LAPORAN PENYEHATAN TANAH DAN PENGELOLAHA

LAPORAN PENYEHATAN TANAH DAN
PENGELOLAHAN SAMPAH
“Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Tanah dan
Lindi ”

DISUSUN OLEH :
Kelompok 2 :


Zulkifli



Riduan Apriady



Naufal Juniarta




Rizky Afrianto



Rifky Mulya Nugraha

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

0

PROGRAM STUDI D-III B.
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah–Nya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Penyehatan Tanah dan Pengolahan Sampah
dapat diselesaikan oleh penulis.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas terselesainya Laporan ini
kepada dosen pengampu mata kuliah Penyehatan Tanah dan pengolah Sampah,
serta semua pihak yang telah membantu penulis sehingga terselesainya makalah

ini. Penulis menyadari akan kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah
ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan
makalah ini. Harapan kami ke depan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua mahasiswa dan kepada pihak-pihak yang membutuhkan.
Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
perhatian dan koreksi dari berbagai pihak semoga budi baik beliau dibalas olehNya.

Pontianak, 8 Januari 2015

Kelompok 2

1

2

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................

i


KATA PENGANTAR .................................................................................................

1

DAFTAR ISI..................................................................................................................

2

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................

4

DAFTAR TABEL............................................................................................................ 5
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................... 6

BAB I

PENDAHULUAN .......................................................................................

7


A. Latar Belakang...............................................................................................................

7

B. Tujuan .............................................................................................................................

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................

8

A. Contoh terduga.............................................................................................................

8

B. Contoh acak .................................................................................................................

8


C. Contoh acak bertingkat .................................................................................................

8

D. Contoh Sistematik.........................................................................................................

8.

1. Penetapan di Laboratorium di Bandingkan metode lapangan ........................................

9

2. Kesalahan, keragaman, dan ketetapan...........................................................................

9

3. Keragaman tanah di lapangan.......................................................................................

10


4. Contoh tanah pewakil.....................................................................................................

10

BAB III PRAKTIKUM PENYEHATAN TANAH DAN PENGELOLAHAN SAMPAH
..................................................
12
A. Pengambilan dan pemeriksaan sampel tanah.................................................................

12

1. Pengambilan sampel tanah....................................................................................

12

2. Pemeriksaan sampel tanah.....................................................................................

12


3

A.

B. Pengambilan dan Pemeriksaan sampel lindi.................................................................

13

1. Pengambilan sampel lindi....................................................................................

13

2. Pemeriksaan sampel lindi....................................................................................

13

BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................

14


Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Tanah..........................................................................

14

1. TPA KUBU RAYA.................................................................................... 14
2. TPA PONTIANAK...................................................................................... 14.
B.

Pengambilan dan pemeriksaan Sampel Lindi.............................................................................. 15
1. TPA KUBU RAYA.....................................................................................

15

2. TPA PONTIANAK ....................................................................................

17

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 18
Kesimpulan....................................................................................................................... 18
Saran................................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

19

LAMPIRAN

4

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis mineral primer yang sering dijumpai di dalam tanah
Tabel 2.4 Istilah-istilah untuk Horizon Perinci dengan Taksonomi Tanah

5

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.5

Pengambilan Sampel Lindi......................................................


15

Gambar 2.6

Sampel Tanah..........................................................................

17

Gambar 2.7

Pengambilan Auger.................................................................

17

6

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran-1. Formulir Pengawasan Tempat Pembuangan Akhir
Lampiran-2. Gambar-gambar di TPA


7

BAB 1
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan

yang berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang
berupa padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan,
selalu berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang
dipengaruhi oleh suhu udara, angin, dan sinar matahari.
Untuk bidang pertanian, tanah merupakan media tumbuh tanaman. Media
yang baik bagi pertumbuhan tanaman harus mampu menyediakan kebutuhan
tanaman seperti air, udara, unsur hara, dan terbebas dari bahan-bahan beracun
dengan konsentrasi yang berlebihan. Dengan demikian sifat-sifat fisik tanah
sangat penting untuk dipelajari agar dapat memberikan media tumbuh yang ideal
bagi tanaman.
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan
sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Pengambilan contoh tanah untuk penetapan
sifat-sifat fisik tanah dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada
satu titik pengamatan, misalnya pada lokasi kebun percobaan atau penetapan sifat
fisik tanah yang menggambarkan suatu hamparan berdasarkan poligon atau jenis
tanah tertentu dalam suatu peta tanah.
A.

Tujuan
Agar mahasiswa tahu cara pengambilan sampel tanah dengan benar dan

mengetahui karakteristik tanah.

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengambilan contoh tanah dimaksudkan untuk memperoleh data
karakteristik tanah yang tidak dapat diperoleh langsung dari pengamatan
lapangan. Lokasi pengambilan contoh tanah harus dipilih sedemikian rupa
sehingga dapat mewakili areal yang diambil contoh tanahnya.
Berdasarkan cara pemilihan lokasi pengambilan contoh tanah, dihasilkan
beberapa macam contoh tanah, antara lain:
a. Contoh terduga (Judgement Sample)
Satu atau lebih contoh tanah yang diambil dipilih berdasarkan satuan
pemetaan yang ditemui pada areal survei. Lokasi pengambilan contoh tanah
ditentukan secara subyektif sehingga agak bias. Tingkat kepercayaan data yang
diperoleh bisa tinggi bisa rendah tergantung dari tingkat pengalaman (keahlian) si
pengambil contoh.
b. Contoh acak (Random Sample)
Contoh tanah diambil sedemikian rupa sehingga setiap tanah di dalam
daerah survei mempunyai kesempatan yang sama. Pemilihan lokasi dilakukan
dengan menggunakan tabel bilangan random. Satu pasangan angka random yang
diperlukan untuk pemilihan lokasi contoh berdasarkan atas sistem koordinat.
c. Contoh acak bertingkat (Stratified Random Sample)
Pengelompokkan populasi dari yang heterogen ke strata homogen adalah
suatu cara yang paling efektif untuk dapat meningkatkan akurasi pengambilan
contoh. Hal ini berarti dapat meningkatkan akurasi atau mengurangi jumlah
contoh tanah yang diperlukan apabila kita dapat mengelompokkan areal survei ke
dalam areal yang seragam. Pemilihan lokasi pada masing-masing satuan pemetaan
ditentukan dengan bilangan random.
d. Contoh sistematik (Systematic Sample)
Lokasi pengambilan contoh tanah dengan cara ini ditentukan dengan
sistim Grid yaitu berjarak sama pada kedua arah. Cara ini merupakan cara yang
paling mudah dan praktis terutama bagi tenaga yang kurang terampil.

9

Penetapan sifat fisik dan kimia tanah di laboratorium memerlukan tiga
macam contoh tanah yaitu :
a. Contoh Tanah Utuh (Undisturbed Soil Sample) untuk penetapan bobot isi
(bulk density), susunan pori tanah, pF, dan permeabilitas tanah.
b. Contoh Tanah Agregat Utuh (Undisturbed Soil Agregat) untuk penetapan
stabilitas agregat.
c. Contoh Tanah Biasa (Disturbed Soil Sample), untuk penetapan kandungan air,
tekstur angka Atterberg, dan sifat-sifat kimia.
Beberapa hal prinsip yang harus diperhatikan dalam pengambilan
contoh tanah untuk penetapan sifat fisik tanah adalah sebagai berikut:
1. Penetapan di laboratorium dibandingkan metode lapangan
Penetapan di laboratorium sangat banyak keuntungannya dibandingkan
dengan pengukuran di lapangan. Di laboratorium, semua fasilitas pendukung
seperti, listrik, gas, dan air tersedia, serta suhu mudah dikontrol. Perlengkapan
baku, seperti timbangan, dan oven lebih siap daripada di lapangan.
Perlengkapan yang mahal dan canggih sering tidak digunakan di lapangan,
karena pertimbangan cuaca, pencurian dan vandalisme, serta kerusakan alat
akibat goncangan ketika diangkut. Selain itu, penetapan di laboratorium dapat
menghemat waktu bekerja, contoh tanah dikumpulkan dari banyak lokasi
yang berbeda, dan ditetapkan secara berurutan. Dibalik keunggulan tersebut,
tidak semua sifat tanah dapat ditetapkan di laboratorium. Di dalam suatu
penelitian neraca air, misalnya, kadar air dan potensi air tanah lebih baik
dilakukan di lapangan karena intensitas pengamatan yang tinggi.
2. Kesalahan, keragaman, dan ketepatan
Para peneliti dihadapkan dengan data yang diperoleh dari hasil
penelitiannya, apakah terjadi penyimpangan atau seberapa besar ketepatan
analisisnya, dan bagaimana keragaman datanya. Untuk mengetahui hal
tersebut perlu dikaji bagaimana data diperoleh dan seberapa besar tingkat
keyakinan terhadap nilai data yang diperoleh. Aspek tingkat kepercayaan
tidak terlepas dari prinsip dan metode statistik. Tujuan dari penyajian bab ini
adalah untuk menerangkan prinsip dasar statistik yang ada relevansinya
dengan kesalahan dalam pengamatan, dan jumlah pengamatan dari suatu

10

pengukuran. Pengukuran adalah kuantifikasi dari sesuatu yang dinilai, yang
langsung dapat menjawab pertanyaan khusus dalam suatu percobaan.
Implikasinya

adalah

kuantifikasi

pada

urutan-urutan

kegiatan

akan

menghasilkan resultan hasil pengukuran.
Tabel 2.1 Jenis mineral primer yang sering dijumpai di dalam tanah
Mineral
Komposisi Kimia
Kecepatan Pelapukan Sumber Hara
Olivin
(Mg,Fe2)2SiO4
Sangat tinggi
Mg.Fe
Mineral Komposisi Kimia
Kecepatan Pelapukan
Sumber Hara
2
Olivin
(Mg,Fe )2SiO4
Sangat tinggi
Mg.Fe
2
Biotit
K(Mg,Fe )3(AISi3)O10(OH)2 Sangat tinggi
K,MG,Fe
Leucit
K(AISi2O6)
Sangat tinggi
K, Mg, Fe
Sulfit
K (AISi2O6)
Sangat tinggi
K
Kuarsa
SiO2
Sangat lambat
Si
Magnetit Fe3O4
Sangat lambat
Fe
Klorida
Sedang-tinggi
K
3. Keragaman tanah di lapangan
Sifat-sifat tanah bervariasi menurut tempat dan waktu, yang dapat
disebabkan oleh hasil akhir dari proses yang terjadi secara internal atau alami
dan pengaruh dari luar, misalnya intervensi manusia. Proses yang sifatnya
internal berkaitan dengan faktor-faktor geologi, hidrologi, dan biologi yang
dapat mempengaruhi pembentukan tanah.
Sebagai contoh, pengolahan tanah adalah mencampur tanah, yang berarti
cenderung mengurangi variasi berat isi tanah menurut ruang, namun,
pengaruhnya berubah menurut waktu akibat proses pemadatan.
4. Contoh tanah pewakil
Salah satu hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian dalam
pengambilan contoh tanah adalah ukuran dan jumlah contoh agar diperoleh
tingkat keterwakilan yang memadai berdasarkan heterogenitas tanah. Salah
satu sifat fisik tanah yang heterogenitasnya tinggi adalah porositas tanah.
Porositas tanah dapat berbeda dalam jarak, hanya beberapa sentimeter bahkan
milimeter.
Dalam tingkat subgroup nama tanah terdiri dari dua patah kata seperti
halnya sistem taksonomi tanah, dimana kata kedua menunjukan nama great group,
sedang kata pertama menunjukan sifat utama dari subgroup tersebut. Di bawah ini
adalah beberapa contoh:

11

Kumpulan
: Horizon ABC
Jenis tanah
: Latosol
Macam tanah : Latosol Humik
Rupa
: Latosol Humik, tekstur halus, drainase baik
Seri
: Bogor (Latosol Humik, tekstur Liat, drainase baik)
Tabel 2.4 Istilah-istilah untuk Horizon Perinci dengan Taksonomi Tanah

BAB III
PERAKTIKUM PENYEHATAN TANAH DAN PENGOLAHAN SAMPAH
A. Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Tanah
1. Pengambilan Sampel Tanah
a. Alat

12

1.
Alat untuk mengambil contoh tanah seperti bor tanah (auger, tabung),
cangkul, sekop.
2.
Alat untuk membersihkan bor, cangkul dan sekop seperti pisau dan
sendok tanah untuk mencampur atau mengaduk
3.
Ember plastic untuk mengaduk kumpulan contoh tanah individu
4.
Kantong plastic agak tebal yang dapat memuat 1 kg tanah, dan kantong
plastic untuk label.
5.
Kertas manila karton untuk label dan benang kasur untuk mengikat label
luar
6.
Spidol (water proof) untuk menulis isi label
7.
Lembaran informasi contoh tanah yang diambil.
b. Bahan
Contoh tanah terganggu yang telah diambil dari lapang dan sudah
dikeringkan selama kurang lebih satu minggu.
c.

Cara Kerja

 Sampel Sesaat (Grab Sample) : Sampel yng diambil secara langsung dr badan
tanah yang sedang dipantau. Sampel ini hanya menggmbarkan karakteritik
tanah pada saat pengambilan sampel.
 Sampel komposit (Compsite sample) : Sampel campuran dari beberapa waktu
pengambilan. Pengambilan sampel komposit dapat dilakukan secara manual
ataupun secara otomatis dgn menggunakan peralatan yang dapat mengambil air
pada waktu-waktu tertentu. Pengambilan sampel scara otomatis hanya dilakukan
jika ingi mengetahui gambaran tentang karakteristik kualitas tanah secara terusmenerus
 Sampel gambungan tempat (integrated sample) : sampel gabungan yang
diambil secara terpisah dari beberpa tempat, dengan volume yang sama. Selain itu
ada juga satu metode yang biasa digunakan dalam pengammbilan sampel
penelitian yaitu:
 Automatic Sampling (Pengambilan Contoh Otomatis), Cara ini dikembangkan
untuk memenuhi program pengamatan kualias sampel secara penyeluruh.
Peralatan memerlukan bangunan khusus dengan penampungan dan pemeliharaan
yang baik alat mengambil contoh otomatis biasanya bekerja dalam 24 jam.
Pemeriksaan Sampel Tanah

13

( Kami tidak melakukan pemeriksaan ke laboratorium dikarnakan
ketidaklengkapan alat di laboratorium)
B. Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Lindi
1. Pengambilan Sampel Lindi
a. Alat
1. Gayung yang gagangnya panjang
2. Kantung plastik atau wadah sampel lindi
b. Bahan
c. Cara Kerja
1. Mencari titik yang tepat untuk di ambil sampel lindinya
2. Kemudian ambil secukupnya penggunakan gayung
3. Dan, masukkan kedalam kantung plastik
4. Beri label pada sampel

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Tanah
1. TPA Kubu Raya
Dalam Praktikum kali ini kami melakukan di TPA Kubu Raya yang bertempat
di daerah Rasau Jaya. Contoh Tanah adalah suatu volume massa tanah yang
diambil dari suatu bagian tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara
tertentu disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di
laboratorium. Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan 2 teknik dasar
yaitu pengambilan contoh tanah secara utuh dan pengambilan contoh tanah secara
tidak utuh. Sebagaimana dikatakan dimuka bahwa pengambilan contoh tanah
disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti.

14

Untuk penetapan sifat-sifat fisika tanah ada 3 macam pengambilan contoh
tanah yaitu :
1.
Contoh tanah tidak terusik (undisturbed soil sample) yang diperlukan untuk
analisis penetapan berat isi atau berat volume (bulk density), agihan ukuran pori
(pore size distribution) dan untuk permeabilitas (konduktivitas jenuh)
2.
Contoh tanah dalam keadaan agregat tak terusik (undisturbed soil aggregate)
yang diperlukan untuk penetapan agihan ukuran agregat dan derajad kemantapan
agregat (aggregate stability)
3.
Contoh tanah terusik (disturbed soil sample), yang diperlukan untuk
penetapan kadar lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut
singgung, kadar lengas kritik, Indeks patahan (Modulus of Rupture:MOR),
konduktivitas hidroulik tak jenuh, luas permukaan (specific surface), erodibilitas
(sifat ketererosian) tanah menggunakan hujan tiruan (rainfall simulator)
Untuk penetapan sifat kimia tanah misalnya kandungan hara (N, P, K, dll),
kapasitas tukar kation (KPK), kejenuhan basa, dll digunakan pengambilan contoh
tanah terusik.
Salah satu sifat kimia tanah adalah keasaman atau pH (potensial of
hidrogen), pH adalah nilai pada skala 0-14, yang menggambarkan jumlah relatif
ion H+ terhadap ion OH- didalam larutan tanah. Larutan tanah disebut bereaksi
asam jika nilai pH berada pada kisaran 0-6, artinya larutan tanah mengandung ion
H+ lebih besar daripada ion OH-, sebaliknya jika jumlah ion H+ dalam larutan
tanah lebih kecil dari pada ion OH- larutan tanah disebut bereaksi basa (alkali)
atau miliki pH 8-14. Tanah bersifat asam karena berkurangnya kation Kalsium,
Magnesium, Kalium dan Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air
kelapisan tanah yang lebih bawah atau hilang diserap oleh tanaman.
2. TPA Pontianak
Pada Minggu selanjutnya kami melakukan pengambilan sampel tanah di
TPA Pontianak yang bertempat di daerah Batulayang. Pengambilan contoh tanah
merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah. Analisis kimia dari
contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar hara, menetapkan
status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan
kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak
berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan
rekomendasinya dan tidak dengan cara benar.
Oleh karena itu pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting
di dalam program uji tanah. Contoh tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu
menunggu saat sebelum tanam namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah
pemupukan. Keadaan tanah saat pengambilan contoh tanah pada lahan kering
sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu keadaan
tanah kira-kira cukup untuk pengolahan tanah). Sedang pengambilan pada lahan
sawah sebaiknya diambil pada kondisi basah.
Hal-Hal Yang perlu diperhatikan:

15



Jangan mengambil contoh tanah dari galengan, selokan, bibir teras, tanah
tererosi sekitar rumah dan jalan, bekas pembakaran sampah/ sisa tanaman/
jerami, bekas penimbunan pupuk, kapur dan bahan organic, dan bekas
penggembalaan ternak.



Permukaan tanah yang akan diambil contohnya harus bersih dari rumputrumputan, sisa tanaman, bahyan organic/ serasah, dan batu- batuan atau
kerikil.



Alat- alat yang digunakan bersih dari kotoran- kotoran dan tidak berkarat.
Kantong plastic yang digunakan sebaiknya masih baru, belum pernah
dipakai untuk keperluan lain.

Ada 3 alasan utama nilai pH tanah sangat penting untuk diketahui :
1. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman, pada
umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada pH tanah netral 6-7,
karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air.
2. pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi
tanaman. pada tanah asam banyak ditemukan unsur alumanium yang selain
bersifat racun juga mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman.

Gambar 2.6

Sampel tanah

Gambar 2.7

Pengambilan Auger

B. Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Lindi
1. TPA Kubu Raya
Praktikum pengambilan sampel lindi di daera Kubu Raya . Dalam kehidupan
sehari-hari air lindi ini dapat dianalogikan seperti seduhan air teh. Air lindi
membawa materi tersuspensi dan terlarut yang merupakan produk degradasi
sampah. Komposisi air lindi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis
sampah terdeposit, jumlah curah hujan di daerah TPA dan kondisi spesifik tempat
pembuangan tersebut. Air lindi pada umumnya mengandung senyawa-senyawa
organik (Hidrokarbon, Asam Humat, Sulfat, Tanat dan Galat) dan anorganik
(Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Khlor, Sulfat, Fosfat, Fenol, Nitrogen
dan senyawa logam berat) yang tinggi. Konsentrasi dari komponen-komponen

16

tersebut dalam air lindi bisa mencapai 1000 sampai 5000 kali lebih tinggi dari
pada konsentrasi dalam air tanah (Maramis, 2008).
Cairan pekat dari TPA yang berbahaya terhadap lingkungan dikenal dengan istlah
leacheat atau air lindi. Cairan ini berasal dari proses perkolasi/percampuran
(umumnya dari air hujan yang masuk kedalam tumpukan sampah), sehingga
bahan-bahan terlarut dari sampah akan terekstraksi atau berbaur. Cairan ini harus
diolah dari suatu unit pengolahan aerobik atau anaerobik sebelum dibuang ke
lingkungan. Tingginya kadar COD dan ammonia pada air lindi (bisa mencapai
ribuan mg/L), sehingga pengolahan air lindi tidak boleh dilakukan sembarangan
1)

Sampah Sebagai Sumber Air Lindi
Timbunan sampah yang berasal dari sampah domestik dapat mengganggu/
mencemari karena : lindi (air sampah), bau dan estetika. Timbunan sampah juga
menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan lagi. Selain
itu, timbunan sampah dapat menghasilkan gas Nitrogen dan Asam Sulfida, adanya
zat Mercury, Chrom dan Arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan
gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur
permukaan tanah menjadi racun (Pustekom, 2005).
Selayaknya benda cair, air lindi ini akan mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Air lindi dapat merembes ke dalam dan bercampur dengan air tanah, ataupun
mengalir di permukaan tanah dan bermuara pada aliran air sungai. Bisa
dibayangkan, air lindi yang mengandung senyawa-senyawa organik dan anorganik
dengan konsenterasi sekitar 5000 kali lebih tinggi dari pada dalam air tanah,
masuk dan mencemari tanah atau air sungai.
2)

Karakteristik Air Lindi
Air lindi dapat digolongkan sebagai senyawa yang sulit didegradasi, yang
mengandung bahan-bahan polimer (makro molekul) dan bahan organik sintetik
(Suprihatin 2002 in Sulinda, 2004). Pada umumnya air lindi memiliki nilai rasio
BOD5/COD sangat rendah (