GAGASAN 33 SASTRAWAN DALAM ESAI 33 TOKOH

9 786026 008008

Seminar Internasional

Riksa Bahasa X
Literasi dan Budaya Bangsa

Editor
Dr. Sumiyadi, M.Hum
Reka Yuda Mahardika, M.Pd.
Adrias, M.Pd.
Nurita Bayu Kusmayati, M.Pd.

Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia
Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia

Riksa Bahasa X
Literasi dan Budaya Bangsa

Editor

Dr. Sumiyadi, M.Hum
Reka Yuda Mahardika, M.Pd.
Adrias, M.Pd.
Nurita Bayu Kusmayati, M.Pd.

Desain Sampul
Reka Yuda Mahardika

ISBN
978-602-60080-0-8

Cetakan Pertama, September 2016
@2016 Hak cipta dilindungi undang-undang
Keorisinalitasan isi menjadi tanggung jawab penulis

Penerbit:
Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Jalan Setiabudi No. 229 Bandung 40154


ii

KATA PENGANTAR
Seminar Riksa Bahasa yang dilaksanakan oleh Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia
SPs UPI telah melewati satu dekade. Seminar ini diselenggarakan setahun sekali
sehingga sudah dapat dipastikan pada tahun ini adalah Riksa Bahasa ke-10.
Meskipun penggagasnya dari prodi karena memang agenda RKAT, Seminar Riksa
Bahasa digerakkan dan dihidupkan oleh mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia,
baik S-2 maupun S-3. Seolah sudah merupakan tradisi bahwa mahasiswa yang
menginjak semester 3 bertugas sebagai panitia dan mahasiswa semester 1, yang baru
masuk, langsung melibatkan diri sebagai peserta aktif: aktif dalam mengikuti seminar;
aktif juga dalam mengapresiasi dan mengkritisi kepanitiaan sebab tahun berikutnya
adalah tugas mereka untuk menjadi panitia.
Tema seminar kali ini adalah “Literasi dan Budaya Bangsa”. Memang judul yang
mainstream. Isu rendahnya budaya literasi bangsa ini mencuat ketika data PISA
(Programme for International Student Assessment) menunjukkan bahwa literasi
mambaca Indonesia berada pada urutan bawah (peringkat 64 dari 65 negara). Tentu saja,
pelbagai seminar tentang literasi tidak perlu dianggap sebagai aksi reaktif, melankan
upaya menemukan solusi, strategi, dan langkah konkret sehingga kita dapat melakukan
percepatan tradisi dan budaya literasi sebagai bagian dari jati diri bangsa Indonesia .

Agar seminar Riksa Bahasa berdampak dan berkontribusi pada peningkatan
literasi, seluruh tulisan yang layak saji diikat dalam satu buku atau prosiding sehingga
dapat dibaca dan menginspirasi pembacanya untuk menulis. Tentu saja, Seminar Riksa
Bahasa dan prosidingnya hanyalah pemicu dan mudah-mudahan juga pemacu agar
bangsa ini akrab dengan berbagai komponen literasi, baik literasi dini, literasi dasar,
literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknolologi, bahkan literasi visual.
Bandung, September 2016
Dr. Sumiyadi, M.Hum.

iii

iv

DAFTAR ISI
No
1

Pemakalah
Heri Kuswanto


2

Muslim

3

Tri Suhardi

4

5
6

Ida Bagus Artha
Adnyana dan Kadek
Dwi Cahaya Putra
Sri Fitriani
Dewi Untari

7


Auliaur Rahman

8

Rina Sartika

9

11

Muhaimi Mughni
Prayogo, Rohmah
Ageng Mursita, dan
Gian Asri Septiany
Herni Fitriani dan
Sugiarti
Ningsih

12


Nurchasanah

13

Revna Nevra Elsa

14

Titin Setiartin R.

15

Dede Tri Kurniawan

10

Judul
Budaya Suku Anak Dalam pada Kumpulan
Cerpen Negeri Cinta Batanghari

Urgensi Nilai-nilai Pendidikan Multikultural
dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Siswa
Menengah Pertama (SMP)
Budaya Kepesantrenan dalam Novel-novel
Berlatar Pesantren sebagai Penggugah
Literasi Sastra di Pesantren
Peningkatan Keterampilan Menulis
Akademik Berbasis Metode Quantum

Halaman
1

Literasi Media Televisi dalam Keluarga
Rancangan Pedoman Transliterasi Bahasa
Jawa ke Bahasa Latin dalam Lagu-Lagu
Campursari Karya Cak Diqin
Pengaruh Model Problem Based Learnig
(PBL) Berorientasi Berpikir Kreatif terhadap
Pembelajaran Menulis Puisi
Penerapan Modul Berbasis Masalah untuk

Pembelajaran Menulis Teks Prosedur
Kompleks Siswa Kelas X SMA
Pelaksanaan Asesmen Kemampuan
Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SDN
Cihampelas 1 Bandung

33
40

Upaya Merekonstruksi Budaya Masa
Lampau melalui Pendekatan Hermeneutik
Pengembangan Literasi Informasi Siswa
dalam Pembelajaran IPD di Persekolahan
B3 as A Literacy Learning Method
Alternative
Peran Guru Bahasa Indonesia dalam
Pengembangan Kemampuan Literasi Siswa
Model Pembelajaran Membaca Kritis dan
Menulis Kreatif (Transformasi Teks Cerita
Rakyat melalui Penguatan Bentuk Cerita

Bergambar)
Profil Literasi Teknologi Informasi
Komunikasi (TIK) Mahasiswa Calon Guru
Matematika di Salah Satu Perguruan Tinggi
Swasta Kota Cirebon

69

v

8

15

23

46

53


59

76
83
94
101

108

16

Abidin Raharjo

17

Abdi Maha Putra

18

Adriansyah Muftitama


19

Agus Setiawan

20

Aji Septiaji

21

Amar Salahuddin dan
Adila Jefiza

22

Anastasia Dewi
Anggraeni, Ana
Widyastuti, dan Helda
Jolanda Pentury

23

Ari Ariyanto

24

Bayu Iqbal Anshari
dan Moh. Dede

25

Deasy Aditya
Damayanti

26

Devi Surindra

27
28

Di‟amah Fitriyyah
Dwi Kurniasih

29

Eko Apriansyah dan
Nurul Lutfia
Endang Waryanti

30

Model Pembelajaran Induktif Kata
Bergambar sebagai Upaya Mengatasi
Kesulitan Membaca Permulaan
Kajian Filologi Naskah Manuskrip di
Indonesia (Sềrat Suluk Saking Kitab
Markun)
Kristalisasi Nilai Kearifan Lokal melalui
Media Massa Lokal: Penanaman Inti Budaya
Jambi dalam Praktik Siaran TVRI Jambi
Budaya Literasi Informasi Lewat Resensi
Buku Berproyek pada Mahasiswa di
Perguruan Tinggi
Gagasan 33 Sastrawan dalam Esai 33 Tokoh
Sastra Indonesia Paling Berpengaruh Karya
Jamal D. Rahman, dkk. sebagai Wujud
Budaya Literasi
Tradisi Lisan Maondu Pojo

117

Implementasi Model Project Basic Learning
(PJBL) melalui Media Majalah Dinding
Dalam Dwi Bahasa (Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris) untuk Meningkatkan
Kompetensi Pedagogik Guru (Studi Kasus di
TK Se-Kecamatan Limo Depok)
Konstruksi Gender Perempuan sebagai
„Maung Geulis‟ dalam Dunia Sepak Bola
Indonesia
Persepsi Istri Ideal dalam Lirik Lagu Tarling
“Istri Apa Polisi” Karya Yoyo Suwaryo

167

Strategi Pengembangan Model Apresiasi
Babad Bali Jayapangus melalui Aplikasi
Augmented Reality Story Book (ARSB)
Pengelolan Tabloid Sekolah untuk
Menumbuhkan Budaya Literasi dan
Kepekaan Sosial Siswa
Perempuan dalam Literasi Al-Qur‟an
Pengaruh Metode Peta Pikiran Berbasis
Pengalaman Berbantuan Kertas Rasa dalam
Pembelajaran Menulis Puisi Lirik
Studi Deskriptif Puisi Instagram dalam
Literasi Sastra Siber
Merajut Citra Perempuan Calon Arang
terhadap Pandangan Pramoedya Ananta Toer

189

vi

126

135

142

151

158

174

183

201

208
216

221
230

31
32

Giovani Lumban Gaol
dan Siti Arnisyah
Helaluddin

33

Icha Islacha

34

35

Iko Agustina
Boangmanalu dan
Indri Kusuma Wardani
Indriani Nisja

36

Jainal Rasydin

37

Kurnia Dewi
Nurfadilah

38

Lina Siti Nurwahidah

39

M.Subhan Akbar

40

Maya Dewi Kurnia

41

Muhammad Asyura
dan Muhammad Nasir
Azami

42

Nazriani

43

Ni Wayan Eminda
Sari, Abdussyukur
Ghazali, dan Imam
Suyitno
Ninah Hasanah dan
Ari Kartini

44

45

Nuansa Bayu Segara

46

Prima Veronika

Analisis Kesalahan Pembentukan Kata Kerja
Mahasiswa BIPA UPTP2B Solo
Penguatan Karakter Peserta Didik melalui
Budaya Literasi Karya Sastra
Nilai Kearifan Lokal dalam Cerpen Surat
Kabar di Cirebon
Membangun Budaya Literasi melalui Kapal
Belajar dan Sopo Belajar Alusi Tao Toba

240

Pengaruh Penggunaan Teknik Objek
Langsung terhadap Kemampuan Menulis
Teks Ekplanasi
Upaya Penyelamatan Lingkungan dengan
Membangun Masyarakat Literet melalui
Sastra Hijau
Prinsip Kesantunan Berbahasa Ridwan
Kamil dalam Acara Mata Najwa 09 Maret
2016 dengan Tema “Pejabat Kekinian”

269

Literasi yang Aplikatif dan Inovatif untuk
Pemberdayaan Perempuan Pedesaan Ditinjau
dari Perspektif Budaya Bangsa
Penumbuhan Budaya Literasi dalam
Pembelajaran Tematik Terpadu di Sekolah
Dasar
Pemanfaatan Lagu Anak Indonesia dalam
Keluarga Sebagai Upaya Menumbuhkan
Literasi Pada Anak
Pengembangan Pembelajaran Multisensori
dalam Meningkatkan Literasi Kemampuan
Membaca dan Menulis Permulaan Siswa
Sekolah Dasar
Model Pembelajaran Make a Match sebagai
Upaya untuk Meningkatkan Budaya Literasi
Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat
melalui Sastra Lisan Mesanti

294

Penerapan Metode Membaca sebagai Upaya
Mengatasi Kesulitan Membaca Permulaan
pada Anak Disleksia
Literasi Peta dan Gaya Hidup Modern di Era
Digital
Peningkatan Budaya Literasi Aksara Jawa
melalui Metode Pembelajaran Make A Match

335

vii

248
254
261

279

284

306

311

316

321
327

353
366

47

Rahayu Fitri dan Ninit
Alfianika

48

Sefi Indra Gumilar

49

50

Selvia Putri
Kumalasari dan Roy
Raja Sukmanta
Sri Wahyuni

51

Tarman

52

Tiarma Naibaho

53

Witri Annisa

54

Yosi Elfiandra

55

Feby Lestari
Supriyono

56

Elin Rosmaya

57

Fitriana Kartika Sari

58

Hasan Bisri

59

Iis Lisnawati

60

Iswadi Bahardur

Pengaruh Penggunaan Pendekatan
Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) terhadap Kemampuan
Membaca Pemahaman: Studi Kasus pada
Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI
Sumatera Barat
Pengembangan Modul Menulis Teks Diskusi
Berbasis Strategi Metakognitif untuk Siswa
SMP Kelas VIII
Peran Film Karya Anak Bangsa dalam
Literasi Budaya untuk Menciptakan
Masyarakat yang Mampu Berpikir Kritis
Literasi Membaca sebagai Wujud
Memahami Teks dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia Siswa SMP
Penerapan Metode Membaca Permulaan
ABECEDARIAN untuk Meningkatkan
Peserta Didik Berkesulitan Membaca
Pengaruh Model Advance Organizer
Berbasis Kecerdasan Naturalis terhadap
Kemampuan Menulis Puisi
Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan
The Cognitive Academic Language Learning
Approach (CALLA) untuk Mewujudkan
Budaya Literasi
Pengaruh Model Pembelajaran Siklus 7M
Berbasis Berpikir Kritis terhadap
Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil
Observasi
Peran Kultural Perpustakaan: Mewadahi
“Tradisi Tutur” sebagai “Perpustakaan
Hidup”
Menumbuhkan Budaya Literasi pada Anak
untuk Membangun Karakter yang
Berkualitas
Mulwa “Monopoly Aksara Jawa” sebagai
Upaya Membangun Budaya Literasi Aksara
Jawa Siswa Sekolah Menengah Pertama
Penerapan Model Sketsa Panorama dalam
Pembelajaran Menulis Deskriptif Siswa
Pembelajaran Berbicara Formal Berbasis
Literasi
Representasi Keberaksaraan Anak Suku
Pedalaman dalam Film Sokola Rimba

viii

372

382

392

397

407

416

430

436

442

450

457

462
476
486

61

Moh. Safii

62

Nina Retnaningtyas

63

64

Roy Raja Sukmanta
dan Selvia Putri
Kumalasari
Seni Apriliya

65

Trianasari Pratiwi

66

Ubaidilah

67

Yosep Moammar
Khadafi

68

Yosi Wulandari

69

70

Randi Ramliyana, Ni
Wayan Ayu Permata
Sari, dan Heppy
Atmapratiwi
Suci Dwinitia

71

Rosita Rahma

72

Mira Nuryanti,
Juwanda

73

Yulia Pebriani

74

Yostiani Noor Asmi
Harini
Yanti Sariasih dan
Ainur Rohmah

75

76

Sundawati Tisnasari

Mewujudkan Literasi Digital untuk Anak
Indonesia
Cerpen-cerpen Surat Kabar Suara Merdeka
sebagai Media Penanaman Nilai-nilai Moral
Mendorong Budaya Filmmaking yang
Inovatif dan Sehat

496

Standardisasi Akademik dan Apresiasi
Publik terhadap Sastra Anak sebagai
Afirmasi Literasi
Pengaruh Model Bengkel Sastra dengan
Metode Pelatihan Dasar Teater pada
Pembelajaran Membaca Puisi
Kajian Bandingan Novel Max Havelaar
Karya Multatuli dengan Bumi Manusia
Karya Pramoedya Ananta Toer
Penerapan Model Imersi Berbasis
Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Berbicara
(Penelitian Eksperimen di SMPN 2
Tambakdahan Tahun Ajaran 2015/2016)
Dekonstruksi Cerita Asal Usul Tari
Tradisional Minangkabau menjadi Karya
Sastra Berbasis Kebudayaan Lokal
Penerapan Media Komik sebagai Media
Membaca Teks pada Peserta Bipa Tingkat
Pemula

514

Metode Storytelling sebagai Alternatif untuk
Meningkatkan Budaya Literasi Anak
Perangkat Lunak Latihan Keterampilan
Membaca Cepat untuk Siswa SMP
Kajian Literasi dalam Buku Ajar Siswa
Kelas VII Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kurikulum 2013
Pengembangan Materi Pembelajaran
terhadap Keterampilan Menulis
Pemanfaatan Motif dalam Cerita Rakyat
sebagai Media Literasi Antarbangsa
Pengoptimalan Perpustakaan sebagai
Jantung Sekolah dalam Membangun Budaya
Literasi Siswa
Pemanfaatan Media Big Books sebagai
Upaya Membangun Literasi dalam Mata
Kuliah Psikolinguistik (Mahasiswa Semester
IV di UNTIRTA)

563

ix

501
506

520

531

539

545

551

570
578

583
591
599

611

77

Sri Maryani

78

Soohaimee Jehseng

79

Rizki Amalia Sholihah

80

Prima Nelita

81

Novi Eka Susilowati

82

Nansiko Indah Taman
Hati

83

Nani Sunarni dan Lia
Maulia Indrayani

84
85

Mauliddhea Sakina
Rahmi
Yulianeta

86

Muhammad Hambali

87

Liza Rahmi

88

Lira Hayu Afdetis
Mana dan Titiek Fujita
Yusandra
Hudha Abdul Rohman

89

90
91

HR. Utami
Bagus Wahyu
Setyawan

92

Asri Wahyuni Sari

93

Arif Husein Lubis

94

Afrini Rahmi

Penerapan Model Games Based Learning
Berbasis Kecerdasan Majemuk dalam
Pembelajaran Menulis Cerpen
Kajian Bandingan Hikayat Patani dengan
Sejarah Kerajaan Melayu Patani dan
Pemanfaatannya sebagai Bahan Ajar BIPA
Kemampuan Literasi Mahasiswa PGMI pada
Mata Kuliah Bahasa Indonesia di Institut
Agama Islam Sunan Giri Ponorogo
Pembinaan Kegiatan Literasi di SMA
Kabupaten Padangpariaman
Kelisanan Tersier: Bentuk Keberaksaraan
Masyarakat Era Digital
Pengaruh Model Pembelajaran Generatif
terhadap Kemampuan Menulis Teks
Eksplanasi
Membangun Budaya Literasi Berbasis
Kearifan Lokal: Dimulai dari Keluarga
sampai Sekolah
Anime Nintama Rantarou sebagai Media
Pembelajaran Bahasa Jepang
Keterdidikan Perempuan sebagai Pengaruh
Literasi dalam Novel Bumi Manusia dan
Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer
Literasi Hijau: Upaya Menumbuhkan
Budaya Berliterasi dan Cinta Lingkungan
pada Mahasiswa
Fungsi Bahasa Fatis Aceh dalam Drama
Eumpang Breuh
Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Menyimak Berbasis Pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL)
Gender dan Tradisi Patriarki dalam “Puisi
Kacang Hijau” Karya Hanna Fransisca:
Perspektif Kajian Semiotika
Literasi dan Media Antara Idea dan Realita
Membaca Sejarah melalui Kegiatan
Membaca Naskah Ketoprak (Literasi pada
Ranah Sastra Jawa)
Peranan Guru dalam Membudayakan
Kebiasaan Membaca Siswa di Sekolah
Literature Circles sebagai Fasilitator untuk
Menunjang Proses Komposisi: Dari
Perspektif Mahasiswa EFL
Urgensi Membaca Pemahaman untuk
Mahasiswa Keguruan sebagai Calon Pendidik
x

619

626

640

646
655
663

669

677
685

693

702
709

720

728
734

740
744

753

95

Aceng Komarudin

96

Seli Mauludani

97

Ratna Rizky
Wulandari

98

Martutik

99

Siti Rodiah

100 Eulis Khoirunnisa

101 Pujiati Suyata, Triwati
Rahayu, dan Roni
Sulistiyono
102 Abdul Rani
103 Laelasari
104 Ahfa Rahman Syah

105 Euis Heryanti

106 Diena San Fauziya
107 Wachid E. Purwanto
108 Rosyalina

Kajian Bandingan Novel dengan Memoar
Haji Backpacker serta Pemanfaatannya
dalam Penyusunan Buku Pengayaan
Keterampilan Menulis Fiksi untuk SMA
Kajian Bandingan dalam Memoar dan Film
Sokola Rimba
Pengembangan Alat Evaluasi Keterampilan
Menyimak Model De Bono Berbasis
Pendekatan Integratif (Studi Penelitian dan
Pengembangan pada Siswa Kelas XI SMK
Telkom Bandung)
Metapesan Persuasif dalam Advertorial Iklan
Produk (Persuassive Metamessages in
Advertisements Advertising Product)
Tawasul pada Tradisi Ziarah Makam Dalem
Cikundul Kabupaten Cianjur
(Sebuah Kajian Struktur, Konteks Penuturan,
Penciptaan, Pewarisan, Fungsi, serta Nilai
Sastra Lisan pada Teks Tawasul)
Penerapan Model Experiential Learning
Melalui Media Audio Visual Berbasis
Budaya Lokal dalam Pembelajaran Menulis
Narasi Terhadap Warga Belajar Kleas III
Kejar Paket A RPA Bagea di Cibuntu
Selatan Kota Bandung
Analisis Need Assessment: Literasi Bahasa
Indonesia Peserta Didik SD Kelas Permulaan
yang Berbahasa Ibu Bahasa Daerah
Representasi Hedonisme pada Wacana Iklan
Televisi
Kemampuan Literasi Matematis pada Mata
Kuliah Matematika Ekonomi
Representasi Gagasan Orientalisme dalam
Novel Anak; The Lion, The Witch, and The
Wardrobe Karya C.S Lewis
Pengaruh Metode Acting Stanislavski
terhadap Kemampuan Bermain Drama
Peserta Ekstrakurikuler Teater IPA dan IPS
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam Pembelajaran Literasi
Transkripsi Aji dan Mantra dalam Primbon
Ajimantrawara
Ragam Bahasa Kritik pada Tulisan Siswa
san Pemanfaatannya dalam Pembelajaran
Teks Resensi

xi

758

767
789

797

805

814

837

843
859
864

875

886
894
901

109 Rika Widawati
110 Welsi Damayanti

111 Muhammad Rohmadi

112 Saidiman
113 Hindun

114 Tsamaratul Janniah

115 Siti Ansoriyah

116 Yeti Mulyati
117 Yuka Martlisda
Anwika

118 Putri Sari Ulfa S

119 Siti Amila Rafiani
Silmi
120 Lu Yingxuan

121 Miftakhul Khairah
Anwar
122 Halimah
123 Arni
124 Indah Nurmahanani

125 Netti Yuniarti

Kajian Pemahaman Literasi melalui Media
Sosial pada Masyarakat
Optimalisasi Media Internet sebagai Upaya
Membudayakan Literasi Informasi pada
Mahasiswa
Peran Guru dan Dosen Bahasa Indonesia
untuk Menumbuhkembangkan Budaya
Literasi Berbasis Pembelajaran dalam
Rangka Melahirkan Generasi Indonesia
Cerdas dan Kreatif
Literasi dan Pembelajaran
Implikasi Film “Ada Apa Dengan Cinta 2”
dan “Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara”
terhadap Kebiasaan Membaca Mahasiswa
Penerapan Pendekatan Kuriositas melalui
Website kursusbahasa.com dalam Pembelajaran menulis Prosa untuk Pembelajar Bipa
Membangun Budaya Menulis dengan
Menggunakan Bahasa Indonesia dalam
Penulisan Populer
Pemanfaatan LEA Berbasis Big Book dalam
Pembelajaran Literasi Awal
Penerapan Pendidikan Karakter pada Pelatihan
Keterampilan Bermusik untuk Peningkatan
Berkomunikasi dan Kedisiplinan Anak Jalanan
(Studi Deskriptif di Rumah Musik Harry
Roesli Kota Bandung)
Pelatihan Servis Sepeda Motor untuk
Meningkatkan Life Skill pada Geng Motor di
Bandung
Penerapan Budaya dan Literasi dalam
Pembelajaran Bahasa Kedua
Pengaruh Perang Bubat Bagi Masyarakat
Sunda dan Jawa pada Masa Majapahit dan
Masa Kini
Teks Ilmiah Perspektif Genre
Budaya Literasi dalam Cerpen-cerpen
Indonesia sesudah Kemerdekaan
Literasi Sosiokultural dalam Tindak Tutur
Berbahasa Indonesia
Proyek Buku Cerita Anak Digital: Upaya
Membangun Literasi Calon Guru SD melalui
Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Pemanfaatan Cerita Rakyat dalam
Membangun Budaya Literasi Anak
xii

916
921

926

934
944

958

965

975
983

993

1002
1010

1020
1028
1038
1047

1057

126 Cecep Dudung

127 Adrias

128 Dindin M.Z.

129 Fitriani

130 Ridzky Firmanysah
Fahmi
131 Riskha Arfiyanti

132 Herawati M.G.
133 Dian Utami

134 Putri Oviolanda

135 Lifia Yola Febrianti
136 Robita Ika Nissa

137 Nurita Bayu

138 Reka Yuda Mahardika

139 Jendriadi

Konstruksi Konsep Kata “Pamali” sebagai
Simbol Pelestarian Budaya di Masyarakat
Kampung Naga
Penggunaan Bahasa Lisan dalam Pidato
Irwan Prayitno Gubernur Provinsi Sumatera
Barat: Implikasi dalam Pengajaran
Keterampilan Berbicara Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat
Termarjinalkannya Nilai Kearifan Lokal
Sastra Lisan sebagai Penguat Peradaban
Karakter Bangsa
Media Komik Edukasi Berbasis Budaya
untuk Pembelajaran Keterampilan Menulis
Eksposisi
Kampung Seribu Larangan

1062

Budaya Literasi Informasi dan Kemampuan
Berpikir Kritis melalui Implementasi
Pembelajaran Berbasis Masalah dalam
Menulis Karya Ilmiah
Kajian Psikologi Sastra pada Cerpen Ia Ingin
Mati di Bulan Ramadhan karya Agus Noor
Urgensi Literasi Media bagi Orang Tua
dalam Upaya Melindungi Anak dari Dampak
Negatif Media Televisi
Peranan Surat Kabar untuk Meningkatkan
Literasi Siswa dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Transformasi Makna Literasi dalam
Menjawab Tantangan Global
Pengembangan Alat Evaluasi UKBIPA –
Membaca Berbasis Teknologi Informasi
sebagai Sarana untuk Mengukur Kompetensi
Membaca Pembelajar BIPA
Penelitian Folklor tentang Jenis Permainan
dan Alat Permainan Rakyat Sunda di
Kampung Cikondang Jawa Barat
Konstruksi Maskulinitas pada Pemberitaan
Kriminalitas terhadap Perempuan Di Media
Daring
Potret Pembelajaran Tematik Terlangsung Di
sekolah Dasar Kota Bandung sebagai Upaya
Pendukung Penjajakan Awal Kemampuan
Menulis Narasi Siswa Kelas IV SD Kota
Bandung

1101

xiii

1068

1076

1082

1093

1108
1117

1124

1130
1135

1140

1154

1162

140 Ida Widya
141 Rama Wijaya Abdul
Rozak
142 Isah Cahyani
Andoyo Sastromiharjo

Peranan Kebudayaan dalam Pembelajaran
Bahasa Kedua: Teori dan Aplikasinya
Membaca Kritis dan Berpikir Kritis sebagai
upaya Perencanaan Bahasa untuk
Keterampilan Hidup Masyarakat
Pengaruh Model Experiential Learning
terhadap Peningkatan Kemampuan Menulis
Eksplanasi di Sekolah Dasar

xiv

1175
1183

1190

GAGASAN 33 SASTRAWAN DALAM ESAI
33 TOKOH SASTRA INDONESIA PALING BERPENGARUH
KARYA JAMAL D. RAHMAN, DKK. SEBAGAI WUJUD
BUDAYA LITERASI
Aji Septiaji
Universitas Majalengka
Pos-el: ajiseptiaji@gmail.com
Abstrak
Karya sastra sebagai karya monumental hingga memunculkan polemik dan kontroversi,
sejatinya hanya memberikan kesan bahwa sastra ada dalam kehidupan dan akan
berpengaruh pada aspek yang ada di dalamnya. Kehadiran buku 33 Tokoh Sastra
Indonesia Paling Berpengaruh yang berisi sejumlah esai dari para sastrawan turut
membuka jendela tentang peran sastrawan bagi perkembangan dunianya dan kemajuan
suatu bangsa. Dalam pandangan perkembangan kebahasaan suatu bangsa, gagasan 33
Tokoh Sastra Indonesia menggambarkan pasang surut perkembangan budaya literasi
bangsa Indonesia yaitu kondisi masyarakat lisan bergeser ke masyarakat tulisan
(membaca). Namun, seiring dengan perkembangan teknologi ada pergeseran kembali ke
masyarakat lisan (menyimak). Pergeseran ini tergambar dalam untaian kehadiran tokohtokoh jagat sastra yang juga berkembang mengikuti perkembangan teknologi. Peran yang
diberikan dalam membangun negeri ini dapat berawal dari kegelisahan para sastrawan
dalam melihat berbagai fenomena kemudian disuarakan melalui media tulis atau media
panggung sastra. Penentuan 33 tokoh ada empat kriteria, yaitu (1) memiliki kiprah dengan
skala nasional; (2) gagasan yang dihasilkan berkesinambungan; (3) memiliki karya yang
cukup penting; dan (4) merupakan perintis dalam karya sastra. Adapun 33 sastrawan yang
terlibat ialah Kwee Tek Hoay, Marah Rusli, Muhammad Yamin, HAMKA, Armijn Pane,
Sutan Takdir Alisjahbana, Achdiat Karta Mihardja, Amir Hamzah, Trisno Sumardjo, H.B.
Jassin, Idrus, Mochtar Lubis, Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, Iwan Simatupang,
Ajip Rosidi, Taufiq Ismail, Rendra, Nh. Dini, Sapardi Djoko Damono, Arief Budiman, Arifin
C. Noer, Sutardji Calzoum Bachri, Goenawan Mohamad, Putu Wijaya, Remy Sylado, Abdul
Hadi W.M., Emha Ainun Nadjib, Afrizal Malna, Denny JA, Wowok Hesti Prabowo, Ayu
Utami, dan Helvy Tiana Rosa.
Kata Kunci: karya sastra, esai, gagasan, budaya literasi, 33 tokoh sastra Indonesia
Abstract
Literature as a monumental work leads polemics and controversy, this only gives an
impression that literature exists and gives influences in some aspects in our life. The
presence of a book entitled 33 Most Influential People of Indonesian literature which
contains a number of essays from the writers helps open a sight of writers’ roles for its
world development and progress of a nation. In the view about the linguistic
development of a nation, the idea of 33Indonesian Literature Figures illustrates the
development of cultural literature in Indonesian. This deals with the condition of a shift
from oral society to written society (reading). However, along with the development of
technology there is a shift back to the oral society (listening). This shift is reflected in the
151

presence of literature figures that follow technology development. The role that given to
develop this country is started from the anxiety of the writers see the phenomena which
then reflected through their voice through the media or scene. There are four criteria to
determine the 33 figures: (1) their works in national scale; (2) their ideas which are
produced continuously; (3) their masterpiece; and (4) their existence as pioneer in Indonesian
literature. The 33 writers are Kwee Tek Hoay, Marah Rusli, Muhammad Yamin, HAMKA,
Armijn Pane, Sutan Takdir Alisjahbana, Achdiat Karta Mihardja, Amir Hamzah, Trisno
Sumardjo, H.B. Jassin, Idrus, Mochtar Lubis, Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, Iwan
Simatupang, Ajip Rosidi, Taufiq Ismail, Rendra, Nh. Dini, Sapardi Djoko Damono, Arief
Budiman, Arifin C. Noer, Sutardji Calzoum Bachri, Goenawan Mohamad, Putu Wijaya,
Remy Sylado, Abdul Hadi W.M., Emha Ainun Nadjib, Afrizal Malna, Denny JA, Wowok
Hesti Prabowo, Ayu Utami, dan Helvy Tiana Rosa.
Keywords: literature, essays, ideas, cultural literacy, 33 Indonesian literature figures
1. Pendahuluan
Sastra sebagai karya yang imajinatif turut menghadirkan polemik-polemik antara
khayalan, mimpi, dan realitas. Entah puisi, prosa, cerpen, ataupun novel. Semua
berasaskan pemikiran yang tidak pernah luput dari keadaan realitas si pengarang,
pengalaman yang pernah dialaminya, atau sebatas imaji yang seolah membentuk
kenyataan yang sarat pesan. Melalui olahan rasa setiap penciptanya, sastra mampu
menyuguhkan karya yang berbeda dari yang lain sehingga sastra disebut sebagai kado
dengan balutan bunga-bunga indah. Pemikiran sastrawan dalam mengolah dan mengelola
karya yang begitu apik adalah pertanda bahwa sastra tidak terlepas dari intelektualitas
dan kreativitas. Namun, setelah kreativitas dipertunjukkan kemudian timbul peluang
yang menuai kontroversi atau polemik maka sastra hadir dan menjelma sebagai
popularitas, setidaknya hal inilah yang terjadi pada esai 33 Tokoh Sastra Indonesia
Paling Berpengaruh yang memunculkan kontroversi atas ditetapkannya sejumlah tokoh
sastra. Terlepas dari kontroversi tersebut, sastra tetap mampu menyuguhkan aura
popularitasnya melalui sebuah karya dengan tidak menghilangkan keintelektualitasan
para penulisnya. Maka dari itu, karya sastra yang bermutu hanya dapat diciptakan oleh
seseorang yang memiliki tingkat intelektual yang memadai.
Sejak lama sastra diakui sebagai media pembangun kesadaran. Bahkan sastra
diyakini memiliki fungsi hiburan dan edukasi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
media penanaman nilai-nilai yang berorientasi terhadap pengembangan kehidupan
seseorang, masyarakat, dan bangsa.
2. Pembahasan
2.1 Karya Sastra, Gagasan, dan Esai
Karya sastra tidak terlepas dari adanya pemikiran berdasarkan peristiwa yang
terjadi, baik pada saat sekarang, masa lalu, atau yang akan terjadi baik sosial, politik,
maupun budaya secara umum. Penyajiannya lebih dominan imajinatif. Ratna (2005: 312)
152

mengungkapkan karya sastra adalah rekaan atau yang lebih sering disebut imajinasi.
Imajinasi dalam karya sastra adalah imajinasi berdasarkan kenyataan. Imajinasi tersebut
diimajinasikan oleh orang lain. Meskipun pada hakikatnya karya sastra adalah rekaan,
karya sastra dikonstruksikan atas dasar kenyataan.
Hal ihwal dalam berbagai karya sastra adalah gagasan atau ide. Gagasan merupakan
pemikiran murni yang semata-mata merupakan penjelasan konseptual. Pemikiran atau
konsep tersebut diterapkan secara praktis (Sarbini, 2005). Gagasan yang penyajiannya
bersifat subjektif dan interpretatif ialah melalui esai. Esai adalah karangan dalam bentuk
prosa yang membahas masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi
penulisnya. Eneste (1994:71) esai adalah karangan nonfiksi mengenai suatu hal tertentu.
Di dalamnya kelihatan pandangan atau sikap penulisnya secara pribadi.
2.2 Tiga Puluh Tiga (33) Tokoh Sastra dan Budaya Literasi
Pada hakikatnya penyebaran budaya literasi meliputi budaya baca dan tulis.
Sedangkan budaya orasi meliputi kebudayaan masyarakat dalam bertutur kata, dan
menerima informasi. Dalam konteks keterampilan berbahasa bahwa literasi secara
sederhana diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis. Seseorang dikatakan
literat apabila bisa memahami sesuatu karena membaca informasi yang tepat dan
melakukan sesuatu berdasarkan pemahaman terhadap isi bacaan tersebut. Sebagai wujud
nyata, para sastrawan Indonesia memberi kontribusi bagi perkembangan budaya literasi
salah satunya melalui hasil pemikiran (gagasan) yang dibukukan dalam esai 33 Tokoh
Sastra Indonesia Paling Berpengaruh. (1) Kweek Tek Hoay, kekhasan KTH terlihat
pada keprihatinan dan keberaniannya untuk mengemukakan tradisi dan realitas sosial
budaya masyarakat yang dominan saat itu, khususnya kaum peranakan Tionghoa; (2)
Marah Rusli, karya-karyanya bercerita mengenai masyarakat negerinya, termasuk di
dalamnya tradisi dan adat-istiadatnya. Bagaimanapun juga, sebagai seorang yang lahir
dan dibesarkan di tengah masyarakat Minangkabau, ia masih begitu peduli terhadap
negeri leluhurnya. Kepeduliannya semata-mata lantaran ia ingin melihat kemajuan dan
keadilan berlaku di sana; (3) Muhammad Yamin, pada mulanya mengangkat tema
kedaerahan sebagai ekspresi kekagumannya pada alam. Bukit barisan, alam Sumatera,
dan Nusantara adalah dunia yang membuatnya kagum dan mencintai tanah leluhur. Puisi
tidak sekadar alat untuk mengekspresikan perasaan pribadinya, melainkan juga ekspresi
gagasannya selaku warga negara bangsa. (4) HAMKA, bukan hanya dikenal sebagai
sastrawan dan wartawan, tapi juga tokoh agama dan pemikir masalah-masalah umum
dengan bidang perhatian yang sangat luas. Selain buku sastra, yaitu buku keagamaan
Tasawuf Modern (1939), Falsafah Hidup (1939), Lembaga Hidup (1940); (5) Armijn
Pane, secara sadar menawarkan persoalan lain yang tidak perlu harus sejalan dengan
tema-tema yang terdapat dalam novel pada zamannya, terlihat pada novel Belenggi
(1940) salah satunya ialah tokoh-tokoh di dalamnya tidak berada dalam posisi korban,
153

melainkan pembaca akan menafsirkan sendiri; (6) Sutan Takdir Alisjahbana, tidak hanya
mengangkat tentang gagasan tentang kebudayaan Indonesia, melainkan pandangannya
tentang sejumlah konsep kesusastraan dan bahasa Indonesia; (7) Achdiat Karta Mihardja,
Novel Atheis (1949) sebuah masterpiece-nya telah menjadi monumen dalam perjalanan
novel Indonesia, bahkan juga dalam kesusastraan Indonesia. Sebuah novel yang secara
estetik menampilkan sejumlah capaian yang kemudian berhasil memberi pengaruh luas.
Bukan hanya bagi perkembangan sastra Indonesia tetapi pada ideologi yang selalu
didominasi oleh kekuasaan para ulama; (8) Amir Hamzah, sajak-sajaknya merupakan
ekspresi murni yang lahir dari proses kontemplasi serta sublimasi pengalaman
empirisnya sebagai penyair; (9) Trisno Sumardjo, sang penerjemah karya Shakespeare.
Menghadirkan karya-karya agung sastrawan Inggris menjadi khazanah sastra Indonesia;
(10) H.B. Jassin, Paus Sastra Indonesia. Kebesaran dan posisinya dalam sejarah sastra
Indonesia tak tergoyahkan. Ada dua monumen yang ditinggalkannya yaitu kritik dan
bahasanya, serta Pusat Dokumentasi H.B. Jassin; (11) Idrus, di tangan Idrus lah “bahasa
Indonesia modern” benar-benar mewujud, terutama Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke
Roma dengan meyakinkan menampilkan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa
baru yang modern, lugas, cerdas, tidak formalitas, penuh ironi dan kaya akan humor;
(12) Mochtar Lubis, penerbitan Twilight in Jakarta membuatnya dikenal di mata
Internasioanl sebagai sastrawan yang dipenjara oleh rezim otoriter. Dia adalah seorang
pengarang yang tertindas, dan dalam tekanan politik yang berat tidak saja berjuang untuk
merebut kembali kebebasan dan kemerdekaannya, melainkan juga untuk terus berkarya;
(13) Chairil Anwar, poisisi Chairil sebagai penyair-patriotik tidak bisa diabaikan karena
sajak-sajaknya memberi kesaksian atas zaman yang sedang bergolak tersebut Aku,
Prajurit Jaga Malam, Krawang-Bekas, 1943, Diponegoro adalah sebagian sajak-sajak
yang tidak hanya memberi kesaksian tetapi mampu menghadirkan suasana dan emosi
yang kuat pada saat sajak ditulis; (14) Pramoedya Ananta Toer, hampir semua karyanya
mengangkat tema revolusi kemerdekaan Indonesia. Sebagian besar karya diangkat dari
bahan-bahan autobiografis penulisnya yang diramu dengan pengalaman dan pengamatan
pribadi atas kejadian-kejadian semasa revolusi kemerdekaan, terlihat dalam KranjiBekasi Jatuh; (15) Iwan Simatupang, mengajak pembaca mengalami pengalamanpengalaman tokoh-tokohnya, kita merasa disuguhi keterangan-keterangan, penjelasan
dan keinginan tokoh-tokohnya dalam menyelesaikan persoalan. Jalan cerita berulangulang diputuskan, ditunda oleh penjelasan latar belakang situasi atau suasana hati para
tokoh; (16) Ajip Rosidi, penulis sastra yang produktif. Tulisannya beragam yaitu puisi,
cerpen, novel. Kritik, biografi, otobiografi atau memoar, terjemahan, serta sejumlah esai
dan juga sastra daerah; (17) Taufiq Ismail, penyair yang mengungkapkan sajak-sajaknya
begitu beragam, mulai dari yang liris, simbolis, lugas, kontekstual, parodi, naratif,
deskriptif, argumentatif sampai provokatif; (18) Rendra, adalah perpaduan antara
berbagai pesona dari sikap kritis yang berani, pandangan sosial-politik yang tajam, sikap
154

budaya yang kokoh, drama dan teater yang aktual, puisi liris yang lembut, puisi sosial
yang aktual, dan pembacaan puisi yang memukau; (19) Nh. Dini, merupakan pengarang
feminis yang terus menyuarakan kemarahan kepada kaum laki-laki yang terdapat dalam
novel Pada Sebuah Kapal; (20) Sapardi Djoko Damono, kekuatan lirik yang cenderung
subjektif, dengan pengucapan yang ringkas karena mempertahankan keutuhan emosi,
dengan lebih banyak menggunakan imaji-imaji sugestif ketimbang pernyataanpernyataan konklusif, sajak-sajak Sapardi Djoko Damono membawa angin segar pada
zamannya; (21) Arief Budiman, seorang aktivis yang turut menentang Orde Lama dan
turut melahirkan Orde Baru. Sumbangannya pada sastra Indonesia tak bisa diabaikan.
Salah soerang pendiri Horison bersama Mochtar Lubis; (22) Arifin C. Noer, secara
tematik sampir semua karyanya mengurus tema ketidakadilan sosial, modernitas versus
tradisi. Tema rakyat miskin yang dihadapkan dengan ketidakpedulian kaum kaya,
merupakan tema yang berkali-kali muncul dalam drama-dramanya, salah satunya
Matahari di Sebuah Jalan Kecil; (23) Sutardji Calzoum Bachri, melalui puisi-puisi
mantranya yang mengusung ‘pembebasan kata dari makna’, puisi Indonesia
mendapatkan nafas baru setelah berpuluh tahun dibebani pesan-pesan moral dan
perjuangan; (24) Goenawan Mohamad, sastrawan yang dalam beberapa puisinya bernada
liris, juga puisi yang berakar pada suasana hati. Sebab menurutnya puisi tidak hanya
terdiri atas deretan kalimat, melainkan juga terdiri atas celah-celah bisu yang
membayang di antara kalimat, bahkan melatarbelakangi kalimat itu. Misalnya dalam
kutipan puisi berjudul Doa Persembunyian: Tuhan yang meresap di ruang kayu/di greja
dusun/di lembah yang kosong itu/kusisipkan namamu. Betapa puisi yang terdapat makna
di balik kalimat ini diciptakannya tak ‘berteriak’ namun ada makna tak terbatas pada
yang tersurat; (25) Putu Wijaya, sejumlah karya sastra yang tidak lepas dari konsepkonsep intelektualitas berbalut kebudayaan tradisional Bali begitu apik dipertunjukkan,
sebut saja novel Bila Malam Bertambah Malam (1971), Telegram (1973), Perang
(1990), dan lain-lain; (26) Remy Sylado, seniman mbeling, itulah predikat yang
dilekatkan pada dirinya. Jika melihat konteks saat itu, puisi mbeling sebenarnya bukan
sekadar pemberontakan terhadap situasi kesusastraan serta tidak sekadar pemberontakan
terhadap kaidah estetik, linguistik, dan artistik; (27) Abdul Hadi W.M., merupakan
perpaduan unik antara dunia akademik dan kepenyairan, antara dunia formal dan intuitif,
antara sesuatu yang rasional dan mistis, juga antara tradisi dan modernitas; (28) Emha
Ainun Nadjib, menyihir panggung dengan lantunan puisi, serta puisi yang dinyanyikan,
lengkap bersama tafsir-tafsir religius yang disampaikan; (29) Afrizal Malna, sudut
pandangnya yang dominan pada dunia benda di lingkungan budaya modern (urban).
Penyair melukiskan dunia modern beserta objek-objeknya sedemikian rupa sehingga
menciptakan nuansa dan gaya puitik tersendiri; (30) Denny JA, kemunculannya menuai
kontroversi sebagai penggagas puisi esai dengan dikatakannya sebagai genre sastra baru.
Puisi esai dianggapnya sebagai jelmaan pemikiran dan pengalamannya terhadap kondisi
155

sosial masyarakat saat ini. Sehingga memiliki peran yang berbeda dalam ragam bentuk
sastra. Tetapi tetap mampu dicerna secara luas oleh masyarakat; (31) Wowok Hesti
Prabowo, presiden penyair buruh begitulah ia disebut. Puisi menjadi alat untuk
penyadaran, dan juga perlawanan. Peran dan gerakan yang dilakukannya untuk
memperkuat jaringan di berbagai daerah dalam menyuarakan puisi buruh di kancah
sejarah sastra Indonesia; (32) Ayu Utami, melalui karya fenomenal pada novel
pertamanya Saman, tampil ke puncak popularitas dan sekaligus memerankan peran
penting dalam mewacanakan ide-ide pembebasan kaum perempuan secara lebih massif;
(33) Helvy Tiana Rosa, cerpen dan novelnya selain berisi tema-tema dan nilai-nilai Islam
yang penyampaiannya sesuai dengan karakteristik remaja sehingga mudah diterima dan
dicerna, juga menggugat penindasan kaum muslimin di berbagai wilayah di dunia
dengan berbasis fakta, sejarah, dan penelitian.
3. Simpulan
Sastra sebagai media yang menyuarakan pola pikir yang imajiner tanpa
menghilangkan unsur realitas melalui bentuk karya indah dapat menjadi cara dalam
menghayati fenomena kehidupan yang berdampak pada proses kebudayaan sebab
sejatinya kebudayaan terdiri dari beberapa disiplin yang mencakup pengetahuan, moral,
kesenian, dan lain-lain. Melalui sastralah literasi ibarat jendela peradaban yang siap
untuk diberdayakan tentu jika hal tersebut dilakukan secara berkesinambungan, sebab
melalui sastra pula seseorang dapat bersikap aktif dan progresif, memelihara kelembutan
hati, kepekaan perasaan, ketajaman intuisi, kedalaman jiwa, kepedulian dan solidaritas
sosial keluasan wawasan dan pandangan hidup.
Daftar Pustaka
American Library Association. 2000. “Presidental Committee on Information Literacy:
Final Report.” www.ala.org/acrl/legalis.html (28 November 2013).
Chan Yuen Chin, Mandy. 2001. “Rethinking Information Literacy – A Study of
Hongkong
University
Students.”www.cite.hku.hk/events/cities2003/
Archive/Msc_presentation/MandyChanCITERS03.ppt (30 November 2013.
Finn, Patrick J. 1993. Helping Children Learn Language Art. New York: Longman
JA, Danny. 2012. Atas Nama Cinta: Sebuah Puisi Esai. Jakarta: ReneBook.
Jassin, H.B. 1985. Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esai I. Jakarta:
Gramedia
Pappas, Christin C; Barbara Z. Kiefer; dan Linda S. Levstik. 1990. An Integrated
Language Perspective in The Elementary School. London: Longman
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Rahman, Jamal D dkk. 2014. 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh. Jakarta:
Gramedia.
156

Ismail, Taufik. 1972. Petatah Petitih Baru. Jakarta: Pustaka Jaya.
Wijaya, Putu. 1973. Telegram. Jakarta: Pustaka Jaya.
W.M., Abdul Hadi. 2013. Antologi Puisi: Tuhan Kita Begitu Dekat. Jakarta: Komodo
Books
Biodata Penulis
Nama
: Aji Septiaji
Afiliasi
: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Universitas Majalengka.
Jalan KH. Abdul Halim 103, Majalengka.
Nomor Tlp
: 085294606969
Pos-el
: ajiseptiaji@gmail.com

157