EFEK MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBASIS KOLABORASI DENGAN MEDIA FLASH TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF TINGKAT TINGGI FISIKA SISWA SMA.

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY

BERBASIS KOLABORASI DENGAN MEDIA FLASH

TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS

DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF TINGGI

FISIKA SISWA SMA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

ERNA PARDEDE

NIM : 8136176010

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

Erna Pardede (NIM : 8136176010) “Efek Model Pembelajaran Guided Discovery Berbasis Kolaborasi Dengan Media Flash Terhadap Keterampilan

Proses Sains Dan Hasil Belajar Kognitif Tingkat Tinggi Fisika Siswa SMA” Penelitian ini bertujuan menentukan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan prsoses sains siswa yang diajar dengan model pembelajaran

guided discovery berbasis kolaborasi menggunakan media flash dengan

pembelajaran konvensional, apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi menggunakan media flash dengan pembelajaran konvensional, apakah terdapat korelasi keterampilan

proses sains siswa dengan hasil belajar kognitif tingkat tinggi pada kelas yang diberikan pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi menggunakan media flash. Populasi penelitian adalah seluruh SMA Negeri yang memiliki kurikulum,

materi ajar, tingkat kelas yang sama. Sampel dalam penelitian ini diambil secara

cluster random sampling, yaitu SMA Negeri 12 Medan sebanyak 2 kelas

berjumlah 82 orang. Kelas eksperimen diberi pembelajaran dengan model pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi menggunakan media flash,

kelas kontrol diberikan model pembelajaran konvensional. Teknik analisis data menggunakan Uji Independent T-Test dan uji korelasi dengan SPSS 17 for

windows pada taraf signifikansi α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa yang diberikan model pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi

menggunakan media flash dengan pembelajaran konvensional, dari hasil ini dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi

menggunakan media flash lebih baik dalam meningkatkan keterampilan proses

sains siswa, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitif tinggi siswa yang diberikan pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi

menggunakan media flash dengan pembelajaran konvensional, dari hasil ini dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi

menggunakan media flash lebih baik dalam meningkatkan kemampuan kognitif

tinggi siswa,dan terdapat korelasi keterampilan proses sains siswa dengan hasil

belajar kognitif tingkat tinggi pada kelas yang diberikan pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi menggunakan media flash.

Kata Kunci : Guided Discovery, media flash, kolaborasi, keterampilan proses


(6)

ii ABSTRACT

Pardede, Erna (Reg. Number: 8136176010) “The Effect of Collaboration Based Guided Discovery Learning Model Collaboration Based Using Flash Media on Science Process Skill and High Level Cognitive Learning Result of Physics on Senior High Students.

This research aimed to determine is there any significant differences between Students’ Science Process Skill taught by using Collaboration Based Guided Discovery Technique using Flash Media with conventional learning, is there any significant differences between high level cognitive learning result of physics on students taught by using Collaboration Based Guided Discovery Technique using Flash Media with conventional learning and is there any correlations between students’ science process skill with high level cognitive learning result to the class taught by using Collaboration Based Guided Discovery Technique using Flash Media with conventional learning. The population of the research were all State Senior High students who already had curriculum, teaching material, and the same class level. The sample of the research was taken by using cluster random sampling from around 2 classes of State Senior High School 12 Medan consisting of 82 students. Experimental class was taught by using Based Guided Discovery Technique using Flash Media. Meanwhile control class was taught by using conventional teaching technique. The data analyis technique used independent T-test and correlation T-test with SPSS 17 for Windows at the significance level α = 0.05. The result of the research showed that there were significant differences between students’ science process skill taught by using Collaboration Based Guided Discovery Technique using Flash Media with conventional learning, there were significant differences between high level cognitive learning result of physics on students taught by using Flash Media with conventional technique, and there was correlations between science process skill of students with high level cognitive learning result on the class taught by using Based Guided Discovery Technique using Flash Media.

Key words : guided discovery learning, flash media, collaboration ,science process skill and high level cognitive learning


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Yesus Kristus karena berkat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaiakan tesis ini yang berjudul “Efek Model Pembelajaran Guided Discovery Berbasis Kolaborasi Dengan Media Flash

Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Kognitif Tingkat Tinggi Fisika Siswa SMA”

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimaksih yang sedalam-dalamnya pada semua pihak yang telah membantu dalam myelesaikan tesis ini. Ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Motlan, M,Sc, Ph.D sebagai pembimbing I dan kepada Ibu Prof.Dr.Retno Dwi Suyanti, M.Si, sebagai pembimbing II yang tidak henti-hentinya memeberi pengarahan dan bimbingan kepada penulis dari awal sampai selesainya penulisan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen narasumber yaitu kepada bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M sekaligus sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Pasca Sarjana Unimed, kepada Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan kepada Bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si atas saran-saran dan pengetahuan yang diberikan dalam menyelesaikan penulisan tesis ini dan kepada Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED serta Seluruh pegawai Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan kemudahan dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Jasmen Tampubolon, M.Si sebagai Kepala Sekolah SMA Negeri 12 Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang bersangkutan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman seperjuangan prodi pendidikan fisika Kelas B1 (Bapak Alex Sihite, Ibu Albina Hutagaol, Ibu Aplia Lolita Sari, Ibu Dewi Purnama Sari, Bapak Israel Sigalingging, Ibu Erni Kusirini Sitinjak, Fitri Mawadah Lubis, Bapak Irsan Berutu, Meri Pinta Ulin, Merliana Sinaga, Nesti Prianti Nababan, Ibu Noverianti Hutapea, Ricca Fitria, Suster Rumentauli Simalango, Ruth Sigalingging, Ibu Siti Aminah Lubis, Ibu Srimila, Sudirman Lumban


(8)

iv

Gaol, Ibu Yunisa Dwi Jayati) dan secara khusus terimakasihku kepada teman saya Dina Fernata Purba, M.Pd yang telah memberi motivasi dan dorongan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Semoga kebersamaan dan kekeluargaan yang kita lalui selalu terjaga.

Teristimewa penulis sampaikan buat Ibunda tercinta, R. Hutasoit, tetap mengenangmu Ayahanda Almarhum M. Pardede, dan terimaksihku kepada adinda terkasih Renova Pardede, Anto Simanjuntak, Rivai Pardede, Kusmitra yang telah memberikan doa dan dukungan moral maupun materil kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini tepat waktu. Secara khusus buat suami tercinta Fernando Simanjuntak, S.T, yang telah banyak memberikan dukungan, semangat juga doa kepada penulis dalam penulisan tesis ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam upaya penyelesaian tesis ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dari segi isi maupun bahasa. Untuk itu penulis selalu menerima saran dan kritik yang bersifat mambangun sehingga membuat tesis ini menjadi lebih sempurna. Akhir kata penulis berharap bahwa tesis ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca dan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan. Amin.

Medan, Juli 2015 Penulis,

Erna Pardede NIM. 8136176010


(9)

v

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Batasan Masalah ... 9

1.4 Rumusan Masalah ... 10

1.5 Tujuan Penelitian ... 11

1.6 Manfaat Penelitian ... 11

1.7 Defenisi Operasional ... 12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1 KerangkaTeoritis... 14

2.1.1 Pengertian Pembelajaran ... 14

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar ... 17

2.1.3 Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) ... 20

2.1.4 Guided Discovery Learning ... 25

2.1.5 Pembelajaran Kolaborasi ... 29

2.1.6 Keterampilan Proses Sains ... 33

2.1.7 Media Pembelajaran ... 37

2.1.8 Media Flash ... 39

2.1.9 Pembelajaran Guided Discovery Berbasis Kolaborasi Dengan Media Flash ... 39

2.1.10 Pembelajaran Konvensional ... 42

2.1.11 Teori Belajar Kontruktivisme ... 43

2.1.12 Teori Belajar Kontruktivisme Jean Piaget. ... 44

2.1.13 Teori Belajar Kontruktivisme Vygotsky. ... 46

2.1.14 Teori Belajar Kontruktivisme Brunner. ... 47

2.1.15 Penelitian Relevan ... 48

2.2. Kerangka Konseptual ... 50

2.3. Hipotesis Penelitian ... 54

BAB III. METODE PENELITIAN ... 55

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 55

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 55

3.3 Rancangan danVariabel Penelitian ... 56

3.3.1 Desain Penelitian ... 56

3.3.2 Variabel Penelitian ... 57

3.4 Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian ... 58

3.5 Teknik Pegumpulan Data ... 61

3.6 Uji Coba Instrumen Peelitian ... 61

3.6.1 Validitas tes ... 61


(10)

vi

3.7 Teknik Analisis Data ... 64

3.7.1 Menghitung Rata-rata ... 64

3.7.2 Menghitung Simpangan Baku ... 64

3.7.3 Pengujian Normalitas Data ... 65

3.7.4 Homogenitas Data ... 66

3.7.5 Pengujian Hipotesis ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69

4.1 Analisis Data Instrument Tes ... 69

4.1.1 Validitas Tes ... 69

4.1.2 Realibitas Tes ... 70

4.2 Deskripsi Data Hasil Belajar ... 70

4.3 Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 72

4.3.1 Uji Normalitas Data ... 73

4.3.2 Uji Homogenesis Data ... 77

4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 79

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 84

4.6 Keterbatasan Penelitian ... 91

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 94

5.1 Simpulan... 94

5.2 Saran ... 95


(11)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Komponen dan proses belajar dengan metode penemuan ... 23 Gambar 2.2 Tahapan pembelajaran guided discovery secara umum ... 24 Gambar 4.1 Grafik Nilai Rata-Rata Pre-test dan Post-test KPS ... 56 Gambar 4.2 Grafik Nilai Rata-Rata Pre-test dan Post-test Kemampuan Kognitif Tinggi Siswa ... 56 Gambar 3.1 Bagan alur pelaksanaan penelitian ... 56 Gambar 3.1 Bagan alur pelaksanaan penelitian ... 56


(12)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Revisi taksonomi Bloom ... 18

Tabel 2.2 Pengetian DimensiKognitf ... 19

Tabel 2.3 Jenis Pembelajaran Penemuan ... 23

Tabel 2.4 Tahap pelaksanaan pembelajaran Guided Discovery ... 25

Tabel 2.5 Hasil penelitian yang berkaitan dengan Guided Discovery ... 43

Tabel 3.1.Desain Penelitian... 50

Tabel 3.2 RancanganPenelitian ... 51

Tabel 4.1 Deskriptif Statistik Nilai Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa ... 68

Tabel 4.2 Deskriptif Statistik Pre-test Kemampuan Kognitif Tinggi Siswa .... 68

Tabel 4.3 Uji Normalitas Data Pre-test Keterampilan Proses Sains ... 68

Tabel 4.4 Uji Normalitas Data Pre-test Kemampuan Kognitif Tinggi ... 70

Tabel 4.5 Uji Normalitas Post-test Keterampilan Proses Sains ... 70

Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Post-test Kemampuan Kognitif Tinggi... 71

Tabel 4.7 Uji Homogenitas Data Pre-test Keterampilan Proses Sains ... 72

Tabel 4.8 Uji Homogenitas Data Pre-test Kemampuan Kognitif Tinggi ... 73

Tabel 4.9 Uji Homogenitas Data Post-test Keterampilan Proses Sains ... 73

Tabel 4.10 Uji Homogenitas Data Post-test Kemampuan Kognitif Tinggi ... 74

Tabel 4.11 Uji t Dua Pihak Data Post-Test Keterampilan Proses Sains ... 74

Tabel 4.12 Uji t Dua Pihak Data Post-Test Kemampuan Kognitif Tinggi ... 75


(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ... 100

Lampiran 2 Perangkat Pembelajaran ... 101

Lampiran 3 Instrumen Penelitian ... 142

Lampiran 4 Validitas dan reabilitas data ... 153


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya meningkatkan kualitas individu, secara langsung atau tidak langsung untuk menopang dan mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam rangka mensukseskan pembangunan yang sejalan dengan kebutuhan manusia. Hal ini sejalan dengan Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Depdiknas, 2013).

Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam kehidupan, terlebih di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang dengan pesat saat ini. Fisika tidak hanya memberikan sumbangan yang nyata terhadap perkembangan teknologi melainkan juga mendidik siswa untuk memiliki sikap intelektual dan religi dalam kehidupan.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat cepat dan bersifat global memengaruhi hampir seluruh kehidupan manusia diberbagai bidang. Manusia dituntut berusaha tahu banyak ( knowing much), berbuat banyak ( doing much),

mencapai keunggulan ( being exelence), menjalin hubungan dan kerjasama

dengan orang lain ( being sociable), serta berusaha memegang teguh nilai-nilai


(15)

2

harus ditingkatkan melalui peningkatan mutu pelajaran disekolah untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk memberikan materi pelajaran saja, tetapi menekankan bagaimana siswa untuk menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri sehingga siswa dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skill) dan siap untuk memecahkan

masalah yang dihadapi dalam kehidupan.

Indikator yang menunjukkan mutu pendidikan di tanah air cenderung masih rendah adalah hasil penilaian internasional tentang prestasi siswa. Survei

Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2003

menempatkan Indonesia pada peringkat 34 dari 45 negara, walaupun rata-rata skor naik menjadi 411 dibandingkan 403 pada tahun 1999, kenaikan tersebut secara statistik tidak signifikan, dan skor itu masih di bawah rata-rata untuk wilayah ASEAN. Prestasi itu bahkan relatif lebih buruk pada Programme for International Student Assessment (PISA), yang mengukur kemampuan anak usia

15 tahun dalam literasi membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan. Program yang diukur setiap tiga tahun, pada tahun 2003 menempatkan Indonesia pada peringkat 2 terendah dari 40 negara sampel, yaitu hanya satu peringkat lebih tinggi dari Tunisia.

Indonesia mengikuti TIMSS pada tahun 1999, 2003, 2007 dan 2011. PISA tahun 2000, 2003, 2006, 2009 dengan hasil tidak menunjukkan banyak perubahan pada setiap keikutsertaan. Pada PISA tahun 2009, Indonesia hanya menduduki rangking 61 dari 65 peserta dengan rata skor 371 sementara rata-rata skor internasional adalah 496. Prestasi pada TIMSS 2007 lebih memprihatinkan lagi, karena rata-rata skor siswa kelas 8 kita menurun menjadi


(16)

3

405, dibanding tahun 2003 yaitu 411. Rangking Indonesia pada TIMSS tahun 2007 menjadi rangking 36 dari 49 negara. (Depdiknas, 2011). Tahun 2011 Indonesia peringkat 38 dari 42 negara dengan skor rata-rata 386 sedangkan skor internasional 500. (Ahmad, 2014).

Hasil study TIMSS dan PISA ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dan pengetahuan kognitif tingkat tinggi siswa Indonesia masih rendah. Siswa belum memiliki kemampuan menyelesaikan masalah yang dituntut berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir yang dikembangkan sebaiknya sudah menjangkau keterampilan berpikir tingkat tinggi atau dikenal dengan istilah Higher Order Thinking Skill (HOTS) dan kemampuan

kognitif tingkat tinggi atau dikenal dengan istilah Higher Order Cognitive level (HOCL) yang jika ditinjau dari ranah kognitif pada Taksonomi Bloom revisi

Anderson , berada pada level menganalisis, mengevaluasi dan berkreasi.

Belajar sains merupakan suatu proses yang dapat memberikan sejumlah pengalaman kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka menggunakan pengetahuan sains tersebut. Hakekatnya sains termasuk fisika dipandang sebagai proses, produk dan sikap. Pembelajaran fisika perlu dikembangkan berdasarkan hakekatnya sendiri. Fisika merupakan salah satu ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari solusi atas berbagai pertanyaan tentang gejala-gejala alam.

Hasil studi pendahuluan di SMA Negeri 12 Medan, guru masih lebih banyak menerapkan pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru yaitu metode belajar ceramah dan diskusi, dan penilaian yang dilakukan juga masih mengacu kepada pengetahuan sedangkan keterampilan dan sikap masih kurang.


(17)

4

Nilai pengetahuan dari ulangan fisika siswa di sekolah tersebut juga masih rendah dan pada umumnya di bawah KKM (kriteria ketuntasan minimal ) yaitu 75 untuk pelajaran fisika.

Pembelajaran yang dilakukan jarang menggunakan media tertentu. Kegiatan praktikum melatih keterampilan proses sains siswa jarang dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Proses belajar mengajar mengutamakan ketuntasan materi dan kurang mengoptimalkan aktivitas belajar siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang berhubungan dengan pelajaran. Guru mengajar fisika lebih menekankan pada perumusan matematis dan kurang melibatkan pengamatan oleh siswa untuk menemukan sendiri walaupun pembelajaran dengan metode diskusi sehingga siswa merasa kesulitan memahami konsep fisika yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan pada umumnya siswa tidak menyukai pelajaran fisika.

Hasil belajar tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kualitas pembelajaran. Membangun kompetensi siswa pada suatu mata pelajaran, harusnya menekankan pada apa yang siswa kerjakan, bukan apa yang akan diketahui. Kenyataannya masih lebih banyak guru mengajar teori saja, mengkontruksi pengetahuan siswa dengan memberikan tugas mengerjakan LKS dan melakukan evaluasi belajar dengan memberikan soal-soal yang menekankan pada daya ingat. Berdasarkan hasil uji kompetensi guru SMA oleh pusat kurikulum dan sistem pengujian Balitbang Depdiknas, diperoleh rata-rata penguasaan kurikulum sebesar 4,33 dan rata-rata penguasaan pelajaran fisika 4,86 sedangkan guru SMP rata-rata penguasaan kurikulum 4,17 dan rata-rata penguasaan materi pelajaran fisika 6,64 pada skala 10, (Holden, 2013).


(18)

5

Guru fisika dengan kompetensi yang dimilikinya diharapkan mampu memilih pembelajaran yang tepat, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan serta mencapai hasil belajar yang optimal. Fisika adalah bagian dari sains yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam. Salah satu pembelajaran yang dapat digunakan adalah guided discovery learning

atau pembelajaran dengan penemuan terbimbing. Pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery) merupakan pembelajaran yang melatih dan

membimbing siswa untuk belajar, memperoleh pengetahuan, dan membangun konsep-konsep yang mereka temukan untuk diri mereka sendiri. Discovery

adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Pembelajaran discovery

merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru untuk lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri, (Sani, 2013).

Discovery learning sebuah model pengajaran yang menekankan

pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui proses penemuan pribadi.

Discovery learning menekankan pada pengalaman belajar aktif yang berpusat

pada anak-anak, yang anaknya menemukan ide-idenya sendiri dan mengambil maknanya sendiri, (Arends, 2008).

Penelitian (Fathur,dkk ,2012), menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran discovery terbimbing dapat meningkatkan berpikir kreatif siswa.


(19)

6

discovery dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. (Afifah, dkk,

2014) menyimpulkan pembelajaran guided discovery dengan media question cards bervisi SETS dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa.

(Rahmawati Y,dkk, 2014), menyimpulkan pembelajaran berbasis guided discovery dengan pendekatan SAVI lebih efektif untuk meningkatkan hasil

belajar matematika siswa dibandingkan dengan metode yang biasa diterapkan oleh guru pada materi peluang.

Penelitian (Khasnis, dkk, 2011), hasil belajar menggunakan metode guided discovery lebih tinggi daripada metode konvensional, dan metode guided discovery dapat mengembangkan berpikir kreatif siswa. (Alex,dkk, 2013)

menyimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika yang diberi metode guided discovery daripada menggunakan pembelajaran

konvensional. Selanjutnya (Mirasi, dkk, 2013) menyatakan rata-rata hasil belajar dengan menggunakan metode guided discovery lebih tinggi daripada rata-rata

hasil belajar metode pembelajaran lain.

Kegiatan belajar-mengajar dengan menggunakan pembelajaran guided discovery menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat

peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri. Mengaplikasikan pembelajaran guided discovery, guru yang berperan sebagai pembimbing dengan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Penelitian ini mengarahkan siswa untuk memiliki pengetahuan, melatih keterampilan dan memiliki sikap yang baik. Keterampilan


(20)

7

dalam hal ini adalah Keterampilan Proses Sains. Keterampilan Proses Sains merupakan keterampilan yang dimiliki dalam melakukan penyelidikan ilmiah.

Keterampilan Proses Sains merupakan seperangkat kemampuan yang dipindahkan sesuai dengan banyak disiplin ilmu yang mencerminkan sifat ilmuan, (Kumari, 2008). Proses pembelajaran diusahakan agar siswa memperoleh pengetahuan dari pengalaman sendiri, melakukan penyelidikan ilmiah, melatih kemampuan-kemampuan intelektualnya, dan merangsang keingintahuan serta dapat memotivasi kemampuannya untuk meningkatkan pengetahuan yang baru diperolehnya. Siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap serta nilai yang dituntut melalui pengembangan keterampilan proses sains. Penelitian (Riantinio dan Wasis, 2014) menyimpulkan keterampilan berfikir kritis siswa pada materi elastisitas mengalami peningkatan yang signifikan setelah diberi perlakuan pembelajaran berorientasi keterampilan proses sains dengan model guided discovery. (Ilmi,dkk,2012) menyimpulkan ada pengaruh yang signifikan

penerapan metode guided discovery terhadap keterampilan proses sains siswa

kelas X SMA Negeri 1 Teras Boyolali.

Guru fisika harus tahu bagaimana menumbuhkan kemampuan siswa yang akan dijadikan sebagai dasar yang diperlukan untuk hidup mandiri secara sosial dan memiliki keterampilan kerja, maka dalam penelitian ini digunakan pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi. Kolaborasi pembelajaran

memfasilitasi keberhasilan siswa menyerab informasi dan pengetahuan yang dapat ditentukan oleh keatifan siswa selama proses belajar mengajar dan transfer pengetahuan tidak lagi berorientasi pada guru tetapi pada keterlibatan aktif antar


(21)

8

siswa selama proses belajar-mengajar. Pembelajaran kolaborasi menuntun siswa saling belajar dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari.

Pembelajaran kolaborasi adalah situasi dimana terdapat dua atau lebih orang belajar atau berusaha untuk belajar sesuatu secara bersama-sama, tidak seperti belajar sendirian, orang yang terlibat dalam pembelajaran kolaborasi memanfaatkan sumber daya dan keterampilan satu sama lain, meminta informasi satu sama lain, mengevaluasi ide-ide satu sama lain dan memantau pekerjaan satu sama lain. Pembelajaran kolaborasi mengacu pada lingkungan dan metodologi kegiatan peserta didik melakukan tugas umum di mana setiap individu tergantung dan bertanggung jawab satu sama lain, hal ini juga termasuk percakapan dengan tatap muka dan diskusi. Penelitian (Azis,dkk, 2013) menyimpulkan pembelajaran kolaboratif yang diterapkan telah berhasil meningkatkan aktifitas belajar siswa.

Seiring berjalannya waktu, teknologi informasi mengalami perkembangan cukup pesat, yang menawarkan beberapa altternatif media pembelajaran untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran seperti pembelajaran berbasis web, flash,

power – point, yang dapat mendukung dan memudahkan proses belajar-mengajar di kelas. Media pembelajaran adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pelajaran yang bermaksud mempertinggi kegiatan belajar-mengajar dalam segi mutu, (Santoso dalam Hosnan,2013).

Selanjutnya (Hamalik dalam Hosnan,2013) menyatakan media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang dipergunakan dalam rangka mengaktifkan komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran. Hasil penelitian tentang pemanfaatan media pembelajaran oleh (Hasibuan, 2012) yang menyimpulkan hasil pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran


(22)

9

guided discovery menggunakan macromedia flash dapat meningkatkan

kecerdasan logik matematik dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul Efek Model Pembelajaran Guided Discovery Berbasis Kolaborasi Dengan Media Flash Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Kognitif Tingkat Tinggi Fisika Siswa SMA ”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah penelitian sebagai berikut:

1. Pembelajaran yang dilakukan di kelas masih pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru

2. Kegiatan praktikum jarang dilaksanakan sehingga keterampilan proses sains menjadi pasif dan kurang terlihat

3. Siswa kesulitan belajar fisika dan tidak menyukai pelajaran fisika disebabkan guru mengajar lebih banyak mengajar menggunakan pendekatan matematika (rumus –rumus)

4. Guru jarang menggunakan media pembelajaran.

5. Hasil belajar belum maksimal, rata-rata di bawah kriteria ketuntasan minimal.

1.3. Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan yang ada pada peneliti, baik dari segi kemampuan, waktu dan biaya maka penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup yang dapat


(23)

10

dijangkau oleh peneliti. Batasan masalah dalam penelitian ini agar lebih terarah adalah

1. Pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi

2. Media pembelajaran yang digunakan media flash yang sudah tersedia dan

sesuai dengan pokok materi fluida statis

3. Hasil belajar dibatasi pada pengetahuan taksonomi Bloom revisi Anderson tingkat tinggi materi Fluida Statis, dan keterampilan proses sains siswa.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang diuraikan di atas, maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan antara keterampilan prsoses sains siswa yang diajar dengan pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi

menggunakan media flash dengan pembelajaran konvensional?

2. Apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar kognitif tingkat tinggi fisika siswa yang diajar dengan pembelajaran guided discovery berbasis

kolaborasi menggunakan media flash dengan pembelajaran konvensional ?

3. Apakah terdapat korelasi keterampilan proses sains siswa dengan hasil belajar kognitif tingkat tinggi pada kelas yang diberikan pembelajaran guided discovery?


(24)

11

1.5.Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara

keterampilan prsoses sains siswa yang diajar dengan pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi menggunakan media flash dengan

pembelajaran konvensional

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar hasil belajar kognitif tingkat tinggi fisika siswa yang diajar dengan pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi menggunakan media flash dengan pembelajaran konvensional.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat korelasi keterampilan proses sains siswa dengan hasil belajar kognitif tingkat tinggi pada kelas yang diberikan pembelajaran guided discovery.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat teoritis

a. sebagai referensi, bahan pertimbangan, landasan empiris maupun kerangka acuan bagi peneliti lanjutan yang berminat dalam mendalami permasalahan yang sama yaitu penerapan pembelajaran guided discovery


(25)

12

b. memperkaya ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran guided discovery dan

pengaruhnya terhadap peningkatan hasil belajar fisika siswa

2. Manfaat Praktis, sebagai bahan pertimbangan bagi guru melakukan inovasi dan mencari solusi tentang masalah-masalah pelajaran yang berhubungan dengan peningkatan hasil belajar fisika siswa

1.7. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan suatu defenisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel, dan yang dimaksud dalam penelitian ini :

1. Guided discovery learning sebuah model pembelajaran yang menekankan

pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui proses penemuan pribadi. Guided Discovery learning menekankan pada

pengalaman belajar aktif yang berpusat pada anak-anak, yang anaknya menemukan ide-idenya sendiri dan mengambil maknanya sendiri, (Arends, 2008).

2. Keterampilan proses sains merupakan seperangkat kemampuan yang dipindahkan sesuai dengan banyak disiplin ilmu yang mencerminkan sifat ilmuan, (Kumari, 2008). Keterampilan proses sains yang dinilai dan digunakan dalam penelitian ini adalah keterampilan proses sains dasar meliputi keterampilan mengamati, keterampilan menyimpulkan, keterampilan


(26)

13

mengelompokkan, keterampilan mengukur, keterampilan memprediksi dan keterampilan mengkomunikasikan.

3. Hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya, (Gagne dalam Dahar,2011).


(27)

95

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian yang

telah diuraikan pada Bab IV, maka diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa

yang diberikan model pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi

menggunakan media flash dengan pembelajaran konvensional, dari hasil ini

dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran guided discovery berbasis

kolaborasi menggunakan media flash lebih baik dalam meningkatkan

keterampilan proses sains siswa.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitif tinggi siswa

yang diberikan pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi

menggunakan media flash dengan pembelajaran konvensional, dari hasil ini

dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran guided discovery berbasis

kolaborasi menggunakan media flash lebih baik dalam meningkatkan

kemampuan kognitif tinggi siswa.

3. Terdapat korelasi yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa

dengan hasil belajar kognitif tingkat tinggi pada kelas yang diberikan


(28)

96

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, maka sesuai

dengan hasil penelitian yang didapatkan, peneliti memberikan saran sebagai

berikut:

1. Model pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi dengan mendia

flash dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan

keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif tingkat tinggi siswa.

2. Pemilihan simulasi media flash tidak hanya menekankan kesesuaian simulasi

dan konsep, perlunya pertimbangan akan sampainya pesan simulasi media

flash terhadap pengguna.

3. Hendaknya dalam pembelajaran fisika guru tidak hanya sekedar mentransfer

konsep-konsep fisika, akan tetapi memikirkan dan melaksanakan bagaimana

proses konsep-konsep itu terjadi, dipahami, dikuasai dan dipraktekkan oleh


(29)

97

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, R., Rusilowati, A., Supriyadi, (2014) Keefektifan Model Pembelajaran Guided Discovery Dengan Media Question Bervisi SETS Dalam Membelajarkan Kebencanaan Alam Terintegrasi Dalam Ipa,Unnes Physics Education Journal, 2014, 6-11.

Alex, A., M., Fajemidagba, Olubusuyi M., (2013) Guided-discovery Learning Strategy and Senior School Students Performance in Mathematics in Ejigbo, Nigeria, Journal of Education and Practice Vol.4, No.12, 2013, 82-86. Ahmad, Z., (2014) Perbandingan PeningkatanKemampuan Koneksi Matematisi

Siswa SMP Antara Yang Mendapatkan Pembelajaran Dengan Menggunakan Strategi Konflik Kognitif Piaget Dan Hasweh, Bandung : UPI, 1-2.

Arends, (2008), Learning to Teach,Jilid 2, Yogyakarta :Pustaka Pelajar Arikunto, S., (2001), Dasar-DasarEvaluasiPendidikan, Jakarta: Bumi Aksara Azis, A., A., Adnan, Muis, A., Taiyeb, M., Faisal., (2013), Penerapan

Pembelajaran Kolaboratif Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas XI IPA 3 Melalui Lesson Study Berbasis Sekolah Di SMA N 8 Makassar, Makassar : UNM.

Castranova, J.A.,(2002) Discovery Learning for the 21st Century: What is it and how does it compare to traditional learning in effectiveness in the 21st

Century? http://www.googlewebligt.com, diakses tanggal 20 januari 2015

Dahar, R.W, (2006), Teori-TeoriBelajar, Jakarta : Erlangga

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum 2006 StandarKompetensi

Mata Pelajaran Sains Sekolah Menengah Pertama http://www.puskur.com,

diakses tanggal 20 Januari 2015

Departemen Pendidikan Nasional.(2014). Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013,.Jakarta :Depdiknas

Fathur, Rohim, Susanto, H., Elianawati, (2012) Penerapan Model Discovery Terbimbing Pada Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, Unnes Physics Education Journal, 2012. 1-5.

Hamalik, O., (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Harlen, W., (1992),Unesco Sourcebook For Science In the Primary School, Unesco, France.


(30)

98

Dengan Menggunakan Macromedia Flash Dikaitkan Dengan Kecerdasan Logik Matematis Terhadap Hasil Belajar Fisika SMAN 1 Kota Subulussalam, Medan :Universitas Negeri Medan

Holden, D., (2013) Efek Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Rill Dan Laboratorium Virtual Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Methodist 1 Medan, Medan : Universitas Negeri Medan

Hosnan, M. (2014), Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21,, Jakarta:Ghalia Indonesia

Ilmi A.N. (2012), Pengaruh Penerapan Pembelajaran Guided Discovery Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Teras Boyolali tahun Pelajaran 2011/2012.Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 2, Mei 2012, 44-52.

Istarani, (2012). Model Pembelajaran Inovatif, Medan : CV Iscom Medan.

Khasnis, B.Y., Aithal, M., (2011), Guided Discovery Method A Remedial Measure In Mathematics. International Referred Research Journal, Vol 2, 2011, 21-22.

Kumari, U., N., Rao, D., B., (2008) Science Process Skill Of Students, Discovering, New Delhi : Publishing House PVT.LTD.

.

Mirasi, W., Osodo, J., Kibirige, I., Comparing Guided Discovery and Exposition with Interaction Methods In Teaching Biology In Secondary Schools. Journal of Social Science, Vol 4. No 14, 2013, 81-87.

Moore, K.,D., (2009) Effective Instructional Strategies, Amerika: Sage Publications.

Purwanto, C.,E.,Nugroho, S.,E., Wiyanto, (2012) Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery Pada Materi Pemantulan Cahaya Untuk Meningkatkan Berpikir Kritis,Unnes Physics Education Journal, 2012, 26-32.

Riantinio A., Wasis (2014) Pembelajaran Berorientasi Keterampilan Proses Sains Dengan Model Guided Discovery Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Di Kelas XI SMA Negeri 1 KrianSidoarjo, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 3 No. 1 tahun 2014. 19-24.

Sadiman, A., (2008), Media Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sagala, S., (2011), Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung : Alfabeta.


(31)

99

Sani, R.A., (2013), Inovasi Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara.

Sani, R.A., (2014), Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Bumi Aksara.

Settlage, J., Southerland, S., A., (1998), Teaching Science Yo Every Chil, , New York : Routladge.

Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Bandung: Tarsito,

Sukmadinata, N.S., Jamiat, A.N., Ahman., (2010), Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, Bandung : Refika Aditama.

Tawil M., Liliasari (2014) Keterampilan – Keterampilan Sains Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran IPA. Makassar: UNM

Trianto, (2007), Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktiviitik. Jakarta: PresentasiPustaka,

Uside N. O., (2013) Effect Of Discovery Method On Seconary School Student’s Achievement In physics In Kenya. Journal ISSN Vol. 2 No. 3, 351-358. Yurahly D., (2013), Model Pembelajaran Guided Discovery dan Direct Instruction

Berbasis Keterampilan Proses Sain Siswa SMA Negeri 4 Palu, Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT). Vol. 2 No. 2.ISSN 2338 324.43-47.


(1)

keterampilan mengkomunikasikan.

3. Hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya, (Gagne dalam Dahar,2011).


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, maka diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa yang diberikan model pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi menggunakan media flash dengan pembelajaran konvensional, dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi menggunakan media flash lebih baik dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitif tinggi siswa yang diberikan pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi menggunakan media flash dengan pembelajaran konvensional, dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi menggunakan media flash lebih baik dalam meningkatkan kemampuan kognitif tinggi siswa.

3. Terdapat korelasi yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa dengan hasil belajar kognitif tingkat tinggi pada kelas yang diberikan pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi dengan media flash.


(3)

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, maka sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Model pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi dengan mendia flash dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif tingkat tinggi siswa. 2. Pemilihan simulasi media flash tidak hanya menekankan kesesuaian simulasi

dan konsep, perlunya pertimbangan akan sampainya pesan simulasi media flash terhadap pengguna.

3. Hendaknya dalam pembelajaran fisika guru tidak hanya sekedar mentransfer konsep-konsep fisika, akan tetapi memikirkan dan melaksanakan bagaimana proses konsep-konsep itu terjadi, dipahami, dikuasai dan dipraktekkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, R., Rusilowati, A., Supriyadi, (2014) Keefektifan Model Pembelajaran Guided Discovery Dengan Media Question Bervisi SETS Dalam Membelajarkan Kebencanaan Alam Terintegrasi Dalam Ipa,Unnes Physics Education Journal, 2014, 6-11.

Alex, A., M., Fajemidagba, Olubusuyi M., (2013) Guided-discovery Learning Strategy and Senior School Students Performance in Mathematics in Ejigbo, Nigeria, Journal of Education and Practice Vol.4, No.12, 2013, 82-86. Ahmad, Z., (2014) Perbandingan PeningkatanKemampuan Koneksi Matematisi

Siswa SMP Antara Yang Mendapatkan Pembelajaran Dengan Menggunakan Strategi Konflik Kognitif Piaget Dan Hasweh, Bandung : UPI, 1-2.

Arends, (2008), Learning to Teach,Jilid 2, Yogyakarta :Pustaka Pelajar Arikunto, S., (2001), Dasar-DasarEvaluasiPendidikan, Jakarta: Bumi Aksara Azis, A., A., Adnan, Muis, A., Taiyeb, M., Faisal., (2013), Penerapan

Pembelajaran Kolaboratif Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas XI IPA 3 Melalui Lesson Study Berbasis Sekolah Di SMA N 8 Makassar, Makassar : UNM.

Castranova, J.A.,(2002) Discovery Learning for the 21st Century: What is it and how does it compare to traditional learning in effectiveness in the 21st Century? http://www.googlewebligt.com, diakses tanggal 20 januari 2015 Dahar, R.W, (2006), Teori-TeoriBelajar, Jakarta : Erlangga

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum 2006 StandarKompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah Menengah Pertama http://www.puskur.com, diakses tanggal 20 Januari 2015

Departemen Pendidikan Nasional.(2014). Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013,.Jakarta :Depdiknas

Fathur, Rohim, Susanto, H., Elianawati, (2012) Penerapan Model Discovery Terbimbing Pada Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, Unnes Physics Education Journal, 2012. 1-5.

Hamalik, O., (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Harlen, W., (1992),Unesco Sourcebook For Science In the Primary School, Unesco, France.


(5)

Dengan Menggunakan Macromedia Flash Dikaitkan Dengan Kecerdasan Logik Matematis Terhadap Hasil Belajar Fisika SMAN 1 Kota Subulussalam, Medan :Universitas Negeri Medan

Holden, D., (2013) Efek Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Rill Dan Laboratorium Virtual Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Methodist 1 Medan, Medan : Universitas Negeri Medan

Hosnan, M. (2014), Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21,, Jakarta:Ghalia Indonesia

Ilmi A.N. (2012), Pengaruh Penerapan Pembelajaran Guided Discovery Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Teras Boyolali tahun Pelajaran 2011/2012.Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 2, Mei 2012, 44-52.

Istarani, (2012). Model Pembelajaran Inovatif, Medan : CV Iscom Medan.

Khasnis, B.Y., Aithal, M., (2011), Guided Discovery Method A Remedial Measure In Mathematics. International Referred Research Journal, Vol 2, 2011, 21-22.

Kumari, U., N., Rao, D., B., (2008) Science Process Skill Of Students, Discovering, New Delhi : Publishing House PVT.LTD.

.

Mirasi, W., Osodo, J., Kibirige, I., Comparing Guided Discovery and Exposition with Interaction Methods In Teaching Biology In Secondary Schools. Journal of Social Science, Vol 4. No 14, 2013, 81-87.

Moore, K.,D., (2009) Effective Instructional Strategies, Amerika: Sage Publications.

Purwanto, C.,E.,Nugroho, S.,E., Wiyanto, (2012) Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery Pada Materi Pemantulan Cahaya Untuk Meningkatkan Berpikir Kritis,Unnes Physics Education Journal, 2012, 26-32.

Riantinio A., Wasis (2014) Pembelajaran Berorientasi Keterampilan Proses Sains Dengan Model Guided Discovery Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Di Kelas XI SMA Negeri 1 KrianSidoarjo, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 3 No. 1 tahun 2014. 19-24.

Sadiman, A., (2008), Media Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sagala, S., (2011), Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung : Alfabeta.


(6)

Sani, R.A., (2013), Inovasi Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara.

Sani, R.A., (2014), Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Bumi Aksara.

Settlage, J., Southerland, S., A., (1998), Teaching Science Yo Every Chil, , New York : Routladge.

Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Bandung: Tarsito,

Sukmadinata, N.S., Jamiat, A.N., Ahman., (2010), Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, Bandung : Refika Aditama.

Tawil M., Liliasari (2014) Keterampilan – Keterampilan Sains Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran IPA. Makassar: UNM

Trianto, (2007), Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktiviitik. Jakarta: PresentasiPustaka,

Uside N. O., (2013) Effect Of Discovery Method On Seconary School Student’s Achievement In physics In Kenya. Journal ISSN Vol. 2 No. 3, 351-358. Yurahly D., (2013), Model Pembelajaran Guided Discovery dan Direct Instruction

Berbasis Keterampilan Proses Sain Siswa SMA Negeri 4 Palu, Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT). Vol. 2 No. 2.ISSN 2338 324.43-47.