PELAYANAN SOSIAL KOREKSIONAL PADA ORANG

PELAYANAN SOSIAL KOREKSIONAL PADA ORANG DEWASA DAN
ANAK

BAB I
PENDAHULUAN
Dengan semakin berkembangnya teori-teori kejahatan serta kurang efektifnya
pendekatan hukuman (punitive approach) semata di dalam menangani tindakan pelanggaran,
kini orang semakin menyadari pentingnya penggunaan pendekatan penyembuhan (treatment
approach). Kecenderungan yang terjadi pada saat ini adalah adanya pengurangan dalam
pemakaian pendekatan hukuman bersamaan dengan peningkatan dalam penggunaan
pendekatan penyembuhan.
Dengan pendekatan penyembuhan, situasi sosial dan kepribadian pelanggar hukum
dipelajari, kebutuhan-kebutuhan individual dipahami, dan alasan-alasan tingkah laku
kriminalnya diperkirakan. Berdasarkan kepada studi ini, suatu rencana penyembuhan dapat
dikembangkan, yang mungkin mencakup pelayanan dalam berbagai bidang; pekerjaan,
pendidikan, perumahan, konseling individual, konseling keluarga atau kelompok, pelayanan
kesehatan, pencanan kerja. Beberapa jenis pelayanan sosial dalam bidang koreksi merupakan
suatu upaya pendekatan penyembuhan terhadap pelenggar hukum, dimana di dalamnya
pekerja sosial terlibat secara aktif memberikan bantuan untuk memulihkan kembali
keberfungsian sosial mereka.
Bagi PPKS(Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial) masalah kekerasan

anak/kealpaan orang tua, fokus dari pelayanan perlindungan anak, antara lain ketentuan
pendekatan penyelenggaraan dan pendekatan rehabilitasi. Ketentuan penyelenggaraan fokus
pada hukuman terhadap pelaku tindak kekerasan atau kealpaan orang tua, sedangkan
pendekatan rehabilitasi fokus pada menolong orang tua dan menjaga keluarga tetap utuh.
Fokus pelayanan perlindungan adalah pencegahan tanpa hukuman dan rehabilitasi.
Upaya yang lebih luas adalah mengurangi ketidaknyamanan anak di rumah dengan orang
tuanya. Kebanyakan anak yang mendapatkan pelayanan perlindungan tidak meninggalkan
rumah mereka. Ketika anak mendapat ancaman, ada prosedur resmi untuk menyelamatkan
anak.
Bagi PPKS (Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial) masalah kejahatan, bentuk
pelayanan koreksionalnya antara lain mengedakan pendekatan pelayanan, konseling,
keterampilan selama masa hukuman, pelatihan kejuruan, pembebasan bersyarat dan masa
percobaan.

BAB II
PEMBAHASAN
Dalam uraian ini, penyusun mencoba menguraikan beberapa jenis pelayanan yang
khususnya ditujukan kepada anak dan orang dewasa yang banyak dihadapi oleh pekerja
sosial.
A. The Detention Home (Rumah Pehahanan)

Rumah Tahanan (Rutan) adalah tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan di Indonesia.
Rumah Penahanan ini menerima anak dan remaja yang diklasifikasikan ke dalam tiga
kategori utama, yaitu :
1. Anak dan remaja yang membutuhkan perlindungan, seperti anak yang masih tergantung
dan terlantar tanpa perawatan yang layak, anak yang memerlukan tempat perlindungan
darurat, penderita cacat mental yang sedang menunggu masuk lembaga, dan anak yang
terbiasa kabur dari sekolah untuk dikembalikan lagi kepada orang tua mereka.
2. Anak dan remaja yang berada dalam penjagaan sementara, seperti anak yang kabur dari
kduarganya atau keluarga angkatnya dan dari lembaga anak-anak, dan anak yang harus
membantu sebagai saksi untuk menjamin kehadiran mereka di pengadilan.
3. Anak dan remaja yang menunggu pemeriksaan di depan pengedilan remaja, dan anak yang
sedang menunggu pengalihan ke lembaga lain atas dasar keputusan pengadilan.
Kebanyakan diantara penghuni Rumah Penahanan ini hanya menetap sehari atau
semalam sampai mereka dikembalikan kepada orang tua mereka. Akan tetapi untuk anak dan
remaja berikut ini seringkali diperlukan penempatan yang lebih lama dalam Rumah
Penahanan, yaitu :
1. Anak dan remaja yang berada di luar pengawasan orang tua mereka, orang-tua asuh, dan
wali, mereka tidak dapat dicegah dari melakukan kenakalan-kenakalan baru.
2. Anak yang secera sosial dan moral berbahaya tinggal bersama keluarganya atau tidak

memiliki rumah.
3. Anak dan remaja yang kehadiran dan kesaksiannya dalam pemeriksaan. pengadilan atau
penempatannya dalam suatu lembaga hanya dapat dijamin dengan penahanan dalam
Rumah Penahanan.
B. Probation (Pidana Bersyarat)
Probasi atau pidana bersyarat, diperintahkan oleh pengadilan untuk orang-orang yang
melanggar terhadap hukum, dimana individu yang berada di bawah probasi menetap di
masyarakat dan mengatur kehidupannya sesuai dengan syarat-syarat yang dibebankan oleh
pengadilan (atau otodtas pejabat lain) dan menjadi sasaran supervisi dari petugas probasi.
Oleh sebab itu, karakteristik probasi adalah penundaan keputusan akhir atau penundaan

pelaksanaan hukuman yang digabungkan dengan syarat-syarat yang dibebankan oleh
pengadilan, di bawah bimbingan dan sipervisi dari petugas probasi.
Unsur-unsur sosial dari probasi ada tiga, yaitu:
1. Probasi mengizinkan kelayan probasi untuk menjalani kehidupan yang normal dalam
masyarakat dan menyesuaikan diri kembali dengan sikap-sikap yang dapat diterim secara
sosial tanpa dikurung, selama masa probasi, dalam lembaga hukum atau koreksional.
2. Dijamin, atas dasar penyelidikan sosial oleh pengadilan, menganggap bahwa kelayan
probasi akan mampu menjalani kehidupan yang patuh terhadap hukum dan diharapkan
untuk melakukannya.

3. Probasi adalah proses penyesuaian dengan mendapatkan supervisi dari petugas probasi.
Sebagai suatu metoda praktis, probasi diperkenalkan di Amerika Serikat awal tahun
1841 oleh John Augusta, seorang pembuat sepatu di Boston, la memberikan jaminan untuk
para pemabuk yang miskin yang diancam hukuman dalam lembaga koreksional, dan
memberikan supervisi selama masa probasi. Ini juga menganjurkan pengadaan tempat-tempat
perlindungan untuk proses penyembuhan para pencandu alkohol.
Petugas probasi memulai tugasnya dengan pendidikan sosial dalam pemeriksaan di
pengadilan remaja. Untuk pengadilan kriminal, penyelidikan tersebut, seperti biasa
diperintahkan hanya setelah putusan bersalah ditetapkan terhadap pelanggar hukum dewasa,
khususnya jika hakim mempertimbangkan untuk tidak mengirim pelanggar tersebut kesuatu
lembaga hukum. Penyelidikan tersebut mengharuskan petugas probasi untuk memahami
motivasi, perasaan dan sikap dari pelanggar hukum dan pengaruh dari kelompok yang dan
unsur-unsur lainnya terhadap tingkah lakunya. Petugas probasi tidak menerapkan moral dan
standar hidupnya terhadap pelanggar hukum, fungsinya adalah untuk menolong seseorang
yang telah mengalami kesulitan hukum. la akan mempertimbangkan kepribadian si pelanggar
hukum, organ fisilogisnya, kapasitas mental dan intelektualnya, pengalaman hidup, latar
belakang budayanya.
Untuk remaja yang nakal, dan juga pelanggar dewasa, petugas probasi menyarankan
pelayanan probasi kepada pengadilan hanya jika ia merasa yakin bahwa pelanggar tersebut
mampu menggunakannya secara konstruktif untuk upaya penyesuaiannya. Jika ia merasa

bahwa pelanggar hukum tersebut tidak siap untuk menyelesaikan dirinya dalam masyarakat,
ia menyarankan penempatan dalam suatu lembaga.
Selama masa probasi ini, petngas probasi membantu kelayan dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan personel, emosional, dan juga masalah-masalah lingkungan, pemmahan,
pekerjaan, pend'dikan, relasi kelompok dan kultural. Walaupun ada unsur kekuasaan dalam
probasi, petugas probasi seharusnya tidak mengarahkan kehidupan kelayan probasi,
melepaskannya dari tanggung jawab akan keputusannya.
Pencabutan probasi akan diajukan oleh petugas probasi jika ia merasa yakin bahwa
kelayan tidak dapat memperoleh manfaat atau hasil dari kelangsungan pelayanan probasi, dan

jika ia melanggar aturan-aturan probasi dengan jelas sehingga pencabutan institusional perlu
dilaksanakan.
C. Parole (Pelepasan Bersyarat)
Parole dapat didefinisikan sebagai pelepasan seorang terhukum di bawah supervisi
sebelum berakhir masa hukumannya dengan ketentuan atau syarat bahwa ia uapat
dikembalikan ke dalam penjara jika ia melanggar syarat-syarat.
Parole adalah tindakan administratif yang dibuat oleh dewan pengurus parole atau
dewan dari pimpinan penjara.
Parole menuntut bahwa terhukum akan dikembalikan ke dalam penjara untuk
menyelesaikan hukumannya jika ia melakukan kejahatan yang barn atau pelanggaran tehnis

yang serius terhadap parole. Contohnya, lalai untuk melapor kepadajpetugas parole, pindah
pekerjaan atau tempat tinggal, pergi tanpa izin dari penguasa parole, atau menunjukkan
bahwa ia mungkin melakukan tindakan kejahatan lainnya.
Keputusan parole, yang sangat penting bagi terhukum, harus didasarkan kepada
peneltian yang adil, seksama tentang kepribadian dan perilaku terhukum. Penelitian ini harus
mempertimbangkan informasi yang dapat diandalkan mengenai latar belakang terhukum,
pengalajrnan hidupnya, keluarg dan lingkungan tetangga, kesehatannya dan situasi yang akan
dihadapinya setelah ia bebas
Keuntungan dari parole adalah bahwa masyarakat umum mendapatkan perlindungan
melalui supervisi terhadap kelayan parole, parole memberikan insentif terhadap terhukum
untuk tingkah lakunya yang baik, dan parole mengirimkan terhukum ke dalam masyarakat
dengan tujuan untuk menjadi warga negara yang patuh terhadap hukum.
Parole membuat sistem penyembuhan pelanggar hukum kurang mahal daripada
pengurungan yang lama dalam lembaga-lembaga hukum dan menawarkan kesempatan untuk
memperbaiki kesalahan atau ketidakadilan-'yang telah dibuat dalam keputusan.
D. The Halfway House
Sejak tahun 1960-an, terobosan besar telah berkembang dalam upaya menyediakan
halfway house dalam bidang koreksi untuk orang dewasa dan remaja. Suatu tempat “halfway” yang berada diantara lembaga dan masyarakat, secara historis dikembangkan dalam
bidang kesehatan mental, digunakan pada banyak masyarakat, khususnya pada pusat-pusat
pemukiman.

Halfway house dalam koreksi, yang sering menggunakan pekerja sosial sebagai
administrator atau sebagai staf pegawai, digunakan dalam dua cara : untuk membantu
pelanggar hukum dalam “halfway out” dari suatu lembaga atau untuk membantu mereka
dalam “halfway in”
Halfway house dapat digunakan untuk pemuda atau orang dewasa yang telah berada
dalam rumah penahanan (detention home), pusat pengembangan pemuda (youth development

center), atau penjara sebagai tahap pokok untuk kembali ke masyarakat dan bebas secara
menyeluruh.
Ini juga digunakan sebagai tempat, khususnya untuk anak-anak, untuk diasramakan,
pengganti lembaga yang formal. The halfway house merupakan upaya yang tepat untuk
merehabilitasi dan mencegah masalah daripada menghukum..
Demikian beberapa jenis lembaga dalam upaya penanganan masalah pelanggaran
hukum yang berorientasi kepada pendekatan penyembuhan. Di samping itu, masih terdapat
lembaga-lembaga yang lain dalam bidang koreksi.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
A. The Detention Home (Rumah Pehahanan)

Rumah Tahanan (Rutan) adalah tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan di Indonesia.
B. Probation (Pidana Bersyarat)
Probasi atau pidana bersyarat, diperintahkan oleh pengadilan untuk orang-orang yang
melanggar terhadap hukum, dimana individu yang berada di bawah probasi menetap di
masyarakat dan mengatur kehidupannya sesuai dengan syarat-syarat yang dibebankan oleh
pengadilan (atau otodtas pejabat lain) dan menjadi sasaran supervisi dari petugas probasi.
C. Parole (Pelepasan Bersyarat)
Parole dapat didefinisikan sebagai pelepasan seorang terhukum di bawah supervisi
sebelum berakhir masa hukumannya dengan ketentuan atau syarat bahwa ia uapat
dikembalikan ke dalam penjara jika ia melanggar syarat-syarat.
D. The Halfway House
Halfway house dalam koreksi, yang sering menggunakan pekerja sosial sebagai
administrator atau sebagai staf pegawai, digunakan dalam dua cara : untuk membantu
pelanggar hukum dalam “halfway out” dari suatu lembaga atau untuk membantu mereka
dalam “halfway in”

DAFTAR PUSTAKA
Sumber :
1. Carney, L. P., 1980, Corrections, treatment and philosophy, New York: Englewood Cliffs:

Prentice Hall.
2. Dubois, B. & Milley, K. K., 1999, Social Work: An Empowering Profession (4th Ed),
Boston : Allyn and Bacon.
3. Duffe, D. & Fith, R., 1976, An Introduction to Corrections Policy and Systems Approach,
California : Goodyear Publishing.
4. Zastrow, C., 1982, Introduction to Social Welfare Institutional: Social Problems, services
and Current Issues, Third edition, Homewood, Illinois : The Dorsey Press.

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25