SUMBERDATA POPULASI DAN SAMPEL. dcox

SUMBER DATA, POPULASI DAN SAMPEL
Gloria Ervando

(NIM 110513428009)

Herlina Dwi Saputri

(NIM 207543408778)

Helanda Votkawat

(NIM 110513406775)

Ikrom Nur Wahid Saputra

(NIM 110513406761)

Imron Annurrahman

(NIM 110513406760)


Misba’ul Lukman

(NIM 110513428013)

ABSTRAK: Dalam kegiatan penelitan tentunya tdak dapat dipisahkan dari apa
yang disebut sumber data, populasi, dan sampel. Sumber data dimaksudkan
semua informasi baik yag merupakan benda nyata, sesuatu yang abstrak,
peristwa/gejala baik secara kuanttatf ataupun kualitatf pengumpulan
sumberdata adalah satu tahapan yang pentng dalam penelitan adalah mencari
data. Seorang penelit harus tepat memilih dan mencari dimana sumber data
berada. Sedangkan populasi adalah keseluruhan objek penelitan yang dapat
terdiri dari manusia, benda, hewan. Tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristwa,
sebagai sumber data yang memiliki karakteristk tertentu dalam suatu
penelitan. Jika kita hanya akan menelit sebagian dari populasi, maka penelitan
tersebut disebut penelitan sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil dari
populasi yang ditelit.
Kata kunci: populasi, sampel, sampling, claster, random, strata.

Sampel merupakan perwakilan dari populasi, dalam hal ini sampel juga termasuk
sumber data dimana data dapat diperoleh. Maka sebagai bagian dari kegiatan penelitan,

maka pentng bagi penelit untuk memahami secara mendalam apa yang disebut
sumberdata, populasi dan sampel. Selain itu perlu juga memahami bagaimana
keterkaitan antara ketga bahasan tersebut.
PEMBAHASAN
Bahasan berikut ini terfokus pada tga hal, yaitu sumber data, populasi dan
sampel. Tiap fokus bahasan tersebut dijabarkan berikut ini.
A. Sumber Data
Salah satu tahapan yang pentng dalam penelitan adalah mencari data. Seorang
penelit harus tepat memilih dan mencari dimana sumber data berada. Oleh karenanya
seorang penelit harus mampu menetukan dengan tepat dan cepat dimana sumber data
dapat diperoleh (Sukandarrumidi 2002:69) Dibawah ini diuraikan beberapa teknik
pengumpulan data:

1. Observasi
Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono 2013:203) menyatakan bahwa, observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses
biologis dan psikhologis. Dua diantara yang tgerpentng adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data digunakan bila penelitan berkenaan
dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang
diamat tdak terlalu besar (Sugiyono 2013:203). Observasi dapat dilakukan sesaat

ataupun dapat diulang. Oleh sebab itu observasi hendaknya dilakukan oleh orang yang
tepat. Dalam observasi melibatkan 2 komponen yaitu sipelaku observasi yang lebig
dikenal sebagai observer dan objek yang diobservasi dikenal sebagai observee
(Sukandarrumidi 2002:69).
Menurut Patton (dalam Uhar Suharsaputra 2012) tujuan observasi adalah
mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktvita-aktvitas yang berlangsung, orang-orang
yang terlibat dalam aktfitas dan makna kejadian dilihat dari perspektf mereka yang
terlibat dalam kejadian yang diamat tersebut.
2. Kuisioner
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (sugiyono 2013:199). Kuisioner disebut pula sebagai angket atau self
administrated questioner adalah teknik pewngumpulan data dengan cara mengirimkan
suatu daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi (Sukandarrumidi 2002:78).
Penggunaan kuisioner

sebagai metode pengumpulan data terdapat beberapa

keuntungan, diantaranya adalah pertanyaan yang akan diajukan pada responden dapat
distandarkan, responden dapat menjawab kuisioner diwaktu luangya, pertanyaan yang

diajukan dapat dipirkan terlebih dahulu sehingga jawabanya dapat dipercaya
dibandingkan jawaban secara lisan, serta pertanyaan yang diajukan akan lebih seragam.
Angket kuisioner dapat dibuat dalam bentuk tertutup, terbuka atau kombinasi, dan semi
terbuka sesuai dengan kepentngan yang akan dikumpulkan (Uhar Suharsaputra
2012:271).
Macam kuisioner berdasarkan atas cara menyusun pertanyaan:
a. Pertanyaan terbuka (opened end items) adlah suatu kuisioner dimana
pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan tdak disediakan jawaban pilihan

sehingga responden dapat bebas/terbuka luasuntuk menjawabnya sesuai
pandangan/pendapat dan pengetahuannya.
b. Pertanyaan tertutup (closed end items) adalah suatu kuisioner dimana
pertanyaa-pertanyaan yang dituliskan telah disediakan jawaban pilihan, sehingga
responden tnggal memilih dalah datu jawaban yang telah disediakan
(Sukandarrumidi 2002:78)
3. Interview (wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila penelit ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus ditelit, dan
juga apabila penelit ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondenya sedikit/kecil (Sugiyono 2013:194). Interview dikenal pula dengan

istlah wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan, dimana 2 orang atau lebih
berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan
telinga sendiri dari suaranya (Sukandarrumidi 2002:88).
Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan data/informasi dimana sang
pewawancara mengemukakan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang
diwawncarai (Uhar Suharsaputra 2012:268). Wawancara dapat dilakukan secara
terstruktur maupun tdak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun
menggunakan telefon. Dalam wawancara terstruktur pengumpul data telah menyiapkan
instrumen penelitan berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatf jawabanya
telah disediakan ... , sedangkan wawncara tdak terstruktur adalah wawncara yang bebas
dimana penelit tdak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistemats dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono 2013:196).
4. Studi dokumentasi
Menurut Irawan (dalam Sukandarrumidi 2002:100), studi dokumentasi
merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan kepada subjek penelitan.
Dokumen yang diketk dapat berupa berbagai macam, tdak hanya dokumen resmi.
Dokumen dibedakan menjadi:
a. Dokumen primer, bila dokumen tersebut ditulis oleh pelakunya sendiri,
otobiografi adalah salah satu contohnya.


b. Dokumen sekunder, adalah bila peristwa yang dialaminya disampaikan pada
orang lain dan kemudian orang itulah yang akan menuliskanya. Biografi adalah
contohnya (Sukandarrumidi 2002:101).
5. Penggunaan multmedia
Perkembangan dalam bidang teknologi dewasa ini dapat memberikan manfaat
dalam mengumpulkan data penelitan terutama terkait dengan suatu praktek kegiatan.
Oleh karena itu perekaman, video shootng dapat menjadi instrumen dalam
mengumpulkan data proses atau suatu aktfitas yang memang sedang diberikan tndakan
tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu profesi tertentu. Disamping itu,
praktk-praktk yang terdokumentasi juga bisa menjadi alat untuk mendapatkan data
yang diperlukan dalam penelitan (Uhar Suharsaputra 2012:271).
Teknik pengumpulan data/sumber data yang dipilh sangat ditentukan oleh
masalah, waktu tenaga, dan biaya yang tersedia. Dalam memilih teknik pengumpulan
data sebaiknya berpegangan pada efisiensi dan optmalisasi.
Sumber data dimaksudkan semua informasi baik yag merupakan benda nyata,
sesuatu yang abstrak, peristwa/gejala baik secara kuanttatf ataupun kualitatf. Sumber
data yang bersifat kualitatf didalam penelitan diusahakan tdak bersifat subjektf, oleh
karena itu perlu diberi peringkat bobot. (Sukandarrumidi 2002:44). Dibawah ini diberikan
beberapa contoh tentang sumber data.
1. Sumber data dalam bentuk benda nyata antara lain: manusia, hewan, tumbuhan

(barang hidup) rumah, sepedah, jembatan (barang mat).
2. Sumber data dalam bentuk abstrak antara lain: perasaan, kepercayaan,
supranatural.
3. Sumber data dalam bentuk peristwa/gejala antara lain: banjir, longsor,
meningkatnya kenakalan remaja, budaya membaca pada anak, dan lai-lain.
Sumber data kuanttatf
Sumber data kuanttatf adalah sumber data yang mampu disajikan dalam
bentuk angka. Sumber data yang demikian akan sangat menguntungkan didalam
pekerjaan analisis, karena secara langsung dapat diterapkan metode analisis disamping
lebih bersifat objektf. Contoh: selama tahun 2002 pada kwartal pertama di pulau Jawa
terjadi gempa bumi 20 kali, banjir 5 kali, dan kebakaran hutan 2 kali (Sukandarrumidi
2002:45)

Sumber data kualitatf
Sumber data kualitatf adalah sumber data yang disuguhkan dalam bentuk dua
parameter “ abstrak” misalnya: banyak-sedikit, tnggi-rendah, tua-muda, panas-dingin,
aman-tdak aman. Agar sumber data tersebut dapat dianalisis dengan metode statstk,
maka data kualitatf harus ditransformasikan menjadi data yang bersifat kuanttatf. Agar
usaha mentrasnformasikan nilai tersebut terlepas dari subjektfitas diperlukan
penguasaan bidang ilmu yang bersangkutan. Contoh: suatu kasus pencurian sepeda

motor dikatakan kecil apabila jumlah pencurian antara 1-4 tap hari, dikatakan besar
apabila pencurian antara 5-10 tap hari. (Sukandarrumidi 2002:46)
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitan, yaitu
kualitas instrumen penelitan dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen
penelitaan berkenaan dengan validitas dan reabilitas instrumen sedangkan kualitas
pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data. (Sugiyono 2013:193).
B. Populasi
1. Pengertan Populasi
Penelitan selalu berhadapan dengan masalah sumber data yang disebut dengan
istlah populasi dan sample penelitan. Penentuan sumber data tersebut bergantung
pada masalah yang akan ditelit, serta hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Dalam hal
ini, tampak bahwa masalah popolasi dan sample sebagai sumber data mempunyai
peranan yang cukup pentng.
Hubungan populasi dan sampel sepert yang di ungkap oleh para ahli sepert
berikut. Dalam kehidupan sehari-hari manusia pernah menghadapi masalah populasi
dan contoh atau sampel dalam suasana yang berlainan yang mungkin tdak disadarinya.
Apabila seseorang melihat suatu kue, lalu dia ingin mengetahui rasa dari kue tersebut,
apakah rasanya manis, asam , gurih, atau pahit, seseorang tersebut tdak perlu memakan
seluruhnya. Seseorang tersebut cukup mengambil seiris, mencicipinya, kemudian

menyimpulkan bagaimana rasa kue tersebut. Disini, perumpamaan kue adalah populasi,
sedangkan irisan kue tersebut adalah contoh atau sampel. Dengan demikian, yang
disebut populasi adalah keseluruhan objek yang akan ditelit, sedangkan contoh atau
sampel adalah bagian tertentu dari keseluruhan objek yang akan ditelit (SulistonoBasuki : 2010)

Prof. Dr. Sugiyono (2010) menegaskan bahwa terdapat perbedaan mendasar
dalam pengertan antara “ populasi dan sampel” dalam penelitan kuanttatf dan
kualitatf. Dalam penelitan kuanttatf, populasi di artkan sebagai wilayah generalisasi
yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristk tertentu yang
diterapkan oleh penelit untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
itu misalnya penduduk di wilayah tertentu, jumlah guru dan murid di sekolah tertentu
dan sebagainya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam
yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang
dipelajari, tetapi meliput keseluruhan karakteristik/sifat yang dimiliki oleh obyek/subyek
itu. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi itu, apa yang dipelajari dari sampel,
kesimpulan akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul representatf (mewakili).
Kata populasi merujuk pada sekumpulan individu dengan karakteristk khas yang
menjadi perhatan dalam suatu penelitan (pengamatan). Populasi dalam statstka tdak
terbatas pada sekelompok orang, tetapi juga binatang atau apa saja yang menjadi

perhatan kita. Misalnya populasi bank swasta di Indonesia, tanaman, rumah, alat-alat
perkantoran, dan jenis pekerjaan
Secara singkat Hermawan Wasito (1995:49) menguraikan populasi sebagai
berikut:
a. Sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitan dan elemen populasi
itu merupakan satua analisis;
b. Sekumpulan objek, baik manusia, gejala, nilai tes, benda atau peristwa;
c. Semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sample itu
hendak digeneralisasikan (sutrisno hadi,1983);
d. Jumlah keseluruhan unit analisis yang cirri-cirinya akan diduga.
e. Himpunan semua hal yang ingin diketahui, dan biasanya disebut sebagai universum
(Manase Malo, 1986:149) Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitan yang dapat terdiri dari
manusia, benda, hewan. Tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristwa, sebagai sumber data
yang memiliki karakteristk tertentu dalam suatu penelitan (Nawai, 1983). Menurut
Manase Mallo (1986:149). Populasi bisa berupa lembaga, individu, kelompok, dokumen,
atau konsep.

Dalam penentuan populasi kita dibantu oleh empat faktor untuk mendefinisikan
dengan tepat (Manase Mallo,1986:150), yaitu: isi, satuan, cakupan (skop) dan waktu.

Contoh: Dalam suatu penelitan mengenai Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil di
Kabupaten Kediri pada tahun 2002, penelitan dapat menetapkan populasi penelitannya
sebagai berikut:
a. Semua PNS (Isi)
b. yang bukan sebagai tenaga honorer maupun kontrak (Satuan)
c. Di Kabupaten Kediri (Cakupan)
d. Pada tahun 2002 (Waktu)
2. Jenis Populasi
Berdasarkan pengertan yang telah diuraikan di atas, populasi dapat dibedakan
berdasarkan beberapa aspek:
a. Berdasarkan jumlahnya, populasi dapat dibedakan menjadi populasi terbatas dan
populasi tak terbatas.
1) Populasi terbatas adalah sumber data yang jelas batasannya secara kuanttatf ,
sehingga relatf dapat dihitung jumlahnya. Populasi ini memiliki cirri terbatas.
Contoh: Tiga juta wanita Indonesia pada tahun 1985, dengan karakteristk:
mengikut program KB.
2) Populasi tak terbatas adalah sumber data yang tdak dapat ditentukan batasnya
sehingga relatf tdak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah. Contoh:
Narapidana di Indonesia, Pengangguran di Indonesia.
b. Berdasarkan sifat populasi, dapat dibedakan menjadi populasi homogen dan
populasi heterogen.
1)

Populasi homogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang sama,
sehingga tdak perlu dipersoalkan jumlahnya secara kuanttatf.
Contoh: Buruh tani penggarap, PNS golongan III A, Dosen Ilmu Pemerintahan

dan lain-lain.
2) Populasi heterogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau
keadaan yang bervariasi sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya, baik secara
kualitatf maupun kuanttatf. Pada umumnya, populasi yang heterogen terjadi
pada penelitan di bidang sosial dan objeknya manusia atau gejala-gejala dalam
kehidupan manusia. Contoh: Masyarakat Pedesaan di Kabupaten Garut.

c. Berdasarkan pembedaan lain, dapat dibedakan menjadi populasi target dan
populasi survei .
Populasi target adalah merupakan populasi yang telah ditentukan sesuai dengan
masalah penelitan sebelum penelitan dilakukan. Populasi target ini tdak sepenuhnya
dapat dipenuhi di lapangan. Bisa saja salah satu cirri-ciri populasi yang kita tentukan
tdak kita temukan dalam kenyataannya di lapangan. Sehingga kita hanya mendasari
pada beberapa cirri saja dari populasi yang sudah kita tentukan untuk kemudian
dijadikan populasi penelitan (populasi survei).Dengan demikian dapat dikatkan bahwa
Populasi survei merupakan populasi yang terliput dalam penelitan yang dilakukan.
Contoh: Seseorang ingin mengadakan penelitan tentang sikap terhadap
Keluarga Berencana (KB). Dalam penelitan tersebut ia ingin mendapat informasi dari
masyarakat di suatu Kabupaten (populasi target). Tetapi setelah turun ke lapangan , ia
menemukan kenyataan ada satu kecamatan yang masyarakatnya tdak mau memberikan
jawaban (menolak). Hal ini terjadi mungkin karena masih ada kepercayaan masyarakat
dalam kecamatan tersebut yang tdak menyetujui adanya KB. Kini populasi penelitannya
yang sudah ditetapkan menjadi berkurang, maka ia hanya berhasil mengumpulkan
informasi dari beberapa kecamatan saja, ini mewrupakan populasi survei.
C. Sampel
Jika kita hanya akan menelit sebagian dari populasi, maka penelitan tersebut
disebut penelitan sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang ditelit.
Dinamakan penelitan sampel apabila kita bermaksud untuk mnggeneralisasikan hasil
penelitan sampel.
Yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan
penelitan sebagai suatu yang berlaku bagi populasi. Apabila contoh penelitan terhadap
televisi produksi PT Nasional tahun 1980 tersebut dipandang sebagai sampel, maka
penelit tdak hanya menyimpulkan : ”Produksi televisi PT Nasional tahun 1980 baik,”
tetapi disimpulkan: ”Produksi televisi PT Nasional, baik". Dalam hal ini yang dikatakan
baik bukan hanya produksi tahun 1980, tetapi semuanya, walaupun yang diselidiki hanya
produksi satu tahun. Dapatkah penelit melakukan hal yang demikian? Untuk
memperoleh jawabannya, silakan ikut uraian berikut.

Bilamanakah kita boleh mengadakan penelitan sampel? Penelitan sampel baru
boleh dilaksanakan apabila keadaan subjek di dalam populasi benar-benar homogen.
Apabila subjek populasi tdak homogen, maka kesimpulannya tdak boleh diberlakukan
bagi seluruh populasi (hasilnya tdak boleh digeneral isasikan). Misalnya kita akan
melihat apakah air teh di gelas sudah manis? Air teh seluruh gelas merupakan populasi.
Kita ambil sampelnya dengan mengambil satu ujung sendok dan kita cicipi. Jika kita
rasakan manis, maka kesimpulan tersebut digeneralisasikan untuk airteh seluruh gelas.
Kesimpulan bagi sampel, berlaku untuk populasi. Dengan contoh lain misalnya, kita ingin
mengetahui apakah siswa SMA V pandai-pandai. Kita panggil seorang siswa putra yang
kebetulan dapat kita jumpai. Setelah dites mengenai berbagai pelajaran, ternyata
hasilnya

sangat

memuaskan.

Apakah

dengan

hasil

tersebut

kita

boleh

menggeneralisasikan bagi seluruh siswa SMA V? Tentu saja tdak!
Dalam contoh tersebut misalnya saja siswa yang kebetulan berhasifl kita hubungi
tersebut adalah juara sekolah, maka tentu saja dia tdak mencerminkan keadaan
populasi. Nah, lalu untuk apakah mengetahui keadaan populasi ini, penelit harus
melakukan penelitan populasi?Juga tdak! Kita boleh mengadakan penelitan sampel.
1. Apa sebab kita melakukan penelitan sampel? Apakah penelitan populasi selalu
Iebih baik hasilnya dibandingkan dengan penelitan sampel? Ada beberapa
keuntungan jika kita menggunakan sampel yaitu: Karena subjek pada sampel
lebih sedikit dibandingkan dengan populasi, maka kerepotannya tentu kurang.
2.

Apabila populasinya terlalu besar, maka dikhawatrkan ada yang terlewat.

3.

Dengan penelitan sampel, maka akan lebih efisien (dalam art uang, waktu, dan
tenaga).

4. Ada kalanya dengan penelitan populasi berani desktruktf (merusak). Bayangkan
kalau kita harus menelit keampuhan senjata yang dihasilkan oleh pabrik,
misalnya granat. Maka sambil menelit, kita juga menghabiskannya.
5.

Ada bahaya bias dari orang yang mengumpulkan data. Karena subjeknya
banyak, petugas pengumpul data menjadi Ielah, sehingga pencatatannya bisa
menjadi tdak telit. A

6. Ada kalanya memang tdak dimungkinkan melakukan penelitan populasi.
Misalnya kalau kita ingin mengetahui pendapat pemuda usia 15 tahun tentang
PMDK. Oleh karena wilayah Indonesia yang begitu luas tdak mungkin dengan
tepat diketahui pendapat mereka pada usia tepat 15 tahun.
Bagaimana cara mengambil sampel? Pertanyaan ini mengarah kepada jawaban
yang disebut dengan teknik pengambilan sampel atau teknik sampling. Pengambilan
sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang
benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan
populasi yang sebenarnya. Dengan istlah lain, sampel harus representatf. Dalam contoh
air teh, agar populasi menjadi homogen harus kita aduk dulu agar manisnya sama.
Adapun cara-cara pengambilan sampel penelitan ini dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Sampel Random atau Sampel Acak, Sampel Campur
Teknik sampiing ini diberi nama demikian karena di dalam pengambilan
sampelnya, penelit ”mencampur" subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua
subjek dianggap sama. Dengan demikian maka penelit memberi hak yang sama kepada
setap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Oleh
karena hak setap subjek sama, maka penelit terlepas dari perasaan ingin
mengistmewakan satu atau beberapa subjek untuk dijadikan sampel.
Setap subjek yang terdaftar sebagai populasi, diberi nomor urut mulai dari 1
sampai dengan banyaknya subjek. Di dalam pengambilan sampel biasanya penelit sudah
menentukan terlebih dulu besarnya jumlah sampel yang paling baik. Jawaban terhadap
pertanyaan ini tdaklah begitu sederhana. Di dalam buku statstk kadang-kadang
terdapat rumus untuk menentukan perkiraan besarnya sampel.
Untuk menentukan besarnya sampel, penelit harus melakukannya dengan
berbagai pertmbangan, antara lain keberagaman karakteristk, misalnya jenis kelamin,
tngkat pendidikan, asal daerah, suku, agama atau kepercayaan, usia, dan lain-lain yang

sekiranya terkait dengan variabel yang ditelit. Sebagai contoh, kalau penelit ingin
mengetahui perbedaan kemampuan siswa dalam sebuah sekolah di suatu daerah, maka
perbedaan saku tdak harus dipertmbangkan. Tetapi jika penelit ingin mengetahui
kemampuan berbahasa tertentu, dalam hal ini suku berpengaruh terhadap kemampuan
berbahasa tertentu tersebut, maka perbedaan suku merupakan hal yang perlu
dipertmbangkan.
Mengenai berapa banyaknya subjek yang diambil, atau dengan kata lain berapa
besar sampel, maka penelit perlu mempertmbangkan hal-hal berikut:
a. Kemampuan penelit dilihat dari waktu, tenaga, dan dana.
b.

Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setap subjek, karena hal ini menyangkut
banyak sedikitnya data.

c. Besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh penelit. Untuk penelitan yang risikonya
besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.
Kebanyakan penelit beranggapan bahwa semakin banyak sampel, atau semakin
besar persentase sampel dari populasi, hasil penelitan akan semakin baik. Anggapan ini
benar, tetapi tdak selalu demikian. Hal ini tergantung dari sifat-sifat atau ciri-ciri yang
dikandung oleh subjek penelitan dalam populasi. Selanjutnya sifat-sifat atau ciri-ciri
tersebut bertalian erat dengan homogenitas subjek dalam populasi.
Untuk memperjelas uraian ini, baiklah kita kembali pada contoh airteh di depan
tadi. Air teh dalam poci dapat dikatakan homogen karena apabila sudah diaduk, tetes air
teh di semua sudut poci akan sama keadaannya. Air teh tersebut andai kata manis hanya
mengandung dua ciri, yakni ciri yang berhubungan dengan kekentalan teh dan
kemanisannya. Dalam keadaan yang demikian, sampel yang diperlukan tdak usah terlalu
banyak. Boleh mengambil satu ujung sendok, diambil dari bagian mana saja.
Penambahan jumlah satu ujung sendok teh menjadi satu sendok penuh maupun satu
gelas, tdak akan memperjelas kesimpulan penelitan.
Lain halnya apabila kita akan menyelidiki tngkat kedisipli nan siswa di suatu
sekolah. Sifat atau ciri yang berhubungan dengan atau banyak mempengaruhi tngkat
kedisiplinan siswa ada bermacam-macam, antaralain tngkatan kelas, jenis kelamin,
suasana pendidikan keluarga. Andaikata kita berpikir unsur pendidikan keluarga ini dari
jenis pekerjaan ayah, pendidikan orang tua dan hubungan antara anggota keluarga
sebagai pendukung kedisiplinan, maka sekurang-kurangnya kita harus mengambil waktu
dari berbagai unsur ini. Misalnya, tngkat kelas ada 3 (kelas I, ll, dan III), jenis kelamin ada

2 (pria dan wanita), pekerjaan ayah dikelompokkan menjadi 4 (pegawai negeri, pegawai
swasta, buruh tani, dan anggota ABRI), pendidikan orang tua dibedakan atas 4 (SD ke
bawah, SMTP, SMTA, dan perguruan tnggi), hubungan antar-anggota keluarga
dikelompokkan atas 3 (ketat, cukup, longgar), maka akan diperlukan wakil dari setap
jenis gabungan sifat-sifat ini. Secara telit akan terdapat kemungkinan gabungan
sebanyak perkalian unsur yang ada yakni 3 x 2 x 4 x 4 x 3 = 288! Dengan demikian jika
diinginkan sampel yang betul-betul mewakili populasi atas dasar pertmbangan ini dan
masing-masing kategori diambil satu orang saja sudah diperlukan sebanyak 288 orang.
Pengambilan sampel kurang dari banyak jumlah tersebut tentu kurang representatf.
Penentuan besarnya sampel dengan persentase sepert yang dahulu banyak
digunakan tampaknya kini sudah harus ditnggalkan. Agar diperoleh hasil penelitan lebih
baik, diperlukan sampel yang baik pula, yakni betul-betul mencerminkan populasi.
Supaya perolehan sampel lebih akurat, diperlukan rumus-rumus penentuan besarnya
sampel, antara lain disebutkan sebagai berikut.
1. Dengan rumus Jacob Cohen:

N=

L
+u+1
f2

dengan keterangan:
N

f2

= Ukuran sampel
= Effect size

u

= Banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitan

L

= Fungsi power dari u, diperoleh daritabel, t.s. 1%.

Power (p) = 0,95 dan effect size ( f 2 ) = 0,1 Harga Ltabel dengan t.s. 1% power 0,95
dan u = 5 adalah 19,76
Maka dengan rum us tersebut didapat :

N=

19,76
+ 5+1 = 203,6 dibulatkan 204.
0,1

2. Dengan rumus berdasarkan proporsi, ada dua rumus.
3. a. Dikemukakan oleh Issac & Michael:
4.

S=

di mana:

x 2 NP (1−P)
d 2 ( N −1 ) + x 2 P(1−P)

S

= ukuran sampel

N

= ukuran populasi

P

= proporsi dalam populasi

d

= ketel itan (error)

x

2

= harga tabel chi-kuadrat untuk

∞ tertentu

b. Dikemukakan oleh Paul Leedy:

N=

Z 2( )
P (P−1)
e

()

dimana:
N

= ukuran sampel

Z

= standard score untuk

e

= sampling error

P

= proporsi harus dalam populasi

∞ yang dipilih

Pembicaraan mengenai sampel ini akan lebih terpahami setelah pembaca
mempelajari berjenis-jenis sampel dari populasi yang tdak homogen.
Untuk mempermudah dalam mengikut uraian, maka akan diambil misal, kita
mempunyai populasi sebanyak 1000 orang dan sampelnya kita tentukan 200 orang.
Setelah seluruh subjek diberi nomor, yaitu nomor 1 sampai dengan 1000, maka sampel
random kita Iakukan dengan salah satu cara demikian:
a. Undian(untung-untungan)
b. Pada kertas kecil-kecil kita tuliskan nomor subjek, satu nomor untuk setap kertas.
Kemudian kertas ini kita gulung. Dengan tanpa prasangka,kita mengambil 200
gulungan kertas, sehingga nomor-nomor yang tertera pada gulungan kertas yang
terambil itulah yang merupakan nomor subjek sampel penelitan kita.
c. Ordinal (tngkatan sama)
d. Setelah 1000 orang subjek kita beri nomor, kita membuat 5 gulungan kertas dengan
nomor 1, 2, 3, 4, 5. Kita ambil satu, misalnya setelah dibuka tertera angka 3. Oleh
karena sampel kita 200 padahal
e. populasinya 1000 maka besarnya sampel seperlima dari populasi. Demikianlah
maka kita ambil nomor dengan melompat setap 5 subjek, mulai dari nomor 3, lalu
8, 13, 18, 23, dan seterusnya, dan kalau sudah sampai nomor terbawah padahal

belum diperoleh 200 subjek, kita kembali ke atas lagi. Nomor-nomor yang terambil
itulah nomor subjek sampel penelitan kita.
f.

Menggunakan tabel bilangan random

g. Di dalam buku-buku statstk bagian belakang, biasanya terdapat halaman yang
mem uat angka-angka yang disusun secara acak. Angka-angka tersebut dapat dicari
letaknya menurut baris dan kolom. Agar pengambilan sampel terlepas dari perasaan
subjektf, maka sebaiknya penelit menuliskan Iangkah-langkah yang akan diambil,
misalnya:
h. 1) menjatuhkan ujung pensil, menemukan nomor baris;
i.

2) menjatuhkan ujung pensil kedua, menemukan nomor kolom. Penemuan antara
baris dan kolom inilah nomor subjek ke-1;

j.

3)bergerak dari nomor tersebut 2 langkah ke kanan, menemukan nomor subjek ke2;

k. 4) bergerak ke bawah 5 langkah menemukan nomor subjek, ke-3;
l.

5) bergerak ke kiri 2 langkah menemukan nomor subjek ke-4.

m. dan seterusnya sampai diperoleh jumlah subjek yang dikehendaki.
Perlu ditambahkan di sini bahwa apabila jumlah subjeknya tdak terlalu banyak,
maka semua iangkah dapat ditulis. Tetapi jika jumlah subjeknya banyak, kita dapat
mengulang langkah yang sudah kita Ialui.
-

Apabila suatu ketka kita menemukan angka nomor subjek yang sudah terambil,
maka kita melewat langkah tersebut dan meneruskan ke langkah berikutnya.

-

Pengambilan nomor tentu saja tdak selalu harus satu angka.
Untuk memperoleh subjek dengan nomor Iebih besar dari 9, kita gunakan 2 atau

3 angka, ke kanan, ke kiri, ke bawah atau ke atas. Pengambilan sampel dengan cara
random ini hanya dapat dilakukan jika keadaan populasi memang homogen. Bagi
populasi yang tdak homogen, penelit perlu mempertmbangkan ciri-ciri yang ada, dan
cara pengambilan sampelnya diterangkan pada nomor-nomor berikut ini.
2. Sampel Berstrata atau Stratified Sample
Apabila penelit berpendapat bahwa populasi terbagi atas tngkatan- tngkatan
atau strata, maka pengambilan sampel tdak boleh dilakukan secara random. Adanya
strata, tdak boleh diabaikan, dan setap strata harus diwakili sebagai sampel.

Misalnya kita akan menelit kehadiran kuliah mahasiswa. Apabila kesimpulannya
akan diberlakukan untuk seluruh insttusi, maka kita harus mengambil sampel, wakil dari
semua tngkat. Strata ekonomi, strata pendidikan, strata umur, strata kelas, dan
sebagainya, dapat digunakan sebagai dasar penentuan sampel berstrata. Sampel
berstrata digunakan apabila kita berpendapat bahwa ada perbedaan ciri, atau
karakteristk

antara

strata-strata

yang

ada,

sedangkan

perbedaan

tersebut

mempengaruhi variabel. Akan tetapi jika tdak ada perbedaan ciri antara setap tngkat
yang ada, kita boleh menggunakan sampel random.
Ada kelompok ahli yang berpendapat bahwa penentuan strata penelitan harus
dilakukan secara hat-hat. Pemberian makna strata, kalau ternyata yang bersangkutan
tahu, dapat berakibat menyinggung perasaan.
Contoh : strata kekayaan
Kelompok I sangat kaya, kelompok ll sedang, kelompok III miskin. Dalam hal ini
kekayaan tdak perlu ditnjau dari tngkatannya, tetapi keadaan pemilikan harta
benda; sehingga di dalam sampling, kita kategorikan

saja sebagai cluster

sampling, yaitu sampel yang diambil
berdasarkan kelompok, bukan strata pemilikanharta benda.
3. Sampel Wilayah atau Area Probability Sample
Sepert halnya pada sampel berstrata dilakukan apabila ada perbedaan antara
strata yang satu dengan strata Iain, maka kita lakukan sampel wilayah apabila ada
perbedaan ciri antara wilayah yang satu dengan wilayah yang Iain.
Sampei wilayah adalah teknik sampling yang dilakukan dengan mengambil wakil
dari setap wilayah yang terdapat dalam populasi.Sebagai misal, kita akan menelit
keberhasilan KB di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena terdapat 27 provinsi, dan
masing-masing berbeda keadaannya, maka kita mengambil sampel dari 27 provinsi,
sehingga hasilnya mencerminkan keberhasilan KB seluruh Indonesia.
4. Sampel Proporsi atau Proportional Sampel, atau Sampel Imbangan
Teknik pengambilan sampel proporsi atau sampel imbangan ini dilakukan untuk
menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel wilayah. Ada
kalanya banyaknya subjek yang terdapat pada setap strata atau setap wilayah tdak
sama. Oleh karena itu, untuk memperoleh sampel yang representatf, pengambilan

subjek dari setap strata atau setap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan
banyaknya subjek dalam masing-masing strata atau wilayah.
Contoh: Mahasiswa tngkat I: 500 orang, tngkat II: 200 orang. tngkat III: 200
orang, tngkat IV: I50 orang, tngkat V: I00 orang,. Maka pengambilan sampelnya untuk
tngkat I sebanyak 2 ½ kali tngkat II dan 5 kali tngkat V.
Demikian juga untuk penelitan program KB di seluruh Indonesia. Oleh karena
banyaknya penduduk untuk setap provinsi tdak sama, maka besarnya sampel dari ke-27
provinsi juga tdak sama. Pada umumnya teknik yang digunakan dalam pengambilan
sampel penelitan memang tdak tunggal, tetapi gabungan dari 2 atau 3 teknik. Apabila
misalnya pengambilan sampel dari mahasiswa tngkat I sebanyak 50 dari 500 orang
dilakukan dengan acak, demikian juga dari tngkat-tngkat lain, maka sudah 3 teknik yang
kita gunakan, yakni berstrata, proporsi, dan acak. Teknik pengambilan sampel sepert ini
disebut stratfield proportonal random sampling.
5. Sampel Bertujuan atau Purposive Sample
Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan
atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tértentu. Teknik ini
biasanya dilakukan karena beberapa pertmbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu,
tenaga, dan dana sehingga tdak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.
Walaupun cara sepet ini diperbolehkan, yaitu penelit bisa menentukan sampel
berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi.
a. Pengambiian sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat—sifat atau
karakteristk tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling
banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subjects).
c. Penentuan karakteristk populasi diiakukan dengan cermat di dalam studi
pendahuluan.
Contoh:
Penelit akan mengadakan penelitan tentang minat beiajar siswa-siswa SMP di
seluruh Indonesia. Dengan mempertmbangkan tersedianya tenaga penelit,
waktu, dan dana, tentu tdak mungkin mengambil seluruh provinsi yang ada.
Maka diambiliah Yogyakarta, Medan, Malang, Bandung, Manado yang
diperkirakan merupakan tempat-tempat yang banyak sekoiahnya, sehingga

memiliki cukup banyak pelajar. Di samping itu, juga mengambil beberapa daerah
yang sekolahnya sedikit sekali imbangan. Lima daerah yang telah disebutkan.
Pengambilan sampel dengan teknik bertujuan ini cukup baik karena sesuai
dengan pertmbangan penelit sendiri sehinga dapat mewakili populasi. Kelemahannya
adalah bahwa penelit tdak dapat menggunakan statstk parametrik sebagai teknik
analisis data, karena tdak memenuhi persyaratan random.
Keuntungannya terletak pada ketepatan penelit memilih sumber data sesuai
dengan variabel yang ditelit. Untuk jelasnya ikut contoh berikut.
Contoh:
Seorang mahasiswa jurusan manajemen ingin menelit faktor-faktor yang
mempengaruhi tngkat kesuksesan badan usaha. Mahasiswa ini mengambil
koperasi sebagai objek penelitan. Dipilihnya dua buah koperasi yang sama-sama
bergerak di bidang usaha toko/jual beli,sebuah diambil yang sukses dan sebuah
lagi yang kurang sukses.Dalam hal ini penelit menitkberatkan perhatannya
pada kemampuan manajer. Asumsi penelit, manajer adalah faktor terpentng
dalam mengelola toko tersebut.
Menurut pendapat Maher dan kawan-kawan (1997; 21-23), seorang manajer
profesional harus memiliki kemampuan manajemen akuntansi sekurang-kurangnya tga
hal:
1. Menjaga dan mempertahankan kemampuan profesionalnya dengan cara
selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.
2.. Menunjukkan kemampuannya dalam mengikut segala peraturan, ketentuan, serta
standar teknikal yang berlaku dan relevan dengan bidangnya.
3. Menyiapkan dan membuat Iaporan serta rekomendasi setelah melalui tahap anal isis
yang cermat.
Apabiia sudah diketahui objek amatan, penelit menentukan sumber data yang
relevan. Siapa? Manajer sendiri, bawahan, dewan komisaris? Mengingat yang di! ihat
kemampuannya adalah manajer, tentu manajer itu sendiri ditentukan sebagai sumber
data. Namun peneiit tdak boleh terlalu percaya pada manajer saja. Bukan karena
manajer tdak bisa dipercaya, tetapi manajer adalah manusia, dan sepert manusia pada
umumnya yang mempunyai sifat-sifat ingin menceritakan angan-angan lebih banyak

dibandingkan fakta, penelit perlu waspada. Kewaspadaan ini ditndaki dengan
mengambil sumber data lain, yaitu para bawahan yang mengalami atau dikenal
kepemimpinan para manajer dimaksud. Dengan demikian makapengukuran kemampuan
manajer dilakukan secara tdak langsung, yaitu mengenai penampilan kemampuan
tersebut.
6. Sampel Kuota atau Quota Sample
Teknik sampling ini juga dilakukan tdak mendasarkan diri pada strata atau
daerah, tetapi mendasarkan diri pada jumlah yang sudah ditentukan. Dalam
mengumpulkan data, penelit menghubungi subjek yang memenuhi persyaratan ciri-ciri
populasi, tanpa menghiraukan dari mana asal subjek tersebut (asal masih dalam
populasi). Biasanya yang dihubungi adalah subjek yang mudah ditemui, sehingga
pengumpulan datanya mudah. Yang pentng diperhatkan di sini adalah terpenuhinya
jumlah (quotum) yang telah ditetapkan.
7. Sampel Kelompok atau Cluster Sample
Di masyarakat kita jumpai kelompok-kelompok yang bukan merupakan kelas
atau strata. Dalam membicarakan masalah persekolahan, kita jumpai adanya kelompok
sekolah SD, SLTP, SLTA. Keiompok-keiompok tersebut dapat dipandang sebagai tngkatan
atau strata. Demikian juga adanya kelas atau tngkat di masing-masing tngkatan sekolah.
Akan tetapi jika kita menghendaki perwakilan dari sekolah negeri, bersubsidi,
berbantahan, swasta, sebenarnya lebih tepat kita sebut kelompok, daripada strata.
Demikian pula kelompok pegawai negeri, anggota ABRI, pedagang, petani, nelayan, dan
sebagainya, kita tdak dapat memandanginya sebagai strata, tetapi kelompok. lnilah yang
disebut cluster.

Di dalam menentukan

jenis ciuster

atau

keiompok harus

dipertmbangkan dengan masak-masak apa ciri-ciri yang ada.
8. Sampel Kembar atau Double Sample
Sampel kembar adalah dua buah sampel yang sekaiigus diambil oieh penelit
dengan tujuan untuk melengkapi jumlah apabila ada data yang tdak masuk dari sampel
pertama, atau untuk mengadakan pengecekan terhadap kebenaran data dari sampel
pertama. Biasanya sampel pertama jumlahnya sangat besar sedangkan sampel kedua
yang untuk mengecek, jumlahnya tdak begitu besar.