KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN BERBASIS SEKOL.d ocx

KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN BERBASIS SEKOLAH SEBAGAI
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR

Abstrak: Strategi yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam menjalankan
kepemimpinan pembelajaran yang efektif, diantaranya yaitu: (1) kepala sekolah
harus banyak berdialog dan berdiskusi untuk mengembangkan keprofesian
berkelanjutan guru; (2) kepala sekolah senantiasa memantau atau mengobservasi
proses pembelajaran di kelas dan memberikan upaya tindaklanjut yang harus
dilakukan oleh guru; dan (3) kepala sekolah harus dapat melayani guru dan siswa
dalam menggunakan sarana dan prasarana pembelajaran. Keberhasilan kepala
sekolah sebagai pemimpin pembelajaran antara lain: (1) sebagai penyedia sumber
daya; (2) sebagia sumber instruksional terlihat dalam memajukan kondisi kelas
yang efektif untuk menunjang hasil belajar, mendorong guru untuk menggunakan
berbagai macam metode dan strategi pembelajaran; (3) sebagai komunikator,
dapat menyampaikan visi dan misi secara jelas, memahami tujuan sekolah serta
mampu menerjemahkan, membina hubungan yang efektif dengan para pemangku
kepentingan; dan (4) kehadirannya bermakna artinya bahwa kepala sekolah
mampu berinteraksi dan mampu mempengaruhi seluruh warga sekolah.
Kata kunci: kepemimpinan pembelajaran, peran, kepala sekolah

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH
Pada tahun 2015, Indonesia bergabung dalam Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA), maka sudah tentu harus disiapkan sumber daya manusia (SDM)
yang baik, terutama dalam menyiapkan kualitas siswa yang cemerlang maka
potensi kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran perlu dikembangkan.
Peluang terjadinya mobilitas tenaga kerja sangat mungkin termasuk di sektor
pendidikan dalam komunitas masyarakat ASEAN. Persaingan yang kompetetitif
dalam pasar tenaga kerja mensyaratkan anggota komunitas menyediakan produk
yang berkualitas dengan harga yang bersaing (Wangke, 2014). Kesiapan SDM
Indonesia dalam bersaing di kawasan ASEAN sangat dituntut.

1

Berdasarkan data dari global competitiveness index tahun 2013, Indonesia
berada di urutan ke-38 dari 148 negara. Sementara Singapura menempati posisi
ke-2, Malaysia ke-24, Brunei ke-26, Thailand ke-37, Philipina ke-59 dan Vietnam
berada di posisi ke-70 (Wangke, 2014). Dari data tersebut sebenarnya Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia telah meningkat dibandingkan tahuntahun sebelumnya. Namun masih dalam kategori rendah bila dibandingkan
dengan Negara-negara lainnya, khususnya ASEAN. Terbentuknya SDM unggul
dan meningkatnya IPM diharapkan dapat ditopang dari sektor pendidikan,

utamanya di jenjang pendidikan dasar dan menengah yang berperan sebagai
peletak dasar struktur keilmuan, sikap, dan tindakan atau perilaku luhur yang
dapat bersaing. Oleh sebab itu dunia pendidikan sejak awal seharusnya sudah
mempersiapkan diri terutama para pendidik untuk mempunyai kualitas dan
kapabilitas bukan sebatas wilayah regional namun sampai pada tingkat nasional
bahkan internasional.
Peran kepala sekolah sebagai agen pembelajaran, sangat strategis sebagai
upaya meningkatkan kualitas pendidikan untuk menghasilkan SDM yang
memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Untuk mencapai kualitas belajar
siswa di era otonomi daerah ini, kepala sekolah yang salah satu fungsinya sebagai
pemimpin memiliki peran strategis untuk mampu memunculkan terobosan–
terobosan baru guna mengoptimalkan sumberdaya organisasi belajar siswa yang
dimiliki

dengan

dukungan

kemampuan


kepemimpinan.

Kemampuan

kepemimpinan sungguh sangat penting agar sekolah yang dipimpinnya menjadi
efektif dalam membina SDM yang berkualitas.
Rennis Linkert (1961) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu
proses bagaimana menata dan mencapai kinerja untuk mencapai keputusan seperti
bagaimana yang diinginkannya. Dalam hal ini pengaruh kepemimpinan kepala
sekolah terhadap kinerja guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kepemimpinan merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang kepala sekolah. Dalam rangka mewujudkan peran kepala sekolah yang
strategis, kepala sekolah harus memiliki kompetensi seperti yang tertuang dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 35 Tahun 2010.

2

Salah satu implementasi dari kompetensi kepala sekolah adalah kepemimpinan
pembelajaran. Landasan yuridis tentang kepemimpinan pembelajaran adalah
Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional

Guru dan Angka Kreditnya bahwa efektivitas kepala sekolah dinilai angka
kreditnya dalam kompetensi: (1) kepribadian dan sosial; (2) kepemimpinan
pembelajaran; (3) pengembangan sekolah/madrasah; (4) manajemen sumber daya;
(5) kewirausahaan sekolah/madrasah; dan (6) supervisi pembelajaran.
Kepemimpinan pembelajaran yang efektif dan optimal dari kepala sekolah,
akan mewujudkan atmosphere academic yang mendukung ketercapaian tujuan
sekolah. Atmosfir akademik yang sehat akan meningkatkan semangat guru dan
tenaga kependidikan lainnya dalam bekerja (Southword, 2002). Untuk
membangun atmosfir atau iklim sekolah yang sehat, oleh Sergiovani (1991)
diperlukan perilaku-perilaku kepemimpinan pembelajaran yang dapat dipilah
menjadi perilaku technical, human,educational, symbolic,and cultural behavior.
Perilaku-perilaku kepemimpinan pembelajaran tersebut merupakan satu kesatuan
yang integral. Pengembangan iklim akademik yang positif di sekolah memerlukan
dasar struktur organisasi yang baik dan kuat, dan ini dapat ditingkatkan melalui
partisipasi aktif dari seluruh warga sekolah dan para orang tua murid (Heck, et.al.,
1990). Kepala sekolah yang baik adalah kepala yang mampu mengelola sumber
daya yang ada di sekolah, sekaligus mampu mengatasi masalah–masalah komplek
yang menghambat kemajuan sekolah yang berarti juga menghambat peningkatan
kualitas belajar siswa dan pada akhirnya tujuan madrasah tidak tercapai secara
efektif.

Perilaku-perilaku kepemimpinan pembelajaran yang kemungkinan dapat
dimplementasi di sekolah oleh Halinger (2003), meliputi: (1) memberdayakan
warga sekolah seoptimal mungkin; (2) memfasilitasi warga sekolah untuk belajar
terus dan berulang-ulang; mendorong kemandirian setiap warga sekolahnya; (3)
memberi kewenangan dan tanggungjawab kepada warga sekolahnya; (4)
mendorong warga sekolah untuk akuntabel terhadap proses dan hasil kerjanya; (5)
mendorong teamwork yang (kompak, cerdas, dinamis, harmonis, dan lincah/cepat
tanggap terhadap pelanggan utama yaitu siswa); (6) mengajak warga sekolah

3

untuk menjadikan sekolah berfokus pada layanan siswa; (7) mengajak warga
sekolah untuk siap dan akrab menghadapi perubahan, mengajak warga sekolah
untuk berpikir sistem; dan (8) mengajak warga sekolah untuk komitmen terhadap
keunggulan mutu, dan mengajak warga sekolah untuk melakukan perbaikan
secara terus-menerus.
RUMUSAN MASALAH
Berdasar latar belakang permasalahan tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kepemimpinan pembelajaran berbasis sekolah?

2. Bagaimana strategi kepemimpinan pembelajaran berbasis sekolah dalam
meningkatkan prestasi belajar pada siswa ?
TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan pembelajaran berbasis sekolah
2. Untuk mengetahui bagaimana strategi kepemimpinan pembelajaran berbasis
sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar pada siswa
PEMBAHASAN
Pengertian Kepemimpinan Pembelajaran
Kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang memfokuskan/
menekankan

pada

pembelajaran.

pembelajaran

meliputi

kurikulum,


Komponen-komponen
proses

belajar

kepemimpinan

mengajar,

penilaian,

pengembangan guru, layanan prima dalam pembelajaran, dan pembangunan
komunitas belajar di sekolah. Komponen-komponen kepemimpinan pembelajaran
meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, penilaian, pengembangan guru,
layanan prima dalam pembelajaran, dan pembangunan komunitas belajar di
sekolah.
Hellinger (1993), mendefinisikan kepemimpinan pembelajaran yang efektif
sebagai berikut: 1. Makna visi sekolah melalui berbagi pendapat dengan warga
sekolah serta mengupayakan agar visi dan misi sekolah tersebut hidup subur

4

dalam implementasinya; 2. Kepala sekolah melibatkan para pemangku
kepentingan dalam pengelolaan sekolah (manajemen partisipatif); 3. Kepala
sekolah memberikan dukungan terhadap pembelajaran; 4. Kepala sekolah
melakukan pemantauan terhadap proses belajar mengajar untuk memahami lebih
mendalam dan menyadari apa yang sedang berlangsung di dalam sekolah; 5.
Kepala sekolah berperan sebagai fasilitator sehingga dengan berbagai cara dia
dapat mengetahui kesulitan pembelajaran dan dapat membantu guru dalam
mengatasi kesulitan belajar tersebut.
Soutworth (2002) menyatakan bahwa kepemimpinan pembelajaran adalah
perhatian

yang

kuat

terhadap

pengajaran


dan

pembelajaran,

termasuk

pembelajaran profesional oleh guru sesuai perkembangan siswa. Strategi untuk
meningkatkan pembelajaran secara efektif yaitu: (1) modeling; (2) monitoring;
dan (3) professional dialog and discussion. Modelling artinya keteladanan kepala
sekolah menjadi contoh atau model yang ditiru oleh guru di sekolah yang
dipimpinnya. Monitoring artinya melakukan pemantauan kinerja guru ke kelas
saat guru melaksanakan proses pembelajaran di kelas serta memanfaatkan hasil
pemantauan tersebut untuk pembinaan lebih lanjut. professional dialog and
discussion artinya membicarakan secara aktif, interaktif, efektif, aspiratif,
inspiratif, produktif, demokratik dan ilmiah tentang hasil penilaian kinerja dan
rencana tindak lanjut peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa.
Sementara itu McEwan (2002) mengartikan kepemimpinan pembelajaran
sebagai suatu tindakan yang dilakukan kepala sekolah dengan maksud
mengembangkan lingkungan kerja yang produktif dan memuaskan bagi guru,

serta pada akhirnya mampu menciptakan kondisi belajar siswa meningkat
Tujuan Kepemimpinan Pembelajaran
Tujuan

kepemimpinan

pembelajaran

adalah

untuk

memfasilitasi

pembelajar agar terjadi peningkatan prestasi belajar, kepuasan belajar, motivasi
belajar, keingintahuan, kreativitas, inovasi, jiwa kewirausahaan, dan kesadaran
untuk belajar sepanjang hayat, karena ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni
berkembang dengan pesat. Kepemimpinan pembelajaran sangat penting untuk

5


diterapkan di sekolah karena mampu: (1) meningkatkan prestasi belajar peserta
didik secara signifikan; (2) mendorong dan mengarahkan warga sekolah untuk
meningkatkan prestasi belajar peserta didik; (3) memfokuskan kegiatan-kegiatan
warga sekolah untuk menuju pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah; dan (4)
membangun komunitas belajar warga dan bahkan mampu menjadikan sekolahnya
sebagai sekolah pembelajar (learning school). Kepemimpinan pembelajaran
secara langsung terjadi ketika kepala sekolah bekerja dengan para guru dan staf
lainnya untuk mengembangkan proses belajar mengajar. Sebagai contoh, ketika
kepala sekolah melakukan kegiatan supervisi pendidik di kelas, kegiatan diskusi
untuk memberi umpan balik terhadap proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan seorang guru, dan pemberian contoh pelaksanaan pembelajaran.
Sedangkan kepemimpinan pembelajaran secara tidak langsung terjadi ketika
kepala sekolah, antara lain memberikan sejumlah kemudahan dan mendorong para
guru dan staf untuk mengembangkan diri, melakukan pengambilan keputusan
secara bersama-sama (sharing on decision making), dan mengubah tata nilai serta
visi sekolah yang mengarah kepada peningkatan kualitas pembelajaran. Kini
kepala sekolah menghadapi tantangan perubahan, untuk menerapkan kurikulum
2013. Kesiapan yang perlu dicermati oleh kepala sekolah adalah mengenali
elemen perubahan dengan sikap terbuka, meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan agar dapat mengelola perubahan sehingga menjadi sekolah yang
adaptif terhadap perubahan.
Oleh sebab itu seorang kepala sekolah secara praktis memiliki fungsi
mengelola pendidikan dan pembelajaran di sekolah, yang menurut Mulyasa
(2006) diuraikan sebagai berikut: (1) Pendidik. Sebagai pendidik, kepala sekolah
melaksanakan kegiatan perencanaan, pengelolaan, dan evaluasi pembelajaran.
Kegiatan perencanaan menuntut kapabilitas dalam menyusun perangkat-perangkat
pembelajaran; kegiatan pengelolaan mengharuskan kemampuan memilih dan
menerapkan strategi pembelajaran yang efektif dan efisien; dan kegiatan
mengevaluasi, mencerminkan kapabilitas dalam memilih metode evaluasi yang
tepat dan dalam memberikan tindak lanjut yang diperlukan terutama bagi
perbaikan pembelajaran. Sebagai pendidik, kepala sekolah juga berfungsi

6

membimbing siswa, guru dan tenaga kependidikan lainnya, (2) Pemimpin.
Sebagai pemimpin, kepala sekolah berfungsi menggerakkan semua potensi
sekolah, khususnya tenaga guru dan tenaga kependidikan bagi pencapaian tujuan
sekolah. Dalam upaya menggerakkan potensi tersebut, kepala sekolah dituntut
menerapkan prinsip-prinsip dan metode-metode kepemimpinan yang sesuai
dengan mengedepankan keteladanan, pemotivasian, dan pemberdayaan staf, (3)
Pengelola (manajer). Sebagai pengelola, kepala sekolah secara operasional
melaksanakan pengelolaan kurikulum, peserta didik, ketenagaan, keuangan,
sarana dan prasarana, hubungan sekolah-masyarakat, dan ketatausahaan sekolah.
Semua kegiatan-kegiatan operasional tersebut dilakukan melalui oleh seperangkat
prosedur kerja berikut: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan. Berdasarkan tantangan yang dihadapi sekolah, maka sebagai
pemimpin, kepala sekolah melaksanakan pendekatan-pendekatan baru dalam
rangka meningkatkan kapasitas sekolah, (4) Administrator. Dalam pengertian
yang luas, kepala sekolah merupakan pengambil kebijakan tertinggi di
sekolahnya. Sebagai pengambil kebijakan, kepala sekolah melakukan analisis
lingkungan (politik, ekonomi, dan sosial-budaya) secara cermat dan menyusun
strategi dalam melakukan perubahan dan perbaikan sekolahnya. Dalam pengertian
yang sempit, kepala sekolah merupakan penanggung-jawab kegiatan administrasi
ketatausahaan sekolah dalam mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran, (5)
Wirausahawan. Sebagai wirausahawan, kepala sekolah berfungsi sebagai
inspirator bagi munculnya ide-ide kreatif dan inovatif dalam mengelola sekolah.
Ide-ide kreatif diperlukan terutama karena sekolah memiliki keterbatasan sumber
daya keuangan dan pada saat yang sama memiliki kelebihan dari sisi potensi baik
internal maupun lingkungan, terutama yang bersumber dari masyarakat maupun
dari pemerintah setempat, (6) Pencipta Iklim Kerja. Sebagai pencipta iklim kerja,
kepala sekolah berfungsi sebagai katalisator bagi meningkatnya semangat kerja
guru. Kepala sekolah perlu mendorong guru dan tenaga kependidikan lainnya
dalam bekerja di bawah atmosfer kerja yang sehat. Atmosfer kerja yang sehat
memberikan dorongan bagi semua staf untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan
sekolah. Menjadi kepala sekolah profesional memerlukan daya adaptasi terhadap

7

perubahan dengan menjadi kepala sekolah pembelajar sehingga memandang
perubahan kurikulum sebagai sesuatu yang seharusnya. Alasannya jelas, karena
ilmu pengetahuan, teknologi, dan tantangan kehidupan terus berubah, maka
kebutuhan siswa pun terus berubah menyesuaikan dengan kebutuhan zamannya.
Lebih dari itu, kenyataan dari pengalaman kita bekerja membuktikan bahwa apa
yang kita hasilkan terdahulu selalu memerlukan perbaikan sehingga perubahan
merupakan keharusan. Tugas kepala sekolah pada konteks ini amat strategis.
Kepala Sekolah menjadi penentu utama keberhasilan sekolahnya. Tugas
memimpin perubahan ada di tangannya. Selain sebagai pendidik, pengajar,
pelatih, pembimbing, ia juga berperan sebagai pemimpin pembelajaran, manajer
perubahan, dan pengembang budaya sekolah.
Prestasi Belajar
Secara etimologis kata prestasi berasal dari Belanda, yaitu “prestatie”
kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha
(Arifin, 1990). Menurut Arifin (1990) prestasi adalah kemampuan, keterampilan dan
sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.
Makna belajar menurut beberapa ahli diantaranya:
a. Crow and Crow dalam Sriyanti (2009) memberikan definisi, belajar adalah
perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan, dan berbagai sikap,
termasuk penemuan baru dalam mengerjakan sesuatu, usaha memecahkan rintangan,
dan menyesuaikan dengan situasi baru.
b. Syah dalam Sriyanti (2009) menyimpulkan, belajar adalah tahapan perubahan
tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif
c.Menurut Rusyan (1989) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seorang individu,
merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam
diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu.
Dari pengertian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi
belajar adalah merupakan hasil dari aktivitas belajar siswa baik berupa usaha, latihan,
dan pengalaman serta dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Adapun

8

hasil yang diperoleh oleh anak didik setelah mereka mengikuti pelajaran adalah
berupa kecakapan pengetahuan, sikap dan ketrampilan
Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan karena
mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah
dikuasai anak didik.
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Asumsinya bahwa
para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan dan
merupakan kebutuhan umum pada manusia.
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dan inovasi pendidik. Asumsinya adalah
bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berperan sebagai umpan balik
(feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.
d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.
Indikator intern dalam hal ini bahwa dalam prestasi belajar dapat dijadikan indikator
tingkat produktifitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya kurikulum yang
digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern
dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat
kesuksesan anak didik di masyarakat.
e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak
didik (Arifin, 1990).
Dari banyaknya fungsi prestasi belajar tersebut maka dalam pelaksanaan
pembelajaran pasti dilakukan evaluasi hasil pembelajaran untuk mengetahui sejauh
mana keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan di suatu lembaga penyenggara
pendidikan tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan
langkah-langkah untuk memperbaiki kekurangan yang ada dan meningkatkan hal-hal
positif yang telah dicapai.
Indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan bahwa
suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil. Berdasarkan ketentuan
kurikulum yang disempurnakan yang saat ini digunakan indikator prestasi belajar
adalah:

9

a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tingkat
tinggi, baik individual maupun kelompok.
b. Prilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau interaksional khusus (TIK)
telah dicapai siswa baik secara individual maupun klasikal (Djamarah, 2006). Dari
dua kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa indikator prestasi belajar terlihat dari
tingginya daya serap siswa terhadap bahan pelajaran dan tercapainya tujuan
interaksional yang telah ditetapkan.

Strategi Implementasi Kepemimpinan Pembelajaran
Peran penting yang seharusnya ditunjukkan kepemimpinan pembelajaran
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa seharusnya memiliki implikasi bahwa
kepemimpinan sekolah perlu memusatkan perhatian pada peningkatan kinerja
pembelajaran di sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran yang
tangguh, sudah selayaknya menetapkan harapan yang tinggi (high expectation)
pada kualitas kinerja guru dan siswa, memahami dengan baik program
pengajaran, memahami apa yang menjadi kebutuhan guru dalam proses
pembelajaran, dan sering tampak di kelas untuk mengobservasi guru mengajar
serta memberikan feed back kepada guru dalam memperbaiki permasalahan dalam
pembelajaran (Gorton and Schneider, 1991). Tugas utama yang diemban oleh
seorang kepala sekolah adalah memimpin jalannya proses pembelajaran di
sekolah menuju pencapaian hasil belajar yang maksimal. Kepala sekolah dalam
meningkatkan profesionalitas guru diakui sebagai salah satu faktor yang sangat
penting dalam organisasi sekolah, terutama tanggung jawabnya dalam
meningkatkan proses pembelajaran di sekolah (Gorton and Schneider, 1991).
Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran harus menunjukkan serangkaian
perilaku kepemimpinan yang khusus, yang oleh Sergiovani (1991) perilakuperilaku kepemimpinan pembelajaran yaitu technical behaviors, human relation
behaviors educational behaviors, symbolic behaviors, and cultural behavior.
Berikut diuraikan beberapa perilaku tersebut.

10

1. Technical behaviors, perilaku ini berkaitan dengan aspek-aspek teknis dari
kepemimpinan kepala sekolah. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kepala
sekolah mengekspresikan perilaku ini menjadi gagasan-gagasan atau ide-ide yang
mampu mewujudkan manajemen sekolah yang efektif dan efisien. Perilaku ini
mencakup

penerapan

teknik-teknik

perencanaan,

pengorganisasian,

pengkoordinasian, dan pengawasan, serta termasuk juga penetapan sasaran atau
tujuan yang tepat;
2. Human relation behaviors, merupakan perilaku kepala sekolah yang berkenaan
dengan aspek-aspek manusia dari kepemimpinannya. Perilaku ini mencakup,
penguasaan teknik motivasi, penerapan ketrampilan hubungan antar manusia,
serta kemampuan dalam membangun semangat (morale) kerja yang tinggi dalam
organisasi sekolah. Perilaku ini memberikan kontribusi yang besar dalam
penciptaan iklim yang kondusif di sekolah;
3. Educational behaviors, merupakan perilaku yang berkenaan dengan aspekaspek yang berhubungan dengan pengetahuan dan keahlian tentang pendidikan
dan persekolahan. Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran harus memiliki
pengetahuan dan kemampuan mendiagnosis permasalahan pendidikan dan
pembelajaran di sekolah, mengembangkan staf, menerapkan supervisi klinis, serta
mengevaluasi dan mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
siswa;
4. Symbolic behavior, merupakan perilaku yang berkenaan dengan aspek-aspek
simbolik dari kepemimpinan kepala sekolah. Tindakan-tindakan simbolik dapat
diekspresikan melalui pemodelan kepala sekolah dalam menekan perilaku yang ia
inginkan. Bila kepala sekolah mengajarkan tentang kebersihan lingkungan di
sekolah misalnya, maka ia harus bisa memberikan contoh pada guru dan seluruh
warga sekolah. Kepala sekolah melihat ada bungkus permen yang terjatuh di
lantai sekolah, maka dengan sigap ia akan mengambil bungkus tersebut untuk
selanjutnya dimasukkan dalam bak sampah.
5. Cultural behavior, merupakan perilaku kepala sekolah yang berkenaan dengan
aspek aspek budaya sekolah. Kepala sekolah berupaya membangun tradisi atau
budaya sekitar sekolah menjadi bernilai lebih tinggi. Ada beberapa cara atau

11

strategi yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam menjalankan
kepemimpinan pembelajaran yang efektif. Willison (2008) merumuskan tiga
strategi untuk menjalankan kepemimpinan pembelajaran, yaitu: (1) talk the talk,
kepala sekolah harus banyak berdialog dan berdiskusi untuk mengembangkan
keprofesian berkelanjutan guru; (2) walk the walk, kepala sekolah senantiasa
memantau atau mengobservasi proses pembelajaran di kelas; dan (3) be the caddy,
kepala sekolah harus dapat melayani guru dan siswa dalam menggunakan sarana
dan prasarana pembelajaaran.
Strategi lain yang dapat dilakukan untuk menjalankan kepemimpinan
pembelajaran oleh kepala sekolah dalam upaya peningkatan prestasi belajar, yaitu:
(1) optimalisasi proses pembelajaran,
(2) memberdayakan dan meningkatkan profesionalisme guru dan karyawan,
(3) pemberdayaan potensi siswa,
(4) menjalin kemitraan dan kerjasama,
(5) melakukan studi banding ke sekolah yang berkualitas,
(6) mengoptimalkan penggunaan fasilitas sekolah.
Strategi tersebut dilakukan bersamaan karena ada keterkaitan satu dengan yang
lain.
Kepemimpinan Pembelajaran yang Efektif
Kepemimpinan pembelajaran efektif berkaitan dengan masalah kepala
sekolah dalam meningkatkan kesempatan mengadakan pertemuan secara efektif
dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Sebagai pemimpin pembelajaran,
kepala sekolah bertanggung jawab atas prestasi atau hasil belajar siswanya di
sekolah yang dipimpinnya.
Kepemimpinan pembelajaran yang efektif menurut Soutworth (2002)
adalah kepala sekolah yang mampu memainkan perannya sebagai: (1) pemantau
kinerja guru; (2) penilai kinerja guru, salah satu peran kepala sekolah yang ojektif
dan cermat dalam melakukan evaluasi kinerja guru; (3) peran kepala sekolah
dalam

melakukan

supervisi;

(4)

perencana

pengembangan

keprofesian

berkelanjutan guru; (5) peran kepala sekolah dalam menigkatkan professional
12

guru secara berkelanjutan; (6) pengkoordinasiaan pembelajaran efektif, kepala
sekolah sebagai pemimpin pembelajarann di sekolah mengupayakan agar guru
dapat melaksanakan pembelajaran yang efektif. Agar kepala sekolah dapat
berperan secara optimal dalam kepemimpinan pembelajaran, Wilison (2008)
menyarankan ada berbagai program dan kegiatan yang dapat dilakukan oleh
kepala sekolah, yaitu:
1. Memberikan keteladanan dalam setiap kata, sikap, tindakan, dan perilaku bagi
komunitas sekolah untuk mencapai visi dan misi sekolah serta kemajuan
pendidikan yang berdaya saing tinggi;
2. Mendorong guru untuk meningkatkan kualitas akademik sesuai dengan bidang
studinya;
3. Memperkuat peran kelompok kerja guru, musyawarah guru matapelajaran
melalui program pendidikan dan pelatihan, studi banding, fild trip, penelitian,
workshop serta meningkatkan budaya menulis di kalangan guru;
4. Melaksanakan tinjauan perangkat pembelajaran yang meliputi rencana
persiapan pembelajaran secara periodik;
5. Melaksanakan supervisi pembelajaran secara terjadwal dan kontinyu;
6. Melaksanakan penilaian kinerja guru dan tindakan perbaikan untuk mencapai
sasaran yang ditentukan;
7. Meningkatkan ketersediaan dan kelayakan sarana dan prasarana pembelajaran;
8. Melakukan pemantauan proses pembelajaran di kelas serta merencanakan
tindakan perbaikan;
9. Membantu guru yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran
yang efektif; dan
10. Mengoptimalkan fungsi perpustakaan sekolah untuk menciptakan habit
reading di lingkungan sekolah, baik guru maupun siswa.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa keberhasilan
kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran antara lain: pertama, sebagai
penyedia sumber daya; kedua, sebagia sumber instruksional terlihat dalam
memajukan kondisi kelas yang efektif untuk menunjang hasil belajar, mendorong
guru untuk menggunakan berbagai macam metode dan strategi pembelajaran;

13

ketiga, sebagai komunikator, menyampaikan visi dan misi secara jelas, memahami
tujuan sekolah serta mampu menerjemahkan, membina hubungan yang efektif
dengan para pemangku kepentingan; dan keempat, kehadirannya bermakna
artinya bahwa kepala sekolah mampu berinteraksi dan mampu mempengaruhi
seluruh warga sekolah.
KESIMPULAN
Peran kepala sekolah sebagai agen pembelajaran, sangat strategis sebagai
upaya meningkatkan kualitas pendidikan untuk menghasilkan SDM yang
memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Profesi kepala sekolah sebagai
pemimpin dapat dianalogikan sebagai elemen kunci yang harus menjamin dapat
membukakan “pintu” bagi sekolah yang dipimpinnya menjadi sebuah sekolah
yang bermutu tinggi. Peran penting yang seharusnya ditunjukkan kepemimpinan
pembelajaran dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa adalah peningkatan
kinerja pembelajaran di sekolah
Ada beberapa cara atau strategi yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah
dalam menjalankan kepemimpinan pembelajaran yang efektif, diantaranya yaitu:
(1) kepala sekolah harus banyak berdialog dan berdiskusi untuk mengembangkan
keprofesian berkelanjutan guru; (2) kepala sekolah senantiasa memantau atau
mengobservasi proses pembelajaran di kelas dan memberikan upaya tindaklanjut
yang harus dilakukan oleh guru; dan (3) kepala sekolah harus dapat melayani guru
dan siswa dalam menggunakan sarana dan prasarana pembelajaaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Instrusional, Prinsip, Tekhnik, Prosedur. Bandung:
Rosda Karya.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.

Gorton, R. A. & Schneider, G. T. 1991. School-Based Leadership: Challenges and
Opportunities. Dubuque: Wim. C. Brown Company Publisher.

14

Halinger, P. 2003. Leading Education Change: Reflections on the Practice of
Intructional Leadership. Cambridge Journal of Education
Heck, R. H. Larsen, T. J. & Marcoulides, G. A. 1990. Instractional Leadership and
School Achievement: Validation of a Causal Model. Educational
Administration Quarterly
McEwan, E. K. 2002. 7 Steps to Effective Instructional Leadership. California:
Corwin Press.
Mulyasa, E. 2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 Tentang Petunjuk
Teknis Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Rusyan, Tabrani, Atang Kusdinar dan Zainal Arifin. 1989. Pendekatan Dalam
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya.

Sergiovani, T. J. 1991. The Principalship: A Reflective Practice Prespective.
Boston: Allyn and Bacon.
Soutworth, G. 2002. Intructional Leadership in School: Reflection and Empirical
Evidence. School Leadership and Management,
Sriyanti, Lilik, Suwardi dan Muna Erawati. 2009. Teori-teori Belajar. Salatiga:
STAIN Salatiga Press.

Wangke, H. 2014. Peluang Indonesia dalam MEA 2015. Info Singkat Hubungan
Internasional.
Wilison, R. 2008. What Make an Intructional Leader. Phi Delta Kappan

15