PENGARUH EFT TERHADAP TEKANAN DARAH.docx (1)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Populasi lansia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data yang
dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa - Bangsa (PBB) melalui lembaga
kependudukan dunia United Nation Population Fund Asian (UNFPA), jumlah
lansia pada tahun 2009 mencapai 737 juta jiwa.WHO juga memperkirakan
tahun 2025 jumlah lansia di seluruh dunia akan mencapai 1,2 miliar orang
yang akan terus bertambah hingga 2 miliar orang di tahun 2050,75% populasi
lansia di dunia tinggal di negara berkembang (Ulfah,2009).
Tahun 2010 jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,1 juta orang. Tahun 2012
terdapat 28 juta jiwa lansia atau sekitar delapan persen dari jumlah penduduk
Indonesia, pada tahun 2025 diperkirakan jumlah lansia membengkak menjadi
40 jutaan. Dan pada tahun 2050 diperkirakan akan melonjak hingga 71,6 juta
jiwa ( Badan Pusat Statistik, 2012).
Hasil sensus 2010 menyebutkan jumlah penduduk Jawa Barat yaitu
43.021.826 jiwa, 8,01% atau 3.441.176 diantaranya adalah lansia usia diatas
60 tahun. Kabupaten karawang sendiri tercatat 654.107 jiwa. Teluk Jambe
adalah salah satu Puskesmas yang ada di kabupaten Karawang memiliki

jumlah kunjungan lansia rata-rata 306 kali seiap bulannya atau 3041 pertahun.
(UPTD, Puskesmas Teluk Jambe).
Berdasarkan jumlah populasi lansia di Kabupaten Karawang pada tahun 2014
didapatkan 58 orang lansia tinggal di RPSTW, kemudian mengalami
peningkatan hingga akhir Maret 2015 menjadi 65 orang ( jumlah maksimal
yang bisa di tampung oleh RPSTW). Menurut bagian Humas RPSTW
Karawang Bapa Lili masih ada daftar tunggu lansia yang ingin masuk
RPSTW. (UPTD-RPSTW, 2015)

1

1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat pengaruh EFT terhadap Tekanan darah pada lansia di
RPSTW Karawang
1.3 Tujuan
Mengetahui pengaruh terai EFT terhadap Tekanan darah Lansia di RPSTW
Karawang

2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia
Usia lanjut merupakan tahap perkembangan yang normal yang
akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan
merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari (Notoatmodjo, 2007).
Lansia merupakan dua kesatuan fakta sosial dan biologis.sebagai salah
satu fakta sosial, lansia merupakan suatu proses penarikan diri
seseorang dari berbagai status dalam suatu struktur masyarakat. secara
fisik pertambahan usia dapat berarti semakin melemahnya manusia
secara fisik dan kesehatan ( Prayitno, 2000).
Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas. Sementara WHO menyatakan bahwa
lanjut usia meliputi usia pertengahan yaitu kelompok 45-59 tahun.
Selain itu lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologi dan fisik serta kejiwaan dan sosial. Menua (menjadi
tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan


jaringan

untuk

memperbaiki

diri/mengganti

dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Nugroho,
2008).
1. Batasan Lansia
1). Batasan lansia menurut WHO meliputi
a. usia pertengahan (middle age) antara 45-59 tahun,
b. usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun,
c. usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun,
d. usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Nugroho, 2000).


3

2). Menurut Depkes RI:
a. Masa persiapan usia lanjut menampakkan keperkasaan fisik dan
kematangan jiwa antara 45-54 tahun.
b. Usia lanjut dini yaitu mulai memasuki usia lanjut antara 55-64
tahun.
c. Usia lanjut atau senium usia 65 tahun keatas.
d. Usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu elompok usia lebih dari
70 tahun atau kelompok usia lanjyg yang hidup sendiri,
terpencil, tinggal di panti menderita penyakit berta atau cacat.
2. Teori Penuaan
Menurut Nugroho (2008), teori penuan dibagi tiga kelompok yaitu :
1) Teori Genetik
a. Teori Genetic Clock
Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa di
dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan
mementukan proses penuan.
b. Teoti Mutasi Somatik
Menurut teori ini, penuan terjadi karena adanya mutasi somatik

akibat pengaruh lingkungan yag buruk.
2) Teori Nonigenetik
a. Teori penurunan sistem imun tubuh (auto imun theory)
Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self
recognition).
b. Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory)
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh
karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di
dalam mitokondria. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan
setiap aap kendaran bermotor, asap rokok, zat pengawet

4

makanan, radiasi, dan sinar ultraviolet yang mengakibatkan
terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses penuan.
c. Teori menua akibat metabolisme
Telah dibuktikan dalam berbagai percobaan hewan, bahwa
pengurangan kalori ternyata menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang

menyebabkan

kegemukan

dapat

memperpendek

umur

( Darmojo, 1999).
d. Teori rantai silang (cross link theory)
Teori ini menjelaskan bahwa menua diebabkan oleh lemak,
protein, karbohidrat dan asam nukleat (molekul kolagen)
bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi
jaringan yang menyebabkab perubahan pada membrane plasma,
yang mengakibatkan terjadinya jaeingan kaku, kurang elastis
dan hilangnya fungsi pada proses menua.
e. Teori Fisiologis
Teori ini merupakan intrinsik dan ekstrinsik. Terdiri atas teori

oksidasi stress dan teori dipakai aus ( wear and tear theory)
disini terjadi kelebihan usaa dan stress menyebabkan sel tubuh
lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal).
3) Teori Sosiologis
a. Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak
pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal- hal yang
dihargai masyarakat. kemampuan lanjut usia untuk terus
menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan
status sosialnya berdasarkan kemampuannya bersosialisasi.
b. Teori aktivitas atau kegiatan
Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial,
5

lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan
aktivitas dan mempertahankan kepuasan bila dapat melakukam
aktivitas dan mempertahankan hubungan aktivitas terebut
selama mungkin, ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada

cara hidup lanjut usia, mempertahankan hubungan antara sistem
sosial dan individu agar tetap dari usia pertengahan sampai
lanjut usia.
c. Teori keperibadian berlanjut (continuty theory)
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjad pada
seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas
yang

dimiliinya.

Teori

ini

mengemukakan

adanya

kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia. Dengan
demikian, pengalaman hidup seseorang pada suatu saat

merupakan gambatannya kelak pada saat ia menjadi lanjut usia.
Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, prilaku dan harapan
seeorang ternyata tida berubah walaupun ia telah lanjut usia.
d. Teori pembebasan/ penarikan diri (disengagement theory)
Teori ini membahas petusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya lanjut usia,
apabila ditambah dengan adanya kemiskinan, lanjut usia secara
berangsur angsuran mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan
ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kuanititas sehingga sering lanjut usia
mengalami kehilangan ganda (triple loss) yaitu: kehilangan
peran (loss of role), hambatan kontak sosial (restriction of
contact and relationship), berkurangnya komitmen (reduced
commitment to social mores and values).
3.

Perubahan yang Terjadi pada Lansia


6

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Darmojo dan Martono, 2006). Nugroho
(2008) menyatakan terdapat banyak perubahan yang terjadi pada
lanjut

usia

mencakup

perubahan-perubahan

fisik,

mental,

psikososial, dan perkembangan spiritual.

1) Perubahan Fisik
a. Sel.
Pada lansia,

jumlah selnya akan berkurang, ukuran

membesar, cairan tubuh dan cairan intraseluler menurun.
b. Sistem persarafan.
Rata-rata berkurangnya saraf neocortical sebesar 1 per detik.
Hubungan

persarafan

cepat

menurun,

lambat

dalam

mersepon baik dari gerakan maupun jarak waktu, khususnya
dengan stres, mengecilnya saraf pancaindra, serta menjadi
kurang sensitive terhadap sentuhan.
c. Sistem pendengaran.
Membrane

timpani

pendengaran.

atrofi

Tulang-tulang

sehingga

terjadi

pendengaran

gangguan
mengalami

kekakuan.
d. Sistem penglihatan.
Timbul sklerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respon
terhadap sinar, kornea lebih berbentuk seperti bola (sferis),
lensa lebih suram (keruh) dapat menyebabkan katarak,
hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, dan
menurunnya daya untuk membedakan antara warna biru
dengan hijau pada skala pemeriksaan.
e. Kardiovaskular.

7

Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa
darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume),
elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah
meningkat.
f. Sistem pernapasan.
Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan manjadi kaku,
menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan
elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat, menarik
napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun,
dan kedalaman napas menurun. Alveoli melebar dan
jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta
terjadi penyempitan pada bronkus.
g. Sistem muskuloskeletal.
Tulang kehilangan kepedatannya (density) dan semakin
rapuh, kifosis, persendian membesar dan menjadi kaku,
tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot
sehingga gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot kram dan
menjadi tremor.
h. Gastrointestinal.
Esophagus melebar, asam lambung menurun, peristaltic
menurun sehingga daya absorpsi juga menurun. Ukuran
lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun
sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormone dan
enzim pencernaan.
i. Sistem genitourinaria.
Ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun, penyaringan
di glomerulus menurun, dan fungsi tubulus menurun
sehingga kemampuan ginjal untuk mengonsentrasikan urine
juga menurun (Maryam, 2008). Otot-otot kandung kemih
melemah, kapasitasnya menurun hingga 200 ml dan

8

menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat, kandung
kemih sulit dikosongkan sehingga meningkatkan retensi
urine.
j. Sistem endokrin.
Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktivitas
tiroid, BMR, daya pertukaran gas, produksi aldosteron, serta
sekresi hormon kelamin seperti progesterone, esterogen, dan
testosterone (ma).
k. Sistem integumen.
Kulit menjadi keriput, kulit kepala dan rambut menipis,
rambut dalam hidung dan telinga menebal, elastisitas
menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih, kelenjar
keringat menurun, kuku keras dan rapuh.
2) Perubahan Psikososial
Pada lansia yang dulunya bekerja dan mengalami pensiun akaan
mengalami kehilangan finansial, status, teman dan kegiatan.
Seorang lansia juga merasakan atau sadar akan kematian,
mengalami panyakit kronis dan ketidakmampuan, terjadi
rangakaian dari kehilangan, serta hilangnya kekuatan dan
ketegapan fisik (Nugroho, 2008). Biasanya sifat-sifat streotipe
para lansia sesuai dengan pembawaannya pada waktu muda.
Beberapa tipe yang dikenal adalah sebagai berikut

(Darmojo

dan Martono, 2006) :
a. Tipe konstruktif
Orang ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati
hidupnya.
b. Tipe ketergantungan (dependent)
Orang lansia ini masih dapat diterima ditengah masyarakat,
tetapi selalu pasif, tak berambisi, masih tau diri, tak

9

mempunyai inisiatif dan bertindak tidak praktis. Biasanya
orang ini dikuasai istrinya. Ia senang mengalami pensiun,
malahan biasanya banyak makan dan minum, tidak suka
bekerja dan senang untuk berlibur.
c. Tipe Degeneratif
Orang ini biasanya dulunya mempunyai pekerjaan/jabatan tak
stabil, bersifat selalu menolak bantuan, seringkali emosinya
tak dapat dikontrol, memegang teguh pada kebiasaannya,
bersifat kompulsif aktif. Anehnya mereka takut mengahadapi
“menjadi tua” dan tak menyenangi masa pensiun.
d. Tipe bermusuhan
Mereka

menganggap

orang

lain

yang

menyebabkan

kegagalannya, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga.
Biasanya pekerjaan waktu dulunya tidak stabil. Menjadi tua
dianggapnya tidak ada hal-hal yang baik, takut mati, iri hati
pada orang yang muda, senang mengadu untung pada
pekerjaan-pekerjaan aktif untuk menghindari masa yang sulit/
buruk.
e. Tipe membenci dan menyalahkan diri sendiri
Orang ini bersifat kritis terhadap dan menyalahkan diri
sendiri, tak mempunyai ambisi, mengalami penurunan
kondisi sosio-ekonomi. Biasanya mempunyai perkawinan
yang tak bahagia, mempunyai sedikit hobi, merasa menjadi
korban dari keadaan, namun mereka menerima fakta pada
proses menua, tidak iri hati pada yang berusia muda, merasa
sudah cukup mempunyai apa yang ada. Mereka menganggap
kematian sebagai suatu kejadian yang membebaskannya dari
penderitaan. Statistik kasus bunuh diri menunjukkan angka
yang lebih tinggi persentasenya pada golongan lansia ini,
apalagi pada mereka yang hidup sendirian. Orangtua sering
mengalami depresi atau rasa tertekan karena merasa

10

kesepian, kurang berharga, atau karena berkurangnya
penghasilan, yang sering disertai dengan hilangnya nafsu
makan dan motivasi untuk menyiapkan makanan. Depresi
seperti ini lebih banyak terjadi pada orang usia lanjut yang
hidup sendiri atau tinggal di Institusi atau panti – panti
wreda/jompo (Almatsier, 2011).
2.2. Konsep EFT
1.

Pengertian
Emotional Freedom Technique (EFT) adalah terapi meridian energy
seperti halnya akupuntur yang bekeja langsung pada sistem meridian
di tubuh, tetapi (EFT) tidak menggunakan jarum, namun menstimulasi
titik meridian utama dengan cara mengetuk (tapping) dengan ujung jari
(Iskandar, E, 2010). Teknik pengobatan ini membawa fenomena One
Minute

Wonder

( satu

menit

yang

menakjubkan ), karena

fobia, trauma, sakit fisik, sakit cinta, dan permasalahan besar atupun
kecil bisa lenyap dengan EFT dalam waktu yang singkat.
Emotional Freedom Technique (EFT) adalah sebuah terapi psikologi
praktis yang dapat menangani banyak penyakit, baik itu penyakit fisik
dan penyakit psikologis (masalah pikiran dan perasaan). Dapat
dikatakan EFT adalah versi psikologi dari terapi akupunktur yang
menggunakan jarum. EFT tidak menggunakan jarum, melainkan
dengan menyelaraskan sistem energi tubuh pada titik-titik meridian di
tubuh, dengan cara mengetuk (tapping) dengan ujung jari.
EFT merupakan perangkat yang dapat digunakan untuk membersihkan
virus-virus emosional negatif dalam tubuh relatif singkat dan mudah.
Dari beberapa kasus yang ditangani ternyata emang sesui dengan
kejadian yang dikeluarkan

oleh journal harfard university bahwa

70% lebih penyakit disebabkan oleh persoalan emosi emosi negatif.

11

Dengan EFT persoalan emosi seperti cemas, kurang percaya, diri
fobia, dan insomnia jauh lebih mudah dan lebih cepat.
Menurut Dr. Eddy Iskandar bahwa EFT adalah perangkat bagi anda
untuk “be your own doctor” sebagai Solusi Sehat Sukses dan Sejahtera
lahir batin, tentunya atas ijin Allah SWT. Secara khusus teknik-teknik
EFT bisa membantu dengan cepat melepaskan semua emosi serta
gejala penyakit atau sinyal-sinyal ketidak mampuan tubuh dan pikiran
dalam menerima kelebihan tekanan yang sering kita kali buat sendiri.
Gary Craig, sang penemu EFT tidak mengklaim bahwa EFT itu
sempurna. Tetapi pada banyak kasus, EFT bekerja sangat cepat dan
dengan hasil spektakuler. Masalah yang dapat diatasi dengan EFT
justru lebih luas. EFT mampu melakukan penyembuhan secara
menyeluruh (Holistik). Jadi tidak cuma terfokus pada gangguan fisik
tapi juga gangguan emosional.
Menurut teori ilmu EFT, penyebab segala macam emosi negatif adalah
terganggunya sistim energi tubuh. Dan emosi-emosi negatif yang tak
terselesaikan, menjadi penyebab utama pada hampir semua penyakit
fisik. Emosi negatif menganggu kelancaran sirkulasi energi dalam
tubuh, dan mengakibatkan gangguan fisik seperti gelisah, dihantui
memori yg tidak enak yang mempengaruhi cara pandang. EFT dengan
cepat dapat menyelaraskan energi meridian akupunktur yang
terganggu tersebut. Dimana energi meridian erat hubungannya dengan
masalah emosi, gangguan fisik dan juga menghilangkan simptom
penyakit. Sedangkan praktek-praktek penyembuhan barat sekarang ini
masih mengabaikan fakta bahwa emosi negatif adalah penyebab dari
85% penyakit fisik. Dan itulah mengapa EFT sering kali berhasil pada
kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dengan terapi atau pengobatan
konvensional.

12

Beberapa masalah yang bisa diselesaikan dengan metode ini antara
lain : Kecemasan, Kemarahan, Compulsive Behavior, (rokok atau
obat-obatan), Panik disorder, Kecanduan, Stress, Depresi, Trauma dan
Ketakutan Phobia (ketinggian, binatang, atau benda tertentu)
Kecemasan ditempat umum, Ketakutan berbicara didepan umum, Sakit
Kepala/Migren,
malu/bersalah,

Menghilangkan
Insomnia,

keyakinan

Kekecewaan

negatif,

atau

sakit

Perasaan
hati,

Peak

Performance, Masalah seksual, Kanker, Masalah pada anak atau
wanita, Allergi dan masalah lainnya.
2. Kelebihan Emotional Freedom Technique (EFT)
a. Menyembuhkan

dengan

sangat

cepat.

Anda

tidak

perlu

menghabiskan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk
menyembuhkan gangguan emosional yang bisa lenyap dalam
hitungan menit atau jam dengan EFT.
b. Sering kali EFT hanya membutuhkan satu atau dua sesi saja untuk
mendapatkan kesembuhan, dan kadang-kadang terjadi dengan
seketika.
c. Begitu emosi negatif sudah dapat dihilangkan dengan EFT, maka
masalah-masalah fisik mulai hilang dengan sendirinya. Menurut
pengalaman para pengguna EFT masalah yang dapat diatasi sakit
migraine puluhan tahun, sakit punggung, maag bisa membaik
kurang dari dua minggu, kanker dan gejala-gejalanya, komplikasi
ginjal dan lever.
d. Walaupun EFT tidak bekerja 100%. Tetapi biasanya bekerja baik
dan hasilnya kadang-kadang spektakuler.
e. EFT sangat lembut dan sering mencapai penyembuhan dengan
sedikit atau tidak ada rasa sakit sama sekali.
f. Tidak memerlukan alat bantu peraga, jarum, obat-obatan, herbal.
g. Didukung oleh sejumlah penelitian ilmiah
h. Digunakan oleh lebih dari 100.000 praktisi di seluruh dunia

13

i. EFT sangat sederhana dan mudah dipelajari, bahkan anak-anak pun
bisa melakukan teknik EFT sendiri.
j. Teknik penyembuhan konvensional hanya mengatasi hambatan
fisik. Tapi EFT dapat mengatasi baik hambatan-hambatan fisik dan
emosional.
k. EFT dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
l. EFT

bersifat

kompatibel

dan

tidak

bertentangan

dengan

penyembuhan medis. Tetapi EFT dapat membantu percepatan
proses penyembuhan medis.
m. Dapat digunakan untuk menterapi diri sendiri dan orang lain.
3. Prinsip Kerja EFT
Emotional Freedom Technique (EFT) merupakan teknik akupuntur
versi emosional. Berbeda dengan teknik akupuntur pada umumnya
yang menggunakan jarum, EFT menggunakan tapping (ketukan
ringan) dengan jari di 18 titik meredian tubuh untuk mengatasi hampir
semua hambatan emosi dan fisik.
Terapi EFT yang dilakukan pada penderita pasien hipertensi yaitu
dengan mengetuk (tapping) titik - titik meridian tubuh, karena pada
pasien

hipertensi

yang

dimana

pembuluh

darah

mengalami

penyempitan vasokontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah, pasien hipertensi sangat sensitif terhadap norepineprin yang
dimana pada saat bersamaan sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi. maka dari itu terapi
EFT sangat cocok pada pasien hipertensi untuk menurunkan tekanan
darah dengan mengetuk (tapping) dibagian tubuh meridin yang akan
merangsang menurunkan emosi dan

melebarkan (vasodilatasi)

pembuluh darah. mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi
pembuluh darah.
4. Teknik EFT
14

Teknik EFT ada dua versi dalam melakukan EFT. Yang pertama
adalah versi lengkap dan yang kedua adalah versi ringkas (short-cut).
Keduanya terdiri dari 3 langkah sederhana, perbedaannya hanya pada
langkah ketiga (the Tapping). Pada versi singkat, langkah ketiga
dilakukan hanya pada 9 titik, dan pada versi lengkap tapping dilakukan
pada 18 titik. Sebaiknya anda kuasai dulu versi lengkap ini sebelum
versi ringkasnya, agar anda mendapatkan hasil yang maksimal.
Versi lengkap maupun versi ringkas Emotional Fredom Technique
(EFT) terdiri dari 3 tahap yaitu:
a. The Set-Up
b. The Tune-in
c. The Tapping.
5. Langkah-langkah EFT
a. Versi Lengkap EFT
1) The Set-Up
“The Set-Up” bertujuan untuk memastikan agar aliran energi
tubuh kita terarahkan dengan tepat. Langkah ini kita lakukan
untuk menetralisir “Psychological reversal” atau “perlawanan
psikologis” (biasanya berupa pikiran negatif spontan atau
keyakinan bahwa sadar negatif).
2) The Tune-In
Untuk masalah fisik, kita melakukan tune-in dengan cara
merasakan rasa sakit yang kita alami, lalu mengarahkan pikiran
kita ke tempat rasa sakit dan sambil terus melakukan 2 hal
tersebut, hati dan mulut kita mengatakan, “saya ikhlas, saya
pasrah… ... ... yaa Allah..” Untuk masalah emosi, kita
melakukan “Tune-In” dengan cara memikirkan sesuatu atau
peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi
negatif yang ingin kita hilangkan. Ketika terjadi reaksi negatif

15

(marah, sedih, takut, dsb.) hati dan mulut kita mengatakan, Yaa
Allah..saya ikhlas… ... Saya pasrah… ...
3) The Tapping
Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada
titik-titik tertentu di tubuh kita sambil terus Tune-In. titik-titik
ini adalah titik-titik kunci dari “The Major Energy Meridians”
yang jika kita ketuk beberapa kali akan berdampak pada
ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita
rasakan. Karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal
dan seimbang kembali.
Berikut adalah titik-titik tersebut :
 Cr = Crown,Pada titik dibagian atas kepala
 EB = Eye Brow,Pada titik permulaan alis mata
 SE = Side of the Eye Di atas tulang disamping mata
 UE = Under the Eye 2 cm dibawah kelopak mata
 UN = Under the Nose,Tepat dibawah hidung
 Ch = Chin,Di antara dagu dan bagian bawah bibir
 CB = Collar Bone,Di ujung tempat bertemunya tulang
dada, collar bone dan tulang rusuk pertama
 UA = Under the Arm,Di bawah ketiak sejajar dengan
putting susu (pria) atau tepat di bagian tengah tali bra
(wanita)
 BN = Bellow Nipple2,5 cm di bawah putting susu (pria)
atau di perbatasan antara tulang dada dan bagian bahwa
payudara
 IH = Inside of Hand,Di bagian dalam tangan yang
berbatasan dengan telapak tangan
 OH = Outside of Hand,Di bagian luar tangan yang
berbatasan dengan telapak tangan

16

 Th = Thumb, Ibu jari disamping luar bagian bawah
kuku
 IF = Index Finger,Jari telunjuk di samping luar bagian
bawah kuku (dibagian yang menghadap ibu jari)
 MF = Middle Finger, Jari tengah samping luar bagian
bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)
 RF = Ring Finger,Jari manis di samping luar bagian
bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)
 BF = Baby Finger, Di jari kelingking di samping luar
bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)
 KC = Karate Chop,Di samping telapak tangan, bagian
yang kita gunakan untuk mematahkan balok saat karate
 GS = Gamut Spot,Di bagian antara perpanjangan tulang
jari manis dan tulang jari kelingking
b. Versi Ringkas EFT
Versi ringkas (short-cut) tidak jauh beda seperti Versi lengkap
yang terdiri dari 3 langkah sederhana yaitu:
1) The Set-Up
2) The Tune-in
3) The Tapping
perbedaannya hanya pada langkah ketiga (the Tapping). Pada versi
singkat, langkah ketiga dilakukan hanya pada 9 titik.
Berikut ini adalah titik-titik tersebut:
 EB = Eye Brow, Pada titik permulaan alis mata
 SE = Side of the Eye Di atas tulang disamping mata
 UE = Under the Eye 2 cm dibawah kelopak mata
 UN = Under the Nose,Tepat dibawah hidung
 Ch = Chin,Di antara dagu dan bagian bawah bibir
 CB = Collar Bone,Di ujung tempat bertemunya tulang
dada, collar bone dan tulang rusuk pertama
17

 UA = Under the Arm,Di bawah ketiak sejajar dengan
putting susu (pria) atau tepat di bagian tengah tali bra
(wanita)
 BN = Bellow Nipple2,5 cm di bawah putting susu (pria)
atau di perbatasan antara tulang dada dan bagian bahwa
payudara

2.3. Konsep Tekanan Darah
A.

Tekana Darah
1. Pengertian
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh pompa jantung
untuk menggerakkan darah keseluruh tubuh. Darah membawa nutrisi
dan oksigen ke seluruh bagian tubuh (Syaifudin, 2010). Tekanan darah
tinggi, atau hipertensi, mengacu pada kondisi dimana darah dipompa
keseluruh tubuh pada tekanan tinggi Selisih antara tekan darah sistolik
dan diatolik disebut tekanan (pulsen pressure) misalnya, tekanan sistol
120 mmHg, makan tekanan nadi sama dengan 40 mmHg. Tekanan
darah umumnya tidak selalu tetap, berubah dari waktu kewaktu sesuai
dengan keadaan kesehtan. Tekanan nadi juga akan berubah selaras
dengan tekanan darah seseorang. Perubahan tekanan nadi dipengaruhi
dengan faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Misalnya, pengaruh
usia dan penyakit arteriosklerosis. Pada keadaan arteriosklerosis
elastisitas pembuluh darah berkurang dan bahkan menghilang sama
sekali, sehingga tekanan nadi meningkat.
Tekanan darah sangat penting dalam sisitem sirkulasi darah karena
selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirkan darah kedalam
arteri, arteriola, kapiler, dan sistem vena sehingga tebentuk aliran
darah yang menetap. Jantung bekerja sebagai pemompa aliran darah
dapat memindahkan aliran darah dari pembulu vena kepembulu arteri
18

sistem sirkulasi tertutup. Aktifitas pompa jantung berlangsung dengan
cara mengadakan kontraksi dan relaksasi, sehingga menimbulkan
tekanan darah dalam sistem sirkulasi.
Sirkulasi darah yang berfungsi sebagai sistem transpor oksigen, karbon
dioksida, makanan, hormon, dan obat-obatan keseluruh jaringan sesuai
dengan kebutuhan metabolisme setiap sel dalam organ tubuh. Darah
yang terdapat dalam pembulu vena dapat dipompakan oleh jantung ke
sistem pembuluh darah arteri, kemudian kembali ke sistem vena.
kontraksi dan reaksi jantung menimbulkan perubahan tekanan darah
yang mampu memompakan darah dari jantung dan kembali ke jantung.
2. Aliran darah dalam arteri ditentukan oleh beberapa faktor
a. Perbedaan tekanan, cenderung mendorong aliran darah untuk
mengalirkan dari suatu tempat ke tempat yang lain yang
mempunyai tekanan yang lebih rendah.
b. Tahapan pembuluh darah, memberikan hambatan terhadap
jalannya aliran darah, dinamika aliran darah terjadi bila perbedaan
di antara kedua ujung pembuluh darah.
Kecepatan aliran darah di tentukan diantara kedua ujung pembuluh
darah, seperti tekanan aorta,dengan tekanan atrium kanan, aliran
menjadi dinamis bergerak karena perubahan tekanan yang terdapat
didalam sirkulasi sistemik.
1) Aliran dalam pembulu darah :
Terbukanya katup aorta dan arteri pulmonalis pada fase ejeksi
sistolik mengakibatkan darah terdorong dari rongga pentrikel
jantung. Sesuai dengan denyut kontraksi jantung, semakin jauh dari
jantung semakin kecil pusasi alirannya, kecepatan aliran darah
berbanding terbalik dengan luas penanmpakn total pembulu darah
sehingga semakin distal mak aliran darah semakin menurun dan
terendah dalam kapiler.
2) Tekanan darah arteri dapat dibedakan menjadi:

19

Tekanan sistolik, merupakan tekanan darah tertinggi pada saat
jantung keadaan sistolik.
3) Tekanan diastolik, merupakan tekanan darah terendah pada saat
jantung dalam keadaan diastolik.
4) Tekanan nadi, merupakan selilih antara tekanan sistolik dan
diastolik. Tekanan nadi bergantung pada isi sekuncup dan kasitas
arteri.

5) Tekanan darah rata-rata:
Tekana diastolik ditambah sepertiga selisih tekanan sistolik dan
tekanan diastolik (pembuluh kapiler).
3. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah arteri.
Tekanan darah arteri dipengaruhi oleh kerja jantung, kekenyalan
dinding pembuluh darah, tekanan perifer dan jumlah darah yang
bersikulasi.
Pembuluh darah vena:
a. Tekanan vena. biasanya sangat rendah dan bahkan pada daerah
vena kava hanya 4-5 mmHg. Didaerah atrium kanan dalam
keadaan normal 2-4 mmHg dan kadang-kadang mencapai -4
sampai -7 mmHg pada keadaan inspirasi.
b. Gelombang denyut vena terjadi karena pembuluh tekanan dan
volume yang dapat dilihat dengan pencatat elektronik yang peka
dan diamati pada jugu laris leher.
c. Kurva denyut vena. sering kali dicatat pada vena jugularis
eksternal dengan cara non-invasif.
d. Kecepatan aliran darah vena. pada keadaan normal aliran darah
vena kontinu, sedangkan pada vena sedang dan besar terjadi
fluktuasi aliran darah kembali.
e. Faktor yang mempengaruhi kecepatan aliran darah vena. Aliran
darah vena terjadi karena efek pompa jantung, tekanan negatif

20

rongga torak, kontraksi otot rangka dan adanya katup-katup vena
pada pembuluh darah vena dibagian bawah jantung.
f. Pengaruh grapitasi tekanan darah vena. Pada dasarnya pengaruh
tekanan pembuluh darah vena akibat pengaruh gravitasi sama
dengan arteri.
Pada perekaman tekanan di dalam sistem arteri, tampak kenaikan
tekanan arteri sampai pada puncak sekitar 120 mmHg. tekanan ini
disebut tekanan sistol, kenaikan ini menyebabkan aorta mengalami
distensi sehingga tekana di dalamanya turun sedikit. Pada saat diastol
ventrikel aorta cenderung menurun sampai dengan 80 mmHg. Tekanan
ini dapat disebut dengan tekan diastolik. Dengan adanya perubahan ini
pada siklus jantung, inilah yang menyebabkan terjadinya aliran darah
di dalam sistem sirkulasi tertutup pada tubuh manusia.
4. Pusat pengawasan dan pengaturan perubahan tekana darah
a. Sistem saraf : Terdiri dari pusat-pusat yang terdapar di batang otak
(misalnya pusat vasomor), diluar susunan saraf pusat (misalnya
baroreseptor) dan sistemik.
b. Sistem humoral atau kimia : Berlangsung lama atau sistemik.
Misalnya renin angiotensin, vasopresin, epinefrin, adenosin
kalsium asetilkolin, serotonin, magnesium, hidrogen, dan valium.
c. Sistem hemodinamika, lebih banyak dipengaruhi oleh volume
darah susunan kapiler, perubahan tekanan osmotik, dan hirostatik
sebagai luar dan dalam sistem vaskuler.
Pusat pengendalian tekanan darah yang terdapat dua pertiga proksimal
medulaoblongata

dan sepertiga

distal pons, pusat pasomotor

bertanggungjawab atas vasokontriksi pembulu darah. Jantung selalu
berdenyut otomatis karena sel-selnya memiliki potensial istirahat yang
labil. Implus atau rangsangan selalu terjadi dan dikirim melalui jalur
saraf dimedula spinalisdan melalui saraf simpatis menuju organ yang
dipeliharanya, seperti jantung dan pembulu darah. Pengendalian

21

tekanan darah secara humoral atau kimiawi adalah pengendalian
tekanan darah yang diperankan oleh bahan-bahan seperti

hormon

antara lain vasopresin, kortikosteroid, noepinefrin, bradikinin, renin
angiotensin, epinefrin, serotinin, dan io-ion yang gterdapat didalam
tubuh.
Perubahan tekanan osmotik dan hidrostatik juga mempengaruhi
tekanan darah. pengaruh langsung peningkatan volume darah oleh
suatu tindakan pemberian cairan inravena, pada peristiwa perdarahan
mampu mempertahankan tekanan darah dalam batas normal. Peran
utama oleh kadar natrium yang secara langsung mempengaruhi nilai
osmotik cairan, sehingga mempengaruhi proses sekresi aldosteron dan
hormon andiuretik. karena kedua hormon ini akan mempengaruhi
volume darah dan tekanan darah. (Syaifudin, 2010).

22

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
3.1.1

Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non Randomization
pre test – post test control group design Penelitian dilakukan dua hari, jumlah
responden pada hari pertama sebanyak 15 orang dan pada hari ke dua sebanyak 15
orang. Masing–masing lansia hari pertama dilakukan pengukuran tekanan darah
sebelum dilakukan

EFT dan dilakukan pengukuran tekanan darah setelah

dilakukan perlakuan dengan EFT ,hari kedua adalah kasus control dengan
dilakukan pemeriksaan tekanan darah.
3.2 Kerangka konsep
Adapun kerangka konsep yang dibangun dalam proposal penelitian ini yaitu
mencakup variabel independen dan dependen. Kerangka konsep tergambar
sebagai berikut:
Variabel Independen

Variabel Dependen

Terapi Emotional
Freedom Technique (EFT)

Perubahan Tekanan Darah

Variabel Perancu:
- Umur
- Jenis kelamin
23

3.3 Hipotesis
Ada perbedaan tekanan darah sistol pada lansia sebelum dan sesudah dilakkan
terapi Emotional Freedom Technique
Ada perbedaan tekanan darah diastole pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan
terapi Emotional Freedom Tekhnique

3.4 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Sampel 15 Responden, cara pengambilan sampel dengan menggunakan
incidental sampling
3.5 Pengolahan dan Analisis Data
3.5.1

Pengolahan data
Data yang telah diperoleh dengan observasi, kemudian dikumpulkan untuk

dilakukan tahapan–tahapan pengolahan yaitu:
1) Editing
Peneliti memeriksa hasil observasi yang telah dilakukan bila terjadi kesalahan
pada saat melakukan penilaian maka observasi diulang lagi, jika sudah sesuai
dilanjutkan kembali ketahap selanjutnya.
2) Coding
Form observasi yang sudah benar kemudian dibuat koding untuk
memudahkan memasukan data
3) Entri data
Memperoses data dengan cara memasukan data ke dalam komputer.
4) Cleaning data
Tahapan ini merupakan proses validasi data yang dilakukan untuk
meyakinkan bahwa data yang dikumpulkan merupakan data yang benar–benar
sesuai dengan kebutuhan penelitian.
3.6 Analisis Data

24

3.6.1

Analisis Univariabel

Tujuan analisis univariat adalah untuk mendeskripsikan karakteristik variabel
yang diteliti. Untuk data

numerik

(umur, nilai tekanan darah)

digunakan nilai mean, median, nilai minimal dan nilai maksimal. Sedangkan
data katagorik ( jenis kelamin riwayat hipertensi ) dijelaskan dengan nilai
persentase dan proporsi responden.

3.6.2. Analisis bivariabel
Analisis bivariat bertujuan untuk membuktikan hipotesis yang telah
dirumuskan. karena untuk mengetahui dua hubungan variabel. Pada
penelitian ini yang akan digunkan uji t dependent

( paired – sample t

test ) untuk menegtahui perbedaan kelompok apakah ada perubahan yang
bermakna antara nilai tekanan darah sebelum dan sesudah diterapi EFT,
baik tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik.
3.7 Alur Penelitian
identifikasi masalah
Ijin penelitian
Pemilihan subjek penelitian sesuia
dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Informed consent
Melakukan pemeriksaan tekanan
darah
NA = 15 dilakukan EFT

N B= 15 Tidak dilakukan EFT

mengukur tekanan darah setelah dilakuak EFT

Penyajian Hasil uji

25

3.8 Tempat Riset
Penelitian di lakukan di RPSTW Budhi Daya Karawang, alasan dilakukan
penelitian di tempat tersebut karena tempat tersebut adalah lansia yang terpisah
dari keluarga..

BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
4.1 Anggaran Biaya
Tabel 4.1 Format Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian yang Diajukan
Biaya yang
No

Jenis Pengeluaran

Diusulkan (Rp)

Honorarium untuk pelaksana, petugas laboratorium, pengumpul data, pengolah

1

Rp. 900.000

data, penganalisis data, honor operator, dan honor pembuat sistem (maksimum
30% dan dibayarkan sesuai ketentuan)
Pembelian bahan habis pakai untuk ATK, fotocopy, surat menyurat,

2

penyusunan laporan, cetak, penjilidan laporan, publikasi, pulsa, internet,

3

bahan laboratorium, langganan jurnal (maksimum 50%)
Perjalanan untuk biaya survei/sampling data, seminar/workshop DN-LN,

Rp. 1.000.000

Rp. 1.100.000

biaya akomodasi-konsumsi, perdiem/lumpsum, transport (maksimum30%)

4

Cetal Leafleat, Banner dan Materi
Jumlah

Rp 3.000.000

4.2 Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan selama 6 bulan mulai dari Pebruari 2017- September 2017
No

Uraian Kegiatan
9

A.
1

Pengurusan Perizinan
Izin daerah (kepala dinas setempat)

26

10

11

Bulan
12

1

2

2
B.
C.
D.
E
F.
G.

Izin penelitian di kecamatan & Desa
Uji Instrumen dan Revisi
Identiikasi Sampel sesuai kriteria inklusi
Pengumpulan Data (Pelaksanaan Penelitian)
Pengolahan dan Analisa Data
Penyusunan & Penggandaan Laporan Penelitian
Publikasi

27

BAB V
HASIL
A. Hasil Uji Statistik Univariat
1. Gambaran tingkat tekanan darah sebelum tindakan EFT
Tabel 5.1
Karakteristik Tekanan Darah Responden
Variabel
Sebelum EFT

Mean
5,50

Standar Deviasi
0,535

Min-Max
5-6

Sesudah EFT

1,63

0,518

1-2

Berdasarkan tabel 5.1 menujukkan bahwa rata-rata tekanan darah pada
kelompok EFT sebelum intervensi adalah 5,5

setelah dilakukan

tindakan EFT skor Tekanan Darah menurun menjadi 1,63.
B. Uji Statistik Bivariat Non Parametrik
1. Perbedaan tingkat tekanan darah sebelum dan sesudah tindakan EFT
Tabel 5.2 Perbedaan Rerata Tingkat Tekanan darah
Sebelum dan Sesudah Tindakan EFT
di Sub Unit RPSTW Karawang
Tahun 2017
Skala
Pengukuran
Takanan Darah

Kelompok

N

Mean

Z

P-value

Pre EFT

8

5,50

-2,549

0,011

Post EFT

8

1,63

`Uji beda tekana darah sebelum dan sesudah diberikan tindakan EFT
dengan Wilcoxon test, diperoleh p = 0.011 (p