PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DI KELAS X SMA NEGERI 1 SIDAMANIK T.A. 2014/2015.

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG
DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE JIGSAW DAN TIPE TPS DI KELAS X SMA
NEGERI 1 SIDAMANIK T.A. 2014/2015

Oleh :
Immanuel Panjaitan
NIM. 408111063
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015

i


iv

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkah dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik. Skripsi ini berjudul “Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
dan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS di Kelas X SMA Negeri 1 Sidamanik
T.A. 2014/2015”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Unimed.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
Bapak Rektor Unimed Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.S beserta seluruh Pembantu Rektor
sebagai pimpinan Unimed, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan
FMIPA Unimed beserta Pembantu Dekan I, II, dan III di lingkungan Unimed,
Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul
Amry, M.Si., Ph.D selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan
Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika. Ucapan
terima kasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Dosen

Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran
guna kesempurnaan skripsi ini, Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd, Bapak Dr. Asrin
Lubis, M.Pd, dan Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd selaku Dosen Penguji yang
telah memberikan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi ini, Bapak Prof. Drs. Dian Armanto, M.Sc., Ph.D selaku
Dosen Pembimbing Akademik, Bapak Pardomuan N.J.M. Sinambela, M.Pd.,
Bapak Khairuddin, M.Pd., dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf
pegawai jurusan Matematika FMIPA Unimed.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Eden Purba,
M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 1 Sidamanik, Bapak A. Turnip, S.Pd selaku
guru bidang studi matematika SMA Negeri 1 Sidamanik yang telah banyak
membantu penulis selama penelitian.

v

Teristimewa penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada
Ayahanda N. Panjaitan dan Ibunda R. Marpaung, A.Ma.Pd yang terus
memberikan motivasi dan doa demi keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi
ini, juga kepada abang/kakak penulis yaitu: Melinda Simanjuntak, S.P., Hendra
Panjaitan, Amd.Kom., Nora Novita Panjaitan, S.E., serta kepada istri tercinta

Anting Pra Elda Hutagalung dan kedua anak penulis Joe Nathan Precious
Panjaitan dan Gia Nesya Florence Panjaitan yang menjadi inspirasi serta motivasi
kepada penulis untuk menyelesaikan skirpsi ini. Penulis juga menyampaikan
terima kasih kepada keluarga Bapak A. Hutagalung, Ibu M. Sinaga, Sun Lyhood
dan Sri Rahayu yang selalu memberikan dorongan dan doa kepada penulis sampai
penulisan skripsi ini selesai.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Amos H. Tarigan,
S.Pd., Elia T. Sirait, S.Pd., Tuti M. Malau, S.Pd, Yosie L. C. S.Pd, Irma Y.
Turnip, S.Pd., dan teman-teman seperjuangan lainnya di Jurusan Matematika
Kelas A Reguler 2008. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Wes
Waruwu, S.Pd, Marihot Pardamean Sianturi, S.Pd., Reynold M. Sinambela,
Shindy Yun Sinaga, Aam Jon Mintase Tarigan, S.Si., Jhonalwin Nainggolan dan
seluruh anggota IKBKM beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun
tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.


Medan,
Penulis,

Maret 2015

Immanuel Panjaitan
NIM. 408111063

ii

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG
DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE JIGSAW DAN TIPE TPS DI KELAS X SMA
NEGERI 1 SIDAMANIK T.A. 2014/2015
IMMANUEL PANJAITAN (NIM. 408111063)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dan dilakukan di
SMA Negeri 1 Sidamanik yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
pada materi Trigonometri di kelas X SMA Negeri 1 Sidamanik T.A. 2014 / 2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1
Sidamanik T.A. 2014 / 2015 yang terdiri dari 8 kelas. Sedangkan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini ada dua kelas, yaitu kelas X-1 sebanyak 39 orang
yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan kelas X-2
sebanyak 36 orang yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS,
penentuan sampel dilakukan secara acak (cluster sampling). Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian (essay test) sebanyak 4 soal yang
telah dinyatakan valid.
Hasil penelitian dan pengujian hipotesis disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang signifikan dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran
koperatif tipe TPS pada materi Trigonometri di kelas X SMA Negeri 1 Sidamanik
T.A. 2014 / 2015, dengan t hitung = 2,886 dan t tabel = 1,996 diperoleh thitung tidak
berada diantara interval -1,996 < t < 1,996 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.
Rata-rata pretes siswa kelas Jigsaw sebesar 19,38 sedangkan rata-rata postes
33,08. Siswa kelas TPS diperoleh rata-rata pretes sebesar 19,50 sedangkan ratarata postes sebesar 29,61. Berdasarkan peningkatan nilai rata-rata pada kedua
kelas, sehingga disarankan kepada guru matematika untuk dapat menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dalam pembelajaran matematika, dengan tetap
memperhatikan kelebihan dan kekurangan dari kedua model pembelajaran
tersebut.

viii

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1.
Tabel 2.1.
Tabel 2.2.
Tabel 2.3.
Tabel 2.4.
Tabel 2.5.
Tabel 2.6.
Tabel 2.7.
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
Tabel 3.4.

Tabel 3.5.
Tabel 3.6.
Tabel 3.7.
Tabel 3.8.
Tabel 3.9.
Tabel 3.10.
Tabel 3.11.
Tabel 3.12.
Tabel 3.13.
Tabel 3.14.
Tabel 3.15.
Tabel 3.16.
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.

Halaman
Pencapaian Matematika Grade 8 Negara Indonesia
Berdasarkan Survei TIMSS Tahun 2008 – 2011

2
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
19
Skor Perkembangan Individu
24
Tingkat Penghargaan Kelompok
24
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
25
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
28
Nilai Perbandingan Trigonometri Sudut Khusus
40
Tabel Nilai Sinus, Cosinus dan Tangen Sudut di
Semua Kuadran
41
Desain Penelitian
46
Kisi-kisi Soal Pretes (Teorema Phytagorasi)
51

Kisi-kisi Soal Postes (Trigonometri)
51
Rubik Penilaian (Holistic Scale) Kemampuan Komunikasi
Matematis
52
Pedoman Pengkalsifikasian Kemampuan Komunikasi
Matematis Siwa
53
Klasifikasi dari Indeks Validitas
55
Validitas Soal Pretes
55
Validitas Soal Postes
56
Klasifikasi dari Indeks Reabilitas
57
Kriteria Daya Pembeda Butir Soal
58
Rangkuman Daya Pembeda Soal Pretes
59

Daya Pembeda Postes (Tes Kemampuan Komunikasi
Matematis)
59
Kriteria Tingkat Kesukaran Soal
60
Rangkuman Tingkat Kesukaran Soal Pretes dan Postes
60
Rangkuman Analisis Uji Coba Soal Pretes (Materi Prasyarat) 61
Rangkuman Analisis Uji Coba Soal Postes (Kemampuan
Komunikasi Matematis)
61
Nilai Postes Kelas Jigsaw dan Kelas TPS
66
Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Secara
Kuantitatif di Kelas Jigsaw
68
Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Secara
Kuantitatif di Kelas TPS
71
Ringkasan Uji Normalitas Data


ix

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1.
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Gambar 2.2.a.
Gambar 2.2.b.
Gambar 2.4.
Gambar 2.5.
Gambar 2.6.
Gambar 2.7.
Gambar 2.8.
Gambar 3.1.
Gambar 4.1.a.
Gambar 4.1.b.
Gambar 4.2.
Gambar 4.3.

Hubungan Kemampuan-Kemampuan Matematika dalam
Pembelajaran Matematika Menurut NCTM
3
Skema Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
23
Model Komunikasi S – R
31
Respon Positif
31
Respon Negatif
31
Model Komunikasi Aristoteles
32
Model Komunikasi Interaksional
32
Sebuah Segitiga Siku-Siku di B
38
Lingkaran pada Sumbu XOY
39
Nilai Sinus, Kosinus dan Tangen Sudut di Semua Kuadran
41
Mekanisme Penelitian
48
Rata-rata Kemampuan Komunikasi matematis Siswa (Skor) 67
Rata-rata Kemampuan Komunikasi matematis Siswa (Persen) 67
Sebaran Tingkat Penguasaan Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa di Kelas Jigsaw
68
Sebaran Tingkat Penguasaan Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa di Kelas TPS
70

x

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15.
Lampiran 16.
Lampiran 17.
Lampiran 18.
Lampiran 19.
Lampiran 20.
Lampiran 21.
Lampiran 22.
Lampiran 23.
Lampiran 24.
Lampiran 25.
Lampiran 26.

Halaman
Kisi-Kisi Pretes
79
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis 80
Validasi Teoritik Soal Pretes
81
Soal Pretes (Validasi Teoritik)
84
Alternatif Penyelesaian Soal Pretes
87
Analisis Uji Coba Soal Pretes
94
Soal Pretes Setelah Validasi
103
Kisi-kisi Soal Postes
105
Validasi Teoritik Soal Postes
106
Soal Postes Hasil Validasi Teoritik
109
Analisis Uji Coba Postes (Tes Kemampuan Komunikasi
Matematis)
112
Soal Postes Setelah Validasi
122
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Pertemuan I
124
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Pertemuan II
129
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe
TPS Pertemuan I
134
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe
TPS Pertemuan II
139
Lembar Aktivitas Siswa Pertemuan I
144
Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa (LAS)
Pertemuan I
152
Lembar Aktivitas Siswa Pertemuan II
159
Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa (LAS)
Pertemuan II
169
Uji Normalitas Pretes dan Postes
178
Uji Homogenitas Pretes dan Postes
184
Uji Hipotesis
186
Perhitungan Nilai Rekognisi Individual dan Tim
188
Contoh Rekognisi (Penghargaan) Kelompok
189
Dokumentasi Penelitian
190

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah
Perkembangan

dan

kualitas

pendidikan

berperan

penting

untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan juga memajukan suatu negara.
Peningkatan perkembangan pendidikan dilihat dari besar kesempatan dan
kemudahan warga negara memperoleh pendidikan mulai dari tingkat pendidikan
dasar sampai tingkat pendidikan tinggi. Sedangkan kualitas pendidikan yang baik
dilihat dari fasilitas pendukung di setiap jenjang pendidikan, tingkat kompetensi
guru, lingkungan belajar yang kondusif, output yang mampu bersaing di tingkat
nasional dan internasional, dan optimalisasi pemanfaatan teknologi.
Namun, tidak mudah untuk mencapai kualitas pendidikan seperti yang
diharapkan sebuah negara. Trianto (2011:4) menyatakan bahwa, “Untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional pemerintah menyelenggarakan perbaikan-perbaikan
peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang”. Perbaikan
tersebut dilaksanakan dalam bentuk pengembangan kurikulum, pemanfaatan
media elektronik dan alat peraga, pengadaan fasilitas komputer dan akses internet
untuk menambah sumber belajar yang telah ada, pelatihan dan pendidikan untuk
meningkatkan profesionalisme guru, penerapan model-model pembelajaran dan
lain sebagainya.
Pembelajaran matematika adalah bagian dari Pendidikan Nasional yang
tidak luput dari upaya-upaya peningkatan kualitas pendidikan, sebab matematika
merupakan ilmu pengetahuan yang terintegrasi dengan berbagai bidang ilmu.
Lebih lengkap lagi Cockroft (dalam Abdurrahman, 2003:253) menyatakan ada 6
(enam) alasan mengapa meningkatkan kualitas pendidikan matematika penting
dilakukan, antara lain:
1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; 2) semua bidang studi
memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; 3) merupakan sarana
komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; 4) dapat digunakan untuk

2

menyajikan informasi dalam berbagai cara; 5) meningkatkan kemampuan
berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan 6) memberi
kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Namun, harapan kualitas pendidikan matematika Indonesia saat ini tidak
sejalan dengan pencapaian yang diperoleh. Hal tersebut dilihat dari hasil
penelitian TIMMS (Trends in Internasional Mathematics and Sience Study) yang
menunjukkan skor rata-rata kemampuan matematika siswa Indonesia untuk grade
8 (setara kelas VIII SMP) menurun dari tahun 2003 sampai 2011 seperti yang
ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 1.1. Pencapaian Matematika Grade 8 Negara Indonesia Berdasarkan Survei
TIMSS Tahun 2003-2011
No
1
2.
3.

Tahun
2003
2007
2011

Rata-rata
411
397
386

Urutan keJumlah Negara Peserta
35
46
36
49
38
42
Sumber: Kemdikbud (2011), TIMSS (2011)

Hasil penelitian TIMSS di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata matematika
Indonesia selalu berada di bawah skor rata-rata pencapaian matematika yang
ditentukan TIMSS yaitu sebesar 500. Padahal materi yang diujikan oleh TIMSS
seperti bilangan, aljabar, geometri, data dan peluang merupakan materi yang
terdapat dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
Hal sama juga ditunjukkan dari hasil penelitan PISA (Program for
International Student Assesment) tahun 2009 yang memfokuskan pada
kemampuan kognitif dan keahlian membaca, matematika dan sains. Kemdikbud
(dalam Husamah dan Setyaningrum, 2013:2) menyatakan bahwa, “Dari hasil
penelitian yang dilakukan PISA menunjukkan bahwa hampir semua siswa hanya
mengusai pelajaran sampai level 3 (tiga). Sedangkan negara maju dan
berkembang lainnya menguasai pelajaran sampai level 4, 5, bahkan 6”.
NCTM (2000) menyatakan bahwa ada lima kemampuan matematika yang
dikembangkan dalam pembelajaran yakni problem solving (kemampuan
pemecahan masalah) resoning and proof (kemampuan penalaran), communication

3

(komunikasi),

connection

(penalaran),

dan

representation

(kemampuan

representasi). Lebih lanjut dalam NCTM (2000), hubungan kelima kemampuan
dasar tersebut dinyatakan seperti pada gambar berikut.

Connection

Problem Solving

Communcation

Reasoning and
Proof

Representation

Gambar 1.1 Hubungan kemampuan-kemampuan matematika dalam
pembelajaran menurut NCTM.
Dari kelima kemampuan dasar tersebut, kemampuan komunikasi
matematis merupakan kemampuan matematika yang penting dikembangkan di
sekolah. Baroody (dalam Ansari, 2003) menyatakan dua alasan mengapa
komunikasi matematis penting dikembangkan di sekolah, yakni:
Pertama, matematics as languange, artinya matematika tidak hanya
sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan
pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi
matematika juga sebagai suatu alat yang berharga untuk
mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat (an
invaluabel tool for communicating a varriety of ideas clearly, precisely,
and succinctly). Kedua, matematics learning as social activity; artinya,
sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika juga sebagai
wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa.
Cai (dalam Ansari, 2003) juga mengatakan bahwa, “Communication is considered
as the means by which teachers and students can share the process of learning,
understanding, and doing mathematics.” Artinya dengan komunikasi guru dan
siswa dapat saling berbagi dalam poses pembelajaran, pemahaman, dan
mengerjakan masalah matematika.

4

Menurut Kemdikbud (2013) kemampuan komunikasi matematika adalah
kemampuan mengkomunikasikan gagasan dan penalaran serta mampu menyususn
bukti matematika dengan menggunakaan kalimat lengkap, simbol, tabel, diagram
atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Pengertian yang lebih
luas tentang kemampuan komunikasi matematis dikemukakan oleh Roberg dan
Chair (dalam Qohar, 2009), yakni:
(a) menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide
matematika; (b) menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis secara lisan
atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar; (c)
menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika;
(d) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika; (e)
membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis,
membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan
generalisasi; (f) menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika
yang telah dipelajari.
Sementara, Yaeger dan Yaeger (dalam Izzati dan Suryadi, 2010) mendefinisikan
kemampuan

komunikasi

matematika

sebagai

kemampuan

untuk

mengkomunikasikan matematika baik secara lisan, visual, maupun dalam bentuk
tertulis, dengan menggunakan kosa kata metematika yang tepat dan berbagai
representasi yang sesuai, serta memperhatikan kaidah-kaidah matematika.
Kemampuan komunikasi matematis mencakup komunikasi secara tertulis
dan lisan. LACOE (dalam Mahmudi, 2009) menyatakan bahwa,
Komunikasi tertulis dapat berupa penggunaan kata-kata, gambar, tabel,
dan sebagainya yang menggambarkan proses berpikir siswa. Komunikasi
tertulis juga dapat berupa uraian pemecahan masalah atau pembuktian
matematika yang menggambarkan kemampuan siswa dalam
mengorganisasikan berbagai konsep untuk menyelesaikan masalah.
Sedangkan komunikasi lisan dapat berupa pengungkapan dan penjelasan
verbal suatu gagasan matematika.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika di SMA
Negeri 1 Sidamanik, menyatakan bahwa, “Kemampuan komunikasi matematis
siswa di SMA terutama di bidang studi matematika masih rendah. Siswa masih
sulit menginterpretasikan permasalahan matematika ke dalam bahasa sehari-hari.
Siswa juga sulit menyatakan permasalahan ke dalam gambar, grafik dan simbol-

5

simbol matematika.” Hal ini diperkuat dari hasil tes diagnostik yang dilakukaan,
diperoleh rata-rata nilai siswa (37 siswa) yang diuji adalah 21,8 dari skor
maksimal 100. Dari lembar jawaban siswa yang diuji, diperoleh bahwa kesulitan
yang paling dasar yang dilakukan siswa adalah siswa tidak mampu
menerjemahkan masalah ke dalam gambar, sehingga siswa tidak dapat
menyatakan solusi dengan benar. Sebagian siswa mampu menyatakan
permasalahan ke dalam gambar, namun masih ada notasi-notasi yang tidak sesuai
pada tempatnya.
Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah ketidaksesuaian
metode pembelajaran dengan karakteristik pembelajaran matematika. Trianto
(2011:5) menyebutkan bahwa, “Proses pembelajaran hingga dewasa ini masih
memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk
berkembang secara mandiri.” Hal yang senada juga dinyatakan oleh Ansari (2003)
yang menyebutkan bahwa:
Tidak sedikit pula para guru yang masih menganut paradigma transfer of
knowledge dalam pembelajaran matematika yang sampai saat ini.
Paradigma ini beranggapan bahwa siswa merupakan objek atau sasaran
belajar, sehingga dalam proses pembelajaran berbagai usaha lebih banyak
dilakukan oleh guru mulai dari mencari, mengumpulkan, memecahkan dan
menyampaikan informasi ditujukan agar peserta didik memperoleh
pengetahuan.
Penumpukan informasi pada subjek didik dapat kurang bermanfaat bahkan tidak
bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut dikomunikasikan oleh guru kepada
subjek didik melalui satu arah. Akibatnya Trianto (2011:7) menyatakakan bahwa,
“Siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan
bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi
baru.”
Dari observasi yang peneliti lakukan, ditemukan bahwa guru matematika
SMA Negeri 1 Sidamanik masih menerapkan metode pembelajaran konvensional,
yakni pembelajaran terpusat kepada guru. Melihat hal ini, tentu diperlukan peran
serta guru ataupun calon guru untuk dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa. Guru dan calon guru juga perlu merubah pandangan bahwa

6

matematika hanya sebatas ilmu yang dapat diukur dari kamampuan siswa untuk
menyelesaikan suatu soal matematika. Jelas paradigma ini membuat siswa tidak
berperan aktif dalam pembelajaran, sehingga membuat kemampuan komunikasi
matematis siswa rendah.
LACOE (dalam Mahmudi, 2009) menyatakan bahwa cara yang dipandang
tepat untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa adalah
berdiskusi kelompok. Percakapan antara siswa dan siswa maupun siswa dengan
guru akan mendorong atau memperkuat pemahaman yang mendalam akan
konsep-konsep matematika. NCTM (2000) menyatakan bahwa, “Ketika siswa
berpikir,

merespon,

berdiskusi,

mengelaborasi,

menulis,

membaca,

mendengarkan, dan menemukan konsep-konsep matematika, mereka mempunyai
berbagai keuntungan, yaitu berkomunikasi untuk belajar matematika dan belajar
mengkomunikasikan secara matematis.” Lebih tegas lagi Ansari (2009:56)
menyatakan bahwa salah satu strategi pembelajaran yang mendukung kemampuan
komunikasi matematis siswa adalah cooperative learning. Sebab model
pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang
menuntut keaktifan siswa berkomunikasi dan kemampuan siswa menyampaikan
ide atas suatu masalah yang sedang didiskusikan.
Menurut Slavin (dalam Lie, 2009: 15) cooperative learning atau
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar
dan bekerja dalam kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Dalam penelitian
ini, model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share).
Menurut Isjoni (2009:54), “Pembelajaran koopertif Jigsaw merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal”.

Isjoni

(2009:55)

merangkum

kooperatif tipe Jigsaw sebagai berikut:

langkah-langkah

pembelajaran

7

Dalam Jigsaw ini setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari
materi tertentu. Kemudian siswa-siswa atau perwakilan dari kelompoknya
masing-masing bertemu dengan anggota-anggota dan kelompok lain yang
mempelajari serta memahami setiap masalah yang dijumpai sehingga
perwakilan tersebut memahami materi tersebut. Setelah masing-masing
perwakilan tersebut dapat menguasai materi yang ditugaskannya,
kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke kelompok
masing-masing atau kelompok asalnya. Selanjutnya, masing-masing
anggota tersebut saling menjelaskan pada teman satu kelompoknya
sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami materi yang
ditugaskan guru.
Jadi, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif
yang terdiri dari 4-6 orang dimana setiap siswa mempelajari suatu materi dan
setiap siswa dari masing-masing kelompok yang membahas materi yang sama
mempelajari materi tersebut dalam kelompok ahli kemudian kembali ke kelompok
asal untuk menjelaskan materi kepada masing-masing anggota kelompok asal.
Pembelajaran

kooperatif

tipe

TPS

(Think-Pair-Share)

memberi

kesempatan kepada siswa bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.
Isjoni (2009: 78) mengatakan bahwa,
Teknik ini (model pembelajaran kooperatif tipe TPS) memberi kesempatan
untuk siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu
memberikan kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa
untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.
Slavin (2005:257) menyatakan bahwa, “Model pembelajaran kooperatif tipe TPS
merupakan model pembelajaran yang sederhana, namun sangat bermanfaat”.
Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TPS yang dikembangkan
oleh Lyman (dalam Slavin, 2005:257) ini adalah:
Ketika guru menyampaikan pelajaran kepada kelas, para siswa duduk
berpasangan dengan timnya masing-masing. Guru memberikan pertanyaan
kepada kelas. Siswa diminta untuk memikirkan jawaban untuk dirinya
sendiri, lalu berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah
kesepakatan terhadap jawaban. Akhirnya guru meminta para siswa untuk
berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas.
Jadi pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah tipe pembelajaran kooperatif yang
terdiri dari 2-4 siswa dimana masing-masing siswa memikirkan jawaban atas

8

masalah yang diberikan kemudian mendikusikannya secara berpasangan dan
selanjutnya berbagi jawaban dengan pasangan lain.
Hal-hal di atas membuat peneliti merasa tertarik untuk melaksanakan
penelitian dengan judul: Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
dan Tipe TPS di Kelas X SMA Negeri 1 Sidamanik T. A. 2014/ 2015.

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi
identifikasi masalah adalah:
1. Rara-rata kemampuan matematika siswa Indonesia masih rendah.
2. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.
3. Peran guru masih kurang membawa siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran.
4. Pembelajaran yang diterapkan guru menggunakan metode konvensional
sehingga kemampuan komunikasi matematis siswa kurang terangsang.

1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, yang menjadi fokus masalah
penelitian ini adalah:
1. Menguji perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe TPS (Think-PairShare).
2. Kemampuan komunikasi matematis siswa yang diteliti adalah kemampuan
komunikasi matematis secara tertulis.

1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada perbedaan kemampuan
komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran

9

kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe TPS di kelas X
SMA Negeri 1 Sidamanik T.A. 2014/2015?

1.5. Tujuan Penelitian.
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: Untuk
mengetahui perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS di kelas X SMA Negeri 1 Sidamanik T.A. 2014/2015.

1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa, sebagai bahan informasi bagi siswa untuk menentukan cara
belajar yang sesuai dalam mempelajari matematika.
2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan bagi guru matematika dalam memilih
model pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar di
sekolah.
3. Bagi sekolah, memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang pentingnya
model pembelajaran baru dalam pembelajaran matematika.
4. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman, karena

sesuai

dengan profesi yang akan ditekuni yaitu sebagai pendidik sehingga nantinya
dapat diterapkan dalam pembelajaran di dalam kelas.
5. Bagi peneliti lain, sebagai bahan masukan awal bagi peneliti lain dalam
melakukan

kajian

penelitian

yang

lebih

mendalam

lagi

mengenai

pembelajaran matematika.

1.7

Definisi Operasional

1) Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana
sistem belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang
secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam
belajar.

10

2) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif
yang dimana setiap siswa dari masing-masing kelompok yang membahas
materi yang sama mempelajari materi tersebut dalam kelompok ahli kemudian
kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan materi kepada masing-masing
anggota kelompok asal.
3) Pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah model pembelajaran kooperatif yang
membagi tiap 4 orang dalam satu kelompok dimana masing-masing siswa
memikirkan jawaban atas masalah yang diberikan kemudian mendikusikannya
secara berpasangan dan selanjutnya berbagi jawaban dengan pasangan lain.
4) Komunikasi adalah interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru
dan guru dengan siswa melalui proses transmisi informasi, gagasan, emosi,
keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata,
gambar, figur, grafik dan sebagainya untuk mengubah perilaku orang lain.
5) Komunikasi matematis adalah proses transmisi ide matematis dengan
menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur dan grafik untuk
mencapai tujuan matematika.
6) Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa menyatakan ide
melalui tulisan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur dan
grafik, lebih luas lagi yaitu kemampuan siswa dalam hal bercakap,
menjelaskan,

menggambarkan,

mendengar,

menyatakan,

bekerjasama (sharing), menulis, dan akhirnya melaporkan.

klarifikasi,

75

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis terhadap data penelitian maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) di kelas X SMA Negeri 1
Sidamanik T.A. 2014/2015.

5.2. Saran
1. Guru matematika dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw
alternatif

dan LAS (Lembar Aktivitas Siswa) pada penelitian ini sebagai
pembelajaran

untuk

meningkatkan

kemampuan

komunikasi

matematis siswa.
2. Siswa, khususnya di SMA Negeri 1 Sidamanik dapat melatih kemampuan
komunikasi matematisnya dengan mengerjakan lebih banyak soal-soal
kemampuan komunikasi matematis seperti yang diberikan pada pretes, postes
maupun LAS (Lembar Aktivitas Siswa) dalam penelitian ini.

3. Melihat keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki peneliti seperti waktu
penelitian, diharapkan kepada peneliti lain dapat melanjutkan bentuk
penelitian ini dengan meteri, tingkat kelas yang berbeda dan waktu yang lebih
lama sehingga hasil penelitian dapat lebih baik.

4. Bagi pihak sekolah yang akan menerapkan hasil penelitian ini pada tingkat
kelas yang ada di sekolah diharapkan lebih memperhatikan kelebihan dan
kelemahan model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini.

76

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,
Rineka Cipta, Jakarta.
Ansari, B. I., (2003), Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan
Komunikasi Matematik melalui Strategi Think-Talk Write (Eksperimen di
SMUN Kelas I Bandung), Disertasi, PPs, UPI, Bandung.
Ansari, Bansu I., (2009), Komunikasi Matematik, Pena, Banda Aceh.
Arifin, Zaenal, (2009), Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur,
Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S., (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Penerbit
Asdi Mahasatya, Jakarta.
Aroson, Elliot, (2013), http://www.jigsaw.com (diakses tanggal 20 September
2014)
Barlita, Karida, (2011), Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share (TPS) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan
Kepercayaan Diri Sisiwa SMP, Tesis, FMIPA, UPI, Bandung.
http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=5941 (diaskes 28
Oktober 2012)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam_Universitas Negeri Medan.
(2010), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program
Studi Pendidikan FMIPA UNIMED, FMIPA Unimed, Medan.
Husamah, Setyaningrum, Y., (2013), Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian
Kompetensi: Panduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung
Implementasi Kurikulum 2013, Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta .
Hutagalung, Jhenri Berto, (2009), Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas
Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Tesis, PPs, UPI, Bandung.
http://repository.upi.edu/tesisview.php?no_tesis=1122 (diaskes 28 Oktober
2012)
Isjoni, H.,(2009), Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar
Berkelompok, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Lie, Anita, (2008), Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning
di Ruang-ruang Kelas, Penerbit Grasindo, Jakarta

77

Kemdikbud, (2011), Survei Internasional TIMSS (Trends in International
Mathematics and Science Study).
Kemdikbud, (2013), Pengantar Peminatan Matematika (Kurikulum 2013).
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Kemdikbud, (2013), Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang
Implementasi Kurikulum, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,
Jakarta.
Mahmudi, A. (2009), Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal
MIPMIPA UNHALU 8: 1 – 9 .
Muliyatiningsih, Endang, (2013), Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan,
Penerbit Alfabeta, Bandung.
Mullyana, Deddy, (2010), Ilmu Komunikasi, Penerbit Remaja Rosdakarya,
Bandung.
National Council of Teachers of Mathematics, (2000), Principle and Standard for
School Mathematic, VA, NCTM, Reston.
Qohar, A., (2009), Pengembangan Intrumen Komunikasi Matematis Untuk Siswa
SMP, Lomba dan Seminar Matematika XIX: 44 – 57
Sagala, H. Syaiful, (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu
Memecahkan Probelmatika Belajar dan Mengajar, Bandung: Alfabeta
Sanjaya, Wina, (2013), Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur,
Penerbit Kencana, Jakarta.
Setiadi, Yudi, (2010), Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi
Matematis
Siswa
SMP
Melalui
Pembelajaran
Kooperatif
Dengan
Teknik
TPS,
Tesis,
PPs,
UPI,
Bandung.
http://repository.upi.edu/tesisview.php?no_tesis=374 (diaskes 28 Oktober
2012)
Slavin, R. E., (2005), Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik, Penerbit
Nusa Media, Bandung.
Sudjana., (2005), Metoda Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung
Sugiyono, (2008), Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, Penerbit Alfabeta, Bandung.

78

Tarwan, (2011), Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Sswa
Kelas VII A MTS Ma’aruf NU 10 Krenceng Kambupaten Purbalingga
Tahun Pelajaran 2010/2011 pada Materi Segiempat dengan Model
Pembelajran Kooperatif Learning Tipe Jigsaw, Skripsi, FMIPA, UPI,
Bandung.
http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=6765
(diaskes 28 Oktober 2012)
Trends in International Mathematics and Science Study, (2011), TIMSS 2011
International Results in Mathematics, TIMSS & PIRLS International
Study Center, MA.
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Penerbit Karisma Putra Utama, Jakarta.
Warsa, N., (2012), Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi
Matematis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigswa
dengan Pendekatan Konstekstual Berbasis Karakter, Tesis, PPs, UPI,
Bandung. http://repository.upi.edu/tesisview.php?no_tesis=2113 (diaskes
tanggal 28 Oktober 2012)
Weti, I., (2010), Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Melalui
Strategi Think-Talk-Write (TTW), Skripsi, FMIPA, UPI, Bandung.
http://kartiniokey.blogspot.com/2010/05/
meningkatkan-kemampuankomunikasi.html (diaskes 12 Oktober 2012)