MAKALAH FIQH MUNAKAHAT HAK DAN KEWAJIBAN

MAKALAH
FIQH MUNAKAHAT
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Dosen Pengampu : Bapak Ubaidillah, S.Ag. M.HI

Disusun oleh :
Kelompok 4


Eem Emaliyah

1415202021



Fitria Inka Puspita

1415202032

MA-1 / SMT-3 / FSEI


KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2016

1 | fqh munakahat

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah dan petunjuknya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu
yang telah di rencanakan. Dimana hasil laporan ini semoga saja bermanfaat dan diharapkan
dapat dijadikan panduan atau sebagai informasi Penyusunan makalah ini adalah sebagai bukti
bahwa penulis telah melaksanakan dan menyelesaikannya. Dengan ini penulis berterima
kasih kepada Bapak Ubaidillah, S.Ag M.HI yang telah memberikan kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini. Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
turut membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini. kami juga mengharapkan saran dan
kritik demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan bermanfaat bagi semua pembaca.
Dalam kesempatan ini juga tidaklah berlebihan apabila saya sampaikan penghargaan

yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan
dukungan terutama kepada teman-teman yang telah membantu pada saat pembuatan makalah
sehingga makalah ini dapat di buat sebagaimana mestinya.
Mohon maaf jika dalam pembuatan makalah ini masih ada kekurangan dari isi yang
terkandung didalam makalah ini, namun kami berharap semoga bermanfaat dan bisa
dijadikan pedoman dan sumber informasi untuk kita semua. Mudah-mudahan Allah SWT
memberikan kelancaran, kesuksesan kepada kita semua.

Cirebon, 03 Oktober 2016

penyusun

2 | fqh munakahat

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam hubungan suami istri dalam rumah tangga, suami mempunyai
hak dan istripun mempunyai hak. Dibalik itu, suami mempunyai kewajiban
dan istripun mempunyai kewajiban. kewajiban istri merupakan hak bagi

suami.
Untuk itu diperlukan kajian yang mendalam mengenai hak dan
kewajiban bagi suami dan istri dalam fqh munakahat ini. Berawal dari
sinilah penyusun membuat makalah ini, dengan tujuan agar memahami
bagaimana hak dan kewajiban bagi suami dan istri dalam suatu rumah
tangga ini.
Oleh karena itu penyusun menyusun makalah ini, dengan kajian khusus
pada hak dan kewajiban suami dan istri, agar dapat bermanfaat untuk
kehidupan dimasa yang akan datang ketika kita telah menjalankan rumah
tangga.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana Hak Dan Kewajiban Bersama
b. Apa Kedudukan Suami Istri
c. Bagaimana Hak Dan Kewajiban Suami Terhadap Istri
d. Bagaimana Hak Dan Kewajiban Istri Terhadap Suami
C. TUJUAN
a. Mengetahui Dan Memahami Hak Dan Kewajiban Bersama
b. Mengetahui Kedudukan Suami Dan Istri
c. Mengetahui Hak Dan Kewajiban Suami Terhadap Istri

d. Mengetahui Bagaimana Hak Dan Kewajiban Seorang Istri Terhadap Suaminya

3 | fqh munakahat

BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI
A. HAK DAN KEWAJIBAN BERSAMA
Apabila suatu akad nikah telah dilakukan secara sah, maka akad nikah tersebut
akan menimbulkan akibat hukum. Dan dengan demikian akan menimbulkan hak dan
kewajiban selaku suami istri. Suami istri yang melakukan kewajibannya dan
memperhatikan tanggung jawabnya akan mampu mewujudkan ketentraman dan
ketenangan hati sehingga sempurnalah kebahagiaan suami istri tersebut.1
2

Dalam pembahasan ini, yang dimaksud dengan hak adalah apa-apa yang

diterima dari seseorang untuk orang lain, sedangkan yang dimaksud dengan
kewajiban adalah apa yang harus dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain. 3 Jika
suami istri sama-sama menjalankan tanggung jawabnya masing-masing, maka akan
terwujudlah ketentraman hati, sehingga sempurnalah kebahagian hidup berumah

tangga. Dengan demikian, tujuan hidup berkeluarga akan terwujud sesuai dengan
tuntutan agama, yaitu sakinah, mawaddah wa rahma.
Dalam pengurusan rumah tangga masing-masing suami istri mempunyai hak
dan kewajiban. Hak dan kewajiban tersebut secara garis besar dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Suami istri wajib saling cinta-mencintai, hormat-menghormati, saling setia dan
saling memberikan bantuan lahir dan batin.
b. Suami istri wajib memikul kewajiban yang luhur untuk membina dan menegakan
rumah tangga yang bahagia dan sejahtera lahir dan batin.
c. Suami istri mempunyai kewajiban mengasuh dan memelihara anak-anak mereka,
baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasan.
d. Suami istri wajib menjaga kehormatan masing-masing.
e. Suami istri dihalalkan saling bergaul menghalalkan hubungan seksual. Perbuatan
ini merupakan kebutuhan suami istri yang dihalalkan secara timbal balik. Jadi,
1
2
3

Djamaan Nur. Fiqih Munakahat. (semarang; dina utama, 1993). Hlm.97
Amir Syarifuddin. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. (Jakarta; kencana). Hlm.159


4 | fqh munakahat

bagi suami halal berbuat kepada istrinya, sebagaimana istri terhadap suaminya.
Mengadakan hubungan seksual ini adalah hak bagi suami istri, dan tidak boleh
dilakukan kalau tidak secara bersamaan, sebagaimana tidak dapat dilakukan
sepihak saja.
Akan tetapi ada syarat yang harus dipenuhi ketika akan melakukan hubungan seksual
(bersetubuh) yaitu, tidak ada yang mencegah secara syara’ atau tabiat yang mengharamkan
untuk berhubungan seksual. Tidak halal suami bersenang-senang dengan istrinya sedangkan
mereka berdua sedang berihram haji atau umrah, atau keduanya berpuasa wajib atau iktikaf.4
Mereka juga haram melakukan hubungan ketika istri sedang haidh atau nifas, sebagaimana
firman Allah Swt ;

       
         
         
   

Artinya : “mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah :”Haidh itu adalah

suatu kotoran”. Oleh sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu
haidhl dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah
suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah (2): 222)
Hikmah menjauhi istri ketika menstruasi dan nifas adalah kesungguhan syara’ yang
mengharuskan agar suami tidak mengusir istri dan tetap mencintainya. Tidak diragukan lagi
bahwa adanya darah menstruasi adalah faktor yang membuat orang tidak mau, suami
menjauhi istri dan membuat ia kurang tertarik bergaul. Kemungkinan kebencian itulah arti
yang dikandung ayat di atas, di samping faktor kesehatan terganggu menurut keterangan
dokter dan kondisi wanita yang kurang baik pada saaat menstruasi. Mahabenar Allah yang
berfirman “Dia adalah penyakit”.
B. KEDUDUKAN SUAMI ISTRI

4

Abd Aziz Muh Azzam. Abd Wahhab Sayyed Hawwas fqih munakahat (jakarta : Amzah),
231-232.

5 | fqh munakahat


Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam
kehidupan rumah tangga dan pergaulan kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup
bersama dalam masyarakat. Masing masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.

C. HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTRI
Menurut kompilasi hukum islam dalam kewajiban dan hak suami istri memikul
kewajiban yang luhur untuk menegakan rumah tangga yang sakinah mawaddah dan rahwah
yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. Selain itu, suami istri wajib mempunyai
tempat kediaman yang tetap yang ditentukan oleh bersama. Dalam pasal 80 ayat (1) suami
adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan
rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami istri bersama.5
1. Hak suami terhadap istri diantaranya :
a. Ditaati dalam hal-hal yang tidak maksiat.
b. Istri menjaga dirinya sendiri dan harta suami.
c. Menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu yang dapat menyusahkan suami.
d. Tidak bermuka masam di hadapan suami.
e. Tidak menunjukan keadaan yang tidak disenangi suami.
Kewajiban taat kepada suami hanyalah dalam hal-hal yang dibenarkan agama, bukan
dalam hal kemaksiatan kepada Allah SWT. Jika suami menyuruh istri untuk berbuat maksiat,

maka si istri harus menolaknya. Di antara ketaatan istri terhadap suami adalah tidak keluar
rumah, kecuali dengan seizinya.
Adapun dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 34 dijelaskan bahwa istri harus bisa
menjaga dirinya, baik ketika berada di depan suami maupun dibelakangnya, dan ini
merupakan salah satu ciri istri yang shalihah.

         
        
         
         
     
5

Mohd Idris Ramulyo. Hukum Perkawinan Islam (Jakarta; bumi askara). Hlm.88-89

6 | fqh munakahat

Artinya : “sebab itu maka wanita yang sholehah ialah yang taat kepada Allah SWT
lagi memelihara diri di balik pembelakangan suaminya oleh karena Allah telah memelihara
(mereka) ... (Q.S An-Nissa’ : 34)

Maksud memelihara diri dibalik pembelakangan suaminya dalam ayat tersebut adalah
istri dalam menjaga dirinya ketika suaminya tidak ada dan tidak berbuat khianat kepadanya,
baik mengenai diri maupun harta bendanya. Inilah merupakan kewajiaban tertinggi bagi
seorang istri terhadap suaminya.6
2. Kewajiban Suami Terhadap Istri
a. Kewajiban yang bersifat materi yang disebut nafaqoh. Sesuai dengan
penghasilannya, suami menanggung:
a) Nafkah, kswah dan tempat kediaman bagi istri;
b) Biaya rumah tangga, biaya perawatan, dan biaya pengobatan baginya istrinya
dan anak-anaknya.
c) Dalam pasal 80 ayat (4) Biaya pendidikan bagi anak-anaknya.
b. Kewajiban yang tidak bersifat materi contohnya seperti :
a) Menggauli istrinya secara baik dan patut.
b) Menjagana dari segala sesuatu yang mungkin melibatkannya pada
maksiat, perbuatan dosa atau ditimpa oleh sesuatu kesulitan dan mara
bahaya.
c) Suami wajib mewujudkan kehidupan perkawinan yang diharapkan Allah
terwujud yaitu mawaddah, rahmah dan skinah.
d) Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya dan member
kesempatan belajar pengetahuan yang bermanfaat dan berguna bagi

agama, nusa dan bangsa.
D. HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI TERHADAP SUAMI
1. Hak istri yang wajib dilaksanakan suami. adalah:
a. Mahar
b. Adail dalam pergaulan
c. rohaniah
6

Abdul Rahman Ghozali. Fiqih Munakahat (jakarta : kencana). hlm 160-161

7 | fqh munakahat

d. Nafkah tempat tinggal, pakaian, dan makanan.akan tetapi ada beberapa
Factor yang bisa mengugurkan hak nafkah istri diantaranya adalah:
a) Akad nikah batal atau fasid /rusak
b) Istri nusyudz atau durhaka
c) Istri murtad
d) Istri melanggar larangan-larangan allah yang berhubungan dengan
kehidupan suami istri
e) Istri dalam keadaan sakit yang oleh karenanya tidak bersedia serumah
dengan suaminya
f) Pada waktu akad niakh istri belum baligh dan ia masih belum serumah
dengan suaminya.7
2. Di antara beberapa kewajiban istri terhadap suami adalah sebagai berikut:
a. Mematuhi Suami.
Diantara hak suami atas istrinya adalah ditaati selama tidak mengarah pada perilaku
maksiat. Ssebagaimana sabda Nabi :”Tidak ada kepatuhan terhadap makhluk yang maksiat
kepada pencipta. (HR. Al-Bukhari).

a) Taat kepada Suami
Rasulullah telah menganjurkan kaum wanita agar patuh kepada suami mereka, karena
hal tersebut dapat membawa maslahat dan kebaikan. Rasulullah ttelah menjadikan ridha
suami sebagai penyebab masuk surga. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Umi Salamah ra.
Bahwa Nabi bersebda : “Dimana wanita yang mati sedang suaminya ridha dari padanya,
maka ia masuk surga. (HR.Ibnu Majah dan At-Tirmidzi)
b. Tidak Durhaka kepada Suami
Rasulullah telah memberi peringatan kepada kaum wanita yang menyalahi kepada
suaminya dalam sabdanya:”Jika seorang laki-laki mengajak istrinya ke tempat tidurnya,
tetapi ia tidak mau datang, suami semalaman murka atasnya, maka malaikat melaknat
kepadanya sampai pagi. (HR. Muttafaq Alaih)
7

Djamaan Nur. Fiqh Munakahat. (semarang; dina utama. 1993), hlm.106

8 | fqh munakahat

Rasulullah juga menjelaskan bahwa mayoritas sesuatu yang memasukan wanita ke
dalam neraka adalah kedurhakaanya kepada suami dan kekufuranya (tidak syukur) terhadap
kebaikan suami.
c. Memelihara Kehormatan Dan Harta Suami
Di antara hak suami atas istri adalah tidak memasukkan seseorang kedalam rumahnya
melainkan dengan izinnya, kesenangannya mengikuti kesenangan suami, jika suami
membenci seseorang karena kebenaran atau karena perintah syara’ maka sang istri wajib
tidak menginjkkan diri ke tempat tidurnya. Dalam hadis Rasulullah:”maka adapun hak kalian
atas istri-istri kalian, sungguh mereka jangan menginjakkan tempat tidur kalian orang yang
membenci kalian dan tidak mengizinkan dirumah kalian orang yang engkau benci”.
d. Berhias untuk Suami
Di antara hak suami atas istri adalah berdandan karenanya dengan berbagai perhiasan
yang menarik.8 Setiap perhiasannya yang terlihat semakin indah akan membuat suami senang
dan merasa cukup. Sesuatu yang tidak diragukan lagi bahwa kecantikan bentuk wanita akan
menambah kecintaan suami, sedangkan melihat sesuatu apapun yang menimbulkan
kebencian akan mengurangi rasa cintanya. Oleh karena itu, selalu dianjurkan agar suami tidak
melihat istrinya dalam bentuk membencikannya sekiranya suami meminta izin istrinya
sebelum berhubungan. Ibnu juraij berkata: Aku bertanya kepada Atha’: “Apakah laki-laki
perlu meminta izin kepada istrinya?” Ia menjawab:”tidak perlu.” Ini dimaksudkan tidak ada
kewajiban untuk meminta izin, yang utama bemberitahukan istri ketika hendak berhubungan
dan tidak mengejutkannya, karena ada kemungkinan dapat membentuk tingkah yang tidak
disukai suami.
e. Menjadi Partner Suami
Allah telah mewajibkan suami bertempat tinggal bersama istri secara syar’i di tempat
yang layak bagi sesamanya dan sesuai kondisi ekonomi suami, dan istri wajib menyertainya,
di tempat tinggal tersebut. Istri tidak boleh keluar dari rumah tanpa seizin suaminya, kecuali
jika ia keluar rumah untuk berziara atau menjenguk kedua orangtuanya yang sedang sakit,
atau keluarga lainnya ketika ia merasa aman dan tidak menimbulkan fitnah karena hal
tersebut termasuk silaturrahim dan menjaga hubungan silaturrahim itu wajib, suami tidak
8

Abd Aziz Muh Azzam. Abd Wahhab Sayyed Hawwas. fqih munakahat (jakarta : Amzah.
2009). hlm 229-230.

9 | fqh munakahat

boleh mencegah kewajiban tersebut. Akan tetapi, alangkah baiknya jika semua itu dengan
ridha suami.
Istri wajib menyertai suami untuk musafir selama terdapat maslahat umum dan suami
akan membuktikanya di daerah atau negeri yang dituju sebagaimana di negeri sendiri.
Jalanya pun aman, baik terhadap jiwa, harta dan kehormatan, kecuali jika istri
mempersyaratkan pada saat akad agar suami tidak membawa pindah atau musafir. 9 Fuqaha
berpendapat membiarkan urusan perkiraan maslahat untuk diputuskan dan bagi hakim
memutuskan sesuai dengan maslahat yang dilihat.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Suami istri yang melakukan kewajibannya dan memperhatikan tanggung
jawabnya akan mampu mewujudkan ketentraman dan ketenangan hati sehingga
sempurnalah kebahagiaan suami istri tersebut.
Menurut kompilasi hukum islam dalam kewajiban dan hak suami istri
memikul kewajiban yang luhur untuk menegakan rumah tangga yang sakinah
mawaddah dan rahwah yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. Selain itu,
suami istri wajib mempunyai tempat kediaman yang tetap yang ditentukan oleh
bersama. Dalam pasal 80 ayat (1) suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah
tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting
diputuskan oleh suami istri bersama.
9

Abd Aziz Muh Azzam. Abd Wahhab Sayyed Hawwas. fqih munakahat (jakarta : Amzah.
2009), hlm 230-231..

10 | f q h m u n a k a h a t

DAFTAR PUSTAKA
 Muh Azzam, Abd Aziz. Sayyed Hawwas, Abd Wahhab. fiqih munakahat. jakarta:
Amzah. 2009
 Nur, Djamaan. Fiqh Munakahat. semarang; dina utama. 1993
 Syarifuddin , Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta; kencana. 2004.
 Ramulyo, Mohd Idris. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta; bumi askara. 1996
 Ghozali, Abdul Rahman. Fiqih Munakahat. jakarta: kencana. 2004

11 | f q h m u n a k a h a t