Kerentanan Nyamuk Anopheles sundaicus terhadap Insektisida Cypermethrin di Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat
KERENTANAN NYAMUK AN O P H E LE S S UNDAI CU,S TERTIADAP
INSEKTISIDA C YPERME RTHRI N DI KABUPATEN CIAMIS
PROVINSI JAWA BARAT
Lukman Hakiml, Asep Jajang Kusnandarl
Kesehatan R.l.
'Loka Litban gP2B2Ciamis, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian
ABSTRACT
At the veclor populutions are high and malaria lransmission is ongoing, il is necessary to
control the vector thot can show quick re,sults with insecticide spraying. To determine the
level of malaria vector mosquito susceptibility to insecticides, it has been carried out the lest
of susceptibility the Anopheles sundaicus.mosquitoes against insecticides cypermethrin in the
district of Ciamis Mosquito susceptibility testing were conducted using WHO susceptibility
tusr kil with four repeiitions performed simultaneously, while the insecticides used is the
impragnated paper with o dose of 0.05%. The mosquitoes were captured from breeding sites
at Babaknn village of Pangandaran district Ciamis, then maintained at inseharium of Lokn
Litbang P282 Ciamis untill adult stages, further tested the level of susceptibility. The test was
,erulted, the death rate of mosquitoes test after correction with Abbottt formula is 88.73%
which shows the mctsquitoes had been tolerant to insecticides cypermenthrin. In order to
ffictively kill the malaria vector, the dosage should be increased from the recommended
dose (0.20 gram/m2) up to 0.211 gram/m2. The 7oh increase in dose is intended that the
number of mosquitoes An. sundaicus of dead could rectch 95'/o or more.lt was concluded,
mosquito Anopheles sundaicus in Ciqmis regency of West Java, was tolerant to insecticides
Cypermenthrin.
Keywords: .susceptibility of malaria vector, cypermethrin insecticide, Anopheles sundaicus,
WHO susceptibility test, toleranl
Sukabumi yang pemah mengalami KLB
PENDAHULUAN
Seluruh wilayah pantai selatan
Jawa Barat, merupakan daerah endemis
malaria yang sering mengalami kejadian
luar biasa (KLB), bahkan di
beberapa
bagian wilayahnya, disertai
dengan
kematian. Wilayah yang paling tinggi
tingkat endemisitasnya adalah Kabupaten
Ciamis ytrrg pernah mengalami KLB
tahun 1999 dan 2000, serta Kabupaten
tahun 2003 dan 2004t.
Malaria merupakan re-emerging
disease atau penyakit yang dapat muncul
kembali sesuai dengar
perubahan
fenomena alam2, biasanya dalam periode
lima atau sepuluh
tahunan3, misalnya
mengikuti perubahan tingkungan yang
berkaitan dengan perkembangan nyamuk
Anopheles spp. serta
mobilisasi
41
Jurnal Vektor Penyakit, Vol.V No.2, 2011 :41 - 49
penduduka. Karena itu, meskipun sekarang
masyarakat. Metoda
ini angka kesakitan malaia di Jawa Barat
sedang dalam trend menurun bahkan di
program jangka panjang yang efektif
dilakukan pada daerah endemis malaria
beberapa wilayah telah menghilang, tapi di
dengan karakteristik tempat perindukan
masa yang akan datang sangat berpeluang
yang sudah diketahui. Tapi kenyataannya.
untuk meningkat kembali bahkan menjadi
sulit mengidentihkasi tempat perindukan
KLB, karena
secara keseluruhan
tersedianya fbktor risiko
ini
merupakan
di suatu daerah karena
penularan. Faktor yang paling dominan
biasanya beragam dan tersebar dibeberapa
adalah keberadaan vektor (penular) yaitu
tempat dan sering pindah-pindah. Karena
nyamuk Anopheles spp. yang berhubungan
itu pada saat populasi veklor malaria
erat dengan perubahan ekosistem dan
iklim, serta parasit sebagai sumber
sedang
penularan.
Di
Ciamis, terdapat nyamuk
tinggi dan penularan sedang
berlangsung, perlu disertai dengan metoda
pemberantasan
yang mempunyai
efek
An. sundaicus dengan kepadatan
langsung dalam penurunan populasi vektor
menggigit per jam per orang atau man
sehingga bisa dengan segera menurunkan
hour density (MHD) rata-rata 0,63-5, di
Garut ditemukan An. sundaicus dengan
penularan malaria, yaitu pemberantasan
dengan menggunakan inseklisida.
MHD 0,07 dan An. aconitrzs dengan MHD
Penggunaan
jenis
insektisida
0,046; di Kabupaten Tasikmalaya terdapat
dalam jangka panjang
An. aconitzs dengan MHD 0,107 dan An.
bisa
sundlicus dengan MHD 0,27;
di
terhadap insektisida. Ini disebabkan karena
An.
nyamuk adalah serangga yang mudah
0,g38
menyesuaikan dengan kondisi lingkungan
Kabupaten Sukabumi, ditemukan
sundaicus dengan rata-rata
MHD
An. aconitus dengan MHD 0,14 serta
An. maculatus dengan MHD 0,03e;
dan
di suatu u,ilayah,
mengakibatkan resisten nyamuk
termasuk insektisida yang
digunakan. Karena itu, nyamuk, termasuk
di Cianjur selama l0 tahun
terakhir tidak ditemukan laporan
nyamuk Anopheles spp,
keberadaan nyamuk Anophelesl
meningkatkan kekebalan
sedangkan
Pemberantasan
.
vektor
malaria
yang paling disarankan adalah pengelolaan
lingkungan serta biological control
(pengendalian secara hayati) karena tidak
berpengaruh terhadap kesinambungan
ekologi serta bisa dilanjutkan
oleh
biasa
mengembangkan
mampu
antibodi
insektisida yang dipakai
untuk
terhadap
di suatu wilayah
sehingga memungkinkan meningkatnya
status resistensi terhadap insektisida yang
dipakail0. Resistensi nyamuk karena
pemakaian insektisida dalam jangka waktu
lam4 pertama kali dilaporkan pada tahun
42
Kerentanan Nyamuk
1914
di
Amerika Latin Pada nYamuk
ln
(Lukman Hakim, Asep jajang S)
opheles
pemukiman ke tempat perindukan nyamuk
terhadap dichloro diphenyl trichloroethone
25 meter. Pada saat
penangkapan, kadar garam di tempat
(DDT) setelah itu hampir di sernua benua
perkembang biakan nyamuk rata-rata 8,5
ditemukan laporan beberapa
ppm dan ditemukan tumbuhan air yang
spesies Quadraspidiotus
pernicious
spesies
nyamuk terhadap berbagai
insektisidar
jenis
terdekat sekitar
terdiri dari lumut dan rumput air. Larva
nyamuk yalrg tertangkap
r.
selanjutnya
tingkat
dibawa ke insektarium Loka Litbang P2B2
resistensi nyamuk Anopheles spp di
Ciamis dan dipelihara sampai meniadi
wilayah Kabupaten Ciamis provinsi Jawa
dewasa.
Untuk mengetahui
Barat terhadap insektisida, telah dilakukan
Nyamuk yang telah dewasa diberi
uji resistensi nyamuk Anopheles sundaicus
makan larutan gula dan vitamin serta darah
terhadap insektisida Cypermethrin yang
marmot sampai berumur antata 3 sampai
biasa digunakan dalam
dengan 5 hari. Sebelum dipakai untuk uji,
pemberantasan
vektor malaria di wilayah tersebut.
nyamuk diidentifikasi spesiesnya,
yalag
uji
An-
dipakai untuk
sundaicus berjenis kelamin
BAHAI\ DAN METODE
Uji
adalah nyamuk
dilakukan di Desa Babakan
betina.
Nyamuk terpilih, selanjutnya dipindahkan
KabuPaten
ke dalam paper cup sebanyak 15 s.d. 20
Ciamis yang merupakan daerah endemis
ekor di setiap paper cup, kemudian diberi
malaria tinggi serta pernah dilakukan
makan larutan gula sampai kenyang.
Kecamatan Pangandaran
Inselctisida yang
diuji
vektor menggunakan
Uji dilaksanakan pada
Cypermethrin dalan. bentuk impragneted
bulan Oktober sampai dengan November
paper dengan konsentrasi 0,05yo yang
2008.
dibuat olehWHO.
Nyamuk Uji dan Insektisida
Uji kerentanan nyamuk
pemberantasan
Cypermethrin.
Nyamuk uji adalah An. sundaicus
insektisida
yang ditangkap dalam stadium larva instar
uji
II
dan
III
dengan cara pencidukan dari
tempat perindukan potensial
di
areal
adalah
terhadaP
dilakukan
dengan
menggunakan LVHO susceplibility test kit
yang berbentuk tabung dengan
4 (empat)
yang dilakukan
pertambakan desa Babakan Kecamatan
pengulangan
Pangandaran Kabupaten Ciamis Jawa
serempak.
Barat. Lokasi penangkapan merupakan
entomologi Loka Litbang P2B2 Ciamis.
Uji
dilakukan
di
secara
laboratorium
daerah pemukiman padat penduduk, jarak
43
Jurnal Vektor Penyakit, Vol.V No.2,
Pada setiap
disiapkan
20ll :41 - 49
pengulangan,
2 pasang who susceptibitity
kit, yaitu untuk
dengan handuk basah. Nyamuk yang mati
test
selama pengamatan, diamati dan dicatat
perlakuan dan kontrol.
yaitu pada jam pertama, jam kedua, jam ke
Untuk perlakuan, dimasukan impregnated
enarn,
paper yang berisi
puluh empat.
insektisida
C)ypermethrin, sedangkan untuk kontrol.
dimasukan kertas yang
tidak
ada
jam ke dua belas dan jam ke dua
Selama nyamuk dikontakkan dan
suhu dan
pengamatan,
kelembaban
insektisidanya. Semua kertas, baik yang
ruangan diatur sesuai dengan kebutuhan
memakai insektisida maupun kontrol,
dipasang dalam bentuk meiingkar
ideal untuk hidup nyamuk yaitu pada suhu
+26oC dan kelembaban +g\oh.
dalam dinding tabung, sebagai penguat
Untuk mengetahui
kesalahan pelaksanaan uji
diberi cincin.
mengakibatkan adanya kematian nyamuk
sehingga menufupi seluruh permukaan
Ke dalam masing-masing tabung
uji,
dimasukkan nyamuk An. sundaicus
uji bukan karena pengaruh
tingkat
yang
insektisida,
maka persentase kematian
nyamuk
betina dalam kondisi perut kenyang air
dikoreksi menggunakan rumus Abbots.
gula, masing-masing sebanyak 15 s.d. 20
Bila kematian kontrol < 5oh, data kematian
ekor per tabung dan dibiarkan kontak
adalah benar;
dengan kertas selama 40 menit. Nyamuk
20%o, maka kematian
yang lvtock down atau jatuh
dikoreksi dengan rumus Abbots; bila
selama
bila kematian kontrol 5nyamuk
uji
harus
dikontakkan, diamati dan dicatat yaitu
kematian kontrol lebih dari
pada menit ke 10, menit ke 20, menit ke 30
efikasi harus diulang.
dan menit ke 40.
Rumus Abbots yang digunakan adalah
Setelah selesai
maka
uji
:
dikontakkan,
nyamuk dikeluarkan dari tabung
selanjutnya dimasukan
20%io,
ke dalam
uji
dan
tabung
pemeliharaan untuk diamati selama 24
A_B
'== "= x100%o
Al: 100-R
Dimana Al : % kematian nyamuk setelah
dikoreksi, A
% nyamuk uji (pada
perlakuan dan kontrol positif) dan B - oh
jam, sebagai makanannya nyamuk diberi
larutan gula yang disimpan pada kapas.
kematian nyamuk pada kontrol negatiflo.
Tabung pemeliharaan yang berisi nyamuk
Tingkat resistensi nyamuk
yang sudah diuji, dimasukkan ke dalam
berdasarkan rata-rata kematian nyamuk
kurungan nyamuk dan disimpan di
dari 4 kali pengulangan. Ada tiga kriteria
insektarium. Untuk menjaga kelembaban
kerentanan yaitu
dihitung
:
tabung, maka kurungan nyamuk ditutup
44
Kerentanan Nyamuk
. Rentan, bila
ln
opheles
artinya
rata-rata kematian
- 100%; artinYa
nyamuk yang diuji masih bisa
.
insektisida masih bisa
digunakan tapi harus ada peningkatan
nyamuk sebesar 95
diberantas dengan insektisida dalam
(Lukman Hakim, Asep jajang S)
dosis.
.
Resisten,
bila
rata-rata kematian
dosis anjuran.
nyamuk sebesar
INSEKTISIDA C YPERME RTHRI N DI KABUPATEN CIAMIS
PROVINSI JAWA BARAT
Lukman Hakiml, Asep Jajang Kusnandarl
Kesehatan R.l.
'Loka Litban gP2B2Ciamis, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian
ABSTRACT
At the veclor populutions are high and malaria lransmission is ongoing, il is necessary to
control the vector thot can show quick re,sults with insecticide spraying. To determine the
level of malaria vector mosquito susceptibility to insecticides, it has been carried out the lest
of susceptibility the Anopheles sundaicus.mosquitoes against insecticides cypermethrin in the
district of Ciamis Mosquito susceptibility testing were conducted using WHO susceptibility
tusr kil with four repeiitions performed simultaneously, while the insecticides used is the
impragnated paper with o dose of 0.05%. The mosquitoes were captured from breeding sites
at Babaknn village of Pangandaran district Ciamis, then maintained at inseharium of Lokn
Litbang P282 Ciamis untill adult stages, further tested the level of susceptibility. The test was
,erulted, the death rate of mosquitoes test after correction with Abbottt formula is 88.73%
which shows the mctsquitoes had been tolerant to insecticides cypermenthrin. In order to
ffictively kill the malaria vector, the dosage should be increased from the recommended
dose (0.20 gram/m2) up to 0.211 gram/m2. The 7oh increase in dose is intended that the
number of mosquitoes An. sundaicus of dead could rectch 95'/o or more.lt was concluded,
mosquito Anopheles sundaicus in Ciqmis regency of West Java, was tolerant to insecticides
Cypermenthrin.
Keywords: .susceptibility of malaria vector, cypermethrin insecticide, Anopheles sundaicus,
WHO susceptibility test, toleranl
Sukabumi yang pemah mengalami KLB
PENDAHULUAN
Seluruh wilayah pantai selatan
Jawa Barat, merupakan daerah endemis
malaria yang sering mengalami kejadian
luar biasa (KLB), bahkan di
beberapa
bagian wilayahnya, disertai
dengan
kematian. Wilayah yang paling tinggi
tingkat endemisitasnya adalah Kabupaten
Ciamis ytrrg pernah mengalami KLB
tahun 1999 dan 2000, serta Kabupaten
tahun 2003 dan 2004t.
Malaria merupakan re-emerging
disease atau penyakit yang dapat muncul
kembali sesuai dengar
perubahan
fenomena alam2, biasanya dalam periode
lima atau sepuluh
tahunan3, misalnya
mengikuti perubahan tingkungan yang
berkaitan dengan perkembangan nyamuk
Anopheles spp. serta
mobilisasi
41
Jurnal Vektor Penyakit, Vol.V No.2, 2011 :41 - 49
penduduka. Karena itu, meskipun sekarang
masyarakat. Metoda
ini angka kesakitan malaia di Jawa Barat
sedang dalam trend menurun bahkan di
program jangka panjang yang efektif
dilakukan pada daerah endemis malaria
beberapa wilayah telah menghilang, tapi di
dengan karakteristik tempat perindukan
masa yang akan datang sangat berpeluang
yang sudah diketahui. Tapi kenyataannya.
untuk meningkat kembali bahkan menjadi
sulit mengidentihkasi tempat perindukan
KLB, karena
secara keseluruhan
tersedianya fbktor risiko
ini
merupakan
di suatu daerah karena
penularan. Faktor yang paling dominan
biasanya beragam dan tersebar dibeberapa
adalah keberadaan vektor (penular) yaitu
tempat dan sering pindah-pindah. Karena
nyamuk Anopheles spp. yang berhubungan
itu pada saat populasi veklor malaria
erat dengan perubahan ekosistem dan
iklim, serta parasit sebagai sumber
sedang
penularan.
Di
Ciamis, terdapat nyamuk
tinggi dan penularan sedang
berlangsung, perlu disertai dengan metoda
pemberantasan
yang mempunyai
efek
An. sundaicus dengan kepadatan
langsung dalam penurunan populasi vektor
menggigit per jam per orang atau man
sehingga bisa dengan segera menurunkan
hour density (MHD) rata-rata 0,63-5, di
Garut ditemukan An. sundaicus dengan
penularan malaria, yaitu pemberantasan
dengan menggunakan inseklisida.
MHD 0,07 dan An. aconitrzs dengan MHD
Penggunaan
jenis
insektisida
0,046; di Kabupaten Tasikmalaya terdapat
dalam jangka panjang
An. aconitzs dengan MHD 0,107 dan An.
bisa
sundlicus dengan MHD 0,27;
di
terhadap insektisida. Ini disebabkan karena
An.
nyamuk adalah serangga yang mudah
0,g38
menyesuaikan dengan kondisi lingkungan
Kabupaten Sukabumi, ditemukan
sundaicus dengan rata-rata
MHD
An. aconitus dengan MHD 0,14 serta
An. maculatus dengan MHD 0,03e;
dan
di suatu u,ilayah,
mengakibatkan resisten nyamuk
termasuk insektisida yang
digunakan. Karena itu, nyamuk, termasuk
di Cianjur selama l0 tahun
terakhir tidak ditemukan laporan
nyamuk Anopheles spp,
keberadaan nyamuk Anophelesl
meningkatkan kekebalan
sedangkan
Pemberantasan
.
vektor
malaria
yang paling disarankan adalah pengelolaan
lingkungan serta biological control
(pengendalian secara hayati) karena tidak
berpengaruh terhadap kesinambungan
ekologi serta bisa dilanjutkan
oleh
biasa
mengembangkan
mampu
antibodi
insektisida yang dipakai
untuk
terhadap
di suatu wilayah
sehingga memungkinkan meningkatnya
status resistensi terhadap insektisida yang
dipakail0. Resistensi nyamuk karena
pemakaian insektisida dalam jangka waktu
lam4 pertama kali dilaporkan pada tahun
42
Kerentanan Nyamuk
1914
di
Amerika Latin Pada nYamuk
ln
(Lukman Hakim, Asep jajang S)
opheles
pemukiman ke tempat perindukan nyamuk
terhadap dichloro diphenyl trichloroethone
25 meter. Pada saat
penangkapan, kadar garam di tempat
(DDT) setelah itu hampir di sernua benua
perkembang biakan nyamuk rata-rata 8,5
ditemukan laporan beberapa
ppm dan ditemukan tumbuhan air yang
spesies Quadraspidiotus
pernicious
spesies
nyamuk terhadap berbagai
insektisidar
jenis
terdekat sekitar
terdiri dari lumut dan rumput air. Larva
nyamuk yalrg tertangkap
r.
selanjutnya
tingkat
dibawa ke insektarium Loka Litbang P2B2
resistensi nyamuk Anopheles spp di
Ciamis dan dipelihara sampai meniadi
wilayah Kabupaten Ciamis provinsi Jawa
dewasa.
Untuk mengetahui
Barat terhadap insektisida, telah dilakukan
Nyamuk yang telah dewasa diberi
uji resistensi nyamuk Anopheles sundaicus
makan larutan gula dan vitamin serta darah
terhadap insektisida Cypermethrin yang
marmot sampai berumur antata 3 sampai
biasa digunakan dalam
dengan 5 hari. Sebelum dipakai untuk uji,
pemberantasan
vektor malaria di wilayah tersebut.
nyamuk diidentifikasi spesiesnya,
yalag
uji
An-
dipakai untuk
sundaicus berjenis kelamin
BAHAI\ DAN METODE
Uji
adalah nyamuk
dilakukan di Desa Babakan
betina.
Nyamuk terpilih, selanjutnya dipindahkan
KabuPaten
ke dalam paper cup sebanyak 15 s.d. 20
Ciamis yang merupakan daerah endemis
ekor di setiap paper cup, kemudian diberi
malaria tinggi serta pernah dilakukan
makan larutan gula sampai kenyang.
Kecamatan Pangandaran
Inselctisida yang
diuji
vektor menggunakan
Uji dilaksanakan pada
Cypermethrin dalan. bentuk impragneted
bulan Oktober sampai dengan November
paper dengan konsentrasi 0,05yo yang
2008.
dibuat olehWHO.
Nyamuk Uji dan Insektisida
Uji kerentanan nyamuk
pemberantasan
Cypermethrin.
Nyamuk uji adalah An. sundaicus
insektisida
yang ditangkap dalam stadium larva instar
uji
II
dan
III
dengan cara pencidukan dari
tempat perindukan potensial
di
areal
adalah
terhadaP
dilakukan
dengan
menggunakan LVHO susceplibility test kit
yang berbentuk tabung dengan
4 (empat)
yang dilakukan
pertambakan desa Babakan Kecamatan
pengulangan
Pangandaran Kabupaten Ciamis Jawa
serempak.
Barat. Lokasi penangkapan merupakan
entomologi Loka Litbang P2B2 Ciamis.
Uji
dilakukan
di
secara
laboratorium
daerah pemukiman padat penduduk, jarak
43
Jurnal Vektor Penyakit, Vol.V No.2,
Pada setiap
disiapkan
20ll :41 - 49
pengulangan,
2 pasang who susceptibitity
kit, yaitu untuk
dengan handuk basah. Nyamuk yang mati
test
selama pengamatan, diamati dan dicatat
perlakuan dan kontrol.
yaitu pada jam pertama, jam kedua, jam ke
Untuk perlakuan, dimasukan impregnated
enarn,
paper yang berisi
puluh empat.
insektisida
C)ypermethrin, sedangkan untuk kontrol.
dimasukan kertas yang
tidak
ada
jam ke dua belas dan jam ke dua
Selama nyamuk dikontakkan dan
suhu dan
pengamatan,
kelembaban
insektisidanya. Semua kertas, baik yang
ruangan diatur sesuai dengan kebutuhan
memakai insektisida maupun kontrol,
dipasang dalam bentuk meiingkar
ideal untuk hidup nyamuk yaitu pada suhu
+26oC dan kelembaban +g\oh.
dalam dinding tabung, sebagai penguat
Untuk mengetahui
kesalahan pelaksanaan uji
diberi cincin.
mengakibatkan adanya kematian nyamuk
sehingga menufupi seluruh permukaan
Ke dalam masing-masing tabung
uji,
dimasukkan nyamuk An. sundaicus
uji bukan karena pengaruh
tingkat
yang
insektisida,
maka persentase kematian
nyamuk
betina dalam kondisi perut kenyang air
dikoreksi menggunakan rumus Abbots.
gula, masing-masing sebanyak 15 s.d. 20
Bila kematian kontrol < 5oh, data kematian
ekor per tabung dan dibiarkan kontak
adalah benar;
dengan kertas selama 40 menit. Nyamuk
20%o, maka kematian
yang lvtock down atau jatuh
dikoreksi dengan rumus Abbots; bila
selama
bila kematian kontrol 5nyamuk
uji
harus
dikontakkan, diamati dan dicatat yaitu
kematian kontrol lebih dari
pada menit ke 10, menit ke 20, menit ke 30
efikasi harus diulang.
dan menit ke 40.
Rumus Abbots yang digunakan adalah
Setelah selesai
maka
uji
:
dikontakkan,
nyamuk dikeluarkan dari tabung
selanjutnya dimasukan
20%io,
ke dalam
uji
dan
tabung
pemeliharaan untuk diamati selama 24
A_B
'== "= x100%o
Al: 100-R
Dimana Al : % kematian nyamuk setelah
dikoreksi, A
% nyamuk uji (pada
perlakuan dan kontrol positif) dan B - oh
jam, sebagai makanannya nyamuk diberi
larutan gula yang disimpan pada kapas.
kematian nyamuk pada kontrol negatiflo.
Tabung pemeliharaan yang berisi nyamuk
Tingkat resistensi nyamuk
yang sudah diuji, dimasukkan ke dalam
berdasarkan rata-rata kematian nyamuk
kurungan nyamuk dan disimpan di
dari 4 kali pengulangan. Ada tiga kriteria
insektarium. Untuk menjaga kelembaban
kerentanan yaitu
dihitung
:
tabung, maka kurungan nyamuk ditutup
44
Kerentanan Nyamuk
. Rentan, bila
ln
opheles
artinya
rata-rata kematian
- 100%; artinYa
nyamuk yang diuji masih bisa
.
insektisida masih bisa
digunakan tapi harus ada peningkatan
nyamuk sebesar 95
diberantas dengan insektisida dalam
(Lukman Hakim, Asep jajang S)
dosis.
.
Resisten,
bila
rata-rata kematian
dosis anjuran.
nyamuk sebesar