Apakah Norma Uji Neuropsikologis dari Or

Apakah Norma Uji Neuropsikologis dari Orang Amerika Keturunan Afrika
di Amerika Serikat Berlaku General pada Penduduk Zambia?
Orang dewasa Zambia yang sehat (N = 324) dievaluasi untuk menentukan pada
tingkatan apa deretan uji neuropsikologis (NP: neuropsychological) Barat, dengan
norma Afrika Amerika yang disesuaikan untuk usia, jenis kelamin, dan
pendidikan, bisa digunakan dalam penduduk Zambia yang sehat, termasuk 157
pria (48,46%) dan 167 wanita (51,54%) dengan usia rata-rata 38,48 (SI = 12,80)
tahun dan rata-rata tingkat pendidikan 11,02 (SD = 2,58) tahun.Deretan uji NP
memasukkan uji memori perhatian/pekerjaan, fungsi eksekutif, kelancaran verbal,
kecepatan proses, memori episodik verbal dan visual, dan keahlian motor yang
sangat baik.Uji Prestasi Zambia (ZAT: Zambian Achievement Ujit) dan subujit
membaca Uji Prestasi Kisaran Luas-4 (Wide Range Achievement Ujit-4 — WRAT4) di Amerika Serikat juga diatur untuk menilai literasi dan kualitas
pendidikan.Sama dengan temuan di negara-negara Barat, hasil Zambia
menunjukkan efek usia dan pendidikan substansial terhadap kebanyakan ujiserta
efek yang lebih kecil dan kurang konsisten dari jenis kelamin. Diluar efek
demografis dasar, latar belakang perkotaan/perdesaan memiliki efek kecil
terhadap beberapa variabel kognitif, dan level membaca ZAT (bukan WRAT-4)
merupakan prediktor kuat untuk performa pada berbagai uji NP, bahkan ketika
karakteristik latar belakang lain terkontrol.Wanita di Amerika Serikat cenderung
lebih baik dari pria dalam uji kecepatan proses dan memori episodik.Akantetapi,
wanita Zambia menunjukkan pemburukan sedang tetapi secara statistik signifikan

dibandingkan pria. Hasilnya menunjukkan bahwa uji-uji yang dikembangkan di

Amerika Serikat dapat digunakan di Zambia.Namun demikian, perkembangan dan
penggunaan norma budaya lokal masih sangat penting dan merupakan suatu
keharusan. Norma-norma baru yang dikoreksi secara demografis dikembangkan
untuk kohor yang diuji.
Kata kunci : uji neuropsikologis, norma AS, Afrika Amerika, lintas-budaya,
norma Zambia.
Untuk menerapkan pengujian neuropsikologis (NP) dengan teliti dan secara
ilmiah, standar normatif yang layak untuk individu atau penduduk yang dinilai
sangatlah penting (Heaton & Marcotee, 2000; Heaton, Ryan, & Grant, 2009;
Woods dkk., 2004).Tujuan standarisasi seperti itu adalah untuk membuat
keputusan paling memungkinkan dalam kaitannya dengan apakah pola hasil uji
yang diamati itu sesuai dengan harapan orang dengan tipe latar belakang ini, atau
merefleksikan kelainan otak yang diperoleh.Kebanyakan uji NP secara orisinil
distandarisasi di Amerika Serikat atau Eropa dan daya generalisasi standar-standar
normatif yang dihasilkan untuk negara lain tidaklah universal.
Perbedaan latar belakang bisa memiliki efek utama terhadap hasil uji NP bila
uji tersebut dilakukan di negara-negara dimana penduduknya memiliki
pengalaman bahasa, budaya dan pendidikan yang berbeda dari sampel standarisasi

AS (Nell, 2012).Di sisi lain, beberapa penelitian membandingkan performa NP di
AS dan beberapa yang lain di Eropa Barat, misalnya Norwegia, yang hanya
mengindikasikan perbedaan kecil di antara negara-negara industrialisasi Barat
(misalnya, Egeland, LandrØ, Tjemsland,& Walbækken, 2006; Egeland dkk., 2005;

Hestad, Dybing, Haugen, & KlØve, 1998; Hestad, Dybing, & KlØve, 1997;
Hestad, KlØve, & Bylsma, 2003; KlØve, 1974).
Bagaimanapun, daya generalisasi norma Barat pada budaya non-Barat lebih
sulit (Cysique dkk., 2007; Gupta dkk., 2011; Heaton dkk., 2008; Kanmogne dkk.,
2010; Nell, 2012; Robertson, Liner, & Heaton, 2009).Norma yang dikembangkan
di Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya secara tipikal didasarkan
terutama pada kelas menengah, komunitas penduduk yang relatif homogen dalam
etnisitas kulit Putih dan juga pendidikan (rata-rata sekolah menengah dengan
beberapa pendidikan di universitas).Penetapan norma lintas-budaya dan kelas
sosial yang berbeda sangat sulit dan kompleks untuk dilakukan.Interpretasi data
perilaku untuk diagnosis dan perlakuanjelas rentan mengalami efek budaya dan
ekuivalensi tak menentu dari konstrak kognitif/perilaku di antara berbagai
populasi.Kami juga berurusan disini dengan apa yang kadang merupakan
kekurangan yang jelas didefinisikan, tetapi juga variasi (perbedaan) manusia di
dalam dan di antara budaya yang harus diakui dan diterima dalam interpretasi kita

(Cole, 2013).Bahaya tersembunyi yang disebabkan oleh penggunaan norma tidak
diperoleh dari kelompok yang dimaksud, agar sampai pada pertimbangan tentang
keadaan dari perkembangan atau kesehatan mereka, dan tantangan sosial yang
muncul ketika ditemukan bahwa kekurangan yang barangkali tetap terlekat pada
individu dapat diperbaiki atau dihapuskan dengan perubahan praktek sosial
dikenali dengan baik (Cole, 2013).

Beberapa tahun ini, kelompok referensi dari kelompok minoritas dalam
populasi AS dan di latar internasional sudah semakin banyak digunakan (Heaton,
Miller, Taylor, & Grant, 2004; Lucas dkk., 2005; Robertson dkk., 2009).
Dalam pengembangan standar normatif untuk uji NP, praktek yang sudah
berlangsung lama adalah mengontrol usia, dan pada akhirnya juga pendidikan dan
faktor demografi yang lain yang dapat menjelaskan varians yang signifikan dalam
performa kognitif orang-orang sehat.Pada kebanyakan uji,orang yang lebih tua
mendapat skor lebih rendah dari orang yang lebih muda, dan orang yang lebih
berpendidikan secara tipikal berperforma lebih baik daripada orang yang kurang
berpendidikan.Faktor-faktor ini dan yang lain (seperti etnisitas dan jenis kelamin,
untuk beberapa uji) dipertimbangkan dalam pengembangan norma (Heaton dkk.,
2004; Hestad dkk., 2003).Level tipikal performa uji NP tidak hanya berbeda di
antara berbagai budaya, tetapi koreksi demografis normatif sering tidak berlaku

general karena adanya perbedaan efek dari penuaan, pendidikan, jenis kelamin
dan etnisitas populasi di berbagai latar internasional (khususnya nonBarat).Misalnya, sebuah faktor yang berpengaruh adalah perbedaan pendidikan
kualitatif, bahkan di Amerika Serikat (Manly, 2005).Dari catatan, meskipun
orang-orang dengan latar belakang berbeda bisa memiliki performa berbeda pada
uji NP, validitas uji (seperti untuk deteksi efek kelainan otak pada kognisi) bisa
tetap layak sepanjang norma yang sesuai-penduduk digunakan (Robertson dkk.,
2009; Heaton dkk., 2008).Hal ini ditunjukkan pada orang-orang yang hidup
dengan mengidap penyakit HIV di China (Cysique dkk., 2007; Cysique dkk.,
2009; Heaton dkk., 2008; Schrier dkk., 2012; Spector dkk., 2010) dan dalam dua

penelitian percontohan terbaru di Afrika (Zambia dan Kamerun) (Hestad dkk.,
2012; Kanmogne dkk., 2010).Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
keakurasian dari deretan uji NP di Barat dalam sampel besar orang dewasa sehat
di Zambia dan untuk menggali seberapa baik pengembangan norma yang
dilakukan orang-orang Afrika Amerika dalam penduduk Afika ini.Pertanyaan
awal kami adalah apakah partisipan Zambia membuktikan kesulitan dalam
memahami instruksi uji NP standar, stimuli dan prosedur uji.Karena tidak ada
kesulitan serius dari sifat yang diamati ini, kami berharap bahwa sampel Zambia
akan menunjukkan efek signifikan dari aspek-aspek demografi dasar (usia,
pendidikan, dan jenis kelamin)terhadap performa uji, tapi mengakui bahwa efek

seperti itu bisa berbeda dari efek yang terlihat dalam sampel normatif
AS.Misalnya,peran budaya dan keluarga dari wanita Zambia dapat merugikan
mereka dibandingkan pria dalam hal-hal yang dapat mempengaruhi performa uji
kognitif pada orang dewasa (Hestad dkk., 2012), sementara wanita di Amerika
cenderung melebihi pria pada uji NP untuk kecepatan proses dan memori episodik
pada khususnya (Heaton, Taylor, & Manly, 2003).Dengan memandang efek
pendidikan terhadap orang Zambia, terdapat alasan untuk menduga variabilitas
dibandingkan negara-negara Barat dan dari waktu ke waktu di Zambia itu
sendiri.Bahasa Inggris sudah menjadi bahasa resmi sejak zaman kolonial Inggris,
dan digunakan dalam sistem sekolah, tapi total ada 10 bahasa utama yang
digunakan untuk berbicara di berbagai segmen populasi dan kebanyakan
penduduk bicara paling tidak dengan dua bahasa lokal selain bahasa Inggris
(Serpell, 2014).Juga, sementara sistem sekolah di Zambia secara konsisten

didasarkan pada model Inggris, perubahan besar dalam sistem sekolah sudah
terjadi sejak negara ini memperoleh kemerdekaan tahun 1964.Perubahan ini, pada
akhirnya, bisa mempengaruhi tingkatan dimana kahlian akademik dan mungkin
proses kognitif lain (seperti keahlian berkomunikasi, memorisasi vs tekanan
pemecahan masalah) dikembangkan dan dipraktekkan selama kerangka waktu
yang berbeda.Singkatnya, dekade pertamasetelah kemerdekaan politik tahun 1964

melihat pertumbuhancepat dalam jumlah pribumi Zambia yang mendaftar di
sekolah dasar, bersamaan dengan desegregasi dari sistem sekolah yang
distratifikasi secara rasial yang didirikandi kota-kota oleh pemerintahan
kolonial.Meskipun pemerintah sudah banyak berinvestasi dalam konstruksi
sekolah menengah baru dan universitas nasional, infrastruktur sekolah dasar
belum diperluas secara memadai untuk mengakomodasi banyaknya siswa baru,
yang mengakibatkan terlalu penuhnya ruang kelas dengan rasio guru-siswa yang
rendah.Singkatnya, setelah kemerdekaan, pemerintah memasukkan ke dalam
kurikulum sekolah dasar yang lebih rendah suatu program pendalaman dalam
bahasa Inggris, dan menyebarkannya di seluruh negeri sekitar tahun 1970.Ini
menimbulkan distribusi bimodalprestasi pendidikan.Di satu sisi, kelompok yang
relatif kecil (sekitar 30%) benar-benar menguasai bahasa Inggris (yang
digunakansebagai media komunikasi di rumah dalam beberapa keluarga Zambia),
memfasilitasi performa yang lebih baik dalam kurikulum dasar yang lebih tinggi
yang semuanya sudah diberikan dalam bahasa Inggris.Di sisi lain, sekitar 30%
lainnya tidak berhasil menguasai bahasa tersebut dan meninggalkan sekolah
setelah beberapa tahun, semuanya hampir buta huruf.Kesulitan berikutnya dalam

bidang pendidikan di Zambia dari waktu ke waktu, resesi ekonomi mulai terjadi
pada akhir tahun 1970-an dan mencapai titik nadirnya pada tahun 1990-an.Hal ini

memicu penurunan drastis daya beli pendapatan pegawai negeri yang
mengakibatkan penurunan semangat dalam pengabdian pendidikan.Selama
periode yang sama, pandemik AIDS menyerang populasi umum dan dunia
pendidikan dengan keras (1990-an), yang kemudian menurunkan jumlah guru,
dan menekan rasio guru-siswa.Resesi ekonomi juga menyebabkan tidak
terjangkaunya percetakan, distribusi dan pembelian oleh keluarga atas bahan
ajar/belajar seperti buku teks.Sehingga, sampai akhir tahun 1990-an siswa yang
terdaftar di sekolah dasar negeri mengalami perpaduan masalah buruknya
desainkurikulum, minimnya bahan pengajaran/pendidikan,kurangnya tenaga,
ruang kelas yang penuh sesak dan guru yang dipekerjakan dengan gaji tidak layak
dan seringabsen karena semangat kerja rendah dan sakit.Tingkat pendaftaran jatuh
secara dramatis, dan hasil belajar umumnya dianggap buruk (Beyani,
2013).Kemudian pada akhir 1990-an dan awal 2000-an, diperkenalkan program
dana besar dari Bank Dunia yang disebut Basic Education Subsector Investment
Program, yang membangun sekolah-sekolah baru, memberikan bahan pengajaranpembelajaran baru, dan melatih guru-guru baru, yang menghasilkan angka
pendaftaran yang jauh lebih tinggi daripada pada pertengahan 1990-an (World
Bank, 2007).Karena alasan inilah kami menambahkan uji bacaan lisan pada
deretan uji NP untuk menggali apakah terdapat pengaruh unik dari kualitas
pendidikan seperti indeks dari keahlian membaca sekarang dalam bahasa Inggris
(Byrd, Sanchez, & Manly, 2005).Kami memilih untuk menggunakan Zambian


Achievement Ujit (ZAT) untuk tujuan ini, yang sudah mengalami standarisasi
untuk sistem sekolah di Zambia (Stemler dkk., 2009), dengan alasan bahwa ini
bisa berfungsi sebagai indeks fluktuasi historis dalam kualitas pendidikan Zambia.
Pada gilirannya, skor membaca bisa meningkatkan prediksi demografis dari
performa uji NP normal di Zambia dan berfungsi sebagai komponen yang berguna
dari standar normatif yang dikoreksi secara demografis.Kami juga memasukkan
uji membaca dari Amerika Serikat (Wide Range Achievement Ujit [edisi ke-4];
Wilkinson dan Robertson, 2006) untuk tujuan perbandingan, karena uji ini lebih
luas

digunakan

di

negara-negara

berbahasa-Inggris

lainnya


(khususnya

Barat).Karena penduduk daerah perkotaan versus daerah perdesaanZambia
mungkin memiliki latar belakang budaya dan sosial-ekonomi yang sedikit
berbeda,

kami

juga

tertarik

dalam

menentukan

apakah

terdapat


perbedaanperforma uji NP di daerah perkotaandibandingkan dengan daerah
pedalaman.Mungkin pertanyaan praktis yang terpenting tentang penggunaan
norma AS di Zambia adalah apakah mereka bisa berlebihan mengklasifikasi
“pemburukan” populasi tersebut.Bila ya,kami berencana memberikan norma NP
baru dan dikoreksi secara demografis berdasarkan himpunan data sekarang, yang
bisa memfasilitasi penelitian NP di masa mendatang disana dan di negara-negara
non-Barat yang lain.
Metode
Perekrutan Partisipan

Sampel direkrut pada tahun 2010 dari klinik medis yang terlibat aktif dalam
screening HIV di daerah perkotaan maupun perdesaan.Tahun 2009, estimasi
14,3% dari 12,9 juta penduduk Zambia terinfeksi HIV, dan Zambia menempati
peringkat ketujuh diantara negara-negara paling terinfeksi epidemik ini (National
AIDS Council, 2010).Sebagai konsekuensi, prioritas nasional adalah sangat
menganjurkan pemeriksaan status HIV di seluruh negeri.Team Manajemen
Kesehatan Distrik (DHMT: District Health Management Team) dari setiap distrik
didekati untuk mendapatkan ijin untuk memiliki akses ke pusat-pusat kesehatan
yang berbeda di daerah jangkauan mereka.DHMT juga memberi pedoman untuk

mengklasifikasi klinik mana yang termasuk perkotaan versus perdesaan.Klinik di
perkotaan semuanya ada di Distrik Lusaka, sementara partisipan perdesaanberasal
dari klinik ada di Distrik Chongwe, Chibombo, dan Kafue.Klinik khusus dipilih
sebagai daerah perekrutan untuk orang dewasa normal yang tak terinfeksi-HIV
karena mereka diletakkan dengan baik untuk mencakup individu seronegatif HIV
yang dikonfirmasi tanpa menyebabkan keprihatinan yang tak sepantasnya, karena
klinik

melakukan

layanan

konsultasi

dan

pemeriksaan

rutin

secara

sukarela.Orang-orang dewasa yang diperiksa negatif dikontak sebagai partisipan
potensial untuk penelitian sekarang.Identifikasi aktual dari individu negatif HIV
dilakukan oleh staf klinik yang menyampaikan detail kontak dari partisipan yang
memenuhi syarat kepada tim penelitian setelah diperiksa HIV seronegatif pada
pengujian ELISA.
Prosedur

Sembilan mahasiswa neuropsikologi terlatih merekrut dan memeriksa 324
partisipan dalam sesi tunggal yang memerlukan waktu rata-rata 2 jam 30 menit
per partisipan agar selesai.Siswa-siswa yang melakukan pemeriksaan ini
semuanya terlatih secara individual di bawah supervisi untuk melakukan
pemeriksaan, diikuti dengan ujian praktek dan teori untuk memastikan bahwa
mereka memiliki kualifikasi yang diperlukan untuk dapat mengatur dan membuat
skor

ujian.Supervisi

dilakukan

oleh

anggota

staf

senior

laboratorium

neuropsikologi di University of California di San Diego; Norwegian University of
Science and Technology, Trondheim, Norwegia, dan seorang psikolog klinik dari
Zambia.
Pemeriksaan dilakukan di klinik dimana partisipannya direkrut.Selama proses
wawancara terstruktur sebelum pengadaan uji, partisipan diberi kuesioner dengan
bagian mengenai karakteristik demografis, dan informasi terperinci tentang
pendidikan, medis, dan psikiatrik.Mereka juga ditanya tentang praktek
penggunaan obat dan alkohol dilihat dari frekuensi dan kebaruan konsumsi, dan
juga jumlah tipikal yang dikonsumsi per kesempatan.Sebagai sebuah aturan untuk
memastikan hasil uji yang reliabel, setiap protokol uji pertama kali diberi skor
oleh penguji yang melaksanakan uji tersebut, pemberian skor ini kemudian
diulang secara terpisah oleh penguji kedua.Perubahan skor dalam semua protokol
kemudian diulas bersama dengan para penguji berpengalaman dalam konferensi
meja bundar.
Subyek

Kriteria inklusi dan eksklusi.Subyek dapat diinklusi apabila mereka
seronegatif HIV, menyelesaikan paling tidak 5 tahun sekolah, dengan usia berkisar
20 sampai 65 tahun dan mampu berbicara dan memahami bahasa Inggris.Kriteria
eksklusinya adalah riwayat kondisi neurologis atau psikiatris apapun yang
signifikan seperti epilepsi, luka kepala tertutup dengan akibat hilangnya
kesadaran, riwayat kelainan ensefalitis,skizofrenia atau bipolar.Total 324 orang
dewasa Zambia sehat direkrut.Mereka berjumlah 157 (48,5%) pria dan 167
(51,5%) wanita, dengan usia rata-rata 38,5 tahun (SD = 12,80) tahun dan tingkat
pendidikan rata-rata 11,0 tahun (SD = 2,58).Strategi pengambilan sampel
melibatkan rekrutmen bertingkat berdasarkan kelompok usia (kisaran 20-65
tahun), kelompok pendidikan (dari 5-19 tahun), jenis kelamin, dan latar belakang
perdesaan versus perkotaan (lihat Tabel 1).Total 152 (46,9%) orang berlatar
belakang perdesaan dan 172 (53,1%) orang berlatar belakang perkotaan.Semua
partisipan dapat memahami bahasa Inggris dan sekolah mereka dalam bahasa
Inggris.Media pengajaran untuk semua sekolah Zambia dari Kelas 5 keatas
terbiasa dalam bahasa Inggris.Dengan tingkat selesai sekolah minimum pada
Kelas 5, semua partisipan seharusnya mampu membaca dan memahami bahasa
Inggris pada tingkat praktek.Bagaimanapun, pada praktek, survei skala-besar
terbaru tentang kemampuan membaca di sekolah negeri Zambia melaporkan
bahwa pada tahun 2007 persentase pembelajar Kelas 6 mampu membaca (dalam
bahasa Inggris) diatas Level 1, 2, dan 3 (pra-membaca, membaca darurat,
membaca dasar) hanyalah 24%.Persentase mereka yang bisa membaca diluar itu
lebih tiggi diantara mahasiwa berlatar belakang perkotaan dan sosial-ekonomi

yang lebih tinggi, tetapi dalam kelompok ini tidak melebihi 50%.Oleh karena itu,
satu deskripsi yang tepat tentang level literasi bahasa Inggris dari kelompok
dengan kisaran sekolah terendah (dasar, Kelas 5 sampai 7) sangatlah bervariasi,
berkisar dari memadai untuk memahami pengajaran tertulis dasar sampai hampir
buta huruf.Inilah salah satu alasan bahwa penilaian membaca formal dilakukan
dalam penelitian ini.Lihat Tabel 1 untuk distribusi sampel menurut karakteristik
demografis.
Usia
Tabel 1 meringkaskan distribusi usia dalam sampel penelitian.Usia berkisar
dari 20 sampai65 tahun.Partisipan dikelompokkan dalam kategori kisaran-usia,
dan frekuensi khusus ditargetkan dalam kisaran usia 20-25, 26-35, 36-45, 46-55,
dan 56+ tahun.
Pendidikan
Kami hanya menghitung tahun penuh pelajaran akademik regular yang
sepenuhnya selesai.Tahun-tahun dimana orang-orang terutama berada dalam
penempatan pendidikan khusus, atau dalam kelas reguler tetapi mencapai semua
kelas yang gagal, tidak dihitung.Misalnya, seseorang yang drop out dari sekolah
selama tahun ke-11 diberikan kredituntuk 10 tahun, asalkan ia (paling sedikit
dilaporkan) sudah melewati kelas di kelas reguler sampai waktu itu.Kami
mempertimbangkan

tingkat

pendidikan

seperti

terdapat

dalam

Zambia

Demographic Health Survey (lihat Gambar 1).Dalam rekrutmen partisipan, kami
tidak menghitung pelatihan kejuruan dalam tahun pendidikan.

Deretan Ujian
Pemeriksaan perilaku syaraf (neurobehavioral) dengan wawancara terstruktur
dilakukan 2 sampai 4 jam (M = 2,5 jam).Pemeriksanaan ini terdiridari 17 uji NP
yang meliputi tujuhranah kemampuan: kelancaran verbal, perhatian/memori kerja,
kecepatan proses, memori episodik verbal, memori episodik visual, fungsi
eksekutif, dan keahlian motor (lihat Tabel 2 untuk daftar uji khusus).Untuk
Category and Wisconsin Card Sorting Tests, digunakan versi instrumen
komputerisasi.Karena keahlian membaca lisan bisa merefleksi kualitas pendidikan
(Manly, Touradji, Tang, & Sten, 2003), tingkat literasi berdasarkan ZAT
(O’Bryant dkk.,2007; Ryan dkk., 2005; Stemler dkk., 2009) diinklusi sebagai
tambahan

potensial

pada

tahun

pendidikan

untuk

prestasi

akademik.SubujiPengenalan Bacaan (Reading Recognition) (huruf dan kata) dari
ZAT, yang merupakan uji yang diatur secara individu yang dibuat untuk
mengukur prestasi akademik pada anak-anak Zambia Kelas 1 sampai 7
diinklusi.Meskipun uji ini dilakukan untuk anak-anak, uji itu bisa juga digunakan
untuk orang dewasa karena butir-butirnya berisi kata-kata yang digunakan dalam
bahasa keseharian dan uji itu merupakan norma pada level nilai.Seperti tersebut
diatas, uji membaca WRAT-4 juga dilakukan; ini digunakan secara luas di
Amerika Serikat dan negara-negara Barat yang berbahasa Inggris lainnya, tetapi
tidak distandarisasi untuk kesulitan item di Zambia.Dengan pengecualian ZAT,
deretan uji NP yang hampir sama digunakan dalam penelitian yang sedang
berlangsung dan sudah selesai di Amerika Serikat dan beberapa tempat
internasional (China, India, Brazil, Romania, Kamerun, Afrika Selatan), dengan

koordinasi olehHIV Neurobehaviorial Research CenterUniversity of CaliforniaSan Diego (Kanmogne dkk., 2010; Heaton dkk., 2008; Heaton dkk., 2010).Uji
tersebut merupakan instrumen NP terkenal dan digunakan secara luas dalam
penelitian neurobehaviorial tentang HIV/AIDS (Gupta dkk., 2011; Heaton dkk.,
2010; Heaton dkk., 2008; Hestad dkk., 2012;Kanmogne dkk., 2010; Woods dkk.,
2004).Hestad dkk. berhasil menggunakan uji ini dalam penelitian ujicoba di
Zambia yang merekrut partisipan dari klinik HIV di Lusaka.Bagaimanapun, tidak
ada penelitian internasional di sana yang merupakan usaha untuk menentukan
bagaimana partisipan melakukan sesuai dengan norma asli AS.Semua partisipan
dalam penelitian ini diatur dalam deretan uji neurobehaviorial dalam urutan yang
sama, dengan instruksi terstandar.Kami membuat beberapa akomodasi tentang
HVLT-R.Agar lebih tepat secara budaya, semua batu berharga dirubah menjadi
logam.Untuk percobaan pembelajaran, logam itu adalah tembaga, besi, timah, dan
seng.Dalam percobaan pengenalan, baja dan perunggu ditambahkan.Alasan untuk
ini adalah bahwa beberapa batu berharga tidak terkenal di Zambia.Selain itu, kami
menggunakan “Kwacha” (yang menjadi mata uang resmi di Zambia) untuk kata
“sen dollar” dalam Percobaan Pengenalan.
Norma AS
Untuk beberapa analisis, skor-skor uji NP kasar dikonversi menjadi skor
berskala yang dikoreksi dan terdistribusi normal (normally distributed,
uncorrected scaled scores) (M = 10, SD = 3), dan kemudian skor T yang
dikoreksi secara demografis berdasarkan sampel normatif Afrika Amerika (Heaton
dkk., 2004; Norman dkk., 2011).Skor-skorT ini dikoreksi untuk usia, pendidikan,

dan jenis kelamin, dan dalam sampel normatif AS memiliki mean 50 dan
cutoffdeviasi standar 10.A1 (T < 40) digunakan untuk menentukan angka
“pemburukan” dalam sampel Zambia sehat berdasarkan norma AS; angka
kesalahan positif palsu(false positive error rates) yang diperkirakan yang
menggunakan cutoff ini adalah sekitar 16% (Heaton dkk., 2004; Taylor & Heaton,
2001).
Perkembangan Norma yang Dikoreksi Secara Demografis untuk Zambia
Dua himpunan norma Zambia dibuat.Dalam himpunan pertama, skor
dikoreksi untuk usia (dalam tahun), pendidikan (dalam tahun), jenis kelamin, dan
latar belakang perkotaan/perdesaan.Dalam himpunan kedua, ZAT ditambahkan
pada daftar prediktor demografi.Pengembangan norma Zambia pada dasarnya
mencerminkan

proses

yang

digunakan

untuk

membuat

data

normatif

AS.Khususnya, nilai uji kasar dikonversi menjadi skor berskala yang terdistribusi
normal dengan memperoleh kuantil terstandarisasi ini dan menskalakan skor-skor
tersebut agar memiliki mean 10 dan deviasi standar 3, dimana nilai yang lebih
tinggi selalu dikaitkan dengan performa yang lebih baik untuk perbandingan.Skor
yang di-skala kemudian diregresi pada prediktor demografis tersebut diatas
menggunakan polinomial fraksional untuk prediktor angka (usia, pendidikan, dan
ZAT).Polinomial fraksional memungkinkan penggunaan istilah nonlinear (seperti
kuadratik), bila polinomial itu menunjukkan peningkatan yang signifikan secara
statistik (p < 0,05) atas garis lurus sederhana (Royston & Altman,
1994).Algorhitma dapat memilih antara 36 kombinasi linier daritransformasi
kekuatan: X-2, X-1, X-0,5, log(X), X0,5, X, X2, X3 (dimana X adalah prediktor

demografis angka).Residu terstandarisasi dari regresi multivariabel di- skalakembali untuk membentuk skor T yang dikoreksi secara demografis (M = 50, SD
= 10).Skor di-skala global (global scaled scores) dan skor T dihitung sebagai
rerata dari skor-skor yang relevan untuk uji individual.Analisis ini dilakukan
dengan software statistik R (R Core Team, 2013) dan R package mfp (Ambler &
Benner, 2010).Akhirnya untuk mengklasifikasi dan mengukur “pemburukan”
pada deretan uji total, skor-skor defisit Global (GDSs: Global deficit scores)
dikomputasi.Skor ringkasan ini didasarkan pada skor T yang dikoreksi secara
demografis

menurut

prosedur

yang

digambarkan

dalam

Heaton

dkk.

(2004).Singkat kata, setiap skor T UjiNP dikonversi menjadi skor defisit (DS:
deficit score) yang berkisar dari 0 sampai 5 : DS 0 = T > = 40, “normal”; DS 1 = T
35-39, “pemburukan ringan”; DS 2 = T 30-34, “ringan menuju moderat”; DS 3 =
T 25-29, “moderat”; DS 4 = T 20-24, “moderat menuju keras”; DS 5 = T < 20,
“keras”.GDS adalah rerata dari skor defisit ini, yang merefleksikan jumlah dan
severitas defisit pada deretan NP total.Cutoffstandar untuk pemburukan pada GDS
adalah > = 0,50 (Carey dkk., 2004; Heaton dkk., 2004).
Pertimbangan Etis
Pada semua tahapan penelitian daripengumpulan data, analisis data dan
presentasi temuan, praktek etika seperti melindungi kerahasiaan diikuti dengan
hati-hati.Partisipan memberikan persetujuan tertulis setelah dijelaskan dan
membaca kondisi penelitian, dan setelah ditanya penguji apakah mereka
memahami tujuan penelitian.

Mereka diperbolehkan untuk beristirahat selama sesi ujian bila mereka
merasa lelah.Partisipan dibayar 50 Kwacha (sekitar AS$ 10,00) untuk waktu yang
dihabiskan selama ujian NP.Penelitian itu sudah disetujui oleh Research and
Ethics Committee di the University of Zambia.
Hasil
Pertanyaan penelitian pertama kami adalah apakah uji tersebut bisa
digunakan di semua lokasi penelitian yang berbeda di Zambia (perdesaan dan
perkotaan) tanpa kesulitan yang dialami partisipan dalam memahami dan
mengikuti instruksi uji standar. Jawabannya disini utamanya ya.Bagaimanapun,
beberapa partisipan di daerah perdesaan awalnya kesulitan mengulangi kata-kata
pasti dari daftar Hopkins Verbal Learning Test-Revised (HLVT-R) yang sudah
dibacakan untuk mereka. Ketika daftar itu sedang dibaca, partisipan terlihat
menghubungkan kata-kata yang mereka dengar dengan kata-kata lain dalam
bahasa Inggris yang mereka ketahui, dan tidak terlihat mengapresiasi instruksi
untuk mengingat kata-kata pasti yang sama yang disampaikan pada mereka.
Hasilnya, penguji memberi perhatian lebih pada performa partisipan ini untuk
memastikan bahwa instruksinya dipahami dan diikuti. Selain itu, saat itu penguji
harus memberi instruksi tambahan dalam terjemahan yang tidak-standar dari
bahasa Inggris berlogat lokal atau “bahasa Inggris revisi”. Pengamatan dan solusi
ini dibagi bersama penguji dan upaya dilakukan untuk mengeksklusi data apapun
yang dianggap tidak valid. Tabel 2 menunjukkan rerata skor kasar uji NP dan
deviasi standar.

Hasil pada skor T AS bisa dilihat pada Tabel 3, yang berkisar pada rata-rata
dari 1 ½ deviasi standar dibawah rerata 50 di AS (Bagian A dari Trail Making
Test, T = 34,0) sampai sekitar ½ deviasi standar dibawah kebanyakan uji, dengan
pengecualian tunggal dari uji WMS-III Spatial Span tentang memori kerja yang
dekat dengan harapan normatif AS (T = 49,2). Tabel 3 juga membandingkan
persentase varians dalam skor-skor kasar versus skor-skor T AS yang dapat
dijelaskan oleh variabel demografis dasar seperti usia, pendidikan, dan jenis
kelamin (kolom 3). Ada efek demografis dasar untuk skor kasar uji NP, seperti
diharapkan, dan pada kebanyakan uji R2 berkurang secara substansial untuk skor
T AS. Bagaimanapun, ada pengecualian penting di mana R2 secara aktual lebih
tinggi untuk skor T. Analisis lanjutan mengindikasikan bahwa ini cenderung
terjadi terutama pada uji kecepatan proses (WAIS-III Digit Symbol and Symbol
Search) dan memori episodik visual (BVMT-R Learning and Delayed Recall)
dimana wanita Afrika Amerika dalam sampel normatif AS melakukan lebih baik
dari pria, sementara wanita Zambia demikian. Efeknya, norma “AS”
mengharapkan wanita memiliki pemburukan pada uji-uji ini. Kegagalan wanita
Zambia untuk mengungguli pria pada uji-uji ini mengakibatkan “efek demografis”
yang jauh lebih besar daripada yang terdapat dalam skor kasar. Akhirnya, kolom
terakhir pada Tabel 3 mengindikasikan persen dari orang dewasa Zambia normal
yang ingin diklasifikasi sebagai “memburuk” (T = 0,50), angka
pemburukan itu adalah 62% untuk norma AS (lihat Tabel 3) versus 14% dan 12%
masing-masing untuk norma Zambia dengan dan tanpa ZAT.