BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM PASCA FACE READING UNTUK MENINGKATKAN SELF ACCEPTANCE CALON ISTRI TERHADAP PASANGAN : STUDI KASUS CALON ISTRI DI BIRO KONSULTASI & KONSELING KELUARGA SAKINAH AL-FALAH.

(1)

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM PASCA FACE READING

UNTUK MENINGKATKAN SELF ACCEPTANCE CALON ISTRI TERHADAP PASANGAN

(Studi Kasus Calon Istri di Biro Konsultasi & Konseling Keluarga Sakinah Al-Falah)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

IRSAD ROXIYUL AZMI

NIM. B53212075

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Definisi Konsep ... 12

1. Bimbingan dan Konseling Islam ... 13

2. Face Reading ... 13

3. Self Acceptance ... 14

F. Metode Penelitian... 15

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 16

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 17

3. Jenis dan Sumber Data ... 17

4. Teknik Pengumpulan Data ... 18

5. Tahap-Tahap Penelitian ... 22

6. Teknik Analisis Data ... 23

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 24

G. Sistematika Pembahasan ... 26

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ... 28

1. Bimbingan dan Konseling Islam ... 28

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam ... 28

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam... 29

c. Fungsi dan Peran Bimbingan dan Konseling ... 33

d. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling ... 34

2. Face Reading ... 37

a. Sejarah Face Reading ... 37

b. Landasan Teori Face Reading ... 44


(6)

3. Self Acceptance ... 61

a. Pengertian Self Acceptance ... 61

b. Ciri-ciri Self Acceptance ... 64

c. Aspek-aspek Self Acceptance ... 65

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Acceptance ... 69

e. Self Acceptance dari Hasil Face Reading ... 70

B. Penelitian Terdahul yang Relevan ... 72

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 74

1. Diskripsi Objek Penelitian ... 74

a. Bidang Pelayan Biro Konsultasi & Konseling Keluarga Sakinah Al-Falah ... 74

b. Tim Konselor Biro Konsultasi & Konseling Keluarga Sakinah Al-Falah ... 75

2. Diskripsi Konselor ... 75

3. Diskripsi Klien ... 76

a. Data Klien ... 76

b. Latar Belakang Keluarga... 76

c. Latar Belakang Pendidikan ... 77

d. Latar Belakang Ekonomi... 77

e. Latar Belakang Keadaan Lingkungan ... 78

f. Kepribadian Klien ... 78

4. Diskripsi Masalah ... 79

B. Diskripsi Hasil Penelitian ... 81

1. Diskripsi Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam Pasca Face Reading untuk Meningkatkan Self Acceptance Calon Istri terhadap Pasangan ... 81

2. Diskripsi Hasil Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam Pasca Face Reading untuk Meningkatkan Self Acceptance Calon Istri terhadap Pasangan ... 108

BAB IV : ANALISA DATA A. Analisa Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam Pasca Face Reading untuk Meningkatkan Self Acceptance Calon Istri terhadap Pasangan ... 110

B. Analisa Hasil Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam Pasca Face Reading untuk Meningkatkan Self Acceptance Calon Istri terhadap Pasangan ... 114

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 118

B. Saran ... 120 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR TABEL

Daftar Tabel Halaman Tabel 1.1. Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 20 Tabel 3.1. Hasil Interpretasi Face Reading ... 89 Tabel 3.2. Pennyajian Data Hasil Proses Konseling Islam ... 109 Tabel 4.1. Perbandingan Proses Pelaksanaan di Lapangan dengan Teori

Konseling Islam ... 110 Tabel 4.2. Analisa Keberhasilan Proses Konseling Islam... 115


(8)

DAFTAR GAMBAR

Daftar Gambar Halaman

Gambar 2.1. Bentuk-bentuk Wajah ... 52

Gambar 2.2. Bentuk-bentuk Dahi ... 53

Gambar 2.3. Bentuk-bentuk Alis ... 55

Gambar 2.4. Bentuk-bentuk Mata ... 56

Gambar 2.5. Bentuk-bentuk Hidung ... 57

Gambar 2.6. Bentuk-bentuk Pipi ... 58

Gambar 2.7. Bentuk-bentuk Bibir ... 59


(9)

ABSTRAK

Irsad Roxiyul Azmi (B53212075), Bimbingan dan Konseling Islam Pasca Face Reading untuk Meningkatkan Self Acceptance Calon Istri terhadap Pasangan (Studi Kasus Calon Istri di Biro Konsultasi & Konseling Keluarga Sakinah Al-Falah)

Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam Pasca Face Reading untuk Meningkatkan Self Acceptance Calon Istri Terhadap Pasangan di Biro Konsultasi & Konseling Keluarga Sakinah Al-Falah? (2) Bagaimana Hasil Bimbingan dan Konseling Islam Pasca Face Reading untuk Meningkatkan Self Acceptance Calon Istri terhadap pasangan di Biro Konsultasi & Konseling Keluarga Sakinah Al-Falah?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus. Penelitian pustaka bermaksud untuk menemukan teori dari face reading yang merupakan pengembangan dari bentuk sistem nadlar pada masa khitbah, yang nantinya digunakan sebagai salah satu instrumen alat pengukuran dalam konseling (appraisal konseling) dan dikemas dalam bentuk Bimbingan dan Konseling Islam yang bertujuan meningkat Self Acceptance calon istri. Selanjutnya, studi kasus dilakukan untuk mengaplikasikan konsep konseling yang sudah ditemukan dalam setting konseling yang ril dengan konseli calon istri. Pada tahap ini data diperoleh melalui wawancara dan observasi serta interpretasi kepribadian Face Reading dari calon suami klien.

Dalam penelitian ini disimpulkan “Bimbingan dan Konseling Islam Pasca Face Reading untuk Meningkatkan Self Acceptance Calon Istri Terhadap Pasangan” dikategorikan cukup berhasil. Hal itu dapat dilihat dari perhitungan prosentase yakni 70% yang tergolong dalam kategori 60%-70% (dikategorikan cukup berhasil). Keberhasilan tersebut dibuktikan dengan adanya perubahan sikap klien berupa: klien mengetahui kepribadian pasangannya secara menyeluruh, klien memahami cara menyikapi keperibadian pasangannya, klien mengetahui kekurangan atau peta masalah pada pasangannya serta menemukan solusi menyelesaiaannya, klien mengetahui potensi atau kelebihan pasangaannya serta mengetahui cara mengembangkannya, klien tidak merasa ragu, bingung serta sedih dalam memahami keperibadian pasangannya, klien menemukan cara untuk menjadi keluarga ideal yang berasal dari nilai eksistensinya, klien jarang mengeluhkan tentang kepribadian pasangannya.


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia dilahirkan dengan berpasang-pasangan, hal itu sesuai dengan kandungan surat ar-Rum [30] ayat 21













.

Artinya: “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”(QS.ar-Rum:21).1

Dalam aturan islam, agar pasangan menjadi sah maka diikat dengan sebuah pernikahan. Pernikahan merupakan fitrah insaniyah, karena islam adalah agama fitrah. Maka islam jelas menolak segala yang bertentangan dengan fitrah insani. Oleh karena itu, islam sangat menganjurkan manusia untuk merajut tali kasih dalam melalui sebuah pernikahan.2

Setiap pernikahan tidak lepas dari sebuah permasalahan, Sebab pada hakikatnya pernikahan merupakan penyatuan dari dua insan yang berbeda. Mulai

1

Departemen Agama, Terjemah Al-Qur’anul karim, (Semarang: Alawiyah).

2

Thohari Mustamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami (Yogjakarta: UII Press, 1992), hal. 69.


(11)

2

perbedaan kecil berupa sikap, mental atau perilaku pasangan yang tidak sesuai dengan harapan, sampai perbedaan besar yang dapat memicu adanya sebuah perpisahan.

Berdasarkan data Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kemenag, yang mengumpulkan data dari Mahkamah Agung menyebutkan, selama tahun 2014 kasus gugat cerai mencapai di seluruh Pengadilan Agama mencapai 268.381 kasus. Sedangkan kasus cerai talak berjumlah 113.850 kasus.3 Menurut Abduh Nasution MHI, selaku dosen fakutas syari’ah dan hukum islam UIN Sunan Ampel Surabaya serta advokat mengatakan:

“sebenarnya penyebab penceraian bukan dari masalah ekonomi ataupun hak yang tidak terpenuhi, akan tetapi perbedaan kepribadian yang tidak dimengerti oleh pasangannya, sehingga mereka merasa tidak cocok dan tidak nyaman lagi, maka penceraian dipilih menjadi solusi”.4

Kepribadian dianggap sebagai instrument yang penting dalam menciptakan keharmonisan keluarga. Kepribadian menurut Allport adalah cara berinterkasi yang khas oleh individu terhadap perangsang sosial dan kualitas diri yang dilakukan terhadap segi sosial lingkungannya.5 Ada beberapa istilah yang terkait dengan kepribadian dalam teori psikologi kepribadian, yakni: Personality (kepribadian): penggambaran tingkah laku tanpa nilai, Character (karakter): penggambaran tingkah laku dengan nilai, Disposition (watak): karakter yang dibisa dirubah, Temperamen (temperamen): kepribadian determinan, Traits

3

Data diolah: Jawa Pos Mobile Online, Edisi 23 Juni 2015

4 Wawancara Pribadi, oleh Abduh Nasution MHI, selaku dosen Fakutas Syari’ah dan Hukum

Islam UIN Sunan Ampel Surabaya serta Advokat, Selasa 11 Agustus 2015

5


(12)

3

(sifat): respon yang berkelanjutan, Type-attribute (ciri): stimuli yang terbatas, Habit (kebiasaan): respon yang berulang.6

Salah satu cara untuk mengetahui kepribadian seseorang adalah melalui Fisiognomi. Fisiognomi berasal dari kata Phisis yang berarti alam dan Gnomon yang berarti penilaian.7 Sedangkan pengertian Fisiognomi adalah seni dan ilmu yang digunakan untuk mengenal karakter seseorang dengan melihat wajah atau Face Reading.8 Ilmu Fisiognomi pertama disusun oleh Aristoteles dengan meniliti hubungan antara ciri fisik individu dengan watak kepribadian. Setelah itu ditemukan prinsip fisiognomi oleh Shakespeare, Milton, Dryden. Kemudian abad ke-18 disempurnakan Johan Kaspar Lavater dengan menemukan ciri wajah dan kecenderungan mental. Pada abad ke-19 Franz Joseph Gall mengajukan teori frenologi kontur tengkorak menjadi petunjuk wilayah otak yang berpengaruh dengan mengidentifikasi 27 titik penting. Sehingga tahun 1950-an William Sheldon menemukan teori somatotypes atau hubungan antara postur tubuh dengan kepribadian. Teori Fisiognomi dikembangkan oleh Edward Jones dalam mengidentifikasi kejahatan seseorang. Setelah itu Robert Whiteside menggunakan Fisiognomi untuk menempatan kerja.9

Identifikasi kejahatan yang dikembangkan oleh Edward Jones juga dipraktikan di kalangan kepolisian, seperti dalam kasus Jessica Kumala Wongso. Dalam kasus tersebut, polisi meminta bantuan ahli hipnoterapi dalam

6

Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Pres, 2011), hal. 07.

7

Budi Susilo, Membaca Kejujuran dan Kebohongan dari Raut Wajah, (Jogjakarta: Diva Press, 2014), hal. 14.

8

Dwi Sunar Prasetyono, Membaca Wajah Orang, (Jogjakarta: Diva Press, 2012), hal. 06.

9


(13)

4

mengungkap kesaksian Jessica. Terapis tersebut menyimpulkan adanya kejanggalan saat memberikan keterangan di media dengan saat menemui komnas HAM, sehingga tidak singkron antara sikap dan ketenangan yang dimiliki jessica. Terapis tersebut mengamati indikasi depresi dari bahasa tubuh, gestur, postur, ekspresi wajah dan intonasi suaranya.

Fisiognomi juga dibenarkan dalam islam, sebab islam menganggap wajah merupakan bagian dari tubuh manusia yang paling sempurna sesuai (QS. at Tin [95]: 04.







Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang

sebaik-baiknya”.10

Sedangkan dalam surat QS al-Mukmin [40]: 64 mengatakan bahwa Allah telah membentuk manusia dan membaguskan rupa manusia.

















Artinya: “Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezki dengan sebahagian yang baik-baik. yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam”.11

10

Departemen Agama, Terjemah Al-Qur’anul karim, (Semarang: Alawiyah).

11


(14)

5

Selain itu, dalam QS. at Taghobun [64]: 03 menyatakan bahwa Allah membentuk rupa manusia dan membaguskan rupa itu. Dan melalui wajah itu bisa menggambarkan dinamika psikis seseorang.







Artinya: “Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq. Dia membentuk rupamu dan dibaguskanNya rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah

kembali(mu)”.12

Sehingga islam memberikan batasan yang boleh dilihat saat ta’aruf (perkenalan) atau sudah menginjak masa khitbah (meminang) antara laki-laki dan perempuan adalah wajah. Karena islam ingin menegaskan bahwa yang boleh tampak tersebut sudah cukup memberi gambaran karakter calon pengantin.

Menganai melihat wanita yang dipinang sunah hukumnya, berdasarkan hadits

Nabi yang menyuruh kepada Mughiroh bin Syu’bah untuk melakukan khitbah:

ث ح ق ئا ي أ ا ث ح عي حأ ث ح

ع حْا ه ي ص ع ي

عش يغ ا ع ي ا َا ع

هي ع َا ص ي ا ف أ ا طخ ه أ

ي ي أ حأ ه ف ي ظ ا

ي أ ج

ح ع

ا يف

ع ا هأ ضع ه ق ح ثي ح ا ه يع أ ق ي ه ي أ أ ي ح

ي ظ ي أ أ َ ا ق ثي ح ا ا ه

قح حأ ق ه ح

ي

ي

ا

أ حأ ق ي ي أ حأ ه ق ع

.

12


(15)

6

(TIRMIDZI - 1007) : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani', telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Za`idah berkata; Telah menceritakan kepadaku 'Ashim bin Sulaiman Al Ahwal dari Bakr bin Abdullah Al Muzani dari Al Mughirah bin Syu'bah, dia meminang seorang wanita. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Lihatlah dia! karena hal itu akan lebih melanggengkan perkawinan kalian berdua." Hadits semakna diriwayatkan dari Muhammad bin Maslamah, Jabir, Abu Humaid, Anas dan Abu Hurairah. Abu Isa berkata; "Ini merupakan hadits hasan sahih. Sebagian ulama mengamalkan hadits ini. Mereka berkata; 'Tidak mengapa melihat kepadanya, selama tidak melihat hal-hal (bagian anggota tubuh) yang diharamkan.' Ini pendapat Ahmad dan Ishaq. Makna perkataan; "..lebih melanggengkan perkawinan kalian berdua." adalah langgengnya kasih sayang di antara keduanya13".

ث ع ع ع قا ا ع أ أ عي ا ي أ ح ا ث ح

ع ع ي ا

ق عش يغ ا ع ي ا َا

أ ا ه

ف

هي ع َا ص ي ا ي أ

ي أ جأ ه ف ي ظ ف ه ا ف طخأ

ط ف ص ْا أ ا ي أف ي

ق ه

أ ف

هي ع َا ص ي ا

خأ ي أ

ع ف

ف ه خ يف يه أ ا

ظ ف ظ أ

أ

هي ع َا ص َا

". فا ف ج ف ي ظ ف ق ظعأ أ ش أف َ

(IBNU MAJAH - 1856) : Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Abu Ar Rabi' berkata, telah memberitakan kepada kami Abdurrazaq dari Ma'mar dari Tsabit Al Bunani dari Bakr bin Abdullah Al Muzani dari Al Mughirah bin Syu'bah ia berkata, "Aku menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu aku sebutkan perihal wanita yang akan aku pinang. Beliau bersabda: "Pergi dan lihatlah ia, sebab itu akan membuat rumah tanggamu kekal." Setelah itu aku mendatangi dan meminangnya melalui kedua orang tuanya, dan aku sampaikan kepada keduanya tentang sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Namun sepertinya mereka berdua kurang menyukainya." Al Mughirah berkata, "Percakapan itu didengar oleh anak wanitanya yang ada di balik satir, hingga ia berkata, "Jika memang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

13

Abu Isa Muhammad bin Isa bin Sauroh bin Musa bin Al-Dlahak As-Salmi At-Turmudzi,


(16)

7

memerintahkanmu untuk melihat, maka lihatlah. Namun jika tidak, maka aku akan menyumpahimu! " seakan wanita itu benar-benar mengaggap besar perkara tersebut. Al Mughirah berkata, "Maka aku pun melihat dan menikahinya." Al Mughirah lalu menyebutkan persetujuannya."14

Jadi kesimpulan dari kedua hadits tersebut adalah: “Lihatlah! Karena dengan

melihat itu akan lebih menjamin dapat menyatukan kamu berdua”. (HR. Ibnu Majah dan Tiridzi).15 Sehingga jumhur ulama’ berpendapat bahwa disunahkan melihat calon istri pada bagian wajah dan telapak tangan.16 Hal tersebut menandakan penting mengenal calon pengantin, dan cara mengenalnya melalui melihat wajah.

Dunia islam memiliki tokoh fisiognomi sejak tahun 1150-1210 M yakni, Imam Fakhruddin Ar-razi. Beliau menulis kitab berjudul Al-Firasah: Daliluka ila

Ma’rifah Akhlaq an-Nas wa Thabai’ihim wa ka’annahum Kitabun Maftuh. Beliau menejermahkan kata Firasat sebagai istilah untuk menyebut penyimpulan keadaan-keadaan batiniah (yang tidak terlihat) berdasarkan pertanda-tanda lahiriyah (yang kasat mata). Beliau membagi tehnik-tehnik mengetahui watak seseorang menjadi enam bagian, di antara yakni Berdasarkan wajah seseorang. Ar-razi membagi perilaku manusia menjadi dua jenis, Pertama, Perilaku alamiah yang didorong oleh watak dan sifat aslinya (thabi’iyah). Kedua, perilaku operan yang berbentuk oleh tuntutan akal dan syari’at (taklifiyah). Pada perilaku pertama mampu dijadikan petunjuk dalam mengetahui watak seseorang. Seperti orang

14

Abu Abdillah Muhammad bin Yazid Ibni Majah Al-Qazmini, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Darul Fikr,tt).

15

Abdullah Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Majah, Juz I, (Beirut: Darul Fikr,tt), hal. 585.

16


(17)

8

yang sedang marah maka raut mukanya terlihat marah, sehingga seiring berjalannya waktu mukanya menjadi terlihat marah terus dengan bentuk tertentu. Maka dia berwatak pemarah.17

Melihat wajah calon pasangan juga menjadikan usaha tersendiri untuk mendapatkan pasangan yang ideal, seperti halnya adat jawa dalam filosofi kriteria memelih pasangan hidup. Filosofi tersebut mengharuskan seseorang memiliki pertimbangan berupa bibit, bebet dan bobot. Bibit berarti asal keturunan dan keluarga, sedangkan bebet adalah kematangan dalam finansial, dan bobot merupakan kualitas diri berupa intelektual, emosional serta spiritualitasnya.

Dalam bimbingan dan konseling islam, fisiognomi merupakan bagian dari appraisal atau kegiatan penilaian dan penaksiran oleh seorang konselor terhadap konseli yang meliputi berbagai kondisi pribadi, keluarga dan lingkungan sekitarnya dalam membantu pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.18 Dalam proses bimbingan dan konseling islam tidak dapat mengabaikan karakteristik konseli berupa keunikan Kepribadian (Uniqueness of Personality). Setiap kenseli memiliki keunikan dalam aspek kepribadiannya, sehingga perilaku konseli beda dengan konseli lain. perilaku tersebut ada yang tampak (overt) dan ada juga yang tidak tampak (covert). disebabkan oleh faktor internal heriditas maupun eksternal lingkungan.19

17

Imam Fakhruddin Ar-Razi, Kitab Firasat: Ilmu Membaca Sifat dan Karakter Orang dari Bentuk Tubuhnya, (Jakarta: Turos, 2015), hal. 74.

18

Mohammad Thohir, Appraisal dalam Bimbingan dan Konseling, (Surabaya: BKI, 2015), hal. 01.

19


(18)

9

Terdapat terapi yang relevan dengan memahami perbedaan kepribadian pasangan, yakni Feminist Therapy yang dikembangkan oleh Jean Baker Miler, Carolyn Zerbe Enns, Olivia M. Espin, Laura S. brown. Teori tersebut memandang perempuan dan laki-laki memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda. Sedangkan manusia yang sehat adalah pribadi yang sadar akan identitas dan perannya termasuk di dalamnya etnis dan budaya, nilai, orientasi seksual, rasa sayang, status ekonomi dan karakteristik fisik serta kepribadian masing-masing. Adapun tekniknya adalah empowerment, self disclosure, gender role analysis, gender role intervention, power analysis, bibliotherapy, assertive training, reframing and relabeling, social action. Selain itu juga terdapat pendekatan Eksistensi Humanistik yang mana pengertiannya adalah suatu pendekatan untuk membantu meluaskan kesadaran diri klien agar mampu bertindak, menerima kebebasan dan tanggung jawab dalam tindakan-tidakannya, berupa peningkatan kesanggupan pilihannya atas arah hidupnya.20 Adapun tujuan dari eksistensi humanistik adalah membantu klien untuk menemukan nilai, makna dan tujuan dalam hidupnya. Selain itu, agar lebih sadar akan kebebasan untuk memilih dan bertindak, sehingga mampu membuat pilihan hidup yang mampu mengaktualisasikan diri dan mencapai hidup yang bermakna.21

Namun untuk penelitian kali ini, dalam memberikan bantuan kepada klien, konselor memakai pendekatan Bimbingan dan konseling Islam dengan eksplorasi

20

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2003), hal. 53.

21

Departemen Pendidikan Nasional, Modul Bimbingan dan Konseling PLPG Kuota 2008, (Surabaya:Unesa, 2008), hal. 17.


(19)

10

nilai-nilai Al-qur’an dan Hadits. Pendekatan ini akan membantu klien dalam menerima keadaan pasangannya secara menyeluruh, dengan cara menemukan makna dan harapan hidupnya kemudian diperkuat dengan penjelasan makna Al-quran dan hadits. Sehingga penggabungan antara makna dan harapan hidup yang selaras dengan ayat al-quran akan mampu membantu klien dalam menerima keadaan pasangannya.

Oleh karena itu bimbingan dan konseling islam sebagai upaya untuk membantu pasangan yang hendak memahami karakter pasangannya melalui pengukuran dan penilaian (appraisal) dengan Face Reading. Maka dari itu Face Reading perlu digunakan sebagai appraisal konseling untuk mencegah terjadinya penceraian sesuai prinsip preventif, untuk memperbaiki hubungan pasangan atau sebagai langkah kuratif, bahkan sebagai langkah untuk meningkatkan keharmonisan pasangan atau devolepment melalui peningkatan Self Acceptance yang tumbuh antar pasangan, sebab kedua saling memiliki Self Knowledge menganai pasangannya dan mengerti dalam memahaminya atau Self Understanding.

Dengan latar belakangan di atas Penulis berinisiatif mengambil judul: Bimbingan dan Konseling Islam Pasca Face Reading untuk Meningkatkan

Self Acceptance Calon Istri terhadap Pasangan (Studi Kasus Calon Istri di Biro Konsultasi & Konseling Keluarga Sakinah Al-Falah).


(20)

11

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tentang tema di atas, maka peneliti memfokuskan permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam Pasca Face Reading untuk Meningkatkan Self Acceptance Calon istri Terhadap Pasangan di Biro Konsultasi & Konseling Keluarga Sakinah Al-Falah?

2. Bagaimana Hasil Bimbingan dan Konseling Islam Pasca Face Reading untuk Meningkatkan Self Acceptance Calon Istri terhadap pasangan di Biro Konsultasi & Konseling Keluarga Sakinah Al-Falah?

C. Tujuan Penelitian

Searah dengan rumusan masalah yang tertera di atas, tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui seberapa efektif untuk diajukan dalam membantu konselor dalam meningkatkan penerimaan diri (Self Acceptance) pada calon pengantin melalui face reading di di Biro Konsultasi & Konseling Keluarga Sakinah Al-Falah.

Secara rinci penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam Pasca Face Reading untuk Meningkatkan Self Acceptance Calon Istri Terhadap Pasangan di Biro Konsultasi & Konseling Keluarga Sakinah Al-Falah.

2. Untuk mengetahui Hasil Bimbingan dan Konseling Islam Pasca Face Reading untuk Meningkatkan Self Acceptance Calon Istri terhadap pasangan di Biro Konsultasi & Konseling Keluarga Sakinah Al-Falah.


(21)

12

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan sebagai berikut: 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna pada pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan pemikiran bagi para pembaca, khususnya mahasiswa bimbingan dan konseling islam, dan para pembaca lain umumnya. Selain itu, agar dapat mengetahui bagaimana cara yang baik dalam memberikan layanan konseling yang efektif meningkatkan Self Acceptance pada calon istri Pasca face reading di di Biro Konsultasi & Konseling Keluarga Sakinah Al-Falah.

2. Secara Praktik

Dapat dijadikan acuan dalam memberikan informasi kepada seluruh konselor tentang bagaimana cara yang baik dalam memberikan layanan konseling yang efektif meningkatkan Self Acceptance pada calon pengantin Pasca face reading.

E. Definisi Konsep

Dalam pembahasan ini perlu kiranya peneliti membatasi dari sejumlah konsep yang diajukan dalam penelitian dengan judul Bimbingan dan Konseling Islam Pasca Face Reading untuk Meningkatkan Self Acceptance Calon Istri terhadap Pasangan (Studi Kasus Calon Istri di di Biro Konsultasi & Konseling Keluarga Sakinah Al-Falah).


(22)

13

1. Bimbingan dan Konseling Islam

Suatu aktifitas pemberian nasehat dengan atau berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk pembicaraan yang komunikatif antara konselor dan konseli.22 Sedangkan menurut Aunur Rahim Faqih adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya sabagai makluk Allah yang seharusnya dalam kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan-ketentuan dan petunjuk dari Allah, sehingga dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat.23

2. Face Reading

Dalam pembahasan kali ini, Face Reading adalah seni dan ilmu yang digunakan untuk mengetahui karakter kepribadian orang dengan melihat wajah, atau yang dikenal dengan fisiognomi. Fisiognomi berasal dari kata Phisis yang berarti alam dan Gnomon yang berarti penilaian.24

Dunia islam memiliki tokoh fiognomi sejak tahun 1150-1210 M yakni, Imam Fakhruddin Ar-razi. Beliau menulis kitab berjudul Al-Firasah: Daliluka

ila Ma’rifah Akhlaq an-Nas wa Thabai’ihim wa ka’annahum Kitabun Maftuh. Beliau menejermahkan kata Firasat sebagai istilah untuk menyebut penyimpulan keadaan-keadaan batiniah (yang tidak terlihat) berdasarkan

22

Hamdan Bakran Ad-dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogjakarta: Fajar Baru, 2006), hal. 181.

23

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogjakarta: UII Press, 2004), hal. 04.

24

Budi Susilo, Membaca Kejujuran dan Kebohongan dari Raut Wajah, (Jogjakarta: Diva Press, 2014), hal. 14.


(23)

14

pertanda-tanda lahiriyah (yang kasat mata).25 Seni membaca wajah dikembangkan di Tiongkok melalui konsep unsur yin-yang, konsep tersebut mengurai tubuh menjadi tiga, yaitu fisik, roh dan jiwa. Tubuh dikendalikan oleh roh dan jiwa. Roh dan jiwa menimbulkan sifat dasar yang merefleksikan fisik yakni wajah.26 Di dunia barat Face Reading dikembangkan dalam hal penempatan jabatan sampai mempredeksi kejahatan seseorang, sekarang di dunia memilki master Face Reading bernama Naomi R. Ticle yang mempunyai buku “you can read a face like a book”.

Dalam kontens dalam Face Reading, kali ini dengan mengenali bentuk-bentuk wajah. Setelah itu instrumentasi umum bagian wajah adalah rambut, dahi, mata, hidung, mulut, bibir, dagu, rahang, telinga, pipi.

3. Penerimaan Diri (Self Acceptance)

Penerimaan diri adalah sejauhmana seseorang dapat menyadari dan mengakui karakteristik pribadi dan menggunakannya dalam menjalani kelangsungan hidupnya. Sikap penerimaan diri ditunjukkan oleh pengakuan seseorang terhadap kelebihannya sekaligus menerima kekurangannya tanpa menyalahkan orang lain dan terus ingin mengembangkannya. Salah satu cara untuk mengarahkan dirinya kepada self objectivity dan self acceptance adalah dengan mengenalkan dirinya untuk memperoleh self knowledge dan self

25

Imam Fakhruddin Ar-Razi, Kitab Firasat: Ilmu Membaca Sifat dan Karakter Orang dari Bentuk Tubuhnya, (Jakarta: Turos, 2015), hal. 74.

26


(24)

15

insight yang sangat berguna untuk penyesuaian dirinya, sehingga dia faham dan mengerti atas potensinya atau self understanding.27

Menurut Hurlock, penerimaan diri merupakan kemampuan menerima segala hal yang ada pada diri sendiri, sehingga apabila terjadi peritiwa yang kurang menyenangkan maka akan mampu berfikir logis akan baik buruknya masalah yang terjadi tanpa menimbulkan perasaan, permusuhan, perasaan rendah diri, malu, dan rasa tidak aman.28

Dalam penerimaan diri kali ini, calon pengantin telah memahami dan menerima dari karakter pasangannya, sehingga mereka bisa saling melengkapi dalam menghadapi masalah bukan saling menyalahkan. Selain itu, pasangan saling menemukan solusi terbaik dalam menemukan solusi dalam menghadapi karakter yang dimiliki. Pada intinya, face reading akan mengungkap dari kepribadian pasangan, setelah itu pasangan memahami kepribdian dan mengetahui cara menghadapi serta mengembangkan potensi yang dimiliki. F. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data-data dengan tujuan tertentu29.

27 Muryantinah, Sofia & Alvin, “Efektifitas Pelatihan Pengenalan Diri terhadap Peningkatan

Penerimaan Diri dan Harga Diri”, Jurnal Psikologi UGM, 02 (Juli, 1998), hal. 48.

28 Rahayu & Sri, “Penerimaan Diri & Kebrmaknaan Hidup Penyandang Cacak Fisik”, Jurnal

Psikologi Universitas Mercu Buana Yogjkarta,tt, hal. 04.

29

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung; alfabeta, 2010), hal. 02.


(25)

16

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kulatitatif, penelitian kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu) lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, pendekatan kualitatif lebih lanjut mementingkan pada proses dibandingkan pada hasil akhir; oleh karena itu urutan-urutan kegiatan dapat berubah ubah tergantung pada kondisi dan gejala-gejala yang di temukan30. Atau memahami fenomena subjek secara holistic dengan diskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, yang alamiah dan ilmiah.31

Jadi pendekatan kualitatif yang peneliti gunakan pada penelitian ini adalah untuk memahami fenomena yang dialami oleh klien secara menyeluruh yang dideskripsikan berupa kata-kata dan bahasa untuk kemudian dirumuskan menjadi model, konsep, teori, prinsip dan definisi secara umum.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, penelitian studi kasus (case study) adalah jenis penelitian tentang suatu subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan atau personalitas32.

Jadi pada penelitian ini, peneliti menggunakan studi kasus karena peneliti ingin melakukan penelitian dengan cara mempelajari individu secara rinci dan

30

Jonatan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif (Yogyakarta: Graha ilmu, 2006), hal. 257.

31

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 06.

32


(26)

17

mendalam selama kurun waktu tertentu untuk membantunya memperoleh penerimaan diri yang lebih baik.

2. Sasaran dan Lokasi penelitian

Dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti mengambil data dari subjek penelitian yakni calon istri sebagai sumber informan yang akan menikah dan ingin mengenal calon suaminya lebih jauh, yang selanjutnya disebut sebagai klien. Sedangkan konselor dalam penelitian adalah Irsad Roxiyul Azmi sekaligus peneliti, lokasi penelitian bertempat di Biro Konsultasi & Konseling Keluarga Sakinah Al-Falah.

3. Jenis dan sumber data a. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data non statistik dimana data yang di perolah nantinya adalah dalam bentuk verbal, tulisan dan gambar, bukan dalam bentuk angka. Adapun jenis data pada penelitian ini adalah :33

1) Data Primer yakni data yang langsung diambil dari sumber pertama di lapangan. Hal ini untuk mendapatkan informasi tentang latar belakang dan masalah klien lingkungan klien, riwayat pendidikan klien, pelaksanaan proses konseling, serta hasi akhir pelaksanaan konseling.

33

Burhan bungin, Metode Penelitian Sosial (Surabaya: Universitas Airlangga, 2001), hal. 128.


(27)

18

2) Data Sekunder yakni data yang di ambil dari sumber kedua atau berbagai sumber guna melengkapi data primer. Hal ini untuk mendapatkan informasi tentang keadaan penerimaan diri klien dari proses konseling yang dilaksanakan oleh konselor Biro konseling dan keluarga sakinah Al-Falah.

b. Sumber data

Untuk mendapatkan keterangaan dan informasi, penulis mendapatkan informasi dari sumber data, yang dimaksud dengan sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh.34 Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

1) Sumber data primer yakni sumber data yang langsung di peroleh peneliti melalui informasi langsung dari kilen yakni calon istri yang akan menikah. Adapun datanya berupa tingkat pengenalan terhadap pasangan, tingkat memahami dan tingkat penerima pasangannya. 2) Sumber data sekunder yakni sumber data yang di perolah dari berbagai

sumber guna melengkapi data primer. Hal ini dapat peneliti peroleh dari konselor di Biro konseling dan keluarga sakinah Al-Falah.

4. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan juga jenis sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

34

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hal. 129.


(28)

19

a. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. observasi di mana peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya35. Dalam penelitian ini, observasi untuk mengamati klien meliputi: kondisi klien berupa gestur tubuh dalam merespon hasil analisa kepribadian pasangan, mimik wajah (mikro ekpresi) dalam memahami hasil analisa kepribadian pasangan. b. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai. Dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.36 Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan37. Pertanyaan disesuaikan dengan keadaan dan ciri unik dari responden dan pelaksanaan tanya-jawab

35

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 227.

36

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 108.

37

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 234.


(29)

20

mengalir seperti percakapan sehari-hari38. Wawancara tidak terstruktur memberi lebih banyak kelonggaran daripada wawancara terstruktur biasanya dikerjakan secara bersama atau bergantian dengan observasi terlibat39. Dalam wawancara kali ini, akan menggali informasi tentang sejauh mana penerimaan diri kepada pasangannya, berupa sejauh mana mengenal kepribadian pasanganya, dan memahami pasangannya yang kemudian sejauh mana mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya. c. Dokumentasi

Dokumentasi atau metode dokumenter adalah metode yang digunakan untuk meneliti data historis40. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian41. Catatan penting peristiwa yang sudah berlalu, berbentuk tulisan, gambar atau karya monumental dari seseorang. Berbentuk tulisan seperti catatan harian, sejarah hidup (Life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen gambar seperti foto, gambar hidup, sketsa. Karya semisal karya seni, patung, film.42 Dokumentasi kali ini, tentang foto calon suami yang akan dianalisa, gambaran ekspresi calon istri ketika menerima hasil

38

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal.191.

39

Esther kuntjara, Penelitian Kebudayaan, (yogyakarta: Graha ilmu, 2006), hal. 67.

40

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu

Sosial Lainnya, (Surabaya: Prenada Media Group, 2012) hal.124.

41

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D, hal.240

42

Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 329.


(30)

21

analisa, foto proses konseling dan lain-lain yang mendukung proses penelitian.

Tabel 1.1

Jenis Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Data TPD

1 a. Identitas klien b. Usia klien c. Pekerjaan klien d. Problem dan gejala

yang dialami e. Proses konseling

Klien W+O

2 a. Identitas Konselor b. Pendidikan

Konselor

Konselor W+O

3 a. Pengenalan klien terhadap pasangan b. Penerimaan klien

terhadap pasangan c. Pemahaman klien terhadap pasangan

Klien W+O

4 a. Calon suami b. Ekspresi calon istri c. Ruang Lingkup

basahan

Foto Praktik Lapangan

D

Keterangan:

TPD : Teknik Pengumpulan Data D : Dokumentasi

O : Observasi W : Wawancara


(31)

22

5. Tahap-tahap penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua tahap, yaitu: a. Tahap Persiapan Penelitian

Pertama peneliti akan membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan dimensi kebermaknaan hidup sesuai dengan permasalahan yang dihadapi subjek. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan pertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara, pedoman wawancara yang telah disusun, ditunjukan kepada yang lebih ahli dalam hal ini adalah pembimbing penelitian untuk mendapat masukan mengenai isi pedoman wawancarara.

Setelah mendapat masukan dan koreksi dari pembimbing, peneliti membuat perbaikan terhadap pedoman wawancara dan mempersiapkan diri untuk melakukan wawancara. Tahap persiapan selanjutnya adalah peneliti membuat pedoman observasi yang disusun berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan pencatatan langsung yang dilakukan pada saat peneliti melakukan observasi. Namun apabila tidak memungkinkan maka peneliti sesegera mungkin mencatatnya setelah wawancara selesai

Peneliti selanjutnya mencari subjek yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Untuk itu sebelum wawancara dilaksanakan peneliti akan bertanya kepada subjek tentang kesiapanya untuk diwawancarai. Setelah


(32)

23

subjek bersedia untuk diwawancarai, peneliti membuat kesepakatan dengan subjek tersebut mengenai waktu dan temapat untuk melakukan wawancara.

b. Tahap pelaksanaan penelitiaan

Peneliti membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Setelah wawancara dilakukan, peneliti memindahakan hasil rekaman berdasarkan wawancara dalam bentuk verbal tim tertulis. Selanjutnya peneliti melakukan analisis data dan interprestasi.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data di lapangan model Miles dan Huberman. Analisis ini dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu43. Langkah-langkah analisis dalam model ini adalah sebagai berikut;

a. Reduksi Data(Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

43


(33)

24

b. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasanya dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan tes yang bersifat naratif.

c. Concluion Drawing/Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukan masih bersifat sementara (tentatif), dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. 7. Teknik Keabsahan data

Teknik keabsahan data merupakan faktor yang menentukan dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan data yang valid, maka dalam penelitian ini peneliti memakai keabsahan data sebagai berikut:


(34)

25

a. Ketekunan pengamatan

Ketekunan pengamatan bermaksut mencari atau menemukan ciri-ciri atau unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang sedang dicari dan kemudian memusatkan pada hal-hal tersebut secara rinci sampai pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh factor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Untuk kepentingan itu peniliti disini dituntut mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentatif dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan.

b. Triangulasi

Triangulasi yakni teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, triangulsai dibedakan menjadi empat macam yakni; menurut Patton (dalam Sulistiany 1999) triangulasi Sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu :44

1). Triangulasi data

Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.

44


(35)

26

2). Triangulasi Pengamat

Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing bertindak Sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data.

3). Triangulasi Teori

Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori akan dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut.

4). Triangulasi metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara dilakukan.

G. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan ini penulis membuat sistematika pembahasan yang terdiri dari lima bab, dengan susunan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini membahas tentang Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan dan Manfaat penelitian, Defini Konsep, Metode penelitian, serta Sistematika pembahasan.


(36)

27

Bab II Tinjauan Pustaka. Dalam bab ini membahas tentang Kajian Teoritik yang dijelaskan dari beberapa referensi untuk menelaah objek kajian yang dikaji, pembahasannya meliputi: Bimbingan dan Konseling Islam, terdiri dari: Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam, Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam, Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam, Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam, langkah-langkah Bimbingan dan Konseling Islam, Unsur-unsur Bimbingan dan Konseling Islam. Face Reading, meliputi pengertian Face Reading, Sejarah Face Reading, Mengenali Bentuk Wajah, Intrumentasi dalam Pembacaan Face Reading, Mengenal Karakter dari Face Reading, Memahami Karakter dari Face Reading. Penerimaan Diri (Self Acceptance) meliputi: Pengertian Penerimaan Diri (Self Acceptance), Pembagian Penerimaan Diri (Self Acceptance). Serta Penelitian Terdahulu yang Relevan.

Bab III Penyajian Data. Berisikan tentang kondisi objek yang dikaji, lokasi penelitian, subek penelitian, jenis sumber data, tahap-tahap penelitian, instrumen pengumpulan data, analisa data, prosedur.

Bab IV Analisa Data. Pada bab ini memaparkan tentang analisa data dari faktor-faktor, dampak, proses serta hasil pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dan berisi penyajian data uji coba, analisa data.

Bab V Penutup. Bab terakhir yang membahas hasil penelitian dan saran pengembangan produk lebih lanjut.


(37)

28

BAB II

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM, FACE READING,SELF ACCEPTANCE

A. Kajian Teoritik

1. Bimbingan dan Konseling Islam

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan kepada klien yang berupa informasi yang bersifat prefentif sehingga klien dapat memahami dirinya dan dapat mengenali lingkungannya.45 Menurut Komarudin, Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits, untuk menjadi penerang bagi seluruh umat manusia. Guna mengantarkan manusia kepada kebahagian lahir batin dunia dan akhirat.46 Konseling Islam adalah mencakup keseluruhan unsur yang ada dalam konseling secara umum ditambah lagi dengan unsur iman sebagai spesifikasi atau ciri khusus yang belum ada dalam konseling secara umum.47 Selain itu, jika ditinjau dari aspek Islam maka konseling islam mengandung arti ketundukan, keselamatan dan kedamaian.

45

Willis Sofyan, Konseling Individual Teori dan Praktek (Bandung: CV. Alvabeta, 2010), hal. 04.

46

Komaruddin, Dakwah dan Konseling Islam (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2008), hal.55.

47

Komaruddin, Dakwah dan Konseling Islam (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2008), hal. 66.


(38)

29

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Adapun tujuan-tujuan dari bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:48

1) Manusia dibekali dengan potensi akal, pendengaran, penglihatan dan hati serta petunjuk ilahiyah, sehingga seharusnya ia melaksanakan tugas-tugas keagamaan yang diberikan Allah kepada dirinya, sebagai kholifah, yaitu orang yang melaksanakan apa yang telah dilaksanakan genarasi sebelumnya, sekaligus sebagai abdullah yaitu penyembah Allah. Dalam konsep Al-qur’an dijelaskan tentang konsep Rububiyah atau perantara dan Uluhiyah atau memprioritaskan untuk selalu mendekatkan diri pada Allah, masing-masing surat Ibrohim[14] ayat 01 dan surat al-Ahzab[33] ayat 70-71. Adapun bunyi ayatnya disebutkan berurutan sesuai isi di atas yakni:































Artinya: “Alif, laam raa. (ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”(QS. Ibrohim:01).49

48

Komaruddin, Dakwah dan Konseling Islam (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2008), hal. 62-63.

49


(39)

30





























Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar (70), Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar (72)” (QS. al-Ahzab:71-72).50

2) Membentuk pribadi sehat menurut islam yang diukur berlandaskan fungsi iman sebagai penuntun kognitif, afektif dan psikomotorik manusia. Dalam hal ini berarti berfikir, bertindak dan berbuat sesuai dengan fitrahnya yang mengarahkan pada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, meliputi mencintai Allah, bertaqwa, mengakui kesalahan ber-ma’ruf dan nahi mungkar, memelihara hubungan dengan Allah dan sesama manusia, berpandangan hidup lurus, saling menolong dalam kebaikan dan melarang berbuat dosa, batinnya kuat, berlaku sabar dan adil, bernasehat tentang kebenaran, selalu mengingat Allah, menjaga keseimbangan dunia dan akhirat, selalu berfikir positif dan menjaga silaturrahim. Adapun persaudaraan dan tolong-menolong serta amar maruf nahi mungkar yang dikonsepkan di atas sesuai dengan kandungan ayat-ayat sebagai berikut:

50


(40)

31

Persaudaraan pada surat al-Hujurat[49] ayat 10, Tolong-menolong pada surat al-Maidah[05] ayat 02 dan amar maruf nahi mungkar pada surat al-Taubah[09] ayat 71. Adapun bunyi ayatnya disebutkan berurutan sesuai isi di atas yakni:











Artinya: “orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu

dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”(QS. al-Hujurat:10).51























Artinya: “dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya”(QS. al-Maidah: 02).52

































51

Departemen Agama, Terjemah Al-Qur’anul karim, (Semarang: Alawiyah).

52


(41)

32

Artinya: “dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana”(QS. al-Taubah: 71).53

3) Menjaga dari pribadi yang tidak sehat, berupa tidak berfungsinya iman. Sehingga melupakan Allah, dhalim, kafir, musyrik, syirik, munafik, mengikuti hawa nafsu.

4) Perberdayaan iman yaitu beragama tauhid dan penerima kebenaran, terikat perjanjian dengan Allah dan mengakui bahwa Allah sebagai Tuhannya, dibekali akal, pendengaran, penglihatan, hati dan petunjuk ilahiyah sebagai kholifah dan abdullah, bertanggung jawab atas perbuatannya, serta diberi kebebasan menurut jalan hidupnya sesuai dengan fitrahnya. Hal ini telah disebutkan dalam Al-qur’an surat al-Furqon[25] ayat 63 yang berbunyi:

























Artinya: “dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan”(QS. al-Furqon: 63).54

53

Departemen Agama, Terjemah Al-Qur’anul karim, (Semarang: Alawiyah).

54


(42)

33

c. Fungsi serta Peran Bimbingan dan Konseling

Adapun fungsi serta peran dari bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:55

1) Pemahaman, yaitu membantu klien agar memiliki pemahaman terhadap dirinya dan lingkungannya.

2) Preventif, yaitu upaya konselor untuk mengantisifasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya supaya tidak terjadi pada diri klien. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan pada klien tentang cara menghindari diri dari perbuatan yang merugikan.

3) Pengembangan, yaitu konselor berupaya untuk menciptakan lingkungan yang kondusif. Konselor membimbing klien pada proses pengembangan potensi dirinya.

4) Perbaikan (kuratif), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat penyembuhan. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada klien yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, keluarga maupun karir.

5) Penyusaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu klien agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap kehidupan sosialnya.

55

Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Rosda Karya, 2005), hal. 16-17.


(43)

34

Peran Bimbingan dan Konseling adalah untuk membantu klien menyadari kekuatan mereka sendiri, menemukan hal-hal yang merintangi penggunaan kekuatan itu, dan memperjelas tentang pribadi seperti apa yang diinginkan oleh klien.56 Bimbingan dan Konseling Islam pasca Face Reading digunakan sebagai appraisal konseling untuk mencegah terjadinya penceraian sesuai prinsip preventif, untuk memperbaiki hubungan pasangan atau sebagai langkah kuratif, dan sebagai langkah untuk meningkatkan keharmonisan pasangan atau devolepment melalui peningkatan Self Acceptance yang tumbuh antar pasangan, sebab kedua saling memiliki Self Knowledge menganai pasangannya dan mengerti dalam memahaminya atau Self Understanding.

d. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling

Adapun asas-asas dari bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:57

1) Asas Kerahasiaan

Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan pada orang lain, atau sampai hal yang tidak layak diketahui orang lain. Asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam

56

Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 197.

57

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: PT.Cipta, 2008), hal. 46-51.


(44)

35

upaya Bimbingan dan Konseling akan mendapatkan kepercayaan klien.

2) Asas Sukarela

Dalam hal ini pembimbingan berkewajiban mengembangkan sikap sukarela pada diri klien itu sehingga klien mampu menghilangkan data dirinya kepada pembimbing. Kesukarelaa tidak hanya dituntut pada diri klien, tetapi hendaknya berkembang pada diri konselor.

3) Asas Keterbukaan

Bimbingan dan Konseling yang efesien hanya berlangsung dalam suasana keterbukaan. Baik klien maupun konselor bersifat terbuka, keterbukaan tidak hanya meminta saran tetapi lebih bersedia membuka diri untuk kepentingan memecahkan masalah.

4) Asas Kekinian

Masalah klien yang langsung ditangani merupakan masalah yang sedang dirasakan, bukan masalah yang sudah lampau dan bukan pula masalah yang berpotensi akan datang.

5) Asas Kemandirian

Dalam layanan konseling hendaknya menghidupkan kemandirian pada klien, bukan pada ototitas konselor sehingga kesan klien hanya bergantung.


(45)

36

6) Asas Kegiatan

Hasil dari konseling akan ditindak lanjuti oleh klien secara khusus, sehingga konselor hanya bersifat menyarankan.

7) Asas Kedinamisan

Upaya layanan bimbingan dan konseling akan menghasilkan perubahan tingkah laku,dan perubahan tersebut bukan mengulang aktifitas yang dulu, tetapi perubahan yang nyata untuk memajukan pribadi klien.

8) Asas Keterpaduan

Layanan bimbingan dan konseling memadukan berbagai aspek individu yang dibimbing, sebagaimana yang diketahui individu yang dibimbing itu memiliki berbagai segi kalau keadaanya tidak saling serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah.

9) Asas Kenormatifan

Usaha layanan bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, sehingga asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling serta seluruh isi layanan yang sesuai dengan norma yang ada.


(46)

37

10) Asas Keahlian

pelayanan bimbingan dan konseling layanan profesional yang mengacu pada kualifikasi konselor, selain itu juga menitik beratkan pada teori dan praktik yang dilakukan.

11)Asas Alih Tangan

Konselor berhak mengalih tangankan tugasnya atas suatu masalah, ketika sudah berusaha sekuat tenaga dan dengan segala pendekatan yang ada.

12)Asas Tut Wuri Handayani

Asas ini menuntun agar layanan bimbingan dan konseling bisa dirasakan ketika diluar hubunga kerja bukan hanya ketika dalam menyelesaian masalah saja, sehingga kebermanfaatannya terasa dan efek dalam bimbingannya ada.

2. Face Reading

a. Sejarah Face Reading

Setiap individu memiliki ketertarikan untuk mengenali kepribadian lawan bicaranya, hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar mampu mempengaruhi tanpa harus menyinggung perasaan lawan bicaranya. Salah satu instrumen yang bisa diamati oleh individu kepada lawan bicara adalah wajah. Wajah dianggap sebagai cerminan seseorang, sebab wajah merupakan anggota tubuh manusia yang tidak bisa disembunyikan dan menunjukkan perasaan hati. Para ahli psikologi


(1)

119

ayat Al-qur’an dan Hadits. Sehingga mereka mendapkan pandangan

kehidupan yang pantas dari nilai mereka yang baru. (c) Pembacaan hasil

interpretasi dari analisa kepribadian face reading: dibacakan kepribadian

calon pasangannya secara rinci disertai dengan peta masalah dan tips

menyelesaikan masalah kepribadian. (d) Eksistensial Nilai: Klien didorong

untuk mengaplikasikan nilai dalam permasalahan yang dihadapi. Sehingga

menemukan nilai eksistensinya.

2. Setelah dilaksanakan upaya “Bimbingan dan Konseling Islam Pasca Face Reading untuk Meningkatkan Self Acceptance Calon Istri Terhadap

Pasangan” dikategorikan cukup berhasil. Hal itu dapat dilihat dari

perhitungan prosentase yakni 70% yang tergolong dalam kategori 60%-70%

(dikategorikan cukup berhasil). Keberhasilan tersebut dibuktikan dengan

adanya perubahan sikap klien berupa: klien mengetahui kepribadian

pasangannya secara menyeluruh, klien memahami cara menyikapi

keperibadian pasangannya, klien mengetahui kekurangan atau peta masalah

pada pasangannya serta menemukan solusi menyelesaiaannya, klien

mengetahui potensi atau kelebihan pasangaannya serta mengetahui cara

mengembangkannya, klien tidak merasa ragu, bingung serta sedih dalam

memahami keperibadian pasangannya, klien menemukan cara untuk menjadi

keluarga ideal yang berasal dari nilai eksistensinya, klien jarang


(2)

120

B. Saran

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, peneliti berharap kepada peneliti selanjutnya untuk lebih

menyempurnakan hasil penelitian yang tentunya menunjuk pada hasil penelitian

yang sudah ada, dengan harapan agar penelitian yang dihasilkan nantinya dapat

menjadi baik. Dalam hal ini Face Reading merupakan hal yang baru dalam

konseling, lebih-lebih dalam hal konseling pra nikah. Namun dalam penelitian ini

peneliti berusaha membahasnya dalam ranah konseling, kemudian dikaitkan

dengan Self Acceptance antar pasangan. Jadi, peneliti berharap adanya koreksi

serta perbaikan untuk penelitian lebih lanjut. Adapun sasaran saran yakni sebagai

berikut:

1. Bagi Klien

Hendaknya selalu menjadi nilai kehidupan yang sudah kita sepakati baik

untuk menciptakan keluarga yang harmonis, yakni selalu berkomunikasi

dengan pasangan tentang semua masalah yang ada dan selalu sadar atas tugas

masing-masing sebagai suami-istri.

2. Bagi Konselor

Seharusnya bisa memiliki kompetensi untuk mengeluarkan interpretasi

sendiri dalam manganalisa face reading, sebab keefektifan waktu untuk

menunggu hasil interpretasi harus diperhatikan, karena harus menunggu dua

minggu, hal tersebut menyebabkan penelitian terhambat. Selain itu, waktu


(3)

1

DAFTAR PUSTAKA

Ad-dzaky, Hamdan Bakran. Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogjakarta: Fajar

Baru), 2006

Al-Qazmini, Abu Abdillah Muhammad bin Yazid Ibni Majah. Sunan Ibnu Majah, tt

(Beirut: Darul Fikr)

Alwisol, Psikologi Kepribadian,(Malang: UMM Press), 2011

Antika, Rindi. Menjadi Wanita yang Dapat Mengubah Energi Negatif Pasangan,

(Jogjakarta: Diva Press), 2015

Antonius, Daud. I Know You, (Jakarta: Cahaya Insan Suci), 2015

Antonius, Daud. Who Am I, (Jakarta: PT Tangga Pustaka), 2013

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek, (Jakarta:

PT. Rineka Cipta), 2006

Ar-Razi, Imam Fakhruddin. Kitab Firasat: Ilmu Membaca Sifat dan Karakter Orang

dari Bentuk Tubuhnya, (Jakarta: Turos), 2015

At-Turmudzi, Abu Isa Muhammad bin Isa bin Sauroh bin Musa bin Al-Dlahak

As-Salmi. Sunan At-Turmudzi, Nomor Hadits 10007,tt (Beirut: Darul Fikr)

Az-Zuhaili, Wahbah. al-Fiqh al-Islami wa ‘Adillatuh, tt, (Beirut: Darur Fikr)

Brosur Biro Konsultasi & Konseling Keluarga Sakinah Al Falah

Bungin, Burhan. Metode Penelitian Sosial, (Surabaya: Universitas Airlangga), 2001

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan

Ilmu Sosial Lainnya, (Surabaya: Prenada Media Group), 2012

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana), 2007

Corey, Gerald. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT Refika

Aditama), 2003

Cronbach, Acceptance and Comitment Therapy, (New York: The Guilford Press),

2009


(4)

2

Deasylawati, Psikologi Girly Menguak Kepribadian Wanita, (Surakarta: Afra

Publishing), 2009

Departemen Agama, Terjemah Al-Qur’anul karim, tt (Semarang: Alawiyah).

Departemen Pendidikan Nasional, Modul Bimbingan dan Konseling PLPG Kuota 2008, (Surabaya:Unesa), 2008

Fakih, M. Ali. Membaca Misteri Tubuh Wanita, (Jogjakarta: Diva Press), 2011

Faqih, Ainur Rahim. Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogjakarta: UII Press),

2004

Festschrift, Menggagas Manusia Sebagai Penafsir, (Yogjakarta: Penerbit Kanisius),

2005

Gulo, Dadi. Kamus Psikologi, (Bandung: Pionir Jaya), 2000

Hartono, Psikologi Konseling, (Jakarta: Kencana), 2012

Hasil Interpretasi Final Report Face Reading for Potential Leading, oleh griya

parenting.

Hjelle, Personality Theoreis, (Singapore: Mc GrawHill Publishing Company), 2000

Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan,

(Jakarta: Bina Aksara), 2000

Jad, Khalid. Sayang Isteri Selamanya Panduan Agar Isteri Tetap Mesra Selamanya,

(Solo: Kiswah Media), 2015

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Grasindo), 2012

Komaruddin, Dakwah dan Konseling Islam, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra),

2008

Kumar, Vijaya. Buku Kecil Tentang Bahasa Tubuh, (Tangerang: Karisma Publishing

Group), 2009

Kuntjara, Esther. Penelitian Kebudayaan, (Jogyakarta: Graha ilmu), 2006

Littauer, Florence. Personality Plus, (Jakarta: Bina Aksara), 1996

Maharani, Emilia. Cerdas Membaca Wajah & Tubuh Suami, (Jogjakarta: Diva Press),


(5)

3

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya),

2009

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya), 2007

Mustamar, Thohari. Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami,

(Yogjakarta: UII Press), 1992

Nasir, Moh. Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia), 1988

Prasetyono, Dwi Sunar. Membaca Wajah Orang, (Jogjakarta: Diva Press), 2012

Prasetyono, Dwi Sunar. Ragam Tes Psikologi, (Jogjakarta: Diva Press), 2011

Prasetyono, Dwi Sunar. Rahasia di Balik Bentuk Wajah Ala Tiongkok, (Jogjakarta:

Saufa), 2015

Prasetyono, Dwi Sunar. Rahasia Wajah Ala Ilmu Cina, (Jogjakarta: Buku Biru), 2010

Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta), 2004

Rahayu & Sri, “Penerimaan Diri & Kebrmaknaan Hidup Penyandang Cacak Fisik”, tt

Jurnal Psikologi Universitas Mercu Buana Yogjkarta.

Rina, “Hubungan Penerimaan Diri terhadap ciri-ciri Perkembangn Sekunder dengan

Konsep diri Pada Remaja SMA 10 Jogjakarta”, tt, Jurnal Psikologi (Palembang: Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma)

Sarwono, Jonatan. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha

Ilmu), 2006

Smith, Alexander McCall. Morality for Beautiful Girls, (Jogjakarta: PT Benteng

Pustaka), 2008

Sofia & Alvin, Muryantinah. “Efektifitas Pelatihan Pengenalan Diri terhadap

Peningkatan Penerimaan Diri dan Harga Diri”, Jurnal Psikologi UGM, 02 Juli,

1998

Sofyan, Willis. Konseling Individual Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Alvabeta),

2010

Steven, Get Out of Your Mind and into Your Life, (Oakland: New Harbiger), 2005

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung; Alfabeta),


(6)

4

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D, (Bandung: Alfabeta),

2012

Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di

Sekolah, (Jakarta: PT.Cipta), 2008

Susanto, Iin. 100 Cara Supercepat Membaca Wajah, (Jakarta: Gramedia), 2012

Susilo, Budi. Membaca Kejujuran dan Kebohongan dari Raut Wajah, (Jogjakarta:

Diva Press), 2014

Thohir, Mohammad. Appraisal dalam Bimbingan dan Konseling, (Surabaya: BKI),

2015

Tickle, Naomi R. Cara Membaca Wajah, (Jakarta: Ufuk Press), 2014

Widanarti, Mulianti. 21 Cara Membaca Kepribadian Orang Lain, (Jogjakarta:

Notebook), 2015

Wise, Michel. Naskah Laut Mati terjemah The Dead Sea Scrolls, (Jakarta: PT

Serambi Ilmu Semesta), 2008

Yanuar, Pintar Membaca Bahasa Wajah & Tubuh Istri, (Jogjakarta: Diva Press),

2014

Yazid, Abdullah Muhammad bin. Sunan Ibnu Majah, Juz I, tt (Beirut: Darul Fikr)

Yusuf, Syamsu. Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Rosda Karya), 2005

Yusuf, Syamsu. Teori Kepribadian, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2008

Zalfis,Fetria. 50 Trik Membaca Karakter Orang Lain, (Yogjakarta: PT Suka Buku),