan TABK (ATT). (4) sikap
pengguna tentang penggunaan TABK (ATT) tidak terbukti
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan
pengguna akan TABK (ACC). (5) meskipun hanya dapat
menjelaskan perubahan kurang dari 1% tetapi persepsi
pengguna tentang kegunaan TABK (PU) tetap terbukti memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pengaruh pengguna akan
TABK (ACC).
B. Technology Acceptance Model (TAM)
Technology Acceptance Model (TAM) merupakan sebuah
teori yang diperkenalkan oleh Fred D Davis pada tahun 1989 di
Amerika Serikat. Berbagai penelitian empiris menemukan bahwa
TAM secara konsisten menjelaskan proporsi yang substansial
dalam keinginan untuk menggunakan suatu teknologi (usage
intention) dan perilaku (behavior) (lucyanda : 2010). TAM
merupakan model yang diadopsi dari model the thoery of reasoned action (TRA)
yang merupakan sebuah teori tindakan yang beralasan yang dikembangkan oleh
Fishbe dan Ajzen (Ajzen, dkk. 1975 dalam Nasution, 2004).
Tujuan TAM adalah menjelaskan faktor-faktor eksternal dari
perilaku pengguna teknologi informasi terhadap penerimaan
penggunaan teknologi infromasi itu sendiri. TAM menjelaskan
penerimaan
teknologi
informasi
dengan
dimensi-dimensi
tertentu yang dapat mempengaruhi diterima atau tidaknya
teknologi informasi oleh pengguna (user) (lucyanda : 2010). TAM
berfungsi menjelaskan tingkat penerimaan teknologi yang terdiri dari beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap diterima atau tidaknya sebuah teknologi
informasi oleh penggunannya.
TAM berteori bahwa niat seseorang untuk menggunakan
sistem atau teknologi ditentukan oleh dua faktor, yaitu persepsi
kemanfaatan
kepercayaan
(perceived
individu
usefulness),
bahwa
adalah
penggunaan
teknologi
tingkat
akan
meningkatkan kinerjanya, dan persepsi kemudahan penggunaan
(perceived ease of use), adalah tingkat kepercayaan individu
bahwa
penggunaan
teknologi
membuatnya
lebih
mudah
menyelesaikan pekerjaan Venkatesh dan Davis (2000) dalam
Devi dan I Wayan (2014).
Ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat penerimaan
individu terhadap suatu teknologi seperti gambar berikut,
(sumber, Davis 1989)
Dalam konsep yang diperkenalkan Davis (1989) terdapat dua faktor yang
pertama yaitu manfaat yang dirasakan (Perceived Usefulness) dan yang kedua
yaitu kemudahan dalam penggunaan (Perceived Ease of Use). Kedua faktor ini
juga berhubungan dengan sikap pengguna (Attitude of Use) dan kecenderungan
tingkah laku pengguna (Behavior Intention of Use) yang berujung pada
pemakaian sistem aktual (Actual System Use). Vankatesh dan Davis (2000) dalam
Lucyanda (2010) mengatakan bahwa teori TAM merupakan keinginan perilaku
individual untuk menggunakan suatu sistem ditentukan oleh dua keyakinan yaitu:
(1) Kemudahan penggunaan (perceived ease of use) dan (2) manfaat yang
dirasakan (perceived usefulness).
C. Manfaat yang dirasakan (Perceived Usefulness)
Perceived
Usefulness
diartikan
dimana
manfaat
ataupun
fungsi
merupakan suatu tingkatan diamana seseorang akan merasa lebih yakin dan
percaya bahwa dengan menggunakan suatu subjek tertentu maka akan
mendongkrak dan meningkatkan kinerja dalam bekerja (Davis 1989). Dan
Kemanfaatan penggunaan teknologi informasi dapat diketahui dari kepercayaan
pengguna teknologi informasi dalam memutuskan penerimaan teknologi
informasi, dimana kepercayaan tersebut jika penggunaan teknologi informasi
tersebut memberikan kontribusi positif bagi penggunanya (Nasution, 2004).
Menurut Chin dan Todd (1995) dalam Nasution (2004) kemanfaatan dapat dibagi
kedalam dua kategori, yaitu:
1. Kemanfaatan dengan estimasi satu faktor:
a. Menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier)
b. Bermanfaat (usefull)
c. Menambah produktifitas (Increase productivity)
d. Mempertinggi efektifitas (enchance efectiveness)
e. Mengembangkan kinerja pekerjaan (improve job performance)
2. kemanfaatan dengan estimasi dua faktor (kemanfaatan dan efektifitas).
a. Kemanfaatan meliputi dimensi :
(1) menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier),
(2) Bermanfaat (usefull),
(3) Menambah produktifitas (Increase productivity).
b. Efektifitas meliputi dimensi :
(1) mempertinggi efektifitas (enchance my effectiveness),
(2) mengembangkan kinerja pekerjaan (improve my job performance).
D. Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease of use)
(Davis, 1989) mengartikan Kemudahan penggunaan merupakan suatu
tingkatan dimana seseorang akan yakin dan percaya bahwa suatu sistem
digunakan karena sistem tersebut mudah dipahami dan digunakan, sehingga tidak
diperlukan usaha apapun (free of effort).
Selanjutnya ia juga menjelaskan beberapa indikator kemudahan
penggunan teknologi informasi adalah:
1. komputer sangat mudah dipelajari,
2. komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna
3. keterampilan pengguna akan bertambah dengan menggunakan komputer
4. komputer sangat mudah untuk dioperasikan.
E. Risiko Audit
Risiko audit yaitu dimana seorang auditor tidak dapat menemukan salah
saji yang material yang terdapat dalam suatu asersi yang dibuat oleh manajemen
(Tuanakota 2011: 141).
Risiko Audit menyebabkan terjadinya Risiko Bisnis dan
Risiko Kecurangan. salah satu contoh dari Risiko Bisnis yaitu
sistem akuntansi ataupun sistem dan penggunaan sebuah
teknologi informasi yang dipakai di dalam akuntansi dan
auditing. Salah saji material bisa terjadi karena adanya kesalahan (error) atau
kecurangan (fraud). Error merupakan kesalahan yang tidak disengaja
(unintentional mistakes) sedangkan Fraud merupakan kecurangan yang disengaja
(Wondabio : 2006).
Resiko
audit
didefinisikan
sebagai
probabilitas
dikeluarkannya pendapat yang tidak tepat terhadap laporan
keuangan oleh karena adanya kesalahan yang materil yang tidak
dapat diketemukan dalam pemeriksaan (Nasution: 2004)
Definisi ini dapat juga diperluas sehingga mencakup
kemungkinan-kemungkinan:
- Pemberian laporan tanpa pendapat (disclaimer opinion)
- Pendapat setuju dengan pengecualian (qualified opinion)
- Pendapat tidak setuju (adverse opinion)
Menurut PSA No. 25 Seksi 312, Risiko audit dan materialitas
mempengaruhi penerapan standar auditing, khususnya standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin dalam laporan auditor bentuk
baku. Risiko audit dan materialitas, bersama dengan hal-hal lain, perlu
dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit serta
dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut (Rachmawati dkk : 2013).
Risiko Bawaan merupakan suatu kerentanan suatu asersi terhadap salah
saji yang material dengan asumsi tidak adanya pengendalian internal terkait
dengan salah saji tesebut (Tuanakota 2011: 139).
Menurut tuanakota (2011) ada tiga hal penting dalam makna Risiko
Bawaan (Inherent Risk) yaitu:
1. Inherent risk bisa terjadi karena kompleksitas akun atau transaksi
yang bersangkutan karena sifat bisnis.
2. Inherent risk juga bisa terjadi pada suatu transaksi yang secara umum
ada sistem pengendalian internalnya tetapi untuk hal khusus yang
menjadi bagian dari transaksi itu belum ada pengaturannya.
3. Auditor tidak dapat memengaruhi risiko ini, tidak ada prosedur audit
yang dapat mengurangi inherent risk, namun auditor harus menilai
seberapa besar inherent risk agar ia dapat merencanakan prosedur
auditnya dengan baik.
F. Pengendalian Internal
Menurut (Utomo: 2006) pengendalian internal dalam sistem yang
terkomputerisasi dibagi menjadi dua yaitu pengendalian umum dan pengendalian
aplikasi, berikut beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk megurangi risikorisiko dalam implementasi E-Audit.
Pengendalian Umum: pada pengendlian umum seorang auditor harus
mengevaluasi pengendalian umum perusahaan secara keseluruhan untuk
memastikan sistem berjalan sesuai tugasnya, pengendalian yang dilakukan secara
menyeluruh terhadap seluruh sistem dalam aspek TI termasuk pengaturan TI,
pemisahan tugas TI, pengembangan sistem, pengamanan fisik, dan online
terhadap akses pada perangkat lunak, perangkat keras, dan data perusahaan.
Pengendalian umum terbagi lagi dalam beberapa bagian sebagai berikut:
a. Pengendalian top manajemen: dimana seorang manajemen dalam suatu
perusahaan harus memastikan dan bertanggungjawab apakah sistem
dalam perusahaan tersebut sudah berjalan dengan baik.
b. Pengendalian
manajemen
sistem
informasi:
manajemen
sistem
informasi mempunyai tugas untuk merencanakan dan melakukan
pengendalian terhadap semua aktivitas sistem informasi.
c. Pengendalian
manajemen
pengembangan
sistem:
divisi
ini
bertanggungjawab terhadap desain, iplementasi, dan pemeliharaan
sistem.
d. Pengendalian manajemen program: bertanggung jawab untuk membuat
program baru, memelihara program yang lama dan menyediakan
software umum yang mendukung sistem informasi di perusahaan
tersebut.
e. Pengendalian data administrator: divisi ini memastikan pengembangan,
implementasi pengoprasian dan pemeliharaan sistem baru yang sesuai
dengan standar.
f. Pengendalian manajemen keamanan: divisi ini bertanggungjawab dalam
melakukan pengendalian terhadap akses dan keamanan fisik dari fungsi
sistem informasi.
g. Pengendalian manajemen operasi: divisi ini yang langsung mengawasi
dan melakukan control terhadap kinerja sistem operasional setiap hari.
Pengendalian Aplikasi: di pengendalian aplikasi auditor melakukan
evaluasi pengendalian aplikasi untuk setiap kelompok transaksi atau akun-akun di
mana auditor merencanakan untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian,
karena pengendalian TI akan berbeda di setiap transaksi dan akun. Pengendalian
aplikasi ini memproses transaki-transaksi dalam perusahaan seperti pengendalian
pemrosesan penjualan ataupun penerimaan kas. Pengendalian aplikasi dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Pengendalian batasan: dalam pengendalian ini terdiri dari seluruh
komponen yang membentuk suatu hubungan antara sistem dan
penggunanya (user).
b. Pengendalian input: merupakan bagian dimana data di masukan
kedalam sebuah sistem informasi.
c. Pengendalian proses: dalam pengendalian ini pengambilan keputusan,
perhitungan, pengklasifikasian dilakukan untuk memeriksa data yang
masuk ke sistem.
d. Pengendalian output: data yang masuk telah diolah dan mengasilkan
sebuah informasi di pengendalian ini merupakan kegiatan untuk
menyajikan data dalam bentuk yang baik sehingga menghasilkan
informasi yang akurat.
e. Pengendalian komunikasi: dalam pengendalian ini merupakan
pengendalian dalam pengiriman data antara subsitem yang ada dalam
sistem perusahaan.
Kedua pengendalian ini dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan dalam
hal pengolahan data secara elektronis. Adapun tujuan yang perlu diketahui
seorang auditor dari pengendalian internal dari sebuah sistem yaitu:
a. Melindungi aktiva-aktiva perusahaan
b. Memberikan kepastian dan akurasi terhadap data dan informasi
c. Efisiensi
d. Pengukuran sesuai dengan kebijakan perusahaan
e. Pengukuran sesuai dengan peraturan dalam perusahaan
f. Pengendalian dari hal-hal negative seperti kriminal, pelanggaran, dan
lain sebagainya.
G. Kerangka Fikir
BPK – RI memanfaatkan penggunaan teknologi informasi untuk
meningkatkan keefektifan dan keefisienan dalam melakukan proses auditnya
dengan membuat sistem yang disebut dengan E-Audit. Sistem ini berubungan
langsung dengan entitas yang diaudit atau di sebut auditee yang memudahkan
BPK mendapatkan data-data yang diperlukan untuk melakukan audit.
Didalam setiap audit selalu muncul sebuah risiko. Dimana risiko ini
dinamakan risiko audit. Dan setiap risiko audit tidak dapat dihilangkan karena
setiap entitas yang diaudit selalu mempunyai risiko bawaan (inherent risk). Pada
penelitian ini penulis ingin mengetahui apakah risiko bawaan yang muncul dari
dampak penggunaan teknologi informasi, dan upaya apa yang harus dilakukan
untuk meminimalisir risiko bawaan tersebut. Peneliti menggunakan Technology
Acceptance Model (TAM),
sebagai alat untuk mengetahui sejauh mana
penguasaan para auditor dalam menerima, menggunakan, dan memanfaatkan
suatu teknologi yang baru sehingga dapat meminimalkan risiko bawaan (Inherent
risk).
Teknologi
informasi
Pengendalian
Internal
Risko Bawaan
(Inherent Risk)
Sumber : diolah peneliti
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif,
metodologi
penelitian
kualitatif
merupakan
prosedur
penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis/lisan dari orang-orang atau
perilaku yang dapat diamati. Dengan menggunakan metode kualitatif maka
penulis
mencoba
teknologi
untuk
informasi
menjelaskan
dan
“dampak
pengendalian
penggunaan
internal
dalam
menentukann risiko bawaan (Inherent risk), implementasi EAudit pada BPK-RI”. Pendekatan kualitatif yang dilakukan pada
penelitian ini mencoba mengangkat fenomena aktual saat ini
yang dikenal dengan zaman teknologi, dimana seluruh kegiatan
manusia sedikit demi sedikit mulai menggunakan bantuan
teknologi bahkan adapula kegiatan manusia yang digantikan
dengan teknologi. Hal ini perlu dikaji lebih dalam terutama
dalam kasus ini, peneliti ingin mencoba menjelaskan dampak
dari penggunaan teknologi informasi sebagai landasan dari
sistem E-Audit.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitan pada penelitian ini yaitu Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) pada provinsi Sulawesi
Selatan. BPK RI menjadi tempat pustaka yang dipilih karena
sistem E-Audit yang dijadikan objek penelitian ini merupakan
sistem yang dikembangkan dan digunakan ole BPK-RI dalam
melakukan proses audit.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan
yang
digunakan
pada
penelitian
ini
menggunakan pendekatan fenomenology yang mengangkat
pada fenomena yang terjadi saat ini. Dengan menggunakan
pendekatan
fenomenology
peneliti
ingin
menjelaskan
dan
menggambarkan fenomena yang terjadi pada saat ini didalam
penelitiannya. Dengan adanya fenomena yang terjadi maka hal
tersebut dapat dijadikan sebagai objek penelitian.
Metode
penulisan
kualitatif
yang
digunakan
didalam
penelitian ini untuk memahami fenomena mengenai “dampak
penggunaan teknologi informasi dan pengendalian internal
dalam menentukan risiko bawaan (Inherent Risk) implementasi
E-Audit pada BPK- RI” peneliti menggukan jenis penelitian
kualitatif
studi
kasus
dengan
menggunakan
fenomena
penggunaan teknologi pada proses audit (E-Audit) di BPK-RI.
Data yang dikumpulkan berasal dari BPK-RI dan beberapa
sumber lain yang mendukung penelitian, dan peneliti sebagai
instrumen utama dalam menganalisis data.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Adapun populasi pada penelitian ini yaitu karyawan Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) Sul-Sel.
2. Sampel
Sampel dari penelitian ini akan diambil dari Auditor yang
bekerjadi BPK-RI.
D. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang akan dilakukan
pada penelitian ini merujuk pada metode pengumpulan data
yang dilakukan dengan mengguakan pendekatan kualitatif yaitu
dengan cara, wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan
secara
langsung
dengan
memberikan
beberapa pertanyaan yang terkait dengan penelitian ini
dan
ditujukan
langsung
kepada
pihak
yang
berkompeten yang dapat memberikan informasi atas
pengamatan dan pengalamannya terkait dengan kasus
pada penelitian ini.
2. Observasi
Observasi yaitu dengan mencatat hasil dari observasi
yang dilakukan dilapangan terkait dengan dampak
pengguaan
teknologi
dan
pengendalian
internal
terhadap risiko bawaan.
3. Studi Dokumentasi
Merupakan studi yang diperoleh dari sumber-sumber
seperti jurnal, buku, ataupun hasil rekaman wawancara
dari informan yang terkait. Data primer dari penelitian
ini bersal dari studi kepustakaan yang mengambil
beberapa hasil penelitian dari jurnal dan penelitian
terdahulu kemudian didukung dengan data primer yang
berasal dari hasil wawancara informan yang terkait
dengan kasus ini.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian kualitatif merupakan
peneliti itu sendiri. Peneliti harus berperan aktif dan terlibat
langsung dengan penelitiannya. Selain itu instrumen penelitian
yang dipakai untuk memperoleh data
dilapangan adalah,
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik
pengolahan
dan
analisis
data
dilakukan
menggunakan analisis kualitatif atau data yang dikumpulkan
bersifat deskriptif dalam bentuk kata maupun gambar. Data
tersebut diperole dari hasil wawancara, observasi, dan studi
dokumntasi, sehingga dapat dilakukan untuk responden yang
jumlahnya sedikit. Data yang diperoleh dari hasil wawancara
akan diambil dan diolah dengan mengambil beberapa inti dari
hasil
wawancara
tersebut
yang
didukung
oleh
data-data
sekunder berupa hasil penelitian terdahulu dan juga buku serta
jurnal-jurnal. Semuanya akan disatukan sehingga membetuk
satu narasi yang menjelaskan dan menggambarkan penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, dkk. Jasa audit dan Assurance (Adaptasi Indonesia) Buku 1, jakarta:
Salemba Empat,2011.
Davis, Fred D., dkk. 1989, User Acceptance of Computer Technology: A
Comparison of two Teoritical Models, Management Science, Vol.
35/8August: 983-1003.
Devi, Ni Luh N S, dan I Wayan S, ANALISIS TECHNOLOGY ACCEPTANCE
MODEL (TAM) TERHADAP PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI DI
NUSA DUA BEACH HOTEL & SPA, ISSN: 2302-8556, E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana 6.1 (2014):167-184.
Lindawati, Hj dan Irma Salamah, Pemanfaatan Sistem Informasi
dan Teknologi Informasi Pengaruhnya Terhadap Kinerja
Individual Karyawan, JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN,
VOL. 14, NO. 1, MEI 2012: 56-68.
Lucyanda, Jurica., (2010), Pengujian Technology Acceptance Model (TAM) dan
Theory Planned Behavior (TPB), JRAK, Vol.2 Agustus 2010. Hal.1-14.
Marwanto, 2010, Peranan teknologi Informasi Dalam Perkembangan Audit
Komputerisasi, JURNAL EKSIS, Vol 6 No.2, Agustus 2010.
Maharsi, Sri. 2000, Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi
Terhadap Bidang Akuntansi Manajemen, Jurnal Akuntansi &
Keuangan Vol. 2, No. 2, Nopember 2000: 127 – 137.
Nasution, Fahmi Natigor. (2004). Penggunaan Teknologi Berdasarkan Aspek
Perilaku (Behavioral Aspect). USU Digital Library: 1-10.
Nasution, M. Utama, 2004, Resiko Audit, Digitized by Universitas
Sumatra Utara (USU) digital library 2004: 1-5.
Putra, Putu S.S. dan Noviari Naniek. 2013,
Pemanfaatan
Teknologi Informasi, Kepercayaan, dan Kompetensi Pada
Penerapan Teknik Audit Sekitar Komputer,
E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana 4.3 (2013): 640-654.
Pratama
Arie,
(2013),
Pemeriksaan
Kuuangan
Negara
Berbasis
TeknologiInformasi: Implementasi E-Audit Pada Badan Pemeriksa
keuanganRepublik Indonesia, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Vol.VIII No.2 Juli-Desmber 2013.
Rachmawati, Y, Urmanis, dan Usman Bakar, 2013,
Pengaruh Risiko Audit,
Pengalaman Aaudit Dan Kompleksitas Dokumen Audit Terhadap
Pertimbangan Auditor (Studi pada Auditor Kantor BPK-RI Perwakilan
Aceh), Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Volume 2, No.2,
Mei 2013, ISSN 2302-0164 Pages pp. 91- 102.
Tuanakotta, Theodorus M, Berfikir Kritis Dalam Auditing, Jakarta : Salemba
Empat, 2011.
Tuanakotta, Theodorus M, Audit Berbasi ISA (International Standars on
Auditing), Jakarta: Salemba Empat, 2013.
Utomo, Agus P, “Dampak Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Proses
Auditing dan Pengendalian Internal” Jurnal Teknologi Informasi
DINAMIKA Vol XI, No.2, Juli 2006: 66-74.
Wondabio,Ludovicus Sensi, 2006, Evaluasi Manajemen Risiko Kantor Akuntan
Publik (KAP) Dalam Keputusan Penerimaan Klien (Client Acceptance
Decisions) Berdasarkan Petimbangan Dari Risiko Klien (Client Risk),
Risiko Audit (Audit Risk) dan Risiko Bisnis KAP (Auditor’s Business Risk),
Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 23-26 Agustus 2006
Pengendalian Internal Dalam Menentukan Risiko
Bawaan (Inherent Risk):
(Implementasi E-Audit Pada BPK RI)
Oleh :
Yogi Hady Afrizal
10800111133
Ak-7
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Alauddin Makassar
2014
BAB I
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan UU No 17 Tahun 2003 tentang reformasi
keuangan negara yang telah menetapkan asas pengelolaan
keuangan negara yang akuntabilitas berorentasi pada hasil,
profesionalitas, proposionalitas, keterbukaan, serta pemeriksaan
keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri. Jones
et al., (Dalam Pratama, 2013) menyatakan bahwa fungsi
pengelolaan
keuangan
stewardship
(pengelolaan
accountability
negara
(cerminan
yang
menekankan
jujur
kinerja
dan
yang
pada
terbuka),
baik
prinsip
serta
dan
bertanggungjawab).
Mengacu dari UU tersebut maka Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) RI sebagai instansi yang terkait merespon dengan mengeluarkan sebuah
program yang bernama BPK Sinergi yang ditetapkan oleh Kebijakan Pimpinan
BPK periode 2009-2014 dan menyusun Rencana Strategis BPK 2011-2015 yang
salah satu isinya menyebutkan tentang penerapan E-Audit, dimana teknologi
informasi menjadi landasan terhadap proses pelaksanaan audit. Program BPK
Sinergi sendiri merupakan proses pengsinergian data BPK dengan pihak atau
entitas yang diperiksa. Dengan cara ini BPK dapat melakukan perekaman,
pengelolaan, pertukaran, pemanfaatan maupun monitoring terhadap suatu entitas.
Seluruh data maupun informasi yang dibutuhkan dikumpulkan oleh BPK baik
berupa data keuangan maupun non keuangan kemudian data tersebut diolah dan
digunakan dalam proses pemeriksaan secara elektronis.
E- Audit adalah sebuah sistem yang memanfaatkan sinergi
antara Sistem Informasi Internal BPK-RI (e-BPK) dengan Sistem
Informasi Internal milik entitas pemeriksaan (e-Auditee) dimana
sinergi ini membentuk sebuah komunikasi data secara online
antara
e-BPK
dengan
e-Auditee
yang
secara
sistematis
membentuk Pusat Data Pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara di BPK (Pratama, 2013). Perancangan dan pemakaian
E-Audit pada BPK di maksudkan untuk mencapai keefisienan dan keefektifan
serta mencegah lebih cepat kecurangan yang mungkin terjadi.
Teknologi memang merupakan suatu hal yang canggih tetapi dibalik
kecanggihan tersebut terdapat kerentanan. Kerentanan teknologi ini dapat
menjadi
sebuah
risiko
yang
harus
diperhatikan
oleh
auditor
dalam
pengimplementasian E-Audit. Sesuai dengan definisi, audit adalah suatu proses
sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan
untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan pernyataan tersebut
dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasilnya
kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002 Dalam Marwanto, 2010).
Selanjutnya audit juga merupakan pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai
informasi untuk menentukan dan melaporakan derajat kesesuaian antara
informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, audit harus dilakukan
oleh orang yang berkompeten dan independen (Arens 2011: 4).
Teknologi merupakan sebuah sistem yang dibuat oleh
manusia itu sendiri dan sebuah sistem tidak bersifat pasif dan
akan terus bergerak maju dan mengalami perubahan dari zaman
ke zaman. Dalam proses pemeriksaan secara elektronis dapat muncul berbagai
macam risiko. Dan risiko yang muncul dikarenakan kelemahan sebuah sistem
teknologi tersebut menjadi Risiko Bawaan (Inherent Risk).
Beberapa jenis risiko yang dikenal dalam auditing yaitu Risiko Deteksi
yang Direncanakan, Risiko Bawaan (Inherent Risk), Risiko Pengendalian
(Control Risk), dan Risiko Audit yang Dapat Diterima. Untuk mewaspadai
penyalahgunaan teknologi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab
maka pengendalian internal sangat berperan penting dalam hal ini.
Pengendalian internal merupakan hal utama dalam mencegah terjadinya
kecurangan dalam suatu entitas maka dari itu suatu entitas harus memaksimalkan
pengendalian internalnya. Ada beberapa tujuan diadakannya pengendalian
internal seperti melindungi data entitas, memberikan kepastian terhadap
keakuratan data informasi, efisiensi, mencegah tindakan kriminal maupun
pelanggaran. Ada beberapa komponen pengendalian internal yaitu control
environment (lingkungan pengendalian), risk assessment (penilaian risiko),
information system (sistem informasi), control activities (pengendalian), dan
monitoring (pemantauan) (Tuanakotta 2013).
Risiko Bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji yang
material dengan asumsi tidak adanya pengendalian internal terkait dengan salah
saji tesebut (Tuanakota 2011: 139). Dalam hal ini auditor harus menilai sejauh
mana dampak dari penggunaan teknologi informasi dan juga pengendalian
internal terhadap sistem tersebut untuk dapat menentukan seberapa besar risiko
bawaan agar para auditor dapat menentukan prosedur audit dengan baik.
Ada beberapa risiko audit (Audit Risk) salah satunya yaitu
Risiko
Bawaan
(Inherent
Risk)
yang
muncul
akibat
dari
kelemahan teknologi. Arens (2011: 421) mengatakan risiko yang
muncul akibat teknologi dapat berupa risiko terhadap perangkat
keras (Hardware) dan data, berkurangnya jejak audit, kebutuhan
terhadap pengalaman di bidang TI dan Pemisahan tugas-tugas
TI. Selain itu pengendalian internal juga berperan penting dalam
mengaplikasikan E-Audit pada Badan Pemeriksa Keuangan RI.
Teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai perpaduan
antara teknologi komputer dan telekomunikasi dengan teknologi
lainnya seperti perangkat keras, perangkat lunak, database,
teknologi
jaringan,
dan
peralatan
telekomunikasi
lainnya.
Selanjutnya, teknologi informasi dipakai dalam sistem informasi
organisasi untuk menyediakan informasi bagi para pemakai
dalam rangka pengambilan keputusan (Maharsi, 2000).
Sistem informasi dan teknologi informasi merupakan hal
fundamental yang harus dimiliki untuk melakukan kegiatan
operasional suatu organisasi atau perusahaan (Lindawati dan
irma
2012).
Informasi
yang
dihasilkan
dengan
cara
menggunakan teknologi (Computer Based Information System)
haruslah dapat dipercaya agar nantinya dapat digunakan untuk
menentukan kualitas kinerja suatu perusahaan atau organisasi.
Keberhasilan dalam suatu sistem informasi bergantung pada
bagaimana proses menjalankan sistem tersebut, kemudahan
penggunaan sistem bagi pemakai,dan kemampuan pemakai
sistem (Putra dan Noviari, 2013)
Fleenor
(1995)
Dalam
Putra
dan
Noviari
(2013)
menyatakan bahwa perkembangan teknologi informasi yang
sangat pesat memaksa auditor untuk mengikutinya dalam hal
audit laporan keuangan. Perkembangan teknologi memaksa
auditor
beralih
dari
sistem
manual
ke
sistem
yang
terkomputerisasi yang menyebabkan adanya perbedaan dari
segi pengumpulan data dan pengolahan data untuk membuat
sebuah informasi. Dengan perkembangan teknologi auditor
diharapkan bisa lebih efektif dan efisien dalam melaksanakan
proses audit. Menurut Arens (2011) audit berbantuan komputer
atau (Computer Assisted Audit Technicques) dibagi menjadi tiga
pendekatan proses audit dengan komputer yaitu audit sekitar
komputer (auditing around the computer), auditing melalui
komputer
(auditing
through
the
computer),
dan
audit
berbantuan komputer (auditing with computer). Menurut Bodnar
dan Hapwood (1995)
dalam Lucyanda
(2010)
mngatakan
pengembangan TI memerlukan perencanaan dan implementasi
yang baik dan hati-hati untuk menghindari adanya penolakan
terhadap
sistem
yang
dikembangkan
,
dan
ini
sangat
berhubngan dengan perubahan perilaku secara individual dalam
melaksanakan pekerjaannya.
Dengan adanya E-Audit yang menggunakan teknologi
informasi dalam proses audit maka kompetensi auditor dalam
mengaplikasikan
sistem
ini
juga
merupakan
faktor
yang
berperan penting. Auditor harus mengubah kebiasaan dari sistem manual ke
sistem yang terkomputerisasi. Davis (1989) melakukan sebuah penelitian
sehingga menghasilkan sebuah teori yang dikenal dengan TAM (Technology
Acceptance Model) yang banyak digunakan untuk mengetahui tingkat
penerimaan individu terhadap penggunaan teknologi informasi. Vankatesh dan
Davis (2000) Dalam Lucyanda (2010) mengatakan bahwa teori TAM merupakan
keinginan perilaku individual untuk menggunakan suatu sistem ditentukan oleh
dua keyakinan yaitu: (a) manfaat yang dirasakan (perceived usefulness), dan (b)
Kemudahan penggunaan (perceived ease of use). Arens (2011: 423) juga
menjelaskan bahwa pemanfaatan teknologi akan menimbulkan
kebutuhan akan pengalaman dalam bidang teknologi informasi.
B. Rumusan Masalah
Di era teknologi informasi yang berkembang pesat seperti
saat ini maka semua bidang di tuntut untuk bekerja lebih cepat,
beralih dari sistem manual ke sistem yang terkomputerisasi. EAudit
merupakan
kinerjanya
dalam
terobosan
BPK
melakukan
RI
proses
untuk
audit,
meningkatkan
sistem
ini
menggunakan teknologi informasi sebagai landasannya dan
dibalik semua kecanggihan teknologi masih juga terdapat
kekurangan yang dapat menimbulkan terjadinya Risiko Bawaan
(Inherent Risk). Dan adapun permasalahan yang muncul adalah
sebagai berikut:
1. Apa saja Risiko Bawaan (inherent risk) yang dapat timbul
dari
dampak
penggunaan
pengimplementasian E-Audit?
teknologi
informasi
dalam
2. Bagaimana
pengendalian
internal
berperan
dalam
menentukan besarnya Risiko Bawaan (Inherent Risk)?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini ingin menjelaskan teori Tam (Technologi
Acceptance Model) yang mengemukakan tingkat penerimaan
suatu
individu
terhadap
suatu
teknologi
baru
dan
ini
menyangkut mengenai penerimaan auditor dalam melakukan
proses audit yang berbantuan komputer dan berlandaskan
teknologi informasi terkait dengan implementasi E-Audit pada
BPK-RI.
Selain
pengendalian
itu
penelitian
internal
untuk
ini
ingin
mengetahui
menentukan
Risiko
peran
Bawaan
(Inherent Risk).
Dengan tingkat pemahaman dan penerimaan auditor
terhadap suatu sistem autaupun teknologi baru dan juga tingkat
pengendalian internal yang baik maka diharapkan mereka dapat
mengetahui dan menentukan Risiko Bawaan (Inherent Risk)
yang timbul dari penggunaan teknologi informasi di dalam
proses audit, dan peran penegendalian internal agar mereka
dapat merancang prosedur audit dengan baik.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana seorang
auditor menilai risiko bawaan yang timbul dari dampak
penggunaan teknologi informasi sebagai dasar informasi
audit dalam pengaplikasian E-Audit di BPK RI dan peran
pengendalian internal dientitas tersebut.
Technologi
Acceptance
Model
(TAM)
merupakan
sebuah teori yang dikembangkan oleh Davis (1989) yang
bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor eksternal dari
perilaku
pengguna
teknologi
informasi
terhadap
penerimaan penggunaan teknologi infromasi itu sendiri.
TAM menjelaskan penerimaan teknologi informasi dengan
dimensi-dimensi
tertentu
yang
dapat
mempengaruhi
diterima atau tidaknya teknologi informasi oleh pengguna
(lucyanda : 2010).
Selain itu auditor juga dituntut untuk mempunyai
keahlian
dan
informasi
agar
juga
pengetahuan
mereka
dapat
terhadap
mengetahui
teknologi
apa
saja
kelebihan dan juga kekurangan dalam melakukan proses
audit
dengan
menggunakan
bantuan
teknologi
dan
komputer.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk
para auditor dalam menemukan celah dan kekurangan
dari penggunaan teknologi selama melakukan proses audit
yang
menggunakan
teknologi
informasi
sebagai
landasannya. Penelitian ini juga diharapkan menjadi acuan
untuk para pembuat sistem agar dapat membuat suatu hal
yang dapat
meminimalisir kekurangan sebuah teknologi
khususnya terkait dengan sistem E-Audit. Selain itu
diharapkan
penelitian
ini
bisa
menjadi
acuan untuk
meningkatkan pengendalian internal untuk meminimalisir
kecurangan yang mungkin dapat terjadi disettiap entitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini melakukan peninjauan terhadap penelitianpenelitian sebelumnya yang terkait dengan tema penelitian
yang dijadikan sebagai refrensi. Penelitian yang dijadikan
refrensi pada tinjauan pustaka ini diambil dari dua penelitian.
Tinjauan pustaka ini dugunakan untuk menjadi bahan refrensi
dalam melakukan penelitian ini.
Tinjauan
pustaka
yang
pertama
berasal
dari
jurnal
Akuntansi dan Keuangan Vol. VII No.2 Juli-Desember 2013 yang
berjudul “Pemeriksaan Keuangan Negara Berbasis Teknologi
Informasi:
Implementasi
E-Audit
Pada
Badan
Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia” ini merupakan karya dari Arie
Pratama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui data
kepustakaan dan studi lapangan. Selanjutnya penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif analitis, yaitu deskriptif
dalam memberikan gambaran mengenai konsep dan cara kerja
sistem
E-Audit
yang
baru
diterapkan
oleh
BPK-RI.
Serta
memberikan contoh pelaksanaan sistem secara simulasi tertulis
dan bergambar. Analitis dalam mengkaji bagaimana penggunaan
teknologi informasi dalam sistem E-Audit dapat meningkatkan
keefisienan dan keefektifan BPK dalam melakukan proses
auditnya.
Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa E-Audit
merupakan
suatu
teknik
pemeriksaan
BPK
dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga
dapat mengefisienkan dan mengefektifkan proses pemeriksaan
keuangan negara. Selain itu E-Audit juga merupakan salah satu
progran kerja BPK Sinergi, yaitu mensinergikan kerja BPK melalui
kerjasama perolehan data dengan pihak yang diaudit (auditee).
Refrensi
penelitian
selanjutnya
berasal
dari
jurnal
Akuntansi dan Keuangan Vol.6 No.1, Mei 2004: 10-28 yang
berjudul
“Analisa
Penerimaan
Penerapan
Teknik
Audit
Berbantuan Komputer (TABK) Dengan Menggunakan Technology
Acceptance Model (TAM) pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPKRI)” penelitian ini merupakan karya dari Natalia
Penelitian
ini
lebih
cenderung
menggunakan
Tangke.
pendekatan
kuantitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data
langsung denan cara membagi kuesioner secara langsung
kepada para sampel yang telah ditentukan sebelumnya.
Selanjutnya penelitian ini menggunakan menggunakan
pendekatan deskriptif analitis. Deskriptif yaitu penelitian ini ingin
menguji teori TAM terhadap Teknik Audit Berbantuan Komputer
(TABK) yang dilakukan pada BPK – RI. Analitis yaitu penelitian ini
ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
penerimaan penerapan TABK di BPK – RI ditinjau dengan
menggunakan Technologi Acceptance Model (TAM).
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) persepsi
pengguna tentang kemudahan dalam mengunakan teknik audit
berbantuan komputer (TABK) (PEOU) memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap persepsi pengguna tentang kegunaan
TABK (PU). (2) persepsi pengguna tentang kegunaan TABK (PU)
tidak terbukti memberikan pengaruh yang signfikan terhadap
sikap pengguna tentang penggunaan TABK (ATT). (3) persepsi
pengguna tentang kemudahan dalam menggunakan TABK
(PEOU) terbukti memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
sikap pengguna tentang penggunaan TABK (ATT). (4) sikap
pengguna tentang penggunaan TABK (ATT) tidak terbukti
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan
pengguna akan TABK (ACC). (5) meskipun hanya dapat
menjelaskan perubahan kurang dari 1% tetapi persepsi
pengguna tentang kegunaan TABK (PU) tetap terbukti memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pengaruh pengguna akan
TABK (ACC).
B. Technology Acceptance Model (TAM)
Technology Acceptance Model (TAM) merupakan sebuah
teori yang diperkenalkan oleh Fred D Davis pada tahun 1989 di
Amerika Serikat. Berbagai penelitian empiris menemukan bahwa
TAM secara konsisten menjelaskan proporsi yang substansial
dalam keinginan untuk menggunakan suatu teknologi (usage
intention) dan perilaku (behavior) (lucyanda : 2010). TAM
merupakan model yang diadopsi dari model the thoery of reasoned action (TRA)
yang merupakan sebuah teori tindakan yang beralasan yang dikembangkan oleh
Fishbe dan Ajzen (Ajzen, dkk. 1975 dalam Nasution, 2004).
Tujuan TAM adalah menjelaskan faktor-faktor eksternal dari
perilaku pengguna teknologi informasi terhadap penerimaan
penggunaan teknologi infromasi itu sendiri. TAM menjelaskan
penerimaan
teknologi
informasi
dengan
dimensi-dimensi
tertentu yang dapat mempengaruhi diterima atau tidaknya
teknologi informasi oleh pengguna (user) (lucyanda : 2010). TAM
berfungsi menjelaskan tingkat penerimaan teknologi yang terdiri dari beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap diterima atau tidaknya sebuah teknologi
informasi oleh penggunannya.
TAM berteori bahwa niat seseorang untuk menggunakan
sistem atau teknologi ditentukan oleh dua faktor, yaitu persepsi
kemanfaatan
kepercayaan
(perceived
individu
usefulness),
bahwa
adalah
penggunaan
teknologi
tingkat
akan
meningkatkan kinerjanya, dan persepsi kemudahan penggunaan
(perceived ease of use), adalah tingkat kepercayaan individu
bahwa
penggunaan
teknologi
membuatnya
lebih
mudah
menyelesaikan pekerjaan Venkatesh dan Davis (2000) dalam
Devi dan I Wayan (2014).
Ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat penerimaan
individu terhadap suatu teknologi seperti gambar berikut,
(sumber, Davis 1989)
Dalam konsep yang diperkenalkan Davis (1989) terdapat dua faktor yang
pertama yaitu manfaat yang dirasakan (Perceived Usefulness) dan yang kedua
yaitu kemudahan dalam penggunaan (Perceived Ease of Use). Kedua faktor ini
juga berhubungan dengan sikap pengguna (Attitude of Use) dan kecenderungan
tingkah laku pengguna (Behavior Intention of Use) yang berujung pada
pemakaian sistem aktual (Actual System Use). Vankatesh dan Davis (2000) dalam
Lucyanda (2010) mengatakan bahwa teori TAM merupakan keinginan perilaku
individual untuk menggunakan suatu sistem ditentukan oleh dua keyakinan yaitu:
(1) Kemudahan penggunaan (perceived ease of use) dan (2) manfaat yang
dirasakan (perceived usefulness).
C. Manfaat yang dirasakan (Perceived Usefulness)
Perceived
Usefulness
diartikan
dimana
manfaat
ataupun
fungsi
merupakan suatu tingkatan diamana seseorang akan merasa lebih yakin dan
percaya bahwa dengan menggunakan suatu subjek tertentu maka akan
mendongkrak dan meningkatkan kinerja dalam bekerja (Davis 1989). Dan
Kemanfaatan penggunaan teknologi informasi dapat diketahui dari kepercayaan
pengguna teknologi informasi dalam memutuskan penerimaan teknologi
informasi, dimana kepercayaan tersebut jika penggunaan teknologi informasi
tersebut memberikan kontribusi positif bagi penggunanya (Nasution, 2004).
Menurut Chin dan Todd (1995) dalam Nasution (2004) kemanfaatan dapat dibagi
kedalam dua kategori, yaitu:
1. Kemanfaatan dengan estimasi satu faktor:
a. Menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier)
b. Bermanfaat (usefull)
c. Menambah produktifitas (Increase productivity)
d. Mempertinggi efektifitas (enchance efectiveness)
e. Mengembangkan kinerja pekerjaan (improve job performance)
2. kemanfaatan dengan estimasi dua faktor (kemanfaatan dan efektifitas).
a. Kemanfaatan meliputi dimensi :
(1) menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier),
(2) Bermanfaat (usefull),
(3) Menambah produktifitas (Increase productivity).
b. Efektifitas meliputi dimensi :
(1) mempertinggi efektifitas (enchance my effectiveness),
(2) mengembangkan kinerja pekerjaan (improve my job performance).
D. Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease of use)
(Davis, 1989) mengartikan Kemudahan penggunaan merupakan suatu
tingkatan dimana seseorang akan yakin dan percaya bahwa suatu sistem
digunakan karena sistem tersebut mudah dipahami dan digunakan, sehingga tidak
diperlukan usaha apapun (free of effort).
Selanjutnya ia juga menjelaskan beberapa indikator kemudahan
penggunan teknologi informasi adalah:
1. komputer sangat mudah dipelajari,
2. komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna
3. keterampilan pengguna akan bertambah dengan menggunakan komputer
4. komputer sangat mudah untuk dioperasikan.
E. Risiko Audit
Risiko audit yaitu dimana seorang auditor tidak dapat menemukan salah
saji yang material yang terdapat dalam suatu asersi yang dibuat oleh manajemen
(Tuanakota 2011: 141).
Risiko Audit menyebabkan terjadinya Risiko Bisnis dan
Risiko Kecurangan. salah satu contoh dari Risiko Bisnis yaitu
sistem akuntansi ataupun sistem dan penggunaan sebuah
teknologi informasi yang dipakai di dalam akuntansi dan
auditing. Salah saji material bisa terjadi karena adanya kesalahan (error) atau
kecurangan (fraud). Error merupakan kesalahan yang tidak disengaja
(unintentional mistakes) sedangkan Fraud merupakan kecurangan yang disengaja
(Wondabio : 2006).
Resiko
audit
didefinisikan
sebagai
probabilitas
dikeluarkannya pendapat yang tidak tepat terhadap laporan
keuangan oleh karena adanya kesalahan yang materil yang tidak
dapat diketemukan dalam pemeriksaan (Nasution: 2004)
Definisi ini dapat juga diperluas sehingga mencakup
kemungkinan-kemungkinan:
- Pemberian laporan tanpa pendapat (disclaimer opinion)
- Pendapat setuju dengan pengecualian (qualified opinion)
- Pendapat tidak setuju (adverse opinion)
Menurut PSA No. 25 Seksi 312, Risiko audit dan materialitas
mempengaruhi penerapan standar auditing, khususnya standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin dalam laporan auditor bentuk
baku. Risiko audit dan materialitas, bersama dengan hal-hal lain, perlu
dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit serta
dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut (Rachmawati dkk : 2013).
Risiko Bawaan merupakan suatu kerentanan suatu asersi terhadap salah
saji yang material dengan asumsi tidak adanya pengendalian internal terkait
dengan salah saji tesebut (Tuanakota 2011: 139).
Menurut tuanakota (2011) ada tiga hal penting dalam makna Risiko
Bawaan (Inherent Risk) yaitu:
1. Inherent risk bisa terjadi karena kompleksitas akun atau transaksi
yang bersangkutan karena sifat bisnis.
2. Inherent risk juga bisa terjadi pada suatu transaksi yang secara umum
ada sistem pengendalian internalnya tetapi untuk hal khusus yang
menjadi bagian dari transaksi itu belum ada pengaturannya.
3. Auditor tidak dapat memengaruhi risiko ini, tidak ada prosedur audit
yang dapat mengurangi inherent risk, namun auditor harus menilai
seberapa besar inherent risk agar ia dapat merencanakan prosedur
auditnya dengan baik.
F. Pengendalian Internal
Menurut (Utomo: 2006) pengendalian internal dalam sistem yang
terkomputerisasi dibagi menjadi dua yaitu pengendalian umum dan pengendalian
aplikasi, berikut beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk megurangi risikorisiko dalam implementasi E-Audit.
Pengendalian Umum: pada pengendlian umum seorang auditor harus
mengevaluasi pengendalian umum perusahaan secara keseluruhan untuk
memastikan sistem berjalan sesuai tugasnya, pengendalian yang dilakukan secara
menyeluruh terhadap seluruh sistem dalam aspek TI termasuk pengaturan TI,
pemisahan tugas TI, pengembangan sistem, pengamanan fisik, dan online
terhadap akses pada perangkat lunak, perangkat keras, dan data perusahaan.
Pengendalian umum terbagi lagi dalam beberapa bagian sebagai berikut:
a. Pengendalian top manajemen: dimana seorang manajemen dalam suatu
perusahaan harus memastikan dan bertanggungjawab apakah sistem
dalam perusahaan tersebut sudah berjalan dengan baik.
b. Pengendalian
manajemen
sistem
informasi:
manajemen
sistem
informasi mempunyai tugas untuk merencanakan dan melakukan
pengendalian terhadap semua aktivitas sistem informasi.
c. Pengendalian
manajemen
pengembangan
sistem:
divisi
ini
bertanggungjawab terhadap desain, iplementasi, dan pemeliharaan
sistem.
d. Pengendalian manajemen program: bertanggung jawab untuk membuat
program baru, memelihara program yang lama dan menyediakan
software umum yang mendukung sistem informasi di perusahaan
tersebut.
e. Pengendalian data administrator: divisi ini memastikan pengembangan,
implementasi pengoprasian dan pemeliharaan sistem baru yang sesuai
dengan standar.
f. Pengendalian manajemen keamanan: divisi ini bertanggungjawab dalam
melakukan pengendalian terhadap akses dan keamanan fisik dari fungsi
sistem informasi.
g. Pengendalian manajemen operasi: divisi ini yang langsung mengawasi
dan melakukan control terhadap kinerja sistem operasional setiap hari.
Pengendalian Aplikasi: di pengendalian aplikasi auditor melakukan
evaluasi pengendalian aplikasi untuk setiap kelompok transaksi atau akun-akun di
mana auditor merencanakan untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian,
karena pengendalian TI akan berbeda di setiap transaksi dan akun. Pengendalian
aplikasi ini memproses transaki-transaksi dalam perusahaan seperti pengendalian
pemrosesan penjualan ataupun penerimaan kas. Pengendalian aplikasi dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Pengendalian batasan: dalam pengendalian ini terdiri dari seluruh
komponen yang membentuk suatu hubungan antara sistem dan
penggunanya (user).
b. Pengendalian input: merupakan bagian dimana data di masukan
kedalam sebuah sistem informasi.
c. Pengendalian proses: dalam pengendalian ini pengambilan keputusan,
perhitungan, pengklasifikasian dilakukan untuk memeriksa data yang
masuk ke sistem.
d. Pengendalian output: data yang masuk telah diolah dan mengasilkan
sebuah informasi di pengendalian ini merupakan kegiatan untuk
menyajikan data dalam bentuk yang baik sehingga menghasilkan
informasi yang akurat.
e. Pengendalian komunikasi: dalam pengendalian ini merupakan
pengendalian dalam pengiriman data antara subsitem yang ada dalam
sistem perusahaan.
Kedua pengendalian ini dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan dalam
hal pengolahan data secara elektronis. Adapun tujuan yang perlu diketahui
seorang auditor dari pengendalian internal dari sebuah sistem yaitu:
a. Melindungi aktiva-aktiva perusahaan
b. Memberikan kepastian dan akurasi terhadap data dan informasi
c. Efisiensi
d. Pengukuran sesuai dengan kebijakan perusahaan
e. Pengukuran sesuai dengan peraturan dalam perusahaan
f. Pengendalian dari hal-hal negative seperti kriminal, pelanggaran, dan
lain sebagainya.
G. Kerangka Fikir
BPK – RI memanfaatkan penggunaan teknologi informasi untuk
meningkatkan keefektifan dan keefisienan dalam melakukan proses auditnya
dengan membuat sistem yang disebut dengan E-Audit. Sistem ini berubungan
langsung dengan entitas yang diaudit atau di sebut auditee yang memudahkan
BPK mendapatkan data-data yang diperlukan untuk melakukan audit.
Didalam setiap audit selalu muncul sebuah risiko. Dimana risiko ini
dinamakan risiko audit. Dan setiap risiko audit tidak dapat dihilangkan karena
setiap entitas yang diaudit selalu mempunyai risiko bawaan (inherent risk). Pada
penelitian ini penulis ingin mengetahui apakah risiko bawaan yang muncul dari
dampak penggunaan teknologi informasi, dan upaya apa yang harus dilakukan
untuk meminimalisir risiko bawaan tersebut. Peneliti menggunakan Technology
Acceptance Model (TAM),
sebagai alat untuk mengetahui sejauh mana
penguasaan para auditor dalam menerima, menggunakan, dan memanfaatkan
suatu teknologi yang baru sehingga dapat meminimalkan risiko bawaan (Inherent
risk).
Teknologi
informasi
Pengendalian
Internal
Risko Bawaan
(Inherent Risk)
Sumber : diolah peneliti
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif,
metodologi
penelitian
kualitatif
merupakan
prosedur
penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis/lisan dari orang-orang atau
perilaku yang dapat diamati. Dengan menggunakan metode kualitatif maka
penulis
mencoba
teknologi
untuk
informasi
menjelaskan
dan
“dampak
pengendalian
penggunaan
internal
dalam
menentukann risiko bawaan (Inherent risk), implementasi EAudit pada BPK-RI”. Pendekatan kualitatif yang dilakukan pada
penelitian ini mencoba mengangkat fenomena aktual saat ini
yang dikenal dengan zaman teknologi, dimana seluruh kegiatan
manusia sedikit demi sedikit mulai menggunakan bantuan
teknologi bahkan adapula kegiatan manusia yang digantikan
dengan teknologi. Hal ini perlu dikaji lebih dalam terutama
dalam kasus ini, peneliti ingin mencoba menjelaskan dampak
dari penggunaan teknologi informasi sebagai landasan dari
sistem E-Audit.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitan pada penelitian ini yaitu Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) pada provinsi Sulawesi
Selatan. BPK RI menjadi tempat pustaka yang dipilih karena
sistem E-Audit yang dijadikan objek penelitian ini merupakan
sistem yang dikembangkan dan digunakan ole BPK-RI dalam
melakukan proses audit.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan
yang
digunakan
pada
penelitian
ini
menggunakan pendekatan fenomenology yang mengangkat
pada fenomena yang terjadi saat ini. Dengan menggunakan
pendekatan
fenomenology
peneliti
ingin
menjelaskan
dan
menggambarkan fenomena yang terjadi pada saat ini didalam
penelitiannya. Dengan adanya fenomena yang terjadi maka hal
tersebut dapat dijadikan sebagai objek penelitian.
Metode
penulisan
kualitatif
yang
digunakan
didalam
penelitian ini untuk memahami fenomena mengenai “dampak
penggunaan teknologi informasi dan pengendalian internal
dalam menentukan risiko bawaan (Inherent Risk) implementasi
E-Audit pada BPK- RI” peneliti menggukan jenis penelitian
kualitatif
studi
kasus
dengan
menggunakan
fenomena
penggunaan teknologi pada proses audit (E-Audit) di BPK-RI.
Data yang dikumpulkan berasal dari BPK-RI dan beberapa
sumber lain yang mendukung penelitian, dan peneliti sebagai
instrumen utama dalam menganalisis data.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Adapun populasi pada penelitian ini yaitu karyawan Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) Sul-Sel.
2. Sampel
Sampel dari penelitian ini akan diambil dari Auditor yang
bekerjadi BPK-RI.
D. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang akan dilakukan
pada penelitian ini merujuk pada metode pengumpulan data
yang dilakukan dengan mengguakan pendekatan kualitatif yaitu
dengan cara, wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan
secara
langsung
dengan
memberikan
beberapa pertanyaan yang terkait dengan penelitian ini
dan
ditujukan
langsung
kepada
pihak
yang
berkompeten yang dapat memberikan informasi atas
pengamatan dan pengalamannya terkait dengan kasus
pada penelitian ini.
2. Observasi
Observasi yaitu dengan mencatat hasil dari observasi
yang dilakukan dilapangan terkait dengan dampak
pengguaan
teknologi
dan
pengendalian
internal
terhadap risiko bawaan.
3. Studi Dokumentasi
Merupakan studi yang diperoleh dari sumber-sumber
seperti jurnal, buku, ataupun hasil rekaman wawancara
dari informan yang terkait. Data primer dari penelitian
ini bersal dari studi kepustakaan yang mengambil
beberapa hasil penelitian dari jurnal dan penelitian
terdahulu kemudian didukung dengan data primer yang
berasal dari hasil wawancara informan yang terkait
dengan kasus ini.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian kualitatif merupakan
peneliti itu sendiri. Peneliti harus berperan aktif dan terlibat
langsung dengan penelitiannya. Selain itu instrumen penelitian
yang dipakai untuk memperoleh data
dilapangan adalah,
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik
pengolahan
dan
analisis
data
dilakukan
menggunakan analisis kualitatif atau data yang dikumpulkan
bersifat deskriptif dalam bentuk kata maupun gambar. Data
tersebut diperole dari hasil wawancara, observasi, dan studi
dokumntasi, sehingga dapat dilakukan untuk responden yang
jumlahnya sedikit. Data yang diperoleh dari hasil wawancara
akan diambil dan diolah dengan mengambil beberapa inti dari
hasil
wawancara
tersebut
yang
didukung
oleh
data-data
sekunder berupa hasil penelitian terdahulu dan juga buku serta
jurnal-jurnal. Semuanya akan disatukan sehingga membetuk
satu narasi yang menjelaskan dan menggambarkan penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, dkk. Jasa audit dan Assurance (Adaptasi Indonesia) Buku 1, jakarta:
Salemba Empat,2011.
Davis, Fred D., dkk. 1989, User Acceptance of Computer Technology: A
Comparison of two Teoritical Models, Management Science, Vol.
35/8August: 983-1003.
Devi, Ni Luh N S, dan I Wayan S, ANALISIS TECHNOLOGY ACCEPTANCE
MODEL (TAM) TERHADAP PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI DI
NUSA DUA BEACH HOTEL & SPA, ISSN: 2302-8556, E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana 6.1 (2014):167-184.
Lindawati, Hj dan Irma Salamah, Pemanfaatan Sistem Informasi
dan Teknologi Informasi Pengaruhnya Terhadap Kinerja
Individual Karyawan, JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN,
VOL. 14, NO. 1, MEI 2012: 56-68.
Lucyanda, Jurica., (2010), Pengujian Technology Acceptance Model (TAM) dan
Theory Planned Behavior (TPB), JRAK, Vol.2 Agustus 2010. Hal.1-14.
Marwanto, 2010, Peranan teknologi Informasi Dalam Perkembangan Audit
Komputerisasi, JURNAL EKSIS, Vol 6 No.2, Agustus 2010.
Maharsi, Sri. 2000, Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi
Terhadap Bidang Akuntansi Manajemen, Jurnal Akuntansi &
Keuangan Vol. 2, No. 2, Nopember 2000: 127 – 137.
Nasution, Fahmi Natigor. (2004). Penggunaan Teknologi Berdasarkan Aspek
Perilaku (Behavioral Aspect). USU Digital Library: 1-10.
Nasution, M. Utama, 2004, Resiko Audit, Digitized by Universitas
Sumatra Utara (USU) digital library 2004: 1-5.
Putra, Putu S.S. dan Noviari Naniek. 2013,
Pemanfaatan
Teknologi Informasi, Kepercayaan, dan Kompetensi Pada
Penerapan Teknik Audit Sekitar Komputer,
E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana 4.3 (2013): 640-654.
Pratama
Arie,
(2013),
Pemeriksaan
Kuuangan
Negara
Berbasis
TeknologiInformasi: Implementasi E-Audit Pada Badan Pemeriksa
keuanganRepublik Indonesia, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Vol.VIII No.2 Juli-Desmber 2013.
Rachmawati, Y, Urmanis, dan Usman Bakar, 2013,
Pengaruh Risiko Audit,
Pengalaman Aaudit Dan Kompleksitas Dokumen Audit Terhadap
Pertimbangan Auditor (Studi pada Auditor Kantor BPK-RI Perwakilan
Aceh), Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Volume 2, No.2,
Mei 2013, ISSN 2302-0164 Pages pp. 91- 102.
Tuanakotta, Theodorus M, Berfikir Kritis Dalam Auditing, Jakarta : Salemba
Empat, 2011.
Tuanakotta, Theodorus M, Audit Berbasi ISA (International Standars on
Auditing), Jakarta: Salemba Empat, 2013.
Utomo, Agus P, “Dampak Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Proses
Auditing dan Pengendalian Internal” Jurnal Teknologi Informasi
DINAMIKA Vol XI, No.2, Juli 2006: 66-74.
Wondabio,Ludovicus Sensi, 2006, Evaluasi Manajemen Risiko Kantor Akuntan
Publik (KAP) Dalam Keputusan Penerimaan Klien (Client Acceptance
Decisions) Berdasarkan Petimbangan Dari Risiko Klien (Client Risk),
Risiko Audit (Audit Risk) dan Risiko Bisnis KAP (Auditor’s Business Risk),
Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 23-26 Agustus 2006