poland dari timur ke barat

POLANDIA DARI TIMUR KE BARAT LAPORAN KULIAH KERJA LUAR NEGERI MANAJEMEN PERTAHANAN

COHORT 4 UNIVERSITAS PERTAHANAN INDONESIA

POLANDIA DARI TIMUR KE BARAT

SEBUAH BUNGA RAMPAI ANALISIS DARI GEOPOLITIK HINGGA INDUSTRI PERTAHANAN LAPORAN & KAJIAN KULIAH KERJA LUAR NEGERI SISWA COHORT IV PASCASARJANA MANAJEMEN PERTAHANAN UNIVERSITAS PERTAHANAN INDONESIA KE NATIONAL DEFENSE UNIVERSITY WARSAWA 2013 JAKARTA 2013

DAFTAR ISI

BAGIAN I

PENDAHULUAN

1. PENGANTAR 2. LATAR BELAKANG

A. SEKILAS SEJARAH POLANDIA DARI PERSPEKTIF PERTAHANAN B. POLANDIA DALAM PERSPEKTIF KKLN C. TRAINING PROGRAM AON

3. KERANGKA KONSEPTUAL ANALISIS

BAGIAN II

OBJEK ANALISIS

4. TINJAUAN STRATEGIS KEAMANAN NASIONAL (NSSR) POLANDIA

A. GAMBARAN UMUM & PENGORGANISASIAN NSSR B. TUJUAN NSSR C. FOKUS PERHATIAN

5. POLITIK LUAR NEGERI DAN PERTAHANAN POLANDIA

A. POLANDIA SEBAGAI ANGGOTA NATO B. COMMON SECURITY AND DEFENSE POLICY (CSDP) C. KERJASAMA BILATERAL DENGAN AMERIKA SERIKAT DAN ITALIA D. PENINGKATAN KAPABILITAS WOJSKO POLSKIE DI LINGKUP INTERNASIONAL

6. FORMULASI KEBIJAKAN PERTAHANAN POLANDIA

A. KEMENTERIAN PERTAHANAN -

Dimensi Euro-Atlantis -

Dimensi Regional B. TENTARA NASIONAL POLANDIA C. KOMANDO OPERASIONAL

7. WAR GAMES AND SIMULATION CENTER (WGSC) DAN CBRN DEFENCE TRAINING CENTRE

A. WAR GAMES AND SIMULATION CENTER (WGSC) B. CBRN DEFENCE TRAINING CENTRE

8. MILITARY UNIVERSITY OF TECHNOLOGY (MUT)

A. TRANSFORMASI SEJARAH B. STRUKTUR ORGANISASI MUT C. PENDIDIKAN DI MUT D. ANGGARAN E. FASILITAS KAMPUS F. KEGIATAN PENELITIAN

9. INDUSTRI PERTAHANAN POLANDIA; BUMAR GROUP & PZL SWIDNIK

A. BUMAR GROUP B. AGUSTAWESTLAND-PZL- ŚWIDNIK SA

BAGIAN III

ANALISIS

10. ANALISIS LINGSTRA TERHADAP TRANSISI POLANDIA; DARI PAKTA WARSAWA KE NATO 11. PEMETAAN STAKEHOLDER DALAM TRANSISI POLITIK LUAR NEGERI DAN PERTAHANAN

POLANDIA

12. ANALISIS RISIKO PILAR POLITIK LUAR NEGERI TERHADAP PERTAHANAN POLANDIA

A. RISIKO POSITIF DARI EMPAT PILAR KEBIJAKAN B. RISIKO NEGATIF DARI EMPAT PILAR KEBIJAKAN

13. KEAMANAN ENERGI DAN PARTISIPASI POLANDIA DALAM NATO

A. RUSIA DAN DOMINASI ENERGI B. NATO SEBAGAI WAHANA KESEIMBANGAN

14. WARGAMES DI TENGAH ARUS BESAR NATO DAN DINAMIKA ANCAMAN GLOBAL

A. PENDEKATAN AKUISISI POLANDIA SEBAGAI ANGGOTA NATO B. WARGAMES DAN DINAMIKA ANCAMAN C. JUSTIFIKASI ANTISIPASI CBRN

15. MUT SEBAGAI PUSAT IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN LITBANG TEKNOLOGI MILITER POLANDIA 16. BUMAR SEBAGAI SINERGI PAKTA WARSAWA & NATO 17. ANALISIS PORTER’S FIVE FORCE & SWOT TERHADAP AGUSTAWESTLAND-PZL-ŚWIDNIK SA

A. ANALISIS PORTER‟S FIVE FORCE TERHADAP AGUSTAWESTLAND-PZL-ŚWIDNIK SA B. ANALISIS SWOT TERHADAP AGUSTAWESTLAND-PZL- ŚWIDNIK SA

BAGIAN I PENDAHULUAN

PENGANTAR

Universitas Pertahanan Indonesia (Unhan), sesuai dengan Peraturan Presiden RepubIik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011, adalah perguruan tinggi pemerintah yang menyelenggarakan Program Magister Bidang Ilmu Pertahanan dan Bela Negara, dengan visi “Menjadi Institusi Pendidikan Tinggi Pertahanan Terdepan yang Berstandar Kelas Dunia dengan Tetap Melestarikan Nilai- Nilai Kebangsaan”, dan memiliki misi “Mencetak Calon Pimpinan Sipil Militer yang Profesional dan memiliki Nilai-nilai Perjuangan dan Kejuangan yang diperoleh secara Empiris Akademis.

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi tersebut, Unhan melakukan berbagai upaya yang dituangkan dalam program penyelenggaraan perguruan tinggi baik yang sifatnya operasional perguruan tinggi yang terangkum dalam kalender akademik, maupun administratif kelembagaan. Pelaksanaan Kuliah Kerja Luar Negeri (KKLN) merupakan program untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan mahasiswa Unhan melalui suatu proses pembelajaran langsung di luar negeri sebagai bagian dari kegiatan akademik Unhan. Melalui kegiatan ini, para mahasiswa semester 3, dibekali dengan pemahaman wawasan internasional yang berorientasi kepada materi-materi akademik yang merupakan mata kuliah dari Program Studi (Prodi) Manajemen Pertahanan (MP).

Tahun akademik 2013, mahasiswa cohort-4 Prodi MP Unhan, diprogramkan untuk mengikuti KKLN dalam bentuk Training Program / program pelatihan di National Defense University atau Akademia Obrony Narodowej (AON), Warsawa selama sepuluh hari, mulai tanggal 14 April s/d 24 April 2013. AON sendiri merupakan institusi pendidikan tinggi di bidang pertahanan yang paling tua di dunia. AON didirikan pada tahun 1765, dan saat ini memiliki sekitar 10.000 mahasiswa dari kalangan sipil maupun militer yang tersebar di seluruh program, baik kedinasan maupun keilmuan strata 1 hingga 3. Selain bagi warga negara Polandia, AON juga menjadi institusi pendidikan tinggi pertahanan yang dituju khususnya oleh negara- negara tetangganya di kawasan Eropa, antara lain Ceko, Slovakia, Hongaria, dan Turki. Selain itu terdapat pula siswa dari Benua Amerika dan Asia seperti dari Brazil, Republik Rakyat Cina, dan Korea Selatan. Di antara program studi yang diselenggarakan oleh AON terdapat pula program studi Manajemen Pertahanan dan Keamanan Nasional.

KKLN Prodi MP Unhan ke Polandia dapat dikatakan merupakan manifestasi hubungan kerjasama pertahanan yang pertama dalam bentuk program resmi antara Indonesia dengan Polandia sejak berlangsungnya era Perang Dingin. Demikian pula, untuk pertama kalinya sejak kegiatan KKLN Unhan dilaksanakan, laporan kegiatan KKLN disajikan dalam bentuk yang dilengkapi oleh kajian. Selain dalam rangka melangkah ke arah standar pelaksanaan dan output KKLN yang lebih baik, produk kajian ini lebih jauh diharapkan dapat menjadi sumbangan pengetahuan bagi publik yang berminat di tanah air dan juga khususnya sebagai salah satu upaya penguatan hubungan kerjasama antara Indonesia Polandia berkaitan dengan fakta bahwa Polandia dengan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini tengah berupaya untuk meningkatkan kembali hubungannya di berbagai bidang (termasuk dalam pengadaan persenjataan) dan perdagangan di kawasan Asia Pasifik pada umumnya.

LATAR BELAKANG

SEKILAS SEJARAH POLANDIA DARI PERSPEKTIF PERTAHANAN

Republik Polandia adalah negara di Eropa Tengah yang berbatasan dengan Jerman di sebelah Barat, Republik Ceko dan Slovakia di sebelah selatan, Rusia dan Lithuania di sebelah timur serta Ukraina di sebelah utara. Polandia adalah negara

dengan territorial terluas ke-9 di Eropa dengan luas wilayah 312, 679 km 2 . Polandia memiliki populasi lebih dari 38,5 juta jiwa. 1 Dengan besaran populasi ini, Polandia

adalah negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-34 di dunia dan urutan ke-6 di Eropa. 2 Posisi Polandia yang berada di tengah benua Eropa juga menyebabkan

Polandia menjadi negara yang paling banyak mendapatkan pengalaman dan pelajaran langsung langsung dari rangkaian perang pra abad-20, Perang Dunia I, II, hingga Perang Dingin.

Sejarah panjang Polandia diawali dengan berdirinya Kerajaan Polandia pada tahun 1025. Hampir delapan abad setelahnya, pada tahun 1795 dibentuk negara Persemakmuran Polandia-Lithuania dimana persemakmuran ini kemudian terpecah- pecah oleh perebutan kekuasaan antara tiga kerajaan besar di sekeliling Polandia; Kerajaan Prusia, Kekaisaran Rusia dan Austria. Selepas abad-19, pada tahun 1918

Polandia kembali meraih kemerdekaannya sebagai Republik Polandia 3 .

Namun demikian, Perang Dunia II yang dimulai dengan invansi Jerman dan Uni Soviet ke Polandia telah menekan kembali eksistensi Republik Polandia. Lebih dari enam juta warga Polandia tewas dalam perang tersebut. Hal ini tidak lepas dari posisi geostrategis Polandia yang tepat berada di antara kedua kubu yang bertikai, Eropa Barat dan Eropa Timur. Selain posisi geografis, kontur topografis Polandia yang nyaris tanpa pegunungan dan sungai besar ditengarai telah membuat pergerakan agresor melintasi negara tersebut menjadi semakin mudah.

Pasca Perang Dunia II pada tahun 1952, Republik Rakyat Polandia dideklarasikan sebagai negara yang beraliansi kepada Blok Timur dalam Perang Dingin antara Blok Barat (Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya) melawan Blok Timur (Uni Soviet dan sekutu-sekutnya). Dalam Perang Dingin, Blok Barat membentuk Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), sementara Blok Timur membentuk Pakta Warsawa yang, sesuai dengan namanya, dicetuskan di Warsawa, Polandia. Kali ini lagi-lagi Polandia menjadi perbatasan antara NATO dengan Pakta Warsawa dimana selama Perang Dingin tersebut, Polandia telah berdiri di garis depan bagi Pakta Warsawa dalam menghadapi NATO. Sebelum pecahnya Uni Soviet, kejatuhan rezim komunis di Polandia pada tahun 1989, telah mengembalikan pemerintahan demokratis di

Polandia secara konstitusional. 4 Pada sisi geopolitik, Polandia saat ini menjadi bagian dari NATO yang pada dasarnya berseberangan dengan bekas kubunya

dahulu, yaitu Rusia.

POLANDIA DALAM PERSPEKTIF KKLN

2 Central Statistical Office (Poland). http://www.stat.gov.pl/gus/index_ENG_HTML.htm. Diakses pada 6 Mei 2013 3 NationMaster.com, Poland, Facts and figures, 2003 –2007 Jerzy Lukowski dan Hubert Zawaszki. A Concise History of Poland (First Edition ed.). University of Stirling Libraries

– Popular 4 Loan (Q 43.8 LUK): Cambridge University Press. p.3. ISBN 0-521-55917-0, 2001 ibid

Sebagai anggota NATO, Polandia memiliki keunikan tersendiri dari aspek politik strategi dan teknologi pertahanan karena dahulu merupakan ujung tombak Pakta Warsawa. Pengalaman Polandia dalam mengelola industri pertahanannya dari post Soviet ke arah standar NATO dapat dijadikan salah satu pelajaran berguna bagi Indonesia dalam pengelolaan pertahanan pada umumnya, dan industri pertahanan pada khususnya. Dari aspek geostrategi pertahanan, Polandia memang memiliki

posisi 180 o terhadap Indonesia, dimana Polandia merupakan negara yang “relatif” terkunci oleh daratan dan berkontur rata, sementara Indonesia merupakan negara

kepulauan yang dipenuhi oleh pegunungan. Meski demikian, dari aspek geopolitik, baik Polandia maupun Indonesia memiliki kesamaan sebagai negara demokrasi yang berada di persimpangan kekuatan-kekuatan dunia yang saling berkompetisi. Polandia berada di persimpangan NATO dan Rusia, sementara Indonesia berada di tengah pengaruh kompetisi geostrategi Cina dan Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik.

Polandia merupakan salah satu negara produsen alpalhankam alternatif yang penting di dunia dengan tingkat pendidikan dan IPTEK yang tinggi, dimana Indonesia merupakan salah satu konsumennya. Polandia merupakan sebuah kombinasi antara moda pertahanan Blok Barat dan Timur yaitu dari post Soviet ke arah standar NATO. Dalam hal ini, Polandia boleh dikatakan sukses karena berhasil mengarahkan industri pertahanannya dari produksi masal dan top down ala Blok Timur menjadi produksi yang semakin tailor made dan mampu mengacu kepada pasar. Transformasi tersebut selain sebagai keunggulan, juga menimbulkan tantangan tersendiri karena tidak hanya dilakukan pada aspek teknologinya saja namun juga pada manajemen pertahanannya secara umum yang meliputi analisis lingstra, politik luar negeri, kebijakan strategis pertahanan, hingga pengelolaan industri pertahanannya.

TRAINING PROGRAM AON

Training Program yang diselenggarakan oleh AON diarahkan untuk melengkapi modul-modul yang telah diberikan selama proses perkuliahan di Unhan. Selain sebagai sumbangan bahan dan kajian guna pengembangan studi manajemen pertahanan secara umum, Training Program ini mendukung pengamatan implementatif dan komparatif bagi siswa prodi MP Unhan terkait teori, model, dan pendekatan manajemen pertahanan yang telah dipelajari sebelumnya.

Training Program dari AON juga dilengkapi dengan peninjauan lapangan ke beberapa industri pertahanan yang ada di Polandia; Pabrik Helikopter PZL Swidnik SA, dan pabrik senjata Bumar Technologies, serta kunjungan ke institusi pendidikan militer yang khusus membidangi masalah teknologi, yaitu Military University of Technology (WAT), Warsawa khususnya untuk meninjau laboratorium senjata dan ground testing facility.

Secara lengkap, modul yang diberikan dalam Training Program dari AON meliputi:

1. Strategic Planning; Practical & Theoretical Dimensions Introduction to Key Aspects of the National Security of Poland

2. Cross Cultural Analysis

3. General Familiarization with the War Gaming & Simulation Center (WG&SC); Capacity, Capability, Mission, Duties

4. Joint Theatre Level System (JTLS); Presentation of the System & its Practical Applications, Sample Exercise

5. General Familiarization with the CBRN Defense Training Center; Mission, Duties, Main Tasks, Software Application; Prediction & Simulation

6. Visit to PZL Swidnik (Agusta Westland) Helicopter Industry

7. Visit to the Military University of Technology (MUT/WAT)

8. Visit to BUMAR Defense Industry

9. Information Session with Representatives from: - Ministry of Foreign Affairs

- Ministry of Defense - General Staff - Operational Command

KERANGKA KONSEPTUAL ANALISIS

Lingkup dari segenap modul dari Training Program AON selanjutnya dapat direkategorisasi meliputi subtema sebagai berikut:

1. Analisis lingstra Cross Cultural Analysis

2. Formulasi kebijakan strategis dan pertahanan - Strategic Planning; Practical & Theoretical Dimensions

- Introduction to Key Aspects of the National Security of Poland - Information Session with Representatives from:

a. Ministry of Foreign Affairs

b. Ministry of Defense

c. General Staff

d. Operational Command

3. Evaluasi kebijakan dan implementasi kebijakan serta Estimating melalui pengembangan skenario dan War Gaming (olah yuda)

- General Familiarization with the War Gaming & Simulation Center (WG&SC); Capacity, Capability, Mission, Duties

- Joint Theatre Level System (JTLS); Presentation of the System & its Practical Applications, Sample Exercise

4. Identifikasi kebutuhan (Requirements Planning) dan litbang teknologi pertahanan Visit to the Military University of Technology (MUT/WAT)

5. Strategi industri pertahanan - Visit to PZL Swidnik (Agusta Westland) Helicopter Industry

- Visit to BUMAR Defense Industry

6. Antisipasi CBRN sebagai bagian dari Defense Risk Management dalam konteks Wider Security Approach.

Mengacu hubungan saling terkait satu sama lain antar keenam subtema tersebut, mahasiswa peserta Training Program AON telah mengembangkan kerangka konseptual dari keseluruhan modul dan peninjauan lapangan yang secara diagramatis dapat digambarkan sebagai berikut:

Kerangka Konseptual Keseluruhan Modul

Dari kerangka tersebut terlihat bahwa formulasi kebijakan strategis hankam dan kebijakan luar negeri suatu negara membentuk satu hubungan timbal balik saling mempengaruhi yang tidak terpisahkan sebagai hasil analisis dari lingkungan strategis yang memengaruhinya. Dengan bermodalkan kebijakan-kebijakan tersebut dapatlah kemudian dikembangkan skenario-skenario ancaman sebagai bahan simulasi dan olahyuda. Adapun hasil simulasi dan olahyuda ini pada gilirannya diperlakukan pula sebagai sumbangan bahan pertimbangan bagi penyempurnaan kebijakan-kebijakan itu sendiri. Sementara di sisi lain, kebijakan strategis hankam merupakan pondasi bagi identifikasi kebutuhan teknologi pertahanan yang akan dikembangkan. Kebutuhan teknologi pertahanan ini selanjutnya dikembangkan lebih lanjut melalui proses litbang yang dilakukan bersama antara otoritas pertahanan dan institusi pendidikan tinggi untuk selanjutnya diwujudkan dalam proses manufaktur industri pertahanan.

BAGIAN II OBJEK ANALISIS

TINJAUAN STRATEGIS KEAMANAN NASIONAL (NSSR) POLANDIA

GAMBARAN UMUM & PENGORGANISASIAN NSSR

Perumusan kebijakan pertahanan dan luar negeri Polandia didasari oleh analisis lingkungan strategis melalui Tinjauan Strategis Keamanan Nasional (National Security Strategic Review / NSSR). Pemerintah Polandia secara rutin dan berkala mengadakan tinjauan atas berbagai dokumen pertahanan dan keamanan mereka secara komprehensif dan interdisipliner untuk mengevaluasi keamanan serta inovasi dalam cara pandang lingkungan keamanan dengan menyertakan keterlibatan yang luas dari para ahli dan masyarakat. Hasil dari tinjauan rutin ini dipakai sebagai rekomendasi untuk arah transformasi NSSR dalam perspektif 20 tahun-an. NSSR sendiri mencakup pertahanan keamanan nasional, perlindungan negara dan warga negara, serta segenap sistem pendukungnya secara terpadu dan menyeluruh yaitu keamanan sosial dan keamanan ekonomi. Dokumen akhir yang dihasilkan dari NSSR adalah Laporan NSSR dan Buku Putih Keamanan Nasional. Laporan NSSR merupakan dasar bagi presiden dalam mengambil inisiatif kebijakan dan program, sedangkan Buku Putih Keamanan Nasional berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang keamanan pada masyarakat.

Gambar di bawah ini menunjukkan stuktur organisasi dari NSSR dimana terlihat peran sentral Presiden Polandia dalam mengatur komisi, partisipasi dalam aktivitas komisi, dan mempertimbangkan hasil kerja Dewan Keamanan Nasional, serta memberikan persetujuan pada dokumen akhir.

Stuktur Organisasi NSSR

TUJUAN NSSR

Tujuan umum dari NSSR adalah pengamanan kepentingan nasional, tujuan strategis, dan keamanan lingkungan strtategis (kesempatan, tantangan, resiko dan ancaman), serta sebagai dasar pengembangan opsi kebijakan keamanan nasional dan persiapan sistem keamanan nasional untuk 20 tahun ke depan. Secara umum, kepentingan nasional Polandia meliputi kemerdekaan dan integritas teritorial, hak asasi manusia dan kebebasan sipil, warisan budaya nasional dan identitas serta keseimbangan pembangunan yang kesemuanya menitikberatkan pada eksistensi Polandia sebagai negara, warga negara Polandia, serta soft resources, dan hard resources yang dimiliki oleh Polandia dengan perincian sebagai berikut:

1. Kepentingan nasional bagi Polandia sebagai negara adalah melakukan pencegahan ancaman militer, melawan ancaman trans-sektor, memberikan perlindungan terhadap ketertiban dan pencegahan kejahatan, mitigasi efek bencana alam, dan bencana industri serta komunikasi, mengembangkan proses integrasi yang mendukung Eropa dan kepentingan keamanan bersama di wilayah Euro-Atlantic, serta menciptakan kondisi untuk sistem keamanan yang efektif.

2. Kepentingan nasional bagi warga negara Polandia adalah melindungi kehidupan manusia dan kesehatan warga, serta melindungi hak asasi manusia dan kebebasan sipil.

3. Kepentingan nasional dalam soft resources adalah menjaga dan mengembangkan warisan budaya, melindungi potensi intelektual negara dan warga negara, pecegahan pelanggaran tatanan negara dan tatanan warga negara dalam bidang informasi.

4. Kepentingan nasional dalam hard resources yaitu melindungi warisan material, prestasi negara dan warga negara, penghapusan efek negatif yang dihasilkan dari peradaban dan pembangunan ekonomi serta memastikan tidak terganggunya akses ke sumber daya alam esensial yang penting bagi negara dan warga negara.

FOKUS PERHATIAN NSSR

Berdasarkan NSSR yang termutakhir (2012), Pemerintah Polandia membagi keamanan nasional menjadi tiga bidang pokok yaitu pertahanan dan keamanan, perlindungan (protection), serta ekonomi dan budaya. Selain itu, keamanan nasional juga terbagi menjadi sembilan sektor yaitu kebijakan luar negeri, militer, intelijen, kontra intelijen, keamanan publik, darurat sipil, energi dan keuangan, politik dan hukum, serta kebudayaan dan pendidikan. Di luar kedua pembagian tersebut, terdapat empat masalah keamanan yang bersifat lintas bidang, yaitu terorisme, kejahatan dunia maya, perdagangan narkoba, serta perdagangan manusia.

Wilayah Keamanan Nasional Polandia

Mengacu kepada NSSR Polandia 2012, terdapat tiga opsi utama dalam konteks keamanan nasional, yaitu opsi yang didasarkan pada skenario optimis dengan fokus pada pembangunan ekonomi Eropa, meningkatkan integrasi Eropa, menjaga kekuatan NATO, dan kehadiran militer dan politik AS di Eropa, serta opsi yang didasarkan pada skenario pesimis yaitu untuk mengembangkan kapabilitas keamanan sepenuhnya di atas kemampuan sendiri. Opsi yang ketiga adalah skenario most probable yaitu gabungan antara kedua skenario optimis dan pesimis.

POLITIK LUAR NEGERI DAN PERTAHANAN POLANDIA

Polandia memiliki empat pilar utama sebagai landasan politik luar negerinya, yaitu; (1) menjadi anggota tetap NATO; (2) terlibat aktif dalam Common Security and Defense Policy (CSDP) di kawasan Uni Eropa; (3) melakukan kerjasama bilateral dengan negara Amerika Serikat pada bidang pertahanan dan keamanan; dan (4) meningkatkan kapabilitas Angkatan Bersenjata Polandia / Wojsko Polskie (WP) untuk kemajuan di bidang pertahanan. Keempat pilar ini merupakan prioritas utama Polandia saat ini demi memajukan negaranya di bidang politik, ekonomi, dan pertahanannya. Penjelasan dari empat pilar dapat dilihat dari uraian dan penjelasan sebagai berikut:

POLANDIA SEBAGAI ANGGOTA NATO

NATO dianggap sebagai pilar utama dalam mendukung kebijakan pertahanan dan keamanan Polandia. Keberadaan NATO diyakini akan memperkuat kerjasama Polandia dengan negara-negara lainnya. NATO juga sekaligus merupakan forum dialog dan konsultasi yang memberikan kesempatan bagi Polandia untuk menggodog pandangan pertahanan dan keamanannya di masa sekarang dan mendatang. Konsultasi dan dialog tersebut saat ini terfokus pada smart defense dan multinational projects yang dilakukan Polandia bersama aliansi Uni Eropa.

Definisi smart defense oleh NATO adalah sebuah cara baru berpikir tentang menghasilkan kemampuan pertahanan modern yang dibutuhkan aliansi untuk dekade mendatang dan seterusnya. Hal ini merupakan budaya baru kerja sama yang mendorong aliansi untuk bekerja sama dalam mengembangkan, memperoleh dan mempertahankan kemampuan militer untuk melakukan tugas-tugas inti aliansi yang disepakati dalam konsep strategis NATO terbaru. Ini berarti penyatuan dan berbagi kemampuan, menentukan prioritas dan mengkoordinasikan dapat

diupayakan untuk menjadi lebih baik lagi 5 .

Pada konteks smart defense, saat ini Polandia fokus dalam tiga proyek pertahanan, yaitu ballistic missile defense, air policing, dan allied ground surveillance. Sedangkan pada konteks multinational projects, Polandia tergabung dalam Connected Forces Initiatives (CFI) yang meliputi:

1. Peningkatan interoperabilitas pada persamaan konsep, doktrin, kerjasama, pelatihan, dan penggunaan teknologi pertahanan;

2. Pengembangan kekuatan angkatan bersenjata lebih lanjut pada masing-masing anggota NATO;

3. Kerjasama pasukan elit antar anggota NATO; dan

4. Mempertahankan hubungan kebijakan NATO dengan komando dalam negeri Polandia sendiri.

Dengan status sebagai anggota NATO, Polandia menjadi salah satu negara aliansi pertahanan kolektif di mana serangan terhadap salah satu negara anggota NATO diartikan sebagai serangan terhadap semua anggota (Pasal 5 Pakta NATO). Hal ini berarti Polandia mendapatkan keamanan dari NATO terhadap serangan bersenjata

5 Untuk penjelasan lebih lanjut lihat NATO Smart Defence di http://www.nato.int/cps/en/natolive/78125.htm 5 Untuk penjelasan lebih lanjut lihat NATO Smart Defence di http://www.nato.int/cps/en/natolive/78125.htm

COMMON SECURITY AND DEFENSE POLICY (CSDP)

Kerjasama luar negeri Polandia sangat berkepentingan terhadap adanya persamaan pandangan akan kebijakan pertahanan dan keamanan antar negara Uni Eropa. Melalui CSDP, tertuang empat kebijakan luar negeri antar negara Uni Eropa sebagai berikut:

1. Memperdalam kapabilitas dari berbagai kegiatan operasional Uni Eropa dan meningkatan efesiensi dalam pelaksanaannya.

2. Menjalin kerjasama dengan negara-negara kawasan Eropa Timur.

3. Memperkuat hubungan Weimar Triangle, yaitu kerjasama khusus antar Polandia, Jerman, dan Prancis dalam menerapkan kebijakan politik luar negerinya.

4. Memperkuat hubungan Visegrad Group yang terdiri dari Polandia, Hungaria, Ceko, dan Slovakia.

Misi yang diterapkan dibawah CSDP ini juga bertujuan untuk meningkatkan stabilitas regional di kawasan Uni Eropa. Dalam mendukung CSDP, Polandia secara khusus memeberikan perhatian pula pada kerjasama yang erat dengan negara Eropa kawasan Barat, khususnya Perancis dan Jerman. Kedua negara ini dijadikan oleh Polandia sebagai panutan negara yang maju dalam mengelola sistem pertahanan dan keamanan dalam dan luar negeri. Jerman dan Perancis merupakan dua negara maju yang dianggap sangat memahami signifikansi stabilitas keamanan di wilayah Uni Eropa. Kedua negara ini diyakini memberikan dampak dan dukungan yang positif terhadap Polandia sebagai negara perbatasan kawasan Eropa Barat dan Timur.

Di luar CSDP, Polandia berpartisipasi aktif dalam Visegrad Group yang terfokus pada kerjasama Polandia dengan Republik Ceko, Slovakia, dan Hungaria. Melalui Visegrad Group persamaan konsepsi terhadap pandangan pertahanan dan keamanan menjadi sama dan tidak bias. Oleh karena itu Polandia bersama negara- negara tetangganya diharapkan mampu mempertahankan stabilitas politik dan keamanan di kawasan Eropa Tengah.

KERJASAMA BILATERAL DENGAN AMERIKA SERIKAT DAN ITALIA

Di luar konteks NATO, Polandia juga memberikan perhatian khusus terhadap kerjasama dengan Amerika Serikat (AS). Pendekatan yang dilakukan bagaimanapun tetap berkaitan dengan kerjasama militer untuk mensukseskan kegiatan operasi militer NATO. Kerjasama aktif yang dilakukan adalah pengembangan missile defense dan kekuatan pasukan tempur udara Polandia-AS. Pengembangan kekuatan udara yang dilakukan menunjukan bahwa Polandia bersedia dalam memenuhi military requirement sebagai anggota NATO. Kebijakan missile defense pada intinya adalah kerjasama pemetaan dan penempatan kekuatan rudal tempur NATO di kawasan Polandia. Penempatan rudal tersebut saat ini dikembangkan di daerah perbatasan Polandia dengan kawasan negara Belarusia.

Guna meningkatkan teknologi alutsistanya, Polandia juga melakukan kerjasama bilateral dengan Italia . Hal ini dilakukan pada proyek pengembangan pesawat dan helikopter tempur di bawah PZL-Swidnik. Perusahaan ini fokus pada pengembangan teknologi di bidang kedirgantaraan militer Polandia yang bertujuan sebagai pemenuhan salah satu standarisasi NATO.

PENINGKATAN KAPABILITAS WOJSKO POLSKIE DI LINGKUP INTERNASIONAL

Angkatan bersenjata Polandia yang dikenal dengan nama Wojsko Polskie (WP) saat ini aktif mendukung kegiatan operasi militer NATO. Tidak hanya bertugas dalam mempertahankan kedaulatan dalam negerinya, namun WP turut aktif dalam tugas militer NATO di berbagai kawasan dunia. Hal ini terlihat dari pengiriman pasukan militer Polandia ke berbagai negara konflik seperti Afganistan, Kosovo, Bosnia, dan Mali. Pengiriman personel WP ke berbagai belahan kawasan konflik dinilai sebagai kewajiban anggota NATO. Bagi Polandia sendiri, partisipasi Polandia dalam hal ini penting sebagai salah satu wujud kredibilitas kekuatan WP.

Perkembangan signifikan yang terjadi pada kekuatan angkatan bersenjata Polandia adalah dengan penerapan konsep force to technology yang tengah dilaksanakan saat ini. Konsep ini bertujuan untuk meningkatkan teknologi alutsista Polandia sesuai dengan standar NATO. Polandia dewasa ini melakukan modernisasi pada tiap alutsista yang ada, baik terhadap kekuatan udara, darat, dan udara dengan dukungan litbang yang memadai dari lembaga akademik seperti AON dan MUT. Peningkatan kualitas teknologi militer Polandia yang diikuti oleh penurunan jumlah personel angkatan bersenjatannya merupakan misi masa mendatang WP. Polandia menyadari sepenuhnya akan priotitas peningkatan teknologi militer dibandingkan jumlah pasukannya.

FORMULASI KEBIJAKAN PERTAHANAN POLANDIA

KEMENTERIAN PERTAHANAN

Dalam menyusun kebijakan terkait pertahanan negara, Kementerian Pertahanan Polandia (MOD) melakukan kajian mengenai ancaman dan tantangan baik militer maupun non-militer dengan mempertimbangkan dua buah dimensi ancaman, yakni:

1. Dimensi Euro-Atlantis Dimensi Euro-Atlantis mengacu kepada kawasan Eropa khususnya Eropa Barat yang berbatasan dengan lautan Atlantik sebagai pembatas antara Benua Eropa dengan Amerika. Meskipun situasi keamanan di Polandia dan masyarakat Euro- Atlantis saat ini dapat dikatakan sebagai situasi yang paling aman dalam sejarahnya, akan tetapi MOD memandang bahwa masih terdapat beragam tantangan-tantangan strategis tak terduga, antara lain:

a. Meningkatnya kehadiran Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik, yang berarti negara-negara Eropa khususnya Polandia harus lebih dewasa dan mampu menjaga keamanan mereka sendiri dengan mengembangkan instrumen yang efektif dari kebijakan ekonomi dan pertahanan Uni Eropa.

b. Konflik militer yang masih terjadi pasca perang dingin, meskipun intensitas dan latar belakangnya telah mengalami pergeseran.

c. Kecenderungan negara gagal / failed states yang dapat berimbas ke zona Euro-Atlantis.

d. Proliferasi senjata pemusnah masal dan teknologi rudal.

e. Terorisme.

f. Perang cyber

g. Masalah keamanan energi.

2. Dimensi Regional Dimensi regional mengacu pada posisi geopolitik Polandia yang berbagi perbatasan dengan Ukraina, Belarusia, dan Lithuania di sebelah timur, serta Jerman, Ceko dan Slovakia di sebelah barat. Dalam dimensi regionalnya, Polandia harus mempertimbangkan dua hal utama yaitu:

a. Kebijakan Pertahanan Negara-negara Eropa Timur antara lain melalui perhatian yang memadai terhadap perkembangan kebijakan pertahanan Rusia, karena saat ini belanja militer Rusia adalah yang terbesar ketiga di dunia.

b. Transisi demokrasi di negara-negara Eropa Timur.

Berdasarkan dua dimensi yang tersebut, MOD mengintensifkan lima upaya untuk membuat instrumen keamanan mereka lebih efektif. Adapun Instrumen tersebut adalah:

1. Keanggotaan NATO.

2. Pengembangan kemampuan keamanan dan pertahanan bersama Uni Eropa.

3. Membatasi hubungan dengan sekutu Amerika Serikat.

4. Kerjasama dengan mitra Uni Eropa Timur untuk mendukung dan membangun transisi demokrasi mereka.

5. Membangun rasa saling percaya dengan negara-negara Eropa timur.

Guna mendukung kebijakan tersebut, MOD memutuskan untuk memodernisasi kemampuan militer dan non-militer mereka untuk dapat bereaksi kapan saja diperlukan. Elaborasi atas kemampuan pertahanan militer mereka dapat dilihat dari perkembangan proyeksi kekuatan Tentara Nasional Polandia tahun 2013-2022.

TENTARA NASIONAL POLANDIA

Dalam pengembangan kemampuan pertahanan Polandia, kebijakan pembangunan kekuatan Tentara Nasional Polandia (PAF) juga didasarkan pada kebijakan Uni Eropa serta kebijakan NATO. Hal ini dapat dilihat dari misi PAF itu sendiri, yakni 1) melaksanakan tugas pertahanan pada tingkat nasional maupun tingkat NATO (Aliansi), 2) berpartisipasi secara aliansi, koalisi, atau multinasional untuk tugas/operasi perdamaian, stabilisasi, kemanusiaan dan kontra terorisme di luar wilayah Polandia, serta 3) mendukung misi non-militer. Berdasarkan misi-misi tersebut, PAF kemudian merancang prioritas pembangunan PAF yang terdiri dari:

1. Stabilisasi struktur PAF.

2. Modernisasi teknis berdasarkan program modernisasi utama.

3. Peningkatan sistem pertahanan udara.

4. Penyesuaian infrastruktur militer dengan ketentuan yang ada.

5. Pemenuhan komitmen NATO dan UE.

6. Peningkatan interoperabilitas di dalam NATO.

Program pembangunan PAF ini merupakan kelanjutan dari program pengembangan sebelumnya yaitu Polish Armed Forces Development Program 2009 – 2018 dimana setiap tahunnya dialokasikan sebesar 1,95% dari PDB Polandia untuk sektor pertahanan, sementara 20% dari jumlah tersebut dialokasikan untuk biaya non rutin atau investasi alat dan peralatan. Selama tahun 2013-2022, total biaya yang dibutuhkan diperkirakan sebesar 400 milyar PLN (PLN=Polish Zloty, mata uang Polandia). Sedangkan untuk lingkup kerjasama multilateral (NATO, UE, dll.) menggunakan prinsip smart defence sebagaimana telah disinggung sebelumnya, dan menggunakan kapabilitas pooling & sharing.

Dalam melakukan proses perencanaan pembangunan kapabilitas pertahanan pada tahun 2013-2022, PAF telah menentukan fokus kapabilitas pertahanan secara khusus pada aspek Komando dan kendali, Reconnaissance, Tembakan Efektif, Proyeksi kekuatan, Dukungan logistik, Pergerakan dan mobilitas kekuatan, serta Dukungan untuk melawan ancaman non militer. Secara umum, hasil yang diharapkan dari pembangunan kapabilitas PAF ini adalah:

1. Perbaikan struktur organisasi pada tiga matra (angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara) dan satu pasukan khusus angkatan darat. Perbaikan ini meliputi perubahan pada struktur organisasi dan penambahan organisasi unit yang baru. Dengan perbaikan struktur organisasi diharapkan kinerja organisasi lebih optimal.

2. Modernisasi yang juga merupakan prioritas pembangunan kekuatan PAF dan diperlukan untuk dapat memenuhi standar NATO dengan prioritas pada 1) Pertahanan udara, 2) Mobilitas angkatan darat, 3) Pengembangan helikopter dalam rangka dukungan, angkutan dan serbu, 4) Universal Tracked Platform, 5) Pengembangan APC Rosomak, dan 6) C4ISR.

3. Perampingan jumlah personel hingga memenuhi ketentuan NATO sebesar 120.000 personel yang terdiri dari 100.000 prajurit aktif dan kandidat prajurit, serta komponen cadangan sebanyak 20.000 orang. Dalam rentang waktu 2013- 2022 tersebut, jumlah prajurit akan dipermanenkan menjadi 120.000 prajurit dengan pertumbuhan jumlah prajurit sebesar 0% atau zero growth. Perampingan jumlah personel ini diharapkan dapat bekerja jauh lebih mengefektif-efisienkan kinerja PAF serta di sisi lain anggaran untuk personel dapat dimaksimalkan untuk kesejahteraan personel.

4. Keempat, infrastuktur militer diperlukan dalam rangka menunjang modernisasi dan menunjang peran Polandia sebagai anggota NATO.

Pembangunan kapabilitas pertahanan pada tahun 2013-2022 selanjutnya mengikuti langkah-langkah yang mencakup: Proses perencanaan pertahanan NATO, Review kebutuhan operasional, Penyusunan program pengembangan PAF tahun 2013- 2022, Upgrade program modernisasi, Riset dan teknologi, Kerjasama dengan negara lain, serta Mengambil pelajaran dalam pelaksanaan operasi (sebagai evaluasi). Adapun elemen-elemen yang tercakup dalam pembangunan kapabilitas PAF tersebut meliputi keseluruhan elemen Defense Lines of Development (DLOD) mulai dari Doktrin dan prosedur, Struktur organisasi, Personil, Infrastruktur militer, Persenjataan dan sumber daya, hingga Proses Pembelajaran dan Pelatihan. Dari tahapan yang telah dilaksanakan tersebut, PAF telah berhasil merumuskan dokumen terkait Kapabilitas NATO dan UE, Identifikasi Kapabilitas dan Definisi, serta Prioritas Modernisasi dan Program 2013- 2022.

KOMANDO OPERASIONAL

Komando Operasi Angkatan Bersenjata Polandia dibentuk pada tanggal 1 Juli 2004 dengan misi untuk memonitor situasi krisis yang sedang berkembang sambil memperbaharui rencana operasional, mengawasi mobilisasi dan mencapai kemampuan operasional secara penuh dengan menggunakan pasukan yang sudah disiapkan, dan jika dibutuhkan, kemudian bersama-sama dengan sekutu bersiap menghadapi agresi yang muncul dengan membentuk komando operasi pertahanan gabungan. Selain itu, pembentukan dari Komando Operasi juga bertujuan untuk ikut berkontribusi kepada operasi-operasi multinasional dan operasi-operasi gabungan

dengan sekutu, program “persahabatan untuk perdamaian” yang sekaligus menjadi jalan untuk menjadi anggota NATO, serta sebagai kendali pemisahan antara

“Satuan Pengguna” dari “Satuan Penyedia”. Adapun keuntungan dari komando operasional bagi PAF adalah:

1. Tingkat interopabilitas yang tinggi dengan pasukan sekutu dan gabungan.

2. Akses terhadap sumber logistik internasional untuk mendukung PMC.

3. Pengenalan terhadap sistem penginderaan berteknologi tinggi, kemampuan baru dari imaginary intelligence (IMINT) dan signal intelligence (SIGINT).

4. Pengembangan teknologi Angkatan Bersenjata Polandia dan meningkatkan keamanan serta efektivitas pada medan tempur.

Pada masa krisis dan perang, Komando operasional memiliki tanggung jawab sebagai berikut:

1. Merencanakan dan mengadakan operasi pertahanan gabungan nasional.

2. Pemenuhan komitmen militer dari Pasal 5 Washington Treaty.

3. Pengawasan terhadap pasukan Polandia yang tergabung dalam satuan tempur Uni Eropa.

4. Pengawasan terhadap pasukan Polandia yang melaksanakan penugasan di luar negeri.

Sedangkan pada masa damai, Komando operasional memiliki tanggung jawab sebagai berikut:

1. Mengarahkan pelatihan untuk staff yang dibawahi untuk operasi gabungan.

2. Perencanaan dan pelaksanaan latihan gabungan dengan komponen-komponen yang ada.

3. Kontribusi untuk proses persyaratan dan sertifikasi prajurit yang di tugaskan untuk misi luar negeri.

4. Kontrol pelatihan terhadap sistem pernika nasional yang terintegrasi.

5. Komando dan kontrol terhadap aset-aset yang ditugaskan untuk menjaga perbatasan udara dan laut.

6. Mengawasi situasi yang berkembang.

7. Misi-misi pengawasan udara dan laut.

8. Perijinan untuk penerbangan militer asing.

9. Memonitor misi pencarian dan penyelamatan.

10. Perencanaan, implementasi dan koordinasi pasukan militer dalam merespon bencana alam.

Komando operasional PAF merupakan sebuah unit yang sangat strategis sebagai gerbang kontribusi Uni Eropa, NATO, hingga PBB dalam bentuk program kerjasama dan pemberian bantuan kepada otoritas politik di Polandia dalam mendukung pelaksanaan command and control komando operasional.

WAR GAMES AND SIMULATION CENTER (WGSC) DAN CBRN DEFENCE TRAINING CENTRE

WAR GAMES AND SIMULATION CENTER (WGSC)

Pada tahun 2005 dibawah komando dari AON didirikanlah War Games and Simulation Center (WGSC) atau Pust Simulasi dan Olahyuda yang berkaitan erat dengan Fakultas Manajemen dan Komando, Fakultas Keamanan Nasional, serta pusat riset AON sendiri. Di luar AON, WGSC juga bekerjasama dengan PAF, dan dengan NATO melaui dua institusi yaitu Joint Force Training Center (JFTC) di Polandia dan Joint Warfare Center (JWC) di Norwegia. Kedua pusat pelatihan ini saling berkoordinasi dalam pengembangan software pelatihan yang dikenal dengan nama Joint Theater Level Simulation (JLTS). Secara lebih lengkap hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Hubungan WGSC dengan Militer Polandia

Garis penghubung dengan mata panah di kedua arah dalam gambar di atas bermakna hubungan antar lembaga yang bersifat timbal balik. Tanda panah biru menunjukkan hubungan WGSC dengan institusi luar Polandia yaitu NATO dan JWC. Kedua institusi tersebut berperan sebagai pembuat guideline program pelatihan secara terintegrasi dengan standarisasi operasional yang disepakati oleh semua anggota aliansi NATO. Sedangkan tanda panah merah menunjukkan hubungan WGSC dengan institusi dalam negeri. Tanda merah besar menunjukkan mayoritas fasilitas WGSC digunakan oleh PAM, sedangkan yang berwarna merah kecil berperan sama seperti NATO dan JWC tetapi untuk pengembangan software lokal.

WGSC sendiri mengemban misi: 1) Mendukung secara penuh seluruh aktifitas pelatihan simulasi PAF, 2) Menyediakan dukungan bagi General Staff Joint Training Program yang menyiapkan personel PAF untuk mengikuti operasi gabungan internasional, dan 3) Turut berkontribusi dalam aktivitas litbang pemodelan dan simulasi di PAF.

Dalam penyiapan wargames agar bisa digunakan sebagai bagian dari pelatihan yang baik, WGSC terlebih dahulu menyiapkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Analisis operasi sejenis berdasarkan pengalaman sebelumnya. Contohnya jika akan melakukan suatu operasi penanggulangan huru-hara, para pembuat keputusan harus melihat pada operasi penganggulangan huru-hara sebelumnya sebagai bahan perbandingan.

2. Pengumpulan data agar simulasi dapat dibuat serealistis mungkin dengan mempertimbangkan aspek threat assesment dan risk level, dan resource needs berbasis pada keseluruhan DLOD.

3. Pembuatan skenario-skenario simulasi yang memungkinkan berdasarkan data dari operasi terdahulu untuk mengeksplorasi segala kemungkinan hingga yang terburuk dengan memperhatikan kajian keamanan nasional dan Polish defence management.

Selanjutnya dalam pelaksanaan wargames, WGSC didukung oleh kelengkapan- kelengkapan struktural sebagai berikut:

1. Game Control, yang bertugas mengumpulkan data-data tentang kapabilitas yang dimiliki oleh satuan tempur, seperti: intelijen, statistik, logistik, dan sebagainya dari data historis tentang operasi-operasi atau perang yang pernah dilakukan oleh beragam satuan termasuk data-data aktual/ termutakhir satuan-satuan tersebut.

2. Network, yang bertanggungjawab atas pengembangan jaringan internet dan integrasi alat informasi yang digunakan termasuk jaringan satelit dan provider baik pada level nasional maupun internasional (dalam hal ini telah diatur oleh NATO).

3. Communication, yang fungsinya adalah memberikan bantuan pada penggunaan teknologi berbasis jaringan. Meskipun demikian penyebaran komunikasi melalui cara-cara tradisional, seperti telepon, dokumen, surat, bahkan sampai menggunakan kurir, tetap berlaku dalam situasi darurat dimana perangkat elektronik tidak dapat digunakan.

4. Support Administration, yang mengatur urusan administratif seperti pengarsipan, tata kelola keuangan, pengaturan urusan rumah tangga dan sebagainya.

Secara garis besar, segenap elemen-elemen PAF seperti intelijen, tempur (dari seluruh matra, khususnya artileri medan dan artileri pertahanan udara karena sejalan dengan fokus PAF pada missile defense), logistik, perbekalan dan angkutan, zeni dan teknik, hingga perhubungan dan meteo dimasukkan sebagai variable dalam piranti lunak yang digunakan untuk wargames. Namun demikian sebagaimana telah disinggung sebelumnya, terdapat elemen lainnya yang bersifat tradisional, seperti kemungkinan penggunaan brosur, leaflet, dsb. Elemen tradisional ini selain sebagai alkom, dapat digunakan dalam situasi tertentu sebagai alat propaganda.

Mengingat operasi militer bisa berupa perang dan selain perang maka pada tataran pelatihan, PAF menggunakan dua program simulasi berbantuan komputer yaitu Mengingat operasi militer bisa berupa perang dan selain perang maka pada tataran pelatihan, PAF menggunakan dua program simulasi berbantuan komputer yaitu

Infrastruktur Computerized, Intellegence, and Surveillance

<emgacu pada gambar diatas, mekanisme arus informasi dan rekaman perkembangan ancaman atau kondisi riil yang terjadi dari hasil survailance dipancarkan melalui radar dan satelit kemudian diterima receiver yang terletak di dekat WGSC. Dari receiver data tersebut kemudian dipilah ke server dan database yang diletakkan di ruang bawah tanah. Hasil rekaman tersebut selanjutnya disalurkan melalui jaringan internet untuk urusan komputasi ke area kantor baik di lantai dasar maupun lantai satu, cam control (LOCON) di lantai dua, opposition force (alat tempur) di lantai tiga, dan pemain serta teknisi komputer /extended connection di lantai empat.

Pada ranah militer seperti yang dilakukan oleh PAF, simulasi berbantuan komputer tentunya tetap menghadapi keterbatasan dalam hal kecepatan dan ketepatan waktu dalam menghadapi dinamika lapangan, tingkat akurasi dan detail kejadian serta Pada ranah militer seperti yang dilakukan oleh PAF, simulasi berbantuan komputer tentunya tetap menghadapi keterbatasan dalam hal kecepatan dan ketepatan waktu dalam menghadapi dinamika lapangan, tingkat akurasi dan detail kejadian serta

Dengan demikian, keberadaan laboratorium WGSC tetap memberikan kontribusi yang signifikan mengingat simulasi merupakan sebuah tiruan kejadian nyata yang diupayakan sedemikian rupa. Simulasi ini menjadi wahana pendidikan yang penting di tingkat sekolah staff dan komando serta menghasilkan analisis simulasi operasi berupa gambaran multi media dalam format chart dan grafik, analisis kejadian, serta animasi dan transkrip rangkuman laporan yang bisa cukup bisa dipercaya sebagai bagian dari pendukung pengambilan keputusan. Hal ini dikarenakan pemrograman simulasi akan disesuaikan dengan skenario lapangan semirip mungkin dan dapat terus dikembangkan baik skenario maupun elemen pendukungnya. Berikut ini adalah contoh salah satu output software simulasi JLTS yang digunakan PAF:

Contoh Output Software Simulasi JLTS

Contoh gambar di atas menjelaskan mengenai efek terjadinya bencana yang disebabkan oleh cairan amoniak. Area yang berwana kuning merupakan wilayah yang terkena dampak bencana tersebut dengan penyebaran dampak yang dipengaruhi oleh beberapa stimulus seperti curah hujan, terrain, aliran sungai dsb. Estimasi jumlah korban baik meninggal dunia maupun luka-luka juga terlihat dalam kotak tersendiri termasuk skenario terburuk. Hasil output analisis soft ware akan berubah menyesuaikan dengan bencana dan ancaman yang terjadi, tetapi pada prinsipnya tetap memperlihatkan kemungkinan estimasi jumlah korban mati dan terluka serta luas wilayah yang terkena dampak sekaligus tingkat resiko yang dihasilkan.

CBRN DEFENCE TRAINING CENTRE

Berkaitan dengan ancaman CBRN yang telah disinggung sebelumnya dalam bagian WGSC, AON juga secara khusus memiliki CBRN Defence Training Centre yang berhubungan dengan NATO Training Groups dengan misi mengembangkan kapabilitas pertahanan CBRN nasional untuk mengantisipasi ancaman proliferasi senjata Pemusnah Massal (WMD) dan Terrorisme. Secara struktural, CBRN Defence Training Centre terbagi menjadi dua, yakni CBRN Doctrine & Analysis Research, yang berfokus pada pembuatan program dan ide-ide baru dalam penanganan CBRN, dan CBRN Defence Education Branch yang berfokus pada kegiatan pendidikan.

Menurut CBRN Defense Training Center, Senjata CBRN didefinisikan sebagai produk hasil rekayasa canggih yang dimanfaatkan oleh angkatan bersenjata suatu negara untuk meluncurkan agen senjata kimia, biologis, radiologis, dan nuklir pada sebuah target yang telah dipilih atau untuk menghasilkan sebuah bahan peledak nuklir. Agen CBRN merupakan sebuah ungkapan umum yang digunakan untuk bahan-bahan padat, cair, gas, dan aerosol yang didesain untuk melumpuhkan dan membunuh dan atau menghancurkan infrastruktur atau peralatan militer suatu negara. Oleh karena itulah, CBRN Training Center memiliki Sistem Pertahanan yang mendukung rencana dan kegiatan yang dimaksudkan untuk melakukan mitigasi dan menetralisasi efek buruk pada operasi dan personel yang dihasilkan dari penggunaan atau ancaman penggunaan senjata CBRN.

Aktivitas Utama CBRN

CBRN Training Centre ditujukan sebagai referensi bagi pertahanan CBRN Polandia, dalam tataran pembuatan kebijakan. Dukungan penuh dari pihak NATO juga merupakan faktor utama yang menunjang aktivitas dalam CBRN Defence Training Centre. Terdapat lima aktifitas utama dalam CBRN Defence Training Centre, diantaranya: kajian (studies), pelatihan (training), Pengembangan Kebijakan; Standar dan Prosedur (policy, strandards, and procedures), Riset dan Konsep (research and concepts), dan Kerjasama (cooperation). Penjelasan dari kelima aktifitas utama tersebut akan dipaparkan berikut ini.