Tinjauan hukum Islam terhadap persepsi masyarakat umum dalam kasus pembunuhan Ibrahim Ibya di Kedah, Malaysia

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

MUHAMMAD MUNIR BIN RAMLAN NIM: 109045200022

KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1432 H / 2011 M


(2)

(3)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperloleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta: 20 Juni 2011 M 18 Rejab 1432 H

Penulis,


(4)

i

Segala puji bagi Allah ‘Azza wa Jalla. Berkat Rahman dan Rahim-Nya penulis dapat menyelesaikan study dan merampungkan skripsi ini. Dengan berbagai rasa yang menjadi satu, lelah, kesal, sedih bahkan rasa putus asa yang kadang muncul, namun semuanya berakhir dengan kelegaan dan keharuan. Kemudian Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW., keluarga dan para sahabatnya. Cintanya yang agung kepada Sang Pencipta dan kepada sesama makhluk adalah inspirasi cinta sejati yang tak ada bandingannya dalam sejarah umat sejagat.

Skripsi ini mungkin jauh dari kesempurnaan, namun meskipun demikian penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya, penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Tugas terberat setelah menulis sebuah karya adalah membuat ucapan terima kasih. Bagaimana mungkin merangkum bantuan dan kebaikan sekian banyak orang dalam selembar kertas dengan kalimat yang juga terbatas. Dengan ini penulis mengaturkan terima kasih, yaitu:


(5)

ii

2. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA,MM, Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ketua Program Studi Jinayah Siyasah, dan Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah, Dr. Asmawi M.Ag., Afwan Faizin MA yang telah membantu penulis sejak masa perkuliahan hingga berakhirnya skripsi ini. Tidak lupa mantan Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah, Ibu Sri Hidayati M.Ag yang banyak membantu penulis dalam pengurusan akademik.

4. Bapak Dr. HM. Nurul Irfan, dan M.Ag., Drs.Heldi, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan perhatian, bimbingan, kritik, saran dan banyak meluangkan waktu dengan penuh kesabaran.

5. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh dosen serta semua staf di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, para karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah Dan Hukum, juga para karyawan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syariff Hidayatullah umumnya yang membantu penulis dalam setiap pengurusan hingga berhasil menyelesaikan penulisan ini.

6. Seluruh dosen Kolej Darul Quran Islamiyah yang tidak jemu memberi ilmu kepada penulis sebagai anak didik mereka dan semua staf di Kolej Darul


(6)

iii

Norrehan Bt. Baharom dan Ramlan B. Ismail, serta adik beradik yang dicintai, Mashitah, Munirah, Mustakim, Mardhiah yang tak pernah jemu mendoakan penulis dan senantiasa memberikan semangat, dorongan serta bantuan dari sisi penulisan maupun keuangan dalam menyelesaikan proses penulisan ini. Barakallahhu Fikum Daiman Abadaa.

8. Buat teman-teman kosanku yang sangat ceria dalam mengharungi pahit manis kehidupan dalam menuntut ilmu, Syukri Bin Nayan, Mohd Tarmizi Bin Sait, dan Mohd Hayyafizul Bin Yusuf.

9. Tidak lupa juga kepada semua teman-teman dekatku dari IPA maupun KUDQI serta APID yang sentiasa bersama-sama mengaharungi suka duka bersama penulis selama

berada di Indonesia ini, Ridzuan, Isyraff, Baha, Muhibburahman, Ukasyah, Sabri,

Syammil, Khalil, Dinnur, Farid, Muaz, Ramadhan, Helmy, Hafis serta ramai lagi

yang tak mampu penulis sebutkan semua di penulisan ini. Yang banyak memberi motivasi dan kata-kata semangat demi keberhasilan penulisan ilmiah ini dan terima kasih juga atas kebersamaan kalian bersama penulis selama perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga kita tetap dalam memperjuangan Islam.

10.Kepada dia, Nurul Hafiza Bt. A.Rahman insan yang amat ku sayangi, terima kasih atas segala pengorbanan yang dilimpahkan dan segala bantuan yang


(7)

iv

11.Kerajaan Malaysia dan Pemerintah Indonesia.

Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda, sungguh hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan mereka dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Akhir kalam, Barakallahhu Fikum Daiman Abadaa Wa Jazakumullahhu Khairal Jaza dan semoga skripsi ini dapat memberikan masukan yang positif kepada pembaca sekalian. Segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis, hanya Allah yang selayaknya membalas. Dalam penulisan ini tentu tidak luput dari kekhilafan dan kesalahan, karenanya kritikan dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan dan akan diterima dengan baik.

Penulis juga menyampaikan harapan yang besar agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin.

Jakarta, 29 May 2011 M, 25 Jamadilawal 1432 H

Penulis.

Muhammad Munir bin Ramlan


(8)

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..…………1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………..………4

C. Tujuan dan Manfaat Penilitian………5

D. Review Studi Terdahulu……….…...….……6

E. Metode Penilitian………6

F. Sistematika Penulisan………10

BAB II TINJAUAN TEORI HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN A. Konsep Teori Tindak Pidana Dalam Islam…....………12

B. Definisi Tindak Pidana Pembunuhan………...18

C. Tindak Pidana Pembunuhan Dalam Pandangan Hukum Islam….23 D. Tindak Pidana Pembunuhan Dalam Undang-Undang Malaysia...30

BAB III SEJARAH HITAM PERISTIWA MEMALI DI MALAYSIA A. Riwayat Hidup Ibrahim Libya………...……39

B. Kebijakannya di dalamPartai Islam Se-Malalysia (PAS)……..…42

C. Sejarah Singkat Berlakunya Peristiwa Memali……….……43


(9)

v

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI

MASYARAKAT UMUM DALAM KASUS PEMBUNUHAN IBRAHIM LIBYA DI KEDAH, MALAYSIA

A. Pandangan Tokoh-Tokoh Politik Di Malaysia………..……55

B. Respon Terhadap Ahli-Ahli Media………...…………60

C. Undang-Undang Terkait Hukum Kepidanaan…………..………64

D. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pembunuhan Ibrahim Libya…70 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………75

B. Saran-saran………77

DAFTAR PUTAKA……….………..78


(10)

1 A. Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah di dalam judul pembahasan ini adalah melibatkan perjalanan historis dan hukum atau undang-undang terkait hal-hal kepidanaan. Agar penelitian ini lebih jelas, maka hal-hal yang terkait di dalam peristiwa Memali yang berlaku pada November 1985 lebih menfokuskan terhadap pendapat tokoh-tokoh politik dan ahli-ahli media di Malaysia.1

Permasalahan yang muncul dari peristiwa ini adalah bagaimana terjadinya konflik sehingga terjadi pembunuhan dan hal-hal terkait tindakan hukum kepidanaan. Mulai terjadi peristiwa ini, kesalahan dari pihak yang terlibat masih diperdebatkan oleh masyarakat dan pejabat kerajaan seperti Mahkamah. Sebagai contoh, pendapat seorang tokoh politik yang meneliti kasus ini adalah Yusof Husein yang katanya, “ kasus ini adalah berkaitan dengan pihak pemerintah dan dengan jelas tindakan ini melanggar hak-hak asasi manusia yang sudah tertulis di dalam perlembagaan Negara” .2

1

http://beritasemasa.com/ranking-dunia-media-massa-di-malaysia diakses pada tanggal 23/4/2011 jam 11: 45 am WIB

2

.Jabatan Penerangan PAS Pusat, Isu ‘Memali’ hakikat dan reality, (Kuala Lumpur: Enterprise Sdn Bhd, 2002), cet. I, h. 25


(11)

Pokok persoalan yang melibatkan hak asasi manusia yang termuat di dalam perlembagaan Malaysia yaitu (Bahagian 2 Perkara 5 sampai 13), Perkara 5 adalah kebebasan diri, Perkara 6 keabadian dan kerja paksa dilarang, Perkara 7 perlindungan daripada undang-undang pidana yang berkuatkuasa kebelakangan dan pembicaraan berulang, Perkara 8 sama rata, Perkara 9 larangan buangan-negeri dan kebebasan bergerak, Perkara 10 kebebasan bercakap, berhimpun dan menubuh persatuan, Perkara 11 kebebasan ugama, Perkara 12 hak-hak berkenaan dengan pelajaran dan Perkara 13 hak terhadap harta.3 Jika dilihat patokan pasal-pasal tersebut, kasus Memali adalah suatu kesalahan yang melibatkan hukum kepidanaan dan juga hukum kesalahan publik, yaitu melibatkan ketentuan umum di dalam Negara khususnya di Malaysia. Sebagai contoh menurut di dalam Perlembagaan Persekutuan Bahagian 3 Perkara 14, kewarganegaraaan dengan cara kuatkuasa undang-undang , makanya yang termuat di dalam pasal tersebut adalah, setiap warganegara itu dijaga keselamatan dirinya oleh hukum atau undang-undang dari segala kesalahan pidana terhadapnya. Sebagai contoh, Ustadz Ibrahim Libya adalah salah seorang pendakwah bebas dan profisi di dalam organisasi politik sebagai kepala atau ketua partai PAS di daerah Baling dan negeri Bagaian Kedah.4 Di dalam hal ini, gerakan PAS adalah sebuah organisasi politik yang sudah lama dibangun yaitu pada tahun 1951 dan telah sah atau disetujui oleh penjajah Inggris pada saat

3

Perlembagaan Persekutuan, disusun oleh Lembaga Penyelidikan Undang-Undang( Selangor, International Law Book Service : 2009) hlm 3.

4


(12)

sebelum kemerdekaan dan pada selepas kemerdekaan, pertubuhan ini sah menurut undang-undang sampai sekarang. Makanya dengan jelas, tindak kejahatan yang berlaku ke atas Ustadz Ibrahim Libya adalah kesalahan pidana atau hal-hal terkait kepidanaan, sementara hal-hal terkait privat adalah kedudukan kepala pemerintah turut campur tangan dalam masalah kasus ini sehingga mereka tidak di kenakan hukum atau undang-undang karena kasus ini terdapat kepentingan bagi mereka.

Dari sudut yang lain, persoalan masih lagi menfokuskan kepada pihak-pihak yang terlibat, terutamanya adalah pihak-pihak pemerintah. Di dalam penelitian ini, mengapa pemerintah dihukum kesalahan oleh para pihak tertentu seperti tokoh-tokoh partai politik, terutamanya partai oposisi, ahli-ahli media dan sebagainya. Ini merupakan suatu hal yang berlaku penyimpangan ke atas mereka, karena seolah-olah undang-undang sudah tidak berguna bagi mereka dan hanya berkuatkuasa bagi golongan bawahan. Sementara di dalam perlembagaan Persekutuan menyebutkan (Bahagian 6 Bab 1 perkara 73, Had Undang-undang Persekutuan dan Negeri) 5dan solusi pasal ini menyatakan, setiap undang-undang yaitu yang terkait ruang lingkup hukum meskipun hal publik, privat, perdata dan pidana adalah sama di hadapan hukum, tidak memilih sesiapa meskipun seseorang itu berada pada profisi atasan seperti kepala pemerintah atau profisi bawahan seperti pedagang dan sebagainya.

5

Perlembagaan Persekutuan, disusun oleh Lembaga Penyelidikan Undang-Undang ( Selangor, International Law Book Service : 2009) hlm 46.


(13)

Dengan pokok-pokok persoalan yang ditimbulkan di atas, maka persoalan-persoalan tersebut dapat menambahkan penelitian dan studi terhadap kasus ini. Seterusnya dengan hasil dari penelitan tersebut dijadikan sebagai bahan ilmiah kepada pihak-pihak tertentu.

Maka dari pecahan-pecahan persoalan dari ruang lingkup historis ini, penulis lebih berminat untuk mengangkat tema ini menjadi sebuah perbahasan yang lebih komprehensif dengan judul „ Tinjauan Hukum Islam Tehadap Persepsi Masyarakat Umum Dalam Kasus Pembunuhan Ibrahim Libya Di Kedah, Malaysia ’.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas, maka penulis membatasi dan hanya memfokuskan bahasan pada lingkungan historis kasus pembunuhan Ibrahim Libya pada November 1985 di Negeri Bagian Malaysia, Kedah. Seterusnya kajian hukum menurut persepsi masyarakat, terutamanya hasil penelitian dari karya buku ahli politik, koran, website dan lain-lain.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar balakang dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan menjadi sebagai berikut:


(14)

1. Bagaimana munculnya konflik peristiwa hitam Memali di Malaysia? 2. Apakah kedudukan Ibrahim Libya dalam kasus ini?

3. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap persepsi masyarakat dalam kasus ini?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan di dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana munculnya konflik peristiwa hitam Memali di Malaysia.

2. Untuk mengetahui kedudukan Ibrahim Libya di dalam kasus ini.

3. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap persepsi masyarakat dalam kasus ini.

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara akademis untuk mendapat jawaban-jawaban terhadap berbagai persoalan-persoalan yang terkait dengan peristiwa sejarah Memali.

2. Memberi pengetahuan dan informasi tentang peristiwa Memali.

3. Sebagai sumbangan pemikiran dan pengembangan khazanah keilmuan khususnya di bidang ketatanegaraan Islam di Malaysia.

4. Dapat menambah wawasan ilmu dalam wilayah kajian yang erat kaitannya dengan program studi siyasah syar‟iyyah dan menambah literature kepustakaan.


(15)

D.Kajian (Review) Studi Terdahulu

Sejumlah penelitian dengan bahasan tentang politik Islam telah dilakukan, baik mengkaji secara spesifik topik tersebut ataupun yang mengkajinya secara umum yang sejalan dengan bahasan penilitian ini. Berikut ini merupakan paparan tinjauan umum atas sebagian karya-karya penelitian tersebut baik yang berupa buku maupun skripsi,di antaranya:

Penelitian yang di tulis oleh Mohamad Sheifullah Bin Ramli yang berjudul “Hak Asasi Manusia Dalam Perlembagaaan Persekutuan Malaysia Dan Relevensinya Dengan Hukum Islam”. Penelitian ini di antaranya membahas tentang hak asasi manusia dan bagaimana pandangan Islam tentang hak asasi manusia dan bagaimana hak asasi manusia dalam Perlembagaan Persekutuan Malaysia.

Penelitian yang di tulis oleh Ahmad Baihakki Bin Arifin yang berjudul “Hak-hak Politik Warganegara Dalam Perlembagaan Persekutuan Malaysia”, tahun 2008. Penelitian ini membahas tentang hak-hak politik warganegara Malaysia yang diatur di dalam konstitusi Malaysia.

Selain skripsi di atas, sejumlah penelitian dengan bahasan tentang kasus-kasus pembunuhan telah dilakukan, baik yang mengkaji secara spesifik topik tersebut maupun yang bersinggungan secara umum dengan bahasan penelitian. Berikut ini merupakan paparan tinjauan umum atas sebagian karya-karya penelitian tersebut:


(16)

Buku pertama, “Isu Memali Hakikat Dan Realiti”,dikeluarkan oleh Jabatan Penerangan PAS Pusat. Dalam buku ini membahas seputar tentang peristiwa Memali dan mereka yang terlibat di dalam peristiwa ini.

Buku kedua, “Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan Mahathir di

Malaysia” karya Mohd Salleh Abbas. Buku ini menjelaskan tentang prinsip dan tatacara pemerintahan Mahathir Mohamad di Malaysia. Dan di dalamnya banyak menguraikan tentang konstitusi Malaysia yang mana turut menjelaskan hak –hak asasi manusia yang diatur dalam konstitusi.

Buku ketiga, “Hak Asasi Manusia dalam Islam” , karya Syeikh Syaukat Hussain. Buku ini membahas tentang konsep HAM di dalam Islam dan ruang lingkup HAM dalam perspektif Islam serta bagaimana usaha-usaha perlindungan dalam Islam terhadap pelaksanaan Islam.

Dari beberapa kajian terdahulu di atas, penulis belum menemukan tulisan yang membahas mengenai tinjauan hukum Islam terhadap persepsi masyarakat umum dalam kasus pembunuhan Ibrahim Libya khususnya.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Mohamad Seifullah hanya seputar tentang hak-hak asasi manusia dalam perlembagaan persekutuan Malaysia menurut hukum Islam, adapun penelitian oleh Ahmad Baihakki, pembahasannya hanya seputar tentang hak-hak politik warganegara dalam perlembagaan persekutuan Malaysia. Penelitian pertama dan kedua tidak menyentuh tentang tinjauan hukum terhadap persepsi masyarakat umum terhadap kasus pembunuhan Ibrahim Libya tetapi hanya menjelaskan seputar tentang hak asasi manusia dalam


(17)

negara Malaysia saja. Dengan demikian, penelitian yang penulis lakukan dalam skripsi ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.

E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan 1. Jenis Penelitian

Pada prinsipnya penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang kajiannya dilaksanakan dengan menelaah dan menelusuri berbagai literatur, karena memang pada dasarnya sumber data yang hendak digali lebih terfokus pada studi pustaka. Dengan demikian penelitian ini merupakan kualitatif deskriptif. Deskriptif di sini dimaksudkan dengan membuat deskriptif secara sistematis dengan melihat dan menganalisis data-data secara kualitatif.

2. Obyek Penelitian

Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah tinjauan hukum Islam terhadap persepsi masyarakat umum dalam kasus Ibrahim Libya.

1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan faktual, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumenter dari bahan-bahan tertulis seperti buku yang dikeluarkan oleh jabatan penerangan PAS pusat dengan judulnya Isu Memali Hakikat dan Realiti, seterusnya mencoba membuat bandingan dengan sumber data-data lain agar sumber yang diperoleh dengan


(18)

komprehensif, sementara teknik pengumpulan data, penulis mengunakan dengan cara diskriptif analitis dan mencoba segala maklumat atau bahan yang di dapat diuji agar lebih benar dan akurat.

Yang termasuk ke dalam sumber data primer adalah buku Isu Memali Hakikat dan Realiti. Sedangkan sumber data sekunder adalah buku-buku, literatur-literatur, dan website yang berkaitan dengan obyek penelitian. Kemudian data tertier berupa kamus, jurnal dan artikel.

2.Teknik Analisis Data

Data-data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka dan dari sebagaimana yang telah disebutkan di atas, dianalisis melalui pendekatan deskriptif-analisis. Hal ini dimungkinkan agar penelitian dapat dilakukan terhadap peristiwa Memali.

Pembahasan skripsi ini menggunakan teknik deskriptif analitis. Metode atau teknik diskriftif adalah suatu metode yang meniliti status kelompok, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskriptif (gambaran) secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat hubungan antara fenomena yang diselidiki. Sedangkan yang dimaksudkan dengan studi analitis ialah menganalisis (menguji) hipotesa-hipotesa dan mengadakan interpretasi yang lebih mendalam tentang hubungan fakta-fakta, sifat-sifat, dan antar fenomena yang diselidiki.


(19)

5. Teknik Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudahkan dan memperoleh gambaran yang utuh serta menyeluruh, penelitian skripsi ini ditulis dengan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I, Merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian studi terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab II, Membahas tentang tinjauan teori, seperti definisi tindak pidana pembunuhan, tindak pidana pembunuhan dalam pandangan hukum Islam dan tindak pidana pembunuhan dalam undang-undang Malaysia.

Bab III, Membahas tentang riwayat hidup Ibrahim Libya, kebijakannya di dalam Partai Islam Se-Malaysia (PAS), sejarah singkat berlakunya peristiwa Memali, dan hal-hal yang terkait dengan politik.

Bab IV, Membahas tentang tinjauan hukum terhadap persepsi masyarakat umum dalam kasus pembunuhan Ibrahim Libya, yang di dalamnya turut membahaskan tentang pandangan tokoh-tokoh politik di Malaysia, respon terhadap


(20)

ahli-ahli media, undang-undang terkait hukum kepidanaan, serta tinjauan hukum Islam terhadap pembunuhan Ibrahim Libya.

Bab V, Merupakan penutup yang di dalamnya terdapat kesimpulan dan saran-saran yang bisa dijadikan panduan.


(21)

12

A. Konsep Teori Tindak Pidana dalam Hukum Islam

Undang-undang jinayah adalah suatu jenis undang-undang yang mengawal kesalahan yang dilakukan terhadap masyarakat. Undang-undang jinayah perlu dibedakan dengan dengan undang-undang sivil. Sebagai contoh, sekiranya seseorang membunuh, maka undang-undang jinayahlah yang akan digunakan untuk mengawal atau mengurus si pembunuh itu. Siasatan, tangkapan dan dakwaan akan dibuat berpandukan undang-undang jinayah. Kesalahan mencuri itu dikawal oleh undang-undang jinayah karena kesalahan mencuri tersebut dianggap sebagai kesalahan terhadap masyarakat.1

Sementara teori hukum Islam terhadap tindak pidana adalah, pelaku kejahatan melakukan beberapa jarimah dimana masing-masing jarimah belum ditentukan keputusannya, sedangkan dalam pengulangan jarimah terjadi ketika pelaku kejahatan melakukan jarimah yang kedua dan seterusnya setelah dijatuhi hukuman atas jarimahnya yang pertama.2 Dalam masalah pengulangan jarimah ini, para fuqaha sepakat untuk menghukum si pelaku kejahatan, sesuai dengan

1

http://ms.wikipedia.org/wiki/Undang-undang_jenayah diakses pada tanggal 28/05/2011 2

Abd. Al-Qadir al-Audah, al-Tasyri’ al-Jinai al-Islami, Jilid I (Beirut: Muassasah al Risalah, 1987), hlm. 744.


(22)

ancaman pidananya. Karena menurut mereka, pengulangan terhadap jarimah oleh seseorang setelah ia mendapatkan putusan akhir, sebenarnya hal itu dapat menunjukkan sifat membandelnya si pelaku jarimah dan tidak mempannya hukuman yang pertama. Oleh karena itu, sewajarnya kalau timbul kecenderungan untuk memperberat hukuman atas pengulangan jarimah.3

Ulama sepakat bahwa dalam jarimah terdapat penggabungan hukuman yang disebabkan, pelanggaran beberapa jarimah yang masing-masing belum mendapatkan keputusan tetap, akan tetapi mereka berbeda pendapat terhadap macam hukuman apa yang pantas diberikan kepada pelaku tindak pidana gabungan. Tentunya gabungan yang pantas diberikan ialah atas dasar pertimbangan kemaslahatan umat manusia.

Adapun dasar hukum yang berkaitan dengan gabungan melakukan jarimah menurut hukum Islam ada dua, yaitu:

1. Al Qur’an dalam Surah Al-Maidah ayat: 33



















































































5

33

Artinya; Hanyasanya balasan orang-orang yang memerangi Allah dan RasulNya serta melakukan bencana kerosakan di muka bumi ialah dengan dibalas bunuh (kalau mereka membunuh sahaja dengan tidak merampas), atau dipalang (kalau mereka membunuh dan merampas), atau dipotong tangan dan kaki mereka

3

A. Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), Cet, I, hlm. 247.


(23)

bersilang (kalau mereka merampas sahaja), atau dibuang negeri (kalau mereka hanya mengganggu ketenteraman umum). hukuman yang demikian itu adalah suatu kehinaan di dunia bagi mereka, dan di akhirat kelak mereka beroleh azab seksa yang amat besar. (QS : Al-Maidah / 5 : 33)

2. al-Hadits

a) Riwayat Imam Bukhari:

4

Berangkat dari perbedaan pendapat tersebut maka muncul berbagai teori mengenai cara memberikan hukuman bagi seseorang yang melakukan tindak pidana gabungan, kedua teori tersebut adalah teori saling memasukkan (at-tadaahul), dan teori penyerapan (al-jabbu).

1) Teori saling memasukkan (at-Tadaahul)

5

Dari pengertian di atas, seseorang yang melakukan gabungan jarimah hanya akan mendapatkan satu hukuman sebagaimana halnya ketika ia melakukan satu jarimah, hal ini dikarenakan hukuman dari beberapa jarimah tersebut saling memasuki, sebagian masuk pada sebagian yang lain, sehingga hanya satu hukuman saja yang dijatuhkan.

4Abū Abdillah Muhammad bin Ismail al Bukhāri, Shahih al Bukhāri, Jilid IV (Beirut: Dar al Fikr, t.t.), hlm. 174-175.

5


(24)

Teori ini didasarkan atas dua pertimbangan, yaitu: pertama, apabila jarimah yang dilakukan itu satu macam atau satu jenis. Walaupun jarimah itu dilakukan berulangkali namun dalam jenis yang sama maka sudah sepantasnya kalau hanya dikenakan satu macam hukuman, selama belum ada keputusan hakim. Alasan dari penjatuhan satu hukuman tersebut adalah dasar dari pemberian hukuman untuk pengajaran dan pencegahan. Apabila satu hukuman saja sudah cukup untuk merealisasikan dua tujuan tersebut, maka tidak perlu adanya gabungan hukuman. Selama hukuman tersebut mampu untuk memperbaharui pengaruhnya dan mencegah pelakunya untuk mengulangi kejahatannya, namun apabila satu hukuman saja belum cukup untuk memperbaiki pelaku jarimah dan pelaku masih mengulangi perbuatannya, maka atas dia diwajibkan untuk memberikan hukuman tambahan atas dasar jarimah terakhir yang dilakukannya.

Kedua, meskipun beberapa perbuatan yang dilakukan itu berbeda-beda, baik macamnya ataupun hukumannya bisa saling memasuki dan cukup satu hukuman saja yang dijatuhkan untuk melindungi kepentingan dan tujuannya saja. Dalam hal ini terdapat syarat bila hukuman tersebut hanya satu yaitu gabungan hukuman tersebut dilakukan, atas dasar menjaga kemaslahatan.6 Dalam hal ini dapat diketahui bahwa gabungan jarimah yang mempunyai jenis dan tujuan hukumannya berbeda maka tidak dapat saling memasuki. Kelemahan dari metode ini adalah terlalu banyaknya hukuman,

6


(25)

karena terkadang adanya penggabungan hukuman menyebabkan sampainya hukuman pada batas yang berlebihan, sementara selama ini hukuman penjara dibatasi oleh waktu. Jadi apabila terjadi penggabungan hukuman maka berdasarkan teori ini, hukumannya dapat menjadi hukuman selamanya atau seumur hidup.

2) Teori penyerapan (al Jabbu) 7

Dalam teori penyerapan ini, seseorang yang melakukan gabungan jarimah akan dijatuhi hukuman, dimana hukuman tersebut sekaligus menggugurkan hukuman yang lainnya atua pelaksanaannya akan menyerap hukuman-hukuman yang lain.

Pengertian ini tertutup bagi hukuman pembunuhan, pelaksanaan hukuman pembunuhan menutup pelaksanaan hukuman selainnya. Dalam hal ini hukuman pembunuhan merupakan hukuman yang berdiri sendiri dimana hukuman selainnya tetap harus dilaksanakan.8 Kelemahan dari teori ini adalah memudahkan dan menyia-nyiakan perkara.

7

Abd. Al-Qadir al-Audah, al-Tasyri’ al-Jinai al-Islami, Jilid I (Beirut: Muassasah al Risalah, 1987), hlm. 443.

8


(26)

3) Teori Percampuran (al Mukhtalath)

9

Teori percampuran ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari dua metode sebelumnya yaitu teori al jabbu (penyerapan) dan teori ad tadaahul (saling memasuki), yaitu dengan cara menggabungkan keduanya dan mencari jalan tengahnya.

Sebagaimana yang telah disebutkan di awal bahwa hukum Islam dalam menggunakan kedua teori tersebut tidak secara mutlak. Dalam teori percampuran ini langkah yang dilakukan yakni dengan membatasi kemutlakan dari dua teori sebelumnya. Penggabungan hukuman boleh dilakukan namun tidak boleh melampaui batas tertentu. Tujuan daripada pemberian batas akhir ini bagi hukuman ialah untuk mencegah hukuman yang terlalu berlebihan.10

Kedua teori tersebut dalam hukum Islam diakui, namun dikalangan para ulama terjadi ikhtilaf, baik cara pengaplikasiannya maupun dasar logika dari penentuan hukuman yang akan diberikan kepada pelaku tindak pidana. Pembahasan mengenai kedua teori tersebut selanjutnya akan dibahas dalam bentuk-bentuk gabungan.

9

Ibid., hlm. 449.

10

Abd. Al-Qadir al-Audah, al-Tasyri’ al-Jinai al-Islami, Jilid I (Beirut: Muassasah al Risalah, 1987), hlm. 455.


(27)

Seterusnya bentuk-bentuk gabungan melakukan tindak pidana sebagaimana diketahui bahwa adanya gabungan melakukan tindak pidana menyebabkan munculnya gabungan hukuman. Munculnya teori-teori dalam gabungan hukuman tidak terlepas dari berbagai macam bentuk gabungan. Ibnu Qudamah dalam kitabnya al Mughni mengatakan bahwa jika terkumpul jarimah, jarimah hudud dimana hukuman-hukumannya berbeda, maka tidak akan terlepas dari tiga kategori di bawah ini, ketiga kategori tersebut adalah:

Pertama : Gabungan beberapa jarimah dimana semua hukumannya itu murni hak Allah.

Kedua : Gabungan beberapa jarimah dimana dalam hukuman tersebut terdapat hak Allah dan sekaligus hak hamba atau hak Adami.

Ketiga : Gabungan beberapa jarimah dimana hukumannya itu murni hak Adami.

Ketiga kategori di atas juga dijelaskan oleh Wahbah al Zuhaili dalam kitabnya al Fiqh al-Islam wa adilatuhu.11

B. Defenisi Tindak Pidana Pembunuhan

Istilah pidana atau hukuman berasal dari kata straf yang merupakan istilah yang sering digunakan sebagai sinonim dari istilah pidana. Istilah hukuman yang merupakan istilah umum dan konvensional, dapat mempunyai arti yang luas dan

11

Wahbah al Zuhaili, al Fiqh al Islam wa Adillatuhu, Jilid IV (Beirut: Dar al Fikr, t.t.), hlm. 168.


(28)

berubah-ubah, karena istilah itu dapat berkonotasi dengan bidang yang cukup luas. Oleh karena pada istilah yang lebih khusus, maka perlu ada pembatasan pengertian atau makna sentral yang dapat menunjukkan ciri-ciri atau sifat-sifatnya yang khusus.

Untuk memberikan gambaran yang lebih luas, berikut ini dikemukakan beberapa pendapat dari beberapa sarjana antara lain: menurut Sudarto, pidana adalah nestapa yang diberikan oleh Negara kepada seseorang yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang (hukum pidana), sengaja agar dirasakan sebagai nestapa.12

Selain dari pengertian Sudarto di atas terdapat pula pengertian sarjana lain, antara lain dari Roeslan Saleh yang menyatakan bahwa pidana adalah reaksi-reaksi atas delik, yang berwujud suatu nestapa yang sengaja ditimpakan Negara kepada pembuat delik.13

Dari dua pengertian di atas dapat dilihat bahwa tujuan pidana adalah pemberian nestapa, dimaksudkan untuk memberikan efek jera kepada pelakunya. Akan tetapi tidak semua sarjana menyetujui pendapat bahwa hakekat pidana adalah pemberian nestapa. Hal ini antara lain diungkapkan oleh Hulsman sebagaimana dikutip oleh Muladi bahwa pidana adalah menyuarakan untuk tertib;

12

Sudarto, Kapita Selekta hokum Pidana, (Bandung: Alumni, 1981) cet, I, hlm. 109-110 13


(29)

pidana pada hakekatnya mempunyai dua tujuan utama, yakni untuk mempengaruhi tingkah laku dan untuk menyelesaikan konflik.14

Pidana tidak hanya dimaksudkan untuk memberikan penderitaan kepada pelanggar atau membuat jera, tapi juga agar membuat pelanggar dapat kembali hidup bermasyarakat sebagaimana layaknya. Pengaruh dari aliran modern dalam hukum pidana telah memperkaya hukum pidana dengan sanksi yang disebut dengan tindakan (maatregel) seperti Indonesia misalnya, undang-undang pidana khusus atau perundang-undangan pidana di luar KUHP, terdapat suatu kecendrungan penggunaan sistem dua jalur dalam stelsel sanksinya yang berarti sanksi pidana dan sanksi tindakan diatur sekaligus. Istilah ini biasa dikenal dengan Double Track System, yaitu mempergunakan dua jenis sanksi, pidana dan tindakan.15

Secara akademisi tujuan dari pemidanaan sebagaimana dituangkan dalam rancangan kitab undang-undang hukum pidana adalah sebagai berikut:

a. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi pengayoman masyarakat.

b. Memasyarakatkan terpidana dengan menegakkan pembinaan sehingga menjadikannya orang yang baik dan berguna.

14

Op, Cit, Sudarto hlm. 11 15

M. Sholahuddin, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana; Ide Dasar Double Track System, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Cet, II, hlm. 3


(30)

c. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat.

d. Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.

Sementara dalam Islam, para ulama’ mendefinisikan pembunuhan dengan suatu perbuatan manusia yang menyebabkan hilangnya nyawa. Sebagian fuqaha membagi pembunuhan menjadi dua bagian : Pembunuhan sengaja dan pembunuhan kesalahan.

Pembunuhan sengaja menurut fuqaha adalah suatu perbuatan dengan maksud menganiaya dan mengakibatkan hilangnya nyawa orang yang dianiaya, baik penganiayaan itu dimaksudkan untuk membunuh ataupun tidak. Sedangkan yang dimaksud dengan pembunuhan kesalahan adalah suatu perbuatan yang mengakibatkan kematian yang tidak disertai niat penganiayaan. Dasar acuan pembagian ini adalah karena Al-Qur’an hanya memperkenalkan kedua macam pembunuhan ini, Allah berfirman .

ا











































































































































.

4

92


(31)

Artinya: Dan tidak harus sama sekali bagi seseorang mukmin membunuh seorang mukmin yang lain, kecuali dengan tidak sengaja. Dan sesiapa yang membunuh seorang mukmin dengan tidak sengaja, maka (wajiblah ia membayar kaffarah) dengan memerdekakan seorang hamba yang beriman serta membayar "diah" (denda ganti nyawa) yang diserahkan kepada ahlinya (keluarga si mati), kecuali jika mereka sedekahkan (memaafkannya). tetapi jika ia (yang terbunuh dengan tidak sengaja) dari kaum (kafir) yang memusuhi kamu, sedang ia sendiri beriman, maka (wajiblah si pembunuh membayar kaffarah sahaja dengan) memerdekakan seorang hamba yang beriman. dan jika ia (orang yang terbunuh dengan tidak sengaja itu) dari kaum (kafir) yang ada ikatan perjanjian setia di antara kamu dengan mereka, maka wajiblah membayar "diah" (denda ganti nyawa) kepada keluarganya serta memerdekakan seorang hamba yang beriman. Dalam pada itu, sesiapa yang tidak dapat (mencari hamba yang akan dimerdekakannya), maka hendaklah ia berpuasa dua bulan berturut-turut; (hukum yang tersebut) datangnya dari Allah untuk menerima taubat (membersihkan diri kamu). dan (ingatlah) Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana.

(QS. An-nisaa / 4 : 92)

Pendapat yang demikian dipegang oleh Madzhab Malik. Pada ayat lain Allah berfirman:































4

93

Artinya; Dan sesiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka jahanam, kekal ia di dalamnya, dan Allah murka kepadaNya, dan melakanatkannya serta menyediakan baginya azab seksa Yang besar.(QS. An-nisaa / 4 : 93)

Ayat ini menegaskan bahwa hukuman bagi orang yang membunuh, pada hari akhir akan mendapatkan siksaan yang sangat pedih dan kekal berada di neraka jahanam, serta mendapatkan laknat serta kemurkaan dan azab yang besar.


(32)

C. Tindak Pidana Pembunuhan Dalam Pandangan Hukum Islam

Syafi’i mengatakan bahwa seseorang yang melakukan gabungan beberapa

tindak pidana baik yang di dalamnya terdapat hukuman mati ataupun tidak maka semua hukuman yang diancamkan harus dilaksanakan. Sementara itu sebagian fuqaha berpendapat bahwa selain hukuman mati berarti gugus dan hanya hukuman mati saja yang dilaksanakan. Pendapat ini menurut Ibnu Mas’ud, Atha’,

As-Sya’bi, An Nakhaiy, Al-Auza’iy, Hammad, Malik dan Abu Hanifah.16

Golongan Hambaliyah, Hanafiyah dan Malikiyah mengatakan bahwa hukuman tersebut saling memasuki (at Tadāhul) yaitu antara hukuman yang satu dengan yang lainnya saling masuk sehingga pelakunya hanya dikenai satu hukuman yaitu hukuman mati saja sebagai hukuman yang terberat. Pendapat ini juga didukung oleh Ibrahim Al-Nakha’i bahwa hukuman dicukupkan dengan pelaksanaan hukuman mati, sebab adanya kumpulan hak-hak Allah yang murni dan maksud dari hukuman itu sendiri adalah untuk peringatan. Dengan dijatuhkannya hukuman mati maka kebutuhan untuk peringatan tersebut dirasa sudah memadai.17

Sementara itu Ibnu Qudamah, mengikuti pendapat Ibnu Mas’ud yang mengatakan:

16

Muh. Abu Zahrah, al_uquubah: al Jarimah wa al Uqubah fi al Fiqh al Islam (Beirut: Dar al Fikr, t.t.), hlm. 298.

17

Wahbah al Zuhaili, al Fiqh al Islam wa Adillatuhu, Jilid IV (Beirut: Dar al Fikr, t.t.), hlm. 169.


(33)

Sesungguhnya setiap hukuman itu bertujuan untuk memberikan pelajaran (mendidik) dan mencegah agar tidak terjadi jarimah lagi, sehingga apabila terdapat beberapa jarimah yang dilakukan dan di dalamnya terdapat ancaman hukuman mati maka tidaklah perlu hukuman selain hukuman mati tersebut dilaksanakan.

Dalam masalah ini, pendapat Syafi’i dirasa cukup berat dalam menentukan hukuman terhadap pelanggaran beberapa jarimah. Syafi’i tidak

mengakui adanya teori saling memasuki bahwa apabila terjadi gabungan beberapa jarimah yang hukumannya berbeda-beda maka hukuman tersebut harus dilaksanakan satu persatu dan hukuman tersebut tidak dapat untuk memasuki antara sebagian pada sebagian yang lain.

Gabungan beberapa jarimah yang tidak terdapat ancaman pidana mati seperti berkumpulnya jarimah zina ghairu mukhson, pencurian, minum khamr yang berulangkali dan masing-masing belum mendapatkan keputusan akhir. Dalam masalah ini terdapat dua pendapat: pertama, bahwa semua hukuman harus dilaksanakan. Alasannya yaitu sebab dari adanya gabungan melakukan jarimah itu berbeda-beda dan lebih dari satu. Berbilangnya (lebih dari satu) sebab membuat hukuman tidak dapat saling memasuki atau digabung karena sebabnya


(34)

juga berbeda-beda. Ulama sepakat untuk menjatuhkan semua hukuman, selama tidak saling memasuki. 18

Namun ulama berbeda pendapat mengenai hukuman mana yang harus

dilaksanakan terlebih dahulu. Syafi’iyah dan Hanabilah melaksanakan hukuman

yang paling ringan terlebih dahulu seperti had minum khamr, had zina, pemotongan tangan untuk jarimah pencurian. Hukuman potong dalam jarimah pencurian ini dapat saling memasuki dengan hukuman potong tangan pada jarimah hirabah dengan perampasan harta.

Sementara Malikiyah berpendapat bahwa hukuman potong harus didahulukan daripada hukuman jilid. Hanafiyah menyerahkan pemilihan untuk menentukan hukuman mana yang akan dijatuhkan terlebih dahulu kepada pemerintah. Apabila pemerintah menghendaki hukuman zina di dahulukan maka hukuman zina akan dilakukan, atau menghendaki hukuman potong tangan yang di dahulukan dan seterusnya.

Mereka beralasan bahwa had zina dan had pencurian ditetapkan dengan nash Al Qur’an, sehingga mereka mengakhirkan hukuman minum khamr daripada hukuman zina dan pencurian karena jarimah minum khamr ditetapkan dengan sunnah nabi. Dalam melaksanakan hukuman-hukuman tersebut tidak berbarengan, tetapi dilaksanakan satu persatu dalam waktu yang berbeda. Hal itu

18


(35)

dikhawatirkan menimbulkan efek yang tidak diharapkan dari penjatuhan hukuman yang sekaligus.19

Pendapat kedua, pendapat sebagian Malikiyah, bahwa mereka membedakan antara hukuman-hukuman yang sejenis dan yang tidak sejenis. Apabila hukuman itu sejenis maka dapat digabungkan atau saling memasuki. Namun apabila jenisnya berbeda, maka tidak dapat digabungkan, seperti hukuman minum 80 kali cambukan dan hukuman zina 100 kali cambukan. Dalam hal ini dilakukan 100 kali cambukan saja, karena hukuman minum telah masuk atau digabungkan.20

Kedua, keadaan dimana terdapat gabungan beberapa jarimah yang hukumannya merupakan hak Allah dan sekaligus hak hamba. Dalam hal ini terdapat tiga hal, yaitu di antara hukuman-hukuman tersebut tidak terdapat ancaman pidana mati.

Dalam hal ini dicontohkan hukuman untuk jarimah minum khamr dan jarimah qodhaf. Hanabilah, Syafi’iyah dan Hanafiyah mengatakan bahwa seluruh hukuman harus dilaksanakan karena berbilangnya (lebih dari satu) sebab jika sebabnya lebih dari satu jenis maka musababnya tidak diragukan lagi pasti lebih dari satu juga atau berbilang.

19Wahbah al Zuhaili, al Fiqh al Islam wa Adillatuhu, Jilid IV (Beirut: Dar al Fikr, t.t.),

hlm. 169.

20

Muh. Abu Zahrah, al_uquubah: al Jarimah wa al Uqubah fi al Fiqh al Islam (Beirut: Dar al Fikr, t.t.), hlm. 300.


(36)

Sebagian Malikiyah berpendapat bahwa hudud yang hukumannya sejenis, yaitu hukuman cambuk, bisa saling memasuki atau digabungkan, alasannya yaitu ketika seseorang mabuk, maka ia dapat mengeluarkan kata-kata yang dapat menimbulkan fitnah. Adapun hukuman selain itu tidak bisa digabungkan.

Di antara hukuman-hukuman tersebut terdapat ancaman pidana mati jumhur ulama yang mengatakan bahwa jarimah yang di dalamnya terdapat hak-hak Allah, maka hak-hak Allah tersebut masuk ke dalam hukuman mati. Adapun yang terdapat di dalamnya hak-hak Adami maka harus dijatuhkan seluruhnya.21 Hukuman mati disini kedudukannya sebagai hukuman had ataupun karena qisas.

Apabila di dalam gabungan tersebut terdapat hukuman mati dan hukuman-hukuman yang lain, maka hukuman-hukuman lain harus didahulukan daripada hukuman-hukuman mati. Dalam hal ini hak Adam didahulukan daripada hak Allah. Menurut madzhab

Syafi’i jika hukuman-hukuman yang ada dalam hak anak Adam adalah lebih

ringan maka wajib dilaksanakan. Bertemunya dua hak pada satu ancaman yang akan dikenai hukuman sebagai contoh, terdapat dua hukuman yaitu qisas dan rajam, dalam hal ini jumhur sepakat untuk mendahulukan qisas daripada rajam. Alasannya yaitu hukuman qisas dapat dijadikan sebagai penguat hukuman terhadap pemenuhan hak adami.22

21

0p, cit, Wahbah al Zuhaili, hlm. 170. 22


(37)

Ketiga, keadaan dimana terdapat beberapa jarimah yang di dalamnya terdapat hak adami atau hamba saja. Dalam hal ini terdapat dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

- Ketika dalam hukuman-hukuman tersebut terdapat hukuman mati karena qisas.

- Ketika jarimah-jarimah yang dilakukan tidak ada yang mengharuskan hukuman mati karena qisas.

a) Keadaan pertama dimana terdapat hukuman mati karena qisas

Menurut Hanafiyah adanya hukuman mati ini tidak menafikan hukuman selainnya, jika dalam hukuman-hukuman tersebut terdapat hukuman qisas.

Kedua sahabat Abu Hanifah yaitu Muhammad Syaibani dan Abu Yusuf berkata bahwa hukuman mati tidak meniadakan hukuman selainnya, karena keduanya berhubungan, bisa jadi hukuman yang pertama adalah pendahuluan bagi yang kedua.23

b) Keadaan kedua dimana di antara hukuman-hukuman tersebut tidak terdapat hukuman mati .

Dalam hal ini qisas harus diterapkan pada tiap-tiap perbuatan karena berbilangnya sebab berimplikasi pada berbilangnya musabab. Sementara itu Abu Hanifah dalam masalah hukuman mati adalah dia menolak adanya penggabungan (at-tadaahul). Dua sahabatnyalah yang memasukkan hukuman-hukuman lain

23


(38)

dalam hukuman mati. Sedangkan pendapat Imam Malik adalah seperti jumhur ulama yang berpendapat bahwa hukuman-hukuman qisas tidak bisa saling memasuki berdasarkan atas teori kesamaan antara jarimah dan hukuman yang mengharuskan dilaksanakannya qisas.

Dalam hal ini dapat diketahui bahwa apa-apa yang berhubungan dengan hak Allah dapat digabungkan sedangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan hak-hak manusia (anak Adam) maka tidak boleh digabungkan.

Menurut Imam Malik bahwa hukuman itu dapat digabungkan apabila terdapat dua hal, yaitu:

Pertama, apabila satu penyebabnya yaitu jika sama kadar antara diwajibkannya hukuman dari masing-masing jarimah itu. Seperti pencurian dan pemotongan tangan orang. Dalam masalah ini pencurian hukumannya adalah potong tangan, sedangkan memotong tangan orang (pada kriminal yang kedua) hukumannya adalah qisas (yaitu potong tangan juga). Maka jika telah dilaksanakan salah satu dari dua kejahatan atau lebih yang penyebabnya sama (satu) maka hukuman yang kedua menjadi gugur.

Kedua, jika penyebabnya satu, jarimahnya dilakukan berulangkali, seperti pencurian berulangkali sebelum dilaksanakan hukuman potong tangan.24

24

Abd. Al-Qadir al-Audah, al-Tasyri’ al-Jinai al-Islami, Jilid I (Beirut: Muassasah al Risalah, 1987), hlm. 628-629.


(39)

Berangkat dari bentuk-bentuk gabungan tersebut di atas, maka dapat diketahui bagaimana pandangan para ulama mengenai gabungan melakukan tindak pidana ini.

D. Tindak Pidana Pembunuhan Dalam Undang-Undang Malaysia

Undang-undang pidana adalah suatu jenis undang-undang yang mengawal kesalahan yang dilakukan terhadap masyarakat. Undang-undang pidana perlu dibedakan dengan dengan undang-undang sivil. Sebagai contoh sekiranya seseorang mencuri, maka undang-undang pidana yang akan digunakan untuk mengawal atau mengurus si pencuri itu. Siasatan, tangkapan dan dakwaan akan dibuat berpandukan undang-undang pidana. Kesalahan mencuri itu dikawal oleh undang-undang pidana karena kesalahan mencuri tersebut dianggap sebagai kesalahan terhadap masyarakat.

Manakalah berbeda pula dengan keadaan apabila seseorang membeli barang secara kredit dan kemudian tidak membayar hutang kepada penjual barang pada tanggal yang dipersetujui. Maka undang-undang yang mengawal perkara tersebut adalah undang-undang sivil. Dalam situasi yang disebut di atas, ada beberapa undang-undang sivil yang boleh terpakai seperti undang-undang penjualan barang, undang-undang kontrak dan sebagainya. Undang-undang pidana tidak


(40)

akan digunakan untuk menentukan hak dan liabiliti penjual dan pembeli. Ini karena urusan jual beli adalah dianggap aktiviti sivil antara individu.25

Maka, ditinjau hukum formil yang terkait undang-undang tindak pidana pembunuhan di Malaysia adalah melihat di dalam Akta A324 yaitu Kanun Acara Akta Jinayah.26

402A;

(1) Apabila dalam sidang kriminal dituduh berusaha untuk mengajukan pembelaan alibi, bukti yang mendukung sejenisnya tidak diakui kecuali jika terdakwa harus memberikan pemberitahuan tertulis tersebut kepada Publik Jaksa setidaknya sepuluh hari sebelum dimulainya sidang. (2) Pemberitahuan yang disyaratkan oleh ayat (1) harus mencakup keterangan dari tempat klaim terdakwa telah pada saat itu komisi pelanggaran dengan yang dia dibebankan, bersama-sama dengan nama dan alamat dari setiap saksi yang ia berniat untuk memanggil untuk tujuan

pembentukan.27 .

25

http://ms.wikipedia.org/wiki/Undang-undang_jenayah di akses pada 20/4/2011 jam 12:56 am WIB.

26

Undang-undang Malaysia akta a324, kanun acara akta jenayah (pindaan dan perluasan), 1976 3 undang-undang Malaysia akta a324 kanun acara akta jenayah (dan pindaan perluasan) 1976 suatu akta bagi memindahkanun acara jenayah (nmb bab 6) bagi dan memperluaskan kanun itu sebagaimana dipinda ke Negeri-Negeri Melaka, Pulau Pinang, Sarawak dan Sabah.

27

Lembaga Penyelidik Undang-Undang, perlembagaan Persekutuan, ( Selangor Darul Ehsan: International Law Book Service, 2009), cet. I, h. 77


(41)

417;

1.Setiap kali dibuat untuk tampil Pengadilan Tinggi

(A) Bahwa penyelidikan yang adil dan tidak memihak atau sidang tidak dapat memiliki dalam pidana Pengadilan bawahan dalamnya;

(B) Bahwa beberapa masalah hukum yang tidak biasa kesulitan yang mungkin timbul;

(C) Bahwa pandangan tempat atau dekat yang tindak pidana telah komitmen mungkin diperlukan untuk memuaskan penyelidikan atau pengadilan yang sama,

(D) Bahwa perintah dalam bagian ini akan cenderung kenyamanan umum para pihak atau saksi; atau

(E) Bahwa perintah seperti itu adalah bijaksana untuk ujung keadilan, atau diperlukan oleh ketentuan apapun dari Kode Etik ini, mungkin order- (Aa) bahwa tindak pidana harus bertanya ke dalam atau diadili oleh Pengadilan manapun tidak diberdayakan bawah bagian 121-126 tetapi dalam hal lain yang berwenang untuk menyelidiki ke atau coba pelanggaran tersebut; atau (Bb) bahwa setiap kasus tertentu atau kelas kasus ditransfer dari seorang kriminal Pengadilan bawahan bertandatangan ke Pengadilan pidana lain seperti sebesar atau unggul yurisdiksi; atau "Tinggi pengadilan kekuatan untuk transfer kasus. (Cc) bahwa setiap kasus pidana tertentu harus ditransfer ke dan


(42)

mencoba sebelum Pengadilan Tinggi, atau (Dd) bahwa orang terdakwa berkomitmen untuk sidang sebelum Tinggi Pengadilan.

(Ee) Bahwa orang yang berkomitmen untuk diadili di satu tempat diadili di tempat lain.28

(2) Pengadilan Tinggi dapat membuat agar dalam ayat (1) baik pada laporan Pengadilan yang lebih rendah, atau pada penerapan Jaksa Penuntut Umum atau tersangka, atau atas inisiatif sendiri.

(3) (a) Bila pesanan dibuat di bawah ayat (cc) dari ayat (1) yang lebih rendah Pengadilan sebelumnya yang penyelidikan ke, atau percobaan, pelanggaran terhadap terdakwa orang sedang menunggu harus, (Jika kasus ini yang dapat dihukum oleh yang lebih rendah Pengadilan) tanpa memegang sebuah awal penyelidikan di bawah Bab XVII; atau (Jika kasus ini yang dapat diuji oleh

Tinggi .

Pengadilan dan penyelidikan awal bawah Bab XVII sedang berlangsung atau belum dimulai ketika order dibuat) tanpa memegang atau menyelesaikan penyelidikan awal tersebut, menyebabkan orang terdakwa untuk tampil atau dibawa ke Pengadilan Tinggi di tanggal yang ditentukan dalam urutan kata atau sesegera mungkin mungkin tidak praktis jika tidak ada tanggal tersebut

28

Lembaga Penyelidik Undang-Undang, perlembagaan Persekutuan, ( Selangor Darul Ehsan: International Law Book Service, 2009), cet. I, h. 78


(43)

adalah ditentukan. (B) Ketika orang terdakwa muncul atau dibawa ke Pengadilan Tinggi sesuai dengan ayat (a), ia harus memperbaiki kencan untuk sidang yang akan diadakan di sesuai dengan prosedur di bawah Bab XX.29 (4) Mahkamah untuk hal ini adalah dipindahkan di bawah bagian ini dapat

bertindak atas bukti yang sudah dicatat dalam penyelidikan atau pengadilan atau sebagian sehingga dicatat dan sebagian direkam dengan sendirinya, atau mungkin resummon saksi dan kembali memulai penyelidikan atau percobaan: Ketentuan bahwa dalam hal apapun sehingga ditransfer Jaksa Penuntut Umum atau orang yang dituduh mungkin. ketika Mahkamah untuk yang kasus ini mengalihkan dimulai proses nya, mengaplikasikan bahwa saksi atau salah satu dari mereka menjadi resummoned dan reheard.

PROSEDUR PIDANA CODE (PERUBAHAN DAN PERPANJANGAN) (1) Perubahan 5 83.30…Untuk "polisi atasan" polisi pengganti " petugas tidak berada dibawah pangkat Inspektur. 8487 inklusif Hapus dan pengganti -"Forcible penyebaran melanggar hukum rakitan. 46/58 88…Hapus dan pengganti

29

Kanun Acara jenayah (pindaan dan perluasan) Seksyen / peruntukan Pindaan [Jadual] 8 91 Undang-Undang Power untuk langsung salinan untuk deposisi dan pameran untuk diterima di bukti. akan menjadi bar untuk proses selanjutnya terhadap orang untuk pelanggaran yang sama jika pelanggaran telah berkomitmen di Malaysia akan menjadi bar untuk proses lebih lanjut terhadap dia di bawah hukum tertulis yang berkaitan untuk ekstradisi atau penyerahan Undang-Undang. 1964. ... .. 138. dan.komitmen pengecualian.... 9 ketentuan Power untuk langsung bukti.Prosedur Memenuhi pengecualian Perubahan 138. Ini kalimat. 10 ketentuan .... Perubahan ini bab ...berkomitmen praktis. 252. Banding dari Pengadilan.11 ketentuan ... - Perubahan... 1. 2....12 ketentuan...Perubahan 417. atau kasus. ketentuan 13 ... .. Perubahan sertifikat oleh public ketentuan Perubahan.

30

Undang-undang Malaysia akta a324, kanun acara akta jenayah (pindaan dan perluasan), 1976 3 undang-undang malaysia akta a324 kanun acara akta jenayah (dan pindaan perluasan) 1976


(44)

Perlindungan terhadap penuntutan. 84. Jika ada perakitan yang melanggar hukum diperintahkan untuk membubarkan pada bagian 83 atau di bawah bagian 5 dari Ketertiban Umum (Pelestarian) Ordonansi, 1958. dan tidak tidak membubarkan, atau jika, tanpa harus telah diperintahkan untuk membubarkan, itu melakukan sendiri sedemikian rupa untuk menunjukkan tekad tidak untuk membubarkan, polisi apapun petugas, setiap anggota angkatan bersenjata atau orang lain yang bertindak dalam bantuan sebuah polisi atau anggota bersenjata pasukan mungkin melakukan semua hal yang diperlukan untuk menyebar orang-orang yang begitu terus dirakit dan untuk menahan mereka atau salah satu dari mereka, dan, jika ada orang yang membuat resistensi, mungkin menggunakan kekerasan seperti yang cukup diperlukan untuk mengatasi perlawanan dan tidak akan bertanggungjawab dalam proses pidana atau perdata karena dengan menggunakan kekuatan tersebut menyebabkan kerugian atau kematian orang atau kerusakan apapun properti. 88. (I) No penuntutan terhadap segala Hakim, polisi atau anggota angkatan bersenjata untuk tindakan apapun yang mengaku dilakukan di bawah Bab ini harus dilembagakan dalam Mahkamah kecuali dengan sanksi penulisan Jaksa Penuntut Umum secara pribadi atau, di Sabah atau Sarawak, dari Direktur Penuntutan Umum.31

(2) Apabila penuntutan adalah sanksi seperti tersebut di atas untuk tindakan yang mengaku menjadi dilakukan di bawah Bab ini, tidak ada Hakim,

31

Undang-undang Malaysia akta a324, kanun acara akta jenayah (pindaan dan perluasan), 1976 3 undang-undang malaysia akta a324 kanun acara akta jenayah (dan pindaan perluasan) 1976


(45)

polisi, anggota bersenjata kekuatan atau orang yang bertindak dalam bantuan polisi pejabat atau anggota angkatan bersenjata harus, jika Mahkamah puas bahwa tindakan dilakukan dengan itikad baik atau, apakah itu dilakukan oleh anggota angkatan bersenjata, bahwa hal itu dilakukan dalam ketaatan ke urutan yang di bawah angkatan laut, militer atau angkatan udara hukum dia terikat untuk mematuhi, akan sehingga dianggap telah melakukan suatu pelanggaran. (3) 7 Bagian/ketentuan 114,117,124.127. Perubahan (B) pernyataan yang dibuat oleh setiap orang sebelum ada waktu untuk hati hati dia harus tidak diberikan tidak dapat diterima dalam bukti hanya dengan alasan yang tidak hati-hati tersebut memiliki administrasi telah rapi jika sudah diberikan sesegera mungkin.

(4) Walaupun ada yang sebaliknya yang terkandung dalam hukum tertulis yang orang yang dituduh melakukan tindak pidana yang ayat (1) berlaku tidak terikat untuk menjawab setiap pertanyaan yang berkaitan dengan kasus setelah setiap hati-hati seperti tersebut di atas telah diberikan kepadanya. ". Hapus ayat (i) dan catatan pinggir dan menghapus angka "(ii)" pada awal ayat (ii). Pada akhir ayat (ii), setelah kata-kata "memiliki "Yurisdiksi tersebut, tambahkan berikut ini: "Atau, jika kasus ini yang dapat dihukum hanya oleh Tinggi Pengadilan, sebelum dirinya sendiri atau hakim lain memiliki diksi juris dengan tujuan untuk menyatakan pendapat untuk pengadilan oleh Pengadilan Tinggi ". Hapus ayat (i) dan pengganti - "(I) pelanggaran memiliki melarikan diri dari tahanan mungkin bertanya ke dalam atau diadili oleh Pengadilan dalam lokal batas yurisdiksi yang


(46)

diduga melarikan diri terjadi atau Pengadilan dalam batas-batas lokal dari yurisdiksi yang orang dituntut dengan melarikan diri ditahan setelah dugaan melarikan diri. ". Hapus dan pengganti "Ketika, keraguan muncul Tinggi Pengadilan untuk memutuskan.32

(5). Setiap kali keraguan muncul adalah Pengadilan dimana tindak pidana harus berdasarkan ketentuan-ketentuan sebelumnya dari Bab harus bertanya ke dalam atau mencoba Pengadilan Tinggi mungkin (A) gerak sendiri, atau; (B) jika bawahan Mahkamah Tinggi Pengadilan mengacu pertanyaan kepada Pengadilan Tinggi Pengadilan untuk arah, atau (C) pada saat aplikasi yang dibuat oleh Public Jaksa atau orang yang dikenakan, Pengadilan memutuskan dimana pelanggaran harus akan bertanya ke dalam atau mencoba: asalkan sebelum keputusan diambil oleh Pengadilan Tinggi Jaksa Penuntut Umum dan orang dibebankan berhak didengar.33

32 Lembaga Penyelidik Undang-Undang, perlembagaan Persekutuan, ( Selangor Darul

Ehsan: International Law Book Service, 2009), cet. I, h. 80

33

Undang-undang Malaysia akta a324, kanun acara akta jenayah (amandamen dan perluasan), 1976 suatu akta bagi memindah kanun acara jenayah (nmb bab 6) bagi dan memperluaskan kanun itu sebagaimana dipindah ke negeri-negeri melaka, pulau pinang, Sarawak dan Sabah.


(47)

38

hingga ke Februari dan seterusnya coba dipersonakan dengan klip video Memali, satu tragedi berdarah yang berlaku 17 tahun lalu, yaitu pada 18 November, 1985. Klip video itu mempamerkan babak-babak dokumentari peristiwa Memali yang pernah ditayangkan oleh RTM 17 tahun dahulu.1

A. Riwayat Hidup Ibrahim Libya

Watak utama kepada peristiwa Memali ialah seorang ulama’ muda yang cukup berpengaruh dalam masyarakat di Baling, Ustaz Ibrahim Mahmud. Beliau yang lebih senang dengan panggilan Ustaz Ibrahim Libya merupakan sosok dakwah yang besar namanya di negeri utara Semenanjung karena kegigihan dan keghairahannya berdakwah, penguasaan ilmu Islam yang mantap yang dibenih secara formal. Jika dituduh ianya sesat, ironisnya beliau mempunyai pendidikan mengajar di Selangor dan di Kedah. Bahkan juga menjadi penceramah di radio dan televisyen.2

Semenjak zaman persekolahan lagi beliau menunjukkan ketokohan dan kecerdasan untuk memimpin, pernah muncul sebagai johan berpidato peringkat

1

Jabatan Penerangan PAS Pusat, Isu Memali Hakikat dan Realiti, ( Angkatan Edaran Enterprise Sdn. Bhd) Cet, I, hlm. 20

2

http://aneroid09.wordpress.com/2009/04/11/kisah-benar-tragedi-memali-ustaz-ibrahim-libya/ Diakse pada 27/03/11 jam 13:45 WIB


(48)

negeri Kedah dan Perlis ketika di peringkat sekolah SMA. Ustaz Ibrahim melanjutkan pelajarannya ke Akademi Islam Nilam Puri, Kelantan, yang merupakan pusat pengajian tinggi Islam yang terkenal di Malaysia. Kelantan pada waktu tersebut sedang diperintah oleh PAS, sebuah gerakan Islam tertua tanahair yang menggerakkan pendidikan Islam dengan bersungguh-sungguh.3 Akademi Islam Nilam Puri melahirkan ramai tokoh ulama dan pendakwah yang disegani, sebutir mutiaranya yang berharga ialah Ustaz Ibrahim Libya sendiri.

Tokoh dakwah ini berkelana di beberapa buah Negara untuk menimba ilmu agama dengan harapan untuk berbakti kepada masyarakat. Beliau mendapat pendidikan tinggi Darul Ulum di Deoband, India yang terkenal pada tahun 1968. India Utara seperti Uttar Pradass sangat terkenal dengan pusat pengajian ilmu hadith Nabi SAW. India utara sejak zaman berzaman disegarkan dengan pengajian kitab turath terutama di zaman kerajaan Islam Moghul yang telah memayungi tradisi intelektual.4

Dalam kesempatan berada di India yang menyaksikan pertembungan panjang Islam dan Hindu, beliau menjelajahi beberapa buah negeri. Ustaz brahim Libya mengkaji gerakan Islam fenomenal di subcontinent itu yaitu Jamiat Islami yang ditubuhkan oleh Maulana Maududi. Semua ini memberikan sejuta

3

http://aneroid09.wordpress.com/2009/04/11/kisah-benar-tragedi-memali-ustaz-ibrahim-libya/ Diakse pada 27/03/11 jam 13:45 WIB

4

Riduan Mohamad Nor, Memori Tragedi Memali, ( Selangor, Percetakan Zafar Sdn Bhd:


(49)

pengalaman berharga sebagai daie sekembalinya ke tanahair. Jamiat Islami sebagai sebuah gerakan sentiasa berhadapan dengan ancaman dan tekanan daripada pemerintah, terutama di Pakistan. Maududi sendiri merupakan ikon kepada Ibrahim Libya, yang namanya sentiasa disebut dalam program tarbiah pemuda.

Ustaz Ibrahim Libya melanjutkan lagi pendidikannya di Universitas Al-Azhar, sebuah pusat pengajian tinggi tertua di dunia. Ardul Kinanah dengan angin Sahrawi lembut bertiup panas mendamaikan tetamu ilmu yang datang dari pelbagai belahan dunia Islam, Kaherah tidak pernah bosan berkongsi ilmu. Salah seorang anak muda yang tidak jemu mendatangi dewan kuliah dan mengunjungi para ulama yang bersedia menabur ilmu ialah Ibrahim Mahmud, keberahian dan keterujaannya pada ilmu begitu tinggi.5

Ustaz Ibrahim belajar dengan bersungguh-sungguh di Mesir, beliau mendapat ijazah Sarjana Muda Syariah, bahkan dua tahun selepas pengajian secara formal beliau terus bertamu di Kaherah untuk belajar bertalaqi dengan ulama-ulama besar Mesir. Beliau dengan perasaan penuh minat yang amat mendalam terhadap dakwah terus menyambung pelajarannya ke benua Afrika, beliau bertamu di Libya dengan mendapat biasiswa dari kerajaan Libya. Pada tahun 1973 beliau memasuki Maahad Dakwah Tropoli dan akhirnya mendapat ijazah dakwah tertinggi. Di Libya juga beliau sempat mengunjungi tokoh besar

5


(50)

Ikhwanul Muslimin, Sheikh Abu Salam. Pergerakan sosio politik ini menghadapi tekanan yang buruk di Negara-negara Afrika Utara seperti Libya. Pengalaman di Libya sangat bewarna warni bagi Ustaz Ibrahim, kebenciannya kepada kuasa kuffar dibenih secara sistematik ke dalam jiwa beliau.6

B. Kebijakannya di dalamPartai Islam Se-Malalysia (PAS)

Ustaz Ibrahim Libya merupakan tokoh gerakan Islam yang sangat merindui untuk mati syahid. Beliau tidak pernah bosan untuk bercakap secara formal atau tidak formal berkaitan mati syahid dan kelebihannya. Keinginan mati syahidlah yang menginspirasikan beliau untuk terus beristiqamah di atas jalan perjuangan Islam meskipun berdepan dengan seribu hamparan ujian. Beliau yang mesra dengan panggilan Ustaz Ibrahim Libya atau nama sebenarnya Ibrahim Bin Mahmud merupakan pendakwah tanah air yang sebelumnya pernah berkhidmat bersama Pusat Islam Malaysia. Beliau yang telah sekian lama bersama PAS akhirnya mengambil keputusan meninggalkan Pusat Islam bagi meluaskan lagi ruangnya memberikan perkhidmatan kepada Partai Islam walaupun khidmatnya sangat diperlukan oleh Pusat Islam sehingga beliau pernah dii’tiraf sebagai pendakwah terbaik.

6

Jabatan Penerangan PAS Pusat, Isu Memali Hakikat dan Realiti, ( Angkatan Edaran Enterprise Sdn. Bhd) Cet, I, hlm. 25


(51)

Dengan suaranya yang lantang dan tegas menghadapi kezaliman-kezaliman pihak pemerintah ketika itu yang diketuai oleh Perdana Menteri Tun.Dr Mahathir Bin Mohamad, setiap majlis-majlis pidatonya pasti dihadiri oleh ribuan pendengar dikalangan penyokong dan pendokong gerakan Islam. Internal Security Act (ISA) yang dikuatkuasakan oleh pemerintah adalah merupakan diantara perkara yang sangat kuat ditentang oleh beliau selain dari sikap pemerintah yang dilihat tidak memandang Islam sebagai „Aqidah Negara serta jalan penyelesaian masalah ummah. Ditambah lagi dengan peribadi pemerintah yang dicemari amalan korupsi dan sebagainya membuatkan Ustaz Ibrahim begitu bersungguh-sungguh dalam memberi semangat kepada ahli PAS agar berazam untuk membuat perubahan dalam kepimpinan Negara.7

Sokongan dan dokongan kuat dari ribuan umat Islam di Malaysia yang mencintai perjuangan Islam menjadi „mimpi ngeri’ kepada pihak pemerintah. Ianya begitu menakutkan mereka yang mengimpikan kekuasaan dapat dipegang selama-lamanya. Akhirnya, pelbagai tuduhan, fitnah dan label-label jahat dilemparkan kepada PAS khasnya Ustaz Ibrahim Libya.

C. Sejarah Singkat Berlakunya Peristiwa Memali

Menjelang operasi penangkapan, Kg. Memali dipantau dan dikepung hampir seminggu lamanya. Pertambahan bilangan anggota keselamatan dari sehari ke sehari persis ingin menghadapi satu bala militer musuh yang besar atau

7


(52)

pengganas yang sangat merbahaya yang diperlukan segera. Cerita-cerita karut yang dikarang mengenai kegiatan Ustaz Ibrahim dan pengikutnya di Kg. Memali disiarkan di dada koran bagi mengelabui mata orang awam. Ustaz Ibrahim yang istiqamah mengajar anak-anak muridnya dikalangan orang tua dan anak muda di Madrasah yang dibinanya dimaklumkan mengajar fahaman salah dan sesat. Semuanya berlaku dalam tempoh menjelang operasi.

Sangat dahsyat. Tanggal 18 Nov 1985, hampir segenap penjuru kampung telah dikepung, dikhuatiri ada sasaran yang terlepas keluar. Penduduk Kg. Memali yang begitu setia bersama guru mereka terus bermunajat kepada Allah memohon keselamatan dan bantuan. Persiapan persenjataan ala kadar dengan

senjata „orang kampung’ disediakan karena bagi mereka mempertahankan diri

dan nyawa yang diancam adalah satu kewajiban yang sangat besar. Namun apalah

sangat dengan senjata „orang kampung’ berbanding pihak pemerintah yang

mengantar bala tentera dengan kelengkapan seolah-olah menghadapi peperangan yang besar. Berpuluh-puluh mobil perisai disediakan, lori water canon, gas pemedih mata, senjata, pelbagai jenis polisi disediakan termasuk Pasukan Polisi Hutan dan segala macam kelengkapan lain.8

Anggota polisi berpecah kepada dua kumpulan akibat berlainan maklumat yang diterima mengenai siapa sasaran dalam operasi ini. Ada yang mendapat maklumat, mereka akan menggempur perkampungan saki baki Komunis dan ada

8

http://aneroid09.wordpress.com/2009/04/11/kisah-benar-tragedi-memali-ustaz-ibrahim-libya/ Diakse pada 27/03/11 jam 13:45 WIB


(53)

yang mendapat maklumat mereka akan menghadapi kumpulan pemberontak kerajaan. Namun, atas arahan dari pemimpin tertinggi pasukan polisi yang mesti ditaati, mereka akur juga walaupun ada yang mengetahui bahwa dihadapan mereka bukanlah Komunis. Selepas kejadian, maklumat diterima bahwa pada malam serangan ingin dilakukan yaitu malam 18 November tersebut, sebagian anggota polisi bersuka ria dan berpesta besar di sebuah balai polisi di Negeri Kedah. Antara anggota polisi yang terlibat didalam operasi ini termasuklah dikalangan mereka yang bukan beragama Islam.9

Antara watak utama dibelakang operasi yang disebut „Ops Komunis’ ini,

Musa Hitam (Wakil. PM), Dato’ Yahya Yeop (pemimpin tertinggi Polisi Negeri Kedah) dan Dr. Mahathir sendiri . Mereka inilah yang memainkan peranan utama bagi memastikan tertangkapnya Ustaz Ibrahim Libya pada tanggal tersebut.10

Keesokannya harinya, tanggal 19 November 1985, selesai Solat Subuh, Ustaz Ibrahim terus memberikan tausiah penuh bermakna kepada para pendokong perjuangan yang terdiri dikalangan anak-anak muridnya yang setia dengan majlis-majlis ilmu beliau. Antara lain, beliau mengingatkan kepada ahli jama’ah supaya jangan ada yang kabur dari perjuangan yang sedang dihadapi ini serta menjelaskan mengenai kelebihan mati syahid. Seluruh ahli jama’ah semakin kuat

9

Jabatan Penerangan PAS Pusat, Isu Memali Hakikat dan Realiti, ( Angkatan Edaran Enterprise Sdn. Bhd) Cet, I, hlm. 28

10


(54)

azam dan tekad untuk tidak menyerahkan Ust Ibrahim kepada pihak pemerintah. Mereka rela mati demi mempertahankan As-Syahid.11

Antara mereka yang dekat dengan Ustaz Ibrahim ialah Sdr. Yusuf Husein dan Pak Teh Mat Piah (sudah meninggal). Mereka inilah antara yang sering melakukan rundingan dengan pihak keselamatan pada hari tersebut agar mengelakkan berlakunya pertumpahan darah terutamanya orang ramai. Namun, Ustaz Ibrahim tegas dengan pendiriannya untuk tidak menyerahkan dirinya kepada kerajaan yang zalim karena baginya, beliau tidak melakukan kesalahan jenayah apapun. Tugasnya hanya memberi nasihat kepada pemerintah yang begitu kuat menganut fahaman Nasionalisme dan Sekularisme yang bertentangan dengan Islam.12

Berita kehadiran anggota polisi untuk menangkap Ustaz Ibrahim akhirnya berjaya dihidu oleh pasukan tentera Malaysia yang berada di Negeri Kedah. Bahkan di kalangan mereka juga terdapat anggota-anggota yang sering mengikuti pengajian-pengajian agama daripada Ustaz Ibrahim. Beberapa orang di kalangan mereka akhirnya bergegas ke Kg. Memali dan memberikan peringatan kepada pasukan polisi agar mengelakkan serangan. Dengan bilangan mereka hanya beberapa orang membuatkan pihak polisi tidak mempedulikan. Di kalangan anggota tentera ini ada yang menyebut, “Ingat ! hari ini hari kamu. Boleh jadi satu

masa nanti kita akan bertempur”. Lalu mereka meninggalkan tempat tersebut.

11

http://aneroid09.wordpress.com/2009/04/11/kisah-benar-tragedi-memali-ustaz-ibrahim-libya/ Diakse pada 27/03/11 jam 13:50 WIB

12


(1)

Pulangnya Ustaz Ibrahim Libya di Memali, Baling Kedah, beliau lebih senang dengan mengajar daripada aktif dalam bidang politik. Beliau menubuhkan sebuah sekolah agama –Madrasah al-Islahiah Memali- untuk pelajar dari tahun satu sampai tahun enam, sementara pada waktu malam pula beliau mengkhususkan pengajian untuk pelajar dewasa, memupuk mereka dengan ilmu fardhu ain dan cintakan agama.

Penulis: Bagaimana dengan sambutan masyarakat terhadap sekolah yang dibangunkannya?

Ustaz Ahmad Awang: Sambutan masyarakat terhadap sekolahnya amat menggalakkan dan berjaya melahirkan dan membentuk insan bertaqwa yang bersedia untuk bekorban bagi kepentingan agama. Usaha menyadarkan masyarakat dengan pengetahuan agama telah membuka mata seluruh rakyat termasuklah pihak pemerintah, sehingga Ustaz Ibrahim dikehendaki oleh pihak keselamatan, karena seolah-olah beliau menghasut orang ramai supaya membenci pihak kerajaan.

Beliau serta pengikutnya juga dituduh sebagai kumpulan pemberontak, ini adalah satu fitnah dan tuduhan semata-mata. Ustaz Ibrahim dan pengikutnya tidak patut dan tidak mungkin dilabelkan sebagai pemberontak, karena mereka tidak pernah membunuh, merampok, memperkosa, merosakkan harta awam dan lain-lain.

Beliau hanya mengajar agama kepada anak-anak bangsanya. Meskipun pasukan keselamatan telah memulakan tindakan menyerang ustaz Ibrahim dan lain-lain, sedangkan di pihak korban tidak memiliki senjata yang canggih untuk bertindak balas yang akhirnya menggugurkan beliau dan pengikutnya. Malah tayangan semula klip video peristiwa memali telah diubahsuai dari peristiwa asal seperti yang saya tonton sendiri selaku Pengarah dakwah Pusat Islam ketika itu yang diundang datang ke kantor polisi Bukit Aman untuk menontonnya.


(2)

Ustaz Ahmad Awang: Setelah kejadian Memali, saya telah membuat kenyataan koran kepada wartawan, menggunakan kedudukan saya sebagai Yang Dipertua Persatuan Ulama’ Malaysia (PUM) serta disiarkan juga melalui radio-radio.

Saya menolak dakwaan pihak keselamatan bahwa Ustaz Ibrahim Libya adalah seorang pemberontak. Seperti yang saya katakan tadi, Ustaz Ibrahim yang saya kenal adalah seorang yang berhemah tinggi, penuh dedikasi, sabar dan tabah dalam menjalankan tugas. Beliau bukannya seorang pemberontak seperti mana yang di gambarkan oleh para media. Ini berdasarkan hubungan yang akrab antara saya dan Ustaz Ibrahim sewaktu bertugas dalam satu pasukan di Pusat Islam.

Penulis: Bagaimana dengan pelbagai tuduhan terhadap Ustaz Ibrahim Libya ?

Ustaz Ahmad Awang: Antara yang menuduhnya ialah Pembantu Menteri Dalam Negeri ketika itu Dato’ Radzi Sheikh Ahmad yang menyatakan bahwa Ustaz Ibrahim Libya dan teman-temannya sebagai pemberontak. Pembantu Menteri di Jabatan Perdana Menteri Dato’ Dr Yusof Noor pada waktu itu telah memanggil semua pejabat, termasuk Ketua Pengarah Pusat Islam, dan melarang mereka dari mengeluarkan sebarang penyataan berhubung Peristiwa Memali.

Saya tidak peduli arahan Dr Yusof Noor itu. Saya tetap mahu mengasih tahu masyarakat umum tentang kejadian yang sebetulnya. Ketua Jawatankuasa Fatwa Negeri Kedah pada waktu itu, Dato’ Sheikh Abdul Majid Mohd Nor telah datang ke Pusat Islam untuk menghadiri rapat di pejabat Perpustakaan Pusat Islam mengenai isu fatwa peristiwa tersebut. Tetapi saya tidak diundang ke acara rapat tersebut.

Penulis: Apakah yang Ustaz lakukan selanjutnya?

Ustaz Ahmad Awang: Saya mewakili PUM menyampaikan hasrat kepada Kerajaan Negeri Kedah supaya tawaqquf (menangguhkan) pengeluran fatwa yang boleh membingungkan masyarakat umum. Kesempatan untuk bertemu dengan dato’ Syeikh


(3)

Abdul Majid tidak saya sia-siakan. Saya meminta darinya supaya tidak mengeluarkan sebarang fatwa, karena itu solusi yang paling baik. Dato’ Syeikh Abdul Majid bersetuju dengan pendapat saya, tetapi Menteri Besar Kedah, Dato’ Osman Aroff (ketika itu) mengarahkan Jawatankuasa Fatwa Negeri Kedah mengeluarkan fatwa yaitu kematian Ustaz Ibrahim tidak syahid tetapi Syibhul Bughah (menyerupai pemberontak / pengganas / penjenayah ).

Penulis: Bagaimanakah perkembangan selanjutnya?

Ustaz Ahmad Awang: Satu Persidangan Majlis Fatwa Kebangsaan yang MC nya ialah Tan Sri Abdul Jalil Hassan (Almarhum) serta pembantunya Dato’ Dr Abdul Hamid Othman telah diadakan. Saya turut berpeluang untuk memberi pendapat malah Pusat Islam merupakan pihak urusetia kepada persidangan tersebut.

Dalam persidangan itu, Mufti Kedah Dato’ Sheikh Abdul Majid menyatakan keputusan fatwanya yaitu kematian Ustaz Ibrahim dan yang lainnya mati sebagai Syibhul Bughah. Saya tidak menyetujui dan memberi pandangan bahwa, istilah Syibhul Bughah tidak ada sama sekali dalam kitab feqah.

Ini akan merepotkan Pusat Islam untuk memberi penjelasan kepada masyarakat umum, karena Pusat Islam terlibat secara langsung dengan masyarakat. Pendapat saya di dukung oleh Setiausaha Majlis Fatwa yaitu Dato’ Dr Abdul Hamid Othman supaya majlis mengambil kira pendapat beliau.

Setelah itu Majlis Fatwa telah mengamanahkan tiga orang mufti yaitu Mufti Sabah Tuan Haji Said Ibrahim, Mufti Perak Dato’ Harussani Zakaria dan Timbalan Mufti Kelantan pada waktu itu supaya menghalusi fatwa Negeri Kedah dengan istilah yang digunakan yaitu Syibhul Bughah.

Tuan Haji Said mengemukakan pendapatnya, untuk menentukan apakah kematian Ustaz Ibrahim syahid atau Bughah, ia perlu dilihat apakah Malaysia Negara Islam atau sebaliknya? Apakah perkara yang ditentang oleh Ustaz Ibrahim?


(4)

Seandainya kriteria-kriteria Bughah yang dituduh kepada Ustaz Ibrahim tidak dipenuhi, maka apa yang dilakukan oleh Ustaz Ibrahim tidak boleh dianggap Bughah.

Penulis: Bagaimana pendapat Ustaz tentang fatwa tersebut?

Ustaz Ahmad Awang: Saya menganggap bahwa Majlis Fatwa Kebangsaan bukannya hakim atau mahkamah dengan menjatuhkan hukuman tanpa bukti atau mengemukakan saksi. Malah mereka yang terbunuh boleh dipanggil allahyarham atau al-marhum. Saya akhirnya di larang untuk mengikuti sidang majlis berhubung Peristiwa Memali.

Penulis: Apakah rumusan dari Majlis Fatwa?

Ustaz Ahmad Awang: Majlis Fatwa merumuskan keputusannya mengenai Ustaz Ibrahim dan lain-lainnya seperti berikut:

1. Kematian Ustaz Ibrahim dan lain-lain tidaklah syahid, maka wajib dengan melalui proses pengkebumiah jenazah biasa.

2. Ustaz Ibrahim dan lain-lainnya merupakan kumpulan Bughah.

3. Majlis Fatwa kebangsaan juga mendukung Fatwa Negeri Kedah yaitu mereka dikategorikan sebagai Syibhul Bughah.

Penulis: Bagaimana dengan jenazah Ustaz Ibrahim?

Ustaz Ahmad Awang: Jika itu keputusan Majlis Fatwa, maka jenazah Ustaz Ibrahim dan lain-lain harus digali lagi, dimandi, dikafan, disolatkan dan dikebumikan. Tetapi hingga saat ini keputusan tersebut tidak juga dilaksanakan.

Ini bermakna Fatwa Negeri Kedah dan Majlis Fatwa Kebangsaan tidak melaksanakan keputusan mereka sendiri. Majlis Fatwa Kebangsaan bertindak sebagai mahkamah dengan menjatuhkan hukuman tanpa dibicara, malah fatwa tersebut


(5)

berunsurkan politik. Ini karena pihak keselamatan telah merancang untuk membunuh Ustaz Ibrahim dan lain-lain atas perintah Pengarah Keselamatan Dalam Negeri, Bukit Aman waktu itu dengan mengepung korban yang tidak bersenjata canggih seperti kereta kebal, mesingan dan sebagainya.

Penulis: Apakah tindakan yang dikenakan terhadap Ustaz?

Ustaz Ahmad Awang: PAS Kedah ada merayakan sambutan memperingati Hari Syuhada. Sebelum itu lewat PUM saya menjelaskan, korban tragedi Memali semuanya mati syahid. Kenyataan saya itu dilihat sebagai mendukung fatwa PAS Kedah. Ketua Seketaris Negara Tan Sri Ahmad Sarji Abdul Hamid pada ketika itu berkata akan mengambil tindakan tatatertib terhadap saya, begitu juga Menteri di Jabatan Perdana Menteri Dato’ Abdul Hamid Albar. Jabatan Perkhidmatan Awam (JPA) telah mengantar satu surat kepada saya yang di dalamnya bertanyakan mengenai kenyataan saya sebelum ini berhubung kasus Memali. Dalam surat tersebut diajukan dua soal:

1. Adakah tuan membuat kenyataan di koran tentang syuhada’ Memali? Saya menjawab: Ya, saya ada membuat kenyataan di koran dengan tidak bertulis tetapi dengan lewat telefon.

2. Seandainya ada, adakah kenyataan di koran bertepatan dengan kenyataan tuan? Saya menjawab: Apa yang dituliskan di koran tidak bertepatan dengan kenyataan yang sebenar.

Bagaimanapun sebelum saya pensiun daripada perkhidmatan, saya ada maklumat bahwa jabatannya ada menerima surat perhargaan atas kecemerlangannya sepanjang tempoh perkhidmatan saya, tetapi akhirnya surat tersebut tidak diserahkan kepada saya oleh Ketua Seketaris Negara.

Satu pertemuan di kantor polisi Bukit Aman telah diadakan dengan tiga orang jabatan tinggi polisi termasuk Pengarah Keselamatan Dalam Negeri dan Ketenteraman Awam, Dato’ Yahya Yeop Ishak yang monitor serangan ke atas korban


(6)

Memali. Turut hadir Timbalan Menteri Dato’ Dr Yusof Noor, saya sendiri dan Pengurus Besar Bank Islam Dato’ Dr. Abdul Halim Ismail.

Kami diberikan taklimat tentang Peristiwa Memali serta ditayangkan slot tersebut dengan senjata yang digunakan oleh orang kampung termasuk kaum wanita yang menggunakan golok. Dato’ Abdul Halim tidak berpuas hati dengan serangan oleh pihak pasukan keselamatan dibandingkan dengan senjata yang dimiliki oleh orang kampung Memali.

Penulis: Bagaimana menurut Ustaz dengan tayangan kembali klip video Memali di RTM?

Ustaz Ahmad Awang: Adalah berdosa besar dengan memburuk-burukkan orang yang telah mati dengan ditayangkan kembali peristiwa Memali yang ditelah di ubahsuaikan. Pihak yang terbabit harus menghentikan dengan segera tayangan klip video tersebut karena ia boleh membinasakan diri sendiri. Ia juga boleh menimbulkan syak bahwa pihak media bersepakat dengan pihak mahkamah karena kasus Memali ini masih ada dalam fail mahkamah.

Saya minta Majlis Fatwa Kebangsaan mengeluarkan fatwa hukum orang yang memburuk-burukkan orang yang telah meninggal dunia seperti mana pihaknya pernah bersidang untuk mengeluarkan fatwa mengenai korban Memali. Jangan mendiamkan diri, selesaikan perkara ini dengan cara adil.