PERAN GANDA IBU BURUH PABRIK DALAM POLA

A. Judul Skripsi
“PERAN GANDA IBU BURUH PABRIK DALAM POLA ASUH ANAK”
(Studi Deskriptif terhadap Ibu Buruh Pabrik di Jalan Sadarmanah, gang Samoja 4
RT 04 RW 18 Kel. Leuwigajah Cimahi-Selatan)
B. Latar Belakang Masalah
Keluarga merupakan suatu unit sosial atau kelompok-kelompok sosial
terkecil dalam suatu organisasi sosial, karena keluarga merupakan kelompok
sosial yang pertama dan utama di dalam kehidupan manusia. Keluarga adalah
suatu kesatuan sosial yang terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
diawali dengan pernikahan. Meskipun seorang laki-laki dan perempuan sudah
tinggal bersama di dalam satu rumah, namun jika belum didahului perkawinan
maka belum dapat dikatakan sebagai keluarga.
Keluarga adalah unit atau satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus
hubungannya dengan individu sering dikenal dengan sebutan primary group
(kelompok primer). Menurut Cooley (dalam Soekanto, 2002:125), kelompok
primer adalah kelompok-kelomok yang ditandai dengan ciri-ciri kenal mengenal.
Keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal individu sangat berpengaruh
secara langsung terhadap perkembangan individu sebelum maupun sesudah terjun
langsung secara individu ke dalam masyarakat. Oleh karena itu keluarga
mempunyai beberapa fungsi yang sangat penting dalam diri individu yang
meliputi: pemberian afeksi, dukungan dan hubungan untuk berproduksi, dan

membesarkan keturunannya (anak), meneruskan dan melestarikan nilai-nilai dan
norma-norma budaya yang ada dalam masyarakat.
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dan yang paling
utama, tempat anak berinteraksi secara sosial. Pengaruh keluarga terhadap
pembentukan dan perkembangan tingkah laku anak sangatlah besar, karena dalam
keluarga anak pertama kali mendapat pengalaman untuk mengembangkan diri dan
sifat-sifat sosialnya. Di samping itu keluarga juga merupakan tempat pendidikan

1

yang utama dalam setiap kehidupan manusia (anak). Sangat penting dalam
perkembangan anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana anak
berada. Anak merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan
kepada manusia dalam keadaan fisik dan psikologis sangat tergantung pada
lingkungan

sekitar,

terutama


orangtua.

Setelah

anak

dilahirkan

pada

perkembangan selanjutnya mengasuh anak menjadi tugas dan tanggung jawab
orangtua. Orangtua sebagai pengasuh dan pembimbing anak di dalam keluarga
sangat berperan dalam membentuk dan mengembangkan tingkah laku anak
terutama pada masa-masa awal sampai masa remaja. Karena orangtua yang
pertama kali memperkenakan nilai dan norma kepada anak. Penggunaan pola asuh
yang tepat akan mendukung perkembangan tingkah laku anak.
Pada umumnya, sebuah keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
memiliki peranannya masing-masing. Seorang ayah yang memiliki peran sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman, sebagai kepala rumah
tangga dan tentunya sebagai anggota masyarakat, kemudian peran seorang ibu

sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak, dan juga sebagai
anggota masyarakat, dan yang terakhir peran anak yaiu peran psikososial sesuai
tingkatan perkembangan, baik mental, fisik, social dan spiritual (Santrock,2007).
Dari zaman dahulu sampai pada waktu ini, kaum wanita memegang
peranan yang penting sebagai ibu rumah tangga yang meliputi segala macam
pekerjaan berat ringan, seperti mengatur rumah, memasak, mencuci, mengasuh
dan mendidik anak dan sebagainya. Dapat kita lihat peran seorang ibu sebagai
pendidik anak sangatlah penting dalam menentukan anak-anaknya tersebut
menjadi pribadi yang saleh dan salehah atau tidak. Seorang ibu memiliki tugas
pokok yang harus di jalankan dalam kehidupannya yang sangat menentukan sekali
terhadap nasib anak-anaknya di dunia ataupun di akhirat nanti.
Cara ibu mengasuh sangat berperan, apakah dengan penuh kelembutan,
kesabaran dan kasih sayang ataukah dengan caci maki, kekerasan, dan amarah
serta penolakan akan membentuk perilaku anak. Terabaikannya peran ibu sebagai
pendidik dan pembimbing anak-anak, dapat menyebabkan anak-anak yang

2

terabaikan pula, hal ini dimungkinkan karena ibu kurang meluangkan waktunya.
Semisal ibu yang lebih senang berkarir di luar rumah ketimbang di dalam rumah

yang secara full time mengasuh anak-anaknya. Memang tidak seratus persen
benar jika ibu yang full time berada di rumah akan menjadikan anak-anaknya
sebagai generasi yang berkualitas. Bagaimanapun pencapaian kualitas waktu yang
diluangkan berhubungan langsung dengan kuantitas waktu yang diluangkan ibu
untuk mengasuh dan membimbing anak-anaknya.
Dalam UU No. 1 Tahun 1974 pencari nafkah dan segala sesuatu keperluan
hidup berumah tangga menjadi tanggung jawab suami. Namun seiring dengan
perkembangan zaman yang selalu di sertai dengan perkembangan kebutuhan
hidup yang semakin meningkat hal tersebut membuat seorang ibu harus
membantu peran suami sebagai pencari nafkah, dengan ikut bekerja. Pendapatan
mereka cukup signifikan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga, mulai dari
pembiayaan pendidikan, kebutuhan sehari-hari, kesehatan, pembelian kekayaan
lain seperti kekayaan yang bergerak: kendaraan bermotor, juga perabot rumah
tangga dan perhiasan, barang elektronik dan kekayaan tidak bergerak yang berupa
tanah dan rumah.
Saat ini banyak sekali ibu yang menghabiskan sebagian waktunya jauh
dari anak-anaknya.Ibu yang bekerja ini memang bagian dari kehidupan modern
setelah adanya gerakan feminis di Indonesia khususnya setelah abad ke 19 dan 20.
Dan pada saat ini wanita telah lebih banyak bekerja ketimbang pria pada sektor
industri khususnya. Sebab karakteristik wanita yang ulet, tekun dan teliti dalam

menjalankan sesuatu, mendorong banyaknya lowongan pekerjaan yang lebih
banyak di isi oleh kaum wanita yang diantaranya adalah seorang ibu.
Seorang Ibu yang berprofesi sebagai buruh pabrik tentunya memiliki suatu
peran ganda. Peran ganda yang diemban ibu buruh pabrik tersebut selain menjadi
guru untuk anaknya dalam hal pembinaan, juga berperan dalam menopang
kehidupan ekonomi keluarga. Untuk berperan seperti itu tentunya memerlukan
suatu pertimbangan yang baik oleh seorang ibu, keseimbangan antara kegiatan
dan pembinaannya sangat diperlukan untuk menghindari suatu hal yang

3

menyebabkan ketimpangan terhadap suatu proses pendidikan dan komunikasi
anak.
Banyaknya seorang ibu yang bekerja saat ini membuat suatu pergeseran
nilai yang ada di masyarakat dan sedikit banyak perubahan peran ini sangat
mempengaruhi pola asuh yang di jalankan ibu terhadap anaknya. Khususnya pada
seorang ibu yang bekerja dalam sektor industri yaitu buruh pabrik yang waktunya
banyak tersita oleh pekerjaannya pembagian peran sebagai pekerja dan seorang
ibu sangatlah perlu diperhatikan.
Bentuk-bentuk pola asuh yang beragam sangat erat kaitannya dengan

kepribadian seorang anak saat beranjak dewasa. Hal ini disebabkan oleh ciri-ciri,
unsur-unsur, dan nilai-nilai yang ditanamkan sejak anak kecil akan menjadi
sebuah kebiasaan bagi anak saat mereka dewasa sehingga hal tersebut menjadi
watak dari anak.
Fenomena ibu bekerja saat ini memang sudah tidak asing lagi untuk
masyarakat khususnya masyarakat yang berada di kota dan pinggiran kota, sebab
pada saat ini telah banyak ibu yang membagi waktu yang seharusnya di gunakan
sebagai waktu untuk mendidik dan merawat anak di jadikan waktu ia bekerja di
sebuah perusahaan atau lainnya.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis bermaksud untuk membuat
suatu penelitian mengenai bagaimana pengaruh seorang isteri yang bekerja pada
sektor industri khususnya buruh pabrik terhadap pola asuh yang ia terapkan
kepada anaknya. Pengambilan fokus masalah terhadap buruh pabrik ini
disebabkan oleh jam kerja seorang buruh pabrik yang sangat padat sehingga
pembagian waktu dalam perannya sebagai pekerja dan ibu rumah tangga sangat
perlu di perhatikan. Penulis memfokuskan penelitian pada ibu rumah tangga yang
sebagai buruh pabrik di Jalan Sadarmanah, gang Samoja 4 RT 04 RW 18 Kel
Leuwigajah Cimahi Selatan karena di daerah ini mayoritas ibu-ibu disana bekerja
sebagai buruh pabrik dan di daerah sana terdapat banyak anak-anak kecil.


4

Berdasarkan pertimbangan dan latar belakang diatas penulis merumuskan
judul untuk skripsi ini adalah “Peran Ganda Ibu Buruh Pabrik dalam Pola Asuh
Anak (Studi Deskriptif terhadap Ibu Buruh Pabrik di Jalan Sadarmanah, gang
Samoja 4 RT 04 RW 18 Kel. Leuwigajah Cimahi Selatan)”.
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Pergeseran peran seorang ibu sebagai pendidik anak menjadi ibu pencari
nafkah.
2. Banyaknya Ibu yang bekerja pada saat ini khususnya dalam bidang industri.
3. Kurangnya waktu yang dimiliki ibu buruh dengan anak-anaknya.
4. Pengelolaan waktu ibu dalam membagi peran sebagai ibu dan juga pekerja.
D. Rumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran ganda ibu buruh pabrik sebagai pekerja yang juga
menjalankan peran ibu dalam keluarga?
2. Bagaimana pembagian waktu antara kewajiban sebagai ibu rumah tangga dan

sebagai pekerja buruh pabrik?
3. Pola asuh manakah yang banyak digunakan ibu pekerja buruh pabrik terhadap
anaknya?

5

E. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh
gambaran yang jelas tentang peran ganda ibu buruh pabrik dalam
perkembangan pola asuh anak.
2. Tujuan Khusus
Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan yang lebih khusus
antara lain:
a) Mengetahui bagaimana peran ganda ibu buruh pabrik yang juga
menjalankan peran ibu dalam keluarga.
b) Mengidentifikasi pembagian waktu antara kewajiban sebagai ibu rumah
tangga dan sebagai pekerja buruh pabrik
c) Mengidentifikasi pola asuh mana saja yang banyak digunakan oleh ibu

buruh pabrik terhadap anaknya
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini, adalah :
1. Secara teoretis
Secara teoretis diharapkan penelitian ini menambah khasanah ilmu
pengetahuan, khususnya kajian Sosiologi Keluarga. Mengetahui fenomena
sosial, dan ekonomi yang terjadi dalam masyarakat khususnya masyarakat
industri.
2. Secara praktis
a. Untuk mengetahui sejauhmana peran ganda ibu sebagai pekerja dan juga
peran ibu dalam keluarga.

6

b. Untuk mengetahui pembagian waktu antara kewajiban sebagai ibu rumah
tangga dan sebagai pekerja buruh pabrik
c. Untuk mengetahui pola asuh apa saja yang banyak di jalankan oleh ibu
yang bekerja sebagai buruh pabrik kepada anaknya
G.Struktur Organisasi Skripsi
Sistematika penulisan di dalam penyusunan skripsi ini meliputi lima bab, yaitu:

BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi
skripsi.
BAB II : Tinjauan pustaka. Pada bab ini diuraikankonsep-konsep, dokumendokumen atau data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori
yang mendukung penelitian penulis.
BAB III : Metodologi penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai
metode penelitian yang meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian,
metode

penelitian,

definisi

operasional,

instrument

penelitian,

proses


pengembangan instrument, dan teknik pengumpulan data
BAB IV : Analisis hasil penelitian. Dalam bab ini penulis memeparkan data yang
telah di dapatkan dalam penelitian, dan pembahasan atau analisis temuan.
BAB V : Simpulan dan saran. Dalam bab ini penulis berusaha mencoba
memberikan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan
permasalahan yang telah diidentifikasi dan dikaji dalam skripsi.
H. Kajian Pustaka
1. Keluarga

7

a. Pengertian Keluarga
Pengertian

keluarga

sangatlah

luas,

banyak

para

ahli

mendefinisikan keluarga menurut berbagai pendapatnya, namun jika kita
lihat definisi yang mereka utarakan selalu mengandung suatu konsep yang
mengarah pada tujuan yang sama dan berdasarkan dari ciri-ciri khas
keluarga sendiri. Seperti pengertian keluarga menurut M.I. Soelaeman
(1994, hlm 12) menyatakan bahwa “ Keluarga adalah suatu persekutuan
hidup yang dijalin kasih sayang, antara pasangan dua jenis amnesia
dikukuhkan dengan pernikahan yang dimaksud untuk menyempurnakan
diri”.
Dari pernyataan diatas keluarga di bentuk dengan adanya rasa kasih
sayang antara sepasang manusia yang bertujuan untuk menyempurnakan
diri, menyempurnakan disini seperti yang kita ketahui dalam hukum
agama pernikahan itu wajib hukumnya untuk orang yang sudah mampu.
Pendapat diatas di dukung pula oleh pernyataan Mc. Iver dan Page dalam
(M.I. Soelaeman, 1994 hlm.9) yang mengemukakan bahwa:
“Lima ciri khas umum terdapat dimana-mana yakni hubungan
berpasangan antara dua jenis, dilakukan oleh suatu bentuk pernikahan,
adaya pengakuan terhadap turunan yang dilahirkan dalam rangka
hubungan tersebut, adanya kehidupan ekonomis yang diselenggarakan
bersama, disselenggarakan kehidupan berumah tangga”.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan

bahwa keluarga adalah

seseorang yang berpasangan dengan lawan jenisnya yang terbentuk dengan
adanya pengakuan dan mereka hidup bersama dalam rumah tangganya.
b. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga sebagai sarana pewarisan budaya dapat berkurang
apabila hubungan orangtua dengan anak tidak lagi mendalam karena
berbagai tuntutan dan kebutuhan hidup. Peranan keluarga dalam
pembinaan kepribadian anak menjadi sangat mundur. Tugas keluarga
memberikan dasar pendidikan dan kebiasaan menjadi sangat dangkal.

8

Akibatnya, perkembangan kepribadian anak terpengaruh oleh hal-hal yang
berasal dari luar keluarga dan biasanya cenderung ke hal-hal negatif.
Ruang lingkup tanggung jawab pendidikan dalam lingkungan keluarga
ditentukan atas fungsi-fungsi. Menurut Nur’aeni (2010) ada 8 fungsi
keluarga dalam tanggung jawab pendidikan, yaitu :
a) Fungsi Edukasi
Fungsi edukasi terkait dengan pendidikan anak secara khusus dan
pembinaan anggota keluarga pada umumnya. Ki Hajar Dewantara
menyebutkan bahwa “keluarga adalah pusat pendidikan yang utama
dan pertama bagi anak”. Fungsi pendidikan amat fundamental untuk
menanamkan nilai-nilai dan sistem perilaku manusia dalam keluarga.
b) Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi bertujuan untuk mempersiapkan anak menjadi
anggota masyarakat. Anak adalah pribadi yang memiliki sifat
kemanusiaan sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk
sosial. Menarik untuk memaknai pendapat Karl Mannheim yang
dikutip oleh MI Soelaeman (1994), bahwa “anak tidak didik dalam
ruang dan keadaan yang abstrak, melainkan selalu di dalam dan
diarahkan kepada kehidupan masyarakat tertentu.”. Dengan demikian
anak memiliki prinsip sosialitas, disamping prinsip individualitas.
Prinsip sosialitas, mengharuskan anak dibawa dan diarahkan untuk
mengenali nilai-nilai sosial lingkungannya oleh orang tuanya.
c) Fungsi Proteksi
Tujuan dari fungsi proteksi yaitu untuk melindungi anak bukan saja
secara fisik, melainkan pula secara psikis. Secara fisik fungsi
perlindungan ditujukan untuk menjaga pertumbuhan biologisnya
sehingga dapat menjalankan tugas secara proporsional. Disamping itu
fungsi proteksi psikis dan spiritual yaitu dengan mengendalikan anak
dari pergaulan negatif dan sikap lingkungan yang cenderung menekan
perkembangan psikologinya.
d) Fungsi Afeksi
Fungsi ini terkait dengan emosional anak. Anak akan merasa nyaman
apabila mampu melakukan komunikasi dengan keluarganya dengan
totalitas seluruh kepribadiannya. Kasih sayang yang dicurahkan
kepada anak akan memberi kekuatan, dukungan atas kehiduapn
emosionalnya yang berpengaruh pada kualitas hidupnya di masa
depan.
e) Fungsi Religius
Yang dimaksud adalah fungsi keluarga untuk mengarahkan anak ke
arah pemerolehan keyakinan keberagamaannya yang benar. Keluarga
menjadi kendali utama yang dapat menunjukkan arah menjadi Islam
yang kaffah atau sekuler.
f) Fungsi Ekonomis
9

Fungsi ini berkaitan dengan pemenuhan selayaknya kebutuhan yang
bersifat materi. Secara normatif anak harus dipersiapkan agar kelak
memikul tanggung jawab ekonomi keluarga, membangun kepribadian
yang mandiri bukan menjadi objek pemaksaan orang tua.
g) Fungsi Rekreasi
Memberikan wahana dan situasi yang memungkinkan terjadinya
kehangatan, keakraban, kebersamaan dan kebahagiaan bersama
seluruh anggota keluarga.
h) Fungsi Biologis
Faktor biologis adalah faktor alamiyah manusia. Faktor ini meliputi
perlindungan kesehatan, termasuk juga memperhatikan pertumbuhan
biologisnya serta perlindungan terhadap hubungan seksualnya.
Keluarga juga memiliki fungsi secara fisikologis yang berarti orang tua harus tahu
cara untuk mengahadapi anaknya dalam masa-masa pertumbuhan dan
perkembangannya. Untuk tahap ini orang tua harus belajar memahami
perkembangan anak pada setia periode perkembangnya, dan sudah merupakan
kewajiban orang tua untuk menciptakan dan melakukan pembinaan dalam
perkembangan terhadap anak-anaknya demi terwujudnya keluarga harmonis.
c. Interaksi dalam Keluarga
Keluarga merupakan wadah yang sangat penting diantara suatu individu
atau kelompok, dan merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak-anak
dalam keluarga menjadi anggotanya. Dalam keluargalah pang paling pertama
seorang anak dapat bersosialisasi dalam keluarganya, baik itu interaksi antara
anak dan orang tuanya ataupun anak dengan saudaranya. Dari awal anak
dilahirkan hingga ia beranjak dewasa dan mulai bersekolah interaksi anak sangat
banyak dilakukan di lingkungan keluarga.
Terjadinya interaksi dalam keluarga akan saling mempengaruhi satu sama
lainnya yang akan saling memberikan stimulus dan respon. Dengan interaksi
antara anak dan orangtua, akan membentuk gambaran-gambaran tertentu pada
masing-masing pihak sebagai hasil dari komunikasi anak dengna orang tuanya.
Dengan adanya gambaran-gambaran tersebut sebagai hasil persepsinya melalui
komunikasi maka akan terbentuk juga sikap-sikap tertentu.

10

Interaksi dalam keluarga sangatlah penting, dengan berkomunikasi antara
anggota kelompok satu sama lainnya. Sehingga akan terjadi suatu hubungan yang
harmonis dalam keluarga tersebut. Orang tua yang baik adalah ayah dan ibu yang
pandai bersahabat dengan anaknya sekaligus menjadi telaadan yang baik bagi
anak-anaknya.Karena sikap orang tua yang berasahavat sangat memepngaruhi
kedekatan anak dan orang tuannya.
2. Peranan buruh wanita dalam keluarga
Buruh wanita mempunyai peranan penting di keluarga, yakni sebagai pribadi
seorang istri dan ibu rumah tangga serta membantu mencari nafkah bagi
keluarganya. Di mana seorang buruh wanita sejak dulu sudah mendapatkan
tempat yang baik. Dengan berkembangnya jaman yang semakin maju
mengakibatkan berubahnya aturan dan nilai yang ada di masyarakat. Peranan
buruh wanita berubah dengan sendirinya, yang semula hanya berperan sebagai
istri dan ibu rumah tangga sekarang perannya menjadi bertambah.
Menurut Sajogyo bahwa konsep peranan akan memperjelas hubungan
yang terjalin antara pria dan wanita, baik dalam keluarga, rumah tangga, maupun
dalam masyarakat yang lebih luas. Dewasa ini pada masyarakat kita terdapat
empat golongan wanita, yaiu:
a) Wanita yang bekerja dan tidak mau membantu rumah tangga atau belum
menikah.
b) Wanita yang memberikan pengabdiannya 100%.
c) Wanita yang memberikan prioritas kepada pekerjaan di atas keluarga.
d) Wanita yang memiliki jalan tengah untuk bekerja dan sekaligus menerima
peranan rangkap yakni sebagai ibu rumah tangga dan mencoba kombinasi
yang sebaik-baiknya.
Kaum wanita harus mengadakan pilihan yang mantap dan dapat untuk
kebahagian

sendiri.

Kaum

wanita

harus

mengetahui

kemampuannya.

Kenyataannya makin lama makin menunjukan bahwa makin banyak tugas

11

rangkap yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sekaligus sebagai wanita pekerja
(Boserup, 1984:65).
Di antara golongan wanita tersebut, ternyata pada saat ini sebagian besar wanita
memilih golongan yang ke empat, yaitu sebagi ibu rumah tangga sekaligus juga
sebagai pencari nafkah tambahan. Di dalam keterlibatannya untuk turut serta
mencari nafkah bagi keluarganya wanita tidak terlepas dari kegiatannya untuk
melakukan kegiatan rumah tangga.
3. Peran Ganda Perempuan
Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan
rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, sehingga
mengakibatkan semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab
kaum perempuan. Konsekuensinya, banyak kaum perempuan yang harus bekerja
keras dan lama untuk menjaga kebersihan dan kerapian rumah tangganya, mulai
dengan membersihkan dan mengepel lantai, memasak, mencuci, mencari air,
hingga memelihara anak. Dikalangan keluarga miskin beban berat ini harus
ditanggung oleh perempuan sendiri. Apalagi jika perempuan tersebut harus
bekerja, maka beban kerja yang dipikulnya menjadi double atau ganda. Peran
ganda perempuan merupakan masalah yang sering dihadapi perempuan yang
bekerja di sektor publik (domain public), khususnya bagi perempuan yang telah
berumah tangga (berkeluarga) dan bahkan setelah dirinya mempunyai anak – anak
(Chrysanti Hasibuan – Sedyono, 1991).
Rahma Sugiharti berpendapat bahwa adanya kecenderungan, setiap kali
wanita akan bekerja dan mengembangkan diri serta kariernya di dunia publik,
mereka harus menyelesaikan terlebih dahulu pekerjaan rumah tangga. Hal ini
berarti bahwa apabila wanita itu ingin mengembangkan karier atau berkecimpung
di dunia publik, mereka dituntut untuk tetap dan selalu tidak melupakan tugas
mereka sebagai ibu rumah tangga. Dan acap kali terjadi dalam mayarakat kita
bahwa bila dalam keluarga dimana suami – istri bekerja di dunia publik dan
terjadi keretakan dalam keluarganya/rumah tangganya, maka pada wanitalah
12

segala kesalahan akan ditimpakan. Keadaan semacam ini menunjukkan bahwa
kendati masyarakat telah semakin berkembang ke arah masyarakat industri,
namun pandangan umum tentang wanita yang bekerja belum disamakan dengan
pria.
Secara umum peran ganda perempuan diartikan sebagai dua atau lebih
peran yang harus dimainkan oleh seorang perempuan dalam waktu bersamaan.
Adapun peran-peran tersebut umumnya mengenai peran domestik, sebagai ibu
rumah tangga, dan peran publik yang umumnya dalam pasar tenaga kerja
(Rustiani, 1996: 60). Konsep ini agaknya dapat menyelesaikan permasalahan
pembakuan peran seperti yang selama ini dipahami sebagian masyarakat sebagai
sesuatu yang tidak dapat ditawar. Dengan konsep peran ganda seperti ini,
perempuan tidak lagi melulu harus berkutat disektor domestik tetapi juga dapat
merambah sektor publik.
4. Konsep Pola Asuh
a. Pengertian Pola Asuh
Pola asuh berasal dari dua kata yakni pola dan asuh. Yang pada
artinya pola artinya model dan asuh yang artinya membimbing, membantu
dan melatih. Maka jika disimpulkan pola asuh merupakan model atau cara
membimbing, membantu dan melatih anak atau bentuk atau strategi dalam
pendidikan keluarga yang dilakukan oleh orangtua kepada anaknya.
Menurut

Shochib

(2002)

dikutip

dalam

(http://dimensilmu.blogspot.com/2013/10/pengertian-pola-asuh.html) bahwa,
“Pola asuh adalah suatu penerapan dalam membantu anak untuk
mengembangkan disiplin diri dalam kehidupan sehari-hari, dimana
seorang anak akan berada pada lingkungan fisik, lingkungan sosial
internal dan eksternal, untuk itu diperlukan kualitas pengamatan yang
tajam dan mendalam sehingga melahirkan suatu analisis yang
diharapkan mengenai situasi dan kondisi yang memungkinkan anak
memiliki dasar-dasar disiplin diri dan mengembangkannya dalam
keluarga dan lingkungannya”.

13

Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan
orangtua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum
dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang dan
lain-lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar
anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Dengan kata lain, pola asuh
juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikan
karakter anak (Melli Latifa, 2008).
Baumrind dalam (Mualifah, 2008, hlm.24) berpendapat bahwa pola asuh pada
prinsipya
mengontrol

merupakan

parental

,membimbing

dan

control,

yaitu

mendampingi

bagaimana
anak-anaknya

orangtua
untuk

melaksanakan tugas perkembangannya menuju proses pendewasaan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka pola asuh dapat didefinisikan
sebagai upaya pemeliharaan seorang anak, yakni bagaimana orangtua
memperlakukan, mendidik, membimbing, mengontrol dan mendisiplinkan
serta melindungi anak, yang meliputi cara orangtua memberikan peraturan,
hukuman, hadiah, kontrol dan komunikasi untuk mencapai kedewasaan sesuai
dengan norma-norma yang diharapkan masyarakat pada umumnya.
b. Jenis-jenis Pola Asuh
Pola asuh adalah suatu cara yang dilakukan orang tua dalam mendidik
anak-anaknya.Menurut Bamrind terdapat 3 macam pola asuh orang tua yaitu
demokratis, otoriter dan permisif.
a) Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan
kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu dalam mengendalikan mereka.
Orang tua dengan perilaku ini bersikap rasional, selalu mendasari
tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini
juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang
berlebihan yang melampaui kemampuan anak. orang tua tipe ini juga
memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan
suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat. (Ira

14

Petranto, 2005). Misalnya ketika orang tua menetapkan untuk menutup
pintu kamar mandi ketika sedang mandi dengan diberi penjelasan,
mengetuk pintu ketika masuk kamar orang tua, memberikan penjelasan
perbedaan laki-laki dan perempuan, berdiskusi tentang hal yang tidak
boleh dilakukan anak misalnya tidak boleh keluar dari kamar mandi
dengan telanjang, sehingga orang tua yang demokratis akan
berkompromi dengan anak. (Debri, 2008).
Pola asuh demokratis akan menghasikan karakteristik anak-anak yang
mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan
teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal
baru dan koperatif terhadap orang-orang lain.
b) Otoriter
Pola asuh ini sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak
harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman mislalnya,
kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe
ini cenderung memaksa, memerintah dan menghukum. Apabila anak
tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang
tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak
mengenal kompromi dan dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu
arah. (Ira Petranto, 2005). Misalnya anaknya harus menutup pintu
kamar mandi ketika mandi tanpa penjelasan, anak laki-laki tidak boleh
bermain dengan anak perempuan, melarang anak bertanya kenapa dia
lahir, anak dilarang bertanya tentang lawan jenisnya. Dalam hal ini
tidak mengenal kompromi. Anak suka atau tidak suka, mau atau tidak
mau harus memenuhi target yang ditetapkan orang tua. Anak adalah
obyek yang harus dibentuk orang tua yang merasa lebih tahu mana yang
terbaik untuk anak-anaknya. (Debri, 2008).
Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut,
pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar
norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.
c) Permisif

15

Pola asuh ini memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan
sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak
menegur / memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan
sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka, sehingga
seringkali disukai oleh anak. (Ira Petranto, 2005). Misalnya anak yang
masuk kamar orang tua tanpa mengetuk pintu dibiarkan, telanjang dari
kamar mandi dibiarkan begitu saja tanpa ditegur, membiarkan anak
melihat gambar yang tidak layak untuk anak kecil, degan pertimbangan
anak masih kecil. Sebenarnya, orang tua yang menerapka pola asuh
seperti ini hanya tidak ingin konflik dengan anaknya. (Debri, 2008).
Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang
impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang
sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial”.
5. Pengertian Anak
Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari
perkawinan antara seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan
tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun
tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak.
Anak juga merupakan cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang
merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia
bagi pembangunan Nasional. Anak adalah aset bangsa. Masa depan bangsa
dan

Negara

dimasa

yang

akan

datang

berada

ditangan

anak

sekarang.Semakin baik keperibadian anak sekarang maka semakin baik
pula kehidupan masa depan bangsa.Begitu pula sebaliknya, apabila
keperibadian anak tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan
bangsa yang akan datang.

16

5.

Teori yang mendukung
Menurut Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi dalam (Soejono

Soekanto 2012, hal 18) mengatakan bahwa:
“Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial,
termasuk perubahan-perubahan sosial sosial. Struktur sosial adalah
keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidahkaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompokkelompok serta lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh
timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Misalkan timbal
balik antara hubungan ekonomi dengan kehidupan politik.”
Dalam mempelajari dan mengembangkan keilmuan terutama ilmu sosial,
digunakan berbagai teori yang nantinya akan digunakan untuk menerangkan
segala fenomena yang ada di sekeliling kita.
Teori yang akan digunakan sebagai dasar analisis dalam penelitian ini
adalah teori struktural fungsional yang dikemukakan oleh Robert K. Merton.
Merton sendiri mendefinisikan fungsi sebagai konsekuensi-konsekuensi yang
didasari dan yang menciptakan adaptasi atau penyesuaian, karena selalu ada
konsekuensi positif. Merton juga menambahkan konsekuensi dalam fakta sosial
tidak hanya positif melainkan juga negatifnya. Dari sini Merton mengembangkan
gagasan tentang disfungsi. Ketika struktur dan fungsi dapat memberikan
kontribusi pada terpeliharanya sistem sosial tetapi dapat mengandung konsekuensi
negatif pada bagian lain (Ritzer, 1992:25).
Dalam penjelasan lebih lanjut, Merton mengemukakan mengenai fungsi
manifest dan fungsi laten. Fungsi manifest adalah fungsi yang dikehendaki,
sedangkan fungsi laten adalah yang tidak dikehendaki. Maka dalam struktur yang
ada hal-hal yang tidak relevan disfungsi laten dipengaruhi secara fungsional dan
disfungsional (Ritzer, 1992 hlm 27).
Seorang ibu yang juga bekerja disektor publik yaitu sebagai buruh pabrik
juga tidak boleh melupakan perannya sebagai seorang ibu yang berkewajiban
mengasuh dan mendidik anak. Peran kedua orangtua dalam mengasuh dan
mendidik anak diharapkan dapat menghasilkan perilaku yang baik dan mandiri

17

serta bertanggungjawab. Dalam pola pengasuhan anak terkandung bagimana
orangtua mengasuh dan mengarahkan anak yang meliputi penanaman nilai dan
norma, baik yang berlaku dalam keluarga maupun lingkungan sekitar di mana
mereka tinggal. Selain itu juga teori struktural fungsional berkaitan dengan teori
peran di dalam Sosiologi. Peran (role) adalah seperangkat tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukannya di
dalam suatu sistem. Pada dasarnya istri bekerja bukan untuk kepentingannya
sendiri tetapi untuk mencapai kebutuhan keluarga secara keseluruhan. Beban
ganda (double burden) yaitu pembagian tugas dan tanggung jawab yang terlalu
memberatkan perempuan. Beban kerja menjadi dua kali lipat terlebih bagi
perempuan yang bekerja di luar rumah karena selain bekerja mereka harus
bertanggung jawab untuk keseluruhan rumah tangga (Astuti, 2008 hlm 81)
I. Lokasi dan Subjek Penelitian/Informan
1. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Sadarmanah, gang Samoja 4 RT 04 RW
18 Kel. Leuwigajah Cimahi Selatan. Alasan mengapa peneliti mengambil
lokasi penelitian di Jalan Sadarmanah, gang Samoja 4 RT 04 RW 18 Kel.
Leuwigajah Cimahi Selatan ini karena peneliti ingin melihat bagaimana peran
ganda ibu buruh pabrik di lokasi tersebut terhadap pola asuh yang di
jalankannya, hal ini didasari oleh pertimbangan banyaknya ibu yang bekerja
sebagai buruh pabrik di lokasi ini.
2. Subjek Penelitian/Informan
Kriteria informan dalam penelitian saya adalah wanita yang sedang dalam
ikatan pernikahan dan memiliki anak. Saya tidak menjadikan jumlah anak
sebagai patokan, sebab yang paling utama adalah hubungan antara orang tua,
anak dan pekerjaannya. Lebih jauh mengenai wanita yang saya maksud tidak
lain adalah ibu buruh pabrik di Jalan Sadarmanah, gang Samoja 4 RT 04 RW
18 Kel. Leuwigajah Cimahi Selatan.

18

K. Metode penelitian
Metode adalah cara yang di gunakan untuk mencapai tujuan dengan
menggunakan teknik dan alat tertentu. Metode penelitian yang di gunakan adalah
metode penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menggunakan observasi,
wawancara atau angket mengenai keadaan sekarang ini, mengenai subjek yang di
teliti. Nasution (1992: 32) berpendapat bahwa ”penelitian deskriptif, digunakan
untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial. Penelitian
deskriptif lebih spesifik dengan memusatkan perhatian kepada aspek-aspek
tertentu dan sering menunjukkan hubungan antara berbagai variabel”.
Sementara pendekatan penelitian yang di gunakan penulis adalah Dalam
penelitian nantinya, saya akan menggunakan metodologi penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,
persepsi,motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. (Moleong,
2000:05). Adapun, Dalam metodologi tersebut terdapat beberapa cara, atau
metode, dalam pengumpulan data. Salah satunya adalah studi kasus.
L. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode atau cara yang saya gunakan dalam pengumpulan data
nantinya adalah pengamatan dan wawancara mendalam. Keduanya saya jelaskan
sebagai berikut;
a) Teknik Pengamatan (observation)
Pengamatan atau observasi adalah metode yang mewajibkan seorang
peneliti berada di lokasi penelitian, dan berarti pula bahwa peneliti
melakukan tatap-muka dengan informannya. Keharusan tersebut tercermin
dari metode pengamatan itu sendiri, dimana mata, telinga serta perasaan
ikut, atau disadari oleh peneliti, dalam pengumpulan data. Atas dasar itu

19

pula, Buford Junker dalam Patton yang dikutip oleh Moleong (2000:127128) membagi pengamatan dalam empat jenis; berperanserta secara
lengkap, pemeranserta sebagai pengamat, pengamat sebagai pemeranserta,
dan pengamat penuh. Berdasar jenis pengamatan tersebut, saya memillih
untuk menerapkan pemeranserta sebagai pengamat, yang difahami;
dimana peneliti selain sebagai pemeranserta, juga tetap sadar akan posisi
selaku peneliti (Moleong, 2000:127-128).
b) Teknik Wawancara Mendalam (Depth-Interview)
Teknik wawancara yang dilakukan adalah dengan melakukan tanya jawab
langsung kepada informan yang berdasarkan pada tujuan penelitian.
Teknik wawancara yang dilakukan penulis adalah dengan cara mencatat
berdasarkan pedoman pada daftar pertanyaan yang telah di siapkan
sebelumnya. Wawancara ini di lakukan beberapa kali sesuai dengan
keperluan peneliti yang berkaitan dengan kejelasan dan kemantapan
masalah yang dijelajahi. Untuk lebih mendalami apa yang dimaksud
informan tentang ‘dunianya’, untuk itu, wawancara mendalam sebagai
“cara mengumpulkan data atau informasi dengan langsung bertatap muka
dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang
topik yang diteliti, adalah model atau tipe wawancara yang akan saya
gunakan nantinya.
Selain metode diatas, saya juga menggunakan metode kajian
literatur dan dokumentasi penelitian menggunakan alat bantu kamera.
Kajian literatur atau dokumentasi yang di maksudkan penulis disini adalah
peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku, teori,
dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang termasuk dengan masalah
penelitian.
M. Teknik Analisa Data
Seluruh hasil data yang akan dikumpulkan ataupun diperoleh dalam
penelitian ini akan dianalisa secara kualitatif yaitu dengan menggambarkan dan

20

memaparkan seperti apa yang terjadi pada ibu buruh pabrik di Jalan Sadarmanah,
gang Samoja 4 RT 04 RW 18 Kel. Leuwigajah Cimahi Selatan . Secara jelas dan
mendalam

yang

kemudian

hasil

dari

penggambaran

masalah

tersebut

diinterpretasikan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan.
N. Definisi Operasional
1. Peran Ganda
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran ganda adalah pemain yg
membawakan dua macam peran dl suatu cerita drama.
2. Buruh Pabrik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, buruh adalah orang yg bekerja
untuk orang lain dng mendapat upah. Buruh pabrik adalah buruh yg bekerja
di pabrik
3. Pola Asuh
Pola asuh diartikan sebagai suatu upaya untuk memberikan pendidikan dan
bimbingan pada anak untuk meningkatkan unsur-unsur kebaikan dalam
dirinya. Baik aspek jasmani maupun rohani yang telah ada pada dirinya.
Menurut Baumrind dalam (Mualifah, 2008, hlm.24) berpendapat bahwa” Pola
asuh pada prinsipya merupakan parental control, yaitu bagaimana orangtua
mengontrol

,membimbing

dan

mendampingi

anak-anaknya

untuk

melaksanakan tugas perkembangannya menuju proses pendewasaan”.
Pola asuh yang dimaksud disini adalah pola asuh yang digunakan oleh ibu
yang juga sebagai buruh pabrik.
4. Anak
Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan
anatar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut
bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah
melakukan pernikahan tetap dikatakan anak

21

O. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face-to-face interview
(wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka
dengan telepon, atau terlibat dalam focus grup interview (interview dalam
kelompok tertentu) yang terdiri dari 6-8 partisipan per kelompok. Wawancara
seperti itu tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum
tidak terstruktur dan bersifat terbuka yang dirancang untuk memunculkan
pandangan dan opini dari partisipan.
2. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti notulen agenda rapat
dan sebagainya (Arikunto, 2006:231).
Data yang diperoleh melalui kajian dokumentasi ini dapat dipandang sebagai
narasumber untuk mempekuat permasalahan yang diteliti serta dapat
mempertegas data hasil angket, dan obserasi.
3. Observasi
Observasi merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengamati, dengan
melihat, mendengarkan, merasakan, mencium, mengikuti, segala hal yang
terjadi dengan cara mencatat atau merekam segala fenomena yang terjadi.
Riduwan (2009:74) mengemukakan bahwa:
“Observasi atau pengamatan yaitu melakukan pengamatan secara
langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang
dilakukan. Apabila objek penelitian bersifat perilaku dan tindakan
manusia, fenomena alam, proses kerja dan penggunaan respon kecil”.
4. Studi Literatur
Studi kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan
mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah atau liflet, yang berkenaan

22

dengna masalah dan tujuan penelitian.Sehubungan dengan hal tersebut diatas
penulis berusaha mencari data berua teori, pengertian, dan uraian-uraian yang
dikemukakan oleh para ahli sebagai landasan teoretis khususnya mengenai
masalah-masalah yang sejalan dengan penelitian ini.
N Kegiatan
o
1 Penyusunan
. Proposal
2 Seminar
.
Proposal
3 Persiapan
.
Penelitian
4 Pelaksanaan
.
Penelitian
5 Pengumpulan
.
Data
6 Pengolahan
.
Data
7 Analisis Data
.
8 Penyusunan
.
Laporan
P. Jadwal Kegiatan

1

Bulan Ke2
3

4

5

6

Q. Daftar Pustaka
Buku :
Creswell, J.W. (1994). Research Design Qualitative & Quantitative
Approach. London: Publication.
Denial, Endang & Nanan Warsiah.(2009). Metode penulisan karya
ilmiah.Bandung : Labratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI
Goode, William.J. (2007). Sosiologi Keluarga. Jakarta : PT.Bumi Aksara.
Rosnida,dkk. (1988). Kedudukan dan Peranan Wanita. Jakarta: Shochib, Moh. (2000). Pola Asuh Orang Tua. Jakarta: PT Rineka Cipta

23

Soekanto, Soerjono. (2009). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali
Pers
Soelaeman (1994). Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung : CV Alfabeta.
Suwondo, Nani (1981). Kedudukan Wanita Indonesia dalam Hukum dan
Masyarakat. Jakarta:Yudhistira.
Internet
Effendi, Arfan (2013).Pengertian Pola Asuh. [Online]. Tersedia di:
http://dimensilmu.blogspot.com/2013/10/pengertian-pola-asuh.html
(diakses pada 16 November 2014, pukul 21.10 WIB)
Lesmana, Andi (-). Definisi Anak.
[Online]. Tersedia di:
http://andibooks.wordpress.com/definisi-anak/ (diakses pada 15 November,
pukul 16.05 WIB)
Maunur (-).Pengertian Pola Asuh Menurut Para Ahli, Definisi, Contoh,
Macam.
[Online].
Tersedi
di:
http://maunur1201110010.wordpress.com/artikel/pengertian-pola-asuhmenurut-para-ahli-definisi-contoh-macam-2/ (diakses pada 16 November,
pukul 21.25 WIB)

24