Bab 1 PENDAHULUAN Studi Kualitatif Komunikasi Kelompok Pasoepati From Solo With Love Dalam Membangun Perilaku Cinta Damai.

(1)

1 A. Latar Belakang

Perkembangan jaman dan teknologi saat ini, menjadikan manusia sudah sangat tergantung pada teknologi. Seiring waktu yang terus berjalan, perkembangan teknologi juga mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan teknologi di Indonesia pun semakin berjalan dari tahun ke tahun. Sehingga,dengan perkembangan ini telah mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang tidak lagi terbatas pada informasi surat kabar, audio visual dan elektronik, tetapi juga sumber-sumber informasi lain yang salah satu diantaranya melalui jaringan internet.

Menurut data yang dikeluarkan oleh Internetworldstats.com (2011), jumlah pengguna internet di Indonesia menduduki peringkat ke - 4 di Asia. Hingga bulan desember 2011 tercatat pengguna internet di Indonesia mencapai 55 juta orang. Berikut adalah tabel dari pernyataan tersebut:


(2)

Gambar 1.1. Tabel Pengguna Internet di Asia Bulan Desember 2011

Kemudahan dan kecepatan akses internet itulah yang mendukung seseorang dalam memenuhi segala kebutuhan informasi yang mereka butuhkan. Oleh karenanya, pemakai internet di Indonesia tumbuh dari tahun ke tahun.

Perkembangan internet saat ini sudah berada pada web yang dapat digunakan sebagai media komunikasi 2 (dua) arah atau dengan istilah lain web 2.0. Dimana terjalin suatu komunikasi timbal balik dan akan mendapatkan keefektifan dalam berkomunikasi walaupun tidak dengan tatap muka. Banyak sekali contoh Web 2.0 yang banyak memiliki pengguna, seperti Facebook, Twitter, Youtube, MySpace, Kaskus dan sebagainya.

Dari banyak contoh Web 2.0 yang tercipta, facebook menjadi salah satu situs paling populer yang sering dikunjugi oleh kebanyakan orang di dunia. Berdasarkan informasi tentang statistik pengguna Facebook dari situs checkfacebook.com dan socialbakers.com tahun 2012, Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-4 dalam kategori pengguna Facebook terbanyak dengan


(3)

jumlah pengguna sebanyak 50 juta lebih user, berikut gambar dari pernyataan tersebut :

Gambar 1.2. 10 Total Pengguna Facebook di Indonesia (sumber : checkfacebook.com)

Gambar 1.3. 10 Besar Urutan Negara-negara Pengguna Facebook Terbanyak di Dunia. (sumber socialbakers.com)

Facebook merupakan media bagi facebookers (sebutan para pengguna facebook) untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Menjadi sebuah sarana untuk diskusi kelompok (group discussion) yang digunakan para


(4)

facebookers sebagai media berdiskusi berbagai hal yang mereka inginkan untuk di diskusikan.

Pada para suporter sepakbola yang sadar akan kecanggihan teknologi ini, beramai-ramai memanfaatkan media jejaring sosial facebook sebagai media komunikasi. Suporter sebuah tim adalah salah satu faktor pendukung yang tidak bisa dilepaskan dari sisi luar lapangan pertandingan. Bahkan keberadaan suporter ini sendiri mampu memberikan dukungan moral yang cukup besar bagi para pemainnya.

Nama-nama besar suporter klub sepakbola tanah air sudah menjadi bagian penting dalam perjalanan persepakbolaan Indonesia. Suporter dari klub Persebaya Surabaya, Bonek, suporter dari Arema Indonesia, Aremania, suporter dari klub Persija Jakarta, The Jak, suporter dari klub Persib Bandung, Viking, dan suporter dari klub PSIM Yogyakarta, Brajamusti, adalah sedikit dari banyaknya suporter-suporter sepakbola di tanah air.

Solo sendiri tidak kalah dalam hal suporter sepakbola. Solo merupakan sebuah kota kecil di Jawa Tengah, dimana terdapat klub sepak bola Persis Solo yang memiliki suporter sangat fanatik, Pasoepati. Pergerakan para suporter sepakbola di Indonesia dalam hal loyalitas mendukung klub kebanggaan daerah mereka masing-masing memang luar biasa fanatik seperti halnya Pasoepati.

Di Indonesia, suporter divonis memperburuk citra sepakbola dan dianggap menjadi problem bangsa. Tindak kekerasan, kerusuhan, dan jatuhnya korban baik


(5)

luka, tewas, rusak dan terganggunya ketertiban sosial sampai prasarana umum, merupakan citra buruk yang melekat pada suporter sepakbola Indonesia. Kerusuhan suporter yang terjadi di Indonesia sebenarnya bukan isu baru, karena sejak lama sebenarnya sudah sering terjadi (Suyatna Hempri dalam Junaedi, 2011:190).

Dalam pemberitaan yang dimuat oleh media online Timlo.net. Bonek melakukan pengrusakan serta penjarahan di beberapa stasiun kereta api, membuat kesan bahwa keberadaan mereka terkesan membuat rusuh dan seenaknya sendiri. Mereka bisa membuat kekacauan tanpa ada pemicu, begitupula jika kita melihat ulah suporter Pasoepati yang sengaja membunyikan suara knalpot yang sudah di modifikasi sehingga menimbulkan suara-suara bising yang mengganggu.

Para pendukung kesebelasan Persebaya Surabaya, Bonek, melakukan tindakan anarki di wilayah kota Solo. Bonek yang berencana mendatangi kota Bandung dengan menggunakan kereta api, justru melakukan tindakan kekerasan di wilayah Solo dengan menjarah para pedagang dan merusak fasilitas umum yang berada di stasiun kereta Jebres dan Purwosari.

Warga Solo di sepanjang rel kereta api maupun di pintu perlintasan kereta api tidak dapat menahan emosi terhadap Bonek, warga memberikan lemparan batu dan benda-benda keras lainnya pada kereta yang mengangkut Bonek hingga


(6)

seluruh kaca di gerbong hancur serta berbagai umpatan dan makian kepada para Bonek.

Perseteruan Pasoepati dengan Bonek merupakan salah satu konflik yang cukup terkenal di persepakbolaan tanah air. Pada mulanya memang tidak ada gesekan antara Pasoepati dengan Bonek dan dalam sejarah kedua kelompok inipun tidak ada pernah terlibat suatu gesekan atau konflik yang mengganjal dalam relasi dua kelompok suporter ini.

Pasoepati dan Bonek semakin terpisah dalam sekat permusuhan, dimana semakin melebar ketika kedua kelompok suporter ini masuk dalam dua blok suporter besar di Indonesia. Genealogi konflik suporter di Indonesia semakin terpetakan dalam dua kubu kelompok suporter. Kubu pertama adalah Viking, Bonek, dan Brajamusti beserta beberapa kelompok suporter lainnya. Sedangkan kubu yang lain bergabung Aremania, The Jak, Pasoepati dengan beberapa kelompok suporter lainnya. Untuk membuktikan genealogi ini, kita bisa mendengar dari yel-yel suporter, tulisan di baju suporter, dan grafiti yang ada di dalam stadion dan di luar stadion. Di luar stadion. lokasi yang paling banyak grafiti suporter adalah komplek stasiun. Di stasiun Purwosari solo misalnya, kita dengan mudah menjumpai grafiti yang mengolok-olok Viking, Bonek dan sekutu-sekutunya (Junaedi, 2011:193).

Dalam perkembangannya, pendukungan Pasoepati dalam mendukung klub kebanggaan Persis Solo tidak sekedar di lapangan. Di era modern sekarang, para


(7)

Pasoepati yang sadar akan teknologi khususnya internet, beramai-ramai memanfaatkan media jejaring sosial facebook sebagai media komunikasi, seperti sebuah Komunitas dan Group Pasoepati From Solo With Love biasa disebut Wolves (with love squad), yang aktif dalam memanfaatkan dan menggunakan media jejaring facebook.

Ada hal menarik dari komunitas dan group ini. Wolves memiliki inisiatif dalam memajukan dan menjadikan suporter khususnya Pasoepati agar lebih baik dan terorganisir. Tidak hanya dalam dunia maya atau di facebook saja para anggota Wolves berkomunikasi dan bersdiskusi, mereka anggota-anggota Wolves juga aktif berkumpul dan berkomunikasi di dunia nyata. Serta dalam perjalanannya para anggota Wolves menjadi inisiator dalam perdamaian antara Pasoepati dengan Bonek.

Ditemukan melalui berita online yang dimuat oleh Timlo.net. Keputusan Liga Primer Indonesia (LPI) mengalihkan pertandingan antara Persis Solo melawan Persebaya ke Stadion Gelora 10 Nopember Tambaksari Surabaya, sangat tepat. Laga yang digelar tersebut tidak ada kerusuhan seperti yang sempat dikhawatirkan sebelumnya. Bahkan sebaliknya, keputusan LPI Pusat tersebut telah mampu mendamaikan suporter Persebaya Surabaya, Bonek dengan suporter Persis Solo, Pasoepati (Timlo.net. 2012. http://www.timlo.net/pasoepati-dan-bonek-damai-di-tambaksari/. Diakses pada 10 Maret 2012).


(8)

Perseteruan antara Bonek dengan Pasoepati yang akhirnya berdamai, merupakan salah satu dari inisiatif yang Wolves lakukan lewat dunia maya yang kemudian di realisasikan ke dunia nyata. Dalam deskrispi singkat mengenai group Pasoepati From Solo With Love, kunjungan Pasoepati yang tidak akan terlupakan bagi warga Pasoepati tentu saja kunjungan ke kota Surabaya. Ketika itu, sekitar 1850 warga Pasoepati sengaja datang ke kota Surabaya untuk memberikan dukungan langsung kepada tim Persis Solo yang akan berlaga melawan tuan rumah Persebaya Surabaya. Dengan mengusung tema “From Solo With Love”, ribuan Pasoepati datang ke kota pahlawan dengan menyewa 12 gerbong kereta api dan berangkat dari stasiun Balapan Solo.

Sebagai bentuk kulo nuwun atau ijin kepada publik kota Surabaya, Pasoepati telah mempersiapkan sebuah cindera mata berupa sebuah bunga sebagai bentuk kata cinta dari Solo kepada warga Surabaya. Sejak dari Solo, telah disiapkan puluhan bunga-bunga imitasi berwarna-warni dengan diikat sebuah kertas kecil bertuliskan “From Solo With Love” dan juga berupa ucapan pesan-pesan damai dari warga Solo untuk Surabaya. Bunga-bunga dibagikan kepada personil brimob, polisi lalu lintas, penjual buah, pengendara motor dan para pengguna jalan yang ditemui selama perjalanan menuju ke stadion.

Dari perdamaian yang tercipta antara Pasoepati dengan Bonek tersebut melahirkan juga sebuah group di facebook yang bernama PBS (Pasoepati Bonek


(9)

Saduluran), tempat para Pasoepati dan Bonek saling berkomunikasi di dunia maya.

Seperti yang penulis ketahui dari komunitas dan group Pasoepati From Solo With Love dan berdasarkan latar belakang tersebut diatas. Penulis akan meneliti tentang pemanfaatan forum off-line oleh komunitas on-line media jejaring facebook dari komunitas dan group Pasoepati From Solo With Love dalam menumbuhkan sikap perdamaian antar suporter bola di Indonesia oleh anggotanya.

B. RUMUSAN MASALAH

Berangkat dari latar belakang di atas maka rumusan masalah yang menarik untuk dikaji adalah sebagai berikut:

Bagaimana pemanfaatan forum off-line oleh komunitas on-line group Pasoepati From Solo With Love, dalam menumbuhkan sikap perdamaian para Pasoepati khususnya dan terhadap suporter bola lainnya di Indonesia oleh anggotanya?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah :


(10)

Mengetahui bagaimana pemanfaatan forum off-line oleh komunitas on-line group Pasoepati From Solo With Love, dalam menumbuhkan sikap perdamaian antar suporter bola di Indonesia oleh anggotanya.

D.MANFAAT

1. Bagi Penulis

Bagi penulis penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana pemanfaatan media sosial facebook oleh suporter sepak bola di Indonesia.

2. Bagi Akademisi

Bagi akademisi dapat memberikan partisipasi dan sumbangan pemikiran ide kreatif dan pemikiran kritis dalam mendorong penelitian yang sejenis.

3. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan dapat melihat pentingnya media baru terhadap kemajuan sepakbola nasional. Khususnya disini dalam penggunaan facebook.


(11)

4. Bagi Komunitas Suporter Bola

Bagi komunitas suporter bola, penelitian ini diharapkan memberi kontribusi dalam mengawal persepakbolaan tanah air dalam hal pendukungan yang lebih baik.

5. Bagi Pemerintah

Bagi pemerintah penelitian ini diharapkan mampu dalam memajukan per-sepakbolaan nasional.

E. TINJAUAN PUSTAKA 1. Komunikasi

Manusia dilahirkan mempunyai akal dan pikiran, manusia hidup dilingkungannya saling melakukan interaksi yang dapat menjalin suatu hubungan. Untuk mendapatkan hubungan tersebut, manusia melakukan komunikasi. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupaun tak langsung melalui media (Effendy, 2002:5).

Komunikasi merupakan bagian hidup yang dijalani oleh setiap manusia, dari definisi komunikasi diatas hanya secuil dari apa itu komunikasi yang sebenarnya, dibawah ini akan disampaikan definisi dari komunikasi oleh berbagai pakar.


(12)

Hovland, Janis dan Kelley menyebut komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya/ khalayak (Fajar, 2009:27)

Menurut Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society (Effendy, 2001:10) cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut: Who Says what in which Channel To Whom With What Effect? Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan “Siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan efek bagaimana?”. Pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa proses komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban yang diajukan, yaitu komunikator (communicator, source, sender), pesan (message), media (channel, media), komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient), dan efek (effect, impact, influence). Jadi, berdasar paradigma tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

Pendapat lain tentang komunikasi dikemukan oleh Little Jhon dan Karen A.Foss adalah salah satu dari kegiatan sehari-hari yang benar-benar terhubung dengan semua kehidupan kemanusiaan, sehingga


(13)

kadang-kadang kita mengabaikan penyebaran, kepentingan, dan kerumitannya (Little John dan Foss, 2009:3).

Definisi-definisi yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa komunikasi mempunyai beberapa pengertian pokok:

a. Komunikasi adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, dan pengolahan pesan. Pembentukan pesan disini dapat diartikan menciptakan sesuatu ide atau gagasan.

b. Pesan merupakan produk utama komunikasi, pesan dapat berupa lambang-lambang yang menggambarkan ide atau gagasan, sikap, perasaan, praktek atau tindakan. Bentuk dari lambang tersebut bisa berupa kata-kata, gerak-gerik, maupun tingkah laku.

c. Komunikasi dapat terjadi dalam diri seseorang, dua orang, beberapa orang, atau bahkan diantara banyak orang.

d. Komunikasi mempunyai tujuan tertentu, yang artinya komunikasi yang dilakukan sesuai dengan keinginan dan kepentingan para pelaku komunikasi.

Proses komunikasi terbagi menjadi dua (Effendy, 2001:11-19), yaitu proses komunikasi primer dan proses komunikasi sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang


(14)

(symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahasa paling banyak dipergunakan dalam komunikasi, karena hanya bahasalah yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain.

Komunikasi antarpersonal (interpersonal communication) dan komunikasi kelompok termasuk kedalam proses komunikasi primer. Kedua jenis komunikasi tersebut sifatnya tatap muka, maka umpan balik (feedback) berlangsung seketika. Sedangkan proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Umpan balik (feedback) dalam komunikasi bermedia, terutama media massa biasanya dinamakan umpan balik tertunda karena sampainya tanggapan atau reaksi khalayak kepada komunikator memerlukan tenggang waktu. Setiap media memiliki ciri atau sifat tertentu yang hanya efektif dan efisien untuk dipergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu pula. Dengan demikian, proses komunikasi secara


(15)

sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (mass media) dan media nirmassa atau media nonmassa (non-mass media).

Fungsi komunikasi ada empat (Effendy, 2001:8)., yaitu:

a. Menginformasikan (to inform), yaitu menyebarluaskan pengetahuan kepada khalayak.

b. Mendidik (to educate), yaitu mengadakan sosialisasi dengan khalayak dan menyadarkan akan tugas, peran serta norma-norma. c. Menghibur (to entertain), yaitu memberi hiburan dan mengisi waktu

senggang.

d. Mempengaruhi (to influence), yaitu memperoleh kesepakatan serta pengikut.

Fungsi selalu berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai. Mencapai komunikasi yang harmonis dan dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia merupakan fungsi yang ingin dicapai oleh individu. Tercapainya fungsi komunikasi memberikan kepuasan pada individu dalam berkomunikasi.

2. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok ada dan terjadi dalam suatu kelompok, baik itu kelompok besar (large group) ataupun kelompok kecil (small group).


(16)

Pasoepati From Solo With Love merupakan kelompok kecil, kelompok yang dimana mengkomunikasikan dan melakukan hal-hal positif melalui kegiatan positif yang dilakukannya.

Brigham (Walgito, 2007:8) mengungkapkan bahwa kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang berinteraksi satu sama lain untuk tujuan tertentu dimana masing-masing orang saling mempengaruhi dan dipengaruhi orang lain.

Terbentuknya Kelompok tersebut karena adanya kesamaan akan suatu minat dan hobi yang sama. Menurut W.A Gerungan (2000:88-96) dalam buku Psikologi Sosial, ciri-ciri kelompok yaitu:

a. Motif-motif yang sama

Dorongan atau motif bersama menjadi pengikat dan sebab utama terbentuknya kelompok sosial. Motif yang sama itu harus didukung dengan adanya kerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Dan biasanya sesudah kelompok sosial terbentuk akan timbul motif-motif baru kelompok, serta tujuan-tujuan tambahan yang dapat memperkokoh kehidupan kelompok. Pengaruh dari kehidupan kelompok yang makin kokoh, akan timbul sense of belongingness pada diri anggotanya.


(17)

Sense of belongingness merupakan sikap peranan bahwa anggota termasuk dalam kelompok, didalamnya dia mempunyai peran dan tugas sehingga anggota tersebut merasakan kepuasan terhadap dirinya sebagai makhluk sosial dalam kelompok. Dia memperoleh peranan sosial yang usaha-usahanya adalah demi kemajuan kelompok, sehingga dia merasa berharga sebagai anggota kelompok.

b. Reaksi dan kecakapan berlainan,

Situasi sosial akan menimbulkan kegiatan-kegiatan dari individu. Sherif dan kawan-kawan menegaskan bahwa individu pada saat sendiri dan saat dalam situasi kelompok mempunyai tingkah laku yang berbeda. Situasi sosial dapat merangsang reaksi yang berlainan dari individu yang menjadi anggota kelompok.

c. Penegasan stuktur kelompok,

Struktur dalam kelompok terdiri dari susunan kedudukan yang fungsional dari anggota kelompok dalam kerja samanya untuk mencapai tujuan kelompok. Setiap anggota kelompok sosial memperoleh peran yang tegas dan diketahui oleh anggota kelompok lain sesuai dengan ciri kepribadian dan kecakapannya masing-masing.


(18)

d. In-group dan Out-group

Sejajar dengan pembentukan struktur kelompok, timbul pula sikap perasaan antara anggotanya yang disebut sikap perasaan in-group yang tegas dibatasi dari sikap perasaan out-group. Sikap perasaan terhadap anggota in-group adalah sikap perasaan terhadap orang dalam, sedangkan sikap perasaan out-group ialah sikap perasaan terhadap semua orang yang termasuk orang luaran.

e. Solidaritas

Solidaritas kelompok yang tinggi berdasarkan pengalaman-pengalaman anggotanya bahwa, tindakan-tindakan yang diharapkan timbal balik dari anggota kelompok dengan fungsi masing-masing kelompok sesuai peranan dalam hierarki struktur kelompok. Dengan kata lain, terdapatnya solidaritas yang tinggi di dalam kelompok bergantung pula pada kepercayaan anggota-anggotanya akan kemampuan kawan-kawannya untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.

f. Penegasan norma-norma kelompok.

Norma kelompok merupakan pedoman untuk mengatur pengalaman dan tingkah laku individu dalam situasi sosial.


(19)

Norma kelompok berkaitan dengan cara-cara tingkah laku yang diharapkan oleh semua anggota kelompok dengan keadaan yang berhubungan dengan kehidupan dan tujuan kelompok. Menurut Umam (2010:95) dalam bukunya Perilaku Organisasi, mendifinisikan kelompok sebagai dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung untuk mencapai tujuan tertentu. Ada dua alasan seseorang bergabung dalam kelompok. Pertama, untuk mencapai tujuan yang apabila dilakukan sendiri tujuan itu tidak tercapai. Kedua, dalam kelompok, kebutuhan seseorang dapat terpuaskan dan ia mendapatkan reward sosial seperti rasa bangga, rasa dimiliki, cinta, pertemanan, dan sebagainya.

Masih menurut Umam (2010:99) ada beberapa klasifikasi kelompok, yaitu sebagai berikut :

1. Kelompok Formal.

Kelompok formal adalah kelompok yang sengaja dibentuk dengan keputusan manajer melalui suatu bagan organisasi untuk menyelesaikan tugas secara efektif dan efisien (Umam, 2010:99). Kelompok formal terdiri atas :

a. Kelompok komando, yaitu kelompok yang ditentukan oleh bagan organisasi dan melaksanakan tugas-tugas rutin


(20)

organisasi. Kelompok ini terdiri atas bawahan yang melapor dan bertanggung jawab secara langsung kepada pimpinan tertentu.

b. Kelompok tugas, yaitu suatu kelompok yang ditentukan oleh bagan organisasi dan melakukan tugas-tugas atau proyek tertentu organisasi. Kelompok ini terdiri atas bawahan yang melapor dan bertanggung jawab secara langsung kepada pimpinan tertentu.

2. Kelompok Informal.

Kelompok informal adalah suatu kelompok yang tidak bisa dibentuk secara formal melalui struktur organisasi, tetapi muncul karena adanya kebutuhan akan kontak sosial (Umam, 2010:99). Kelompok informal dibedakan menjadi sebagai berikut :

a. Kelompok persahabatan, yang terbentuk karena adanya kesamaan tentang suatu hal, seperti hobi, status perkawinan, jenis kelamin, latar belakang, pandangan politik, dan lain-lain. Misalnya, orang-orang yang memiliki hobi sama: suka bermain badminton, sepak bola, tenis, renang, bergabung membentuk kelompok persahabatan.


(21)

Kelompok Formal

b. Kelompok kepentingan, merupakan kelompok yang berafiliasi untuk mencapai sasaran yang sama. Sasaran jenis ini tidak berkaitan dengan tujuan organisasi, tetapi semata-mata untuk mencapai kepentingan kelompok itu sendiri.

Dari klasifikasi kelompok diatas untuk lebih jelasnya, jenis kelompok dalam organisasi dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.4. Jenis Kelompok dalam Organisasi Sumber: Umam, Khaerul, 2010:100. Perilaku

Organisasi. Bandung: CV Pustaka Setia

Manusia sebagai makhluk sosial secara alami akan mengadakan interaksi. Interaksi adalah saling mempengaruhi individu satu dengan individu yang lain (mutual influences). Interaksi dapat berlangsung

Kelompok komando Kelompok tugas Melaksanakan tugas rutin Melaksanakan tugas/proyek tertentu Kelompok Informal Kelompok persahabatan Kelompok kepentingan Tujuan


(22)

dengan secara fisik, non-verbal, emosional dan sebagainya yang merupakan salah satu sifat dari kehidupan kelompok (Walgito, 2003:74).

Menurut Forsyth (Walgito, 2003:73-75) disamping adanya interaksi sebagai sifat atau ciri suatu kelompok, kelompok masih mempunyai ciri-ciri yang lain, yaitu :

1. Tujuan (goals)

Orang yang tergabung dalam kelompok mempunyai beberapa tujuan ataupun alasan. Tujuan dapat bersifat intrinsik, misalnya tergabung dalam kelompok mempunyai rasa senang. Namun juga dapat bersifat ekstrensik yaitu bahwa untuk mencapai sesuatu tujuan tidak dapat dicapai secara sendiri tetapi dengan bersama-sama, ini merupakan tujuan bersama atau merupakan common goals. Common goals ini merupakan yang paling kuat dan faktor pemersatu dalam kelompok.

2. Struktur

Kelompok itu mempunyai struktur, ( a stable pattern of relationships among members), yang berarti adanya peran (roles), norma, dan hubungan antar anggota. Peran dari masing-masing anggota kelompok berkaitan dengan posisi individu dalam kelompok. Peran dari masing-masing anggota


(23)

kelompok akan tergantung pada posisi ataupun kemampuan individu masing-masing.

3. Groupness

Kelompok merupakan suatu entity atau kesatuan. Menurut Campbell orang mempersepsi kelompok lebih sebagai suatu unfied whole atau terpadu menyeluruh daripada sekelompok orang yang saling berdekatan satu dengan yang lain. Jadi satu dengan lain tidak saling lepas, tetapi kelompok merupakan suatu kesatuan dari para anggotanya.

Ketertarikan suatu kelompok membentuk daya tarik dari anggota kelompok yang akan menjadi suatu kesatuan. Hal ini bisa disebut juga dengan kohesivitas kelompok.

Menurut Shaw kohesi kelompok ialah bagaimana para anggota kelompok saling menyukai dan saling mencintai satu dengan lainnya. Tingkat kohesi akan menunjukkan seberapa baik kekompakkan dalam kelompok bersangkutan (Walgito, 2007:46).

Melihat apa yang ada dalam suatu kelompok mulai dari interaksi, tujuan, struktur, groupness dalam kelompok hingga kohesivitas kelompok, maka diperlukan suatu komunikasi kelompok baik dalam kelompok kecil


(24)

maupun besar, perlunya sebuah komunikasi kelompok adalah bagian dari dinamika kelompok itu sendiri.

Michael Burgon, mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih dengan tujuan yang telah diketahui seperti berbagi informasi, pemecahan masalah yang anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota yang lain secara tepat (Fajar, 2009:66).

Jadi, komunikasi kelompok juga bisa diartikan sebagai sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka menjadi salah satu bagian dari kelompok tersebut. Seperti dalam forum off-line Pasoepati From Solo With Love, mereka terdiri dari sekumpulan orang yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan yaitu menumbuhkan sikap perdamaian serta kesadaran akan pendukungan kesebelasan sepakbola yang lebih baik, bermanfaat, dan terorganisir.

Komunikasi kelompok dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu (Effendy, 2001: 15-16):

a. Komunikasi kelompok kecil (small group communication), yaitu prosesnya berlangsung dialogis dan sirkular. Komunikasi kelompok kecil meliputi seminar, kuliah, ceramah, brifing,


(25)

lokakarya, forum, atau symposium. Komunikasi kelompok kecil mempunyai umpan balik yang diperlukan oleh komunikator yang bersifat verbal karena komunikasinya ditujukan kepada kognisi komunikan. Jadi permasalahannya mengerti atau tidak, menyetujui atau tidak, menerima atau tidak, semuanya harus dinyatakan dengan kata-kata.

b. Komunikasi kelompok besar (large group communication), misalnya rapat raksasa disebuah lapangan yang dihadiri oleh belasan ribu atau puluhan ribu orang. Komunikasi dalam situasi seperti itu ditujukan kepada afeksi komunikan (kepada perasaannya, bukan kepada otaknya). Komunikator akan mengetahui umpan balik komunikasinya dengan mengkaji perilaku komunikan dalam melampiaskan perasaannya. Bahayanya apabila umpan balik dalam komunikasi kelompok besar bersifat negatif, komunikator bisa dimaki-maki, bahkan dilempari batu.

Forum off-line yang terjadi dalam Pasoepati From Solo With Love, termasuk kedalam komunikasi kelompok kecil (small group communication). Disebabkan umpan baliknya terjadi secara verbal, sehingga anggota-anggota dalam forum ini dapat langsung menanggapi uraian dari komunikator (salah satu anggotanya).


(26)

Dari penjelasan komunikasi kelompok diatas, mendapati bahwa komunikasi kelompok juga terjadi pada komunitas, seperti halnya yang terjadi pada komunitas dan group Pasoepati From Solo With Love. Menurut Soekanto (1995:144) dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar, Paguyuban (Komuniti/ komunitas, gemeinschaft) adalah bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta kekal.

Sherif and Sherif (Ahmadi, 2002:94) menyatakan bahwa kelompok adalah suatu unit sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga di antara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu yang khas bagi kelompok itu sendiri yang mempunyai dua sifat yaitu:

a. Adanya saling tergantung di antara anggota kelompok sehingga membentuk pola tertentu yang mengikat satu sama lain.

b. Tiap-tiap anggota mengakui dan mentaati nilai-nilai, norma-norma serta pedoman-pedoman tingkah laku yang berlaku di dalam kelompok itu.

Kelompok (Group) adalah sejumlah orang yang berinteraksi secara bersama-sama dan memiliki kesadaran keanggotaan yang didasarkan pada kehendak-kehendak prilaku yang disepakati (Cohen, 1983:124).


(27)

Soerjono Soekanto (1995:163-164) dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar, menuliskan beberapa dasar-dasar komunitas (Community), diantaranya:

a. Locality (tempat tinggal atau wilayah)

Komunitas atau masyarakat setempat yang mempunyai tempat tinggal tetap dan permanen, biasanya mempunyai ikatan solidaritas yang kuat sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya.

b. Community Sentiment (perasaan komuniti)

Komunitas tersebut terdapat unsur-unsur perasaan komuniti antara lain :

1) Seperasaan : unsur seperasaan akibat seseorang berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut, sehingga kesemuanya dapat menyebutkan dirinya sebagai “kelompok kami”, “perasaan kami” dan lain sebagainya.

2) Sepenanggungan : setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan


(28)

masyarakat sendiri memungkinkan peranannya dalam kelompok dijalankan, sehingga dia mempunyai kedudukan yang pasti dalam darah dagingnya sendiri.

3) Saling memerlukan : individu yang tergabung dalam masyarakat setempat merasakan dirinya tergantung pada komuniti-nya yang meiliputi kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikologis. Perasaan saling gantung menggantungkan, komunitas sebagai satu alat untuk melindungi diri dari kesepian dan ketakutan yang ada pada individu-individu.

Menurut Charles Horton Cooley, komunitas atau Kelompok terbagi menjadi dua macam (Abdulsyani, 2002:106-108), diantaranya yaitu :

a. Kelompok Utama (Primary-group): kelompok yang ditandai ciri-ciri saling mengenal antara anggota-anggotanya serta kerja sama erat yang bersifat pribadi.

b. Kelompok Sekunder (Secondary-group): kelompok yang memiliki anggota yang lebih banyak, tidak selalu sering


(29)

mengenal, tidak langsung, fungsional, rasional dan lebih banyak ditujukan pada tujan pribadi, angota-anggota yang lain dan usaha kelompok merupakan alat.

Oleh Charles H. Cooley (Susanto, 1999:53), Hal tersebut dikenal dengan teori tentang primary group dan secondary group. Menurut Charles suatu kelompok primer terutama dikemukakan dalam suatu masyarakat agraria. Sifat khasnya adalah adanya hubungan yang erat dan komunikasi yang berlangsung dengan tatap muka (face to face), adanya kerjasama dan ikatan psikologik yang erat, tidak hanya pada waktu yang tidak tentu.

Menurut Samuel Stouffer (Susanto, 1999:54) fungsi dari kelompok primer adalah membantu individu dalam perkembangan dan pendewasaannya dan mempunyai sifat:

a. Memberi bantuan motivasi dan landasan moral kepada anggotanya.

b. Kelompok mempunyai nilai praktikal untuk individu.

c. Loyalitas dapat menyebabkan adanya hubungan erat dan bantuan dalam ikatan kelompok.

Dalam komunitas, manusia yang satu memandang manusia yang lain secara keseluruhannya, bukan dalam satu aspek saja seperti dalam hal


(30)

hubungan jual beli. Ciri komunitas adalah kita dapat menjalani seluruh hidup kita didalamnya, hubungan sosial pun kita peroleh didalamnya. Oleh Tonnies (Abdulsyani, 2002:109), hubungan itu dinamakan dengan Gemeinschaft yaitu bentuk kehidupan bersama dimana angota-angotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal.

Tonnies mengatakan bahwa dalam setiap masyarakat selalu ada salah satu diantara tiga kelompok Gemeinschaft (Abdulsyani, 2002:110), yaitu:

a. Gemeinschaft by blood, yaitu Gemeinschaft yang merupakan ikatan yang disasarkan pada ikatan darah atau keturunan. b. Gemeinschaft of place, yaitu suatu Gemeinschaft yang terdiri

dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggalnya, sehingga dapat saling tolong menolong.

c. Gemeinschaft of mind, yaitu merupakan suatu Gemeinschaft yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tidak mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai jiwa dan pikiran yang sama, karena ideologi yang sama. Gemeinschaft yang semacam ini biasanya ikatannya tidak sekuat Gemeinschaft by blood.


(31)

Forum off-line pada komunitas yang penulis teliti, masuk pada gemeinschaft of place. Pasoepati From Solo With Love terbentuk menjadi sebuah komunitas yang berada di wilayah, hobi, dan minat yang sama. Mereka berasal dari wilayah solo dan sekitarnya, memiliki minat mendukung klub kebanggaan Persis Solo, dan sama-sama menyukai sepakbola.

Dalam forum offline maupun online dari komunitas dan group Pasoepati From Solo With Love berbagai aktivitas dan kegiatan yang dilakukan, wolves promosikan. Promosi sebagai bentuk informasi akan apa yang wolves kerjakan atau lakukan, sehingga para anggota wolves, suporter lain, dan masyarakat luas mengetahuinya.

Penggunaan visual dan pesan yang tepat merupakan syarat utama keberhasilan dari sebuah program promosi. Tahapan-tahapan komunikasi dan strategi pesan disusun berdasarkan atas keberadaan sebuah produk atau jasa (awaraness), menumbuhkan keinginan untuk memiliki dan mendapatkan produk (interest), sampai dengan mempertahankan loyalitas pelanggan (loyalty). Dalam kajian komunikasi tahapan tersebut dikenal dengan rumusan AIDA.

Wahyutama (2012:62) dalam buku Integrated Marketing Communications, konsep AIDA pertama kali dimunculkan pada sekitar tahun 1900 oleh St Elmo Lewis. Sesuai namanya, model AIDA dikenal


(32)

sebagai model hierarchy of effect yang mengidentifikasikan tingkatan konsumen sebelum melakukan pembelian. AIDA juga merupakan teknik yang digunakan untuk memotivasi atau mempengaruhi seseorang dalam kegiatan pemasaran untuk mengambil tindakan yang disebabkan oleh iklan. Dalam komunikasi pemasaran proses ini digunakan oleh banyak pemasar dalam komunikasi mereka. Hal ini dilakukan untuk menarik calon pelanggan dan untuk melakukan pembelian atau mengambil tindakan yang diinginkan oleh mereka.

Masih menurut Wahyutama (2016:62-63), tujuan yang ingin dicapai oleh promosi dapat diketahui dari suatu konsep AIDA . Konsep AIDA ini adalah :

Attention

Pada tahap attention atau perhatian, sebuah pesan akan tiba sebagai stimuli di penginderaan khalayak, pada tahap inilah sebuah iklan, promosi, akan dilihat, didengar, dan diperhatikan oleh khalayak.

Interest

Pada tahap interest atau minat, adalah membangkitkan minat dan keingintahuan dari konsumen atau khalayak akan sebuah produk dan jasa. Dengan keingintahuan dan


(33)

minat, khalayak akan terdorong pula untuk terlibat lebih jauh dengan produk atau jasa.

Desire

Pada tahap desire atau kehendak, hasrat, adalah muncul kehendak khalayak terhadap produk atau jasa. Proses dimana iklan atau promosi membangun sebuah hasrat dengan menyampaikan sebuah manfaat produk dan layanan tersebut.

Action

Tahap action atau tindakan adalah pada tahap ini pesan telah dapat mendorong dilakukannya tindakan tertentu oleh khalayak. Tindakan juga dapat berupa rekomendasi yang diberikan khalayak kepada rekan-rekannya yang lain untuk menggunakan produk atau jasa yang dimana sebuah pesan periklanan atau kegiatan marketing communications telah aktif berkerja pada diri khalayak.

Dimana dengan berdasarkan fungsi dari penggunaan konsep AIDA ini dapat diketahui apa yang menjadi perhatian, minat, hasrat, dan tindakan yang wolves lakukan untuk menjadi atau menciptakan kesadaran


(34)

akan pendukungan kesebelasan sepakbola yang positif, bermanfaat, dan terorganisir, serta cinta damai.

3. Media Baru

Keberadaan media ditengah-tengah masyarakat sosial menjadikan hubungan interaksi semakin beragam. Munculnya media baru merupakan dinamika dalam masyarakat sosial dan teknologi.

Media baru adalah berbagai perangkat teknologi komunikasi yang berbagi ciri yang sama yang mana selain baru dimungkinkan dengan digitalisasi dan ketersediaannya yang luas untuk penggunaan pribadi sebagai alat komunikasi. Media baru sangat beragam dan tidak mudah didefinisikan, tetapi media baru dan penerapannya yang dalam berbagai wilayah memasuki wilayah komunikasi massa atau secara langsung atau tidak langsung memiliki dampak terhadap media massa tradisional. Fokus perhatian utama pada aktivitas kolektif bersama yang berjudul Internet, terutama pada penggunaan publik seperti dalam jaringan (online), iklan, aplikasi penyiaran, forum dan aktivitas diskusi, World Wide Web (WWW), pencarian informasi, dan potensi pembentukan komunitas tertentu (Mc Quail, 2011: 148).

Ada dua pendekatan yang membedakan media pertama (penyiaran) dengan media baru (media kedua/ jaringan) yaitu pendekatan interaksi


(35)

sosial (social interaction) dan pendekatan integrasi sosial (social integration). Dengan pendekatan interaksi sosial, media baru dinilai lebih interaktif dan menciptakan sebuah pemahaman baru tentang komunikasi pribadi. Media baru tidak seperti interaksi tatap muka, tetapi memberikan bentuk interaksi baru yang membawa kita kembali pada hubungan pribadi dalam cara yang tidak bisa dilakukan oleh media sebelumnya. Sedangkan melalui pendekatan integrasi sosial menggambarkan media bukan bentuk informasi, interaksi, atau penyebarannya, tetapi dalam bentuk ritual, atau bagaimana manusia menggunakan media sebagai cara menciptakan masyarakat. Media tidak hanya sebuah instrumen informasi atau cara untuk mencapai ketertarikan diri, tetapi menyatukan kita dalam beberapa bentuk masyarakat dan memberi kita rasa saling memiliki. Media baru menciptakan sesuatu yang terlihat seperti interaksi, tetapi tidak mirip seperti interaksi tatap muka yang sebenarnya. Namun media baru menciptakan interaksi dengan simulasi komputer. Ada tingkat interaksi yang tinggi tetapi dengan komputer tidak langsung dengan individu tertentu.

Littlejohn dalam bukunya Teori Komunikasi Theories of Human Communication menuliskan gagasan tentang teori persamaan media (media-equation theory), yang menyatakan bahwa kita memperlakukan media seperti manusia dan berinteraksi dengan media seolah-olah mereka


(36)

nyata. Penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa komputer seperti mempunyai kepribadian, orang berbicara dengan komputer. Mereka juga menghargai apa yang dilakukan komputer untuk mereka, dan mereka juga akan marah apabila komputer berperilaku buruk (Littlejohn, 2009: 415).

Secara umum, media baru tidak saja menjembatani perbedaan pada beberapa media, tetapi juga perbedaan antara batasan kegiatan komunikasi pribadi dengan batasan kegiatan komunikasi publik. Bahan dan kegunaan media semacam itu dapat dipakai secara bergantian untuk kepentingan pribadi dan publik. Dimasa yang akan datang kenyataan tersebut memberi pengaruh bukan saja terhadap batasan media yang berbeda tetapi juga terhadap peran institusi media (Mc Quail, 1989:17-18).

Menurut Lievrouw dan Livingstone yang dikutip oleh Firmansyah (2011: 217) dalam buku Remaja Digital (Learn, Play, Socialize, Participate) media baru adalah teknologi-teknologi informasi dan komunikasi dan konteks-konteks yang terkait, serta infrastruktur yang terdiri dari tiga komponen, yaitu alat-alat yang digunakan untuk berkomunikasi atau menyampaikan informasi, aktivitas-aktivitas dimana orang-orang terlibat untuk berkomunikasi atau membagikan informasi, dan pengaturan sosial atau bentuk-bentuk organisasional yang berkembang melalui alat-alat dan aktivitas-aktivitas tersebut.


(37)

4. Ruang On-Line mempengaruhi Ruang Off-Line

Media baru dalam kehidupan manusia merupakan sebuah dinamika digital teknologi, dimana yang dituliskan dalam e-bookyoung people,ethics, and the new digital media” sangat mempengaruhi kaum muda melalui teknologi digital. Para kaum muda yang berpartisipasi dalam kegiatan jejaring sosial, blogging, game, instant messaging, men-download musik dan konten lainnya, meng-upload dan berbagi kreasi mereka sendiri, serta berkerja sama dengan orang lain dalam berbagai cara.

O’Reilly (2005) menjelaskan penggunaan web 2.0, istilah yang mengacu pada pada teknologi internet generasi kedua yang memungkinkan, mengundang orang-orang untuk membuat, berbagi, dan memodifikasi konten online (dalam Carry James, dkk, 2009:6).

Sebuah ruang on-line dapat mempengaruhi ruang off-line dalam hal ini berhubugan dengan identitas individu yang melakukan suatu kegiatan. Mengenai partisipasi on-line dengan off-line, bermain dalam media digital atau disini ruang on-line sangat berbeda. Media digital menyediakan individu dengan ruang baru untuk eksplorasi identitas, partisipasi melalui media baru (on-line) secara tidak langsung juga telah berpartisipasi secara off-line.


(38)

Secara umum individu dalam aktivitas on-line mereka cenderung untuk mencerminkan aspek diri off-line mereka. Menurut Huffaker, Valentine dan Holloway dalam e-bookyoung people,ethics, and the new digital media” individu menggunakan halaman MySpace mereka, Facebook profil, dan blog untuk mengekspresikan nilai-nilai mereka dan selera budaya, seksual identitas, kepribadian, dan perasaan tentang hubungan mereka dan pengalaman.

Ruang on-line menyediakan individu ruang yang unik dan penting untuk menciptakan suatu umpan balik dari orang lain, pembangunan identitas terjadi dalam konteks sosial yang dibantu oleh umpan balik yang membantu individu memahami diri mereka dengan penilaian masyarakat terhadap mereka. Stern (2007) menggambarkan nilai remaja dari umpan balik yang mereka terima secara on-line, dia mengamati bahwa ruang on-line menawarkan kesempatan remaja untuk memiliki suara, kesempatan yang mungkin jarang terjadi pada ruang off-line (Carry James, Dkk, 2009:27).

Keterbukaan dalam media baru memberikan kesempatan kepada orang muda untuk memberdayakan perannya, orang muda disini dapat membentuk dan memimpin sebuah kelompok diskusi tentang film yang Internet Movie Database, berkontribusi pada penciptaan standar perilaku dalam diskusi kelompok politik pada Gather.com, dan menjadi mentor dan


(39)

guru untuk teman sebaya dan orang dewasa yang dirasa kurang paham terhadap penggunaan media baru. Kesempatan kepada orang muda tersebut dapat membangun keterampilan dan rasa keberhasilan, selain itu juga memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan beragam orang melalui dialog on-line, blog, situs jejaring sosial, dan massive multiplayer on-line games (MMOGs) dapat memberikan paparan ide lebih luas, opini dan perspektif dibandingkan dengan bentuk partisipasi off-line.

Manfaat media on-line bisa datang ke individu (dalam bentuk akses, rasa pemberdayaan atau keberhasilan, dan paparan beragam sudut pandang), ke komunitas on-line (melalui keragaman keanggotaan dan berbagi informasi), dan untuk masyarakat (melalui jurnalisme warga, keterlibatan masyarakat, dan partisipasi demokratis). Hal tersebut membuktikan bahwa komunikasi dalam komunitas on-line dapat mempengaruhi partisipasi di ruang publik.

Terlepas dari atribut (ras dan jenis kelamin) dan identitas formalnya, warga dari semua lapisan masyarakat dapat berkontribusi untuk penciptaan dan distribusi pengetahuan dan media. Peluang untuk berpartisipasi secara online memobilisasi kaum muda untuk aksi sosial dan politik (Bennet 2007). Menurut Pettingil (2007), model baru keterlibatan masyarakat “engagement 2.0” atau “keterlibatan 2.0” mungkin muncul melalui media baru, melahirkan partisipatif budaya yang


(40)

Jenkins menyarankan untuk lebih partisipatif demokrasi. Jenskins menunjukkan bahwa budaya partisipatif melalui mereka kuat karena orang muda dapat mengambil tindakan dan membuat perbedaan. Partisipasi, bahkan di ruang-ruang yang tidak dianggap politik (seperti Facebook atau World of Warcraft), dapat menyebabkan peningkatan rasa keberhasilan, sebuah komponen penting dari keterlibatan sosial dan politik. Selain itu, sebagai pemuda bertindak melalui budaya partisipatif, mereka mungkin mulai menuntut bahwa politik tradisional dan tidak hanya merespon pasar kreasi mereka. Untuk Jenkins (2006) yang mempunyai rasa komunitas yang kuat bahwa orang muda yang mempunyai banyak pengalaman budaya dapat menuntun mereka untuk melihat pentingnya hubungan sipil dan kewajiban mereka kepada masyarakat lain (anggota). Singkatnya, kesempatan bagi kaum muda untuk memberdayakan peran sosial. On-line dapat memberikan mereka rasa tanggung jawab kepada orang lain untuk komunitas mereka dan untuk masyarakat.

Menurut Zinggara Hidayat (Firmansyah, 2011: 244) media baru telah melahirkan dan menumbuhkan suatu tindak dan perilaku baru yang secara terus menerus dipertahankan dan dipelihara sebagai suatu bagian dari kehidupan, sehingga aktifitas on-line yang diwujudkan dalam aktifitas off-line dalam aksi sosial merupakan sebuah kultur baru dalam masyarakat Indonesia dan masyarakat global.


(41)

Komunitas on-line yang terbentuk dari group Pasoepati From Solo With Love membentuk keinginan untuk mengadakan pertemuansecara off-line oleh para anggotanya. Tidak hanya tempat tinggal mereka saja yang mendorong untuk melakukan aktifitas off-line, tetapi kesamaan minat dan kepuasan yang ingin mereka peroleh lebih dari kepuasan on-line komunitas dari group tersebut. Para Pasoepati From Solo With Love mengadakan pertemuan untuk lebih mengenal satu sama lain dan memberi wadah secara off-line untuk menyalurkan hobi dan minat yang mereka punya.

F. METODOLOGI PENELITIAN 1. Pendahuluan

Dalam penelitian ini penulis akan menguraikan metodologi penelitian yang akan digunakan meliputi metode, sumber data, metode pengumpulan data teknik penentuan informan, validitas data, dan tenik analisis yang akan digunakan.

2. Metode Penelitian

Penulis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Creswell (Herdiansyah, 2012:8) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan,


(42)

melaporkan pandangan terperinci dari para sumber informasi serta dilakukan dalam setting yang alamiah tanpa adanya intervensi apa pun dari peneliti.

Menurut Moleong yang dikutip oleh Herdiansyah (2012: 9) dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, peneltian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

3. Sumber Data

Adanya beragam informasi yang dikaji dalam penelitian ini, dikumpulkan dari beberapa sumber data yang dipergunakan, yaitu data Primer dan data Sekunder:

1. Data primer, adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, yang berasal dari keterangan para informan dengan cara wawancara. Adapun informan dari penelitian ini terdiri dari :


(43)

a. Satriyo Wibowo (Ketua PFSWL)

Ketua PFSWL berperan aktif dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh komunitas PFSWL, sehingga penulis menganggap ia banyak tahu mengenai pemanfaatan forum off-line oleh komunitas PFSWL.

b. Fadilah Maulana Muhammad (Pendiri Group PFSWL dan Administrator)

Fadil adalah orang yang mendirikan group Pasoepati From Solo With Love di facebook hingga terbentuk komunitas yang biasa juga disebut Wolves.

c. Anggota Forum Off-Line PFSWL

Anggota PFSWL adalah semua orang yang berperan serta dalam segala kegiatan ataupun dalam setiap kopi darat. Diwakili oleh,

 Satria Budi P, Bendahara dan Koordinator Lapangan PFSWL

Satriya adalah orang yang bereperan menjaga kekompakan para anggota PFSWL pada saat di lapangan ataupun kopi darat.


(44)

2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh bukan langsung dari sumbernya. Dalam penelitain ini data sumber data sekunder yang dipakai adalah foto-foto, buku, arsip, dokumen tertulis lainnya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode dalam memperoleh data penelitian ini, peneliti lakukan melalui 3 (tiga) cara:

a. Indepht Interview (Wawancara Mendalam)

Wawancara mendalam (indepht interview) biasanya dilakukan secara tidak berstruktur. Wawancara mendalam adalah suatu cara mengunpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi tinggi atau berulang-ulang secara intensif (Kriyantono, 2010: 102).

Adapun wawancara mendalam ini dilakukan terhadap informan, yaitu :

1. Satriyo Wibowo (Ketua PFSWL)

Sebagai informan bagi penulis tentang, Ketua PFSWL berperan aktif dalam setiap kegiatan yang diadakan


(45)

oleh komunitas PFSWL, sehingga penulis menganggap ia banyak tahu mengenai pemanfaatan forum off-line oleh komunitas PFSWL

2. Fadilah Maulana Muhammad (Pendiri Group PFSWL dan Administrator)

Sebagai informan bagi penulis tentang, Fadil adalah orang yang mendirikan group Pasoepati From Solo With Love di facebook hingga terbentuk komunitas yang biasa juga disebut Wolves.

3. Anggota Forum Off-Line PFSWL

Anggota PFSWL adalah semua orang yang berperan serta dalam segala kegiatan ataupun dalam setiap kopi darat. Disini sumber informan bagi penulis, diwakili oleh:

 Satria Budi P (Bendahara dan Koordinator Lapangan PFSWL)

Satria adalah orang yang bertugas untuk menjaga kekompakan antar anggota di lapangan ketika bertemu atau kopi darat.


(46)

b. Observasi Partisipatif

Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2012:196).

Observasi partisipan adalah metode observasi di mana periset juga berfungsi sebagai partisipan, ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan kelompok yang diriset, apakah kehadirannya diketahui atau tidak (Kriyantono, 2010: 112).

Sugiyono (2012:197) memaparkan dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya.

Dalam observasi penulis akan menggunakan dua bentuk atau metode yaitu obervasi partisipasi moderat dan observasi anecdotal record. Penulis melakukan partisipasi moderat karena dalam observasi bentuk ini, dalam mengumpulkan data penulis melakukan observasi partisipatif


(47)

hanya dalam beberapa kegiatan dan tidak semuanya, Serta melakukan observasi anecdotal record yang dimana menggunakan catatan untuk mencatat perilaku yang khas, unik, dan penting yang dilakukan oleh subjek penelitian.

Dalam metode anecdotal record, peneliti juga dapat menafsirkan makna perilaku yang muncul menurut pendapat dan sudut pandang peneliti sepanjang penafsiran dan makna menurut peneliti berfungsi sebagai pendukung dari makna yang sebenarnya (Herdiansyah, 2012:134).

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah instrument pengumpulan data yang sering digunakan dalam berbagai metode pengumpulan data. Dokumen bisa berbentuk dokumen public atau dokumen privat. Dokumen public misalnya: berita-berita surat kabar, transkrip acara TV, dan lainnya. Dokumen privat misalnya: memo, surat-surat pribadi, dan lain-lain (Kriyantono, 2010: 120).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dokumen yang dibagi menjadi dua kategori, yaitu dokumen internal berupa foto-foto beserta video-video kegiatan, dan sebagainya.


(48)

Dokumen eksternal berupa informasi melalui koran, majalah, portal berita, dan lain sebagainya.

5. Teknik Penentuan Informan

Sesuai dengan metode penelitian kualitatif, maka teknik pengambilan sampel di dalam penelitian ini adalah jenis purposive sampling (Sampling Purposif). Teknik sampling purposif ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut, tidak dijadikan sampel (Kriyantono, 2010: 158).

Kriteria-kriteria tertentu yang dimaksud dalam pemilihan informan adalah dengan memilih orang-orang yang telah diketahui mempunyai pengetahuan, pengalaman, dan memahami tentang pemanfaatan forum offline dalam komunitas Pasoepati From Solo With Love.

Subjek penelitian akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai macam informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Penulis memiliki kecenderungan untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi secara mendalam serta dapat dipercaya menjadi sumber data yang tepat dan akurat.


(49)

Informan - informan yang menjadi sumber data bagi penelitian penulis, yaitu :

a. Satriyo Wibowo (Ketua PFSWL)

Ketua PFSWL berperan aktif dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh komunitas PFSWL, penulis melakukan wawancara tersebut dikarenakan ia banyak tahu mengenai pemanfaatan forum off-line serta agenda-agenda kegiatan lainnya dari komunitas PFSWL.

b. Fadilah Maulana Muhammad (Pendiri Group PFSWL dan Administrator)

Fadil adalah orang yang mendirikan group Pasoepati From Solo With Love di facebook hingga terbentuk komunitas yang biasa juga disebut Wolves. Penulis melakukan wawancara guna memperoleh informasi tentang sejarah terbentuknya komunitas wolves hingga isu-isu yang ada dalam komunitas PFSWL atau wolves.

c. Anggota Forum Off-Line PFSWL

Anggota PFSWL adalah semua orang yang berperan serta dalam segala kegiatan ataupun dalam setiap kopi darat, diwakili oleh :


(50)

 Satria Budi P, Bendahara dan Koordinator Lapangan PFSWL. Penulis melakukan wawancara dengan informan tersebut guna mendapat informasi yang lebih lengkap tentang kondisi anggota saat berkumpul dalam forum offline.

6. Validitas Data

Validitas data merupakan faktor yang penting dalam sebuah penelitian, karena sebelum data dianalisis terlebih dahulu harus mengalami pemeriksaan ataupun pengujian. Sehingga pada akhirnya data yang dihasilkan adalah data yang benar adanya dan tanpa rekayasa.

Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antar data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian (Sugiyono, 2012: 361).

Dalam validitas data penelitian ini, penulis menguji dengan triangulasi. Trianggulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan trianggulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang


(51)

sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data (Sugiyono, 2012: 327).

Dalam validitas data penelitian ini, penulis menguji dengan trianggulasi teknik, yang dimana peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan obervasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Berikut dibawah adalah bagan dari trianggulasi teknik :

Sumber Data Sama

Gambar 1.5. Bagan Trianggulasi “Teknik” pengumpulan data (bermacam-macam cara pada sumber yang sama) Sumber : Sugiyono, 2012: 328.

Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV Alfabeta

Observasi Partisipatif Wawancara Mendalam Dokumentasi


(52)

7. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai dilapangan. Dalam hal ini Nasution (1988) menyatakan analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya jika sampai mungkin, teori yang grounded. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data (Sugiyono, 2012: 333).

Menurut Kriyantono (2010: 196) tahap analisis data memegang peran penting dalam riset kualitatif, yaitu sebagai faktor utama penilaian kualitas tidaknya riset yang dilakukan.

Miles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data, yaitu data collection, data reduction, data display, dan conclusion drawing/ verification (Sugiyono, 2012: 334)


(53)

Berdasarkan bentuk di atas, peneliti bergerak diantara tiga komponen dengan komponen pengumpulan data selama proses penelitian berlangsung. Peneliti melakukan pengumpulan data kemudian bergerak diantara reduksi dan penyajian data hingga peneliti berhasil menarik kesimpulan. Interaktif yang terjalin berada pada proses reduksi data yang berhubungan langsung dalam penyajian data. Komponen-komponen dalam analisa data tersebut dijelaskan sebagai berikut :

a. Data collection (Pengumpulan Data)

langkah pengumpulan data ini sesuai dengan metode pengumpulan data yang telah diuraikan sebelumnya, yang terdiri dari Indepht Interview (wawancara mendalam), Data

collection

Conclusions: drawing/ verifying

Data display

Data reduction

Gambar 1.6 Analisis data (interactive model) Miles dan Huberman Sumber : Sugiyono, 2012: 335. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed


(54)

observasi partisipatif, dan analisa dokumen yang berhubungan dengan penelitian.

b. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

c. Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowcart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984) menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

d. Conclusion Drawing/ Verification (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi)

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan


(55)

verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Adapun tahapan analisis data dikombinasikan dengan tahap analisis data sebagai berikut :

1. Wawancara mendalam (indepht interview)

Pengolahan data wawancara mendalam menggunakan model grounded theory yaitu suatu model dalam penelitian kualitatif yang sistematis untuk melakukan analisis dan menyusun konsep data kualitatif. Pengodean (coding) yang berguna untuk memperinci, menyusun konsep, dan membahas kembali semuanya berdasarkan data yang sudah penulis dapatkan. Tantangan utama dalam model penelitian ini adalah ketelitian peneliti dan pada ketepatan memilih subjek penelitian.


(56)

Creswell (1998) menyebutkan beberapa tahapan proses analisis data wawancara sebagai berikut (Herdiansyah, 2012: 72-74) :

a. Open Coding

Dalam open coding, peneliti menyusun informasi kategori fenomena yang hendak di teliti dengan pemilihan informasi. Dalam setiap kategori, peneliti mencari dan menemukan beberapa properti atau sub-sub kategori dan memilah data untuk digolongkan kedalam dimensi-dimensinya.

Open coding berisi kegiatan memberi nama, mengkategorikan fenomena yang diteliti melalui proses penelaahan yang diteliti dan dilakukan secara teliti serta mendetail dengan tujuan untuk menemukan kategorisasi fenomena yang diteliti. Hasil akhir dari kegiatan ini adalah didapatkannya kategori-kategori umum (tema) yang mampu mempresentasikan sebanyak mungkin gejala atau fenomena yang diteliti.


(57)

b. Axial Coding

Axial Coding merupakan prosedur yang diarahkan untuk melihat keterkaitan antara kategori-kategori yang dihasilkan oleh open coding. Terdapat beberapa kondisi yang dapat digunakan untuk melihat saling keterkaitan tersebut, diantaranya adalah hal-hal berikut :

1. Kondisi yang menjadi penyebab. 2. Fenomena utama.

3. Konsekuensi atau hasil dari suatu aksi atau interaksi.

4. Aksi / interaksi / strategi untuk merespon atau menangani suatu fenomena.

5. Konteks atau situasi tertentu yang mempengaruhi terjadinya aksi, interaksi, atau strategi.

6. Structural condition yang memfasilitasi atau menghambat dikembangkan suatu strategi tertentu.


(58)

c. Selective Coding

Selective Coding merupakan satu proses untuk menyeleksi kategori pokok, kemudian secara sistematis menghubungkan dengan kategori yang lain seperti dokumentasi dan observasi. Proses ini secara langsung akan memvalidasi keterkaitan antara kategori yang berhasil diidentifikasi dalam suatu cerita atau narasi.

2. Observasi.

Peneliti akan melakukan observasi langsung terhadap komunitas dan group Pasoepati From Solo With Love. Dalam observasi penulis akan menggunakan dua bentuk atau metode yaitu obervasi partisipasi moderat dan observasi anecdotal record. Penulis melakukan partisipasi moderat karena dalam observasi bentuk ini, dalam mengumpulkan data penulis melakukan observasi partisipatif hanya dalam beberapa kegiatan dan tidak semuanya, Serta melakukan observasi anecdotal record yang dimana menggunakan catatan untuk mencatat perilaku yang khas, unik,


(59)

dan penting yang dilakukan oleh subjek penelitian. Catatan harus sedetail dan selengkap mungkin tanpa mengubah kronologisnya.

3. Dokumentasi.

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dari suatu keadaan dan kegiatan subjek penelitian. Dokumentasi diperlukan sebagai pelengkap yang dapat menguatkan data penelitian yang memiliki hubungan dengan tujuan penelitian dan interpretasi terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung.

G. Kerangka Pemikiran.

Kerangka dasar pemikiran digunakan sebagai dasar suatu landasan dalam pengembangan berbagai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini, serta hubungannya perumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Mengacu pada teori yang ada maka kerangka dasar pemikiran yang digunakan daalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(60)

60

Gambar 1.8

Skema Kerangka Pemikiran Attention

- Konflik antar suporter bola. - Teman – teman

pasoepati yang belum mempunyai wadah berkreatifitas. Interest - Fokus

mendukung klub kebanggaan Persis Solo. - Menyebar virus

perdamaian.

Desire - Ingin revolusi

citra baru suporter Indonesia dan untuk perdamaian antar suporter bola Action

- Launching Pasoepati Japan.

- DemoDualisme Persis Solo

- Dukung Indonesia dengan obor.

- Resik-resik halte BST. - Muter Solo dengan

Bis Werkudara bareng Bonek. DLL

On Line - Facebook - Fanspage

Off Line - Kopi Darat

(berkumpul, bertatap muka) Kesadaran akan pendukungan kesebelasan sepakbola yang


(1)

verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Adapun tahapan analisis data dikombinasikan dengan tahap analisis data sebagai berikut :

1. Wawancara mendalam (indepht interview)

Pengolahan data wawancara mendalam menggunakan model grounded theory yaitu suatu model dalam penelitian kualitatif yang sistematis untuk melakukan analisis dan menyusun konsep data kualitatif. Pengodean (coding) yang berguna untuk memperinci, menyusun konsep, dan membahas kembali semuanya berdasarkan data yang sudah penulis dapatkan. Tantangan utama dalam model penelitian ini adalah ketelitian peneliti dan pada ketepatan memilih subjek penelitian.


(2)

Creswell (1998) menyebutkan beberapa tahapan proses analisis data wawancara sebagai berikut (Herdiansyah, 2012: 72-74) :

a. Open Coding

Dalam open coding, peneliti menyusun informasi kategori fenomena yang hendak di teliti dengan pemilihan informasi. Dalam setiap kategori, peneliti mencari dan menemukan beberapa properti atau sub-sub kategori dan memilah data untuk digolongkan kedalam dimensi-dimensinya.

Open coding berisi kegiatan memberi nama, mengkategorikan fenomena yang diteliti melalui proses penelaahan yang diteliti dan dilakukan secara teliti serta mendetail dengan tujuan untuk menemukan kategorisasi fenomena yang diteliti. Hasil akhir dari kegiatan ini adalah didapatkannya kategori-kategori umum (tema) yang mampu mempresentasikan sebanyak mungkin gejala atau fenomena yang diteliti.


(3)

b. Axial Coding

Axial Coding merupakan prosedur yang diarahkan untuk melihat keterkaitan antara kategori-kategori yang dihasilkan oleh open coding. Terdapat beberapa kondisi yang dapat digunakan untuk melihat saling keterkaitan tersebut, diantaranya adalah hal-hal berikut :

1. Kondisi yang menjadi penyebab. 2. Fenomena utama.

3. Konsekuensi atau hasil dari suatu aksi atau interaksi.

4. Aksi / interaksi / strategi untuk merespon atau menangani suatu fenomena.

5. Konteks atau situasi tertentu yang mempengaruhi terjadinya aksi, interaksi, atau strategi.

6. Structural condition yang memfasilitasi atau menghambat dikembangkan suatu strategi tertentu.


(4)

c. Selective Coding

Selective Coding merupakan satu proses untuk menyeleksi kategori pokok, kemudian secara sistematis menghubungkan dengan kategori yang lain seperti dokumentasi dan observasi. Proses ini secara langsung akan memvalidasi keterkaitan antara kategori yang berhasil diidentifikasi dalam suatu cerita atau narasi.

2. Observasi.

Peneliti akan melakukan observasi langsung terhadap komunitas dan group Pasoepati From Solo With Love. Dalam observasi penulis akan menggunakan dua bentuk atau metode yaitu obervasi partisipasi moderat dan observasi anecdotal record. Penulis melakukan partisipasi moderat karena dalam observasi bentuk ini, dalam mengumpulkan data penulis melakukan observasi partisipatif hanya dalam beberapa kegiatan dan tidak semuanya, Serta melakukan observasi anecdotal record yang dimana menggunakan catatan untuk mencatat perilaku yang khas, unik,


(5)

dan penting yang dilakukan oleh subjek penelitian. Catatan harus sedetail dan selengkap mungkin tanpa mengubah kronologisnya.

3. Dokumentasi.

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dari suatu keadaan dan kegiatan subjek penelitian. Dokumentasi diperlukan sebagai pelengkap yang dapat menguatkan data penelitian yang memiliki hubungan dengan tujuan penelitian dan interpretasi terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung.

G. Kerangka Pemikiran.

Kerangka dasar pemikiran digunakan sebagai dasar suatu landasan dalam pengembangan berbagai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini, serta hubungannya perumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Mengacu pada teori yang ada maka kerangka dasar pemikiran yang digunakan daalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(6)

60

Gambar 1.8

Skema Kerangka Pemikiran Attention

- Konflik antar suporter bola. - Teman – teman

pasoepati yang belum mempunyai wadah berkreatifitas. Interest - Fokus

mendukung klub kebanggaan Persis Solo. - Menyebar virus

perdamaian.

Desire - Ingin revolusi

citra baru suporter Indonesia dan untuk perdamaian antar suporter bola Action

- Launching Pasoepati Japan.

- DemoDualisme Persis Solo

- Dukung Indonesia dengan obor.

- Resik-resik halte BST. - Muter Solo dengan

Bis Werkudara bareng Bonek. DLL

On Line - Facebook - Fanspage

Off Line - Kopi Darat

(berkumpul, bertatap muka) Kesadaran akan pendukungan kesebelasan sepakbola yang


Dokumen yang terkait

NEGOSIASI GENDER SRIKANDI PASOEPATI (Studi Deskriptif Kualitatif Negosiasi Gender Anggota Srikandi Pasoepati Negotiations Gender Srikandi Pasoepati (Study Descriptive Kualitatif Negotiations Gender Members Srikandi Pasopati in Support of Persis Solo).

0 2 10

NEGOSIASI GENDER SRIKANDI PASOEPATI (Studi Deskriptif Kualitatif Negosiasi Gender Anggota Srikandi Pasoepati Negotiations Gender Srikandi Pasoepati (Study Descriptive Kualitatif Negotiations Gender Members Srikandi Pasopati in Support of Persis Solo).

0 2 12

BAB 1 PENDAHULUAN Strategi Komunikasi Pemasaran Berbasis Internet Produk “Batik Guitar’s Solo” (Studi Kualitatif Komunikasi Pemasaran Produk Batik Guitar’s Solo Melalui Facebook dan Twitter).

1 10 38

BAB 1 PENDAHULUAN Komunikasi Pemasaran Terpadu Roti Ganep (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Pemasaran Terpadu Perusahaan Roti Ganep Solo).

1 4 33

Studi Kualitatif Komunikasi Kelompok Pasoepati From Solo With Love Dalam Membangun Perilaku Cinta Damai Studi Kualitatif Komunikasi Kelompok Pasoepati From Solo With Love Dalam Membangun Perilaku Cinta Damai.

0 1 15

Studi Kualitatif Komunikasi Kelompok Pasoepati From Solo With Love Dalam Membangun Perilaku Cinta Damai Studi Kualitatif Komunikasi Kelompok Pasoepati From Solo With Love Dalam Membangun Perilaku Cinta Damai.

0 1 13

PENDAHULUAN Konstruksi Identitas Suporter Ultras di Kota Solo (Studi Fenomenologi terhadap Kelompok Suporter Pasoepati Ultras).

0 3 48

STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF STRATEGI PUBLIC RELATIONS THE SUNAN HOTEL SOLO DALAM MEMBANGUN Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Public Relation The Suan Hotel Solo dalam Membangun Corporate Image Tahun 2011.

0 1 13

PENDAHULUAN Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Public Relation The Suan Hotel Solo dalam Membangun Corporate Image Tahun 2011.

0 2 5

STUDI TINGKAT KEPUASAN DI KALANGAN KELOMPOK SUPORTER PASOEPATI DALAM MENGGUNAKAN WEBSITE SAMBERNYAWA.COM DI KOTA SOLO.

0 1 10