PERILAKU AGRESIF PADA POLISI LALU LINTAS
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil)
Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007
Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559
PERILAKU AGRESIF PADA POLISI LALU LINTAS
DI TERMINAL BLOK M-JAKARTA
Satria Ajie Pribadi
Dessy Fitrianti
Nabilla Irfani
Quroyzhin Kartika Rini
Anita Zulkaida
Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma
fightforhawa@plasa.com, billa_emon@yahoo.com
quroyzhin@yahoo.co.id, zulkaida03@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang bentuk-bentuk, faktor-faktor penyebab
serta dampak perilaku agresif Polisi Lalu Lintas terminal Blok M terhadap masyarakat
pengguna terminal Blok M. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data
diperoleh dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Wawancara dilakukan
terhadap supir angkutan, pedagang dan penumpang angkutan umum. Hasil menunjukkan
adanya beberapa bentuk perilaku agresif polisi lalu lintas terminal Blok M, baik yang
bersifat fisik (memukul body atau kaca mobil angkutan, menendang body mobil), verbal
(memaki-maki, membentak, menghardik), serta yang bersifat nonverbal (memasang wajah
garang/tidak bersahabat). Diketahui pula bahwa faktor kepadatan/kemacetan, kualitas
udara, maupun pengguna terminal yang tidak tertib sering menjadi pemicu perilaku agresif
Polisi Lalu Lintas terminal Blok M. Perilaku agresif Polisi Lalu Lintas terminal Blok M juga
ini juga berdampak pada image Polisi Lalu Lintas terminal Blok M yang dianggap kurang
baik, sebagai konsekuensi mereka ketika bertugas.
Kata Kunci : Perilaku Agresif, Polisi Lalu Lintas, Terminal Blok M
PENDAHULUAN
DKI Jakarta adalah salah satu kota besar di
Indonesia. Sebagai kota Metropolitan, Jakarta
menjadi sentral dari segala kegiatan masyarakat
kota seperti bisnis, pusat pemerintahan,
pendidikan, pusat perbelanjaan, dan lain lain.
Salah satu aspek yang penting di Jakarta adalah
masalah transportasi. Transportasi menjadi suatu
kebutuhan
yang
sangat
penting
untuk
menjalankan segala kegiatan yang ada di
Jakarta. Oleh sebab itu, untuk mengatur
transportasi bagi masyarakat salah satunya
adalah dengan penyediaan terminal di berbagai
daerah di Jakarta. Terminal berguna sebagai
tempat pemberhentian angkutan umum baik
dalam kota maupun antar kota.
Salah satu terminal yang padat dan
sering digunakan oleh masyarakat Jakarta adalah
terminal Blok M. Terminal Blok M memiliki letak
yang strategis di Jakarta selatan. Terminal Blok
M memiliki 2 jalur masuk dan 6 jalur keluar bus
dalam kota maupun antar kota ditambah 1 jalur
Trans-Jakarta (Busway). Selain itu, terminal Blok
M juga dikelilingi oleh pusat perbelanjaan dan
perkantoran.
Dengan segala kelengkapan yang ada di
terminal Blok M dari mulai pusat perbelanjaan
B38
hingga perkantoran maka membuat terminal Blok
M menjadi sangat padat dan kerapkali
menimbulkan ketidaklancaran dan ketidaktertiban
lalu lintas serta kebisingan. Oleh sebab itu,
pengelola terminal Blok M bekerjasama dengan
Dinas Lalu Lintas (DLLAJ) dan Polisi Lalu Lintas
wilayah setempat. Polisi Lalu Lintas merupakan
aparat yang bertugas memberikan pelayanan
kepada
masyarakat
untuk
menciptakan
keamanan, ketertiban, dan kelancaran berlalu
lintas. Namun, dengan segala kondisi yang ada di
terminal Blok M, seperti kepadatan, keruwetan,
dan kebisingan sangat mungkin menyebabkan
Polisi Lalu Lintas menjadi mudah merasa marah,
kesal dan frustasi terhadap ketidaktertiban dan
ketidaklancaran yang terjadi dimana hal ini
merupakan sebab timbulnya perilaku agresif.
Berdasarkan gambaran diatas, penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam
mengenai gambaran perilaku agresif Polisi Lalu
Lintas di terminal Blok M, faktor-faktor yang
mempengaruhi agresifitas Polisi Lalu Lintas di
terminal Blok M, serta mengetahui dampak
perilaku agresif tersebut terhadap pengguna
terminal Blok M.
Perilaku Agresif pada Polisi….
Pribadi
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil)
Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Agresi
Perilaku agresif adalah perilaku fisik atau lisan
yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti
dan merugikan orang lain. Jenis Agresi
digolongkan menjadi dua, yaitu (1) agresi
permusuhan (hostile aggression) semata- mata
dilakukan dengan maksud menyakiti orang lain
atau sebagai ungkapan kemarahan dan ditandai
dengan emosi yang tinggi. Perilaku agresif dalam
jenis pertama ini adalah tujuan dari agresi itu
sendiri dan (2) agresi instrumental (instrumental
aggression) pada umumnya tidak disertai emosi.
Perilaku agresif hanya merupakan sarana untuk
mencapai tujuan lain selain penderitaan
korbannya. Agresi instrumental mencakup
perkelahian untuk membela diri, penyerangan
terhadap seseorang ketika terjadi perampokan,
perkelahian untuk membuktikan kekuasaan atau
dominasi seseorang (Myers dalam Sarwono,
2002).
Perbedaan kedua jenis agresi ini terletak pada
tujuan yang mendasarinya. Jenis pertama
semata- mata untuk melampiaskan emosi,
sedangkan agresi jenis kedua dilakukan untuk
mencapai tujuan lain.
Bentuk-bentuk Agresi
Bentuk atau ekspresi agresi dapat berupa fisik
maupun verbal. Agresi yang berbentuk fisik
seperti memukul, menendang, melempar,
merusak serta bentuk- bentuk lain yang dapat
mengakibatkan sakit/ luka pada objek atau
sumber frustasi. Sedangkan bentuk agresi yang
bersifat verbal seperti mencaci- maki, berteriakteriak, mengeluarkan kata- kata yang kasar/ kotor
dan bentuk- bentuk lain yang sifatnya verbal/
lisan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Agresi
Faktor- faktor yang dapat menjadi pencetus
munculnya agresifitas pada diri seseorang
diantaranya: kondisi kemiskinan, kepadatan yang
berlebihan, tindakan pemegang otoritas seperti
polisi dan nilai kelompok kultural seseorang.
Teori-teori Agresi
1. Teori Frustrasi - Agresi
Teori frustrasi-agresi atau hipotesis frustrasiagresi (frustration-aggression hypothesis)
berasumsi bahwa bila usaha seseorang
untuk mencapai suatu tujuan mengalami
Perilaku Agresif Pada Polisi ….
Pribadi
Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559
hambatan, akan timbul dorongan agresif
yang pada gilirannya akan memotivasi
perilaku yang dirancang untuk melukai orang
atau objek yang menyebabkan frustrasi
(Dollard dkk dalam Prabowo, 1998). Menurut
formulasi ini, agresi bukan dorongan bawaan,
tetapi karena frustrasi merupakan kondisi
yang
cukup
universal,
agresi
tetap
merupakan dorongan yang harus disalurkan.
2. Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial lebih memperhatikan
faktor tarikan dari luar. Bandura (dalam
Sarwono, 2002) mengatakan bahwa dalam
kehidupan sehari- hari pun perilaku agresif
dipelajari dari model yang dilihat dalam
keluarga, dalam lingkungan kebudayaan
setempat atau melalui media massa.
3. Teori Kognitif
Teori kognitif berintikan pada proses yang
terjadi pada kesadaran dalam membuat
penggolongan (kategorisasi), pemberian
sifatsifat
(atribusi),
penilaian,
dan
pembuatan keputusan. Dalam hubungan
antara
dua
orang,
kesalahan
atau
penyimpangan dalam pemberian atribusi juga
dapat menyebabkan agresi (Johnson & Rule
dalam Prabowo, 1998).
4. Teori Beban Stimulus (stimulus load theory)
Cohen menyatakan bahwa teori ini memiliki
titik sentral yaitu adanya dugaan bahwa
manusia memiliki kapasitas yang terbatas
dalam memproses informasi. Ketika input /
masukan (stimulus) melebihi kapasitas, maka
orang
cenderung
untuk
mengabaikan
beberapa masukan dan mencurahkan
perhatian lebih banyak kepada hal yang lain
(Veitch & Arkkelin, dalam Prabowo, 1998).
Umumnya stimulus tertentu yang paling
penting diperhatikan dengan alokasi waktu
yang banyak dan stimulus yang kurang
penting umumnya diabaikan (Sarwono, 2002;
Veitch & Arkkelin, dalam Prabowo, 1998).
5. Teori Kualitas Lingkungan
Strategi yang dipilih seseorang untuk
stimulus mana yang diprioritaskan atau
diabaikan pada suatu waktu tertentu akan
menentukan reaksi positif atau negatif
terhadap lingkungan. Berikutnya adalah teori
Kualitas Lingkungan yang salah satunya
meliputi kualitas fisik (ambient condition).
Berbicara mengenai kualitas fisik (ambient
condition), Rahardjani dan Ancok (dalam
Prabowo, 1998) menyajikan beberapa
kualitas fisik yang mempengaruhi perilaku
yaitu: kebisingan, temperatur, kualitas udara,
pencahayaan dan warna. Menurut Ancok
(dalam Prabowo, 1998), keadaan bising dan
temperatur yang tinggi akan mempengaruhi
B39
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil)
Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007
emosi para penghuni. Sedangkan menurut
Holahan (dalam Prabowo, 1998) tingginya
suhu dan polusi udara paling tidak dapat
menimbulkan dua efek yaitu efek kesehatan
dan efek perilaku.
Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559
menyeluruh dan kompleks yang disajikan dengan
kata-kata, melaporkan pandangan terinci dari
para sumber informasi, serta dilakukan dalam
latar atau setting yang alamiah. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode wawancara
terstruktur dan observasi atau pengamatan
berstruktur. Wawancara dilakukan terhadap
pengguna terminal Blok M yaitu supir angkutan,
pedagang yang ada di kawasan terminal Blok M
dan penumpang angkutan umum. Observasi
dilakukan terhadap situasi terminal Blok M dan
perilaku polisi di terminal Blok M.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif. Menurut Creswell
(2003) paradigma kualitatif adalah suatu proses
untuk memahami masalah-masalah manusia
atau sosial dengan menciptakan gambaran
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1
Hasil Observasi
Bentuk Perilaku Agresif
Fisik
• Memukul dan menendang body bus
Deskripsi
•
• Memukul kaca mobil
Verbal
• Memaki
•
•
•
Berteriak kepada supir
Non-verbal
• Memasang wajah tak bersahabat / sinis
•
Meniup pluit dengan keras
•
Berkacak pinggang
•
Menghardik
Dari hasil observasi dan wawancara diatas,
dapat diketahui bahwa terdapat kesesuaian
antara hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan oleh peneliti dimana terjadi perilaku
agresif yang dilakukan oleh Polisi Lalu Lintas di
terminal Blok M. Namun demikian, dari hasil
wawancara peneliti dengan beberapa Polisi Lalu
Lintas terminal Blok M tidak ditemukan
kesesuaian dengan kenyataan di lapangan.
Diketahui bawa tidak semua Polisi Lalu Lintas di
terminal Blok M melakukan perilaku agresif .
Dalam penelitian ini, peneliti mengalami kendala
untuk memperoleh informasi dari Polisi Lalu
Lintas terminal Blok M yang benar-benar
berperilaku agresif.
Secara umum, perilaku agresif yang
dilakukan oleh Polisi Lalu Lintas di terminal Blok
B40
•
•
•
•
•
Pada saat bus sengaja memotong jalur
sehingga membuat padat jalur sebelah
kanan
Pada saat bus tidak segera jalan
Pada saat supir bus tidak mau jalan
sehingga menimbulkan kemacetan
Supir bus sengaja berlama-lama tidak
mau jalan untuk menunggu penumpang
Ketika mengatur lalu lintas di siang hari
Supir mengangkut penumpang terlalu
lama
Polisi yang sedang mengatur lalu lintas
Supir bus tidak segera berangkat saat
lampu hijau sudah menyala di pintu
keluar
M disebabkan oleh beberapa faktor seperti
faktor cuaca, polusi, dan faktor ketidaktertiban
masyarakat. Hal ini sesuai dengan teori
frustrasi-agresi atau hipotesis frustrasi-agresi
(frustration-aggression hypothesis) berasumsi
bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai
suatu tujuan mengalami hambatan, akan timbul
dorongan agresif yang pada gilirannya akan
memotivasi perilaku yang dirancang untuk
melukai orang atau objek yang menyebabkan
frustrasi (Dollard, dkk. dalam Sarwono, 2002).
Teori belajar sosial lebih memperhatikan faktor
tarikan dari luar. Bandura (dalam Sarwono,
2002) mengatakan bahwa dalam kehidupan
sehari-hari pun perilaku agresif dipelajari dari
model yang dilihat dalam keluarga, lingkungan
kebudayaan setempat, atau media massa.
Perilaku Agresif pada Polisi….
Pribadi
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil)
Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007
Dalam hal ini, keluarga, lingkungan budaya
Polisi Lalu Lintas terminal Blok M serta informasi
Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559
dari media massa yang diterimanya
Tabel 2
Hasil Wawancara
Aspek
Bentuk Perilaku Agresif
1. Fisik
a. Memukul mobil
b. Memecahkan/
mencopot kaca
spion
2.
Verbal
Memaki
Supir
Saat mengangkut
penumpang
sembarangan
Pedagang
Penumpang
karena supir bus
tidak tertib
Supir tidak disiplin
sehingga
menimbulkan
kemacetan
Sering
17.00 – 18.00
1 – 2 orang
Pintu masuk, pintu
keluar dan jalur
kendaraan
Sengaja terlambat
untuk keluar dari
terminal
Jarang
07.00 – 20.00
Pintu masuk
Supir bus
sembarangan
mengambil/
menaikkan
penumpang tidak
pada tempatnya dan
berhenti terlalu lama
Supir bus tidak tertib
Frekuensi
Waktu
Pelaku
Tempat
Sering
17.00 – 19.00
1 orang
Pintu masuk dan
pintu keluar
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku
agresif
Dampak perilaku agresif
terhadap masyarakat
sekitar
Ketidaktertiban,
kemacetan, dan
kepadatan armada
Berpandangan
negatif dan timbul
prasangka terhadap
sosial
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari data yang telah diperoleh peneliti, dapat
disimpulkan bahwa bentuk agresivitas Polisi Lalu
Lintas terminal Blok M berupa fisik meliputi
memukul
dan
menendang
body
bus,
memecahkan atau mencopot kaca spion bus,
verbal meliputi memaki, berteriak kepada supir,
nonverbal meliputi memasang wajah tak
bersahabat (sinis), meniup peluit dengan keras
ke arah supir, berkacak pinggang dan
Perilaku Agresif Pada Polisi ….
Pribadi
Cuaca (situasi dan
kondisi) dan
ketidaktertiban
Kesan yang tidak
baik terhadap polisi
menghardik. Selain itu, dapat diketahui pula
faktor-faktor yang memicu perilaku agresi Polisi
Lalu Lintas terminal Blok M, antara lain faktor
kepadatan atau kemacetan, ketidaktertiban supir
angkutan dalam berlalu lintas, maupun kualitas
udara. Kemudian dampak dari perilaku agresif
Polisi Lalu Lintas terhadap ketertiban supir
angkutan adalah kelancaran dan ketertiban lalu
lintas di sekitar wilayah terminal Blok M namun
hanya pada saat Polisi Lalu Lintas Terminal Blok
M bertugas. Di samping itu, perilaku agresif Polisi
Lalu Lintas Terminal Blok M berdampak pada
B41
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil)
Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007
Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559
timbulnya pandangan negatif dan prasangka
terhadap Polisi Lalu Lintas di terminal Blok M.
membawa tongkat kayu untuk menertibkan
kelancaran lalu lintas di terminal Blok M.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dari penelitian ini diharapkan aparat atau
petugas lalu lintas di terminal Blok M dapat
mencari solusi lain dalam menjaga ketertiban dan
kelancaran lalu lintas di Terminal Blok M tanpa
harus melakukan perilaku agresif terhadap supir
angkutan dan para pengguna terminal Blok M.
Dalam penelitian ini peneliti juga menemukan
bahwa tidak hanya Polisi Lalu Lintas terminal
Blok M yang berperilaku agresif namun juga,
petugas Lalu Lintas lain seperti petugas DLLAJ.
Hal ini terlihat dari hampir semua petugas DLLAJ
yang sedang bertugas di terminal Blok M
Creswell, J.W. 2003. “Research Design :
Qualitative, Quantitative and Mixed Method
Approaches”. California : Sage Publication,
Inc.
Prabowo, H. 1998. “Seri Diktat Kuliah :
Pengantar Psikologi Lingkungan”. Depok
:
Fakultas
Psikologi,
Universitas
Gunadarma.
Sarwono, S.W. 2002. “Psikologi Sosial
(Individu dan Teori- teori Psikologi
Sosial)”. Jakarta : Balai Pustaka.
B42
Perilaku Agresif pada Polisi….
Pribadi
Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007
Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559
PERILAKU AGRESIF PADA POLISI LALU LINTAS
DI TERMINAL BLOK M-JAKARTA
Satria Ajie Pribadi
Dessy Fitrianti
Nabilla Irfani
Quroyzhin Kartika Rini
Anita Zulkaida
Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma
fightforhawa@plasa.com, billa_emon@yahoo.com
quroyzhin@yahoo.co.id, zulkaida03@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang bentuk-bentuk, faktor-faktor penyebab
serta dampak perilaku agresif Polisi Lalu Lintas terminal Blok M terhadap masyarakat
pengguna terminal Blok M. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data
diperoleh dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Wawancara dilakukan
terhadap supir angkutan, pedagang dan penumpang angkutan umum. Hasil menunjukkan
adanya beberapa bentuk perilaku agresif polisi lalu lintas terminal Blok M, baik yang
bersifat fisik (memukul body atau kaca mobil angkutan, menendang body mobil), verbal
(memaki-maki, membentak, menghardik), serta yang bersifat nonverbal (memasang wajah
garang/tidak bersahabat). Diketahui pula bahwa faktor kepadatan/kemacetan, kualitas
udara, maupun pengguna terminal yang tidak tertib sering menjadi pemicu perilaku agresif
Polisi Lalu Lintas terminal Blok M. Perilaku agresif Polisi Lalu Lintas terminal Blok M juga
ini juga berdampak pada image Polisi Lalu Lintas terminal Blok M yang dianggap kurang
baik, sebagai konsekuensi mereka ketika bertugas.
Kata Kunci : Perilaku Agresif, Polisi Lalu Lintas, Terminal Blok M
PENDAHULUAN
DKI Jakarta adalah salah satu kota besar di
Indonesia. Sebagai kota Metropolitan, Jakarta
menjadi sentral dari segala kegiatan masyarakat
kota seperti bisnis, pusat pemerintahan,
pendidikan, pusat perbelanjaan, dan lain lain.
Salah satu aspek yang penting di Jakarta adalah
masalah transportasi. Transportasi menjadi suatu
kebutuhan
yang
sangat
penting
untuk
menjalankan segala kegiatan yang ada di
Jakarta. Oleh sebab itu, untuk mengatur
transportasi bagi masyarakat salah satunya
adalah dengan penyediaan terminal di berbagai
daerah di Jakarta. Terminal berguna sebagai
tempat pemberhentian angkutan umum baik
dalam kota maupun antar kota.
Salah satu terminal yang padat dan
sering digunakan oleh masyarakat Jakarta adalah
terminal Blok M. Terminal Blok M memiliki letak
yang strategis di Jakarta selatan. Terminal Blok
M memiliki 2 jalur masuk dan 6 jalur keluar bus
dalam kota maupun antar kota ditambah 1 jalur
Trans-Jakarta (Busway). Selain itu, terminal Blok
M juga dikelilingi oleh pusat perbelanjaan dan
perkantoran.
Dengan segala kelengkapan yang ada di
terminal Blok M dari mulai pusat perbelanjaan
B38
hingga perkantoran maka membuat terminal Blok
M menjadi sangat padat dan kerapkali
menimbulkan ketidaklancaran dan ketidaktertiban
lalu lintas serta kebisingan. Oleh sebab itu,
pengelola terminal Blok M bekerjasama dengan
Dinas Lalu Lintas (DLLAJ) dan Polisi Lalu Lintas
wilayah setempat. Polisi Lalu Lintas merupakan
aparat yang bertugas memberikan pelayanan
kepada
masyarakat
untuk
menciptakan
keamanan, ketertiban, dan kelancaran berlalu
lintas. Namun, dengan segala kondisi yang ada di
terminal Blok M, seperti kepadatan, keruwetan,
dan kebisingan sangat mungkin menyebabkan
Polisi Lalu Lintas menjadi mudah merasa marah,
kesal dan frustasi terhadap ketidaktertiban dan
ketidaklancaran yang terjadi dimana hal ini
merupakan sebab timbulnya perilaku agresif.
Berdasarkan gambaran diatas, penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam
mengenai gambaran perilaku agresif Polisi Lalu
Lintas di terminal Blok M, faktor-faktor yang
mempengaruhi agresifitas Polisi Lalu Lintas di
terminal Blok M, serta mengetahui dampak
perilaku agresif tersebut terhadap pengguna
terminal Blok M.
Perilaku Agresif pada Polisi….
Pribadi
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil)
Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Agresi
Perilaku agresif adalah perilaku fisik atau lisan
yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti
dan merugikan orang lain. Jenis Agresi
digolongkan menjadi dua, yaitu (1) agresi
permusuhan (hostile aggression) semata- mata
dilakukan dengan maksud menyakiti orang lain
atau sebagai ungkapan kemarahan dan ditandai
dengan emosi yang tinggi. Perilaku agresif dalam
jenis pertama ini adalah tujuan dari agresi itu
sendiri dan (2) agresi instrumental (instrumental
aggression) pada umumnya tidak disertai emosi.
Perilaku agresif hanya merupakan sarana untuk
mencapai tujuan lain selain penderitaan
korbannya. Agresi instrumental mencakup
perkelahian untuk membela diri, penyerangan
terhadap seseorang ketika terjadi perampokan,
perkelahian untuk membuktikan kekuasaan atau
dominasi seseorang (Myers dalam Sarwono,
2002).
Perbedaan kedua jenis agresi ini terletak pada
tujuan yang mendasarinya. Jenis pertama
semata- mata untuk melampiaskan emosi,
sedangkan agresi jenis kedua dilakukan untuk
mencapai tujuan lain.
Bentuk-bentuk Agresi
Bentuk atau ekspresi agresi dapat berupa fisik
maupun verbal. Agresi yang berbentuk fisik
seperti memukul, menendang, melempar,
merusak serta bentuk- bentuk lain yang dapat
mengakibatkan sakit/ luka pada objek atau
sumber frustasi. Sedangkan bentuk agresi yang
bersifat verbal seperti mencaci- maki, berteriakteriak, mengeluarkan kata- kata yang kasar/ kotor
dan bentuk- bentuk lain yang sifatnya verbal/
lisan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Agresi
Faktor- faktor yang dapat menjadi pencetus
munculnya agresifitas pada diri seseorang
diantaranya: kondisi kemiskinan, kepadatan yang
berlebihan, tindakan pemegang otoritas seperti
polisi dan nilai kelompok kultural seseorang.
Teori-teori Agresi
1. Teori Frustrasi - Agresi
Teori frustrasi-agresi atau hipotesis frustrasiagresi (frustration-aggression hypothesis)
berasumsi bahwa bila usaha seseorang
untuk mencapai suatu tujuan mengalami
Perilaku Agresif Pada Polisi ….
Pribadi
Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559
hambatan, akan timbul dorongan agresif
yang pada gilirannya akan memotivasi
perilaku yang dirancang untuk melukai orang
atau objek yang menyebabkan frustrasi
(Dollard dkk dalam Prabowo, 1998). Menurut
formulasi ini, agresi bukan dorongan bawaan,
tetapi karena frustrasi merupakan kondisi
yang
cukup
universal,
agresi
tetap
merupakan dorongan yang harus disalurkan.
2. Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial lebih memperhatikan
faktor tarikan dari luar. Bandura (dalam
Sarwono, 2002) mengatakan bahwa dalam
kehidupan sehari- hari pun perilaku agresif
dipelajari dari model yang dilihat dalam
keluarga, dalam lingkungan kebudayaan
setempat atau melalui media massa.
3. Teori Kognitif
Teori kognitif berintikan pada proses yang
terjadi pada kesadaran dalam membuat
penggolongan (kategorisasi), pemberian
sifatsifat
(atribusi),
penilaian,
dan
pembuatan keputusan. Dalam hubungan
antara
dua
orang,
kesalahan
atau
penyimpangan dalam pemberian atribusi juga
dapat menyebabkan agresi (Johnson & Rule
dalam Prabowo, 1998).
4. Teori Beban Stimulus (stimulus load theory)
Cohen menyatakan bahwa teori ini memiliki
titik sentral yaitu adanya dugaan bahwa
manusia memiliki kapasitas yang terbatas
dalam memproses informasi. Ketika input /
masukan (stimulus) melebihi kapasitas, maka
orang
cenderung
untuk
mengabaikan
beberapa masukan dan mencurahkan
perhatian lebih banyak kepada hal yang lain
(Veitch & Arkkelin, dalam Prabowo, 1998).
Umumnya stimulus tertentu yang paling
penting diperhatikan dengan alokasi waktu
yang banyak dan stimulus yang kurang
penting umumnya diabaikan (Sarwono, 2002;
Veitch & Arkkelin, dalam Prabowo, 1998).
5. Teori Kualitas Lingkungan
Strategi yang dipilih seseorang untuk
stimulus mana yang diprioritaskan atau
diabaikan pada suatu waktu tertentu akan
menentukan reaksi positif atau negatif
terhadap lingkungan. Berikutnya adalah teori
Kualitas Lingkungan yang salah satunya
meliputi kualitas fisik (ambient condition).
Berbicara mengenai kualitas fisik (ambient
condition), Rahardjani dan Ancok (dalam
Prabowo, 1998) menyajikan beberapa
kualitas fisik yang mempengaruhi perilaku
yaitu: kebisingan, temperatur, kualitas udara,
pencahayaan dan warna. Menurut Ancok
(dalam Prabowo, 1998), keadaan bising dan
temperatur yang tinggi akan mempengaruhi
B39
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil)
Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007
emosi para penghuni. Sedangkan menurut
Holahan (dalam Prabowo, 1998) tingginya
suhu dan polusi udara paling tidak dapat
menimbulkan dua efek yaitu efek kesehatan
dan efek perilaku.
Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559
menyeluruh dan kompleks yang disajikan dengan
kata-kata, melaporkan pandangan terinci dari
para sumber informasi, serta dilakukan dalam
latar atau setting yang alamiah. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode wawancara
terstruktur dan observasi atau pengamatan
berstruktur. Wawancara dilakukan terhadap
pengguna terminal Blok M yaitu supir angkutan,
pedagang yang ada di kawasan terminal Blok M
dan penumpang angkutan umum. Observasi
dilakukan terhadap situasi terminal Blok M dan
perilaku polisi di terminal Blok M.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif. Menurut Creswell
(2003) paradigma kualitatif adalah suatu proses
untuk memahami masalah-masalah manusia
atau sosial dengan menciptakan gambaran
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1
Hasil Observasi
Bentuk Perilaku Agresif
Fisik
• Memukul dan menendang body bus
Deskripsi
•
• Memukul kaca mobil
Verbal
• Memaki
•
•
•
Berteriak kepada supir
Non-verbal
• Memasang wajah tak bersahabat / sinis
•
Meniup pluit dengan keras
•
Berkacak pinggang
•
Menghardik
Dari hasil observasi dan wawancara diatas,
dapat diketahui bahwa terdapat kesesuaian
antara hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan oleh peneliti dimana terjadi perilaku
agresif yang dilakukan oleh Polisi Lalu Lintas di
terminal Blok M. Namun demikian, dari hasil
wawancara peneliti dengan beberapa Polisi Lalu
Lintas terminal Blok M tidak ditemukan
kesesuaian dengan kenyataan di lapangan.
Diketahui bawa tidak semua Polisi Lalu Lintas di
terminal Blok M melakukan perilaku agresif .
Dalam penelitian ini, peneliti mengalami kendala
untuk memperoleh informasi dari Polisi Lalu
Lintas terminal Blok M yang benar-benar
berperilaku agresif.
Secara umum, perilaku agresif yang
dilakukan oleh Polisi Lalu Lintas di terminal Blok
B40
•
•
•
•
•
Pada saat bus sengaja memotong jalur
sehingga membuat padat jalur sebelah
kanan
Pada saat bus tidak segera jalan
Pada saat supir bus tidak mau jalan
sehingga menimbulkan kemacetan
Supir bus sengaja berlama-lama tidak
mau jalan untuk menunggu penumpang
Ketika mengatur lalu lintas di siang hari
Supir mengangkut penumpang terlalu
lama
Polisi yang sedang mengatur lalu lintas
Supir bus tidak segera berangkat saat
lampu hijau sudah menyala di pintu
keluar
M disebabkan oleh beberapa faktor seperti
faktor cuaca, polusi, dan faktor ketidaktertiban
masyarakat. Hal ini sesuai dengan teori
frustrasi-agresi atau hipotesis frustrasi-agresi
(frustration-aggression hypothesis) berasumsi
bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai
suatu tujuan mengalami hambatan, akan timbul
dorongan agresif yang pada gilirannya akan
memotivasi perilaku yang dirancang untuk
melukai orang atau objek yang menyebabkan
frustrasi (Dollard, dkk. dalam Sarwono, 2002).
Teori belajar sosial lebih memperhatikan faktor
tarikan dari luar. Bandura (dalam Sarwono,
2002) mengatakan bahwa dalam kehidupan
sehari-hari pun perilaku agresif dipelajari dari
model yang dilihat dalam keluarga, lingkungan
kebudayaan setempat, atau media massa.
Perilaku Agresif pada Polisi….
Pribadi
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil)
Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007
Dalam hal ini, keluarga, lingkungan budaya
Polisi Lalu Lintas terminal Blok M serta informasi
Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559
dari media massa yang diterimanya
Tabel 2
Hasil Wawancara
Aspek
Bentuk Perilaku Agresif
1. Fisik
a. Memukul mobil
b. Memecahkan/
mencopot kaca
spion
2.
Verbal
Memaki
Supir
Saat mengangkut
penumpang
sembarangan
Pedagang
Penumpang
karena supir bus
tidak tertib
Supir tidak disiplin
sehingga
menimbulkan
kemacetan
Sering
17.00 – 18.00
1 – 2 orang
Pintu masuk, pintu
keluar dan jalur
kendaraan
Sengaja terlambat
untuk keluar dari
terminal
Jarang
07.00 – 20.00
Pintu masuk
Supir bus
sembarangan
mengambil/
menaikkan
penumpang tidak
pada tempatnya dan
berhenti terlalu lama
Supir bus tidak tertib
Frekuensi
Waktu
Pelaku
Tempat
Sering
17.00 – 19.00
1 orang
Pintu masuk dan
pintu keluar
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku
agresif
Dampak perilaku agresif
terhadap masyarakat
sekitar
Ketidaktertiban,
kemacetan, dan
kepadatan armada
Berpandangan
negatif dan timbul
prasangka terhadap
sosial
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari data yang telah diperoleh peneliti, dapat
disimpulkan bahwa bentuk agresivitas Polisi Lalu
Lintas terminal Blok M berupa fisik meliputi
memukul
dan
menendang
body
bus,
memecahkan atau mencopot kaca spion bus,
verbal meliputi memaki, berteriak kepada supir,
nonverbal meliputi memasang wajah tak
bersahabat (sinis), meniup peluit dengan keras
ke arah supir, berkacak pinggang dan
Perilaku Agresif Pada Polisi ….
Pribadi
Cuaca (situasi dan
kondisi) dan
ketidaktertiban
Kesan yang tidak
baik terhadap polisi
menghardik. Selain itu, dapat diketahui pula
faktor-faktor yang memicu perilaku agresi Polisi
Lalu Lintas terminal Blok M, antara lain faktor
kepadatan atau kemacetan, ketidaktertiban supir
angkutan dalam berlalu lintas, maupun kualitas
udara. Kemudian dampak dari perilaku agresif
Polisi Lalu Lintas terhadap ketertiban supir
angkutan adalah kelancaran dan ketertiban lalu
lintas di sekitar wilayah terminal Blok M namun
hanya pada saat Polisi Lalu Lintas Terminal Blok
M bertugas. Di samping itu, perilaku agresif Polisi
Lalu Lintas Terminal Blok M berdampak pada
B41
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil)
Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007
Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559
timbulnya pandangan negatif dan prasangka
terhadap Polisi Lalu Lintas di terminal Blok M.
membawa tongkat kayu untuk menertibkan
kelancaran lalu lintas di terminal Blok M.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dari penelitian ini diharapkan aparat atau
petugas lalu lintas di terminal Blok M dapat
mencari solusi lain dalam menjaga ketertiban dan
kelancaran lalu lintas di Terminal Blok M tanpa
harus melakukan perilaku agresif terhadap supir
angkutan dan para pengguna terminal Blok M.
Dalam penelitian ini peneliti juga menemukan
bahwa tidak hanya Polisi Lalu Lintas terminal
Blok M yang berperilaku agresif namun juga,
petugas Lalu Lintas lain seperti petugas DLLAJ.
Hal ini terlihat dari hampir semua petugas DLLAJ
yang sedang bertugas di terminal Blok M
Creswell, J.W. 2003. “Research Design :
Qualitative, Quantitative and Mixed Method
Approaches”. California : Sage Publication,
Inc.
Prabowo, H. 1998. “Seri Diktat Kuliah :
Pengantar Psikologi Lingkungan”. Depok
:
Fakultas
Psikologi,
Universitas
Gunadarma.
Sarwono, S.W. 2002. “Psikologi Sosial
(Individu dan Teori- teori Psikologi
Sosial)”. Jakarta : Balai Pustaka.
B42
Perilaku Agresif pada Polisi….
Pribadi