ASAL USUL DAN LANGKAH LANGKAH PENELITIAN
ASAL USUL DAN LANGKAH LANGKAH
PENELITIAN HADIS
Dipresentasikan dalam kuliah Naqd al-hadis
Dosen Pengampu: Prof. DR. H. M. Erfan Soebahar, M.Ag
I.
PENDAHULUAN
Hadis merupakan salah satu sumber hukum Islam yang harus dipahami.
Namun sejak zaman sahabat hingga sekarang banyak hadis palsu maupun dhaif
yang beredar luas di masyarakat, sehingga menimbulkan berbagai permasalahan
yang dapat menimbulkan pemahaman-pemahaman yang tidak sesuai dengan
syariat Islam. Sebab itu penting bagi setiap muslim untuk memilah hadis yang
digunakan untuk sebagai dasar hukum dalam menjalankan syariat Islam.
Untuk mengetahui otentik atau tidaknya sumber hadis tersebut maka kita
harus mengetahui dua unsur yang sangat penting yaitu sanad dan matan. Kedua
unsur tersebut mempunyai hubungan fungsional yang dapat menentukan
eksistensi dan kualitas suatu hadis. Sehingga sangat wajar para muhadditsin
sangat besar perhatiannya untuk melakukan penelitian hadis dengan tujuan dengan
tujuan
untuk
mengetahui
dipertanggungjawabkan
kualitas
keotentikannya.
sehingga
Dalam
hadis
hal
ini,
tersebut
yang
dapat
menjadi
permasalahan adalah banyak orang Islam yang tidak dapat membedakan dan
menentukan antara hadis dhaif dan shahih. Sering kali dalam menggunakan
sebuah hadis tidak diperhatikan sanadnya dan hanya menggunakan matannya saja.
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai asal usul penelitian hadis, dan
langkah-langkah dalam melakukan penelitian hadis.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana asal usul penelitian hadis?
B. Bagaimana langkah langkah dalam penelitian hadis?
1
III. PEMBAHASAN
A. Asal Usul Penelitian Hadis
Naqd hadis atau penelitian hadis sebenarnya telah terjadi sejak masa
Rasulullah SAW. Kritik sebagai upaya membedakan informasi yang benar
dan yang salah pada masa Rasulullah SAW lahir dalam bentuk konfirmasi
sahabat kepada Nabi atau kepada sahabat lainnya. Pada waktu itu, para
sahabat memang belum menemukan kendala yang berarti dalam memahami
hadis, mengingat semua kendala yang menyangkut kebenaran informasi
ataupun kontroversi pemahaman dengan mudah dapat dikonfirmasikan
kepada sumber primernya, yaitu Rasulullah SAW.
Contoh kasus yang sering ditemukan oleh para pakar adalah ketika
Rasulullah SAW memerintahkan sejumlah sahabat untuk pergi ke
perkampungan Bani Quraizhah. Sebelum berangkat beliau berpesan: La
Yushalliyanna ahadun al-Ashrailla fi Bani Quraizhah. “Janganlah ada salah
seorang di antara kamu yang shalat ashar kecuali di perkampungan Bani
Quraizhah”.
Perjalanan
tersebut
cukup
memakan
waktu,
sehingga
diperkirakan sebelum mereka sampai di tempat yang dituju, waktu Ashar
telah habis. Oleh karenanya sebagian sahabat memahaminya sebagai perintah
Nabi untuk bergegas dalam perjalanan dan sampai pada waktu masih Ashar,
mereka pun shalat Ashar pada waktunya walaupun belum tiba di tempat
tujuan. Tetapi sahabat yang lain memahaminya secara tekstual, oleh
karenanya mereka baru melakukan shalat Ashar setelah sampai di
perkampungan Bani Quraizhah, meskipun waktu Ashar telah berlalu. Kasus
yang paling populer untuk menunjukkan naqd al-hadis pada masa sahabat
ialah penolakan Aisyah terhadap hadis yang disampaikan oleh Ibn Umar dan
Abu Hurairah tentang seorang mayat akan disiksa karena tangisan
keluarganya.1
Pada masa Nabi, kritik hadis seperti sangat mudah, karena keputusan
tentang otentitas sebuah hadis berada di tangan Nabi sendiri. Lain halnya
sesudah Nabi wafat, kritik hadis tidak dapat dilakukan dengan menanyakan
1Suryadi, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi Perspektif Muhammad al-Ghazali
dan Yusuf al-Qardhawi, (Yogyakarta: Teras, 2008), hlm. 69 – 70
2
kembali kepada Nabi, melainkan kepada orang yang ikut mendengar atau
melihat hadis itu dari Nabi.2
Kondisi politik yang memanas pada masa-masa akhir Khulafa alRasyidin, khususnya setelah terjadinya pembunuhan Utsman dan peperangan
antara Ali dan Muawiyah, telah menyebabkan terjadinya upaya memanipulasi
berita yang disandarkan kepada Nabi untuk kepentingan pribadi dan
golongan. Oleh karenanya untuk menjaga kemurnian dan memelihara
kebenaran hadis, maka muncul beberapa pakar yang dengan gigih
membendung segala upaya pemalsuan dan penyebaran informasi yang
disandarkan pada Nabi.
Pada masa setelah Khulafa’ al-Rasyidin, Ulama Madinah yang terkenal
kritis dan selektif dalam menerima hadis antara lain Ibnu al-Musayyab, alQasim bin Muhammad bin Abu Bakar, Salim bin Abd Allah bin Umar, Ali bin
Husein Ali.3
Dalam masa yang cukup panjang ini, telah terjadi pemalsuanpemalsuan hadis yang dilakukan oleh beberapa golongan dengan berbagai
tujuan. Atas kenyataan ini, maka Ulama hadis dalam usahanya menghimpun
hadis Nabi banyak yang mengadakan penelitian dan penyeleksian terhadap
hadis Nabi.4
B. Langkah Langkah dalam Penelitian Hadis
Dalam studi hadis, persoalan sanad dan matan merupakan dua unsur
yang penting yang menentukan keberadaan dan kualitas suatu hadis sebagai
sumber otoritas ajaran Nabi Muhammad SAW. Kedua unsur tersebut begitu
penting artinya, antara yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan erat,
sehingga kekosongan salah satunya akan berpengaruh dan bahkan merusak
eksistensi dan kualitas suatu hadis.5
2Bustamin dan M. Isa, Metodologi Kritik Hadis, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004),
hlm. 80
3Suryadi, Op. Cit., hlm. 71
4M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, (Jakarta: PT Bulan Bintang,1995),
hlm. 4
5M. Erfan Soebahar, Menguak Fakta Keabsahan Al-Sunah, (Bogor: Kencana, 2003), hlm.
174
3
Dalam rangka menghadapi gerakan pemalsuan hadis, para ahli hadis
telah mengembangkan sebuah metode penelitian untuk membedakan antara
hadis otentik dengan hadis yang lemah atau palsu.6 Langkah-langkah dalam
melakukan penelitian hadis adalah sebagai berikut:
1. Takhrij al-Hadis
Kata
at-takhrij
menurut
pengertian
asal
bahasanya
ialah
“berkumpulnya dua perkara yang berlawanan pada sesuatu yang satu”.
Kata at-takhrij sering dimutlakkan pada beberapa macam pengertian,
yaitu:
a. Al-istinbat (hal mengeluarkan).
b. At-tadrib (hal melatih atau hal pembiasaan).
c. At-taujih (hal memperhadapkan).
Adapun pengertian at-takhrij yang digunakan untuk maksud
kegiatan penelitian hadis ialah penelusuran atau pencarian hadis pada
berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan yang di
dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis
yang bersngkutan.7
2. I’tibar Sanad
Seteleh dilakukan at-takhrij sebagai langkah awal penelitian hadis,
maka seluruh sanad hadis dicatat dan dihimpun untuk kemudian dilakukan
kegiatan al-i’tibar.
Menurut bahsa, al-i’tibar berarti “peninjauan terhadap berbagai hal
dengan maksud untuk dapat diketahui sesuatunya yang sejenis”.
Sedangkan menurut istilah ilmu hadis, al-i’tibar berarti menyertakan
sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu pada
bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja. Dengan
dilakukannya al-i’tibar, maka akan terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad
6Ali Masrur, Teori Common LinkG.H.AJuynbool Melacak Akar Kesejarahan Hadis Nabi,
(Yogyakarta: LKiS, 2007), hlm 110 – 111
7M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 41
– 43
4
hadis yang diteliti, demikian juga nama-nama periwayatnya dan metode
periwayatan yang digunakan.8
3. Jam’ur Ruwah
Jam’ur Ruwah ( )جمع الرواةterdiri dari dua kata, yaitu kata jam’un (
)جمعyang artinya himpunan, kumpulan dan kata ruwah ( )رواةmerupakan
jama’ taksir dari lafadz rowi ( )راوىyang artinya orang yang meriwayatkan
atau orang yang menceritakan. Jadi jam’ur ruwah ( )جمع الرواةadalah
himpunan
atau
kumpulan para
perawi yang
menceritakan
atau
meriwayatkan apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seorang
(gurunya) mengenai hadis-hadis Nabi Muhammad SAW.9
4. Ittishal Sanad
Ittishal sanad atau persambungan sanad yaitu tiap-tiap periwayat
dalam sanad hadis menerima riwayat hadis dari periwayat hadis terdekat
sebelumnya, keadaan itu berlangsung sampai akhir sanad dari hadis itu.10
5. Naqd Sanad
Melakukan naqd atau penelitian sanad ini berkisar tentang kualitas
dari para perawi hadis. Meneliti apakah perawi-perawi dalam hadis
tersebut sudah memenuhi kriteria-kriteria seorang periwayat. Seperti
tentang keadilan dan kedhabithannya. Kemudian tentang persambungan
sanadnya, apakah antara periwayat satu dengan periwayat yang lainnya itu
bersambung dengan mendengar langsung misalkan seorang murid
terhadap gurunya, ataukah terputus yakni tidak ada kejelasan antara
periwayat satu dengan periwayat yang lain. Dalam penelitian sanad juga
kita akan meneliti apakah ada syuzuz (kejanggalan) dan ‘illah (cacat)
dalam sanad tersebut.11
6. Natijah Sanad
8Ibid, hlm. 51 – 52
9Ahmad Husain, Kajian Hadits Metode Takhrij, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993), hlm.
90 – 91
10Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Hamzah, 2009), hlm. 233
11M. syuhudi Ismail, Op. Cit., hlm. 65
5
Langkah
selanjutnya
dalam
penelitian
sanad
hadis
ialah
mengemukakan kesimpulan hasil penelitian. Langkah penyimpulan
merupakan kegiatan akhir penelitian sanad hadis. Hasil penelitian yang
dikemukakan harus berisi natijah (kongklusi). Dalam mengemukakan
natijah harus disertai argumen-argumen yang jelas, semua argumen dapat
dikemukakan sebelum ataupun sesudah rumusan natijah dikemukakan.
7. Naqd Matan
Penelitian terhadap matan hadis meliputi langkah-langkah sebagai
baerikut; pertama, meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya.
Kedua, meneliti susunan lafadz berbagai matan yang semakna. Ketiga,
meneliti kandungan matan.12
Suatu matan dinyatakan maqbul (diterima) sebagai matan hadis yang
shahih apabila memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
a. Sanadnya shahih.
b. Tidak bertentangan dengan hadis mutawatir atau hadis ahad yang
shahih.
c. Tidak bertentangan dengan petunjuk Al Qur’an.
d. Sejalan dengan alur akal sehat.
e. Susunan pernyataannya menunjukkan cirri-ciri kenabian.13
8. Penyimpulan Kualitas Hadis
Setelah langkah-langkah penelitian hadis selesai dilakukan, maka
langkah terakhir yang dilakukan adalah menyimpulkan kualitas hadis.
Apakah hadis itu shahih, hasan, da’if ataupun maudzu’. Apabila dalam
penelitian hadis yang meliputi penelitian sanad dan matan hadis tidak
ditemukan kejanggalan dan kecacatan, maka hadis tersebut dapat
dikatakan hadis shahih. Hasil penyimpulan kualitas hadis harus disertai
argumen-argumen yang jelas.
C. Contoh Langkah-langkah Penelitian Hadis
12Ibid, hlm. 97 – 121
13Bustamin dan M. Isa, Op. Cit, hlm. 64
6
Contoh langkah-langkah penelitian hadis ini akan dipaparkan dalam
power point contoh langkah-langkah penelitian hadis.
IV.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Naqd hadis atau penelitian hadis sebenarnya telah terjadi sejak masa
Rasulullah SAW. Kritik sebagai upaya membedakan informasi yang benar
dan yang salah pada masa Rasulullah SAW lahir dalam bentuk konfirmasi
sahabat kepada Nabi atau kepada sahabat lainnya.
Dalam masa yang cukup panjang ini, telah terjadi pemalsuanpemalsuan hadis yang dilakukan oleh beberapa golongan dengan berbagai
tujuan. Atas kenyataan ini, maka Ulama hadis dalam usahanya menghimpun
hadis Nabi banyak yang mengadakan penelitian dan penyeleksian terhadap
hadis Nabi
Langkah-langkah dalam melakukan penelitian hadis sebagai berikut:
1. Takhrij al-Hadis
2. I’tibar Sanad
3. Jam’ur Ruwah
4. Ittishal Sanad
5. Naqd Sanad
6. Natijah Sanad
7. Naqd Matan
8. Penyimpulan Kualitas Hadis
B. Kata Penutup
Demikian makalah ini pemakalah susun tentang asal usul dan langkah
langkah umum penelitian hadis, pemakalah menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan agar dalam
penyampaian makalah selanjutnya lebih baik. Semoga makalah ini dapat
menambah keilmuan dan memberi manfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
7
Bustamin dan M. Isa. Metodologi Kritik Hadis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
2004
Husain, Ahmad. Kajian Hadits Metode Takhrij. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 1993
Ismail, M. Syuhudi. Kaedah Kesahihan Sanad Hadis. Jakarta: PT Bulan Bintang.
1995
. Metodologi Penelitian Hadis. Jakarta: Bulan Bintang. 1992
Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis. Jakarta: Hamzah. 2009
Masrur, Ali. Teori Common LinkG.H.AJuynbool Melacak Akar Kesejarahan
Hadis Nabi. Yogyakarta: LkiS. 2007
Soebahar, M. Erfan. Menguak Fakta Keabsahan Al-Sunah. Bogor: Kencana. 2003
Suryadi. Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi Perspektif Muhammad alGhazali dan Yusuf al-Qardhawi. Yogyakarta: Teras. 2008
8
PENELITIAN HADIS
Dipresentasikan dalam kuliah Naqd al-hadis
Dosen Pengampu: Prof. DR. H. M. Erfan Soebahar, M.Ag
I.
PENDAHULUAN
Hadis merupakan salah satu sumber hukum Islam yang harus dipahami.
Namun sejak zaman sahabat hingga sekarang banyak hadis palsu maupun dhaif
yang beredar luas di masyarakat, sehingga menimbulkan berbagai permasalahan
yang dapat menimbulkan pemahaman-pemahaman yang tidak sesuai dengan
syariat Islam. Sebab itu penting bagi setiap muslim untuk memilah hadis yang
digunakan untuk sebagai dasar hukum dalam menjalankan syariat Islam.
Untuk mengetahui otentik atau tidaknya sumber hadis tersebut maka kita
harus mengetahui dua unsur yang sangat penting yaitu sanad dan matan. Kedua
unsur tersebut mempunyai hubungan fungsional yang dapat menentukan
eksistensi dan kualitas suatu hadis. Sehingga sangat wajar para muhadditsin
sangat besar perhatiannya untuk melakukan penelitian hadis dengan tujuan dengan
tujuan
untuk
mengetahui
dipertanggungjawabkan
kualitas
keotentikannya.
sehingga
Dalam
hadis
hal
ini,
tersebut
yang
dapat
menjadi
permasalahan adalah banyak orang Islam yang tidak dapat membedakan dan
menentukan antara hadis dhaif dan shahih. Sering kali dalam menggunakan
sebuah hadis tidak diperhatikan sanadnya dan hanya menggunakan matannya saja.
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai asal usul penelitian hadis, dan
langkah-langkah dalam melakukan penelitian hadis.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana asal usul penelitian hadis?
B. Bagaimana langkah langkah dalam penelitian hadis?
1
III. PEMBAHASAN
A. Asal Usul Penelitian Hadis
Naqd hadis atau penelitian hadis sebenarnya telah terjadi sejak masa
Rasulullah SAW. Kritik sebagai upaya membedakan informasi yang benar
dan yang salah pada masa Rasulullah SAW lahir dalam bentuk konfirmasi
sahabat kepada Nabi atau kepada sahabat lainnya. Pada waktu itu, para
sahabat memang belum menemukan kendala yang berarti dalam memahami
hadis, mengingat semua kendala yang menyangkut kebenaran informasi
ataupun kontroversi pemahaman dengan mudah dapat dikonfirmasikan
kepada sumber primernya, yaitu Rasulullah SAW.
Contoh kasus yang sering ditemukan oleh para pakar adalah ketika
Rasulullah SAW memerintahkan sejumlah sahabat untuk pergi ke
perkampungan Bani Quraizhah. Sebelum berangkat beliau berpesan: La
Yushalliyanna ahadun al-Ashrailla fi Bani Quraizhah. “Janganlah ada salah
seorang di antara kamu yang shalat ashar kecuali di perkampungan Bani
Quraizhah”.
Perjalanan
tersebut
cukup
memakan
waktu,
sehingga
diperkirakan sebelum mereka sampai di tempat yang dituju, waktu Ashar
telah habis. Oleh karenanya sebagian sahabat memahaminya sebagai perintah
Nabi untuk bergegas dalam perjalanan dan sampai pada waktu masih Ashar,
mereka pun shalat Ashar pada waktunya walaupun belum tiba di tempat
tujuan. Tetapi sahabat yang lain memahaminya secara tekstual, oleh
karenanya mereka baru melakukan shalat Ashar setelah sampai di
perkampungan Bani Quraizhah, meskipun waktu Ashar telah berlalu. Kasus
yang paling populer untuk menunjukkan naqd al-hadis pada masa sahabat
ialah penolakan Aisyah terhadap hadis yang disampaikan oleh Ibn Umar dan
Abu Hurairah tentang seorang mayat akan disiksa karena tangisan
keluarganya.1
Pada masa Nabi, kritik hadis seperti sangat mudah, karena keputusan
tentang otentitas sebuah hadis berada di tangan Nabi sendiri. Lain halnya
sesudah Nabi wafat, kritik hadis tidak dapat dilakukan dengan menanyakan
1Suryadi, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi Perspektif Muhammad al-Ghazali
dan Yusuf al-Qardhawi, (Yogyakarta: Teras, 2008), hlm. 69 – 70
2
kembali kepada Nabi, melainkan kepada orang yang ikut mendengar atau
melihat hadis itu dari Nabi.2
Kondisi politik yang memanas pada masa-masa akhir Khulafa alRasyidin, khususnya setelah terjadinya pembunuhan Utsman dan peperangan
antara Ali dan Muawiyah, telah menyebabkan terjadinya upaya memanipulasi
berita yang disandarkan kepada Nabi untuk kepentingan pribadi dan
golongan. Oleh karenanya untuk menjaga kemurnian dan memelihara
kebenaran hadis, maka muncul beberapa pakar yang dengan gigih
membendung segala upaya pemalsuan dan penyebaran informasi yang
disandarkan pada Nabi.
Pada masa setelah Khulafa’ al-Rasyidin, Ulama Madinah yang terkenal
kritis dan selektif dalam menerima hadis antara lain Ibnu al-Musayyab, alQasim bin Muhammad bin Abu Bakar, Salim bin Abd Allah bin Umar, Ali bin
Husein Ali.3
Dalam masa yang cukup panjang ini, telah terjadi pemalsuanpemalsuan hadis yang dilakukan oleh beberapa golongan dengan berbagai
tujuan. Atas kenyataan ini, maka Ulama hadis dalam usahanya menghimpun
hadis Nabi banyak yang mengadakan penelitian dan penyeleksian terhadap
hadis Nabi.4
B. Langkah Langkah dalam Penelitian Hadis
Dalam studi hadis, persoalan sanad dan matan merupakan dua unsur
yang penting yang menentukan keberadaan dan kualitas suatu hadis sebagai
sumber otoritas ajaran Nabi Muhammad SAW. Kedua unsur tersebut begitu
penting artinya, antara yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan erat,
sehingga kekosongan salah satunya akan berpengaruh dan bahkan merusak
eksistensi dan kualitas suatu hadis.5
2Bustamin dan M. Isa, Metodologi Kritik Hadis, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004),
hlm. 80
3Suryadi, Op. Cit., hlm. 71
4M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, (Jakarta: PT Bulan Bintang,1995),
hlm. 4
5M. Erfan Soebahar, Menguak Fakta Keabsahan Al-Sunah, (Bogor: Kencana, 2003), hlm.
174
3
Dalam rangka menghadapi gerakan pemalsuan hadis, para ahli hadis
telah mengembangkan sebuah metode penelitian untuk membedakan antara
hadis otentik dengan hadis yang lemah atau palsu.6 Langkah-langkah dalam
melakukan penelitian hadis adalah sebagai berikut:
1. Takhrij al-Hadis
Kata
at-takhrij
menurut
pengertian
asal
bahasanya
ialah
“berkumpulnya dua perkara yang berlawanan pada sesuatu yang satu”.
Kata at-takhrij sering dimutlakkan pada beberapa macam pengertian,
yaitu:
a. Al-istinbat (hal mengeluarkan).
b. At-tadrib (hal melatih atau hal pembiasaan).
c. At-taujih (hal memperhadapkan).
Adapun pengertian at-takhrij yang digunakan untuk maksud
kegiatan penelitian hadis ialah penelusuran atau pencarian hadis pada
berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan yang di
dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis
yang bersngkutan.7
2. I’tibar Sanad
Seteleh dilakukan at-takhrij sebagai langkah awal penelitian hadis,
maka seluruh sanad hadis dicatat dan dihimpun untuk kemudian dilakukan
kegiatan al-i’tibar.
Menurut bahsa, al-i’tibar berarti “peninjauan terhadap berbagai hal
dengan maksud untuk dapat diketahui sesuatunya yang sejenis”.
Sedangkan menurut istilah ilmu hadis, al-i’tibar berarti menyertakan
sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu pada
bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja. Dengan
dilakukannya al-i’tibar, maka akan terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad
6Ali Masrur, Teori Common LinkG.H.AJuynbool Melacak Akar Kesejarahan Hadis Nabi,
(Yogyakarta: LKiS, 2007), hlm 110 – 111
7M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 41
– 43
4
hadis yang diteliti, demikian juga nama-nama periwayatnya dan metode
periwayatan yang digunakan.8
3. Jam’ur Ruwah
Jam’ur Ruwah ( )جمع الرواةterdiri dari dua kata, yaitu kata jam’un (
)جمعyang artinya himpunan, kumpulan dan kata ruwah ( )رواةmerupakan
jama’ taksir dari lafadz rowi ( )راوىyang artinya orang yang meriwayatkan
atau orang yang menceritakan. Jadi jam’ur ruwah ( )جمع الرواةadalah
himpunan
atau
kumpulan para
perawi yang
menceritakan
atau
meriwayatkan apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seorang
(gurunya) mengenai hadis-hadis Nabi Muhammad SAW.9
4. Ittishal Sanad
Ittishal sanad atau persambungan sanad yaitu tiap-tiap periwayat
dalam sanad hadis menerima riwayat hadis dari periwayat hadis terdekat
sebelumnya, keadaan itu berlangsung sampai akhir sanad dari hadis itu.10
5. Naqd Sanad
Melakukan naqd atau penelitian sanad ini berkisar tentang kualitas
dari para perawi hadis. Meneliti apakah perawi-perawi dalam hadis
tersebut sudah memenuhi kriteria-kriteria seorang periwayat. Seperti
tentang keadilan dan kedhabithannya. Kemudian tentang persambungan
sanadnya, apakah antara periwayat satu dengan periwayat yang lainnya itu
bersambung dengan mendengar langsung misalkan seorang murid
terhadap gurunya, ataukah terputus yakni tidak ada kejelasan antara
periwayat satu dengan periwayat yang lain. Dalam penelitian sanad juga
kita akan meneliti apakah ada syuzuz (kejanggalan) dan ‘illah (cacat)
dalam sanad tersebut.11
6. Natijah Sanad
8Ibid, hlm. 51 – 52
9Ahmad Husain, Kajian Hadits Metode Takhrij, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993), hlm.
90 – 91
10Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Hamzah, 2009), hlm. 233
11M. syuhudi Ismail, Op. Cit., hlm. 65
5
Langkah
selanjutnya
dalam
penelitian
sanad
hadis
ialah
mengemukakan kesimpulan hasil penelitian. Langkah penyimpulan
merupakan kegiatan akhir penelitian sanad hadis. Hasil penelitian yang
dikemukakan harus berisi natijah (kongklusi). Dalam mengemukakan
natijah harus disertai argumen-argumen yang jelas, semua argumen dapat
dikemukakan sebelum ataupun sesudah rumusan natijah dikemukakan.
7. Naqd Matan
Penelitian terhadap matan hadis meliputi langkah-langkah sebagai
baerikut; pertama, meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya.
Kedua, meneliti susunan lafadz berbagai matan yang semakna. Ketiga,
meneliti kandungan matan.12
Suatu matan dinyatakan maqbul (diterima) sebagai matan hadis yang
shahih apabila memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
a. Sanadnya shahih.
b. Tidak bertentangan dengan hadis mutawatir atau hadis ahad yang
shahih.
c. Tidak bertentangan dengan petunjuk Al Qur’an.
d. Sejalan dengan alur akal sehat.
e. Susunan pernyataannya menunjukkan cirri-ciri kenabian.13
8. Penyimpulan Kualitas Hadis
Setelah langkah-langkah penelitian hadis selesai dilakukan, maka
langkah terakhir yang dilakukan adalah menyimpulkan kualitas hadis.
Apakah hadis itu shahih, hasan, da’if ataupun maudzu’. Apabila dalam
penelitian hadis yang meliputi penelitian sanad dan matan hadis tidak
ditemukan kejanggalan dan kecacatan, maka hadis tersebut dapat
dikatakan hadis shahih. Hasil penyimpulan kualitas hadis harus disertai
argumen-argumen yang jelas.
C. Contoh Langkah-langkah Penelitian Hadis
12Ibid, hlm. 97 – 121
13Bustamin dan M. Isa, Op. Cit, hlm. 64
6
Contoh langkah-langkah penelitian hadis ini akan dipaparkan dalam
power point contoh langkah-langkah penelitian hadis.
IV.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Naqd hadis atau penelitian hadis sebenarnya telah terjadi sejak masa
Rasulullah SAW. Kritik sebagai upaya membedakan informasi yang benar
dan yang salah pada masa Rasulullah SAW lahir dalam bentuk konfirmasi
sahabat kepada Nabi atau kepada sahabat lainnya.
Dalam masa yang cukup panjang ini, telah terjadi pemalsuanpemalsuan hadis yang dilakukan oleh beberapa golongan dengan berbagai
tujuan. Atas kenyataan ini, maka Ulama hadis dalam usahanya menghimpun
hadis Nabi banyak yang mengadakan penelitian dan penyeleksian terhadap
hadis Nabi
Langkah-langkah dalam melakukan penelitian hadis sebagai berikut:
1. Takhrij al-Hadis
2. I’tibar Sanad
3. Jam’ur Ruwah
4. Ittishal Sanad
5. Naqd Sanad
6. Natijah Sanad
7. Naqd Matan
8. Penyimpulan Kualitas Hadis
B. Kata Penutup
Demikian makalah ini pemakalah susun tentang asal usul dan langkah
langkah umum penelitian hadis, pemakalah menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan agar dalam
penyampaian makalah selanjutnya lebih baik. Semoga makalah ini dapat
menambah keilmuan dan memberi manfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
7
Bustamin dan M. Isa. Metodologi Kritik Hadis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
2004
Husain, Ahmad. Kajian Hadits Metode Takhrij. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 1993
Ismail, M. Syuhudi. Kaedah Kesahihan Sanad Hadis. Jakarta: PT Bulan Bintang.
1995
. Metodologi Penelitian Hadis. Jakarta: Bulan Bintang. 1992
Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis. Jakarta: Hamzah. 2009
Masrur, Ali. Teori Common LinkG.H.AJuynbool Melacak Akar Kesejarahan
Hadis Nabi. Yogyakarta: LkiS. 2007
Soebahar, M. Erfan. Menguak Fakta Keabsahan Al-Sunah. Bogor: Kencana. 2003
Suryadi. Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi Perspektif Muhammad alGhazali dan Yusuf al-Qardhawi. Yogyakarta: Teras. 2008
8