ANALISIS PESAN SISIPAN “POLITIK NEGARA PONDOK” DALAM SIARAN RADIO PERSADA FM LAMONGAN EDISI SIARAN 1-7 MEI 2015 (ANALISIS FRAMING, ROBERT N ENTMANT).

(1)

ANALISIS PESAN SISIPAN “POLITIK NEGARA PONDOK” DALAM SIARAN RADIO PERSADA FM LAMONGAN EDISI SIARAN

1-7 MEI 2015

(Analisis framing, Robert N Entmant) SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah

Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Dalam Bidang Ilmu Komunikasi

Oleh :

Ahmad Taqiyudin Asyuyuti NIM. B06211042

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2015


(2)

ANALISIS PESAN SISIPAN “POLITIK NEGARA PONDOK” DALAM SIARAN RADIO PERSADA FM LAMONGAN EDISI

SIARAN 1-7 MEI 2015

(Analisis framing, Robert N Entmant) SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Dalam Bidang Ilmu Komunikasi

Oleh :

Ahmad Taqiyudin Asyuyuti NIM. B06211042

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Ahmad Taqiyudin Asyuyuti, B06211042, 2015. Analisis Pesan Sisipan “Politik Negara Pondok” Dalam Siaran Radio PERSADA FM Lamongan Edisi Siaran 1-7 Mei 2015 (Analisis Framing, Robert N Entmant) Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci : Pesan Sisipan, Politik, Ideologi, Negara Pondok

Pada skripsi ini persoalan yang menjadi fokus penelitian adalah tentang apa yang menjadi landasan ideologi gerakan politik negara pondok yang disampaikan oleh KH. Abdul Ghofur dalam siaran radio PERSADA FM. Melalui siaran radio tersebut beliau menyampaikan tentang betapa pentingnya peran masyarakat dan rasa kepedulian terhadap nasib bangsa, serta selalu menghimbau masyarakat untuk ikut dalam suatu gerakan solutif yang dinamakan Politik Negara Pondok. Dalam gerakannya beliau berharap agar Indonesia kelak bisa menjadi negara yang makmur dan sejahtera, serta memiliki sosok pemimpin yang bisa dijadikan sebagai panutan rakyat.

Untuk mengungkapkan persoalan tersebut secara jelas dan mendalam, penelitian ini menggunakan analisis framing model Robert N Entmant. Sesuai dengan konteks penelitian yang berusaha mengulas usaha media untuk membuat frame pemikiran tersebut, maka tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah tehnik dokumentasi yang berupaya mengubah bentuk siaran yang berupa suara menjadi bentuk teks. Sehingga data yang diperoleh bisa diolah dan dianalisis untuk dicari makna ideologi dari pesan yang disampaikan.

Dari penelitian ini, peneliti berhasil mengungkap proses seleksi isu dan penekanan isu menggunakan konsep framing model Robert N Entmant dan apa yang menjadi landasan ideologi dari gerakan tersebut. Analisis seleksi isu dan penekanan isu dalam framing model Robert N Entman mampu untuk menyaring isi media yang membentuk frame pada konten siaran tersebut. Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah diungkapkan oleh peneliti,


(7)

gerakan Politik Negara Pondok yang menggunakan landasan ideologi Pancasila. Hal tersebut dibuktikan oleh himbauan-himbauan komunikator yang selalu merujuk pada nilai-nilai keislaman dan kaidah yang terkandung dalam norma-norma Pancasila.

Berdasarkan hasil dari penelitian ini, peneliti menyarankan agar bisa meningkatkan kualitas frame oleh media radio PERSADA FM. Untuk itu diperlukan upaya perluasan jangkauan pemancar. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan jumlah pendengar agar semakin banyak dan mampu memberikan pemahaman kepada orang yang lebih banyak pula. Kemudian diperlukan koordinasi dengan tokoh-tokoh agama lain untuk menyampaikan dan menerapkan hal yang serupa dengan pemikiran komunikator tersebut.


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

2. Manfaat praktis ... 7

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

F. Definisi Konsep ... 10

1. Pesan Sisipan ... 10

2. Politik Negara Pondok ... 12

3. Makna Ideologi Pesan sisipan Politik Negara pondok dalam siaran radio PERSADA FM ... 14

G. Kerangka Pikir Penelitian ... 16

H. Metode penelitian ... 19

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 19

2. Unit Analisis ... 21

3. Jenis dan Sumber Data ... 21

4. Tahap Penelitian... 22

5. Teknik Pengumpulan Data ... 24

6. Teknik Analisis Data... 25

I. Sistematika Pembahasan ... 30

BAB II : KAJIAN TEORITIS A. Kajian pustaka ... 31


(9)

1. Analisis framing ... 31

2. Ideologi politik ... 56

3. Konstruksi sosial ... 64

B. Kajian teori ... 67

C. Kerangka Teori ... 70

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi subyek penelitian... 72

1. Profil Radio PERSADA FM ... 72

2. Program Acara Pengajian Kalam Ihya’ulumuddin ... 79

B. Deskripsi data penelitian ... 78

1. Seleksi isu dalam siaran kalam Ihya’ulumuddin di Radio PERSADA FM ... 80

2. Penonjolan aspek model Entmant dalam siaran kalam Ihya’ulumuddin radio Persada FM ... 88

BAB IV : ANALISIS DATA A. Temuan penelitian ... 99

1. Pengulangan pesan dalam konteks framing merupakan bentuk sugesti dan doktrinasi ...100

2. Pesan sisipan politik negara pondok yang disampaikan KH. Abdul ghofur menggunakan ideologi pancasila yang merupakan ideologi bangsa Indonesia ...104

B. Konfirmasi temuan dengan teori ... 113

BAB V : PENUTUP C. Kesimpulan ... 119

D. Saran ... 120 DAFTAR PUSTAKA

BIODATA PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Pondok pesantren pada umumnya merupakan lembaga pendidikan agama Islam yang berfokus untuk mendalami ilmu-ilmu tentang keagamaan. Dalam perkembangannya pondok pesantren turut serta mengembangkan keilmuan dalam pendidikan formal yang proses pengajarannya tidak hanya disampaikan secara tatap muka dalam suatu forum pengajian bersama, akan tetapi kini pondok pesantren juga mulai merambah dunia brodcasting sebagai media dakwah dan pembelajaran kepada masyarakat.

Pondok pesantren berperan penting dalam proses pengawasan masyarakat (agent of control) dengan cara memberikan pengarahan melalui metode dakwah yang selalu diperbaharui. Sebagai lembaga agama yang bertujuan untuk mendidik masyarakat, pondok pesantren memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat yang ada disekitarnya, sehingga pondok pesantren tersebut sering dijadikan media politik untuk meraih simpati masyarakat ketika musim pemilu tiba.

Pada era moderen ini, pondok pesantren merupakan suatu instrumen penting bagi perkembangan politik di indonesia. Dalam hal ini pondok pesantren menjadi titik sentral dalam masyarakat, karena


(12)

2

setiap pondok pesantren pasti memiliki pengaruh yang kuat terhadap masyarakat di daerahnya. Setiap kali ada pemilihan umum dilaksanakan (entah itu pemilihan kepala daerah, legislatif ataupun presiden), pondok pesantren selalu menjadi instrumen utama bagi para calon wakil rakyat untuk mendulang perolehan suara di wilayahnya. Dengan memanfaatkan daya tarik dari pondok pesantren inilah para politisi bisa mensukseskan laju para kadernya untuk melenggang di kursi pemerintahan.

Para politisi ini selalu memberikan janji-janji manis kepada masyarakat dengan segudang visi dan misi yang ambisius.Akan tetapi pada prakteknya para politisi ini seringkali hanya memanfaatkan popularitas pondok pesantren sebagai media kampanye politik. Padahal apa yang menjadi keinginan para ulama’, santri & para kiyai adalah sosok yang benar-benar bisa diandalkan menjadi pemimpin masyarakat, sosok yang bisa memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat banyak, namun hal itu hanyalah janji palsu belaka. Bagaikan terpedaya keindahan fatamorgana, banyak dari kalangan ulama’ dan kiyai seringkali merasa tertipu oleh janji palsu para politisi. Hal itu sangat membuat geram bagi berbagai kalangan, khususnya kalangan ulama’, santri & kiyai yang notabenya sebagai pihak yang dijadikan objek sasaran partai politik.

Adapun salah satu sosok yang paling gencar melakukan penolakan terhadap masuknya kampanye politik dalam pondok pesantren adalah KH. Abdul Ghofur. Beliau adalah pendiri sekaligus


(13)

3

pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat yang sekaligus menjadi satu-satunya pondok pesantren di Indonesia yang memiliki ikatan sejarah dengan walisongo. Pondok pesantren tersebut berada di wilayah pantai utara kabupaten lamongan, tepat dimana pada era walisongo ditempat itu dulunya pernah menjadi pusat penyebaran agama Islam yang dibawa oleh Raden Qosim (Sunan Drajat).1

Ketika memberikan tausiah ataupun ceramah, KH. Abdul Ghofur selalu menggunakan radio sebagai media dakwahnya. Radio tersebut dikelola oleh manajemen pondok pesantren sebagai komoditas penghasilan sekaligus sebagai media informasi dan komunikasi bagi masyarakat. Radio tersebut diberi nama “PERSADA FM” dengan gelombang frekuensi 97,2 FM radio ini mampu menjangkau wilayah Lamongan, Tuban, gresik, Bojonegoro dan sekitarnya. Dalam dakwahnya beliau seringkali memberikan kritikan-kritikan pedas mengenai birokrasi kepemimpinan dan budaya politik di Indonesia saat ini. Kritikan-kritikan tersebut beliau sampaikan dengan cara menyisipkan pesan-pesan moral ketika sedang melakukan siaran langsung acara pengajian kalam ihya’ulumuddin. Pesan yang disampaikan beliau tersebut terkadang berupa sindiran-sindiran keras terhadap para birokrat bangsa, namun terkadang juga berupa masukan-masukan positif mengenai politik, ekonomi kerakyatan dan sebagainya.

1


(14)

4

Sebagai seorang kiyai beliau juga sangat memperhatikan perkembangan politik yang terjadi saat ini, hal itu dilakukan sebagai langkah antisipatif terhadap berbagai serangan-serangan politik yang akan masuk dimasyarakat pada umumnya dan terlebih lagi di kalangan pesantren. Perjalanan karir politiknya di masa muda membuat beliau lebih faham mengenai seluk beluk perpolitikan di Indonesia daripada kiyai ataupun ulama’ lain di jawa timur. Dimata masyarakat beliau juga dikenal sebagai sosok pengusaha yang sukses menjalankan ekonomi kerakyatan, sehingga beliaupun di daulat menjadi sosok yang sangat berpengaruh di derahnya.

Dalam pandangannya politik merupakan suatu alat untuk mencari kemenangan rakyat, seorang pemimpin haruslah sosok yang rela mengorbankan harta benda serta jiwanya untuk kesejahteraan rakyat dan rela melarat demi kepentingan umat.2 Namun hal tersebut saat ini hanya berupa angan-angan semu belaka, janji ketika pemilu beterbangan bagai semerbak wangi kasturi yang dihembus angin pantai, tapi dalam realita hal tersebut hanyalah omong kosong dan rakyatpun terjebak oleh tipu daya fatamorgana semu belaka. Lebih parahnya lagi budaya politik di Indonesia saat ini yang secara tidak langsung telah melegalkan

Money Politic”, dimana kekuasaan bisa dengan mudah diraih asalkan mampu membeli suara ketika pemilu tiba.

2

Kutipan Siaran Radio Persada FM yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia pada tahun 2013.


(15)

5

Alhasil saat ini para wakil rakyat yang menduduki kursi birokrasi telah didominasi oleh para politisi yang haus darah, politisi yang gandrung akan pangkat dan kekayaan dan para politisi yang selalu mengeruk keutungan diatas tangis kelaparan rakyat jelata. Kenyataan yang terjadi saat ini merupakan dampak perubahan era kepemimpinan dari orde baru menuju reformasi demokrasi yang terlalu mendadak, namun belum diimbangi oleh etika politik para pelaku yang menduduki tahta birokrasi negara. Sehingga perkembangan budaya politik yang terjadi menjadi tidak terarah dan terkesan ngawur. Masyarakat menjadi semakin apatis terhadap lingkungannya, krisis kepercayaan terhadap kinerja pemerintah menjadikan kekacauan dimana-mana, banyak terjadi kerusuhan dan pertikaian antar ras, suku dan agama. Semuanya berawal dari kurangnya etika para birokrat bangsa dalam berpolitik dan cenderung menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan.

Atas dasar itulah ahirnya beliau memutuskan untuk membuat gerakan baru yang dinamakan gerakan “Politik Negara Pondok” sebagai langkah solutif untuk menanggulangi keterpurukan bangsa di era demokrasi ini. Sebuah gerakan yang menghimbau para ulama’ untuk turut andil dalam membentuk kader-kader bangsa yang berkarakter, memiliki etika dan moral yang bagus dan memiliki tingkat kepedulian sosial yang tinggi. Hal itu dilakukan oleh beliau semata-mata hanya untuk mengangkat harkat dan martabat rakyat Indonesia yang sudah 69 tahun merdeka ini. Beliau ingin melihat peradaban di Indonesia bisa


(16)

6

lebih maju seperti halnya yang terjadi pada negara di benua Eropa, Australia, Amerika dan negara-negara Asia lain seperti Cina dan Jepang yang saat ini menjadi salah satu negara yang ditakuti dunia.

Namun hal yang menjadi pertanyaan ketika melihat kegigihan KH. Abdul Ghofur dalam mengkampanyekan gerakannya ini adalah mengenai apa ideologi yang melatarbelakangi dan apa yang menjadi tujuan dari pembentukan gerakan tersebut.

B. Fokus Penelitian

1. Seperti apakah seleksi isu dan penekanan isu yang terjadi dalam analisis framing pesan sisipan Politik Negara Pondok menurut model Robert N Entmant?

2. Apa makna ideologis dari pesan sisipan Politik Negara Pondok pada siaran radio persada FM ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna ideologis yang menjadi dasar pemikiran dari Politik Negara Pondok itu sendiri sehingga tidak terjadi kesalahpahaman antar komunikan mengenai pesan sisipan Politik Negara Pondok yang disampaikan oleh KH. Abdul Ghofur ketika melakukan pengajian kalam Ihya’ulumuddin di radio Persada FM.


(17)

7

D. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat dari penelitian ini secara umum dibagi menjadi dua bagian, yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini bertujuan untuk menguak rahasia ideologi yang tersimpan dalam gerakan Politik Negara Pondok. Hasil dari penelitian ini berguna untuk pengembangan keilmuan dalam bidang komunikasi politik, dimana kebudayaan politik selalu berkembang dan menciptakan suatu gerakan-gerakan baru di setiap waktunya.

2. Manfaat praktis

Hasil dari penelitian ini nantinya bisa dijadikan sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa mengenai model komunikasi politik untuk menguak berbagai fenomena komunikasi politik yang akan berkembang disetiap zaman. Sehingga dapat memudahkan bagi mahasiswa untuk mencari dan memahami makna ideologi yang terkandung dalam fenomena komunikasi politik tersebut.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan acuan mengenai pembahasan tema penelitian yang dilaksanakan, peneliti berupaya mencari referensi mengenai hasil penelitian yang dikaji oleh peneliti terdahulu sehingga dapat membantu


(18)

8

peneliti dalam proses pengkajian tema yang diteliti. Peneliti mendapati kesamaan konteks pada penelitian sebelumnya yaitu.

Penelitian berjudul Komunikasi Politik Kiyai (Telaah Psikologi Komunikasi atas Proses Komunikasi Politik Kiyai, Studi Kasus di Desa Babakan Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon).3 Penelitian yang ditulis oleh Zikri ini membahas tentang bagaimana dampak psikologis masyarakat ketika menerima stimulus dari pesan komunikasi politik yang disampaikan oleh kiyai di Desa Babakan Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon, dimana pada dasarnya setiap kiyai pasti memiliki pengaruh yang besar terhadap para santri maupun masyarakat disekitarnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses komunikasi politik kiyai secara psikologis menghasilkan gambaran berupa persepsi, sikap, perilaku dan tindakan terhadap objek politik atau sikap dan perilaku politik yang ditunjukkan oleh kiyai. Akan tetapi perubahan sosial politik yang terjadi di masyarakat dapat mempengaruhi sikap dan perilaku politik warga desa yang pada semula menunjukkan keselarasan dengan kepentingan politik kiyai, selanjutnya perubahan sosial politik tersebut memberikan pengaruh pada kekalahan kiyai dalam beberapa peristiwa politik yang berlangsung di Desa Babakan Ciwaringin.

3

Zikri Kasyifurrahman. Komunikasi Politik Kiyai (Telaah Psikologi Komunikasi atas Proses Komunikasi Politik Kiyai, Studi Kasus di Desa Babakan Kecamatan


(19)

9

Adapun persamaan diantara penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini terletak pada tema komunikasi politik dan subjek kajian yang dituju. Dimana dalam hal ini kiyai merupakan sosok yang paling berpengaruh pada masyarakat ketika mengutarakan pandangan terhadap konsep politik yang dilakukannya. Selain itu persamaan lain terdapat pada objek dari penelitian yang membahas tentang bagaimana pola komunikasi politik yang dilakukan oleh seorang kiyai sebagai bentuk kepedulian sosial taerhadap masyarakat yang ada disekitarnya.

Sedangkan perbedaan diantara penelitian ini terletak dalam metode analisis yang digunakan. Jika metode analisis yang digunakan oleh kajian terdahulu adalah dengan metode kualitatif deskriptif, maka pada penelitian ini peneliti lebih memilih menggunakan metode analisis framing model Robert N Entmant. Selain itu, perbedaan lain dalam penelitian ini tertera pada fokus kajian penelitian, karena pada penelitian ini fokus kajian akan mengulas tentang ideologi yang terdapat pada pesan sisipan sebuah gerakan Politik Negara Pondok yang disampaikan melalui sebuah stasiun radio swasta. Sedangkan penelitian terdahulu membahas tentang bagaimana dampak psikologis terhadap masyarakat dari komunikasi politik yang disampaikan oleh seorang kiyai.


(20)

10

F. Definisi Konsep 1. Pesan sisipan

Pesan merupakan suatu informasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan, pesan bisa disampaikan secara langsung melalui lisan maupun tulisan secara tersirat dan juga bisa disampaikan secara tersurat melalui gerakan atau kode-kode tertentu. Dalam pelaksanaannya, pengiriman pesan memerlukan media perantara agar pesan yang dikirim dari sumber pembuat pesan bisa sampai pada penerima pesan. Seorang pengirim pesan harus bisa mengemas pesan sedemikian rupa agar mudah diterima dan dipahami oleh si penerima pesan.

Secara umum pesan dibagi dua yakni: pesan verbal dan pesan non verbal. Pesan verbal adalah pesan yang disampaikan melalui kata atau kalimat yang diucapkan dan isinya dapat dipahami oleh penerima pesan yang mendengarnya, sedangkan pesan non verbal adalah pesan yang disampaikan tidak melalui kata-kata namun si penerima pesan akan memahami pesan tersebut berdasarkan gerak-gerik, tingkah laku ataupun ekspresi wajah yang disampaikan oleh si pengirim pesan. Jika pesan verbal cenderung menggunakan indera pendengaran sebagai penangkap sinyal atau stimulus yang disampaikan maka pesan non verbal lebih cenderung menggunakan indera pengelihatan untuk menangkap stimulus yang diberikan oleh si pengirim pesan atau komunikator.


(21)

11

Sisipan merupakan suatu istilah untuk menyebutkan suatu benda yang diselipkan secara sengaja pada suatu tempat. Istilah pesan sisipan digunakan untuk menunjukkan adanya pesan-pesan yang terselip dalam suatu konteks komunikasi yang bertujuan untuk memberikan stimulus atau rangsangan kepada komunikan untuk melakukan suatu tindakan. Pesan tersebut memiliki suatu motif tertentu untuk mempengaruhi tindakan orang yang menerima pesan, sehingga orang yang menerima pesan akan secara sadar melakukan hal yang ditunjukkan oleh pesan tadi sebagai bentuk efek dari pesan yang diterima.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pesan sisipan adalah himbauan KH. Abdul Ghofur untuk melakukan gerakan Politik Negara Pondok yang beliau sampaikan di sela-sela siaran pengajian yang disiarkan oleh radio Persada fm. Pesan tersebut disampaikan secara berulang-ulang di setiap kesempatan yang berbeda-beda. Tidak setiap hari beliau menyampaikan pesan tersebut, akan tetapi jikalau ranah penjelasan dalam pengajian menjurus ke masalah sosial pasti beliau akan menyampaikan pesan gerakan Politik Negara Pondok ini. Pesan tersebut disampaikan secara berulang-ulang sehingga seolah-olah masyarakat diarahkan untuk bertindak sesuai dengan apa yang dikehendaki dalam pesan tersebut.


(22)

12

2. Politik negara pondok

Menurut Aristoteles, manusia merupakan mahluk politik dan sudah menjadi hakikat manusia untuk hidup dalam polis (kebijakan). Hanya dalam polis itu manusia dapat memperoleh sifat moral yang paling tinggi, karena disana urusan-urusan yang berkenaan dengan seluruh masyarakat akan dibicarakan dan diperdebatkan, dan tindakan-tindakan akan untuk mewujudkan kebaikan bersama akan diambil.4

Politik merupakan suatu rangkaian rencana yang dibentuk oleh masyarakat untuk memperoleh keputusan yang akan menjadi keuntungan bersama. Seperti yang dikatakan Budiarjo (2002) bahwa politik adalah kegiatan yang dilakukan dalam suatu negara menyangkut proses menentukan tujuan dan melaksanakan tujuan tersebut. Untuk melaksanakan tujuan itu diperlukan kebijakan umum (Public Policy) yang mengatur kebijakan yang ada. Dan untuk melaksanakan kebijakan itu perlu ada kekuasaan (Power) dan kewenangan (Authority) yang dipakai, baik untuk membina kerjasama maupun untuk menyelesaikan konflik yang bisa timbul setiap saat. Lebih jauh Budiarjo menekankan bahwa tujuan politik bukan untuk memenuhi kepentingan atau tujuan pribadi seseorang (Private goal), melainkan untuk kepentingan seluruh

4


(23)

13

masyarakat.5Hal ini kemudian menjadi tolak ukur kebijakan dalam suatu pemerintahan, dimana kekuasaan politik mampu mengatur undang-undang dan amandemen yang berlaku di negara tersebut. Politik itu sendiri memiliki suatu sistem yang mengatur permainan mereka sehingga mampu membentuk budaya tersendiri di lingkungan sosialnya.

Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik, militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut. Negara juga merupakan suatu wilayah yang memiliki sistem atau aturan yang berlaku bagi semua individu di wilayah tersebut dan berdiri secara independent. Syarat primer sebuah negara adalah memiliki rakyat, memiliki wilayah, dan memiliki pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan syarat sekundernya adalah mendapat pengakuan dari negara lain.

Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin berasal dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara non

5


(24)

14

klasikal, di mana seorang kiyai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Ulama Abad pertengahan, dan para santrinya biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut.

Politik negara pondok merupakan suatu gerakan yang dibentuk oleh KH. Abdul Ghofur sebagai tindakan solutif untuk membangun ulang sistem birokrasi bangsa yang telah rapuh digerogoti oleh para birokrat korup yang minus akal budi dan ahlak. Gerakan ini dibentuk atas dasar kegeraman terhadap gejolak perubahan politik yang semakin hari semakin menyesatkan, perkembangan politik yang lambat laun melegalkan segala cara untuk meraih kekuasaan. Kegeraman tersebut ahirnya mendorong hasrat beliau untuk menggerakkan seluruh jajaran ulama’ dan kiyai di Indonesia untuk membentuk kader-kader bangsa melalui pondok pesantren-pondok pesantren di seluruh Indonesia.

3. Makna ideologi pesan sisipan Politik Negara Pondok dalam siaran Radio Persada Fm

Ideologi adalah pemikiran yang mencakup konsepsi mendasar tentang kehidupan dan memiliki metode untuk merasionalisasikan pemikiran tersebut berupa fakta, metode menjaga pemikiran tersebut agar tidak menjadi absurd dari pemikiran-pemikiran yang lain dan berfungsi untuk menyebarkannya. Seperti


(25)

15

yang dikatakan oleh Teun A. Van Dijk, ideologi dimaksudkan untuk megatur tindak dan prilaku individu atau anggota suatu kelompok. Ideologi membuat anggota dari suatu kelompok akan bertindak dalam situasi yang sama, dapat menghubungkan masalah mereka, dan memberikan kontribusi dalam membentuk solidaritas dan kohesi didalam kelompok.6

Pembahasan tentang ideologi yang akan diulas dalam penelitian ini adalah mengenai suatu perspektif dasar dari gerakan Politik Negara Pondok yang dibentuk oleh KH. Abdul Ghofur sebagai bentuk protes dari pesta demokrasi yang telah terjadi dalam kurun waktu 15 tahun setelah pergantian era orde baru menuju era reformasi. Gerakan ini terbentuk atas dasar berbagai rangkaian peristiwa sosial yang terjadi selama era reformasi sampai sekarang, dimana pada saat ini kebijakan dari sistem politik demokratis masih jauh dari nilai keadilan sosial dan sangat merugikan masyarakat secara umum. Dalam penyebarannya, gerakan ini disampaikan oleh beliau dalam bentuk pesan sisipan ketika melakukan pengajian melalui media radio yang dimiliki oleh pondok pesantren Sunan Drajat.

6


(26)

16

G. Kerangka pikir Penelitian

Dalam penelitian kali ini, peneliti akan memaparkan kerangka pikir penelitian secara skematik dan teoritis dalam melakukan penelitian dengan metode analisis framing model Robert N. Entman tersebut.

Adapun teori yang digunakan untuk menganalisa objek kajian dalam penelitian adalah menggunakan teori konstruksi sosial media massa.Konstruksi sosialmedia massa merupakan perkembangan dari teori konstruksi atas realitas sosial yang sudah diperkenalkan sebelumnya oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann melalui bukunya yang berjudul The Sosial Constructions Of Reality: A Treatise In The Sociological Of Knowledge(1966). Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.7

Ketika masyarakat mulai modern, maka teori pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Luckmann ini memiliki kemandulan atau dengan kata lain tak mampu menjawab perunahan zaman.Hubungan-hubungan sosial primer semi-sekunder hampir takada lagi dalam kehidupan masyarakat modern dan post modern. Dengan demikian, teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger danLuckmann menjadi tak bermakna lagi.8 7

Burhan Bungin. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana, 2008. Hal. 13 8

Burhan Bungin. Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi komunikasi di Masyarakat). Jakarta: Kencana, 2008. Hal. 203


(27)

17

Melalui Konstruksi Sosial Media Massa; Realitas Iklan Televisi Dalam Masyarakat Kapitalistik (2000), teori dan pendekatan kontruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Luckmann telah direvisi dengan melihat variabel atau fenomena media massa menjadi sangat subtansi dalam proses eksternalisasi, subjektivikasi dan internalisasi. Dengan demikian, sifat dan kelebihan media massa telah memperbaiki proses konstruksi atas realitas sosial yang berjalan lambat itu. Subtansi “teori konstruksi sosial media massa” adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata.9

Oleh karena konstruksi sosial media massa merupakan sosiologi pengetahuan maka implikasinya harus menekuni pengetahuan yang ada dalam masyarakat dan sekaligus proses-proses yang membuat setiap perangkat pengetahuan yang ditetapkan sebagai kenyataan. Sosiologi pengetahuan harus menekuni apa saja yang dianggap sebagai pengetahuan dalam masyarakat.

Sosiologi pengetahuan, yang dikembangkan Berger dan Luckmann, mendasarkan pengetahuannya dalam dunia kehidupan sehari-hari masyarakat sebagai kenyataan. Bagi mereka kenyataan kehidupan sehari-hari dianggap menampilkan diri sebagai kenyataan Par Excellence sehingga disebutnya sebagai kenyataan utama (paramount). Berger dan Luckmann (1990:28) menyatakan dunia

9


(28)

18

kehidupan sehari-hari menampilkan diri sebagai kenyataan yang ditafsirkan oleh manusia. Maka itu, apa yang menurut manusia nyata ditemukan dalam dunia kehidupan sehari-hari merupakan suatu kenyataan seperti yang dialaminya.10

Berikut ini adalah bagan mengenai kerangka pikir dalam penelitian :

KOMUNIKASI POLITIK

MOTIF IDEOLOGI

TEORI KONSTRUKSI SOSIAL MEDIA MASSA

SIARAN RADIO PERSADA FM

ASPEK PENONJOLAN ISU DALAM PESAN SISIPAN

DINAMIKA SOSIAL

10


(29)

19

Penjelasan :

Dalam proses komunikasi yang terjadi pada komunikasi politik negara pondok terdapat suatu motif khusus untuk mempengaruhi tindakan masyarakat sesuai dengan pesan yang disampaikan komunikator. Pesan tersebut dikemas dalam bentuk pesan sisipan yang disampaikan dalam program acara pengajian kalam Ihya’ulumudin yang disiarkan oleh radio Persada fm. Dalam pesan sisipan tersebut terdapat ideologi yang mendasari terbentuknya gerakan politik negara pondok yang disampaikan melalui siaran radio Persada Fm. Ideologi itulah yang kemudian melatar belakangi komunikator untuk menyampaikan gerakan yang dibentuknya melalui pesan sisipan. Pesan kemudian diterima oleh masyarakat yang menyimak dan menerapkannya dalam tindakan nyata sesuai motif yang diinginkan oleh komunikator sebagai suatu efek dari proses komunikasi yang disampaikan. Dari tindakan tersebut perlahan akan membentuk suatu dinamika sosial baru yang berupa sistem birokrasi yang lebih menguntungkan bagi masyarakat.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pendekatan melalui paradigma kritis yang mengandalkan analisis bersifat deskriptif dengan mementingkan proses dan hasil. Paradigma kritis lebih dipilih oleh peneliti, karena fokus penelitian ini adalah untuk


(30)

20

mengetahui dan memahami tentang bagaimana proses seleksi isu dan penekanan isu yang terjadi dalam siaran Persada FM tersebut guna membentuk konstruksi sosial positif dan menanamkan nilai-nilai ideologi kepada publik melalui sebuah gerakan Politik Negara Pondok.

Frankfruut School telah mengembangkan suatu kritik sosial umum dimana komunikasi menjadi titik sentral dalam prinsip-prinsipnya dan sistem komunikasi masa merupakan fokus yang penting didalamnya. Nama yang biasanya diberikan pada aliran ini adalah teori kritis. Teori Kritis berhubungan dengan berbagai topik yang relevan, termasuk bahasa, struktur organisasi, hubungan interpersonal dan media.11

Paradigma kritis ini dikembangkan oleh tokoh-tokoh madzhab Frankfurt, yang berangkat dari pemikiran Marxisme, meskipun jauh dari landasan asalnya. Diantara tokoh-tokohnya adalah Max Horkheimer, Theodore Adorno, Herbert Marcuse dan tokoh pemikir teoritis kontemporer sampai sekarang yaitu Jurgen Habermas. Paradigma kritis adalah semua teori sosial yang mempunyai maksud dan implikasi praktis serta pengaruh terhadap perubahan sosial. Bagi pradigma kritis tugas ilmu sosial adalah justru melakukan penyadaran kritis masyarakat terhadap sistem dan struktur sosial yang cenderung membunuh nilai-nilai kemanusiaan.

11


(31)

21

2. Unit analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah mengenai pesan sisipan Politik Negara Pondok yang disampaikan oleh KH. Abdul Ghofur dalam pengajiannya yang disiarkan oleh radio Persada fm. Pesan tersebut disampaikan ketika sedang melakukan pengajian kalam Ihya’ulumuddin yang notabenya disimak oleh ribuan orang disekitar area yang menjadi jangkauan pemancar radio Persada Fm.

3. Jenis dan sumber data

Beberapa jenis data dan sumber data yang akan dijadikan peneliti untuk mendapatkan jawaban mengenai sebuah konstruksi media yang dibutuhkan oleh peneliti untuk menganalisa proposal penelitian mengenai Analisis Pesan Ssisipan Politik Negara Pondok terdapat dua jenis yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh dari rekaman audio pengajian yang disiarkan oleh radio Persada Fm setiap pagi dan sore hari. Kemudian dari rekaman tersebut akan dipilih mana yang pembahasannya berkaitan Politik Negara Pondok sebagai data yang dianalisis dalam penelitian.

b. Data Sekunder yakni data yang diperoleh dari literatur yang mendukung data primer, seperti kamus, artikel, koran, internet dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian. Hasil


(32)

22

wawancara juga dibutuhkan peneliti untuk mengklarifikasi beberapa statement tertentu yang dianggap perlu untuk diulas lebih dalam pada penelitian ini.

4. Tahapan penelitian.

a. Mencari Topik yang Menarik.

Melihat kondisi politik bangsa yang saat ini sedang ramai kampanye karena musim pemilu capres dan cawapres. Peneliti teringat suatu siaran pengajian disebuah stasiun radio local milik pondok pesantren yang ditengah-tengah pengajiannya hampir selalu menghimbau para ulama’ dan para kiyai untuk turut andil dalam membentuk kader-kader calon pemimpin bangsa melalui institusi pondok pesantren-pondok pesantren yang ada di Indonesia. Fenomena tersebut disampaikan oleh KH. Abdul Ghofur dan dinamai dengan gerakan Politik Negera Pondok. Atas dasar itulah peneliti sangat berminat sekali untuk mengkaji tentang fenomena pembentukan konstruksi sosial yang terjadi melalui siaran di stasiun radio tersebut. Selain itu peneliti juga melakukan sharing kepada dosen dan beberapa mahasiswa, yang menurut pendapat merekafenomena ini merupakan hal yang langka yang harus diteliti. Hal tersebut merupakan suatu masukan bagi peneliti sehinga muncullah topik yang membuat peneliti ingin menelitinya lebih dalam lagi.


(33)

23

b. Menentukan Fokus Penelitian.

Fokus penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah tentang bagaimana pola komunikasi yang digunakan seorang kiyai dalam usahanya untuk membentuk suatu konstruksi sosial dalam masyarakat. Peneliti ingin mencoba mencari tahu lebih dalam lagi mengenai apa makna ideology yang terkandung dalam fenomena pesan sisipan tersebut dan apa yang menjadi tujuan utama KH. Abdul Ghofur dalam gerakan yang dirintisnya tersebut.

c. Pengelolahan Data.

Pengelolahan data dirasa sangat penting, karena memang diperlukan di dalam menimbang suatu data, yang mana penentuan data bisa didasarkan pada aspek ideologi, sosial budaya, pluralisme. Sehingga dapat diketahui seberapa besar tingkat efektifitas pola komunikasi yang dilakukan dalam upaya untuk membuat suatu konstruksi sosial melalui pesan sisipan gerakan Politik Negara Pondok yang disiarkan di radio PERSADA FM.

d. Tahap Klasifikasi Data. 1) Identifikasi objek

Adapun tahap identifikasi pada penelitian ini berfokus kepada proses konstruksi sosial melalui sebuah siar. Menurut peneliti, dalam sebuah siaran radio dimana dalam


(34)

24

pesan tersebut tersimpan himbauan kepada para masyarakat untuk melakukan sebuah gerakan yang akan membentuk suatu konstruksi sosial baru di masyarakat.

2) Alasan objek yang dipilih.

Alasan peneliti untuk memilih fenomena pesan sisipan gerakan Politik Negara Pondok adalah karena melihat adanya suatu konstruksi sosial yang terjadi dalam proses penyampaian pesan yang dilakukan melalui media radio tersebut. Fenomena ini juga merupakan hal yang unik karena tidak banyak kiyai ataupun ulama yang berani secara terang-terangan membentuk suatu gerakan yang berpotensi kotroversi seperti ini. Peneliti juga tertarik pada sosok KH. Abdul Ghofur yang memang terkadang kontroversional dalam pandangan politiknya yang terkadang berbeda dengan para ulama’ dan kiyai pada umumnya.

5. Tehnik pengumpulan data.

Teknik pengumpula data yang digunakan ada dua teknik, yaitu:

a. Dokumentasi.

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang berlalu, berupa tulisan, gambar, karya-karya monumental dari seseorang. Disini peneliti mencari data-data dan referensi tentang pesan


(35)

25

sisipan gerakan politik Negara pondok yang disampaikan pada siaran radio Persada fm setiap hari pukul. 07.00 s/d 08.30 dan 16.00 s/d 17.30. dimana ketika pada pukul 07.00 merupakan siaran lansung, sedangkan pada pukul 16.00 merupakan siaran tunda (taping).

b. Studi Pustaka.

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan studi pustaka guna mengkaji beberapa permasalahan dari obyek yang diteliti. Studi pustaka berupa buku-buku, majala, jurnal, artikel, situs internet dan sumber lainnya yang berhubungan dengan analisis framing guna mengkaji beberapa pokok permasalahan dari objek yang akan diteliti.

6. Tehnik analisis data.

Dalam penelitian, teknik analisis data merupakan salah satu bagian yang cukup signifikan dalam suatu penelitian. Karena teknik penelitian yang akan disistematisasikan oleh peneliti mempengaruhi pendapatan hasil yang maksimal.12 Pada penelitian kali ini, peneliti akan mengunakan tehnik analisis framing. Karena framing bisa digunakan untuk mengulas bagiamana media mencoba memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi yang ditampilkan

12

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu pengantar Bandung: Pt.Remaja Rosdakarya, 2006. Hal. 95


(36)

26

dan bagian mana yang ditonjolkan atau dianggap penting oleh pembuat teks. Kata penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan: membuat terlihat informasi lebih terlihat jelas, lebih bermakna atau lebih mudah dilihat oleh khayalak.13

Analisis framing adalah suatu metode analisis teks yang berada dalam kategori penelitian kontruksionis. Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, melainkan hasil dari sebuah proses konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi dan dengan cara apa konstruksi itu dibentuk.14

Entmant melihat framing dalam dua dimensi besar. Yakni, proses seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek tertentu dari realitas oleh media. Penonjolan adalah proses membuat informasi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khayalak. Realitas yang disajikan lebih menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khayalak untuk memahami realitas.15

Seleksi isu Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini

13

Eriyanto. Analisis Framing. Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2009. Hal. 186. 14

Ibid. Hal. 37 15


(37)

27

selalu terkandung didalamnya ada bagian berita yang dimasukkan (included), tetapi ada juga yang dikeluarkan (excluded). Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, media memilih aspek tertentu dari suatu isu.

Penonjolan Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. aspek Ketika aspek tertentu dari isu tertentu dalam suatu

peristiwa atau isu tersebut dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.

Dari hasil penjelasan diatas, peneliti akan lebih mudah untuk mendapatkan gambaran menenai landasan ideologi yang melatar belakangi terbentuknya gerakan Politik Negara Pondok dan bagaimana pola komunikasi yang berjalan ketika KH. Abdul Ghofur menyampaikan gerakannya melalui pesan sisipan ketika siaran di radio Persada FM untuk membentuk suatu konstruksi sosial positif terhadap brand image mereka dengan menggunakan metode analisis framing model Robert N. Entman.


(38)

28

I. Sistematika Pembahasan

Peneliti membuat sistematika pembahasan agar penelitian yang dilakukan dapat dengan mudah dipahami isinya baik oleh peneliti sendiri serta pembaca, sistematika pembahasan tersebut terdiri dari:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian hasil penelitian terdahulu, definisi konsep, kerangka pikir penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Isi dari bab pertama merupakan hasil dari penulisan proposal mengenai analisis pesan sisipan politik negara pondok dalam siaran radio Persada FM Lamongan.

BAB II : KAJIAN TEORITIS

Bab ini berisi tentang kajian pustaka yang berupa pembahasan yang berkaitan dengan kerangka teoritik mengenai politik negara pondok, serta kajian teori yang berisi tentang teori-teori komunikasi yang berkaitan dengan fokus penelitian.

BAB III : PENYAJIAN DATA

Bab ini berisi tentang deskripsi subyek dan obyek penelitian. Subyek penelitian mendeskripsikan siaran radio yang dianalisa (pesan sisipan) dalam penelitian. Subjek penelitian adalah radio Persada FM


(39)

29

yang menyiarkan program kalam Ihya’ulumuddin. Sedangkan Obyek penelitian yaitu media pesan sisipan yang disampaikan pada siaran kalam Ihya’ulumuddin tersebut.

BAB IV : ANALISIS DATA

Bab ini berisi tentang analisis data yang berupa deskripsi temuan data lapangan yang membahas pada fokus penelitian yang diajukan sejak awal. Pada bab ini data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dan dikonfirmasikan dengan teori konstruksi sosial media massa agar mendapatkan hasil penelitian yang holistik dan sesuai dengan kajian keilmuan Ilmu komunikasi.

BAB V : PENUTUP

Pada bab penutup berisi tentang penjelasan mengenai kesimpulan dan rekomendasi serta saran dari berbagai pihak demi memperoleh hasil yang baik. Dalam bab ini akan ditulis berbagai kesimpulan dan saran mengenai berbagai hasil dari penelitian yang didapat dalam analisis pesan sisipan politik negara pondok dalam siaran radio Persada FM

.


(40)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka 1. Analisis framing

Framing merupakan suatu bentuk penggiringan opini publik yang dilakukan oleh media dengan cara memberikan suatu penafsiran tertentu terhadap realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Dalam perkembangannya, framing menggunakan suatu aspek penonjolan isu realita secara berkesinambungan sehingga mampu menggiring persepsi masyarakat kedalam suatu fokus makna yang diinginkan oleh media. Dengan demikian, apa yang menjadi persepsi masyarakat akan menjadi sama dengan pola pikir media yang telah membentuknya.

Analisis framing merupakan salah satu model analisis yang bertujuan untuk mengungkap fakta dibalik suatu peristiwa yang diberitakan oleh media. Metode analisis ini digunakan untuk mengungkap suatu realitas yang telah dibentuk, disusun dan dikonstruksikan oleh media sebagai suatu opini publik yang harus diyakini dan diikuti. Elemen-elemen tersebut menandakan bagaimana peristiwa itu dapat dimaknai dan ditampilkan sebagai suatu realitas sosial yang telah terjadi ditengah masyarakat.


(41)

31

Analisis framing cocok digunakan untuk melihat konteks sosial-budaya suatu wacana, khususnya hubungan antara berita dan ideologi, yakni proses atau mekanisme mengenai bagaimana berita membangun, mempertahankan, mereproduksi, mengubah dan

meruntuhkan ideologi.16Melalui analisis framing akan dapat

diketahui siapa mengendalikan siapa, siapa lawan siapa, mana kawan mana lawan, mana patron dan mana klien, siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan, siapa yang menindas dan siapa yang tertindas dan seterusnya. Kesimpulan-kesimpulan seperti ini sangat mungkin diperoleh karena analisis framing merupakan suatu seni kreativitas yang memiliki kebebasan dalam menafsirkan realitas dengan menggunakan teori dan metodologi tertentu.

a. Karakteristik penelitian

Analisis framing termasuk dalam paradigma kontruksionis, paradigma ini memandang media sebagai alat untuk membentuk dan membangun persepsi publik menjadi suatu realitas sosial melalui konten acara maupun berita yang disampaikannya.Ada tujuh karakteristik penelitian dalam pandangan konstruksionis yang digunakan untuk mencari tahu bagaimana objek penelitian menjelaskan dunianya kepada

16


(42)

32

publik menjadi suatu persepsi dan mengkonstruksi realita disekitarnya, antara lain :

1) Tujuan penelitian : Rekonstruksi realitas sosial.

Tujuan dari penelitian konstruksionis, seperti yang dikatakan Lawrence Newman, adalah untuk mempelajari bagaimana individu hidup dalam lingkungan sosial, atau bagaimana seseorang memahami realitas sosial. Untuk dapat mengerti bagaimana seseorang dapat memahami realitas, bagaimana dia hidup dalam pengalaman keseharian, peneliti bukan hanya perlu menafsirkan tindakan sosial tersebut melainkan juga sharing dan masuk kedalam dunia kehidupan

sosial yang diteliti.17

Realitas bukan sesuatu yang ada diluar sana, realitas itu pada dasarnya hanya ada dalam konteks dari kerangka teoritikataukonsepsi. Realitas hanya ada dalam konteks kerangka mental bagaimana kita berpikir tentang sesuatu. Karenanya, pandangan kontruksionis melihat realitas sebagai suatu yang bersifat relatif: realitas hanya eksis dalam bentuk konsepsi mentalataukonstruksi, tersebar secara sosial, lokal,dan spesifik. Realitas tergantung pada bagaimana

seseorang memaknainya dan memahaminya.18

17

Ibid. Hal. 53-54

18


(43)

33

2) Peneliti sebagai fasilitator keragaman subjektivitas sosial. Dalam pandangan konstruksionis, peneliti berperan

sebagai fasilitator yang menjembatani berbagai pemaknaan subjek sosial.Oleh karenanya, peneliti tidak dapat diandaikan seperti seorang pemulung. Karena tidak ada realitas riil yang tinggal diambil, yang ada adalah konstruksi atas realitas. Setiap orang mempunyai pemaknaan dan konstruksi yang berbeda-beda sehingga peneliti menempatkan dirinya

ditengah-tengah keanekaragaman pandangan tersebut.19

3) Makna suatu teks adalah hasil negosiasi antara teks dan peneliti.

Menurut pandangan kontruksionis, makna pada dasarnya bukan ditransmisikanataudikirimkan dari pengirim (sender) ke penerima (receiver), melainkan di negosiasikan antara teks, pengirim dan penerima pesan. Dalam model komunikasi ini, makna tidaklah inhern ada dalam setiap isi. Karena itu, ketika seorang pengirim menyebarkan pesan dan isi komunikasi kepada penerima, ia pada dasarnya hanya mengirimkan isi. Bagaimana isi tersebut dipahami dan dimaknai tergantung pada proses pemaknaan dari penerima. Makna yang dimaksud oleh pengirim bisa jadi lain ketika diterima oleh komunikan, dan ini tidak dianggap sebagai

19


(44)

34

kegagalan dalam komunikasi. Pengirim akan menekankan arti dan makna dari isi pesanyang disampaikannya, dan sebaliknya penerima mempunyai pemaknaan tertentu atas pesan komunikasi tersebut. Hasil akhirnya tergantung pada bagaimana negosiasi tersebut terjadi antara pengirim dan

penerima.20

4) Temuan adalah interaksi antara peneliti dan objek yang diteliti.

Dalam penelitian yang bertipe konstruksionis, pengamat dan yang diamati dilihat sebagai suatu entitas. Temuan dilihat sebagai hasil kreasi dari proses interaksi antara keduanya. Pengetahuan di sini digambarkan sebagai hasil atau konsekuensi dari aktivitas manusia, pengetahuan

adalah konstruksi manusia.21 Dalam hal ini peneliti tidak

boleh serta merta memberi penafsiran pada realitas yang ditemukan, karena realitas yang dikonstruksikan oleh media belum tentu sama dengan apa yang dipahami oleh masyarakat. Untuk itu peneliti harus bisa menjadi penengah dalam proses sharing yang dilakukan untuk menguak realitas tersebut dan mampu mengambil kesimpulan inti dari proses sharing yang dilakukan tadi.

20

Ibid. Hal.

21


(45)

35

5) Penafsiran bagian yang tak terpisahkan dalam analisis.

Dalam penelitian yang bertipe konstruksionis, penafsiran (hermeneutik) dan dialektika menjadi bagian yang inhern dalam penelitian. Lewat hermeneutik, peneliti ingin menggambarkan bagaimana individu mengkonstruksi realitas, dialektika digunkan untuk membandingkan dan mempertentangkan keberadaan individu yang satu dengan yang lain. Dalam penelitian tekstual, penafsiran kita pakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas, sementara lewat dialektika ingin dilihat bagaimana penafsiran yang beragam antara satu media dan media yang lain, saling mengkontraskan dan membandingkannya antara berbagai

media.22

6) Menekankan empati dan interaksi dialektis antara Peneliti-Teks.

Secara metodologis, tujuan dari penelitian yang bertipe konstruksionis adalah untuk mengerti dunia yang kompleks dari pengalaman kehidupan dari sisi orang yang mengalaminya (verstehen). Dunia dimana seseorang yang hidup mempunyai jalinan makna yang unik, dan tugas peneliti adalah menemukan dan menjelaskan bagaimana aktor sosial menjelaskan dunia dan realitas dimana dia

22


(46)

36

hidup.Dari perspektif dan diri aktor sosial, kita ingin mengetahui bagaimana dalam tempat yang khusus, makna dari suatu peristiwa dibentuk melalui proses yang kompleks-melibatkan interaksi sosial, sejarah, bahasa, dan tindakan.

Kaum kontruksionis percaya, untuk mengerti makna dari dunia dan realitas haruslah ditafsirkan. Pengamat harus masuk kedalam objek yang diamati, menafsirkan dalam diri yang diamati dan menjelaskan dari sisi aktor bagaimana mereka memahami realitas yang melekat dalam bahasa dan tindakan mereka.

7) Kualitas penelitian diukur dari otentisitas dan refleksivitas temuan.

Kualitas penelitian dalam paradigma ini tidak diukur dari apakah instrumen yang dapat mengukur secara objektif dan menghasilkan temuan yang konstan. Tidak ada alat ukur yang terstandart seperti halnya dalam penelitian positivis. Karena penelitian tidak dimulai dari abstraksi yang diturunkan ke dalam sejumblah variabel dan unit analisis. Peneliti justru langsung terjun ke bawah, melakukan empati dan sharing dengan objek yang dia teliti untuk mengukur dan mengetahui bagaimana mereka bertindak dan mengetahui atas dunia yang mereka bentuk. Oleh karenanya kualitas penelitian diukur dari sejauh mana peneliti mampu menyerap


(47)

37

dan mengerti bagaimana individu atau objek itu mengkonstruksi realitas.23

b. Konsep framing

1) Seleksi isu dan penekanan isu.

Robert N. Entmant menyatakan bahwa framing merupakan proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol ketimbang aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang

lain.24 Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana

realitas dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang menonjol dan lebih mudah dikenal. Akibatnya khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang disajikan lebih menonjol oleh media. Aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol bahkan tidak diberitakan menjadi terlupakan

bahkan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak.25

Ada dua aspek dalam framing. Pertama, memilih fakta atau realitas. Proses pemilihan fakta ini didasarkan pada asumsi, media tidak mungkin melihat peristiwa tanpa

23

Ibid. Hal. 72

24

Ibid. Hal. 77

25


(48)

38

perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan : apa yang dipilih (included) dan apa yang dibuang (excluded). Bagian mana yang ditekankan dalam realitas? Bagian mana dari realitas yang diberitakan dan bagian mana yang tidak diberitakan? Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan cara memilih sudut pandang tertentu, memilih fakta tertentu, dan melupakan fakta yang lain, memberitakan aspek tertentu dan melupakan aspek yang lainnya. Intinya, peristiwa hanya dilihat dari sisi tertentu. Akibatnya, pemahaman dan konstruksi atas suatu peristiwa bisa jadi berbeda antara satu media dengan media lain. Media yang menekankan aspek tertentu, memilih fakta tertentu akan menghasilkan berita yang bisa jadi berbeda kalau media menekankan aspek atau peristiwa lain.

Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata, kalimat, dan proposisi apa, dengan bantuan aksen gambardan foto apa, dan sebagainya. Bagaimana fakta yang sudah dipilih tersebut ditekankan dengan pemakaian perangkat tertentu : penempatan yang mencolok (menempatkan di headline depan atau belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label


(49)

39

tertentu ketika menggambarkan rang atau peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan pemakaian kata yang mencolok, gambar dan sebagainya. Elemen menulis fakta ini berhubungan dengan penonjolan realitas. Pemakaian kata, kalimat atau foto itu merupakan implikasi dari memilih aspek tertentu dari realitas. Akibatnya, aspek tertentu yang ditonjolkan menjadi dominan, lebih mendapatkan alokasi dan perhatian yang besar dibandingkan aspek lain. Semua aspek itu dipakai untuk membuatdimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok, mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak

dalam memahami suatu realitas.26

2) Dimensi Sosiologi-Psikologi

Konsep framing dalam studi media banyak dipengaruhi oleh psikologi dan sosiologi. Pendekatan psikologi melihat bagaimana pengaruh kognisi seseorang dalam membentuk skema tentang diri, sesuatu atau gagasan tertentu. Sementara dari sosiologi, konsep framing dipengaruhi oleh pemikiran Erving Goffman. Menurut Goffman, manusia pada dasarnya secara aktif mengklasifikasikan dan mengkategorisasikan

26


(50)

40

pengalaman hidup ini agar mempunyai arti atau makna. Setiap tindakan manusia pada dasarnya mempunyai arti, dan manusia berusaha memberi penafsiran atas perilaku tersebut agar bermakna dan berarti sebagai akibatnya, tindakan manusia sangat tergantung pada frame atau skema interpretasi dari seseorang.

Dimensi Psikologis. Framing sangat berhubungan dengan dimensi psikologi. Framing adalah upaya atau strategi yang dilakukan media untuk menekankan dan membuat pesan menjadi bermakna, lebih mencolok dan diperhatikan oleh publik. Upaya membuat pesan menjadi lebih menonjol dan mencolok ini pada taraf awal tidak dapat dilepaskan dari aspek psikologi. Secara psikologis, orang cenderung menyederhanakan realitas dan dunia kompleks itu bukan hanya agar lebih sederhana dan dapat dipahami, melainkan juga agar lebih mempunyai perspektif atau dimensi tertentu.Orang cenderung melihat dunia ini dalam perspektif tertentu, pesan atau realitas juga cenderung dilihat dalam kerangka pikir tertentu. Karenanya, realitas yang sama bisa jadi digambarkan secara berbeda oleh orang yang berbeda, karena orang mempunyai pandanganatau perspektif yang

berbeda juga.27

27


(51)

41

Dimensi Sosiologis. Selain psikologi, konsep framing juga dipengaruhi oleh dimensi sosiologi. Garis sosiologi ini terutama dapat ditarik dari Alfred Schutz, Erving Goffman hingga Peter L Berger. Konsep framing mengacu pada perspektif dramaturgi yang dipelopori oleh Erving Goffman. Dramaturgi adalah kerangka analisis dari presentasi simbol yang mempunyai efek persuasif. Dramaturgi melihat realitas seperti layaknya sebuah drama, masing-masing aktor menampilkan dan berperan menurut karakter masing-masing. Manusia berperilaku laksana dalam suatu panggung untuk menciptaklan kesan yang meyakinkan kepada khalayak. dalam perspektif media, seperti yang dikatakan P.K Manning, pendekatan dramaturgi tersebut mempunyai dua pengaruh.

Pertama, ia melihat realitas dan aktor menampilkan dirinya dengan simbol, dan penampilan masing-masing. Oleh karenanya media dilihat sebagai transaksi, melalui mana aktor menampilkan dirinya lengkap dengan simbol dan citra yang ingin dihadirkannya.28

c. Framing dan ideologi

Media berperan mendeskripsikan bagaimana realitas seharusnya dipahami, bagaimana realitas itu dijelaskan dengan cara tertentu kepada khalayak. pendefinisian tersebut bukan’

28


(52)

42

pada peristiwa, melainkan juga aktor-aktor sosial. Diantara berbagai fungsi dari media dalam mendefinisikan realitas, fungsi pertama dalam ideologi adalah media sebagai mekanisme integrasi sosial. Media disini berfungsi menjaga nilai-nilai kelompok dan mengontrol bagaimana nilai-nilai kelompok itu dijalankan. Salah satu kunci dari fungsi semacam ini adalah bidang atau batas budaya. Untuk mengintegrasikan masyarakat dalam tata nilai yang sama, pandangan atau nilai harus didefinisikan sehingga keberadaannya diterima dan diyakini kebenarannya. Dalam kerangka ini, media dapat mendefinisikan nilai dan perilaku yang sesuai dengan nilai kelompok dan perilaku atau nilai apa yang dipandang menyimpang. Semua nilai dan pandangan tersebut bukan sesuatu yang berbentuk begitu saja, melainkan sudah dikonstruksi. Lewat konstruksi tersebut, media secara aktif mendefinisikan peristiwa dan realitas sehingga membentuk kenyataan apa yang layak, apa yang baik, apa yang sesuai, dan apa yang dipandang menyimpang.

Daniel Hallin membuat ilustrasi dan gambaran menarik yang menjelaskan bagaimana berita kita tempatkan dalam bidang atau peta ideologi. Ia membagi dunia jurnalistik kedalam tiga bidang : bidang penyimpangan (sphere of deviance), bidang kontroversi (sphere of controversy) dan bidang konsensus


(53)

43

(sphere of consensus). Bidang-bidang ini menjelaskan bagaimana peristiwa-peristiwa dipahami dajn ditempatkan oleh media dalam keseluruhan peta ideologis. Apakah peristiwa dibingkai dan dimaknai sebagai wilayah penyimpangan, kotroversi, ataukah konsensus. Dalam wilayah penyimpangan suatu peristiwa, gagasan, atau perilaku tertentu dikucilkan dan dipandang menyimpang. Ini semacam nilai yang dipahami

secara sama antara berbagai komunitas.29

Gambar peta konsep Daniel Hallin

Sebagai area ideologis, peta semacam ini dapat dipakai untuk menjelaskan bagaimana perilaku dan realitas yang sama bisa dijelaskan secara berbeda karena memakai kerangka yang

29


(54)

44

berbeda. Masyarakat atau komunitas dengan ideologi yang berbeda akan menjelaskan dan meletakkan peristiwa yang sama tersebut kedalam peta yang berbeda, karena ideologi menempatkan bagaimana nilai-nilai bersama yang dipahami dan diyakini bersama-sama dipakai untuk menjelaskan sebagai realitas yang hadir setiap hari.

d. Efek framing

Framing berkaitan dengan bagaimana realitas dibingkai dan disajikan kepada khalayak. dari definisi yang sederhana ini saja sudah tergambar apa efek framing. Sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai secara berbeda oleh media. Bahkan pemaknaan itu bisa jadi sangat berbeda. Realitas begitu kompleks, penuh dimensi, ketika dimuat dalam berita bisa menjadi realitas satu dimensi.kalau saja ada realitas dalam arti yang objektif, bisa jadi yang ditampilkan dan dibingkai oleh media berbeda dengan realitas objektif tersebut.

Salah satu efek framing yang paling mendasar adalah realitas sosial yang kompleks, penuh dimensi dan tidak beraturan disajikan dalam berita sebagai sesuatu yang sederhana, beraturan, dan menjemui logika tertentu. Framing menyediakan alat bagaimana peristiwa dibentuk dan dikemasdalam kategori yang dikenal khalayak karena itu framing menolong khalayak untuk memproses informasi


(55)

45

kedalam kategori yang dikenal, kata-kata kunci dan citra tertentu. Khalayak bukan disediakan informasi yang rumit, melainkan informasi yang tinggal ambil, kontekstual, berarti bagi dirinya dan dikenal dalam benak mereka.30

Secara umum efek framing dibagi menjadi dua dampak besar, yakni : Mobilisasi massa dan Menggiring khalayak pada ingatan tertentu.

1) Mobilisasi massa

Framing berkaitan dengan opini publik, karena isu tertentu ketika dikemas dengan bingkai tertentu bisa mengakibatkan pemahaman khalayak yang berbeda atas suatu isu. Framing menentukan bagaimana peistiwa didefinisikan. Framing juga menentukan apakah peristiwa dianggap sebagai masalah sosial ataukah tidak. Karena itu, framing selalu berhubungan dengan pendapat umum. Bagaimana tanggapan khalayak dan bagaimana penyikapan atas suatu peristiwa diantaranya tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan dimaknai. Ketika peristiwa dilihat sebagai masalah sosial dan didefinisikan sebagai masalah bersama maka perhatian publik akan berubah menjadi lebih besar.

30


(56)

46

Dalam proses pendefinisian masalah sosial tersebut, framing memainkan peranan penting. Framing adalah mekanisme yang digunakan untuk mengarahkan perhatian khalayak bagaimana seharusnya peristiwa itu dilihat. Bahkan ia bisa digunakan untuk meyakinkan khalayak bahwa peristiwa tertentu adalah peristiwa besar yang harus mendapatkan perhatian dari seksama khalayak keberhasilan itu akan diukur dari sejauh mana penyajian peristiwa membentuk struktur pemahaman khalayak tentang problem

sosial itu dankonflik-konflik yang melingkupinya.31

2) Menggiring khalayak pada ingatan tertentu Peristiwa-peristiwa tertentu yang dramatis dan

diabadikan ternyata mempunyai pengaruh pada bagaimana seseorang melihat suatu peristiwa. W. Lance Bennet dan Regina G. Lawrence menyebut dengan icon berita. Apa yang khalayak tahu tentang realitas sedikit banyak bergantung pada bagaimana media menggambarkannya. Dalam peristiwa yang dramatis dan digambarkan oleh media sebagai secara dramatis pula, bahkan mempengaruhi banyak khalayak tentang realitas. Gambaran tentang orang, kelompok, realitas bahkan selalu disesuaikan dengan ikon yang terlanjur tertanam dalam benak publik. Ikon-ikon yang diciptakan

31


(57)

47

dalam pemberitaan membatasi pandangan khalayak: seakan ia adalah potret yang sempurna dalam menggambarkan orang, peristiwa, atau kelompok tertentu. Karena digambarkan secarta sempurna dan dramatis, ketika ada peristiwa serupa ia selalu diturunkan dari satu generasi ke

generasi berikutnya dengan pola pandang yang sama.32

e. Framing model Robert N. Entmant

Robert N. Entmant adalah salah seorang ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi media. Konsep mengenai framing ditulis dalam sebuah artikel untuk Journal Of Political Communication dan tulisan lain yang mempraktikkan konsep itu dalam studi kasus pemberitaan media. Konsep framing oleh Entmant digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Bentuk penonjolan tersebut bisa beragam: menempatkan satu aspek informasi lebih menonjol dibandingkan yang lain, lebih mencolok, menggunakan pengulangan informasi yang dipandang penting atau dihubungkan dengan aspek budaya yang akrab dibenak khalayak. dengan bentuk seperti itu, sebuah ide gagasan atau informasi lebih mudah terlihat, diperhatikan, diingat dan

32


(58)

48

ditafsirkan karena berhubungan dengan skema pandang khalayak.

1) Perangkat framing

Entmant melihat framing dalam dua dimensi besar, yakni: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak. realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. Dalam praktiknya framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain serta menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana, pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya,

generalisasi, simplifikasi dan lain-lain.33

Seleksi isu Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi

33


(59)

49

untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu terkandung didalamnya ada bagian berita yang dimasukkan (included), tetapi ada juga yang dikeluarkan (excluded). Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, media memilih aspek tertentu dari suatu isu.

Penonjolan Aspek ini berhubungan dengan penulisan aspek fakta. Ketika aspek tertentu dari isu

tertentu dalam suatu peristiwa atau isu tersebut dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.

Dalam konsepsi Entmant, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang

diwacanakan.34

34


(60)

50

Define Problems Bagaimana suatu peristiwa atau

(Pendefinisian masalah) isu dilihat? Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa?

Diagnose Causes Peristiwa itu dilihat disebabkan (Memperkirakan masalah oleh apa? Apa yang dianggap atau sumber masalah) sebagai penyebab suatu

masalah? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah?

Make Moral Judgement Nilai moral apa yang disajikan (Membuat keputusan untuk menjelaskan masalah?

moral) Nilai moral apa yang dipakai

untuk melegitimasi dan mendeligitimasi tindakan?

Threatment Penyelesaian apa yang

Recommendation ditawarkan untuk mengatasi

(menekankan masalah atau isu? Jalan apa

penyelesaian) yang ditawarkan dan harus

ditempuh untuk mengatasi masalah.

Konsepsi mengenai framing dari Entmant tersebut menggambarkan secara luas bagaimana peristiwa dimaknai


(61)

51

dan ditandakan oleh media. Define problems (pendefinisian masalah) adalah elemen pertamakali yang dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frameyang menekankan bagaimana peristiwa itu dibingkai oleh media. Ketika ada masalaha atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda dan bingkai yang berbeda ini kan

menyebabkan realitas bentukan yang berbeda pula.35

Diagnose causes(memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen framing untik membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab ini bisa berarti apa (what), tetapi juga berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentusaja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah tidak langsung juga dipahami secara berbeda pula. Tergantung dari sudut pandang mana media menyorot peristiwa yang ingin ditonjolkan.

Make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah element framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab

35


(62)

52

masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu familiar dan dikenal oleh khalayak. Sedangkan element framing yang lain adalah

treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh media. Jalan apa yang dpilih untuk menyelesaikan masalah atas suatu isu atau peristiwa. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan

siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah.36

2) Efek framing

Media massa pada dasarnya adalah media diskusi publik tentang suatu masalah yang melibatkan tiga pihak: wartawan, sumber berita, dan khalayak.ketiga pihak itu mendasarkan keterlibatannya pada peran sosial masing-masing dan hubungan antara mareka terbentuk melalui operasionalisasi teks yang mereka konstruksi. Pendekatan analisis framing memandang wacana berita sebagai semacam arena perang simbolik antara pihak-pihak yang berkepintingan dan pokok persoalan wacana. Masing-masing pihak menyajikan perspektif untuk memberikan pemaknaan terhadap suatu persoalan agar terima khalayak. media massa

36


(63)

53

dilihat sebagai forum bertemunya pihak-pihak dengan kepentingan, latar belakang, dan sudut pandang yang berbeda-beda. Setiap pihak berusaha untuk menonjolkan basis penafsiran, klaim atau argumentasi masing-masing berkaitan dengan persoalan yang diberitakan.setiap pihak juga menggunakan bahasa-bahasa simbolik atau retorika

dengan konotasi tertentu.37

Seleksi isu, aspek memilih isu ini berkaitan tentang pemilihan fakta. Aspek memilih fakta tidak dapat dilepaskan dari bagaimana fakta itu dipahami oleh media. Ketika melihat suatu peristiwa, media mau tidak mau memakai kerangka konsep dan abstraksi yang menggambarkan realitas. Dalam proses mengidentifikasi masalah ini, Entmant menyebut ada

empat cara yang sering dilakukan oleh media.38 Keempat

cara tersebut merupakan strategi media dan membawa konsekuensi tertentu atas realitas yang terbentuk oleh media.

Pertama, identifikasi masalah (problem identifications), yakni peristiwa tersebut hendak dinilai sebagai apa. Apakah suatu peristiwa itu akan dianggap bermoral ataukah menyimpang dan sebagainya. Kedua, identifikasi penyebab masalah (causal interpretation) yakni siapa yang dianggap sebagai penyebab masalah dalam suatu peristiwa yang

37

Ibid. Hal. 232

38


(64)

54

diangkat. Ketiga, evaluasi moral (moral evaluation) yakni penilaian atas penyebab masalah. Keempat, rekomendasi penyelesaian masalah (threatment recomendations), yakni menawarkan atau menjustifikasi suatu cara penanggulangan masalah dan memprediksikan hasilnya.

Dalam proses pemilihan fakta, tidak dapat dipahami nsemata-mata sebagai bagian dari teknis jurnalistik, tetapi juga politik pemberitaan. Yakni bagaimana dengan cara dan strategi tertentu media secara tidak langsung telah mendefinisikan realitas. Pertama, dengan memilih fakta tertentu dan membuang fakta yang lain, realitas yang hadir dengan cara “bentukan” tertentu kepada kepada khalayak.

Kedua, sebagai akibat lebih lanjut, terjadi proses legitimasi dan delegitimasi kelompok-kelompok yang terlibat dalam pertarungan wacana tersebut.

Penonjolan aspek tertentu dari suatu isu. Proses ini berhubungan dengan pemakaian bahasa dalam menuliskan realitas untuk dibaca oleh khalayak pilihan kata-kata tertentu yang dipakai tidak sekedar teknis jurnalistik, tetapi politik bahasa. Bagaimana bahasa yang dalam hal ini umumnya merupakan pilihan kata-kata yang dipilih dapat menciptakan realitas tertentu kepada khalayak. kata-kata tertentu tidak hanya memfokuskan perhatian khalayak pada maslah


(65)

55

tertentu, tetapi juga membetasi persepsi kita dalam mengarahkannya pada cara berpikir dan keyakinan tertentu. Dengan kata lain, kata-kata yang dipakai dapat membatasi seseorangf untuk melihat perspekltif lain, menyediakan aspek tertentu dalam suatu peristiwa dan mengarahkan bagaimana khalayak harus memahami suatu peristiwa. Tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kata-kata sesungguhnya dapat mengarahkan logika tertentu untuk memahami suatu persoalan.

2. Ideologi politik

Ideologi adalah pemikiran yang mencakup konsepsi mendasar tentang kehidupan dan memiliki metode untuk merasionalisasikan pemikiran tersebut berupa fakta, metode menjaga pemikiran tersebut agar tidak menjadi absurd dari pemikiran-pemikiran yang lain dan berfungsi untuk menyebarkannya. Seperti yang dikatakan oleh Teun A. Van Dijk, ideologi dimaksudkan untuk megatur tindak dan prilaku individu atau anggota suatu kelompok. Ideologi membuat anggota dari suatu kelompok akan bertindak dalam situasi yang sama, dapat menghubungkan masalah mereka, dan memberikan kontribusi

dalam membentuk solidaritas dan kohesi didalam kelompok.39

39


(66)

56

Ideologi dapat dilukiskan sebagai seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama, hal itu biasanya dirumuskan dalam bentuk tujuan yang hendak dicapai dan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu ideologi dapat pula dirumuskan sebagai pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam tentang tujuan-tujuan yeng hendak dicapai suatu masyarakat dan mencari cara yang dianggap terbaik untuk meraih tujuan. Dengan rumusan itu dapat disimpulkan bahwa fungsi ideologi dalam masyarakat. Pertama, menjadi tujuan dan cita-cita yang hendak dicapai bersama oleh masyarakat. Dengan demikian ideologi menjadi pedoman membuat keputusan politik dan menjadi patokan keberhasilan pelaksanaan keputusan politik. Kedua, sebagai pemersatu masyarakat, dan karenanya menjadi prosedur

penyelesaian konflik.40

Dalam dunia politik, ideologi merupakan pokok sentral pergerakan masyarakat.Ideologi menjadi patokan dalam bertindak karena memuat berbagaimacam strategi dan tujuan politik. Setiap manufer politik yang dilakukan oleh berbagai macam kelompok organisasi mengarah pada satu tujuan bersama, yakni untuk meraih kesejahteraan bersama yang bersifat universal. Tujuan tersebut kemudian dirancang sedemikian rupa dan dirumuskan menjadi suatu ideologi yang diyakini dan diikuti bersama. Ideologi

40


(67)

57

mengatur semua peran politik yang melingkupi semua aspek kehidupan, oleh karenanya ideologi merupakan inti dari politik itu sendiri.

Politik adalah segala cara dan upaya untuk meraih keberhasilan bersama. P. eric Laouw dalam bukunya The Media Political Process mencoba memberi uraian bahwa ditengah kelangkaan sumberdaya yang tersedia, masyarakat akan berusaha mendapatkan akses unjtuk memperoleh sumberdaya yang terbatas dalam memenuhi tuntutan hidupnya. Jika masyarakat tidak memperoleh kepuasan yang maksimal dalam memenuhi tuntutan hidupnya, maka diperlukan keputusan alokasi sumberdaya. Misalnya siapa yang akan memperoleh apa, bagaimana sumber yang tyerbatas itu dikelola dengan baik, siapa yang memberi wewenang (legitimasi) untuk mengambil keputusan. Karena keputusan yang diambil bisa menghasilkan ada pihak yang menang dan ada pihak yang kalah, maka diperlukan mekanisme untuk

mengajak mereka untuk menerima keputusan tersebut.41

Politik merupakan suatu kebutuhan umat manusia untuk terus berkembang dalam mengelola dunia. Sebagaimana pendapat yang diungkapkan oleh Aristoteles bahwa “politik dan kehidupan politik secara moral adalah kegiatan-kegiatan positif yang sesuai dengan

41


(68)

58

maksud tuhan bagi manusia”.42Politik merupakan kegiatan positif yang bertujuan untuk mengelola sumberdaya sebaik mungkin agar menjadi produktif dan terus berkembang. Kegiatan politik bergerak searah dengan proses pembangunan intelektual manusia. Tujuan dari pergerakan politik itu sendiri berbanding lurus dengan ideologi yang melatar belakangi pergerakan tersebut. Sehingga apa yang menjadi penilaian mengenai baik tidaknya pergerakan politik adalah ideologi yang menjadi latar belakang, tujuan serta impian politik tersebut.

a. Negara dalam sudut pandang politik

Dalam sebuah negara, kebijakan politik berperan penting dalam tata kelola berbagai macam aspek kenegaraan, seperti

aspek hukum, ekonomi dan sosial

kemasyarakatan.Webermenyatakan bahwa “negara adalah kalompok korporasi yang dikoordinasi secara imperatif” dimana “pelaksanaan aturan aturan-aturannya terus dilakukan dalam wilayah yang ada dengan menerapkan kekuatan dan ancaman fisik yang sah untuk melaksanakan aturan-aturannya”. Weber tidak menyatakan bahwa kekuatan merupakan satu-satunya cara atau cara yang biasa digunakan negara, tetapi merupakan cara yang dimiliki negara dan tidak bisa dipisahkan dari karakternya. Sebagaimana institusi politik lainnya, negara adalah asosiasi

42

Joseph Losco-Leonardo Williams. Political Theory (Kajian Klasik Dan Kontemporer). Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2005. Hal. 438


(1)

117

dilakuan oleh KH. Abdul Ghofur. Melalui media massa berbentuk radio ini, komunikasi dakwah yang dibangun oleh beliau bisa menjadi efektif dan efisien.


(2)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Seleksi isu dan penekanan isu yang terjadi dalam analisis framing pesan sisipan Politik Negara Pondok menurut model Robert N Entmant

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha membongkar konsepsi framing yang terjadi dalam siaran kalam Ihyaulumuddin tersebut menggunakan model Robert N. Enmant. Dari pengamatan peneliti mengenai analisis pesan sisipan politik negara pondok dalam siaran radio PERSADA FM tersebut, peneliti menemukan temuan sebagai berikut :

a. Seleksi isu Seleksi isu dalam siaran kalam Ihya’ulumuddin di Radio PERSADA FM

Penggunaan sebuah isu dalam proses framing sejalan dengan tujuan dari framing itu sendiri yang berupaya menggiring atau membentuk mindset khalayak untuk meyakini dan mengikuti apa yang disampaikan oleh sang komunikator. Dalam hal ini, isu yang sengaja ditekankan oleh komunikator adalah isu tentang menurunnya prestasi dan kinerja pemerintah yang mengakibatkan lemahnya jiwa nasionalisme masyarakat.


(3)

119

b. Penonjolan aspek model Entmant dalam siaran kalam Ihya’ulumuddin radio Persada FM

Melalui media radio PERSADA FM, komunikator berupaya mengajak seluruh lapisan masyarakat yang mendengarkan siarannya untuk kembali peduli kepada nasib pemerintahan sekarang ini. Dengan penuh semangat, komunikator berupaya dengan keras untuk kembali meyakinkan masyarakat bahwa nasib bangsa ini bisa dirubah dengan sebuah gerakan yang disebut dengan “Politik Negara Pondok”. Sebagaimana konsep framingmodel Robert N Entman, pesan sisipan yang disampaikan telah merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan konsep ideologi yang diusung oleh komunikator.

2. Pesan sisipan politik negara pondok menggunakan ideologi pancasila yang merupakan ideologi bangsa Indonesia

Gerakan politik negara pondok merupakan himbauan untuk mengajak masyarakat agar kembali ke jalan islam dalam menata kehidupan, tidak lagi melakukan money politik dan cerdas dalam memilih pimpinan, serta kembali menegakkan norma-norma pancasila yang telah menjadi dasar negara Indonesia. Selain itu komunikator juga menghimbau untuk bersama-sama membentuk kader-kader pimpinan bangsa melalui pondok pesantren yang


(4)

120

tersebar se-Nusantara, agar kelak negara ini memiliki pimpinan yang benar-benar berkualitas, amanah dan memiliki budi pekerti luhur serta bisa menjadi panutan bagi masyarakat.

Dalam gerakannya tersebut, himbauan yang disampaikan berupaya menanamkan berbagai macam pesan moral yang merupakan inti dari kaidah ajaran islam dan norma-norma sosial yang terkandung dalam Pancasila. Sebagaimana yang sering disampaikan oleh komunikator, agar manusia selalu ingat kepada tuhan, peduli dengan lingkungan sekitar, bersatu padu meraih tujuan, cerdas dalam memilih pimpinan dan bersikap adil dalam berbagai macam hal, merupakan landasan berfikir dari gerakan tersebut. Jika dilihat dari segi konteks, landasan berfikir tersebut sejalan dengan nilai dan norma pancasila yang telah menjadi ideologi dasar negara Republik Indonesia ini.

B. Saran

Untuk meningkatkan kualitas frame oleh media radio PERSADA FM diperlukan sebagai berikut :

1. Upaya perluasan jangkauan pemancar radio supaya orang yang menjadi pendengar bisa semakin banyak dan memberikan pemahaman kepada orang yang lebih banyak pula.


(5)

121

2. Diperlukan koordinasi dengan tokoh-tokoh agama lain untuk menyampaikan dan menerapkan hal yang serupa dengan pemikiran KH. Abdul Ghofur tersebut.

Selain itu, dari penelitian ini diperlukan penelitian lanjutan untuk memberikan jawaban mengenai dampak sosial dari siaran radio PERSADA FM. Penelitian lanjutan bisa digunakan untuk mengetahui sejauh mana dampak komunikasi yang diberikan oleh media kepada para khalayak yang menjadi pemirsa dari siaran radio PERSADA FM. Penelitian lanjutan juga bisa digunakan untuk mengetahui tingkat kefektifan media radio PERSADA FM dalam mempengaruhi pola pikir khalayak yang menjadi pemirsanya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Eriyanto. 2009. Analisis Framing. Yogyakarta: Lkis Yogyakarta. Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Grasindo. Cangara, Hafied. 2011. Komunikasi Politik. Jakarta : Rajawali Pers. Eriyanto. 2012. Analisis Wacana. Yogyakarta : Lkis Yogyakarta.

Sendjaja, S. Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Manuaba, putra. 2010. Jurnal masyarakat kebudayaan dan politik. Surabaya : Unair. Bungin, Burhan. 2008. Kontruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana.

Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media, Suatu pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Bungin,Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradigma, dan Diskursus Tehnologi komunikasi di Masyarakat). Jakarta: Kencana.

Kasyifurrahman, Zikri. 2009. Komunikasi Politik Kiyai (Telaah Psikologi Komunikasi atas Proses Komunikasi Politik Kiyai, Studi Kasus di Desa Babakan Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon). Malang : UIN Maliki.

Schmandt, Henry J. 2009. Filsafat Politik (A History Of Political Philosophy). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Zainuddin A. R. 2004. Pemikiran Politik Islam (Islam, Timur Tengah dan Benturan Ideologi). Jakarta : Pensil-324.

Tahqiq, Nanang. 2004. Politik Islam. Jakarta : Prenada Media.

Losco, Joseph. Williams, Leonardo. 2005. Political Theory (Kajian Klasik Dan Kontemporer). Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Bungin, Burhan. 2001. Imaji Media Massa (Konstruksi dan Makna Realitas Sosial Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik). Yogyakarta : Jendela Press.

Ardianto, Elvinaro. Komala, Lukita. Karlinah, Siti. 2012. Komunikasi Massa (Suatu Pengantar, Edisi Revisi). Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Kutipan Siaran Radio PERSADA FM Lamongan yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia pada tahun 2013.

Deskripsi siaran Radio PERSADA FM Lamongan siaran kalam Ihya’ulumuddin edisi tanggal 1-7 Mei 2015.