Pembentukan kata Pembentukan kata Pembentukan kata

Home/Rumah About/Tentang

Translate / Terjemahkan Contact/Hubungi

Download

Pembentukan Kata-kata Bahasa Indonesia
There is an English version of this document.

Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata
dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Untuk
memahami cara pembentukan kata-kata tersebut kita sebaiknya mengetahui lebih dahulu
beberapa konsep dasar dan istilah seperti yang dijelaskan di bawah ini. Untuk
mempersingkat dan memperjelas pembahasannya, kami menggunakan kata-kata yang
tidak bersifat gramatikal atau teknis untuk menjelaskan kata-kata tersebut sebanyak
mungkin. Kami tidak membahas tentang infiks (sisipan yang jarang digunakan),
reduplikasi dan kata-kata majemuk yang berafiks.

Definisi Istilah
kata dasar (akar kata) = kata yang paling sederhana yang belum memiliki imbuhan, juga
dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar (kompleks), tetapi

perbedaan kedua bentuk ini tidak dibahas di sini.

afiks (imbuhan) = satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila ditambahkan
pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat
berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. Istilah afiks
termasuk prefiks, sufiks dan konfiks.

prefiks (awalan) = afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk
kata baru dengan arti yang berbeda.

sufiks (akhiran) = afiks (imbuhan) yang melekat di belakang kata dasar untuk
membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.

konfiks (sirkumfiks / simulfiks) = secara simultan (bersamaan), satu afiks melekat di
depan kata dasar dan satu afiks melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama
mendukung satu fungsi.

kata turunan (kata jadian) = kata baru yang diturunkan dari kata dasar yang mendapat
imbuhan.


keluarga kata dasar = kelompok kata turunan yang semuanya berasal dari satu kata
dasar dan memiliki afiks yang berbeda.

Afiks Bahasa Indonesia yang Umum
prefiks: ber-, di-, ke-, me-, meng-, mem-, meny-, pe-, pem-, peng-, peny-, per-, se-, tersufiks: -an, -kan, -i, -pun, -lah, -kah, -nya
konfiks: ke - an, ber - an, pe - an, peng - an, peny - an, pem - an, per - an, se - nya

Penggunaan Afiks
Mempelajari proses pembentukan kata-kata dan metode pembubuhan afiks
merupakan kunci untuk memahami makna kata-kata turunan dan belajar membaca teks
Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata yang terdapat dalam surat kabar dan majalah
Indonesia berafiks. Jika seseorang mengerti makna kata dasar, ia dapat mengerti makna
sebagian besar kata yang berasal (diturunkan) dari kata dasar itu dengan menggunakan
kaidah umum untuk masing-masing jenis afiks.
Jika kita dapat menerima sedikit kekeliruan dalam penggunaan afiks, kita dapat
menyederhanakan pembahasan tentang afiks (imbuhan). Dalam mengklasifikasikan jenis
kata (nomina, verba, adjektiva, dan lain-lain) kami menggunakan kaidah
pengklasifikasian kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi Kedua - 1991) yang disusun dan
diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia. Penjelasan di bawah adalah untuk menguraikan

hasil penambahan afiks (imbuhan) kepada kata dasar, bukan untuk menjelaskan bilamana
afiks digunakan. Dalam kamus ini tidak diuraikan tentang asal kata dasar (etimologi).
Perlu diperhatikan bahwa penjelasan di bawah ini lebih berhubungan dengan perbuatan
(aksi) dalam suatu kalimat - siapa yang melakukan aksi itu, hasil perbuatan, arah
perbuatan atau tindakan dan apakah tindakan itu merupakan fokus utama dalam kalimat
atau bukan.

Frekuensi Penggunaan Afiks
Dalam kamus ini terdapat 38.308 entri (tidak termasuk singkatan, akronim dan
entri kata majemuk) dimana 22.022 berafiks dan 16.286 tidak berafiks. Menurut
persentase, 57% berafiks dan 43% tidak. Dengan kata lain, untuk tiap 9 entri dalam
kamus ini, 5 kata berafiks dan 4 kata lainnya tidak.
Pada tahun 1998, secara tidak formal, kami menganalisis 10.000 kata Bahasa
Indonesia dari terbitan yang umum di Indonesia. Dari 10.000 kata tersebut, terdapat 2.887
atau kira-kira 29% kata berafiks dan 7.113 atau 71% tidak. Dengan kata lain, untuk tiap
100 kata di surat kabar atau majalah, Anda mungkin dapat menemukan 29 kata yang
berafiks dan 71 kata tidak berafiks. Tingkat penggunaan masing-masing afiks diuraikan
di bawah ini.

Aplikasi Afiks


ber- : menambah prefiks ini membentuk verba (kata kerja) yang sering kali mengandung
arti (makna) mempunyai atau memiliki sesuatu. Juga dapat menunjukkan keadaan atau
kondisi atribut tertentu. Penggunaan prefiks ini lebih aktif berarti mempergunakan atau
mengerjakan sesuatu. Fungsi utama prefiks "ber-" adalah untuk menunjukkan bahwa
subyek kalimat merupakan orang atau sesuatu yang mengalami perbuatan dalam kalimat
itu. Banyak verba dengan afiks "ber-" mempunyai kata yang sama dengan bentuk
adjektiva dalam Bahasa Inggris. Sekitar satu dari tiap 44 kata yang tertulis dalam Bahasa
Indonesia memiliki prefiks ini.

me-, meng-, menge-, meny, mem-: menambah salah satu dari prefiks ini membentuk
verba yang sering kali menunjukkan tindakan aktif di mana fokus utama dalam kalimat
adalah pelaku, bukan tindakan atau obyek tindakan itu. Jenis prefiks ini sering kali
mempunyai arti mengerjakan, menghasilkan, melakukan atau menjadi sesuatu. Prefiks ini
yang paling umum digunakan dan sekitar satu dari tiap 13 kata yang tertulis dalam
Bahasa Indonesia memiliki salah satu dari prefiks ini.

di- : Prefiks ini mempunyai pertalian yang sangat erat dengan prefiks "me-." Prefiks
"me-" menunjukkan tindakan aktif sedangkan prefiks "di-" menunjukkan tindakan pasif,
di mana tindakan atau obyek tindakan adalah fokus utama dalam kalimat itu, dan bukan

pelaku. Sekitar satu dari tiap 40 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki
prefiks ini.

pe- : Prefiks ini membentuk nomina yang menunjukkan orang atau agen yang melakukan
perbuatan dalam kalimat. Kata dengan prefiks ini juga bisa memiliki makna alat yang
dipakai untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada kata dasarnya. Apabila kata
dasarnya berupa kata sifat, maka kata yang dibentuk dengan prefiks ini memiliki sifat
atau karakteristik kata dasarnya. Sekitar satu dari tiap 110 kata yang tertulis dalam
Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.

ter- : Sekitar satu dari tiap 54 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks
ini. Penambahan afiks ini menimbulkan dua kemungkinan.
(1) Jika menambahkan ke kata dasar adjektif, biasanya menghasilkan adjektif
yang menyatakan tingkat atau kondisi paling tinggi (ekstrim) atau superlatif. (misalnya:
paling besar, paling tinggi, paling baru, paling murah)
(2) Jika menambahkan ke kata dasar yang bukan adjektif, umumnya
menghasilkan verba yang menyatakan aspek perfektif, yaitu suatu perbuatan yang telah
selesai dikerjakan. Afiks ini juga bisa menunjukkan perbuatan spontanitas, yaitu suatu
perbuatan yang terjadi secara tiba-tiba atau tidak disengaja (misalnya aksi oleh pelaku
yang tidak disebutkan, pelaku tidak mendapat perhatian atau tindakan natural). Fokus

dalam kalimat adalah kondisi resultan tindakan itu dan tidak memfokuskan pada pelaku
perbuatan atau bagaimana kondisi resultan itu tercapai.

se-: menambah prefiks ini dapat menghasilkan beberapa jenis kata. Prefiks ini sering
dianggap sebagai pengganti “satu” dalam situasi tertentu. Sekitar satu dari tiap 42 kata
yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini. Penggunaan paling umum
dari prefiks ini adalah sebagai berikut:
1. untuk menyatakan satu benda, satuan atau kesatuan (seperti “a” atau “the”
dalam Bahasa Inggris)
2. untuk menyatakan seluruh atau segenap
3. untuk menyatakan keseragaman, kesamaan atau kemiripan

4. untuk menyatakan tindakan dalam waktu yang sama atau menyatakan sesuatu
yang berhubungan dengan waktu

-an : menambah sufiks ini biasanya menghasilkan kata benda yang menunjukkan hasil
suatu perbuatan. Sufiks ini pun dapat menunjukkan tempat, alat, instrumen, pesawat, dan
sebagainya. Sekitar satu dari tiap 34 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki
sufiks ini.


-i : menambah sufiks ini akan menghasilkan verba yang menunjukkan perulangan,
pemberian sesuatu atau menyebabkan sesuatu. Sufiks ini sering digunakan untuk
memindahkan perbuatan kepada suatu tempat atau obyek tak langsung dalam kalimat
yang mana tetap dan tidak mendapat pengaruh dari perbuatan tersebut . Sufiks ini pun
menunjukkan di mana dan kepada siapa tindakan itu ditujukan. Sekitar satu dari tiap 70
kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini.

-kan: menambah sufiks ini akan menghasilkan kata kerja yang menunjukkan penyebab,
proses pembuatan atau timbulnya suatu kejadian. Fungsi utamanya yaitu untuk
memindahkan perbuatan verba ke bagian lain dalam kalimat. Sekitar satu dari tiap 20
kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini.

-kah : menambah sufiks ini menunjukkan bahwa sebuah ucapan merupakan pertanyaan
dan sufiks ini ditambahkan kepada kata yang merupakan fokus pertanyaan dalam kalimat.
Sufiks ini jarang digunakan.

-lah : sufiks ini memiliki penggunaan yang berbeda dan membingungkan, tetapi secara
singkat dapat dikatakan bahwa sufiks ini sering digunakan untuk memperhalus perintah,
untuk menunjukkan kesopanan atau menekankan ekspresi. Hanya sekitar satu dari tiap
400 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini.


ke-an : Konfiks ini yang paling umum digunakan dan sekitar satu dari tiap 65 kata yang
tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini. Konfiks ini adalah untuk:
1. membentuk nomina yang menyatakan hasil perbuatan atau keadaan dalam pengertian
umum yang menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan kata dasar
2. membentuk nomina yang menunjuk kepada tempat atau asal
3. membentuk adjektif yang menyatakan keadaan berlebihan
4. membentuk verba yang menyatakan kejadian yang kebetulan
.
pe-an, peng-an, peny-an, pem-an : penggunaan salah satu dari keempat konfiks ini
biasanya menghasilkan suatu nomina yang menunjukkan proses berlangsungnya
perbuatan yang ditunjuk oleh verba dalam kalimat. Sekitar satu dari tiap 75 kata yang
tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini.

per-an : menambah konfiks ini akan menghasilkan sebuah nomina yang menunjukkan
hasil suatu perbuatan (bukan prosesnya) dan dapat juga menunjukkan tempat. Artinya
sering menunjuk kepada suatu keadaan yang ditunjuk oleh kata dasar atau hasil perbuatan
verba dalam kalimat. Keadaan ini mirip dengan yang diperoleh dengan menggunakan
konfiks “ke-an”, tetapi biasanya kurang umum dan lebih konkrit atau spesifik. Sekitar
satu dari tiap 108 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini.


se - nya : Konfiks ini seringkali muncul bersama-sama dengan kata dasar tunggal atau
kata dasar ulangan untuk membentuk adverbia yang menunjukkan suatu keadaan

tertinggi yang dapat dicapai oleh perbuatan kata kerja (misalnya: setinggi-tingginya =
setinggi mungkin).

-nya : Ada penggunaan “-nya” sebagai sufiks murni yang mengubah arti kata dasarnya,
tetapi hal ini merupakan konsep yang agak rumit dan kurang umum dan tidak dibahas di
sini. contoh: biasanya = usually; rupanya = apparently

-nya, -ku, -mu: satuan-satuan ini bukan merupakan afiks murni dan semuanya tidak
dimasukkan sebagai entri dalam kamus ini. Pada umumnya satuan-satuan ini dianggap
sebagai kata ganti yang menyatakan kepemilikan yang digabungkan dengan kata dasar
yang mana tidak mengubah arti kata dasar. Misalnya, kata “bukuku” = buku saya,
“bukumu” = buku Anda, “bukunya” = buku dia atau buku mereka. Selain sebagai kata
ganti yang menyatakan kepemilikan, satuan “-nya” pun dapat memiliki fungsi untuk
menunjukkan sesuatu. Misalnya, “bukunya” berarti “buku itu”, bila “-nya” berfungsi
sebagai penunjuk.
Penggunaan “-nya” baik sebagai kata ganti maupun penunjuk (bukan sebagai sufiks

murni) adalah sangat umum dan sekitar satu dari tiap 14 kata tertulis dalam Bahasa
Indonesia memiliki satuan ini. Penggunaan “-ku” dan “-mu” bervariasi sesuai dengan
jenis tulisan. Dua jenis kata ganti ini sangat umum digunakan dalam komik, cerpen dan
tulisan tidak resmi lainnya, dan jarang digunakan dalam tulisan yang lebih formal seperti
surat kabar dan majalah berita

Home/Rumah About/Tentang

Translate / Terjemahkan Contact/Hubungi

Download

Pembentukan kata dengan afiksasi merupakan sebuah pembentukan kata dari bentuk
dasar ke bentuk kompleks atau bentuk berimbuhan. Proses ini merupakan proses
pembubuhan afiks pada betuk dasar. Akibat dari proses ini terbentuk kata berimbuhan.
Afiks dalam bahasa Indonesia dapat ditinjau berdasarkan posisi pelekatnya, afiks dalam
bahasa Indonesia dapat dibedakan atas prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran),
konfiks ( gabungan awalan dan akhiran secara bersamaan), dan simulfiks (gabungan
awalan dan akhiran secara tidak bersamaan).
Sejumlah perubahan terjadi ketika adanya imbuhan dan menggabungkan dasar.

Perubahan suara yang terjadi mempengaruhi imbuhan walaupunwalaupun yang kecil dan
yang berkaitan dengan diskusi di masing-masing imbuhan.
Pada saat dimana pergantian terjadi dan panjang transisi periode yang berbeda dari kata
ke kata. Oleh karena itu, oleh karena itu menaati dan mentaati ’taat’ terus ada pihak-

pihak oleh. Sementara setelah bertahun-tahun penggunaan menerjemahkan telah diganti
sepenuhnya oleh menerjemahkan dalam periode yang sangat shor pada pertengahan
1980-an.
Dalam beberapa hal. Mempengaruhi kata ,pengaruh,. Dasar dari pengaruh, mungkin hasil
interpretasi dari kata memiliki awalan peN-. Namun, mempunyai memiliki dasar ’punya’
harus dianggap sebagai pengecualian dalam bahasa modern. Kaji dengan baik
kemungkinan terjadi tapi berbeda dengan arti: mengaji ’yang menceritakan Al-Quran’,
pengajian ’,membaca Al-Quran’ dan mengkaji ’untuk penelitian, kami melakukan studi’,
pengkajian memiliki arti ’kajian, penelitian’. Dari segi tiu terjadi perbedaan arti karena
terjadi pengimbuhan.
Rumusan Tujuan
Setelah materi makalah ini dipelajari secara seksama, mahasiswa diharapkan memiliki
sedikit pengetahuan tentang morfologi. Baik berupa pembentukan kata atau berupa
kaidah-kaidah yang terdapat dalam morfologi. Makalh ini diharapkan akan menjadi suatu
bahan yang akan mendukung materi perkuliahan yang akan melengkapi tugas-tugas
berikut mengenai morfologi.
BAB II
2.1 Pembentukan Kata
Pembentukan kata dengan afiksasi merupakan sebuah pembentukan kata dari bentuk
dasar ke bentuk komplek atau bentuk berimbuhan. Proses ini merupakan proses
pembubuhan afiks pada betuk dasar. Akibat dari proses ini terbentuk kata berimbuhan.
Afiks dalam bahasa Indonesia dapat ditinjau berdasarkan posisi pelekatnya, afiks dalam
bahasa Indonesia dapat dibedakan atas prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran),
konfiks ( gabungan awalan dan akhiran secara bersamaan), dan simulfiks (gabungan
awalan dan akhiran secara tidak bersamaan).
2.1.1 prefiks
Prefiks dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan atas prefiks meN-, peN-, ber-, per, ter,
di-, ke-, dan se-. pembubuhan awalan tersebut dapa dilihat sebagai berikut:
a. prefiks meNprefiks meN-memiliki alomorf me-,mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-. Alomorf
tersebut merupakan variasi dari prefiks meN-.
1) prefiks meN- berubah menjadi me- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem
awal /l/, /r/, /m/, /n/, /ng/, /w/, dan /y/.
contoh:

meN- + lihat

→ melihat

meN- + rasa

→ merasa

2) prefiks meN- berubah menjadi mem- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang
berfonem awal /b/, /p/, /f/.
Contoh:
meN- + bantu
meN- + pakai
meN- + fitnah

→ membantu
→ memakai
→ memfitnah

3) prefiks meN- berubah menjadi men- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang
berfonem awal /d/,/t/, /c/, /j/, /sy/,/z/
contoh:
meN- + dengar

→ mendengar

meN- + tulis

→ menulis

meN- + cuci

→ mencuci

meN- + jual

→ menjual

meN- + syarat +-kan → mensyaratkan
meN- + ziarah+-I

→ menziarahi

4) prefiks meN- berubah menjadi meny- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang
berfonem awal /s/.
contoh:
meN- + sewa

→ menyewa

5) prefiks meN- berubah menjadi meng- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang
berfonem awal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /g/, /h/,dan /k/.
contoh:
meN- + ajar

→ mengajar

meN- + edit

→ mengedit

meN- + ukir

→ mengukir

meN- + ikat

→ mengikat

meN- + ukur

→ mengukur

meN- + olah

→ mengolah

meN- + gali

→ menggali

meN- + klasifikasi

→ mengklasifikasi

6) prefiks meN– berubah menjadi menge- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang
bersuku satu.
Contoh:
meN- + pel

→ mengepel

meN- + bor

→ mengebor

meN- + cat

→ mengecat

meN- + tik

→ mengetik

meN- + lap

→ mengelap

b. prefiks peNprefiks peN-memiliki alomorf pe-,pem-, pen-, peny-, peng-, dan penge-. Alomorf tersebut
merupakan variasi dari prefiks peN-.
1) prefiks peN- berubah menjadi pe- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem
awal /l/, /r/, /m/, /n/, /ng/, /w/, dan /y/.
contoh:
peN-

+ panjat

→ pemanjat

peN-

+ rasa

→ perasa

2) prefiks peN- berubah menjadi pem- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem
awal /b/, /p/, /f/.

Contoh:
peN-

+ bantu

peN-

+ pakai

peN-

+ pukul

→ pembantu
→ pemakai
→ pemukul

3) prefiks peN- berubah menjadi pen- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem
awal /d/,/t/, /c/, /j/, /sy/,/z/
contoh:
peN-

+ dengar

→ pendengar

peN-

+ tulis

→ penulis

peN-

+ cuci

→ pencuci

peN-

+ jual

→ penjual

peN-

+ jajah

→ penjajah

4) prefiks peN- berubah menjadi peny- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang
berfonem awal /s/.
contoh:
peN-

+ sewa

→ penyewa

5) prefiks peN- berubah menjadi peng- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang
berfonem awal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /g/, /h/,dan /k/.
contoh:
peN-

+ ajar

→ pengajar

peN-

+ edit

→ pengedit

peN-

+ ukir

→ pengukir

peN-

+ ikat

→ pengikat

peN-

+ ukur

→ pengukur

peN-

+ olah

→ pengolah

peN-

+ gali

→ penggali

peN-

+ klasifikasi

→ pengklasifikasi

6) prefiks peN- berubah menjadi penge- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang bersuku
satu.
Contoh:
peN-

+ pel

→ pengepel

peN-

+ bor

→ pengebor

peN-

+ cat

→ pengecat

peN-

+ tik

→ pengetik

peN-

+ lap

→ pengelap

c. prefiks berPrefiks ber- memiliki alomorf be- dan bel- .
Prefiks ber- berubah menjadi be- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal
/r/ dan suku pertama ditutup dengan /er/.
Contoh:
ber- + runding → berunding
ber- + rebutan → berebutan
ber- + kerja

→ bekerja

ber- + cermin → becermin
Prefiks ber- berubah menjadi bel- hanya terjadi jika d imbuhkah padabentuk dasar ajar.
Contoh:
ber- + ajar → belajar
d. prefiks perPrefiks per- memiliki alomorf pe- dan pel-

Prefiks per- berubah menjadi pe- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal
/r/
Contoh:
Per- + redam → peredam
Per- + rasa → perasa
Per- + raga → peraga
Prefiks per- berubah menjadi pel- jika diimbuhkan pada bentuk dasar ajar.
Contoh:
Per- + ajar → pelajar
3. prefiks ter- memiliki alomorf tePrefiks ter- berubah menjadi te- jiak diimbuhkan pada bertuk dasar yang berfonem
awal /r/ atau suku pertama ditutup dengan /er/
Contoh:
ter- + renggut → terenggut
ter- + rasa → terasa
ter- + pergok →tepergok
e. Prefiks di-, ke-, se-.
Prefiks di-, ke-, se- tidak memiliki kaidah morfofonemik, oleh karena itu prefiks tersebut
tidak mempunyai alomorf sebagaimana awalan lainnya. Awalan itu juga ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya.
Contoh:
di- + jemput

→ dijemput

di- + kasih

→ dikasih

di- + sayang

→ disayang

ke- + tua

→ ketua

ke- + kasih

→ kekasih

se- + bapak

→ sebapak

2.1.2 infiks
infiks merupakan bentuk terikat yang diimbuhkan pada bentuk dasar. Pengimbuhannya
ditempatkan ditengah atau diantara bentuk dasar. Infiks dalam bahasa Indonesia antara
lain: -el-, -em-, -er-, -in-.
Contoh:
-el- + tunjuk

→ telunjuk

-er- + gigi

→ gerigi

-em- + guruh → gemuruh
-in- + kerja

→ kinerja

2.1.3 sufiks
sufiks adalah bentuk terikat yang diimbuhkan pada akhir bentuk dasar. Sufiks dalam
bahasa Indonesia adalah –an, -kan, -i. Sufiks tersebut tidak mengalami proses
morfofonemik, sehingga sufiks itu tidak mengalami perubahan apabila diimbuhkan pada
bentuk dasar dimanapun.
Contoh:
-an

+ pikir

→ pikiran

-an

+ marah

→ satuan

-kan

+ tambah

→ tambahkan

-kan

+ bersih

→ bersihkan

-i

+ khianat

→ khianati

-i

+ sayang

→ sayangi

2.1.4 Gabungan awalan-akhiran (konfiks/simulfiks)
Penggabungan awalan-akhiran dalam bahasa indonesia dapat dilakukan dengan dua cara.
Penggabungan/pengimbuhan yang dilakukan dengan bersamaan pada bentuk dasar,

gabungan awal itu dinamakan konfiks. Artinya bentuk dasar yang diimbuhkan awalanakhiran secara bersamaan itu tidak mempunyai tataran kata sebelumnya.
Contoh:
Per-an + tani

→ pertanian

Ke-an + rajin

→ kerajinan

di-kan + kerja

→ dikerjakan

ber-an + lanjut

→ berkelanjutan

pengimbuhan awalan-akhiran dalam bahasa Indonesia yang mempunyai tataran kata
sebelumnya, pengimbuhan ini dinamakan simulfiks. Artinya pengimbuhan awalanakhiran itu dilakukan secara bertahap, sehingga mempunyai tataran sebelum bentuk
kompleks itu terwujud.
Contoh:
ber- + sama

→ bersama + -an

→ bersamaan

peN- + tani

→ petani + -an

→ pertanian

di- + marah

→ dimarah + -I

→ dimarahi

2.2 Perubahan Suara dalam kata kompleks
Sejumlah perubahan terjadi ketika adanya imbuhan dan menggabungkan dasar.
Perubahan suara yang terjadi mempengaruhi imbuhan walaupunwalaupun yang kecil dan
yang berkaitan dengan diskusi di masing-masing imbuhan. Simbol-simbol yang
digunakan untuk suara perubahan antara lain, sebuan tanda tambah (+)menunjukkan
urutan imbuhan dan bentuk dasarnya.dan tanda anak panah (→) menunjukkan hasil yang
merupakan kombinasi dari pengimbuhan tersebut. Dengan demikian dapat diterangkan
ber-+ lari → berlari berarti bila awal ber-dasar lari dan digabungkan hasilnyha kompleks
kata berlari.
2.3 Pengecualian untuk aturan-aturan N (nasal)
a. jika prefiks meN- diikuti oleh prefiks per- awal
meN-

+ per-

+ lebar

→ memperlebar

meN-

+ per-

+ oleh

→ memperoleh

b. jika bentuk dasar diawali per-C, yaitu per- diikuti oleh konsonan, awal p tersebut luluh
dengan tidak selalu:
meN-

+ percaya

+ -i

→ mempercayai

meN-

+ pergok

+ -i

→ memergoki

meN-

+ percik

+ -i

→ memerciki

c. huruf P yang dari awalan per- dan dasar awal per-C, terluluh prefiks peN- berikut:
peN-

+ per-

+ satu

→ pemersatu

peN-

+ per-

+ oleh + -an

→ pemerolehan

peN-

+ perkosa

→ pemerkosa

Dengan beberapa hal yang dasar awal /t/, /s/, /k/ dan tidak hilang. Jika /s/ tidak hilang
menjadi N (nasal). Awal suara yang kemungkinan besar akan tetap jika masih merasa
asing. Oleh karena itu ingatan dari suara umum dalam kata-kata lain dimulai dengan
konsonan kelompok, yang tidak terjadi di kata dalam bahasa Indonesia.
meN-

+ proklamasi +-kan

→ memproklamasikan

meN-

+ traktir

→ mentraktir

meN-

+ swadaya +-kan

→ menswadayakan

meN-

+ klasifikasi +-kan

→ mengklasifikasikan

fonem awal /t/, /s/, /k/ kadang-kadang disimpan di mana tidak ada awalan konsonan
rangkap. Yang sangat jelas terjadi di sini adalah huruf p yang luluh apabila diimbuhkan
pada bentuk meN-. Selama transisi kedua bentuk akan terjadi:
meN-

+ protes

→ memprotes, memrotes

meN-

+ taat

+-i

→ mentaati, menaati

meN-

+ sukses

+-kan

→ mensukseskan, menyukseskan

meN-

+ kritik

→ mengkritik, mengritik

Pada saat dimana pergantian terjadi dan panjang transisi periode yang berbeda dari kata
ke kata. Oleh karena itu, oleh karena itu menaati dan mentaati ’taat’ terus ada pihakpihak oleh. Sementara setelah bertahun-tahun penggunaan menerjemahkan telah diganti

sepenuhnya oleh menerjemahkan dalam periode yang sangat shor pada pertengahan
1980-an.
Dalam beberapa hal. Mempengaruhi kata ,pengaruh,. Dasar dari pengaruh, mungkin hasil
interpretasi dari kata memiliki awalan peN-. Namun, mempunyai memiliki dasar ’punya’
harus dianggap sebagai pengecualian dalam bahasa modern. Kaji dengan baik
kemungkinan terjadi tapi berbeda dengan arti: mengaji ’yang menceritakan Al-Quran’,
pengajian ’,membaca Al-Quran’ dan mengkaji ’untuk penelitian, kami melakukan studi’,
pengkajian memiliki arti ’kajian, penelitian’. Dari segi tiu terjadi perbedaan arti karena
terjadi pengimbuhan.
Prefiks peng- terjadi pada kata lihat, rajin, dan lepas: seperti pada kata penglihatan
’mata’, pengrajin ’tukang’, penglepasan ’ rilis’. Selama awal tahun 1990-an ada
kecenderungan untuk meningkatkan pengrajin yang akan disetarakan dengan kata perajin.
Awal suku kata yang luluh dari dasar kata syair menjadi penyair. Begitulah yang
merupakan pembentukan kata dai perfiks peng-.
2.4 Reduplikasi dasar meN- dan peNKetika kata dasar diawali dengan meN- adalah reduplikasi N tetap pada menggandakan
dasar dimana konsonan awal telah luluh. Simbol R mewakili penuh dasar reduplikasi
tersebut.
Contoh:
meN-

+ bagi-R

→ membagi-bagi

meN-

+ amat-R+-i

→ mengamat-amati

meN-

+ minta-R

→ meminta-minta

meN-

+ pijit-R

→ memijit-mijit

meN-

+ tulis-R

→ menulis-nulis

meN-

+ kayuh-R

→ mengayuh-ngayuh

ketika meN- adalah realisasi sebelum menge- satu suku kata dasar. Urutan menge- terjadi
pada reduplikasi dasar.
Dalam reduplikasi terjadi proses pengulangan bentuk dasar baik secar utuh keseluruhan
ataupun sebagian. Reduplikasi adalah proses morfemis dan proses morfologis yang
mengulang bentuk dasar. Pengulangan bentuk ini membentuk kata ulang.
BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan
Morfologi tidak pernah lepas dari kata dan kalimat. Pemebentukan kata selalu
memerlukan kaidah morfofonemik. Kaidah morfofonemik yang terdapat dalam bahasa
Indonesia terdiri dari meN-, peN, ber-, per-, ter-.
Huruf kapital N mewakili suara perubahan yang tergantung pada suara dasar. N dapat
muncul sebagai salah satu nasal m, n, ny, ng, atau nol. Kadang-kadang sengau sebelum
datang pertama suara dasar dan kadang-kadang ia menggantikan suara pertama. Atruanaturan yang digambarkan meN- tetapi berlaku untuk peN- dan peN…-an.
meN- memiliki alomorf me-, men-, mem-, meny-, menge-, meng-.
Prefiks ber- memiliki alomorf be- dan bel- .
Prefiks ber- berubah menjadi be- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal
/r/ dan suku pertama ditutup dengan /er/.Prefiks per- memiliki alomorf pe- dan pelPrefiks per- berubah menjadi pe- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal
/r/.prefiks ter- memiliki alomorf te-.Prefiks ter- berubah menjadi te- jika diimbuhkan
pada bertuk dasar yang berfonem awal /r/ atau suku pertama ditutup dengan /er/