KAJIAN LAMA PENYABUNAN DAN KONSENTRASI DEKSTRIN

Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas (S. Wijana, dkk.)

PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS UNTUK PEMBUATAN SABUN:
KAJIAN LAMA PENYABUNAN
PENYABUNAN DAN KONSENTRASI DEKSTRIN

Utilization of Used Frying Oil in the Making of Soap:
Effect of Saponification Time and a Dextrin Concentration
Susinggih Wijana1), Siti Asmaul Mustaniroh1) dan Indha Wahyuningrum2)
1) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian, FTP, Universitas Brawijaya, Malang
2) Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian, FTP, Universitas Brawijaya, Malang

!"#

$

%

&' ("' !'
#


# )#

*
-

.

#

#
+

,

*+,%# ,

,

#


-/.%

.
&'
1
*+,

#

!
2

- & #"1!#
!"
(

01 "&'
&(13 '#
( &"
)


1 & '#
5

" # 01

"
7

2
4

#

4

#

6
,


%

) & !#
#

,

-/.

&0 !3 '

#

PENDAHULUAN
Berkembangnya industri perhotelan,
restoran dan fast food, berdampak pada
semakin
banyaknya
limbah

minyak
goreng
bekas
yang
dihasilkan.
Penggunaan minyak yang berkali - kali
untuk menggoreng akan mengakibatkan
kerusakan minyak, antara lain minyak
menjadi cepat berasap, berbusa dan
mempengaruhi
bahan
pangan
yang
digoreng. Minyak goreng yang digunakan
untuk proses penggorengan berulang ulang akan menyebabkan kerusakan,
yaitu terjadinya perubahan warna, reaksi
oksidasi yang diikuti dengan polimerisasi,
dan rekasi hidrolisis dengan adanya air
bahan pangan yang digoreng (Andarwulan
dkk. 1997 dan Manullang, 1998). Adanya


#
senyawa tersebut menyebabkan makanan
yang digoreng mengalami penurunan
kualitas yang sangat tajam, baik dari
kualitas sensoris (aroma dan rasa)
maupun daya simpan produk (Rukmini
dkk., 1986). Adanya senyawa acrolein,
asam lemak bentuk trans dan senyawa

Polycyclic

Aromatic

Hydrocarbons

(PAHs)
yang
terbentuk
selama

penggorengan juga sangat potensial
karsinogenik penyebab kanker hati dan
ginjal pada manusia (Anonymous, 2003).
Oleh sebab itu, minyak goring yang sudah
digunakan berulang – ulang tidak layak
digunakan dalam penggorengan makanan.
Kerusakan
lain
akibat
proses
penggorengan adalah adanya
kotoran
yang berasal dari bumbu yang digunakan
dan
dari
bahan
yang
digoreng
193


Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 6 No. 3 (Desember 2005) 193 - 202
(Andarwulan dkk., 1997) sehingga dapat
menaikkan komponen bahan polar seperti
gula, garam dan lain-lain. Lebih lanjut
Bheem-Reddy et al. (1999) menyatakan
bahwa pada minyak yang digunakan
menggoreng berkali-kali akan terjadi
peningkatan total polar compound (TPC)
dan penurunan polar compound (PC), hal
tersebut diperkuat dengan penelitian
Bheem-Reddy et al.,
(2001) dan
Abraham (2002). Hasil penelitian minyak
goreng bekas di hotel yang digunakan
selama 1 miggu menunjukkan terjadinya
kenaikkan
asam
lemak
bebas
mencapai > 2 %, kadar polimer > 16 %,

dan kandungan polar compound atau
PC > 25 %.
Hasil
penelitian
Astuti
(2003)
menunjukkan bahwa kualitas minyak
goreng bekas yang telah mengalami
reprosesing yang terdiri dari despicing,
netralisasi, dan pemucatan (bleaching)
mendekati SII, namun dikhawatirkan
masih mengandung bahan berbahaya bagi
kesehatan tubuh apabila dikonsumsi
sebagai bahan pangan. Oleh karena itu,
alternatif pemanfaatan minyak goreng
bekas yang terbaik adalah untuk bahan
baku industri sabun.
Sabun
dapat
dibuat

dengan
mereaksikan minyak dengan alkali,
kemudian dilakukan penyabunan atau
ditambah dengan pemanasan untuk
mempercepat proses penyabunan. Lama
waktu penyabunan merupakan salah satu
faktor
yang
berpengaruh
terhadap
kualitas sabun yang dihasilkan. Oleh
karena itu perlu, penelitian dilakukan
untuk mengetahui waktu yang sesuai
untuk menyabunkan minyak goreng bekas
yang
telah
dimurnikan
dengan
alkali (NaOH) sehingga dapat dihasilkan
sabun yang berkualitas.

Menurut Sugeng (1999), bahan
pengisi untuk menambah volume produksi
dapat ditambahkan pada pembuatan
sabun mandi. Bahan pengisi juga untuk
memberi bentuk yang kompak dan padat.
Salah satu bahan pengisi yang dapat
ditambahkan adalah dekstrin, dekstrin
memiliki sifat lebih mudah larut dalam air
dan memiliki kekentalan lebih rendah

dibandingkan pati sehingga pemakaian
dalam jumlah banyak masih diizinkan. Hal
ini akan menguntungkan jika dekstrin
digunakan sebagai bahan pengisi karena
dapat meningkatkan berat produk yang
dihasilkan.
BAHAN DAN METODE
Bahan
Minyak goreng bekas dari berbagai
hotel di Malang, karbon-aktif, NaOH,
aquades, dekstrin dan parfum minyak
melati (jasmine oil). Bahan kimia analisis
yang
digunakan
meliputi
alkohol 96 %, H2SO4 20 %, KOH 0,1 %,
HCl 0,1 %, indikator phenophtalein,
aquades dan HCl 0,1 N.
Rancangan
Rancangan
Percobaan menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) yang disusun
secara faktorial, dengan ulangan 3 kali.
Faktor pertama adalah lama penyabunan
(a1: 30 menit, a2: 45 menit, dan a3 60
menit), faktor kedua adalah dekstrin yang
ditmbahkan
(b1:
1%
b/b,
b2: 2,5% b/b, dan b3: 4% b/b).
Pelaksanaan
Bahan baku yang digunakan pada
pembuatan sabun mandi padat adalah
minyak goreng bekas yang telah diproses
ulang sesuai hasil penelitian terbaik yang
dilakukan
Astuti
(2003).
Proses
reprocessing minyak goreng bekas
despicing,
netralisasi
dan
meliputi

bleaching.
Despicing
Proses
despicing
menggunakan
metode steaming (uap panas). Minyak
goreng
bekas
sebanyak
200
ml
dimasukkan dalam gelas ukur 1000 ml
kemudian dialirkan uap panas dari alat
steaming yang berisi aquades pada
o
tekanan 1 atm dan suhu 100 C dengan
ratio minyak:steam = 1:1. Campuran
minyak dan air yang telah mengalami
steaming diendapkan kemudian dibuang
bagian airnya.

Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas (S. Wijana, dkk.)
Netralisasi
Minyak bebas air dari proses
pengendapan dinetralisasi dengan NaOH
4 N, pada beaker glass di atas hotplate
yang dilengkapi magnetic stirer selama
o
30 menit dan suhu 60 C. Pengambilan
minyak dilakukan dengan kertas saring
Whatman No.4.

Bleaching
Proses bleaching dilakukan dengan
o
memanaskan minyak pada suhu 70 C.
Penambahan arang aktif sebanyak 5,06 %
dari berat minyak, diaduk selama 60
o
menit sampai suhu mencapai 100 C,
kemudian minyak disaring.dengan detail
pelaksanaan
pemrosesan
ulang
(reprocessing).
Minyak
hasil
reprocessing selanjutnya dipanaskan
pada suhu 45+2°C dengan suhu larutan
o
NaOH antara 35+ 2 C. Larutan NaOH 32
% dimasukkan ke dalam minyak sebanyak
60,25 ml kemudian dilakukan penyabunan
(diaduk dengan mixer) sesuai perlakuan
(30 menit, 45 menit, dan 60 menit)
sampai diperoleh masa sabun kental.
Dekstrin sesuai perlakuan sebanyak 1%,
2,5%, dan 4% dari berat minyak atau
sebanyak 1 g, 2,5 g, dan 4 g ditambahkan
ke dalam sabun kemudian diaduk selama
10 menit. Minyak melati sebanyak 1%
(v/b) dimasukkan ke dalam bahan dan
diaduk selama 5 menit selanjutnya bahan
sabun yang telah mengental dituang ke
dalam cetakan dan ditutup dengan plastik.
Sabun dibiarkan selama sehari agar
konsistensinya memadat, dikeluarkan
dari cetakan, dan didiamkan selama 2
minggu untuk analisis.
Analisis
Analisis yang dilakukan terhadap
minyak goreng yang telah mengalami
reprocessing yang meliputi kadar air,
asam lemak bebas, bilangan peroksida
dan warna. Analisis pada produk sabun
meliputi kualitas (kadar air, jumlah asam
lemak, alkali bebas, pH, tekstur, daya
busa), rendemen, uji organoleptis (warna,
tekstur, dan daya busa), serta analisis
kelayakan
finansial
(BEP,
Payback
Period, dan ROI).

Data hasil pengamatan selanjutnya
dilakukan ANOVA yang dilanjutkan
dengan Uji BNT jika terdapat beda nyata.
Data hasil dari pengamatan organoleptik
dianalisa dengan Uji Friedman dengan
program SPSS 10.0 for Windows.
Pemilihan alternatif terbaik dilakukan
berdasarkan hasil analisis laboratorium
dan
uji
organoleptik
dengan
menggunakan metode multiple attribute.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Bahan Baku
Karakteristik minyak goreng bekas
yang telah mengalami reprocessing
(despicing, steaming, netralisasi dan
bleaching), seperti disajikan seperti pada
Tabel 1, terlihat bahwa kualitas minyak
yang telah mengalami reprocessing telah
memenuhi Standar Industri Indonesia
(SII).
Karakteristik Produk Sabun
Analisis terhadap sabun mandi padat
dilakukan berdasarkan parameter yang
telah
ditentukan
oleh
SNI 06-3532-1994 yang terdiri dari:
kadar air, jumlah asam lemak, alkali
bebas, asam lemak bebas, pH serta
tekstur
dan
daya
busa.
Selain
dibandingkan dengan SNI, pembandingan
juga dilakukan terhadap sabun mandi
yang telah beredar di pasaran (merek
Priti). Hasil analisis disajikan pada
Tabel 2. Tampak bahwa sebagian besar
parameter kualitas telah memenuhi SNI,
hanya parameter daya busa tidak dapat
memenuhi SNI, baik sabun mandi hasil
penelitian maupun sabun mandi komersial
yang digunakan sebagai pembanding.
Nilai parameter kualitas sabun yang
dihasilkan secara rinci disajikan pada
Tabel 3 dan Tabel 4.
Kadar Air
Rerata
kadar
air
sabun hasil
penelitian sebesar 6,81 % - 8,22 %,
terendah pada penyabunan 30 menit
serta konsentrasi dekstrin 1 %, dan
tertinggi pada penyabunan 30 menit dan
penambahan dekstrin 4 %. Hasil analisis
195

Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 6 No. 3 (Desember 2005) 193 - 202
ragam
menunjukkan
bahwa
lama
penyabunan tidak berpengaruh nyata
terhadap
kadar
air,
sedangkan
konsentrasi dekstrin berpengaruh nyata
(α = 0,05) terhadap kadar air sabun dan
tidak ada interaksi antar perlakuan.
Rerata kadar air sabun pada berbagai
konsentrasi dekstrin dapat dilihat pada
Tabel 4.
Semakin
tinggi
dekstrin
yang
ditambahkan
kadar
airnya
semakin
meningkat. Hal tersebut disebabkan
dekstrin memiliki sifat mengikat air.
Sabun yang mengandung dekstrin lebih
banyak mengikat air karena air di dalam
sabun tidak dapat keluar dengan baik.
Menurut Paul dan Palmer (1972),
dekstrin merupakan senyawa hidrofilik
yang akan mengikat air serta akan
membentuk sistem koloidal dan air sulit

dilepaskan kembali apabila dipanaskan.
Kadar air sabun yang ditetapkan SNI
maksimal
sebesar
15%.
Hal
ini
menyebabkan sabun yang dihasilkan
cukup keras sehingga lebih efisien dalam
pemakaian karena sabun tidak mudah
larut dalam air. Kadar air sabun yang
dihasilkan
antara
6,36
8,51%,
sedangkan kadar air sabun merek Priti
sebesar 7,95 %. Hal ini menunjukkan
bahwa sabun hasil penelitian masih
memenuhi SNI.
Jumlah Asam Lemak
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa
rerata jumlah asam lemak terendah
sebesar
80,83%
pada
konsentrasi
dekstrin
4%
dan
tertinggi
pada
konsentrasi dekstrin 1%, yaitu 82,46%.

Tabel 1. Karakteristik Minyak Goreng Hasil Reprocessing
Parameter
Kadar Air (%)
Kadar FFA (%)
B. Peroksida (meq/kg)
Warna:
L* (kecerahan)
a* (merah)
b* (kuning)
Sumber: Astuti (2003)

Standar SII
Maksimal 0,3
Maksimal 0,3
Maksimal 2
Minimal 24
Maksimal 9
Minimal 10

Minyak Goreng Bekas
0,830
1,680
3,457
19,860
11,520
7,230

Minyak Goreng
setelah Reprocessing
0,100
0,120
1,044
24,000
8,348
10,552

Tabel 2. Karakteristik Sabun Mandi Padat yang Dihasilkan
Sabun Mandi
Sabun Mandi Hasil Penelitian
Parameter yang Dianalisis
SNI
Merek Priti
6,3600 - 8,5100
7,9500
Maksimal 15*
Kadar air (%)
80,0100 - 83,4200
Minimal 70*
88,2100
Jumlah asam lemak (%)
0,0900 - 0,1400
Maksimal 0,1*
Alkali bebas (%)
Maksimal 2,5*
1,6900
Asam lemak bebas (%)
10,1100 - 10,5800
8-11**
10,0500
pH
0,0006 - 0,0013
0,0012
Tekstur (mm/g dt)
1,7000 - 2,2000
2,4000
Daya Busa (cm)
Sumber: * SNI Sabun Mandi (1994) dan ** SNI Sabun Cair (1996).

Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas (S. Wijana, dkk.)
Tabel 3. Rerata Alkali Bebas, pH dan Tekstur Sabun pada Berbagai Lama Penyabunan
Lama Penyabunan
Alkali Bebas (%)
pH
Tekstur (mm/g dt)
30 menit
0,14 a
10,47 a
0,0008 a
45 menit
0,12 b
10,36 b
0,0009 b
60 menit
0,11 c
10,22 c
0,0010 b
Keterangan: angka pada kolom sama yang didampingi huruf (notasi) beda berbeda nyata
pada uji BNT 5%.
Tabel 4. Nilai Rerata Kadar Air, Asam Lemak, Alkali bebas, pH, Tekstur, Daya Busa dan
Rendemen Sabun pada Berbagai Penambahan Dekstrin
Alkali
Tekstur
Daya
Asam
Rendemen
Penambahan
pH
(mm/g dt)
Busa
Air (%) lemak (%) Bebas
(%)
Dekstrin
(%)
(cm)
Dekstrin 1 %
7,05 a
82,10 a
0,13 a 10,41a
0,0008 a 2,0533 a
87,42 a
Dekstrin 2,5% 7,36 ab 81,32 b 0,12 ab 10,36 b
0,0009 b 1,8911 ab 88,52 ab
89,51 b
Dekstrin 4 %
7,86 b
80,83 b
0,12 b 10,29 c
0,0010 b 1,8244 b
Keterangan: angka pada kolom sama yang didampingi huruf (notasi) beda berbeda nyata
pada uji BNT 5%.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Kamikaze (2001) yang menyatakan
bahwa penurunan jumlah asam lemak
disebabkan karena komposisi bahan
bukan sabun pada bahan dasar sabun
yang merupakan campuran minyak dan
alkali semakin banyak. Semakin banyak
dekstrin berarti mengurangi komposisi
asam lemak dalam sabun sehingga jumlah
asam lemak menurun.
Sabun yang sesuai dengan standar
SNI memiliki jumlah asam lemak dengan
nilai lebih besar dari 70%. Sabun hasil
penelitian mempunyai jumlah asam lemak
antara 80,01 - 83,42%, sedangkan sabun
merek Priti mengandung jumlah asam
lemak
sebesar
88,21%.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
sabun
hasil
penelitian masih memenuhi standar jika
dilihat dari jumlah asam lemak meskipun
kurang dari jumlah asam lemak sabun
komersial.
Alkali Bebas
Rerata alkali bebas pada sabun mandi
padat
hasil
penelitian
adalah
0,92 % - 0,15%, tertinggi pada lama
penyabunan 30 menit dan konsentrasi
dekstrin 1%, sedangkan terendah pada
lama
penyabunan
60
menit
dan
konsentrasi dekstrin 4%. Hasil analisis
ragam
menunjukkan
bahwa
lama

penyabunan dan konsentrasi dekstrin
berpengaruh nyata (α = 0,05) terhadap
alkali bebas namun tidak ada interaksi
antara kedua faktor. Rerata alkali bebas
pada berbagai lama penyabunan terlihat
pada Tabel 3.
Nilai rerata alkali bebas tertinggi
dicapai pada penyabunan 30 menit, yaitu
0,14 %, sedangkan alkali bebas terendah
pada penyabunan 60 menit, yaitu 0,11%.
Hal ini disebabkan karena larutan NaOH
kemungkinan
akan
bereaksi
lebih
sempurna dengan asam lemak pada
minyak dengan bertambahnya waktu
penyabunan sehingga alkali bebas makin
berkurang, sedangkan reaksi penyabunan
yang terjadi belum sempurna jika waktu
penyabunan
kurang.
Menurut
Kamikaze (2001), penyabunan yang
dilakukan dengan penyabunan merupakan
hal yang sangat penting agar proses
saponifikasi terjadi secara merata pada
semua bagian minyak.
Pada Tabel 4 nampak bahwa rerata
alkali bebas terendah pada penambahan
dekstrin 4 %, yaitu 0,12 %, dan alkali
bebas tertinggi pada konsentrasi dekstrin
1 %, yaitu 0,13 %. Semakin banyak
dekstrin yang ditambahkan, kandungan
alkali bebas menurun. Hal ini disebabkan
dekstrin merupakan bahan tambahan
yang memiliki pH rendah, sekitar 3,05,
197

Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 6 No. 3 (Desember 2005) 193 - 202
sehingga alkali yang ditambahkan tidak
hanya menyabunkan asam lemak pada
minyak tetapi juga menetralkan asam
pada dekstrin.
pH
Rerata pH sabun mandi hasil
penelitian 10,15 – 10,53, tertinggi pada
lama
penyabunan
30
menit
dan
konsentrasi dekstrin 1%, sedangkan
terendah pada lama penyabunan 60 menit
dan konsentrasi dekstrin 4%. Semakin
lama waktu penyabunan, pH sabun
cenderung menurun karena alkali telah
bereaksi lebih sempurna dengan asam
lemak pada minyak. Rerata pH pada
berbagai
konsentrasi
dekstrin
menunjukkan pH sabun cenderung turun
atau lebih asam karena semakin banyak
dekstrin yang ditambahkan. Dekstrin
adalah golongan karbohidarat dengan
berat molekul tinggi yang dibuat dengan
modifikasi pati dan asam. Semakin besar
kadar alkali bebas, pH sabun juga
semakin tinggi karena kandungan alkali
bebas akan menentukan nilai pH, yaitu
nilai yang menunjukkan tingkat basa atau
asam suatu bahan.
Tekstur
Rerata tekstur sabun sebesar 0,0007
- 0,0012 mm/g dt. Nilai tekstur yang
semakin tinggi menunjukkan semakin
lunak sabun karena jarum penetrometer
dapat menembus ke dalam sabun.
Sebaliknya, semakin kecil nilai tekstur
berarti sabun makin keras karena jarum
penetrometer makin sulit menembus
massa sabun. Pada Tabel 3 terlihat
bahwa
rerata
tekstur
tertinggi (sabun paling lunak) pada
penyabunan
60
menit
sebesar
0,0010 mm/g dt dan rerata tekstur
terendah (paling keras) pada lama
penyabunan 30 menit, yaitu 0,0008. Hal
ini disebabkan tekstur yang terbentuk
akibat
lama
penyabunan
berbeda,
semakin sedikit lama penyabunan adonan
sabun yang dihasilkan lebih encer dan
antara
minyak
dan
alkali
belum
tercampur merata sehingga minyak belum
semuanya tersabunkan.

Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa
konsentrasi dekstrin 4% memberikan
nilai tekstur tertinggi (paling lunak), yaitu
0,0010 mm/g dt, sedangkan nilai tekstur
terendah (paling keras) pada konsentrasi
dekstrin 1 %, yaitu 0,0008 mm/g dt. Hal
ini diduga berhubungan dengan kadar air
bahan. Sabun dengan kadar air rendah
cenderung memiliki tekstur yang keras.
Sebaliknya, semakin tinggi kadar air,
sabun yang dihasilkan cenderung makin
lunak. Menurut Bourne (1982), kadar air
dan
tekstur
saling
berhubungan.
Peningkatan
kadar
air
akan
mengakibatkan tekstur semakin lunak dan
sebaliknya.
Tekstur
sabun
yang
dihasilkan antara 0,0013-0,0006mm/g dt,
sedangkan sabun merek Priti memiliki
kekerasan 0,0012 mm/g dt. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kekerasan sabun
yang dihasilkan hampir sama dengan
sabun di pasaran meskipun sebagian
memiliki tekstur lebih keras.
Daya Busa
Rerata daya busa sabun tertinggi,
yaitu sebesar 2,0533 cm, dihasilkan pada
lama
penyabunan
45
menit
dan
konsentrasi dekstrin 1%, sedangkan daya
busa terendah, yaitu sebesar 1,8244 cm,
pada lama penyabunan 60 menit dan
konsentrasi dekstrin 4%. Semakin banyak
penambahan dekstrin, maka daya busa
sabun
berkurang
sebab
dekstrin
merupakan bahan bukan sabun sehingga
penambahan yang terlalu banyak akan
menghambat kemampuan sabun dalam
menghasilkan busa.
Daya busa sabun hasil penelitian
antara 1,70 - 2,20 cm, sedangkan daya
busa sabun merek Priti 2,40 cm. Hal
tersebut menunjukkan bahwa sabun hasil
penelitian memiliki daya busa lebih
rendah dari sabun merek Priti karena
sabun
di
pasaran
biasanya
telah
ditambahkan bahan lain (surfaktan) untuk
meningkatkan kualitas sabun, sedangkan
pada penelitian belum ditambahkan
surfaktan.

Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas (S. Wijana, dkk.)
Rendemen
Rerata rendemen sabun antara 84,22
% – 92,39 %, terendah pada lama
penyabunan 60 menit dan konsentrasi
dekstrin 1 %, yaitu sebesar 91,52 %,
sedangkan
tertinggi
pada
lama
penyabunan 30 menit dan konsentrasi
dekstrin 4 %, yaitu sebesar 85,52 %.
Semakin
lama
penyabunan
akan
menyebabkan adonan bertambah kental
karena air yang ada telah digunakan
untuk
reaksi
penyabunan
dengan
sempurna. Hal tersebut mempengaruhi
penuangan adonan sabun ke dalam
cetakan karena semakin banyak adonan
yang tertinggal pada mixer sehingga
berpengaruh pada jumlah produk akhir
yang dihasilkan.
Pada penambahan dekstrin nampak
bahwa
rendemen
tertinggi
pada
konsentrasi dekstrin 4 %, yaitu sebesar
89,51 %, dan rendemen terendah pada
konsentrasi dekstrin 1 %, yaitu sebesar
87,42 %. Semakin banyak penambahan
dekstrin akan meningkatkan rendemen
karena meningkatkan total padatan di
dalam sabun. Menurut Wurzburg (1986),
dekstrin merupakan salah satu bahan
pengisi, yaitu bahan yang ditambahkan
untuk
memperbesar
volume
dan
meningkatkan jumlah total padatan yang
akan berpengaruh terhadap rendemen.
Uji Organoleptik
Organoleptik
Warna
Warna
sabun
yang
dihasilkan
merupakan warna asli tanpa penambahan
bahan pewarna. Rerata nilai kesukaan
panelis terhadap warna sabun antara
2,17 (tidak suka) – 3,97 (suka). Nilai
warna terendah ditunjukkan pada lama
penyabunan 45 menit dan konsentrasi
dekstrin 4%, sedangkan nilai warna
tertinggi pada lama penyabunan 60 menit
dan konsentrasi dekstrin 1 %.
Hasil uji Friedman menunjukkan
adanya beda nyata perlakuan terhadap
warna. Hal ini terutama disebabkan
penambahan dekstrin yang berbeda antar
perlakuan. Penambahan dekstrin yang
semakin banyak menyebabkan warna
sabun menjadi lebih gelap. Hal ini

disebabkan dekstrin yang digunakan
warnanya kurang putih, seperti yang
dikemukakan
oleh
Whistler
dan
Miller (1972) bahwa dekstrin berwarna
putih sampai kuning.
Aroma
Aroma dihasilkan dari penambahan
parfum aroma melati pada sabun.
Meskipun
bahan
ini
tidak
akan
mengurangi
fungsi
sabun,
tetapi
keberadaannya dapat meningkatkan daya
tarik konsumen (Permono, 2002). Rerata
nilai kesukaan panelis terhadap aroma
sabun antara 3,00 – 3,43 (netral). Nilai
terendah
pada
perlakuan
lama
penyabunan 30 menit dan dekstrin 1 %,
sedangkan nilai tertinggi pada perlakuan
lama
penyabunan
30
menit
dan
dekstrin 2,5 %.
Hasil uji Friedman menunjukkan tidak
ada beda nyata perlakuan terhadap
aroma. Hal ini terutama disebabkan
penambahan parfum tiap perlakuan sama,
yaitu 1 % dari berat minyak. Aroma
wangi sabun yang dihasilkan menurut
para panelis kurang kuat dan hampir
sama pada tiap perlakuan sehingga antar
perlakuan tidak memberikan perbedaan.
Tekstur
Tekstur yang dimaksud adalah
berkaitan dengan kekerasan sabun.
Menurut Soekarto (1985), penilaian
tekstur menyangkut basah, kering, halus,
keras, atau berminyak suatu produk.
Rerata nilai kesukaan panelis terhadap
tekstur sabun antara 3,10 – 3,43 (netral).
Nilai
terendah
ditunjukkan
pada
perlakuan lama penyabunan 45 menit
dengan konsentrasi dekstrin 4 % dan nilai
tertinggi
pada
perlakuan
lama
penyabunan 30 menit dengan konsentrasi
dekstrin 2,5 %.
Hasil uji Friedman menunjukkan tidak
ada beda nyata perlakuan terhadap
tekstur. Hal ini disebabkan tekstur sabun
hampir sama keras sehingga panelis tidak
dapat membedakan dengan baik. Menurut
panelis, sabun yang dihasilkan cenderung
terlalu keras. Hal tersebut diduga
berkaitan dengan rerata kadar air pada
199

Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 6 No. 3 (Desember 2005) 193 - 202
sabun yang relatif rendah, yaitu sebesar
6,8125 % – 8,2167 %, sehingga sabun
yang dihasilkan cenderung keras.
Daya Busa
Daya busa merupakan kemampuan
sabun untuk menghasilkan busa yang
dilakukan
panelis
dengan
mencoba
menggunakan sabun di tangan. Rerata
nilai kesukaan panelis terhadap daya
busa
sabun
antara
3,00 (netral) – 3,50 (suka). Nilai terendah
ditunjukkan
pada
perlakuan
lama
penyabunan 60 menit dengan konsentrasi
dekstrin 2,5 % dan nilai tertinggi pada
perlakuan lama penyabunan 30 menit
dengan konsentrasi dekstrin sebesar 2,5
%. Hasil uji Friedman menunjukkan tidak
ada beda nyata perlakuan terhadap daya
busa. Panelis diduga kurang dapat
membedakan daya busa masing - masing
sabun sehingga antar perlakuan tidak
berbeda nyata.
Rasa
Rasa Kesat
Rasa kesat yang dimaksud adalah
rasa tidak licin atau tidak berminyak di
tangan setelah menggunakan sabun.
Rerata nilai kesukaan panelis terhadap
rasa kesat sabun antara 2,97 - 3,67
(netral - suka), nilai terendah pada lama
penyabunan 60 menit dengan konsentrasi
dekstrin 2,5%, sedangkan nilai tertinggi
pada lama penyabunan 30 menit dengan
konsentrasi dekstrin 2,5%.
Hasil uji Friedman menunjukkan
adanya beda nyata perlakuan terhadap
rasa kesat. Hal ini diduga berhubungan
dengan kadar alkali bebas dan pH pada
sabun. Semakin banyak alkali bebas dan
pH tinggi akan menyebabkan sabun
makin kesat, namun jika berlebihan
cenderung dapat menyebabkan kulit
kering. Semakin besar kadar alkali bebas,
kesukaan konsumen terhadap rasa kesat
yang ditimbulkan juga semakin tinggi.
Pemilihan Alternatif Terbaik
Pemilihan
alternatif
terbaik
dilakukan dengan menggunakan metode
Multiple Attribute berdasarkan parameter
yang diuji pada sabun mandi padat, yang

terdiri dari: kadar air, jumlah asam
lemak, alkali bebas, pH, tekstur, daya
busa, rendemen serta uji organoleptik
terhadap warna, aroma, tekstur, daya
busa dan rasa kesat sabun. Alternatif
terbaik diperoleh dengan melihat L1, L2
dan L~ minimal pada perlakuan, yaitu
pada
perlakuan
lama
penyabunan
45 menit dan konsentrasi dekstrin 1 %.
Perlakuan terbaik mempunyai kadar air
7,31 %, jumlah asam lemak 82,69 %,
alkali bebas 0,13 %, pH 10,40, tekstur
0,0007 mm/g dt, daya busa 2,15 cm,
rendemen 87,51, warna 3,96 (suka),
aroma 3,3 (netral), rasa kesat 3,5 (suka),
tekstur
3,30
(netral)
dan
daya
busa 3,27 (netral).
Analisis Finansial
Berdasarkan perhitungan Payback
Period diketahui bahwa investasi yang
digunakan akan kembali dalam jangka
waktu 4,19 atau 4 tahun 2 bulan 3 hari.
Hal ini berarti Payback Period di bawah
umur proyek, yaitu 5 tahun, sehingga
perusahaan dikatakan menguntungkan.
Return on Invesment (ROI) dihitung untuk
mengetahui tingkat kembalinya modal
yang digunakan dan untuk merumuskan
apakah digunakan modal sendiri atau dari
luar untuk membiayai usaha (Purba,
1997).
Berdasarkan
perhitungan
diperoleh ROI sebesar 18,49 %. Hal ini
berarti nilai ROI lebih besar dari suku
bunga bank, yaitu 18 % per tahun, namun
prospek implementasi relatif kurang
bagus karena selisih dengan suku bunga
bank sangat kecil kecuali dengan
menggunakan modal sendiri.
KESIMPULAN DAN SARAN
Alternatif terbaik diperoleh pada
proses pembuatan sabun padat dengan
kondisi lama penyabunan 45 menit dan
konsentrasi dekstrin yang ditambahkan
sebesar 1 %. Produk yang dihasilkan
dengan kadar air 7,31 %, jumlah asam
lemak 82,68 %, alkali bebas 0,12 %,
pH 10,40, tekstur 0,0007 mm/g dt, daya
busa 2,15 cm, rendemen 87,51 %,
warna 3,96 (suka), aroma 3,3 (netral),

Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas (S. Wijana, dkk.)
rasa
kesat
3,5
(suka),
tekstur
3,30 (netral) dan daya busa 3,27 (netral).
Pada kapasitas produksi per hari 45 kg
per kemasan @ 80 g dengan harga jual
Rp. 820,00, diperoleh HPP sebesar
Rp. 630,00, nilai BEP diperoleh pada
50.387
unit
kemasan
dan
Payback
Rp.13.574.333,00
serta
Period 4 tahun 2 bulan dan ROI
sebesar 18,49 %.
Untuk meningkatkan kualitas sabun
padat yang dibuat dari minyak goreng
bekas diperlukan upaya penelitian lanjut
dengan penambahan berbagai surfaktan
sehingga terjadi peningkatan daya busa.
DAFTAR PUSTAKA

/ 9
& '

!!" .
: #
(
)

-

8

$ %
* +

,
'$

* -.//
/ 11 *

0

$ $

!!"
;
* -.//
$$ /
*
2
?
3

4
7
/5
<
= 00

?
;

/

,
,
/$

0

/

*
!!

<
/

=

4
$
-65

#

9
.

0
;
4
$*
*

'$
5

34 #
3

0
'$
* -.//
5
8*
9 :;
1
0
*
?
=
- ?
= 0
1
!!"
0
0
#
0

>

$ 5 $ /5
85
0*

5
4#

=

0

00

* >
= 00
0

;

; *
0

@ A. !6 B
7=
0 ?
-$ 0

;
0
=
4
;
0
=
& '
?
C
0 )
"B
?*
63
39
*
9 D
=
9 D
)
E
3
@
=
?
/
A
?
?
@
/ 4
0 7
# 55 - $*
* -.//
5 /= 0 /4
07 *
?*
63
39
*
D
)
!!! +
,
8
?
/
B
9 >
8
?
/
* -.//
# 55 - $*
/5
/= 0 /4
07 *
?
F
4
; G
2 $
$ $
$
$
$
=
$
:
D
H
!!
=
00
>
5
=
;
4
=
=? ? 0
) 16 !
D
F
= 0
;
0
>
= 0
&
=
)
6 B
0
F =
=
#
0
?
;
0
=
@ A
=
=
)
1
4
;*
-- $
*
<
,
$
:
=
!!
=
) "6"F
=
3
1
?
5
@
?
5
A
3
) 1 611
3
)
? D
!!! =
? *
;
?
3 0
#
0 ?
=
0
= 0
!!! @ A.
6"!
;
FB
=
7 0
= 0
)
=
?*
D

0

201

Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 6 No. 3 (Desember 2005) 193 - 202
0
?

#

;*
*
0
?
=

6*
<
1

$$*

=
H
4

0
'
:

'

:
7?
;*

F

'

$

$

$*
;*
)
5 4
E4 E 0
=