LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASU
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN STROKE HEMORAGIK (SH)
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Pengertian
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkanoleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini
adalah kulminasi penyakitserebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer
and Bare, 2002).
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi
cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24
jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata
disebabkan oleh gangguan peredarana darah otak non traumatik. (Arif
Mansjoer, 2000)
Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplay darah kebagian otak, sering ini
adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Brunner
and Suddarth).
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal
maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan
peredaran darah otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau
pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan
oksigen dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke
otak akan memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak
ini akan memunculkan gejala stroke (Junaidi, 2011).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
B. Manifestasi Klinik
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan
dan jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba,
tanpa peringatan, dan sering selama aktivitas.
Manifestasi klinis stroke menurut Smeltzer & Bare (2002), antara lain:
defisit lapang pandang, defisit motorik, defisit sensorik, defisit verbal, defisit
kognitif dan defisit emosional.
1. Defisit Lapang Pandangan
a. Tidak menyadari orang atau objek di tempat kehilangan penglihatan
b. Kesulitan menilai jarak
c. Diplopia
2. Defisit Motorik
a. Hemiparesis (kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama).
b. Hemiplegi (Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama).
c. Ataksia (Berjalan tidak mantap, dan tidak mampu menyatukan kaki.
d. Disartria (Kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung
jawab untuk menghasilkan bicara.
e. Disfagia (Kesulitan dalam menelan)
3. Defisit Sensorik : kebas dan kesemutan pada bagian tubuh
4. Defisit Verbal
a. Afasia ekspresif (Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami)
b. Afasia reseptif (Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan)
c. Afasia global (kombinal baik afasia reseptif dan ekspresif)
5. Defisit Kognitif
a. Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
b. Penurunan lapang perhatian
c. Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
d. Perubahan penilaian
6. Defisit Emosional
a. Kehilangan kontrol diri
b. Labilitas emosional
c. Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres
d. Depresi
e. Menarik diri
f. Rasa takut, bermusuhan dan marah
g. Perasaan isolasi
C. Etiologi
Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau
pecahnya pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau
menutupi ruang - ruang jaringan sel otak. Adanya darah yang mengenangi
atau menutupi ruang - ruang jaringan sel otak akan menyebabkan kerusakan
jaringan sel otak dan menyebabkan kerusakan fungsi kontrol otak. Genangan
darah bisa terjadi pada otak sekitar pembuluh darah yang pecah (intracerebral
hemorage) atau dapat juga genangan darah masuk kedalam ruang sekitar otak
(subarachnoid hemorage) bila ini terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal
bahkan sampai pada kematian. Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada
lanjut usia, karena penyumbatan terjadi pada dinding pembuluh darah yang
sudah rapuh (aneurisma). Pembuluh darah yang sudah rapuh ini, disebabkan
karena faktor usia (degeneratif), akan tetapi bisa juga disebabkan karena
faktor keturunan (genetik). Keadaan yang sering terjadi adalah kerapuhan
karena mengerasnya dinding pembuluh darah akibat tertimbun plak atau
arteriosklerosis akan lebih parah lagi apabila disertai dengan gejala tekanan
darah tinggi.
Stroke hemoragik dapat terjadi apabila lesi vaskular intraseberum
mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid
atau langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi vaskular yang dapat
menyebabkan perdarahan subaraknoid (PSA) adalah aneurisma sakular
(Berry) dan malformasi arteriovena (MAV). Selain lesi vaskular anatomik,
penyebab stroke hemoragik adalah hipertensi, gangguan perdarahan,
pemberian antikoagulan yang terlalu agresif (terutama pada klien berusia
lanjut), dan pemakaian anfetamin dan kokain intranasal karena zat-zat ini
dapat menyebabkan hipertensi berat dan perdarahan intraserebrum atau
subaraknoid. (Price & Wilson, 2006; 1119)
Penyebab lain terjadinya stroke hemoragik adalah :
1. Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti kelainan
arteriovenosa.
2. Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh
seperti payudara, kulit, dan tiroid.
3. Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid dalam
dinding arteri di otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih
besar.
4. Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).
D. Patofisiologi
Tahapan patofisologi terjadinya stroke adalah kerusakan pembuluh
darah otak, pembuluh darah tidak mampu mengalirkan darah atau pembuluh
darah pecah dan bagian otak yang memperoleh darah dari pembuluh yang
rusak tadi fungsinya menjadi terganggu hingga timbul gejala-gejala stroke.
Tahapan tersebut tidak terjadi dalam waktu singkat.Pada tahap
pertama dimana dinding pembuluh darah yang mengalirkan darah ke otak
mula-mula terkena berupa aterosklerosis pada pembuluh-pembuluh yang
kecil. Penebalan dinding pembuluh darah ini terjadi berangsung-angsur dan
diakibatkan oleh hipertensi, DM, peninggian kadar asam urat atau lemak
dalam darah, perokok berat dll.
Proses penebalan timbul berangsur-angsur dalam waktu beberapa
tahun atau akhirnya suatu saat terjadi sumbatan dimana aliran darah yang
terjadi cukup ditolerir oleh otak. Akhirnya karena sempitnya lumen pembuluh
darah tersebut tidak cukup lagi memberi darah pada pembuluh darah otak ini
menyebabkan kerapuhan dan pembuluh darah menjadi pecah dan timbul
perdarahan. Pada saat dimana pembuluh darah tersebut pecah atau tersumbat
hingga aliran darah tidak cukup lagi memberi darah lalu timbul gejala-gejala
neurologik berupa kelumpuhan, tidak bisa bicara atau pingsan, diplopia
secara mendadak. Sumbatan pembuluh darah otak dapat juga terjadi akibat
adanya bekuan-bekuan darah dari luar otak (jantung atau pembuluh besar
tubuh) atau dari pembuluh darah leher (karotis) yang terlepas dari dinding
pembuluh tersebut dan terbawa ke otak lalu menyumbat. Karena fungsi otak
bermacam-macam, maka gejala stroke juga timbul tergantung pada daerah
mana otak yang terganggu. Penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah
secara mendadak dapat menimbulkan gejala dan tanda-tanda neurologik yang
memiliki sifat, mendadak, tidak ada gejala-gejala dini atau gejala peningkatan
dan timbulnya iskemi atau kerusakan otak,gejala neurologik yang timbul
selalau terjadi pada satu sisi badan, gejala-gejala klinik yang timbul mencapai
maksimum beberapa jam setelah serangan . Umumnya kurang dari 24 jam,
jadi misalnya pagi hari serangan stroke timbul berupa kelemahan pada badan
sebelah kanan kemudian berangsur-angsur menjadi lumpuh sama sekali.
Perdarahan pada stroke hemoragik biasanya terjadi pada intraserebral
dan subarachnoid. Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya
mikroaneurisma (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Pecahnya
pembuluh darah otak terutama karena hipertensi ini mengakibatkan darah
masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang
menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan
TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang
mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di
daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan
cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding
permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah
disekitar permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang
subarachnoid. Perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya
aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenous malformation (AVM).
Pathway Stroke hemoragik:
Peningkatan
tekanan sistemik
Aneurisma / APM
Perdarahan
Arakhnoid/ventrikel
otak
Gangguan perfusi
jaringan serebral
Vasospasme Arteri
serebral
Iskemik/infark
Deficit neurologi
Hematoma serebral
Peningkatan
TIK/herniasis
serebral
Hemisfer Kanan
Hemisfer Kiri
Hemiparase/plegi
kiri
Hemiparase/plegi
kanan
Penurunan Kesadaran
Penekanan saluran
pernafasan
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
Area Gocca
Kerusakan fungsi N
VII dan N XII
Hambatan
komunikasi verbal
Risiko jatuh
Deficit perawatan
diri
Hambatan
Mobilitas fisik
Risiko gangguan
integritas kulit
Kerusakan kontrol
syaraf motorik
Kontrol spingter
ani menhilang
Inkontinensia
urine/retensi urine
Gangguan
Eliminasi Urine
Risiko
ketidakseimbangan
nutrisi
E. Penatalaksanaan Medis
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah :
1. Posisikan kepala dan badan atas 20 – 30o, posisi miring jika muntah
dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila
perlu diberikan oksigen sesuai kebutuhan
3. Tanda-tanda vital usahakan stabil
4. Bedrest
5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6. Kandung kemih yang penuh kosongkan, bila perlu lakukan katerisasi
7. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari
penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik
8. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi atau suction berlebih yang
dapat meningkatkan TIK
9. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik, jika
kesadaran menurun atau gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT.
Penatalaksanaan medis secara spesifik berupa :
1. Mengobati penyebabnya,
2. Neuroprotektor
3. Tindakan pembedahan
4. Menurunkan TIK yang tinggi
F. Komplikasi
Komplikasi stroke hemoragik meliputi ( Smeltzer & Bare,2001) :
1. Hipoksia Serebral.
2. Penurunan Darah Serebral.
3. Luasnya Area Cedera.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat,
pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian
diambil.
2. Keluhan utama
Keluhan yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
perubahan di dalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum
terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi latergi, tidak
responsif, dan koma.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat –
obat antib koagulan, aspirin, vasodilator, obat – obat adiktif, kegemukan.
Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti
pemakaian antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya.
Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari
riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih
jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,
atau adanya riwayat stroke dan generasi terdahulu.
6. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Bernafas
Pasien dapat mengalami sesak, pola nafas tidak efektif.
2) Nutrisi
Mengalami kelemahan otot pengunyah sehingga pasien tidak dapat
mengunyah makanan keras bahkan dipasang NGT.
3) Eliminasi
Terjadi kelemahan otot panggul dan springter pada anus sehingga dapat
menyebabkan pasien mengalami konstipasi.
4) Aktivitas
Terjadi gangguan mobilitas akibat hemiparesis pada satu sisi anggota
gerak. Disarankan bed rest total.
5) Istirahat
Pasien istirahat dengan normal.
6) Pengaturan Suhu
Suhu tubuh pasien biasanya dalam batas normal.
7) Kebersihan/Hygiene
Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri akibat
kelemahan yang dialami.
8) Rasa aman
Pasien dan keluarga biasanya merasa khawatir terhadap perubahan yang
terjadi seperti keemahan anggota gerak, gangguan berbicara dll.
9) Rasa Nyaman
Kadang pasien akan mengalami nyeri hebat pada bagian kepala yang
mengakibatkan pasien tidak nyaman serta merasa kepala berputar.
10) Sosial
Terjadi gangguan pada pasien saat berkomunikasi pada orang
disekitarnya.
11) Pengetahuan/Belajar
Kebanyakan pasien tidak mengetahui penyakit yang dialaminya serta
apa pemicu munculnya stroke tersebut.
12) Rekreasi
Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau pun keluar rumah
karena disarankan bed rest total.
13) Prestasi
14) Spiritual
7. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Melangalami penurunan kesadaran, suara bicara : kadang mengalami
gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/ afaksia.
Tanda – tanda vital : TD meningkat, nadi bervariasi.
2) Sistem integument
Tidak tampak ikterus, permukaan kulit kering, tekstur kasar, perubahan
warna kulit; muka tampak pucat.
3) Kepala
Normo cephalic, simetris, biasanya terdapat nyeri kepala/sakit kepala.
4) Muka
Asimetris, otot muka dan rahang kekuatan lemah.
5) Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (+/+), pupil isokor,
sclera ikterus (-/ -), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan tidak dapat
dievalusai,mata tampak cowong.
6) Telinga
Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal
7) Hidung
Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping
hidung tidak ada.
8) Mulut dan faring
Biasanya terpasang NGT
9) Leher
Simetris, kaku kuduk, tidak ada benjolan limphe nodul.
10) Thoraks
Gerakan dada simetris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-),
perkusi resonan, rhonchi -/- pada basal paru, wheezing -/-, vocal
fremitus tidak teridentifikasi.
11) Jantung
Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics
2 sternal kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi S1
dan S2 tunggal; dalam batas normal, gallop(-), mumur (-). capillary
refill 2 detik .
12) Abdomen
Terjadi distensi abdomen, Bising usus menurun.
13) Genitalia-Anus
Pembengkakan pembuluh limfe tidak ada., tidak ada hemoroid,
terpasang kateter.
14) Ekstremitas
Akral hangat, kaji edema , kaji kekuatan otot , gerak yang tidak disadari
, atropi atau tidak, capillary refill, Perifer tampak pucat atau tidak.
B. Diagnosa Keperawatan
Merupakan pernyataan yang menjelaskan status kesehatan baik aktual
maupun
potensial.
Perawat
memakai
proses
keperawatan
dalam
mengidentifikasi dan mengsintesa data klinis dan menentukan intervensi
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah
kesehatan klien yang menjadi tanggung jawabnya.
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran
darah sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol
otot facial atau oral.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan.
5. Deficit perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi.
6. Resiko
terjadinya
ketidakefektifan
bersihan
jalan
nafas
yang
berhubungan dengan menurunnya refleks batuk dan menelan, imobilisasi.
7. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.
8. Gangguan eliminasi uri (incontinensia uri) yang berhubungan dengan
penurunan
sensasi,
disfungsi
kognitif,
ketidakmampuan
berkomunikasi.
9. Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan kesadaran.
untuk
C. Perencanaan
NO Diagnosa
1.
Gangguan
jaringan
NOC
perfusi NOC :
cerebral
berhubungan dengan
gangguan aliran darah
sekunder
peningkatan
intracranial.
akibat
tekanan
NIC
NIC :
1. Circulation status
Peripheral Sensation
2. Tissue Prefusion :
Management
cerebral
Kriteria Hasil :
1.
mendemonstrasikan
perifer)
1.
Monitor adanya
status sirkulasi yang
daerah tertentu yang
ditandai dengan :
hanya peka terhadap
a. Tekanan systole
panas/dingin/tajam/tu
dandiastole dalam
rentang yang
diharapkan
b. Tidak ada
ortostatikhipertensi
c. Tidak ada tanda
tanda peningkatan
tekanan intrakranial
(tidak lebih dari 15
mmHg)
2.
(Manajemen sensasi
mpul
2. Monitor adanya
paretese
3. Instruksikan keluarga
untuk mengobservasi
kulit jika ada lsi atau
laserasi
4. Gunakan sarun tangan
untuk proteksi
5. Batasi gerakan pada
mendemonstrasikan
kepala, leher dan
kemampuan kognitif
punggung
yang ditandai dengan:
a. berkomunikasi
dengan jelas dan
sesuai dengan
kemampuan
b. menunjukkan
perhatian,
6. Monitor kemampuan
BAB
7. Kolaborasi pemberian
analgetik
8. Monitor adanya
tromboplebitis
9. Diskusikan menganai
konsentrasi dan
penyebab perubahan
orientasi
sensasi
c. memproses
informasi
d. membuat keputusan
dengan benar
e. menunjukkan fungsi
sensori motori
cranial yang utuh :
tingkat kesadaran
mambaik, tidak ada
gerakan gerakan
involunter
2.
Gangguan komunikasi NOC
NIC
verbal
Communication
dengan
berhubungan 1. Anxiety self control
kehilangan 2. Coping
Enhancement : Speech
kontrol otot facial atau 3. Sensory function :
Deficit.
oral.
1. Gunakan penerjemah,
hearing & vision
4. Fear self control
Kriteria hasil :
1. Komunikasi :
penerimaan,
interpretasi, dan
jika diperlukan
2. Beri satu kalimat
simple setiap bertemu,
jika diperlukan
3. Dorong pasien untuk
ekspresi pesan lisan,
berkomunikasi secara
tulisan, dan non verbal
perlah dan untuk
meningkat.
mengulangi
2. Komunikasi ekspresif
permintaan
(kesulitan berbicara) :
4. Berikan pujian positif
ekspresif pesan verbal
Communication
dan atau non verbal
Enhancement : Hearing
yang bermakna.
Defisit
3. Komunikasi resptif
Communication
(kesulitan mendengar) :
Enhancement : Visual
penerimaan komunikasi
defisit
dan interpretasi pesan
Ansiety Reduction
verbal dan/atau non
Active Listening
verbal.
4. Gerakan terkoordinasi :
mampu mengkoordinasi
gerakan dalam
menggunakan isyarat
5. Pengolahan informasi :
klien mampu untuk
memperoleh, mengatur,
dan menggunakan
informasi
6. Mampu mengontrol
respon ketakutan dan
kecemasan terhadap
ketidakmapuan
berbicara
7. Mampu manajemen
kemampuan fisik yang
dimiliki
8. Mampu
mengkomunikasikan
kebutuha dengan
3.
lingkungan.
mobilitas NOC :
1. Joint Movement
fisik
berhubungan
Active
dengan
kerusakan
2. Mobility Level
neuromuscular
3. Self care : ADLs
Gangguan
NIC :
:
4. Transfer performance
Kriteria hasil:
1.
Klien
Exercise therapy :
ambulation
1. Monitoring vital sign
sebelm/sesudah
latihan dan lihat
respon pasien saat
meningkat
dalam aktivitas fisik
2. Mengerti tujuan dari
latihan
2. Konsultasikan dengan
terapi fisik tentang
peningkatan mobilitas
rencana ambulasi
3. Memverbalisasikan
perasaan
sesuai dengan
dalam
meningkatkan
kekuatan
kebutuhan
3. Bantu klien untuk
dan
menggunakan tongkat
kemampuan berpindah
4.
saat berjalan dan
Memperagakan
penggunaan alat Bantu
untuk
cegah terhadap cedera
4. Ajarkan pasien atau
mobilisasi
tenaga kesehatan lain
(walker)
tentang teknik
ambulasi
5. Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
6.
Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
7. Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan
ADLs
1. Berikan alat Bantu
jika klien
memerlukan.
2. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan
4.
Resiko
gangguan NOC :
NIC :
nutrisi
kurang
kebutuhan
dari
tubuh
berhubungan dengan
ketidakmampuan
menelan.
1. Nutritional Status
Nutrision Management
2. Nutritional Status :
1. Kaji adanya alergi
food and fluid intake
makanan
3. Nutritional Status :
2. Kolaborasi dengan
nutrient intake
ahli gizi untuk
4. Weight control
menentukan jumlah
Kriteria Hasil :
kalori dan nutrisi
1. Adanya peningkatan
yang dibutuhkan
berat badan sesuai
dengan tujuan
2. Berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan
3. Mampu
pasien
3. Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
intake Fe
4. Anjurkan pasien
mengidentifikasi
untuk meningkatkan
kebutuhan nutrisi
protein dan vitamin C
4. Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
5. Menunjukkkan
peningkatan fungsi
5. Monitor jumlah
nutrisi dan kandungan
kalori
6. Berikan informasi
pengecapan dari
tentang kebutuhan
menelan
nutrisi
6. Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
7. Kaji kemempuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam
batas normal
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
bisa dilakukan
4. Monitor lingkungan
selama makan
5. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
6. Monitor mual
muntah
7. Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
Monitor kalori dan intake
nutrisi
5.
Deficit perawatan diri NOC:
berhubungan dengan
hemiparese/hemiplegi.
NIC:
1. Activity Intolerance
Self-Care Assistance:
2. Mobility: Physical
Bathing/Hygiene
impaired
3. Self Care Deficit
Hygiene
4. Sensory perpeption,
Auditory disturbed
Kriteria Hasil:
1. Pasien dapat
1. Monitor kemampuan
pasien terhadap
perawatan diri
2. Monitor kebutuhan
akan personal
hygiene, berpakaian,
toileting dan makan.
melakukan aktivitas
3. Beri bantuan sampai
sehari-hari (makan,
klien mempunyai
berpakaian,
kemapuan untuk
kebersihan,
merawat diri
toileting, ambulasi)
4. Bantu klien dalam
2. Kebersihan diri
memenuhi
pasien terpenuhi.
kebutuhannya.
3. Mengungkapkan
5. Anjurkan klien untuk
secara verbal
melakukan aktivitas
kepuasan tentang
sehari-hari sesuai
kebersihan tubuh
kemampuannya
dan hygiene oral.
6. Pertahankan aktivitas
4. Klien terbebas dari
perawatan diri secara
bau badan
rutin
7. Evaluasi kemampuan
klien dalam
memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
8. Berikan
reinforcement atas
usaha yang dilakukan
dalam melakukan
perawatan diri sehari
hari.
6.
Resiko
terjadinya NOC:
1. Respiratory
ketidakefektifan
Ventilation
bersihan jalan nafas 2. Respiratory
status
status
yang
berhubungan
Airway patency
dengan
menurunnya
3. Aspiration Control
refleks
batuk
NIC :
: Airway suction
1. Pastikan kebutuhan
:
oral/tracheal
suctioning.
2. Berikan O2 1-2liter/
dan
menelan, imobilisasi.
mnt, metode dengan
Kriteria Hasil :
pemasangan
nasal
kanul.
1. Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
3. Anjurkan
nafas yang bersih, tidak
untuk
istirahat
ada
napas
dalam
sianosis
dyspneu
dan
(mampu
pasien
dan
(bagi
mengeluarkan sputum,
bernafas
dengan
mudah,
tidak
ada
pursed lips)
2. Menunjukkan
anak usia diatas 5)
4. Posisikan
untuk
memaksimalkan
jalan
ventilasi
nafas yang paten (klien
5. Lakukan
tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi
pernafasan
6. Keluarkan
dengan
rentang normal, tidak
suction
suara
nafas
abnormal)
3. Mampu
mengidentifikasikan
dan mencegah faktor
yang penyebab.
fisioterapi
dada jika perlu
dalam
ada
pasien
sekret
batuk
atau
7. Auskultasi
suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
8. Berikan
bronkodilator
9. Monitor
status
hemodinamik
10. Berikan
udara
pelembab
Kassa
basah
NaCl Lembab
11. Berikan antibiotik
12. Atur
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
13. Monitor respirasi dan
status O2
14. Pertahankan
hidrasi
yang adekuat untuk
mengencerkan sekret
15. Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
penggunaan
peralatan :
O2,
Suction, Inhalasi.
7.
Resiko
gangguan NOC:
integritas
kulit
berhubungan dengan
tirah baring lama.
NIC :
1. Tissue Integrity :
Pressure Management
Skin and Mucous
Membranes
2. Hemodyalis Akses
1. Anjurkan pasien
untuk
menggunakan
Kriteria Hasil :
pakaian yang
longgar
1. Integritas kulit yang
baik bisa
2. Hindari kerutan
padaa tempat tidur
dipertahankan
2. Melaporkan adanya
3. Jaga kebersihan
gangguan sensasi
kulit agar tetap
atau nyeri pada
bersih dan kering
daerah kulit yang
4. Mobilisasi pasien
mengalami
(ubah posisi
gangguan
pasien) setiap dua
3. Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya sedera
berulang
4. Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
jam sekali
5. Monitor kulit akan
adanya kemerahan
6. Oleskan lotion
atau minyak/baby
oil pada derah
yang tertekan
7. Monitor aktivitas
dan mobilisasi
pasien
8. Monitor status
dan perawatan
nutrisi pasien
alami
9. Memandikan
pasien dengan
sabun dan air
hangat
10. Inspeksi kulit
terutama pada
tulang-tulang yang
menonjol dan titiktitik tekanan ketika
merubah posisi
pasien.
11. Jaga kebersihan
alat tenun.
8.
Gangguan
eliminasi NOC:
NIC
uri (incontinensia uri) 1. Urinary elimination
Urinary Retention Care
yang
1. Monitor intake dan
dengan
sensasi,
berhubungan 2. Urinary Contiunence
penurunan
output
disfungsi Kriteria hasil:
kognitif,
ketidakmampuan
untuk berkomunikasi
1. Kandung kemih kosong
secarapenuh
2. Tidak ada residu urine
>100-200 cc
3. Intake cairan dalam
rentang normal
4. Bebas dari ISK
5. Tidak ada spasme
bladder Balance cairan
seimbang
2. Monitor penggunaan
obat antikolinergik
3. Monitor derajat
distensi bladder
4. Instruksikan pada
pasien dan keluarga
untuk mencatat
output urine
5. Sediakan privacy
untuk eliminasi
6. Stimulasi reflek
bladder dengan
kompres dingin pada
abdomen.
7. Kateterisaai jika
perlu
8. Monitor tanda dan
gejala ISK (panas,
hematuria, perubahan
bau dan konsistensi
urine)
9.
Risiko
jatuh NOC
NIC
berhubungan dengan 1. Trauma Risk For
Fall Prevention
penurunan kesadaran.
1. Mengidentifikasi
2. Injury Risk for
Kriteria Hasil :
faktor resiko pasien
1. Keseimbangan
terjadinya jatuh
2. Gerakan terkoordinasi :
kemampuan otot untuk
bekerja sama secara
volunteer untuk
melakukan geraka yang
bertujuan
3. Prilaku pencegahan
jatuh
4. Tidak ada kejadian jatuh
2.
kaji
kemampuan
mobilitas pasien
3. Monitor tanda – tanda
vital
4. Bantu pasien dalam
berjalan
atau
mobilisasi
5. Ciptakan
yang
lingkungan
aman
bagi
alat
Bantu
pasien
6. Berikan
jika diperlukan
7. Libatkan
keluarga
dalam
membatu
pasien mobilisasi.
D. Pelaksanaan
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun pada
uraian rencana keperawatan.
E. Evaluasi
Evaluasi tindakan disesuaikan dengan kriteria hasil pada tujuan di rencana
tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung
dan Stroke. Penerbit Dianloko, Yogyakarta
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 3
Jakarta : EGC
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC
Junaidi, I. 2011. Stroke Waspadai Ancamannya. Penerbit Andi, Yogyakarta
Marilynn, E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran. EGC
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran.EGC
Nanda Nic-Noc.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda,Jilid 1.Jakarta:MediaActionPublishing
Mengetahui,
Pembimbing Praktik
Gianyar, 2 November 2014
Mahasiswa
Made Andri Yusnita Sari
NIM. P07120012021
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
V. M. Endang S. P. Rahayu, SKp.
NIP.195812191985032005
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN STROKE HEMORAGIK (SH)
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Pengertian
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkanoleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini
adalah kulminasi penyakitserebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer
and Bare, 2002).
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi
cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24
jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata
disebabkan oleh gangguan peredarana darah otak non traumatik. (Arif
Mansjoer, 2000)
Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplay darah kebagian otak, sering ini
adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Brunner
and Suddarth).
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal
maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan
peredaran darah otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau
pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan
oksigen dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke
otak akan memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak
ini akan memunculkan gejala stroke (Junaidi, 2011).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
B. Manifestasi Klinik
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan
dan jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba,
tanpa peringatan, dan sering selama aktivitas.
Manifestasi klinis stroke menurut Smeltzer & Bare (2002), antara lain:
defisit lapang pandang, defisit motorik, defisit sensorik, defisit verbal, defisit
kognitif dan defisit emosional.
1. Defisit Lapang Pandangan
a. Tidak menyadari orang atau objek di tempat kehilangan penglihatan
b. Kesulitan menilai jarak
c. Diplopia
2. Defisit Motorik
a. Hemiparesis (kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama).
b. Hemiplegi (Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama).
c. Ataksia (Berjalan tidak mantap, dan tidak mampu menyatukan kaki.
d. Disartria (Kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung
jawab untuk menghasilkan bicara.
e. Disfagia (Kesulitan dalam menelan)
3. Defisit Sensorik : kebas dan kesemutan pada bagian tubuh
4. Defisit Verbal
a. Afasia ekspresif (Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami)
b. Afasia reseptif (Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan)
c. Afasia global (kombinal baik afasia reseptif dan ekspresif)
5. Defisit Kognitif
a. Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
b. Penurunan lapang perhatian
c. Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
d. Perubahan penilaian
6. Defisit Emosional
a. Kehilangan kontrol diri
b. Labilitas emosional
c. Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres
d. Depresi
e. Menarik diri
f. Rasa takut, bermusuhan dan marah
g. Perasaan isolasi
C. Etiologi
Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau
pecahnya pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau
menutupi ruang - ruang jaringan sel otak. Adanya darah yang mengenangi
atau menutupi ruang - ruang jaringan sel otak akan menyebabkan kerusakan
jaringan sel otak dan menyebabkan kerusakan fungsi kontrol otak. Genangan
darah bisa terjadi pada otak sekitar pembuluh darah yang pecah (intracerebral
hemorage) atau dapat juga genangan darah masuk kedalam ruang sekitar otak
(subarachnoid hemorage) bila ini terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal
bahkan sampai pada kematian. Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada
lanjut usia, karena penyumbatan terjadi pada dinding pembuluh darah yang
sudah rapuh (aneurisma). Pembuluh darah yang sudah rapuh ini, disebabkan
karena faktor usia (degeneratif), akan tetapi bisa juga disebabkan karena
faktor keturunan (genetik). Keadaan yang sering terjadi adalah kerapuhan
karena mengerasnya dinding pembuluh darah akibat tertimbun plak atau
arteriosklerosis akan lebih parah lagi apabila disertai dengan gejala tekanan
darah tinggi.
Stroke hemoragik dapat terjadi apabila lesi vaskular intraseberum
mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid
atau langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi vaskular yang dapat
menyebabkan perdarahan subaraknoid (PSA) adalah aneurisma sakular
(Berry) dan malformasi arteriovena (MAV). Selain lesi vaskular anatomik,
penyebab stroke hemoragik adalah hipertensi, gangguan perdarahan,
pemberian antikoagulan yang terlalu agresif (terutama pada klien berusia
lanjut), dan pemakaian anfetamin dan kokain intranasal karena zat-zat ini
dapat menyebabkan hipertensi berat dan perdarahan intraserebrum atau
subaraknoid. (Price & Wilson, 2006; 1119)
Penyebab lain terjadinya stroke hemoragik adalah :
1. Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti kelainan
arteriovenosa.
2. Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh
seperti payudara, kulit, dan tiroid.
3. Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid dalam
dinding arteri di otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih
besar.
4. Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).
D. Patofisiologi
Tahapan patofisologi terjadinya stroke adalah kerusakan pembuluh
darah otak, pembuluh darah tidak mampu mengalirkan darah atau pembuluh
darah pecah dan bagian otak yang memperoleh darah dari pembuluh yang
rusak tadi fungsinya menjadi terganggu hingga timbul gejala-gejala stroke.
Tahapan tersebut tidak terjadi dalam waktu singkat.Pada tahap
pertama dimana dinding pembuluh darah yang mengalirkan darah ke otak
mula-mula terkena berupa aterosklerosis pada pembuluh-pembuluh yang
kecil. Penebalan dinding pembuluh darah ini terjadi berangsung-angsur dan
diakibatkan oleh hipertensi, DM, peninggian kadar asam urat atau lemak
dalam darah, perokok berat dll.
Proses penebalan timbul berangsur-angsur dalam waktu beberapa
tahun atau akhirnya suatu saat terjadi sumbatan dimana aliran darah yang
terjadi cukup ditolerir oleh otak. Akhirnya karena sempitnya lumen pembuluh
darah tersebut tidak cukup lagi memberi darah pada pembuluh darah otak ini
menyebabkan kerapuhan dan pembuluh darah menjadi pecah dan timbul
perdarahan. Pada saat dimana pembuluh darah tersebut pecah atau tersumbat
hingga aliran darah tidak cukup lagi memberi darah lalu timbul gejala-gejala
neurologik berupa kelumpuhan, tidak bisa bicara atau pingsan, diplopia
secara mendadak. Sumbatan pembuluh darah otak dapat juga terjadi akibat
adanya bekuan-bekuan darah dari luar otak (jantung atau pembuluh besar
tubuh) atau dari pembuluh darah leher (karotis) yang terlepas dari dinding
pembuluh tersebut dan terbawa ke otak lalu menyumbat. Karena fungsi otak
bermacam-macam, maka gejala stroke juga timbul tergantung pada daerah
mana otak yang terganggu. Penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah
secara mendadak dapat menimbulkan gejala dan tanda-tanda neurologik yang
memiliki sifat, mendadak, tidak ada gejala-gejala dini atau gejala peningkatan
dan timbulnya iskemi atau kerusakan otak,gejala neurologik yang timbul
selalau terjadi pada satu sisi badan, gejala-gejala klinik yang timbul mencapai
maksimum beberapa jam setelah serangan . Umumnya kurang dari 24 jam,
jadi misalnya pagi hari serangan stroke timbul berupa kelemahan pada badan
sebelah kanan kemudian berangsur-angsur menjadi lumpuh sama sekali.
Perdarahan pada stroke hemoragik biasanya terjadi pada intraserebral
dan subarachnoid. Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya
mikroaneurisma (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Pecahnya
pembuluh darah otak terutama karena hipertensi ini mengakibatkan darah
masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang
menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan
TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang
mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di
daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan
cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding
permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah
disekitar permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang
subarachnoid. Perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya
aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenous malformation (AVM).
Pathway Stroke hemoragik:
Peningkatan
tekanan sistemik
Aneurisma / APM
Perdarahan
Arakhnoid/ventrikel
otak
Gangguan perfusi
jaringan serebral
Vasospasme Arteri
serebral
Iskemik/infark
Deficit neurologi
Hematoma serebral
Peningkatan
TIK/herniasis
serebral
Hemisfer Kanan
Hemisfer Kiri
Hemiparase/plegi
kiri
Hemiparase/plegi
kanan
Penurunan Kesadaran
Penekanan saluran
pernafasan
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
Area Gocca
Kerusakan fungsi N
VII dan N XII
Hambatan
komunikasi verbal
Risiko jatuh
Deficit perawatan
diri
Hambatan
Mobilitas fisik
Risiko gangguan
integritas kulit
Kerusakan kontrol
syaraf motorik
Kontrol spingter
ani menhilang
Inkontinensia
urine/retensi urine
Gangguan
Eliminasi Urine
Risiko
ketidakseimbangan
nutrisi
E. Penatalaksanaan Medis
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah :
1. Posisikan kepala dan badan atas 20 – 30o, posisi miring jika muntah
dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila
perlu diberikan oksigen sesuai kebutuhan
3. Tanda-tanda vital usahakan stabil
4. Bedrest
5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6. Kandung kemih yang penuh kosongkan, bila perlu lakukan katerisasi
7. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari
penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik
8. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi atau suction berlebih yang
dapat meningkatkan TIK
9. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik, jika
kesadaran menurun atau gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT.
Penatalaksanaan medis secara spesifik berupa :
1. Mengobati penyebabnya,
2. Neuroprotektor
3. Tindakan pembedahan
4. Menurunkan TIK yang tinggi
F. Komplikasi
Komplikasi stroke hemoragik meliputi ( Smeltzer & Bare,2001) :
1. Hipoksia Serebral.
2. Penurunan Darah Serebral.
3. Luasnya Area Cedera.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat,
pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian
diambil.
2. Keluhan utama
Keluhan yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
perubahan di dalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum
terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi latergi, tidak
responsif, dan koma.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat –
obat antib koagulan, aspirin, vasodilator, obat – obat adiktif, kegemukan.
Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti
pemakaian antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya.
Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari
riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih
jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,
atau adanya riwayat stroke dan generasi terdahulu.
6. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Bernafas
Pasien dapat mengalami sesak, pola nafas tidak efektif.
2) Nutrisi
Mengalami kelemahan otot pengunyah sehingga pasien tidak dapat
mengunyah makanan keras bahkan dipasang NGT.
3) Eliminasi
Terjadi kelemahan otot panggul dan springter pada anus sehingga dapat
menyebabkan pasien mengalami konstipasi.
4) Aktivitas
Terjadi gangguan mobilitas akibat hemiparesis pada satu sisi anggota
gerak. Disarankan bed rest total.
5) Istirahat
Pasien istirahat dengan normal.
6) Pengaturan Suhu
Suhu tubuh pasien biasanya dalam batas normal.
7) Kebersihan/Hygiene
Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri akibat
kelemahan yang dialami.
8) Rasa aman
Pasien dan keluarga biasanya merasa khawatir terhadap perubahan yang
terjadi seperti keemahan anggota gerak, gangguan berbicara dll.
9) Rasa Nyaman
Kadang pasien akan mengalami nyeri hebat pada bagian kepala yang
mengakibatkan pasien tidak nyaman serta merasa kepala berputar.
10) Sosial
Terjadi gangguan pada pasien saat berkomunikasi pada orang
disekitarnya.
11) Pengetahuan/Belajar
Kebanyakan pasien tidak mengetahui penyakit yang dialaminya serta
apa pemicu munculnya stroke tersebut.
12) Rekreasi
Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau pun keluar rumah
karena disarankan bed rest total.
13) Prestasi
14) Spiritual
7. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Melangalami penurunan kesadaran, suara bicara : kadang mengalami
gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/ afaksia.
Tanda – tanda vital : TD meningkat, nadi bervariasi.
2) Sistem integument
Tidak tampak ikterus, permukaan kulit kering, tekstur kasar, perubahan
warna kulit; muka tampak pucat.
3) Kepala
Normo cephalic, simetris, biasanya terdapat nyeri kepala/sakit kepala.
4) Muka
Asimetris, otot muka dan rahang kekuatan lemah.
5) Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (+/+), pupil isokor,
sclera ikterus (-/ -), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan tidak dapat
dievalusai,mata tampak cowong.
6) Telinga
Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal
7) Hidung
Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping
hidung tidak ada.
8) Mulut dan faring
Biasanya terpasang NGT
9) Leher
Simetris, kaku kuduk, tidak ada benjolan limphe nodul.
10) Thoraks
Gerakan dada simetris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-),
perkusi resonan, rhonchi -/- pada basal paru, wheezing -/-, vocal
fremitus tidak teridentifikasi.
11) Jantung
Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics
2 sternal kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi S1
dan S2 tunggal; dalam batas normal, gallop(-), mumur (-). capillary
refill 2 detik .
12) Abdomen
Terjadi distensi abdomen, Bising usus menurun.
13) Genitalia-Anus
Pembengkakan pembuluh limfe tidak ada., tidak ada hemoroid,
terpasang kateter.
14) Ekstremitas
Akral hangat, kaji edema , kaji kekuatan otot , gerak yang tidak disadari
, atropi atau tidak, capillary refill, Perifer tampak pucat atau tidak.
B. Diagnosa Keperawatan
Merupakan pernyataan yang menjelaskan status kesehatan baik aktual
maupun
potensial.
Perawat
memakai
proses
keperawatan
dalam
mengidentifikasi dan mengsintesa data klinis dan menentukan intervensi
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah
kesehatan klien yang menjadi tanggung jawabnya.
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran
darah sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol
otot facial atau oral.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan.
5. Deficit perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi.
6. Resiko
terjadinya
ketidakefektifan
bersihan
jalan
nafas
yang
berhubungan dengan menurunnya refleks batuk dan menelan, imobilisasi.
7. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.
8. Gangguan eliminasi uri (incontinensia uri) yang berhubungan dengan
penurunan
sensasi,
disfungsi
kognitif,
ketidakmampuan
berkomunikasi.
9. Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan kesadaran.
untuk
C. Perencanaan
NO Diagnosa
1.
Gangguan
jaringan
NOC
perfusi NOC :
cerebral
berhubungan dengan
gangguan aliran darah
sekunder
peningkatan
intracranial.
akibat
tekanan
NIC
NIC :
1. Circulation status
Peripheral Sensation
2. Tissue Prefusion :
Management
cerebral
Kriteria Hasil :
1.
mendemonstrasikan
perifer)
1.
Monitor adanya
status sirkulasi yang
daerah tertentu yang
ditandai dengan :
hanya peka terhadap
a. Tekanan systole
panas/dingin/tajam/tu
dandiastole dalam
rentang yang
diharapkan
b. Tidak ada
ortostatikhipertensi
c. Tidak ada tanda
tanda peningkatan
tekanan intrakranial
(tidak lebih dari 15
mmHg)
2.
(Manajemen sensasi
mpul
2. Monitor adanya
paretese
3. Instruksikan keluarga
untuk mengobservasi
kulit jika ada lsi atau
laserasi
4. Gunakan sarun tangan
untuk proteksi
5. Batasi gerakan pada
mendemonstrasikan
kepala, leher dan
kemampuan kognitif
punggung
yang ditandai dengan:
a. berkomunikasi
dengan jelas dan
sesuai dengan
kemampuan
b. menunjukkan
perhatian,
6. Monitor kemampuan
BAB
7. Kolaborasi pemberian
analgetik
8. Monitor adanya
tromboplebitis
9. Diskusikan menganai
konsentrasi dan
penyebab perubahan
orientasi
sensasi
c. memproses
informasi
d. membuat keputusan
dengan benar
e. menunjukkan fungsi
sensori motori
cranial yang utuh :
tingkat kesadaran
mambaik, tidak ada
gerakan gerakan
involunter
2.
Gangguan komunikasi NOC
NIC
verbal
Communication
dengan
berhubungan 1. Anxiety self control
kehilangan 2. Coping
Enhancement : Speech
kontrol otot facial atau 3. Sensory function :
Deficit.
oral.
1. Gunakan penerjemah,
hearing & vision
4. Fear self control
Kriteria hasil :
1. Komunikasi :
penerimaan,
interpretasi, dan
jika diperlukan
2. Beri satu kalimat
simple setiap bertemu,
jika diperlukan
3. Dorong pasien untuk
ekspresi pesan lisan,
berkomunikasi secara
tulisan, dan non verbal
perlah dan untuk
meningkat.
mengulangi
2. Komunikasi ekspresif
permintaan
(kesulitan berbicara) :
4. Berikan pujian positif
ekspresif pesan verbal
Communication
dan atau non verbal
Enhancement : Hearing
yang bermakna.
Defisit
3. Komunikasi resptif
Communication
(kesulitan mendengar) :
Enhancement : Visual
penerimaan komunikasi
defisit
dan interpretasi pesan
Ansiety Reduction
verbal dan/atau non
Active Listening
verbal.
4. Gerakan terkoordinasi :
mampu mengkoordinasi
gerakan dalam
menggunakan isyarat
5. Pengolahan informasi :
klien mampu untuk
memperoleh, mengatur,
dan menggunakan
informasi
6. Mampu mengontrol
respon ketakutan dan
kecemasan terhadap
ketidakmapuan
berbicara
7. Mampu manajemen
kemampuan fisik yang
dimiliki
8. Mampu
mengkomunikasikan
kebutuha dengan
3.
lingkungan.
mobilitas NOC :
1. Joint Movement
fisik
berhubungan
Active
dengan
kerusakan
2. Mobility Level
neuromuscular
3. Self care : ADLs
Gangguan
NIC :
:
4. Transfer performance
Kriteria hasil:
1.
Klien
Exercise therapy :
ambulation
1. Monitoring vital sign
sebelm/sesudah
latihan dan lihat
respon pasien saat
meningkat
dalam aktivitas fisik
2. Mengerti tujuan dari
latihan
2. Konsultasikan dengan
terapi fisik tentang
peningkatan mobilitas
rencana ambulasi
3. Memverbalisasikan
perasaan
sesuai dengan
dalam
meningkatkan
kekuatan
kebutuhan
3. Bantu klien untuk
dan
menggunakan tongkat
kemampuan berpindah
4.
saat berjalan dan
Memperagakan
penggunaan alat Bantu
untuk
cegah terhadap cedera
4. Ajarkan pasien atau
mobilisasi
tenaga kesehatan lain
(walker)
tentang teknik
ambulasi
5. Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
6.
Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
7. Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan
ADLs
1. Berikan alat Bantu
jika klien
memerlukan.
2. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan
4.
Resiko
gangguan NOC :
NIC :
nutrisi
kurang
kebutuhan
dari
tubuh
berhubungan dengan
ketidakmampuan
menelan.
1. Nutritional Status
Nutrision Management
2. Nutritional Status :
1. Kaji adanya alergi
food and fluid intake
makanan
3. Nutritional Status :
2. Kolaborasi dengan
nutrient intake
ahli gizi untuk
4. Weight control
menentukan jumlah
Kriteria Hasil :
kalori dan nutrisi
1. Adanya peningkatan
yang dibutuhkan
berat badan sesuai
dengan tujuan
2. Berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan
3. Mampu
pasien
3. Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
intake Fe
4. Anjurkan pasien
mengidentifikasi
untuk meningkatkan
kebutuhan nutrisi
protein dan vitamin C
4. Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
5. Menunjukkkan
peningkatan fungsi
5. Monitor jumlah
nutrisi dan kandungan
kalori
6. Berikan informasi
pengecapan dari
tentang kebutuhan
menelan
nutrisi
6. Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
7. Kaji kemempuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam
batas normal
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
bisa dilakukan
4. Monitor lingkungan
selama makan
5. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
6. Monitor mual
muntah
7. Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
Monitor kalori dan intake
nutrisi
5.
Deficit perawatan diri NOC:
berhubungan dengan
hemiparese/hemiplegi.
NIC:
1. Activity Intolerance
Self-Care Assistance:
2. Mobility: Physical
Bathing/Hygiene
impaired
3. Self Care Deficit
Hygiene
4. Sensory perpeption,
Auditory disturbed
Kriteria Hasil:
1. Pasien dapat
1. Monitor kemampuan
pasien terhadap
perawatan diri
2. Monitor kebutuhan
akan personal
hygiene, berpakaian,
toileting dan makan.
melakukan aktivitas
3. Beri bantuan sampai
sehari-hari (makan,
klien mempunyai
berpakaian,
kemapuan untuk
kebersihan,
merawat diri
toileting, ambulasi)
4. Bantu klien dalam
2. Kebersihan diri
memenuhi
pasien terpenuhi.
kebutuhannya.
3. Mengungkapkan
5. Anjurkan klien untuk
secara verbal
melakukan aktivitas
kepuasan tentang
sehari-hari sesuai
kebersihan tubuh
kemampuannya
dan hygiene oral.
6. Pertahankan aktivitas
4. Klien terbebas dari
perawatan diri secara
bau badan
rutin
7. Evaluasi kemampuan
klien dalam
memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
8. Berikan
reinforcement atas
usaha yang dilakukan
dalam melakukan
perawatan diri sehari
hari.
6.
Resiko
terjadinya NOC:
1. Respiratory
ketidakefektifan
Ventilation
bersihan jalan nafas 2. Respiratory
status
status
yang
berhubungan
Airway patency
dengan
menurunnya
3. Aspiration Control
refleks
batuk
NIC :
: Airway suction
1. Pastikan kebutuhan
:
oral/tracheal
suctioning.
2. Berikan O2 1-2liter/
dan
menelan, imobilisasi.
mnt, metode dengan
Kriteria Hasil :
pemasangan
nasal
kanul.
1. Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
3. Anjurkan
nafas yang bersih, tidak
untuk
istirahat
ada
napas
dalam
sianosis
dyspneu
dan
(mampu
pasien
dan
(bagi
mengeluarkan sputum,
bernafas
dengan
mudah,
tidak
ada
pursed lips)
2. Menunjukkan
anak usia diatas 5)
4. Posisikan
untuk
memaksimalkan
jalan
ventilasi
nafas yang paten (klien
5. Lakukan
tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi
pernafasan
6. Keluarkan
dengan
rentang normal, tidak
suction
suara
nafas
abnormal)
3. Mampu
mengidentifikasikan
dan mencegah faktor
yang penyebab.
fisioterapi
dada jika perlu
dalam
ada
pasien
sekret
batuk
atau
7. Auskultasi
suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
8. Berikan
bronkodilator
9. Monitor
status
hemodinamik
10. Berikan
udara
pelembab
Kassa
basah
NaCl Lembab
11. Berikan antibiotik
12. Atur
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
13. Monitor respirasi dan
status O2
14. Pertahankan
hidrasi
yang adekuat untuk
mengencerkan sekret
15. Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
penggunaan
peralatan :
O2,
Suction, Inhalasi.
7.
Resiko
gangguan NOC:
integritas
kulit
berhubungan dengan
tirah baring lama.
NIC :
1. Tissue Integrity :
Pressure Management
Skin and Mucous
Membranes
2. Hemodyalis Akses
1. Anjurkan pasien
untuk
menggunakan
Kriteria Hasil :
pakaian yang
longgar
1. Integritas kulit yang
baik bisa
2. Hindari kerutan
padaa tempat tidur
dipertahankan
2. Melaporkan adanya
3. Jaga kebersihan
gangguan sensasi
kulit agar tetap
atau nyeri pada
bersih dan kering
daerah kulit yang
4. Mobilisasi pasien
mengalami
(ubah posisi
gangguan
pasien) setiap dua
3. Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya sedera
berulang
4. Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
jam sekali
5. Monitor kulit akan
adanya kemerahan
6. Oleskan lotion
atau minyak/baby
oil pada derah
yang tertekan
7. Monitor aktivitas
dan mobilisasi
pasien
8. Monitor status
dan perawatan
nutrisi pasien
alami
9. Memandikan
pasien dengan
sabun dan air
hangat
10. Inspeksi kulit
terutama pada
tulang-tulang yang
menonjol dan titiktitik tekanan ketika
merubah posisi
pasien.
11. Jaga kebersihan
alat tenun.
8.
Gangguan
eliminasi NOC:
NIC
uri (incontinensia uri) 1. Urinary elimination
Urinary Retention Care
yang
1. Monitor intake dan
dengan
sensasi,
berhubungan 2. Urinary Contiunence
penurunan
output
disfungsi Kriteria hasil:
kognitif,
ketidakmampuan
untuk berkomunikasi
1. Kandung kemih kosong
secarapenuh
2. Tidak ada residu urine
>100-200 cc
3. Intake cairan dalam
rentang normal
4. Bebas dari ISK
5. Tidak ada spasme
bladder Balance cairan
seimbang
2. Monitor penggunaan
obat antikolinergik
3. Monitor derajat
distensi bladder
4. Instruksikan pada
pasien dan keluarga
untuk mencatat
output urine
5. Sediakan privacy
untuk eliminasi
6. Stimulasi reflek
bladder dengan
kompres dingin pada
abdomen.
7. Kateterisaai jika
perlu
8. Monitor tanda dan
gejala ISK (panas,
hematuria, perubahan
bau dan konsistensi
urine)
9.
Risiko
jatuh NOC
NIC
berhubungan dengan 1. Trauma Risk For
Fall Prevention
penurunan kesadaran.
1. Mengidentifikasi
2. Injury Risk for
Kriteria Hasil :
faktor resiko pasien
1. Keseimbangan
terjadinya jatuh
2. Gerakan terkoordinasi :
kemampuan otot untuk
bekerja sama secara
volunteer untuk
melakukan geraka yang
bertujuan
3. Prilaku pencegahan
jatuh
4. Tidak ada kejadian jatuh
2.
kaji
kemampuan
mobilitas pasien
3. Monitor tanda – tanda
vital
4. Bantu pasien dalam
berjalan
atau
mobilisasi
5. Ciptakan
yang
lingkungan
aman
bagi
alat
Bantu
pasien
6. Berikan
jika diperlukan
7. Libatkan
keluarga
dalam
membatu
pasien mobilisasi.
D. Pelaksanaan
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun pada
uraian rencana keperawatan.
E. Evaluasi
Evaluasi tindakan disesuaikan dengan kriteria hasil pada tujuan di rencana
tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung
dan Stroke. Penerbit Dianloko, Yogyakarta
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 3
Jakarta : EGC
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC
Junaidi, I. 2011. Stroke Waspadai Ancamannya. Penerbit Andi, Yogyakarta
Marilynn, E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran. EGC
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran.EGC
Nanda Nic-Noc.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda,Jilid 1.Jakarta:MediaActionPublishing
Mengetahui,
Pembimbing Praktik
Gianyar, 2 November 2014
Mahasiswa
Made Andri Yusnita Sari
NIM. P07120012021
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
V. M. Endang S. P. Rahayu, SKp.
NIP.195812191985032005