EFEK MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FLASH DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI FISIKA SISWA SMA NEGERI I PERBAUNGAN.

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FLASH DAN SIKAP

ILMIAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR

TINGKAT TINGGI FISIKA SISWA SMA

T E S I S

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

DESPALERI PERANGIN ANGIN NIM. 8126175004

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

ii

ABSTRAK

DESPALERI PERANGIN ANGIN (NIM: 8126175004). Efek Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Menggunakan Media Flash Dan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Siswa SMA Negeri I Perbaungan. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi fisika siswa pada model pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan media flash dan pembelajaran konvensional, perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata-rata dan di bawah rata-rata-rata-rata, serta interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat sikap ilmiah dalam mempengaruhi kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama diajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan media flash dan kelas kedua dengan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes kemampuan berpikir tingkat tinggi dan angket sikap ilmiah. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan anova dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi fisika menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan media flash lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dengan sikap ilmiah di atas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan siswa yang sikap ilmiah di bawah rata-rata, serta terdapat interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan media flash dan sikap ilmiah dalam mempengaruhi kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Berbasis Masalah , Media Flash, Sikap Ilmiah, Kemampuan berpikir tingkat tinggi.


(6)

iii

ABSTRACT

DESPALERI PERANGIN ANGIN (NIM: 8126175004). The Effect of Problem Based Learning Model With Media Flash and Scientific attitude on Student’s High Order Thinking Skills In Senior High School Physics. Thesis. Medan: Post Graduate Program, State University of Medan, 2015.

The aim of this research were to analyze the difference of student’s high order

thinking skills by using Problem Based Learning Model with media flash and

conventional learning, the difference of student’s high order thinking skills who

had above average and under average category in scientific attitude, and the interaction between learning model and the level of scientific attitude in

influencing student’s high order thinking skills. This research was a quasi -experimental research. The sample in this research was conducted by cluster random sampling of two classes, which the first class, as experiment class, was taught with Problem Based Learning Model with media flash and second class, as control class, with conventional learning. The research instrument consisted of high order thinking skills test and scientific attitude test. Data in this research was analyzed by using two way Anova. The result of the research showed that the physics high order thinking skills using Problem Based Learning Model with media flash was differ and show better results than the conventional learning, the physics high order thinking skills of students who had above average category in scientific attitude was differ and show better results than under average category, and there was interaction between Problem Based Learning Model with media flash and the level of scientific attitude in influencing student’s high order thinking skills.

Keyword : ProblemBased Learning Model,Media Flash, Scientific attitude, High Order Thinking Skill


(7)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

karunia-Nyatesis yang berjudul “Efek Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Menggunakan Media Flash Dan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

Fisika Siswa SMA.” ini telah selesai disusun untuk memperoleh gelar Megister Pendidikan Fisika pada Program Studi Pendidikan Fisika Sekolah Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini berkat adanya bantuan moril maupun

materil dari berbagai pihak. Oleh Karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih

yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

tesis ini.

Ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Motlan,

M.Sc.,Ph.D dan Ibu Dr. Betty M. Turnip, M. Pd sebagai Pembimbing I dan II yang selalu

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sejak awal penulisan hingga selesainya

tesis ini. Selanjutnya ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Sahyar,

M.S., M.M., Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si, dan Ibu Dr. Derlina, M.Si selaku narasumber dan tim

penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan

penulisan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ridwan Abdullah Sani, M.Si,

Dr. Mariati P. Simanjuntak, M.Si selaku validator instrument penelitian. Selain itu, ucapan

terimakasih penulis sampikan kepada Ketua Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan,

seluruh Dosen beserta staf Jurusan Fisika, atas bantuan dan kerjasamanya sehingga terlaksananya


(8)

v

kepala sekolah SMA N 1 Perbaungan yang telah memberikan dukungan dalam penulisan tesis

ini, dan juga kepada ibu Julina, M.Pd dan staf pengajar yang telah memberikan arahan dan

motivasi dalam pelaksanaan penelitian. Penulis juga berterima kasih kepada seluruh

teman-teman seperjuangan dan berbagai pihak atas segala dorongan dan bantuannya sehingga penulisan

tesis ini dapat terselesaikan.

Selain itu, Penulis dengan penuh hormat menyampaikan terimakasih tidak terhingga

kepada Ayahanda Ngejin Perangin Angin, S.Pd dan Ibunda Dahlia Ginting, S.Pd, serta adinda

Ridioanta Perangin Angin, S.P yang telah memberi dukungan baik moril maupun materil kepada

penulis selama perkuliahan sampai penyelesaian tesis ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa selaku manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan

kekhilafan, sehingga di dalam penulisan tesis ini sudah tentu terdapat kekurangan disana-sini,

oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari para pembaca,

semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua

Medan, 17 Maret 2015

Penulis,

Despaleri Perangin Angin


(9)

(10)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 11

1.3. Pembatasan Masalah ... 11

1.4. Rumusan Masalah ... 12

1.5. Tujuan Penelitian ... 12

1.6. Manfaat Penelitian ... 13

1.7. Definisi Operasional ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15

2.1. Kerangka Teoritis ... 15

2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran ... 15

2.1.2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 17

2.1.2.1 Teori Belajar Yang Melandasi Pembelajaran Berbasis Masalah ... 17

2.1.2.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 19

2.1.2.3 Tujuan Dan Manfaat Pembelajaran Berbasis Masalah 21

2.1.2.4 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah ... 24

2.1.2.5 Kelebihan Dan Kelemahan Berbasis Masalah ... 27

2.1.2.6 Implementasi Dan Evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah ... 28

2.1.3. Pembelajaran Konvensional ... 30

2.1.4 Media Pembelajaran ... 33

2.1.4.1 Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran ... 34

2.1.4.2 Media Flash ... 36

2.1.5. Sikap Ilmiah ... 37

2.1.6 Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 44

2.1.6.1 Pengertian Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi…….. ... 44

2.1.6.2 Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dalam Taksonomi……….. ... 47

2.1.7 Hasil Penelitian yang Relevan ... 53

2.2 Kerangka Berpikir ... 57 2.2.1 Perbedaan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi


(11)

vii

Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Media

Flash ... 57

2.2.2 Perbedaan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Yang Memiliki Sikap Ilmiah Diatas Rata-rata dengan Siswa yang Memiliki Sikap Ilmiah Dibawah Rata-rata ... 59

2.2.3 Interaksi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menggunakan Media Flash Dengan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa ... 60

2.3 Pengajuan Hipotesis Penelitian ... 61

BAB III METODE PENELITIAN ... 62

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 62

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 62

3.2.1 Populasi Penelitian ... 62

3.2.2 Sampel Penelitian ... 62

3.3 Variabel Penelitian ... 63

3.4 Rancangan Penelitian dan Prosedur Penelitian ... 63

3.4.1 Rancangan Penelitian ... 63

3.4.2 Prosedur Penelitian ... 66

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 69

3.5.1 Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika ... 69

3.5.2 Angket Sikap Ilmiah ... 70

3.6 Uji Coba Instrumen Pengumpul Data ... 71

3.6.1 Indeks Kesukaran ... 71

3.6.2 Daya pembeda ... 72

3.6.3 Validatas Tes ... 72

3.6.4 Reliabilitas Tes ... 73

3.7 Teknik Analisi Data ... 73

3.7.1 Simpangan Baku ... 73

3.7.2 Uji Normalitas Data ... 74

3.7.3 Uji Homogenitas ... 75

3.7.4 Menghitung Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Siswa ... 76

3.7.5 Pengujian Hipotesis ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78

4.1. Hasil Penelitian ... 78

4.1.1. Hasil Pretes Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ... 78

4.1.2. Hasil Instrumen Sikap Ilmiah ... 82

4.1.3. Hasil Postes Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ... 83

4.1.4. Analisis Hasil Penelitian ... 85

4.1.4.1 Analisis Data Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 85

4.1.4.2 Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Berdasarkan Sikap Ilmiah ... 86 4.1.4.3 Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa


(12)

viii

Berdasarkan Tingkatan Bloom Dengan Model

Pembelajaran ... 88

4.1.4.4Analisis Kemapuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Berdasarkan Tingkatan Berpikir Bloom dengan Sikap Ilimiah ... 90

4.1.5 Pengujian Hipotesis ... 92

4.2. Pembahasan ... 100

4.2.1. Perbedaan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Siswa dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Media Flash dan Pembelajaran Konvensional... 100

4.2.2. Perbedaan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Siswa Kelompok Sikap Ilmiah Diatas Rata-rata dan Sikap Ilmiah Dibawah Rata-rata ... 104

4.2.3. Interaksi Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Media Flash dan Sikap Ilmiah Siswa Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Siswa ... 108

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 112

5.1 Simpulan ... 112

5.2 Saran ... 113


(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Alur Proses Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 27 Gambar 3.1. Bagan Alir Prosedur Penelitian ... 68 Gambar 4.1. Histogram Distribusi Normal Kelas Eksperimen dan

kontrol... 80 Gambar 4.2. Diagram pretes dan postes kelas ekspermen dan kontrol .. 85 Gambar 4.3. Diagram kemampuan berpikir tingkat tinggi Siswa

Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah ... 88 Gambar 4.4. Diagram kemampuan berpikir tingkat tinggi Siswa

Berdasarkan Tingkatan Berpikir Bloom ... 90 Gambar 4.5 Diagram Batang Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

Berdasarkan Tingkatan Berpikir Bloom dengan Sikap

Ilmiah di Atas Rata-Rata dan di Bawah Rata-Rata ... 91 Gambar 4.6. Grafik Interaksi Antara Model PBL dan Pembelajaran


(14)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 25

Tabel 2.2. Komponen Indikator Sikap Ilmiah ... 43

Tabel 2.3. Taksonomi Bloom Revisi Dimensi Pengetahuan. ... 48

Tabel 2.4. Taksonomi Blooom Revisi Dimensi Kognitif ... 49

Tabel 2.5. Beberapa Hasil Penelitian yang Relevan ... 53

Tabel 3.1. Control Group Pretest-Postest Design ... 64

Tabel 3.2. Desain Faktorial ... 65

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa .... 69

Tabel 3.4. Pengelompokkan Sikap Ilmiah. ... 70

Tabel 3.5. Kategori Gain ... 76

Tabel 4.1. Data Pretes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 79

Tabel 4.2. Uji Normalitas ... 79

Tabel 4.3. Uji Homogenitas Pretes ... 81

Tabel 4.4. Uji Kesamaan Awal Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 81

Tabel 4.5. Hasil Instrumen Sikap Ilmiah ... 82

Tabel 4.6. Kelompok Sikap Ilmiah Tinggi dan Rendah ... 83

Tabel 4.7. Data Postes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 84

Tabel 4.8. N-Gain Kemampuan berpikir Tingkat Tinggi Siswa ... 86

Tabel 4.9. Kemampuan Berpikir Ringkat Tinggi Berdasarkan Sikap Ilmiah ... 87

Tabel 4.10. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Berdasarkan Tingkatan Bloom ... 89

Tabel 4.11. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Berdasarkan Tingkatan Berpikir Bloom Pada Tingkat Sikap Ilmiah Siswa ... 90

Tabel 4.12. Desain Faktorial Rata-Rata 2 x 2 Anava ... 92

Tabel 4.13. Uji Homogenitas Antar Kelompok ... 92

Tabel 4.14. Hasil Uji Anava Dua Jalur ... 93


(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan I Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa I

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan II Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa II

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan III Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa III

Lampiran 7. Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pre-Tes dan Post-Pre-Tes Setelah Validasi

Lampiran 8. Lembar Validasi Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (Ahli) Lampiran 9. Analisis Validitas Ramalan Item Instrumen Berpikir Tingkat Tinggi Lampiran 10. Analisis Taraf Kesukaran Tes

Lampiran 11. Analisis Daya Pembeda Tes Lampiran 12. Instrumen Sikap Ilmiah Lampiran 13. Pengelompokan Sikap Ilmiah Lampiran 14. Lembar Validasi Tes Sikap Ilmiah Lampiran 15. Tabulasi Data Pretes

Lampiran 16. Tabulasi Data Postes Lampiran 17. Tabulasi Data Sikap Ilmiah Lampiran 18. Distribusi Data Penelitian Lampiran 19. Analisis Statistik Data Pretes Lampiran 20. Analisis Statistik Data Postes

Lampiran 21. Uji Hipotesis Dengan Anava Dua Jalur (2x2) Lampiran 22. Uji Scheffe

Lampiran 23. Dokumentasi Penelitian Lampiran 24. Hasil Eksperimen Mahasiswa


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan

sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan salah satu

kebutuhan hidup manusia yang penting yang dapat meningkatkan harkat dan

martabat manusia. Tanpa pendidikan manusia tidak akan dapat hidup dengan

layak. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola dengan semaksimal

mungkin baik dari segi sarana maupun prasarana. Dengan demikian pendidikan

harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan

mampu bersaing, disamping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang

baik.

Berkembangnya pendidikan sudah pasti berpengaruh terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa ini menuntun manusia

terus mengembangkan wawasan dan kemampuan di berbagai bidang khususnya

bidang pendidikan. Mengingat sangat pentingnya pendidikan bagi kehidupan

manusia, maka pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin sehingga

akan memperoleh hasil yang diharapkan. Selain itu, pendidikan harus mampu

mempersiapkan warga negara agar dapat berperan aktif dalam seluruh lapangan

kehidupan, cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin dan bermoral tinggi,

demokratis, dan toleran dengan mengutamakan persatuan bangsa dan bukannya


(17)

2

Menurut Hesti (2013 : 1) bahwa pendidikan yang memiliki kualitas baik

berawal dari pembelajaran di sekolah. Pembelajaran yang terjadi pada era saat ini

adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Siswa diharapkan aktif

dalam pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Selain keaktifan, siswa

juga diharapkan mampu berpikir tingkat tinggi untuk menyelesaikan suatu

masalah. Siswa juga diharapkan mampu mengkombinasi pengetahuan lama

dengan pengetahuan baru.

Pada proses pembelajaran sangat diharapkan terjadinya komunikasi dua

arah antara guru dan siswa secara timbal balik, demi terjadinya interaksi belajar

yang bagus sehingga membawa kepada pencapaian tujuan pembelajaran yang

maksimal. Agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai, maka dalam proses

pembelajarannya guru yang semula bertindak sebagai sumber belajar beralih

fungsi menjadi seorang fasilitator kegiatan pembelajaran yang berperan

mengarahkan dan membimbing siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang

dihadapi dalam belajar, sehingga mampu membangun motivasi dan meningkatkan

aktivitas belajar siswa. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan

menerapkan berbagai model pembelajaran. Menurut Ageng (2012 : 1) bahwa

penggunaan model pembelajaran merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh

guru agar seseorang siswa dapat maksimal dalam memahami materi pelajaran,

sehingga setelah melakukan pembelajaran siswa akan memiliki kompetensi

sebagaimana tuntutan dari materi pelajaran yang dipelajari. Berbagai macam

model pembelajaran yang diimplementasikan mempunyai karakteristik tertentu


(18)

3

baik untuk suatu tujuan tertentu pokok bahasan maupun situasi dan kondisi

tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain.

Menurut Sani (2013 : 41) bahwa peserta didik dapat menyerap materi

pelajaran secara efektif jika pelajaran diterapkan dalam kondisi nyata antara

kontekstual yang alami oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik pada umumnya merupakan

pembelajaran aktif yang melibatkan peserta didik dalam aktivitas fisik atau

melibatkan peserta didik secara mental dalam berpikir.

Pembelajaran fisika yang sering menjadi kendala diantaranya nilai fisika

siswa relatif rendah. Menurut Surapranata dalam Muslim (2004 : 2) menyatakan

rendahnya nilai fisika tidak terlepas dari adanya kecenderungan pada

pembelajaran yang bersifat abstrak dan kurang bermakna. Kenyataan di lapangan

pembelajaran fisika hanya mendorong siswa untuk menghafal konsep dan kurang

mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan

nyata yang berhubungan dengan konsep tersebut dalam Trianto (2009 : 6). Lebih

jauh lagi, siswa kurang mampu memahami dan mengidentifikasi masalah,

merumuskan masalah serta menentukan solusi-solusi untuk menyelesaikan

masalah atau situasi baru yang dihadapi. Hal ini yang menjadikan sumber daya

manusia Indonesia hanya sedikit yang berperan sebagai garda terdepan dalam

dunia industri dengan pemikiran yang kritis dan inovatif, sedangkan sisanya

hanya berperan sebagai buruh, pekerjaan yang tidak membutuhkan pemikiran

mendalam.

Berdasarkan hasil dari TIMMS (Trend Of International On Mathematics


(19)

4

sangat rendah. Prestasi sains siswa Indonesia pada TIMSS menempati peringkat

32 dari 38 negara (tahun 1999), peringkat 37 dari 46 negara (tahun 2003), dan

peringkat 35 dari 49 negara (tahun 2007). Hasil analisis menunjukkan bahwa

rata-rata kemampuan fisika siswa Indonesia pada tiap aspek kognitif (knowing,

applying, reasoning) masih rendah. Rata-rata kemampuan kognitif knowing

(32,07) lebih tinggi dibandingkan dengan aspek kognitif applying (35,11) dan

reasoning (22,23). Kecenderungan skor fisika siswa Indonesia terhadap standar

Internasional dalam tiga tahun terakhir pada TIMSS adalah rendah. Skor rata-rata

fisika siswa Indonesia 34,57, masih di bawah rata-rata standar Internasional 43,40

dalam Irwan (2012 : 4). Dari uraian di atas tampak bahwa nilai fisika siswa

Indonesia pada TIMSS mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Jika ditinjau

dari aspek pemahaman, penerapan, dan penalaran dalam ranah kemampuan

kognitif seperti yang diterapkan pada TIMSS, hal ini digunakan untuk

menunjukkan bahwa hasil belajar dan kemampuan berpikir siswa negara

pesertanya. Dari ketiga aspek tersebut, aspek reasoning (menalar) yang

merupakan ciri kemampuan berpikir tingkat tinggi taksonomi Bloom mengalami

penurunan tertinggi yaitu 4%, sedangkan kedua aspek lain yang termasuk

kemampuan berpikir tingkat rendah taksonomi Bloom yaitu knowing

(mengetahui) dan applying (mengaplikasikan) masing-masing mengalami

penurunan 3% dan 1%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir tingkat

tinggi siswa rendah.

Hasil wawancara tidak terstruktur dari guru fisika di SMA Negeri 1

Perbaungan mengatakan bahwa banyak siswa tidak tertarik bahkan takut belajar


(20)

5

termotivasi dalam mempelajarinya. Jika diperhatikan pembelajaran fisika selama

ini cenderung mengajak siswa untuk berfikir dari hal-hal yang umum menuju

kepada hal-hal yang khusus. Pembelajaran kurang menarik bagi siswa, guru

cenderung menggunakan metode-metode konvensional. Siswa tidak diajak untuk

tertantang berfikir kritis dan sistematis sehingga fisika itu mudah untuk dipelajari.

Selain itu, ketidaktertarikan siswa ini terlihat dari sikap ilmiah siswa yang

rendah. Rendahnya sikap ilmiah siswa ini diindikasi dengan jarangnya siswa

mengajukan pertanyaan kepada guru dan seringnya siswa melakukan tindakan

kecurangan pada saat ujian. Rendahnya sikap ilmiah ini berakibat sangat besar

pada pendidikan kita saat ini.

Menurut Slameto (2003) sikap merupakan faktor pendukung yang

mempengaruhi kemampuan kognitif siswa. Dimana sikap merupakan sesuatu

yang juga dipelajari dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap

suatu situasi. Sehingga siswa mampu menemukan apa yang dicari dalam

kehidupan.

Sikap ilmiah diartikan pula sebagai penilaian umum seseorang atas suatu

objek yang memiliki tipikal sains atau yang berhubungan dengan sains, disamping

itu sikap merupakan fasilitator dan produk dari proses belajar kognitif menurut

Mulyasa (2007). Sikap ilmiah dalam proses pembelajaran antara lain sikap ingin

tahu, respek, berpikir kritis, penemuan dan kreatif, berpikir terbuka, ketekuan dan

peka terhadap lingkungan. Padahal sikap ilmiah ini memiliki peran tersendiri

dalam memotivasi diri siswa dalam melaksanakan pembelajaran sains. Dengan

memiliki sikap ilmiah, siswa akan terdorong untuk menggali lebih jauh untuk


(21)

6

Secara empiris, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya

kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa disebabkan oleh dominannya proses

pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung

teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif menurut Trianto (2009 : 5).

Hal ini senada dengan Rofiqoh (2013 : 3) mengatakan bahwa dengan

menggunakan model pembelajaran konvensional masih rendah sehingga membuat

siswa cepat bosan. Hal ini tampak dari perilaku siswa di kelas yang menunjukkan

sikap tidak tertarik pada saat mengikuti pembelajaran fisika misalnya siswa bicara

sendiri, melihat keluar kelas atau menjadi gaduh ketika guru menyampaikan

materi.

Menurut Irwan (2012 : 6) bahwa metode pembelajaran yang digunakan

guru sangat monoton sehingga kurang mampu meningkatkan aktivitas dan

motivasi dalam mempelajari fisika, guru jarang memberikan kesempatan kepada

siswanya untuk berinteraksi dengan temannya, dan sebagainya. Berhasil atau

tidaknya suatu pendidikan dalam suatu negara salah satunya adalah karena guru.

Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan dan

kemajuan anak didiknya.

Seorang guru dituntut untuk bisa kreatif dalam menyampaikan materi

pelajaran kepada siswa. Usaha ini harus dilakukannya dalam rangka untuk

meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Memang usaha untuk meningkatkan

kemampuan berpikir ini bukanlah sebagai suatu usaha yang mudah untuk

dilakukan, tetapi ini sudah menjadi tanggung jawab sebagai guru, bagaimana

seorang siswa untuk mudah memahami materi yang disampaikannya, dan apa


(22)

7

cara adalah dengan menggunakan berbagai model pembelajaran dalam

menyampaikan materi pelajaran. Menggabungkan satu metode dengan metode

yang lainnya, sehingga didapatkan satu metode yang tepat sesuai dengan

karakteristik materi pelajaran. Menurut Sakti (2013 : 1) bahwa dalam

pembelajaran fisika terdapat kegiatan penyadaran dan penguasan fisika pada

peserta didik melalui interaksi pengajaran. Pengajaran fisika yang baik, bila siswa

dapat menguasai fisika tentang: (1) prinsip yang konstan atau selalu tunduk

dengan aturan kesepakatan yang harus dikuasai secara kognitif, (2) sesuatu yang

dapat diamati atau terukur yang pengusaannya harus terlihat adanya keterlibatan

fisik dan otot yang dikenal dengan kemampuan psikomotorik, (3) kebermanfaatan

ilmu pengetahuan tersebut secara langsung atau tidak langsung dalam menunjang

kebutuhan hidup atau dalam system social, penguasaan fisika yang berkaitan

dengan kebermanfaatan, ini dikenal dengan afektif.

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran

fisika adalah model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning).

Diknas (2013) menyebutkan pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah

pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga

merangsang siswa untuk belajar. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak

dirancang untuk membantu guru memberikan informasi yang

sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah

dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir,

pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang

dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata dan menjadi


(23)

8

(2009 : 1) yang menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dipilih

karena dalam proses pembelajaran siswa dihadapkan kepada masalah kehidupan

nyata. Akibatnya, siswa mampu memecahkan masalah serta mendapat

pengetahuan dan konsep penting.

Model pembelajaran berbasis masalah ini didukung oleh pendapat Piaget

yang menyatakan bahwa apabila pelajar dilibatkan dalam proses mendapat

informasi dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, maka pembelajaran akan

menjadi bermakna. Selanjutnya bahwa Vygostky yakin bahwa intelektual

berkembang ketika individu menghadapi pengalaman baru dan membingungkan

dan ketika mereka berusaha mengatasi deskripansi yang timbul oleh

pengalaman-pengalaman ini.

Konsep fisika yang dipelajari merupakan konsep yang abstrak, sehingga

untuk membuatnya nyata (konkrit) diperlukan alat bantu pembelajaran. Alat bantu

tersebut adalah media pembelajaran flash. Menurut Arsyad (2007 : 8) menyatakan

bahwa salah satu fungsi media pembelajaran sebagai salah satu alat bantu

mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang

ditata dan diciptakan oleh guru. Pemilihan dan pemanfaatan media pembelajaran

yang tepat berlandaskan pada teori belajar yang relevan akan berdampak positif

terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Selain itu media ini sangat menarik

untuk dipergunakan pada proses belajar mengajar karena dapat memberikan

rangsangan-rangsangan secara visual berupa benda gerak dalam bentuk animasi

kepada peserta didik.

Menurut Sakti (2013 : 2) salah satu solusi yang dilakukan untuk perbaikan


(24)

9

menggunakan media animasi fisika. Animasi menjadi pilihan untuk menunjang

proses belajar yang menyenangkan dan menarik bagi siswa dan juga memperkuat

motivasi, dan juga untuk menanamkan pemahaman pada siswa tentang materi

yang diajarkan.

Bagi siswa itu sendiri menurut Hartanto (2011 : 15), menyatakan bahwa

animasi flash dapat menjadikan mata pelajaran fisika menjadi lebih mudah

dipahami oleh para siswa. Siswa yang pada awalnya berfikir bahwa fisika

hanyalah identik dengan banyak rumus, tetapi dengan menggunakan animasi flash

fisika diharapkan menjadi mata pelajaran yang menyenangkan.

Hal ini senada dengan Hadi (2012 : 2) yang menyatakan dengan animasi

flash, siswa akan lebih bermakna. Media animasi juga berguna untuk melawan

kebosanan siswa dalam belajar sehingga siswa tetap aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran. Selain itu flash juga memiliki kemampuan untuk mengimpor file

suara, video maupun file gambar dari aplikasi lain. Dengan melihat langsung

gerak benda akan mempermudah peserta didik memahami materi pembelajaran

yang diajarkan dan akan menjadi daya tarik untuk mengikuti pembelajaran.

Model pembelajaran berbasis masalah ini telah diteliti oleh beberapa

peneliti sebelumnya, antara lain: (1) Urip (2013) menyimpulkan bahwa terdapat

perbedaan sikap ilmiah dan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang belajar

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang belajar

menggunakan model pembelajaran ekspositori (F = 19,630; p < 0,05); Terdapat

perbedaan sikap ilmiah antara siswa yang belajar menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang belajar menggunakan model


(25)

10

keterampilan berpikir kritis antara siswa yang belajar menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang belajar menggunakan model

pembelajaran ekspositori (F = 23,129; p < 0,05), (2) Hasil penelitian Mega (2011)

menyimpulkan bahwa hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa pokok

bahasan alat optic dapat ditingkatkan dengan menerapkan pembelajaran model

Problem Based Learning (PBL), (3) Hasil penelitian Herman (2003)

menyimpulkan bahwa Pembelajaran berbasis masalah secara signifikan lebih baik

meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dibandingkan

pembelajaran konvensional, (4) Hasil penelitian Nengah (2012) menyimpulkan

bahwa terdapat perbedaan sikap ilmiah dan ketrampilan berpikir kritis antara

siswa yang belajar dengan dengan model pembelajaran berbasis masalah/PBL

dengan siswa yang belajar dengan model kooperatif group investigasi dan siswa

yang belajar dengan model ekspositori; terdapat perbedaan sikap ilmiah antara

siswa yang belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah/PBL dengan

siswa yang belajar dengan model kooperatif group investigasi dan siswa yang

belajar dengan model ekspositori (F = 8,205 ; p < 0,05); terdapat perbedaan

ketrampilan berpikir kritis antar siswa yang belajar dengan model pembelajaran

berbasis masalah/PBL dengan siswa yang belajar dengan model kooperatif group

investigasi dan siswa yang belajar dengan model ekspositori (F = 37,177 ; p <

0,05).

Dari beberapa paparan masalah-masalah di atas tentang rendahnya

kemampuan berpikir siswa serta kelebihan dari model pembelajaran berbasis

masalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi fisika siswa,


(26)

11

Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Menggunakan Media Flash Dan Sikap

Ilmiah Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Siswa SMA”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa umumnya masih rendah, dari

hasil TIMSS tahun 2007 dan 2011.

2. Strategi pembelajaran yang selama ini digunakan tidak melibatkan siswa

secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Proses belajar yang masih berpusat pada guru sehingga proses belajar

mengajar kurang bermakna.

4. Media pembelajaran masih jarang digunakan.

5. Sarana laboratorium fisika kurang lengkap.

6. Sikap ilmiah yang dimiliki oleh siswa masih tergolong rendah.

1.3. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti

membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran berbasis

masalah dengan menggunakan media flash pada kelas eksperimen dan

model konvensional pada kelas kontrol.

2. Yang akan menjadi variabel moderat dalam penelitian ini adalah sikap


(27)

12

3. Kemampuan berpikir tingkat tinggi yang diteliti pada penelitian ini

adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam taksonomi Bloom

revisi oleh Anderson dan Krathwohl (2001) yaitu ranah kognitif

menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas,

maka masalah pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa melalui

pembelajaran konvensional dan model pembelajaran berbasis masalah?

2. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang

memiliki sikap ilmiah di atas rata–rata dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah di bawah rata-rata?

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah dengan

menggunakan media flash dan sikap ilmiah terhadap kemampuan berpikir

tingkat tinggi fisika siswa di kelas X SMA Negeri I Perbaungan?

1.5. Tujuan Masalah

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan berpikir tingkat

tinggi siswa melalui pembelajaran konvensional dan model pembelajaran


(28)

13

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan berpikir tingkat

tinggi siswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata–rata dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah di bawah rata-rata.

3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran

dengan menggunakan media flash dan sikap ilmiah terhadap kemampuan

tingkat tinggi siswa di kelas X SMA Negeri I Perbaungan.

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini akan memberikan dua manfaat

sekaligus yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Secara teoretis penelitian ini

untuk memperkaya khazanah kepustakaan dan dapat dijadikan sebagai bahan

acuan dan penunjang penelitian lebih lanjut pada masa yang akan datang.

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat: (1) Untuk guru, sebagai

informasi untuk menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. (2) Untuk

siswa, agar dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menghadapi masalah

secara kritis dan kreatif (3) Untuk siswa, sebagai informasi untuk menerapkan

model pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif.

1.7 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Model pembelajaran PBL dengan menggunakan media flash adalah model

pembelajaran yang melibatkan siswa dalam penyampaian pengetahuan

dengan cara menyajikan suatu masalah sehingga merangsang siswa untuk


(29)

14

media flash sehingga mempermudah siswa dalam memahami materi

pembelajaran.

2. Sikap ilmiah yang dipakai dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah

menurut Harlen & Qualter yaitu Sikap keingintahuan, Sikap respek

terhadap data dan fakta, Sikap refleksi kritis, Sikap fleksibel dalam

berpikir, Sikap peka terhadap lingkungan, Objektif, Kejujuran.

3. Kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi berdasarkan kategori yang

dikemukakan oleh Benjamin Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan

Krathwohl (2001) yaitu kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan


(30)

112

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Sesuai dengan Hasil dan Pembahasan Penelitian yang telah diuraikan pada Bab

IV, maka dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi fisika

siswa antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional

dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah

menggunakan media flash. Kelompok siswa yang diajar dengan model

pembelajaran berbasis masalah menggunakan media flash memiliki

kemampuan berpikir tingkat tinggi yang lebih tinggi dibandingkan dengan

kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.

2. Terdapat perbedaan berpikir tingkat tinggi antara siswa yang memiliki

sikap ilmiah diatas rata-rata dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah di

bawah rata-rata. Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang memiliki

sikap ilmiah diatas rata-rata lebih baik dari kelompok siswa yang memiliki

tingkat sikap ilmiah di bawah rata-rata.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan sikap ilmiah siswa

dalam mempengaruhi kemampuan berpikir tingkat tinggi fisika siswa.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat mempengaruhi kemampuan

berpikir tingkat tinggi siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi

dibandingkan dengan kelas yang dibelajarkan dengan pembelajaran


(31)

113

5.2 Saran

Berkenaan dengan hasil penelitian yang didapatkan, beberapa saran yang dapat

diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Pendidik hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran berbasis

masalah dengan menyesusikan materi pembelajaran serta memperhatikan

kelengkapan sumber belajar, alat serta bahan yang diperlukan dalam

mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran.

2. Untuk peneliti diharapkan dapat mengoptimalkan waktu lebih banyak,

sehingga pelaksanaan penelitian dengan model pembelajaran berbasis

masalah lebih optimal. Selain itu diharapkan dapat memilih masalah yang

sesuai dengan materi pokok yang dilaksanakan sehingga pembelajaran

lebih kontekstual dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan

dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kualitas hidup manusia.

3. Model pembelajaran berbasis masalah terbukti lebih efektif dan peneliti

anjurkan sebagai alternative model pembelajaran di sekolah bagi siswa

yang memiliki sikap ilmiah baik yang tinggi maupun rendah untuk


(32)

114

DAFTAR PUSTAKA

Ageng, P. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Msalah (PBL) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siwa Pada Mata Diklat Praktrik Dasar Instalasi Listrik (PDIL) DI SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

Agus, S. 2013. Penerapan Model PBL Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa. Singaraja ; Universitas Pendidikan Ganesha.

Ahmadi, A. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Alias, M. 2011. The Effect Of Preoblem Based Learning On Critical Thinking Ability : A Theoretical And Empirical Review. Jurnal IRSSH.

Anderson, K. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: Arevision of

Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman.

Arends, R. 2008. Learning to Teach (7th ed.). Belajar untuk Mengajar (Terjemahan Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto pada Tahun 2008). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Arga, A. 2013. Implementasi Model Pembelajaran PBL Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Prestasi Belajar Fisika Siwa Kelas VIII C SMPN 1 Suruh Trenggalek. Malang: UNM.

Arikunto, S. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Ayu, H. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbasis Software power point, makromedia Flash, dab Cabri II Plus Terhadap Hasil Belajar Siswa. Universitas Semarang.

Azwar, S. 1992. Reliabilitas dan Validitas Seri Pengukuran Psikologi. Yogyakarta: Sigma Alpha.

Brian, W. 2011. Peningkatan Kemampuan Metakognitif Fisika Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada SMK Pancasila 1 Kutoarjo. Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Budikase, K. 1995. Fisika untuk Sekolah Menengah Atas Kelas I. Jakarta: Depdikbud.

Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.


(33)

115

Dimyati, M. 2006. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Rineka Cipta.

Djamarah, S. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Dwi, M. 2013. Pengaruh Strategi Problem Based Learning Berbasis ICT Terhadap Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika. Universitas Pendidikan Indonesia.

Ekan, N, W. 2013. Kontribusi Sikap Ilmiah Dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Banyuasri Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Universitas Pendidikan Ganesha.

Fadly, A. 2012. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran PBL. Malang : UNM.

Ferguson, G.A. 1981. Statistical Analysis in Psychology Education. Singapore: Mc-Graw Hill International Book.

Fauziah, S. 2011. Students’ Perceptions on The Suitability Of Implementing an Online Problem Based Learning In A Physics Course. Journal Of Educational Technology.

Gamze, S. 2013. A Comparison Of Achievement In Problem Based Strategic And Traditional Learning Classes In Physics. International Journal On New Trends In Education And Their Implications.

Gilang, C. S. 2012. Penerapan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Disertai Media Komputer Makro Media Flsah. FKIP Universitas Jember.

Gulo, W. 2008. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : Grasindo.

Hadi, U. 2012. Pengembangan Multimedia Pembelajaran Fisika dengan Macromedia SwishMax Pada Materi Cahaya untuk Membantu Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP Kelas VII.

Hamalik, O. 2011. Proses Balajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Hanafi, A. 2005. The Effectiveness Of Problem Based Learning In The Web Based Environment For The Delivery Of An Undergraduate Physics Course. Jurnal IEJ. Harjanto. 2008. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Harlen & Qualter. 2004. The Teaching Of Science In Primary School, London : David Fulton.

Hartanto, M. 2011. Pengaruh Pemanfaatan Program Adobe Flash Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Energi Bernuansa Nilai, Universitas Islam Negeri.(Online) (http://wawan junaidi.blogspot.com/2014/01/aktivitas-belajar-siswa.html, diakses 14 Januari 2014).


(34)

116

Indra, S. 2013. Pengaruh Media Animasi Fisika Dalam Model Pembelajaran Langsung (direct instruction) Terhadap Minat Belajar dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa di SMA Negeri Kota Bengkulu, Universitas Lampung.

Intrati, A. 2014. Upaya Meningkatkan Sikap Ilmiah Dan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajran Problem Based Learning Di kelas X SMA Neheri 8 Kota Jambi. Universitas Jambi.

Irawan, S. 2012. Efek Kemampuan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Dengan Model Problem Based Leaningdi SMA Swasta Raksana Medan. Tesis UNIMED.

Joyce, C. 2009. Models of Teaching (8th ed.). Model-Model Pengajaran (Terjemahan Achmad Fawai & Ateilla Mirza). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kartono. 2010. Pengembangan Model Penilaian Sikap Ilmiah IPA Bagi Mahasiswa PGSD. UNS.

Kendid, M. 2013. Penerapan Lesson Study Menggunakan Model PBL Dalam Pembelajaran Fisika Di SMP.

Kharida, L. 2009. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Elastisitas Bahan.

King, G. L, & Rohani, F. 2012. Higher Order Thinking Skills. Florida: Center for Advancement of Learning and Assessment, Folorida State University. (Online) (http://www.cala.fsu.edu/files/higher_order_thinking_ skills.pdf, diakses pada tanggal 28 Desember 2013).

Kustyorini, Y. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Dilengkapi Media Virtual Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika SMA/MA.

Kusuma,W.2012. Pembelajaran Fisika Dengan Model Problem Based Learning Menggunakan Multimedia Dan Modul Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Abstrak Dan Kemampuan Verbal Siswa. Universitas Surakarta.

Lubis, N. A. 2013. Efek Model Pembelajaran Advance Organizer Berbasis Eksperimen Dengan Media Flash Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Tesis UNIMED.

Majed, S. 2014. The Effects Of Problem Based Learning In Self Directed Learning Skill Among Physics Undergraduates. International Journal Of Academic Research In Progressive Education And Development.

Medriati, R. 2013. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Cahaya Kelas VII6 Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbasis Laboratorium di SMPN 14 Kota Bengkulu. FKIP UNIB Bengkulu.


(35)

117

Muslim, 2004. Pengembangan Model Pembelajaran Kontekstual Dan Implikasinya Terhadap Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Di SMA.

Naelal, N. 2013. Peningkatan Sikap Ilmiah Dan Ketuntasan Hasil Belajar Fisika Menggunakan Pendekatan Acclerated Learning Melalui Metode Eksperimen Di kelas VII E SMP Negeri 3 Silo Tahun Ajaran 2012/2013. Universitas Jember.

Nyoman, N. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Laerning) dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Fisika Bagi Siswa Kelas VII SMP. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Paulina, L, 2013. Sikap Ilmiah Siswa Dalam Pembeljaran IPA Fisika Dalam Pembelajaran IPA Fisika Melalui Penggunaan Media Asli Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 32 Pekan Baru.Universitas Riau.

Pinar, C. 2011. The Effects Of Problem Based Learning On The Students’ Success In Physics

Course.

Purwanto, A, 2013. Pembelajaran Fisika Dengan Menerapkan Model Inquiri Terbimbing Dalam Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Logis Siswa di SMA Negeri 8 Bengkulu, Universitas Lampung.

Riyana, S. 2007. Media Pembelajaran (Hakikat, pengembangan, pemanfaatan dan penilaian). Bandung: Wacana Prima.

Rofiqoh. 2013. Peningkatan Aktivitas Belajar Dan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Fisika Menggunkan Model Cooperatif Learning Tipe NHT Pada Siswa Kelas VII-D SMP Negeri I Sukowono Jember. FKIP Universitas Jember.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran, Edisi Kedua. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sagala, S. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sani, A. R 2013. Inovasi Pembelajaran Edisi Pertama, Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Senar. T. 2014. The Effect Of Problem Based Learning On Pre Service Teacher Critical Thinking Dispositions And Perceptions Of Problem Solving Ability. Jurnal SA Jurnal oF education.

Sardiman. 2009. Belajar Mengajar, Edisi Pertama. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Setyorini. 2011. Penerapan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Universitas Negeri Semarang.


(36)

118

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Sudjana, N. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Suharto. 2003. Panduan Pengajaran Mata Pelajaran Fisika. Jakarta : Irfandi Putra.

Suriasumantri, J. 2001. Ilmu Dalam Persfektif Sebuah Kumpulan tentang Karangan Hakekat Ilmu. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sutanto, I. 2013. Efek kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah fisika dengan model problem based learning di SMA Swasta Raksana Medan. UNIMED

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Surabaya: Penerbit Kencana.

Urip, A. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Sikap Ilmiah Dan KeterampilanBerpikir Kritis, Universitas Pendidikan Ganesha.


(1)

5.2 Saran

Berkenaan dengan hasil penelitian yang didapatkan, beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Pendidik hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan menyesusikan materi pembelajaran serta memperhatikan kelengkapan sumber belajar, alat serta bahan yang diperlukan dalam mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran.

2. Untuk peneliti diharapkan dapat mengoptimalkan waktu lebih banyak, sehingga pelaksanaan penelitian dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih optimal. Selain itu diharapkan dapat memilih masalah yang sesuai dengan materi pokok yang dilaksanakan sehingga pembelajaran lebih kontekstual dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kualitas hidup manusia. 3. Model pembelajaran berbasis masalah terbukti lebih efektif dan peneliti

anjurkan sebagai alternative model pembelajaran di sekolah bagi siswa yang memiliki sikap ilmiah baik yang tinggi maupun rendah untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi fisika.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ageng, P. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Msalah (PBL) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siwa Pada Mata Diklat Praktrik Dasar Instalasi Listrik (PDIL) DI SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

Agus, S. 2013. Penerapan Model PBL Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa. Singaraja ; Universitas Pendidikan Ganesha.

Ahmadi, A. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Alias, M. 2011. The Effect Of Preoblem Based Learning On Critical Thinking Ability : A Theoretical And Empirical Review. Jurnal IRSSH.

Anderson, K. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: Arevision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman.

Arends, R. 2008. Learning to Teach (7th ed.). Belajar untuk Mengajar (Terjemahan Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto pada Tahun 2008). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Arga, A. 2013. Implementasi Model Pembelajaran PBL Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Prestasi Belajar Fisika Siwa Kelas VIII C SMPN 1 Suruh Trenggalek. Malang: UNM.

Arikunto, S. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Ayu, H. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbasis Software power

point, makromedia Flash, dab Cabri II Plus Terhadap Hasil Belajar Siswa. Universitas Semarang.

Azwar, S. 1992. Reliabilitas dan Validitas Seri Pengukuran Psikologi. Yogyakarta: Sigma Alpha.

Brian, W. 2011. Peningkatan Kemampuan Metakognitif Fisika Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada SMK Pancasila 1 Kutoarjo. Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Budikase, K. 1995. Fisika untuk Sekolah Menengah Atas Kelas I. Jakarta: Depdikbud. Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.


(3)

Dimyati, M. 2006. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Rineka Cipta. Djamarah, S. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Dwi, M. 2013. Pengaruh Strategi Problem Based Learning Berbasis ICT Terhadap Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika. Universitas Pendidikan Indonesia.

Ekan, N, W. 2013. Kontribusi Sikap Ilmiah Dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Banyuasri Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Universitas Pendidikan Ganesha.

Fadly, A. 2012. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran PBL. Malang : UNM.

Ferguson, G.A. 1981. Statistical Analysis in Psychology Education. Singapore: Mc-Graw Hill International Book.

Fauziah, S. 2011. Students’ Perceptions on The Suitability Of Implementing an Online Problem Based Learning In A Physics Course. Journal Of Educational Technology. Gamze, S. 2013. A Comparison Of Achievement In Problem Based Strategic And Traditional Learning Classes In Physics. International Journal On New Trends In Education And Their Implications.

Gilang, C. S. 2012. Penerapan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Disertai Media Komputer Makro Media Flsah. FKIP Universitas Jember.

Gulo, W. 2008. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : Grasindo.

Hadi, U. 2012. Pengembangan Multimedia Pembelajaran Fisika dengan Macromedia SwishMax Pada Materi Cahaya untuk Membantu Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP Kelas VII.

Hamalik, O. 2011. Proses Balajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Hanafi, A. 2005. The Effectiveness Of Problem Based Learning In The Web Based Environment For The Delivery Of An Undergraduate Physics Course. Jurnal IEJ. Harjanto. 2008. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Harlen & Qualter. 2004. The Teaching Of Science In Primary School, London : David Fulton.

Hartanto, M. 2011. Pengaruh Pemanfaatan Program Adobe Flash Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Energi Bernuansa Nilai, Universitas Islam Negeri.(Online) (http://wawan junaidi.blogspot.com/2014/01/aktivitas-belajar-siswa.html, diakses 14 Januari 2014).


(4)

Indra, S. 2013. Pengaruh Media Animasi Fisika Dalam Model Pembelajaran Langsung (direct instruction) Terhadap Minat Belajar dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa di SMA Negeri Kota Bengkulu, Universitas Lampung.

Intrati, A. 2014. Upaya Meningkatkan Sikap Ilmiah Dan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajran Problem Based Learning Di kelas X SMA Neheri 8 Kota Jambi. Universitas Jambi.

Irawan, S. 2012. Efek Kemampuan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Dengan Model Problem Based Leaningdi SMA Swasta Raksana Medan. Tesis UNIMED.

Joyce, C. 2009. Models of Teaching (8th ed.). Model-Model Pengajaran (Terjemahan Achmad Fawai & Ateilla Mirza). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kartono. 2010. Pengembangan Model Penilaian Sikap Ilmiah IPA Bagi Mahasiswa PGSD. UNS.

Kendid, M. 2013. Penerapan Lesson Study Menggunakan Model PBL Dalam Pembelajaran Fisika Di SMP.

Kharida, L. 2009. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Elastisitas Bahan.

King, G. L, & Rohani, F. 2012. Higher Order Thinking Skills. Florida: Center for Advancement of Learning and Assessment, Folorida State University. (Online) (http://www.cala.fsu.edu/files/higher_order_thinking_ skills.pdf, diakses pada tanggal 28 Desember 2013).

Kustyorini, Y. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Dilengkapi Media Virtual Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika SMA/MA.

Kusuma,W.2012. Pembelajaran Fisika Dengan Model Problem Based Learning Menggunakan Multimedia Dan Modul Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Abstrak Dan Kemampuan Verbal Siswa. Universitas Surakarta.

Lubis, N. A. 2013. Efek Model Pembelajaran Advance Organizer Berbasis Eksperimen Dengan Media Flash Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Tesis UNIMED.

Majed, S. 2014. The Effects Of Problem Based Learning In Self Directed Learning Skill Among Physics Undergraduates. International Journal Of Academic Research In Progressive Education And Development.

Medriati, R. 2013. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Cahaya Kelas VII6 Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbasis Laboratorium di SMPN 14 Kota Bengkulu. FKIP UNIB Bengkulu.


(5)

Muslim, 2004. Pengembangan Model Pembelajaran Kontekstual Dan Implikasinya Terhadap Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Di SMA.

Naelal, N. 2013. Peningkatan Sikap Ilmiah Dan Ketuntasan Hasil Belajar Fisika Menggunakan Pendekatan Acclerated Learning Melalui Metode Eksperimen Di kelas VII E SMP Negeri 3 Silo Tahun Ajaran 2012/2013. Universitas Jember. Nyoman, N. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Laerning) dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Fisika Bagi Siswa Kelas VII SMP. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Paulina, L, 2013. Sikap Ilmiah Siswa Dalam Pembeljaran IPA Fisika Dalam Pembelajaran IPA Fisika Melalui Penggunaan Media Asli Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 32 Pekan Baru.Universitas Riau.

Pinar, C. 2011. The Effects Of Problem Based Learning On The Students’ Success In Physics Course.

Purwanto, A, 2013. Pembelajaran Fisika Dengan Menerapkan Model Inquiri Terbimbing Dalam Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Logis Siswa di SMA Negeri 8 Bengkulu, Universitas Lampung.

Riyana, S. 2007. Media Pembelajaran (Hakikat, pengembangan, pemanfaatan dan penilaian). Bandung: Wacana Prima.

Rofiqoh. 2013. Peningkatan Aktivitas Belajar Dan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Fisika Menggunkan Model Cooperatif Learning Tipe NHT Pada Siswa Kelas VII-D SMP Negeri I Sukowono Jember. FKIP Universitas Jember.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran, Edisi Kedua. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sagala, S. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sani, A. R 2013. Inovasi Pembelajaran Edisi Pertama, Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Senar. T. 2014. The Effect Of Problem Based Learning On Pre Service Teacher Critical Thinking Dispositions And Perceptions Of Problem Solving Ability. Jurnal SA Jurnal oF education.

Sardiman. 2009. Belajar Mengajar, Edisi Pertama. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Setyorini. 2011. Penerapan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan


(6)

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Sudjana, N. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Suharto. 2003. Panduan Pengajaran Mata Pelajaran Fisika. Jakarta : Irfandi Putra.

Suriasumantri, J. 2001. Ilmu Dalam Persfektif Sebuah Kumpulan tentang Karangan Hakekat Ilmu. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sutanto, I. 2013. Efek kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah fisika dengan model problem based learning di SMA Swasta Raksana Medan. UNIMED

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Surabaya: Penerbit Kencana.

Urip, A. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Sikap Ilmiah Dan KeterampilanBerpikir Kritis, Universitas Pendidikan Ganesha.


Dokumen yang terkait

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA SMA.

0 3 28

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA SMA.

0 2 24

EFEK MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY DAN KREATIVITAS TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI FISIKA SISWA.

0 8 40

EFEK MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH DAN PEMAHAMAN KONSEP AWAL TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF TINGKAT TINGGI FISIKA SISWA SMA.

0 3 32

EFEK MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBASIS KOLABORASI DENGAN MEDIA FLASH TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF TINGKAT TINGGI FISIKA SISWA SMA.

0 4 31

EFEK MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE DAN KREATIVITAS ILMIAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI FISIKA SISWA SMA NEGERI I BABALAN.

0 1 43

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA NEGERI 6 LHOKSEUMAWE.

3 10 27

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI BIOLOGI SMA NEGERI 17 MEDAN.

0 1 24

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA.

0 0 16

Pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa sma JURNAL MEGA

1 5 11