Optimasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Untuk Penetapan Kadar Antioksidan Tersier Butil Hidrokuinon (TBHQ)Dalam MinyakGoreng Setelah Penggorengan Berulang
Lampiran A
A1. Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa
secara KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150 mm); detektor UV (280 nm);
o
suhu kolom 30 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:30:10) dan laju alir 0,5 mL/menit
A2. Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa
secara KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150 mm); detektor UV (280 nm);
o
suhu kolom 30 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:30:10) dan laju alir 1 mL/menit
A3. Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa
secara KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150 mm); detektor UV (280 nm);
o
suhu kolom 30 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:30:10) dan laju alir 1,5 mL/menit
A4. Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa
secara KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150 mm); detektor UV (280 nm);
o
suhu kolom 30 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:25:15) dan laju alir 0,5 mL/menit.
A5. Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa
secara KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150 mm); detektor UV (280 nm);
o
suhu kolom 30 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:25:15) dan laju alir 1 mL/menit.
A6. Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa
secara KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150 mm); detektor UV (280 nm);
o
suhu kolom 30 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:25:15) dan laju alir 1,5 mL/menit.
A7. Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa
secara KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150 mm); detektor UV (280 nm);
o
suhu kolom 30 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dan laju alir 0,5 mL/menit.
A8. Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa
secara KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150 mm); detektor UV (280 nm);
o
suhu kolom 30 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dan laju alir 1 mL/menit.
A9. Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa
secara KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150 mm); detektor UV (280 nm);
o
suhu kolom 30 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dan laju alir 1,5 mL/menit..
Lampiran B
B1. Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 10 ppm yang dianalisa
secara KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150 mm); detektor UV (280 nm);
o
suhu kolom 30 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dengan laju alir 0,5 mL/menit
B2. Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 25 ppm yang dianalisa
secara KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150 mm); detektor UV (280 nm);
o
suhu kolom 30 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dengan laju alir 0,5 mL/menit
B3.Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa
secara KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150 mm); detektor UV (280 nm);
o
suhu kolom 30 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dengan laju alir 0,5 mL/menit
B4. Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 100 ppm yang dianalisa
secara KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150 mm); detektor UV (280 nm);
o
suhu kolom 30 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dengan laju alir 0,5 mL/menit
B5. Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 150 ppm yang dianalisa
secara KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150 mm); detektor UV (280 nm);
o
suhu kolom 30 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dengan laju alir 0,5 mL/menit
B6. Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 200 ppm yang dianalisa
secara KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150 mm); detektor UV (280 nm);
o
suhu kolom 30 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dengan laju alir 0,5 mL/menit
B7. Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 250 ppm yang dianalisa
secara KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150 mm); detektor UV (280 nm);
o
suhu kolom 30 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dengan laju alir 0,5 mL/menit
Lampiran C
C1. Kromatogram antioksidan TBHQ dalam minyak goreng (sampel A) dengan
fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dan laju alir 0,5 mL/menit.
C2. Kromatogram antioksidan TBHQ di dalam minyak goreng setelah
penggorengan pertama (sampel B) dengan fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dan laju alir 0,5 mL/menit
C3. Kromatogram antioksidan TBHQ di dalam minyak goreng setelah
penggorengan kedua (sampel C) dengan fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dan laju alir 0,5 mL/menit
C4. Kromatogram antioksidan TBHQ di dalam minyak goreng setelah
penggorengan ketiga (sampel D) dengan fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dan laju alir 0,5 mL/menit
Lampiran D
D1. Kromatogram hasil persen perolehan kembali pada penambahan antioksidan
TBHQ 50 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18
o
(3,9x150 mm); detektor UV (280 nm); suhu kolom 30 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dengan laju alir 0,5 mL/menit
D2. Kromatogram hasil persen perolehan kembali pada penambahan antioksidan
TBHQ 100 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18
o
(3,9x150 mm); detektor UV (280 nm); suhu kolom 30 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dengan laju alir 0,5 mL/menit
D3. Kromatogram hasil persen perolehan kembali pada penambahan antioksidan
TBHQ 150 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18
o
(3,9x150 mm); detektor UV (280 nm); suhu kolom 30 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dengan laju alir 0,5 mL/menit
D4. Kromatogram hasil persen perolehan kembali pada penambahan antioksidan
TBHQ 200 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18
o
(3,9x150 mm); detektor UV (280 nm); suhu kolom 30 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dengan laju alir 0,5 mL/menit
LampiranE E1. Sertifikat antioksidan Tersier Butil Hidrokuinon (TBHQ)
LampiranF
F1. Antioksidan Tersier Butil Hidrokuinon (TBHQ)
F2. Proses persiapan sampel minyak goreng sebelum dan setelah penggorengan
berulang
F3. Sampel minyak goreng sebelum dan setelah penggorengan berulang
F4. Sentrifuge (Thermo biofuge primo R)
F5. Rotary Evaporator Vacum (BUCHIR-210/R-215)
F6.Pengocokan sampel minyak goreng menggunakan vortex mixer (fisher scientific)
pada proses ekstraksi
F7. Analisis sampel minyak goreng menggunakanHPLC Waters 510 Pump
LampiranG G1. Kurva kalibrasi TBHQ Konsentrasi (ppm) Waktu retensi (t R Luas area (AUC) )
10,160 2,27 637287 24,892 2,27 1351684 49,784 2,27 2639865
100,076 2,27 5378369 149,860 2,27 7651107 199,136 2,27 9593802 249,936 2,27 12592203
G2.Contoh perhitungan kadar antioksidan TBHQ
Diketahui: Luas area sampel A = 8491109 Persamaan regresi: y = 49024x + 202407
y = 49024x + 202407 R² = 0.998 2000000 4000000 6000000 8000000
10000000 12000000 14000000 50 100 150 200 250 300
Lu as Ar ea ( AUC) mg/L Kurva Kalibrasi TBHQ
(8491109 − 202407)
= 49024
8288702 =
49024 = 169,07 / Jadi, konsentrasi antioksidan TBHQ minyak goreng yaitu sebesar 169,07 mg/kg
G3. Contoh perhitungan persen perolehan kembali
Diketahui: Konsentrasi sampel setelah penambahan analit (C b ) = 91,91 ppm Konsentrasi sampel sebelum penambahan analit (C ) = 42,10 ppm
a
Konsentrasi analit yang ditambahkan (C a* ) = 50,2 ppm −
× 100% ℎ =
∗
91,91 − 42,1
× 100% ℎ =
50,2 ℎ = 99,2 % Jadi, persen perolehan kembali yaitu 99,2%
G4. Contoh perhitungan presisi (keseksamaan) intra-day dan inter-day
Diketahui:
2
= 2,20 ∑(X-X̅) n =6
2
∑( − �) = �
− 1 2,20
= �
5 = 0,66 Relatif Standar Deviasi (RSD) × 100%
= � 0,66
× 100% =
101,0 = 0,66% Jadi, nilai simpangan baku relatif (RSD) yaitu 0,66%
G5.Contoh perhitungan limit deteksi (LOD)
Diketahui:
2
= 48570300116 ∑(Y-Yi) n = 5
2
∑( − ) ( / ) = �
− 2 48570300116
( / ) = �
3 ( / ) = 127240,32 Limit deteksi (LOD): 3.
( / ) =
3. (127240,32) =
49024 = 7,79 Jadi, nilai limit deteksi (LOD) yaitu 7,79 ppm