BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning pada Siswa Kela

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian

  Pada sub judul seting dan karakteristik subjek penelitian ini akan diuraikan mengenai seting tempat, seting waktu dan karakteristik subjek penelitian. Seting tempat akan membahas tempat dilaksanakannya penelitian, seting waktu membahas jadwal penelitian, dan pada sub judul karakteristik subjek penelitian akan dibahas mengenai kondisi siswa kelas 5 yang dijadikan sebagai subjek penelitian.

  3.1.1. Seting Tempat Penelitian

  Penelitian dilakukan di SD Negeri 01 Banjardowo yang terletak di Desa Banjardowo, Kecamatan Kredenan, Kabupaten Grobogan. Lokasi SD Negeri 01 Banjardowo sangat strategis karena terletak dekat dengan lapangan desa yang cukup luas, pemukiman warga dan persawahan. Kondisi yang demikian membuat suasana sekolah menjadi lebih hijau dan sejuk sehingga suasana belajar akan lebih nyaman serta siswa akan lebih mudah untuk menjangkau sekolah. Lokasi SD Negeri 01 Banjardowo juga berdekatan dengan kantor desa, keadaan tersebut menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa serta mendukung setiap kegiatan belajar mengajar yang tengah berlangsung. Sarana dan prasarana di SD Negeri 01 Banjardowo sudah cukup lengkap. Prasarana fisik yang dimiliki sekolah ini yaitu 9 ruang kelas, 1 ruang kantor guru dan kepala sekolah, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang laboratorium komputer, 1 rumah dinas penjaga sekolah, 2 kantin sekolah, 1 ruang dapur, 1 ruang karawitan, 2 kamar mandi guru, 2 kamar mandi siswa, 1 ruang aula, 1 ruang gudang, 1 tempat mushola dan tempat parkir serta halaman sekolah yang cukup luas untuk menunjang setiap aktivitas siswa.

  3.1.2. Seting Waktu Penelitian

  Penelitian dilakukan pada semester II, tahun ajaran 2014/2015 di SD Negeri 01 Banjardowo. Penelitian Tindakan Kelas memerlukan beberapa siklus, masing-masing siklus dilaksanakan minimal dalam 3 kali pertemuan sehingga penentuan waktu penelitiannya mengacu pada kalender akademik sekolah. Rincian alokasi waktu penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Alokasi Waktu Penelitian No Pelaksanaan Januari Februari Maret April Mei Penelitian 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

  1 Proposal PTK SIKLUS I

  2 Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi

  SIKLUS II

  3 Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi

  4 Pelaporan Berdasarkan tabel 3.1 diketahui bahwa penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 5 bulan yaitu dari bulan Januari sampai dengan Mei 2015.

  Pada bulan Januari peneliti menyusun proposal penelitian, sedangkan perencanaan lain terkait dengan penelitian dilakukan peneliti pada bulan Februari sampai Maret minggu ke-2, seperti menyusun instrumen dan uji validitas soal yang dilakukan di SD Negeri Karanggondang pada minggu ke-1 bulan Maret. Selanjutnya pada bulan Maret minggu ke-3 peneliti mulai melaksanakan penelitian tindakan kelas siklus I di SD Negeri 01 Banjardowo, dilanjutkan pelaksanaan siklus II pada bulan April minggu ke-2. Selanjutnya pada bulan April minggu ke-4 sampai dengan bulan Mei peneliti mengolah data hasil penelitian, menyusun laporan penelitian, konsultasi laporan serta persiapan ujian.

3.1.3. Karakteristik Subjek Penelitian

  Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Negeri 1 Banjardowo tahun

  pelajaran 2014/2015. Siswa kelas 5 SD Negeri 1 Banjardowo berjumlah 31 siswa yang bervariasi dan tingkat kemampuan yang bervariasi ada yang kurang, ada yang sedang dan ada pula beberapa orang di atas rata-rata. Latar belakang siswa berasal dari keluarga yang kedua orang tuanya bekerja sebagai petani, pedagang dan karyawan sehingga menyebabkan sebagaian besar siswa kurang mendapat bimbingan belajar dari orang tuanya ketika berada di rumah.

3.2. Jenis dan Desain Penelitian

  Pada sub judul jenis penelitian dan desain penelitian ini akan diuraikan mengenai jenis penelitian dan desain penelitian. Jenis penelitian akan membahas mengenai jenis penelitian yang akan peneliti lakukan, sementara desain penelitian akan membahas mengenai model atau rancangan penelitian yang akan dijadikan acuan oleh peneliti dalam melaksanakan tindakan penelitian.

  3.2.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

  PTK adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut (Ebbut dalam Kusnandar 2011:43). PTK umumnya dilakukan oleh guru bekerjasama dengan peneliti atau ia sendiri sebagai guru berperan ganda melakukan penelitian individu di kelas, di sekolah dan atau di tempat ia mengajar untuk tujuan penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas tipe kolaboratif. Pada penilitian tindakan kelas tipe kolaboratif ini peniliti bekerja sama dengan guru kelas 5 SD Negeri 01 Banjardowo. Peneliti mempersiapkan RPP PTK kolaboratif dan guru yang melaksanakan penelitian sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Penelitian tersebut dilaksanakan berdasarkan prosedur penilitian tindakan kelas yang terdiri dari beberapa siklus.

  3.2.2. Desain Penelitian

  PTK ini mengacu pada desain penelitian yang dikembangkan oleh Kusnandar, 2011:70-75) penelitian tindakan kelas dilakukan melalui proses yang dinamis dan komplementari yang terdiri dari empat “momentum” esensial, yaitu tahap penyusunan rencana, tahapan tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Tahap perencanaan adalah tahap mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Tahapan tindakan adalah tahapan dimana peneliti melakukan suatu tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana. Tahap observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan tersebut. Dan yang terakhir tindakan tefleksi adalah tahapan mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis.

  Desain bagan dalam penelitian ini menurut Kemmis dan MC Taggart (1988) adalah sebagai berikut:

Bagan 3.1 PTK menurut Kemmis dan MC Taggart

3.3. Prosedur Penelitian

  Dalam prakteknya seperti yang dikemukakan oleh Arikunto, dkk., (2009:104) PTK adalah tindakan yang bermakna melalui prosedur penelitian yang mencakup empat langkah yaitu: 1) Merencanakan tindakan (planning). 2) Melaksanakan tindakan (acting). 3) Pengamatan (observing). 4) Merefleksikan (reflecting) hasil pengamatan.

3.4. Rencana Tindakan

  Rancangan tindakan akan diuraikan menjadi dua sub judul yaitu rencana tindakan siklus I dan rencana tindakan siklus II. Menurut Arikunto (2009:104) sebuah penelitian pada dasarnya terdiri dari empat tahapan yang harus dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan/observasi, dan (4) refleksi. Berikut ini rangkaian dari keempat tahapan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model PBL:

3.4.1. Rencana Tindakan Siklus I

  Rencana tindakan pada siklus I terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Rencana tindakan penelitian siklus I yang dilakukan di SD Negeri 01 Banjardowo dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Tahap Perencanaan (Planning) a.

  Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siklus I mata

  pelajaran IPA sesuai dengan SK, KD dan indikator yang telah ditentukan dengan menerapkan model PBL b.

  Mempersiapkan sumber, alat dan media gambar yang dipergunakan untuk pembelajaran.

  c.

  Menyusun lembar observasi model PBL untuk mengetahui aktivitas guru dan aktivitas siswa selama tindakan pembelajaran berlangsung.

  d.

  Menyusun alat evaluasi untuk mengetahui perkembangan hasil belajar IPA. e.

  Membuat kunci jawaban dari soal evaluasi IPA yang telah dibuat 2) Pelaksanaan Tindakan (Acting)

  Tahap pelaksanaan tindakan adalah tahap di mana dilaksanakannya kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang sudah dibuat dengan menggunakan model PBL. Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan selama enam kali 35 menit atau tiga kali pertemuan. Setiap pertemuan pada pelaksanaan tindakan siklus I meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

  Kegiatan awal pada pertemuan pertama, guru melakukan apersepsi, motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menyampaikan beberapa masalah melalui kegiatan motivasi. Kegiatan inti yang dilakukan guru antara lain (1) Guru mengeksplor kemampuan siswa untuk mengamati dan menyampaikan pendapat mengenai setelah mengamati penggunaan senter di depan kelas yang dipraktikan oleh beberapa siswa. (2) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dengan masing-masing anggotanya terdiri dari 5-6 orang. Masing- masing kelompok dihadapkan dengan beberapa masalah dalam lembar percobaan. (3) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan bertindak dalam mengerjakan atau menyelesaikan masalah dengan melakukan percobaan. Dalam kegiatan ini guru bertindak sebagai fasilitator. (4) Guru membenarkan persepsi siswa yang salah saat mempresentasikan hasil percobaan kelompoknya. (5) Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang presentasinya paling baik. Hal ini dimaksudkan agar siswa selalu semnagat dalam mengikuti pembelajaran. Pada kegiatan penutup, guru mendampingi siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran yang telah disampaikan. Selain itu guru melakukan refleksi, memberi pesan yang menarik kepada siswa serta menutup pembelajaran.

  Sama halnya dengan pertemuan pertama, pertemuan kedua juga terdiri dari dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Kegiatan awal meliputi apersepsi, motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menyampaikan beberapa masalah melalui kegiatan motivasi. Kegiatan inti yang dilakukan guru mengamati bentuk-bentuk cermin yang ditampilkan di depan kelas dengan bertanya cermin jenis manakah yang biasa digunakan orang untuk bercermin. (2) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dengan masing-masing anggotanya terdiri dari 5-6 orang. Masing-masing kelompok dihadapkan dengan beberapa masalah dalam lembar percobaan. (3) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan bertindak dalam mengerjakan atau menyelesaikan masalah dengan melakukan percobaan. Dalam kegiatan ini guru bertindak sebagai fasilitator. (4) Guru membenarkan persepsi siswa yang salah saat mempresentasikan hasil percobaan kelompoknya. (5) Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang presentasinya paling baik. Pada kegiatan penutup, guru mendampingi siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran yang telah disampaikan. Selain itu guru melakukan refleksi, memberi pesan yang menarik kepada siswa serta menutup pembelajaran.

  Pada pertemuan ketiga pembelajaran dilakukan dengan tiga tahap, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan awal pada pertemuan pertama, guru melakukan apersepsi, pada kegiatan apersepi guru bersama siswa membahas materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan inti pada pertemuan ketiga ini diisi dengan mengerjakan soal evaluasi siklus I. Pada kegiatan penutup, guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan memberikan penjelasan kepada siswa apabila ada miskonsepsi. Setelah semua siswa memahami, guru menutup pembelajaran dengan salam. 3) Observasi (Observing)

  Pada tahap ini pengamatan dilakukan oleh pengamat /observer. Observasi dilakukan terhadap aktivitas mengajar guru dengan model PBL dan aktivitas belajar siswa pada setiap pertemuan dengan mengisi lembar observasi. 4) Refleksi (Reflecting) Refleksi merupakan analisis hasil observasi dan hasil tes akhir siklus 1. Refleksi pada siklus 1 dilaksanakan segera setelah tahap implementasi/ tindakan evaluasi siswa maupun hasil observasi pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa. Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil tes pada siklus 1, jika sudah memenuhi indikator penelitian yang telah ditetapkan maka penelitian dihentikan dan jika belum memenuhi indikator penelitian dilanjutkan ke siklus 2. Hasil refleksi juga digunakan sebagai dasar untuk perbaikan dan merencanakan tindakan pada siklus 2.

3.4.1. Rencana Tindakan Siklus II

  Rencana tindakan siklus II merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan siklus

  I. Rencana pelaksaan siklus

  II dibuat dengan mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan dari hasil refleksi siklus 1. Hal tersebut dimaksudkan supaya tujuan dilaksanakannya siklus II dapat tercapai secara maksimal. Rencana tindakan pada siklus I terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Rencana tindakan penelitian siklus II yang dilakukan di SD Negeri 01 Banjardowo dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Tahap Perencanaan (Planning) a.

  Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siklus I mata

  pelajaran IPA sesuai dengan SK, KD dan indikator yang telah ditentukan dengan menerapkan model PBL b.

  Mempersiapkan sumber, alat dan media gambar yang dipergunakan untuk pembelajaran.

  c.

  Menyusun lembar observasi model PBL untuk mengetahui aktivitas guru dan aktivitas siswa selama tindakan pembelajaran berlangsung.

  d.

  Menyusun alat evaluasi untuk mengetahui perkembangan hasil belajar IPA.

  e.

  Membuat kunci jawaban dari soal evaluasi IPA yang telah dibuat 2) Pelaksanaan Tindakan (Acting)

  Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan selama enam kali 35 menit atau tiga kali pertemuan. Setiap pertemuan pada pelaksanaan tindakan siklus II

  Kegiatan awal pada pertemuan pertama, guru melakukan apersepsi, motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menyampaikan beberapa masalah melalui kegiatan motivasi. Kegiatan inti yang dilakukan guru antara lain (1) Guru mengeksplorasi kemampuan kognitif siswa dengan bertanya jawab tentang pembuatan alat optik sederhana seperti periskop. (2) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dengan masing-masing anggotanya terdiri dari 5-6 orang. Masing-masing kelompok dihadapkan dengan beberapa masalah dalam lembar percobaan. (3) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan bertindak dalam mengerjakan atau menyelesaikan masalah dengan melakukan percobaan. Dalam kegiatan ini guru bertindak sebagai fasilitator. (4) Guru membenarkan persepsi siswa yang salah saat mempresentasikan hasil percobaan kelompoknya. (5) Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang presentasinya paling baik. Pada kegiatan penutup, guru mendampingi siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran yang telah disampaikan. Selain itu guru melakukan refleksi, memberi pesan yang menarik kepada siswa serta menutup pembelajaran.

  Kegiatan awal pada pertemuan kedua meliputi apersepsi, motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menyampaikan masalah melalui kegiatan motivasi dengan meminta siswa membuat alat optik sederhana selain periskop. Kegiatan inti yang dilakukan guru antara lain (1) Guru mengeksplor kemampuan siswa dengan bertanya jawab mengenai materi pada pertemuan sebelumnya. (2) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dengan masing-masing anggotanya terdiri dari 5-6 orang. Masing-masing kelompok dihadapkan dengan beberapa masalah dalam lembar percobaan. (3) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan bertindak dalam mengerjakan atau menyelesaikan masalah dengan melakukan percobaan. Dalam kegiatan ini guru bertindak sebagai fasilitator. (4) Guru membenarkan persepsi siswa yang salah saat mempresentasikan hasil percobaan kelompoknya. (5) Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang presentasinya paling baik. Pada kegiatan penutup, guru mendampingi siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran yang telah disampaikan. Selain itu guru melakukan refleksi, memberi pesan yang menarik kepada siswa serta menutup pembelajaran.

  Pada pertemuan ketiga pembelajaran juga dilakukan dengan tiga tahap, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan awal pada pertemuan pertama, guru melakukan apersepsi, pada kegiatan apersepi guru bersama siswa membahas materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan inti pada pertemuan ketiga ini diisi dengan mengerjakan soal evaluasi siklus I. Pada kegiatan penutup, guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan memberikan penjelasan kepada siswa apabila ada miskonsepsi. Setelah semua siswa memahami, guru menutup pembelajaran dengan salam. 3) Observasi (Observing)

  Pada tahap ini pengamatan dilakukan oleh pengamat /observer. Observasi dilakukan terhadap aktivitas mengajar guru dengan model PBL dan aktivitas belajar siswa pada setiap pertemuan dengan mengisi lembar observasi. 4) Refleksi (Reflecting)

  Pada pelaksanaan refleksi siklus II ini sama dengan refleksi siklus I yaitu semua data hasil observasi aktivitas guru dan siswa serta hasil belajar IPA telah terkumpul untuk dikaji dan dianalisis. Hasil kajian tersebut berguna untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pelaksanaan tindakan siklus II serta mengetahui apakah setelah dilakukannya siklus II terdapat peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar atau tidak.

3.5 Variabel Penelitian

  Sugiyono (2010:60) menyatakan variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah

  3.5.1 Variabel Bebas (X)

  Menurut Sugiyono (2010:61) variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah model PBL.

  3.5.2 Variabel terikat (Y)

  Menurut Sugiyono (2010:61) variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya ada dua yaitu proses pembelajaran dan hasil belajar.

3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

  Pada sub judul ini akan diuraikan mengenai teknik pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data. Teknik pengumpulan data membahas mengenai cara yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan tindakan penelitian. Sedangkan instrumen pengumpulan data akan membahas mengenai alat-alat intrumen pengumpulan data yang digunakan dalam menghimpun data-data yang berkaitan dengan PTK yang dilakukan, seperti lembar observasi aktivitas guru dan siswa serta soal evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan hasil belajar mata pelajaran IPA.

3.6.1. Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi, dan penilaian tertulis. Teknik pengumpulan data tersebut masing-masing secara singkat diuraikan sebagai berikut: 1) Penilaian Tertulis/Tes

  Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam penilaian tertulis yang akan digunakan adalah tes tertulis yaitu, tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Arikunto: 2010). Penilaian soal yang digunakan untuk mengukur hasil belajar muatan IPA adalah bentuk soal pilihan ganda, isian singkat dan essay yang diambil dari buku paket siswa dan beberapa sumber. 2) Observasi

  Di dalam pengertian psikologi, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung, di dalam pengertian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara (Arikunto:2010). Pada penelitian ini, kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui penggunaan model Problem Based Learning yang digunakan dalam pembelajaran. Model ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. 3) Dokumentasi

  Dokumentasi, berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda- benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto:2010). Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dari observasi, dokumentasi berupa daftar nama siswa dan daftar nilai siswa tentang muatan pelajaran IPA. Dokumentasi juga diperkuat dengan mengambil foto/gambar pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

3.6.2. Instrumen Pengumpulan Data

  Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur dalam rangka pengumpulan data. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 01 Banjardowo melalui model PBL, sebagai berikut: 1) Intrumen Tes

  Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis memperhatikan indikator pada kisi-kisi soal tes yang telah dibuat. Berikut ini adalah tabel kisi-kisi evaluasi siklus I dan siklus II sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Evaluasi Siklus I

  15 Tabel 3.3

   Menyebutkan alat optik beserta fungsinya  Membuat karya/model dengan menerapkan

  6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan

  6. Menerap kan sifat- sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu

  1

  Kompetensi Dasar Indikator Nomor Soal

  No Standar Kompetensi

  

Kisi-kisi Evaluasi Siklus II

  Total

  No Standar Kompetensi

  15 5, 12, 14

  3 4, 7, 11 6, 9, 10, 13,

  8

  1,2

  6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya  Menyebutkan sumber cahaya  Menyebutkan peristiwa perambatan cahaya  Menyebutkan peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari  Menyebutkan benda yang dapat ditembus cahaya  Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung)  Menyebutkan peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari

  6. Menerap kan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model

  1

  Kompetensi Dasar Indikator Nomor Soal

  2, 5, 6, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 20 1, 3, 4, 7, 8, 9, 18, 19 sifat cahaya sifat-sifat cahaya Total

  20 Setiap jawaban bentuk tes pilihan ganda yang benar diberi skor 1 sedangkan jawaban yang salah diberi skor 0. Perhitungan nilai tes evaluasi hasil belajar mata pelajaran IPA berpedoman pada perhitungan rumus sebagai berikut:

  Nilai = x 100 KKM yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah sebesar ≥75, sehingga berdasarkan perbandingan nilai KKM dan tes evaluasi hasil belajar IPA dapat diketahui bahwa siswa sudah tuntas belajar atau belum. Kriteria ketuntasan belajar siswa adalah sebagai berikut:

a. Tuntas = Nilai ≥75

  b. Tidak tuntas = Nilai < 75 2) Lembar Observasi atau Pengamatan

  Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi berisi indikator penilaian sehingga dapat mengukur aktivitas guru dan siswa saat proses pembelajaran. Tujuan pelaksanaan observasi adalah memperoleh skor aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA melalui model PBL, perolehan skor dijadikan acuan oleh guru apakah tindakan pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana yang telah disusun. Kegiatan observasi dilakukan pada setiap pelaksanaan tindakan penelitian baik siklus I maupun siklus II. Dalam pelaksanaannya lembar observasi diisi oleh observer dengan acuan proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Kisi

  • –kisi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA melalui model PBL adalah sebagai berikut:
b. Menentukan banyak kelas (k)

  Rentang = Nilai terbesar

  

Kisi-kisi Aktivitas Siswa

Indikator Aspek yang diamati No. item

  a. Menentukan nilai rentang (range) Nilai rentang diperoleh dari nilai terbesar dikurangi nilai terkecil.

  26 Untuk menghitung rentang kriteria skor aktivitas baik guru maupun siswa digunakan rumus Sturges (Tampubolon, 2014:165) dengan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut:

  Refleksi Jumlah

  Partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 7 - 9, Membuat Kesimpulan dan Melakukan Kegiatan 23 - 26

  Ketrampilan siswa berkomunikasi

  Respon siswa dalam pemanfaatan media dalam percobaan Melaksanakan tugas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan model PBL

  Melakukan eksplorasi dan memperhatikan penjelasan guru 5 - 6, 10 - 22

  Respon siswa terhadap penerapan model PBL

  Kesiapan belajar Kesiapan Belajar Siswa (Pra Pembelajaran) 1 - 4

  38 Tabel 3.5

Tabel 3.4 Kisi-kisi Aktivitas Guru

  Jumlah

  Penghargaan kelompok 29 - 38 Penggunaan bahasa Membuat kesimpulan dan melakukan kegiatan refleksi

  Ketrampilan guru berkomunikasi

  Membimbing siswa melakukan eksplorasi 8 - 28 Pemanfaatan media dalam percobaan Mengorganisasikan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan model PBL

  Penerapan model PBL dalam pembelajaran

  1-7 Melakukan apersepsi, motivasi, dan menyampaikan tujuan

  Memeriksa kesiapan belajar siswa (Pra Pembelajaran)

  Kesiapan belajar mengajar

  Indikator Aspek yang diamati No. Item

  • – Nilai terkecil
k = 1 + 3,3 log n , di mana n merupakan jumlah siswa/responden

  c. Menghitung Panjang Kelas P = R/k

  Berdasarkan langkah-langkah perhitungan tersebut dapat diketahui kriteria skor aktivitas guru dan aktivitas siswa sebagai berikut:

Tabel 3.6 Kriteria Skor Aktivitas Guru

  Rentang Kriteria

  38 Sangat Tidak Baik

  • – 60

  61 Kurang Baik

  • – 83

  84 Cukup Baik

  • – 106 107 Baik – 129 130 Sangat Baik – 152

Tabel 3.7 Kriteria Skor Aktivitas Siswa

  Rentang Kriteria

  26 Sangat Tidak Baik

  • – 41

  42 Kurang Baik

  • – 57

  58 Cukup Baik

  • – 73

  74 Baik

  • – 89 90 - 104 Sangat Baik 3) Dokumentasi Dokumentasi dalam penelitian PTK ini terdiri dari surat ijin penelitian, surat keterangan telah melakukan penelitian, surat ijin uji validitas, surat keterangan telah melakukan uji validitas, lembar observasi, daftar nilai siswa, dan foto-foto pelaksanaan tindakan penelitian.

3.7. Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen

  Dalam sub bab ini akan diuraikan mengenai uji validitas, uji reabilitas dan uji taraf kesukaran instrumen sebagai berikut:

3.7.1. Uji Validitas

  Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat ketepatan atau kevalidan sebuah instrumen penelitian, dapat dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2010:173). Uji validitas instrumen dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menguji instrumen soal evaluasi yang akan digunakan pada penilaian hasil belajar siklus I dan siklus II. Sebelum melaksanakan uji validitas dengan menggunakan

  

spss 16.0, instrumen soal evaluasi terlebih dahulu diuji cobakan di sekolah yang

  berbeda dengan sekolah penelitian tetapi pada kelas yang setara. Uji coba instrumen dilakukan pada kelas 5 SD Negeri Karanggondang.

  Menurut sugiyono (2010: 455) taraf signifikan 5% dilihat dari jumlah siswa (responden). Semakin banyak jumlah siswa, semakin rendah taraf signifikan dan sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa semakin tinggi taraf signifikannya. Jumlah siswa pada saat uji validitas sebanyak 25, sehingga taraf signifikannya >0,396. Jika taraf signifikannya >0,396 maka instrumen soal dikatakan valid, sedangkan jika taraf signifikannya >0,369 soal instrumen dikatakan tidak valid.

  Uji coba instrumen soal dilaksanakan di SD Negeri Karanggondang pada siswa kelas 5. Hasil uji validitas instrumen dapat dilihat pada tabel 3.8 sebagai berikut:

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Item Soal Siklus I

  Validitas Instrumen Penelitian Siklus I Valid Tidak Valid

  1, 3, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 21, 2, 4, 5, 9, 14, 16, 19, 20, 23, 26, 28, 22, 24, 25, 27, 30

  29

  18

  12 Berdasarkan hasil uji validitas 30 item soal diketahui dari tabel 3.9 terdapat 12 soal yang tidak valid yaitu soal nomor 2, 4, 5, 9, 14, 16, 19, 20, 23, 26, 28 dan 29. Sedangkan 18 soal yang lainnya terbukti valid setelah di uji menggunakan SPSS versi 16.0 for Windows. Soal yang valid tersebut kemudian peneliti gunakan sebagai soal evaluasi pada siklus I.

Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Item Soal Siklus II

  Validitas Instrumen Penelitian Siklus II Valid Tidak Valid

  1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 12, 13, 15, 16, 18, 20, 3, 9, 10, 11, 14, 17, 19, 30 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29

  22

  8 Berdasarkan hasil uji validitas 30 item soal diketahui dari tabel 3.9 terdapat 8 soal yang tidak valid yaitu soal nomor 3, 9, 10, 11, 14, 17, 19, 30.

  Sedangkan 22 soal yang lainnya terbukti valid setelah di uji menggunakan SPSS versi 16.0 for Windows. Soal yang valid tersebut kemudian peneliti gunakan sebagai soal evaluasi pada siklus II.

3.7.2. Uji Reliabilitas

  Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapan pun penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang sama, dan sejauh mana instrumen dapat diandalkan (Sudjana 2011: 16). Uji reabilitas penelitian ini menggunakan tehnik

  Alpha

  (α) yang dikembangkan oleh George dan Mallery (1995) yang didasarkan pada nilai koefisien Alpha Croncbach . Besarnya koefisien α merupakan tolak ukur dari tingkat reabilitasnya. Tahapan reabilitas ini dilakukan dengan menggunakan spss 16.0 for windows (statistical product and service solutions). Untuk menentukan tingkat reabilitas instrumen menggunakan kriteria sebagai berikut: α > 0,80 = sangat reliabel α > 0,60 = reliabel α > 0,40 = cukup reliabel α > 0,20 = agak reliabel α < 0,20 = kurang reliabel

  Hasil uji reliabilitas yang dilakukan di kelas 5 SD Negeri 01 Banjardowo dengan analisis SPSS versi 16.0 for Windows adalah sebagai berikut:

Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Item Soal Siklus I

  Bentuk Instrumen Koefisien Reliabilitas Kategori Pilihan Ganda 0.951 Sangat Reliabel

Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas Item Soal Siklus II

  Bentuk Instrumen Koefisien Reliabilitas Kategori Pilihan Ganda 0.940 Sangat Reliabel

  Dari tabel uji reabilitas item soal siklus I dan siklus II dapat diketahui bahwa nilai koefisisen reliabilitas pada siklus I mencapai 0,951 yang berarti bahwa tingkat reliabilitas tersebut termasuk dalam kategori sangat reliabel. Dan koefisien reliabilitas pada siklus II mencapai 0,940 yang berarti bahwa tingkat reliabilitas tersebut juga termasuk dalam kategori sangat reliabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan sangat reliabel karena nilai koefisien alpha kategori sangat reliabel adalah > 0,80.

3.8. Uji Taraf Kesukaran

  Menurut Sudjana (2011:135), analisis tingkat kesukaran soal merupakan pengkajian terhadap soal-soal tes dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang dan sukar.

  Menurut Suharsimi Arikunto (2012:223) rumus untuk mencari tingkat kesukaran soal/indeks kesukaran adalah sebagai berikut: P =

  Keterangan: P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes Indeks kesukaran soal diklasifikasikan pada tabel 3.12 berikut ini:

Tabel 3.12 Indeks Kesukaran Soal

  P Klasifikasi – P

  0,31 Soal Sedang

  • – 0,70 0,71 Soal Mudah – 1,00

  Berdasarkan indeks kesukaran soal, instrumen soal yang telah dibuat dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesukarannya. Pengklasifikasian Instrumen soal dapat dilihat pada tabel 3.13 berikut:

Tabel 3.13 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Item Soal Siklus I

  Rentang Kriteria Nomor Item Jumlah 0,00 Sukar 10, 12, 15, 27

  4

  • – 0,30 0,31 Sedang 7, 11, 13, 17, 18,

  10

  • – 0,70

  21, 22, 24, 25, 30 0,71 Mudah 1, 3, 6, 8

  4

  • – 1,00

  Total

  18 Dari data tabel hasil analisis tingkat kesukaran item soal siklus I dapat dilihat bahwa hasil uji tingkat kesukaran soal pilihan ganda dengan jumlah soal 30 soal terdapat 4 soal dengan kategori sukar, 10 soal dengan kategori sedang, dan 4 soal dengan kategori mudah. Sedangkan data hasil analisis tingkat kesukaran item soal siklus II dapat dilihat pada tabel 3.14 sebagai berikut:

Tabel 3.14 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Item Soal Siklus II

  Rentang Kriteria Nomor Item Jumlah 0,00 Sukar 16, 18, 26, 27, 29

  5

  • – 0,30 0,31 Sedang 5, 8, 12, 15, 20,

  11

  • – 0,70

  21, 22, 23, 24, 25,

  28 0,71 Mudah 1, 2, 4, 6, 7, 13

  6

  • – 1,00

  Total

  22 Dari data tabel hasil analisis tingkat kesukaran item soal siklus II dapat dilihat bahwa hasil uji tingkat kesukaran soal pilihan ganda dengan jumlah soal 30 soal terdapat 5 soal dengan kategori sukar, 11 soal dengan kategori sedang, dan 6 soal dengan kategori mudah.

3.9 Analisis Data

  Keseluruhan data yang diperoleh dari hasil pelaksanaan PTK pada siswa kelas 5 SD Negeri 01 Banjardowo adalah data yang berupa angka atau data kuantitatif yang menunjukkan nilai kondisi awal siswa, nilai setelah pelaksanaan siklus I dan nilai setelah pelaksanaan siklus II serta skor observasi guru dan siswa dalam setiap masing-masing pertemuan. Data hasil observasi dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif sedangkan data nilai hasil belajar IPA siswa dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif.

  Penyajian data kuantitatif yang berupa presentase ketuntasan belajar IPA dan rata-rata nilai siswa. Perhitungan nilai hasil belajar siswa berpedoman pada rumus berikut: x = x 100% Keterangan: x : Nilai hasil belajar IPA siswa S : Jumlah skor perolehan SM : Jumlah skor maksimal

  Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus tersebut dan membandingkan dengan KKM yang sudah ditentukan, maka akan diketahui apakah nilai siswa tuntas dan tidak tuntas.

  Sementara itu untuk mengukur rata-rata siswa dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

  x =

  Keterangan:

  x : Nilai rata-rata siswa

  : Jumlah nilai yang diperoleh ∑x N : Jumlah siswa Sedangkan untuk menghitung presentase ketuntasan belajar IPA siswa dapat menggunakan rumus sebagai berikut: KB = x 100%

  Keterangan: KB : Ketuntasan belajar NS : Jumlah siswa tuntas N : Jumlah keseluruhan siswa

  Berdasarkan nilai presentase yang diperoleh, presentase kriteria ketuntasan siswa dapat digolongkan menjadi 5 kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.15 Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal

  Rentang Kriteria 1% - 20% Sangat Tidak Baik 21% - 40% Kurang Baik 41% - 60% Cukup Baik 61% - 80% Baik 81% - 100% Sangat Baik Berdasarkan nilai persentase yang diperoleh, maka kriteria hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA melalui model PBL digolongkan menjadi lima kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.16 Kriteria Hasil Observasi Klasikal

  Rentang Kriteria 1% - 20% Sangat Tidak Baik 21% - 40% Kurang Baik 41% - 60% Cukup Baik 61% - 80% Baik 81% - 100% Sangat Baik

3.10 Indikator Keberhasilan

  Indikator keberhasilan pada penelitian tindakan ini meliputi proses pembelajaran dan hasil belajar IPA siswa. Indikator proses pembelajaran dan hasil

  3.10.1 Indikator Proses Pembelajaran

  Indikator proses merupakan indikator keberhasilan dari proses pelaksanaan tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa melalui penerapan model PBL. Pada penelitian ini aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui model PBL dapat dikatakan berhasil apabila mengalami peningkatan secara signifikan minimal 5. Hal itu dapat dilihat dari kriteria skor aktivitas guru dan kriteria skor aktivitas siswa bahawa rentang kriteria skor aktivitas guru sebesar 22 dan kriteria skor aktivitas siswa sebesar 15.

  3.10.2 Indikator Hasil Belajar

  Indikator hasil dalam penelitian ini yaitu hasil belajar IPA, penerapan model PBL dikatakan dapat meningkatkan hasil belajar IPA apabila siswa kelas 5 SD Negeri 01 Banjardowo secara signifikan mengalami ketuntasan belajar individual dengan nilai hasil belajar IPA ≥ 75 dan mengalami ketuntasan belajar secara klasikal sebesar ≥ 80% dari 20 siswa (kriteria baik).

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Numbered Head Together Berbantuan Power Point untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas 5 SD Negeri Ringinharjo 01 Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Numbered Head Together Berbantuan Power Point untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas 5 SD Negeri Ringinharjo 01 Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 1 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Numbered Head Together Berbantuan Power Point untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas 5 SD Negeri Ringinharjo 01 Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 1 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Numbered Head Together Berbantuan Power Point untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas 5 SD Negeri Ringinharjo 01 Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 57

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD N Karanggondang 01 Kec. Pabelan Kab. Sema

0 0 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD N Karanggondang 01 Kec. Pabelan K

0 0 19

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD N Karanggondang 01 Kec.

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD N Karanggondang 01 Kec. Pabelan Kab. Semarang Semester II Tahun P

0 2 16

SURAT IZIN MELAKSANAKAN UJI VALIDITAS DAN PENELITIAN SKRIPSI

0 10 101

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 1 Banjardowo Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan Semester II Tah

0 4 15