STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 METRO PELAJARAN 2011/2012

(1)

ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

PADA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 METRO

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

NIA PUSPITA SARI

Hasil belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Rendahnya hasil belajar ekonomi siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu kurangnya keaktifan siswa serta kurangnya variasi dalam menggunakan model pembelajaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) jika dikaitkan dengan kemampuan awal yang dimiliki siswa pada mata pelajaran ekonomi. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw digunakan di kelas eksperimen dan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada kelas kontrol. Pada kedua kelas yang menjadi sampel penelitian tersebut terdapat siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan rendah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, tepatnya quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 212 orang siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012, dengan sampel sebanyak 60 orang siswa. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah


(2)

cluster random sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi dan teknik tes. Pengujian hipotesis 1 dan 4 menggunakan rumus analisis varians dua jalan dan pengujian hipotesis 2 dan 3 menggunakan rumus t-test separated varians.

Hasil penelitian menunjukan (1) pada pengujian hipotesis pertama diperoleh Fhitung 9,351 dan Ftabel 4,02, menunjukan bahwa Fhitung > Ftabel , maka hipotesis

diterima. (2) pada pengujian hipotesis kedua diperoleh thitung 3,437 dan ttabel 2,048, menunjukan bahwa thitung > ttabel , maka hipotesis diterima. (3) pada pengujian hipotesis ketiga diperoleh thitung 1.706 dan ttabel 2,048, menunjukan bahwa thitung < ttabel , maka hipotesis ditolak . (4) pada pengujian hipotesis

keempat diperoleh Fhitung 0,310 dan Ftabel 4,02, menunjukan bahwa Fhitung < Ftabel berarti hipotesis ditolak.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 2. Rata-rata hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal

tinggi yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

3. Rata-rata hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

4. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan awal siswa pada mata pelajaran ekonomi.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Numbered Heads Together (NHT) serta Kemampuan Awal.


(3)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

PADA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER ( NHT)

PADA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 METRO

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

NIA PUSPITA SARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ( NHT) PADA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


(4)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

PADA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER ( NHT)

PADA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 METRO

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Skripsi)

Oleh

NIA PUSPITA SARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ( NHT) PADA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP


(5)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Kegunaan Penelitian... 11

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN DIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar ... 13

2. Hasil Belajar ... 16

3. Model Pembelajaran... 19

4. Model Pembelajaran Kooperatif ... 21

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 26

6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 32

7. Kemampuan Awal ... 35

B. Penelitian yang Relevan ... 42

C. Kerangka Pikir ... 43

D. Anggapan Dasar Hipotesis ... 48

E. Hipotesis ... 48

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Desain Eksperimen... 51


(6)

2. Prosedur Penelitian... 52

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi ... 54

2. Sampel ... 55

C. Variabel Penelitian ... 56

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 57

E. Teknik Pengumpulan Data ... 60

F. Uji Persyaratan Instrumen 1. Uji Validitas ... 61

2. Uji Reliabilitas ... 63

3. Taraf Kesukaran ... 64

4. Daya Pembeda ... 65

G. Uji Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas ... 66

2. Uji Homogenitas ... 67

H. Teknik Analisis Data 1. Analisis Varians Dua Jalan ... 67

2. T-Test Dua Sampel Independen ... 69

3. Pengujian Hipotesis ... 70

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 2 Metro ... 73

2. Visi, Misi, dan Tujuan SMA Negeri 2 Metro ... 74

3. Situasi dan Kondisi SMA Negeri 2 Metro ... 77

B. Deskripsi Data 1. Data Hasil Tes Kemampuan Awal ... 81

2. Data Hasil Tes Kemampuan Awal pada Siswa yang Memiliki Kemampuan Awal Tinggi dan Rendah di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 85

3. Data Tes Hasil Belajar ... 94

4. Data Tes Hasil Belajar pada Siswa yang Memiliki Kemampuan Awal Tinggi dan Rendah di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 99

C. Uji Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas ... 110

2. Uji Homogenitas ... 111

D. Hasil Belajar Ekonomi di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…... ... 112

E. Pengujian Hipotesis ... 116 F. Pembahasan


(7)

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT ... 118 2. Rata-rata hasil belajar ekonomi pada siswa yang

memiliki kemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ... 122 3. Rata-rata hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki

kemampuan awal rendah yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ... 124 4. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif

dengan kemampuan awal siswa pada mata pelajaran

ekonomi... 125 V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan . ... 129 B. Saran ... . ... 130 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai UTS Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X Semester Ganjil

SMA Negeri 2 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 3

2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 23

3. Penelitian yang Relevan ... 42

4. Definisi Operasional Variabel ... 59

5. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 62

6. Tingkatan Besarnya Reliabilitas ... 63

7. Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan ... 68

8. Keadaan Sarana Dan Prasarana SMA Negeri 2 Metro ... 77

9. Jumlah Peserta Didik Tahun 2011/2012 ... 79

10.Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Awal Kelas Eksperimen ... 82

11.Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Awal Kelas Kontrol ... 84

12.Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Awal Tinggi di Kelas Eksperimen ... 86

13.Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Awal Rendah di Kelas Eksperimen ... 88

14.Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Awal Tinggi di Kelas Kontrol ... 90

15.Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Awal Rendah di Kelas Kontrol ... 93

16.Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Kelas Eksperimen ... 95

17.Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Kelas Kontrol ... 97

18.Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Ekonomi Siswa yang Memiliki Kemampuan Awal Tinggi di Kelas Eksperimen ... 100

19.Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Ekonomi Siswa yang Memiliki Kemampuan Awal Rendah di Kelas Eksperimen ... 103

20.Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Ekonomi Siswa yang Memiliki Kemampuan Awal Tinggi di Kelas Kontrol ... 106

21.Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Ekonomi Siswa yang Memiliki Kemampuan Awal Rendah di Kelas Kontrol ... 108

22.Hasil Uji Normalitas Sampel Hasil Belajar Ekonomi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 110

23.Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 111

24.Peningkatan Hasil Belajar Ekonomi Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 112


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ilustrasi yang Menunjukan Tim Jigsaw ... 30 2. Paradigma Penelitian ... 47 3. Desain Penelitian ... 51


(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Hasil Tes Kemampuan Awal Kelas Eksperimen ... 82

2. Hasil Tes Kemampuan Awal Kelas Kontrol ... 84

3. Hasil Tes Kemampuan Awal Tinggi di Kelas Eksperimen ... 87

4. Hasil Tes Kemampuan Awal Rendah di Kelas Eksperimen ... 89

5. Hasil Tes Kemampuan Awal Tinggi di Kelas Kontrol ... 91

6. Hasil Tes Kemampuan Awal Rendah di Kelas Kontrol ... 93

7. Hasil Belajar Ekonomi Kelas Eksperimen ... 95

8. Hasil Belajar Ekonomi Kelas Kontrol ... 98

9. Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kemampuan Awal Tinggi di Kelas Eksperimen ... 101

10.Hasil Belajar Ekonomi Siswa Berkemampuan Awal Rendah di Kelas Eksperimen ... 104

11.Hasil Belajar Ekonomi Siswa Berkemampuan Awal Tinggi di Kelas Kontrol ... 106

12.Hasil Belajar Ekonomi Siswa Berkemampuan Awal Rendah Di Kelas Kontrol ... 109

13.Peningkatan Hasil Belajar Ekonomi Kelas Eksperimen ... 113

14.Peningkatan Hasil Belajar Ekonomi Kelas Kontrol ... 114

15.Peningkatan Hasil Belajar Ekonomi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 115


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Struktur Organisasi SMA Negeri 2 Metro 2. Denah Ruang Kelas SMA Negeri 2 Metro

3. Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMA Negeri 2 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012

4. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen/X5 (Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw)

5. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol/ X6 (Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT)

6. Silabus

7. RPP Kelas Eksperimen 8. RPP Kelas Kontrol

9. Kisi-Kisi Soal Tes Uji Coba Kemampuan Awal 10.Soal+Jawaban Tes Uji Coba Kemampuan Awal 11.Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Awal

12.Soal+Jawaban Tes Kemampuan Awal 13.Tes Hasil Belajar I, II dan III

14.Kisi-Kisi Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar 15.Soal+Jawaban Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar 16.Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar

17.Soal+Jawaban Soal Tes Hasil Belajar 18.Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen 19.Pembagian Kelompok Kelas Kontrol

20.Rekapitulasi Hasil Belajar Ekonomi Kelas Eksperimen 21.Rekapitulasi Hasil Belajar Ekonomi Kelas Kontrol

22.Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal dan Hasil Belajar Kelas Eksperimen pada Siswa Berkemampuan Awal Tinggi dan Rendah

23.Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal dan Hasil Belajar Kelas Kontrol pada Siswa Berkemampuan Awal Tinggi dan Rendah

24.Tabel Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 25.Bobot Nilai Uji Coba Tes Kemampuan Awal

26.Uji Validitas Tes Kemampuan Awal

27.Uji Reliabilitas Soal Tes Kemampuan Awal 28.Tingkat Kesukaran Soal Tes Kemampuan Awal 29.Daya Beda Tes Kemampuan Awal

30.Bobot Nilai Uji Coba Tes Hasil Belajar 31.Uji Validitas Tes Hasil Belajar


(12)

32.Uji Reliabilitas Soal Tes Hasil Belajar 33.Tingkat Kesukaran Soal Tes Hasil Belajar 34.Daya Beda Tes Hasil Belajar

35.Hasil Perhitungan Uji Normalitas 36.Hasil Perhitungan Uji Homogenitas 37.Hasil Perhitungan Anava Dua Jalan

38.Hasil Perhitungan T-test Dua Sampel Independen 39.Tabel r Product Moment

40.Tabel Harga Kritis Distribusi t 41.Rencana Judul Skripsi

42.Surat Penelitian Pendahuluan 43.Surat Izin Penelitian

44.Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMA Negeri 2 Metro 45.Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Pembantu Dekan I


(13)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Tedi Rusman, M.Si ...

Sekertaris : Drs. Hi. Nurdin, M.Si ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Yon Rizal, M.Si ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003


(14)

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa

Nomor Pokok Mahasiswa Program Studi

Jurusan Fakultas

Pembimbing I,

Drs. Tedi Rusman, M.Si

NIP. 19600826 198603 1 001

Ketua Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si

NIP. 19560108 198503 1 002

: STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

NUMBERED HEADS TOGETHER

PADA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 METRO PELAJARAN 2011/2012

:

Nia Puspita Sari

ahasiswa : 0813031040

: Pendidikan Ekonomi : Pendidikan IPS

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing II

Rusman, M.Si Drs. Hi. Nurdin, M.

19600826 198603 1 001 NIP. 19600817 198603

2. Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Pendidikan Ekonomi

Asyik, M.Si Drs. Hi. Nurdin,

0108 198503 1 002 NIP. 19600817 198603

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR PENGGUNAAN

KOOPERATIF DAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SEMESTER 2 METRO TAHUN

Pembimbing II,

Nurdin, M.Si

19600817 198603 1 003

Ketua Program Studi Ekonomi,

Nurdin, M.Si


(15)

MOTTO

Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya

(Q.S Al Baqarah: 286)

Sesungguhnya semua urusan (perintah) apabila Allah menghendaki segala sesuatunya, allah hanya berkata “Jadilah”,

maka jadilah (Q.S Yasin: 82)

Ketepatan sikap adalah dasar semua ketepatan. Tidak ada penghalang keberhasilan bila sikap kita tepat, dan tidak ada yang

bisa menolong bila sikap kita salah (Mario Teguh )

Tidak ada seorangpun yang mampu berdiri di tempat yang sama selamanya dan tidak ada Siapapun di dunia ini yang

mampu menjadi nomor 1 untuk selamanya. Jangan pernah berhenti berusaha dan

percayalah semua akan indah pada waktunya


(16)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan hidayah-Nyalah skripsi ini dapat diselesaikan. Tidak terlupa shalawat dan salam kepada

Rasullulah Nabi Muhammad SAW atas penunjuk jalan kebenaran bagi umat manusia di muka bumi.

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Ayahandaku tersayang Husin Rd. Kemas (Alm) dan Ibundaku tercinta Masiyah, yang senantiasa memberikan cinta dan kasih sayangnya, perhatiannya dan selalu memberiku

do’a, semangat, motivasi dan dukungan demi keberhasilanku

Adik-adikku tersayang Ratna Permata Sari, Dewi Sartika dan Mery Febriana yang selalu memberikan do’a, keceriaan, mendukungku dan menantikan keberhasilanku. Keluarga besar yang selalu memberi semangat dan motivasi demi keberhasilanku.

Seseorang yang selalu memberikan semangat dan motivasi untukku Sahabat-sahabat yang kusayangi

Para pendidik yang kuhormati Keluarga Besar KOPMA UNILA Almamater tercinta Universitas Lampung


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Asahan Kec. Jabung Kab. Lampung Timur pada tanggal 17 Agustus 1990, merupakan anak pertama dari empat bersaudara, putri dari pasangan Bapak Husin Rd. Kemas (Alm) dan Ibu Masiyah.

Pendidikan formal yang pernah diselesaikan oleh penulis adalah : 1. SD Negeri 1 Asahan dan selesai tahun 2002

2. SMP Negeri 1 Jabung dan selesai pada tahun 2005 3. SMA Negeri 2 Metro selesai pada tahun 2008

Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dan Studi Banding dengan tujuan Solo – Yogyakarta – Semarang – Bandung – Jakarta yang dilaksanakan pada tanggal 23 Januari 2011 sampai 29 Januari 2011. Kemudian penulis mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Argomulyo Banjit Way Kanan dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di Madrasah Aliyah (MA) GUPPI Banjit Kabupaten Way Kanan pada 30 Juni sampai 30 September 2011.


(18)

Pengalaman organisasi penulis diantaranya yaitu menjadi anggota Koperasi Mahasiswa Universitas Lampung (KOPMA UNILA) pada tahun 2008, Staf Keuangan Koperasi Mahasiswa Universitas Lampung (KOPMA UNILA) di Periode Kepengurusan tahun 2009 dan menjadi Bendahara Usaha Koperasi Mahasiswa Universitas Lampung (KOPMA UNILA) Periode Kepengurusan tahun 2010.


(19)

SANWACANA

Alhamdulilah, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam Nabi dan Murobbi terbaik umat Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa mengikuti ajaran dan sunnah-Nya. Atas izin Allah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi perbandingan hasil belajar ekonomi melalui

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together ( NHT) pada siswa kelas X Semester

Genap SMA Negeri 2 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, motivasi, saran dan kritik yang telah diberikan oleh semua pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila;

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S., selaku pembantu Dekan I FKIP Unila;

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku pembantu Dekan II FKIP Unila;


(20)

5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila;

6. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi FKIP Unila sekaligus sebagai pembimbing II. Terima kasih atas bimbingan, motivasi, arahan serta tausiyah yang berarti bagi kehidupan penulis;

7. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si selaku pembimbing akademik sekaligus

sebagai pembimbing I yang telah banyak memberikan ilmu, motivasi, arahan dan bimbingan kepada penulis;

8. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si, yang telah bersedia menjadi pembahas penulis.

Terima kasih atas motivasi dan bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini;

9. Bapak dan Ibu Dosen FKIP Universitas Lampung khususnya Program Studi

Pendidikan Ekonomi terima kasih atas bantuan dan bimbingannya serta tiada henti-hentinya mengingatkan penulis untuk terus belajar dan belajar;

10. Bapak Hartanto, S.Pd selaku Kepala SMA Negeri 2 Metro dan seluruh Bapak

dan Ibu Guru SMA Negeri 2 Metro yang telah mengizinkan dan membantu dalam proses penelitian;

11. Bapak Triyatno, S.Pd selaku Waka Kurikulum dan Ibu Iik Atikah, S.Pd,

M.Pd selaku guru mitra dalam melaksanakan penelitian;

12. Ayahanda Husin Rd. Kemas (Alm) dan Ibunda Masiyah, terima kasih atas

semua yang telah diberikan untukku, doa, senyum, air mata, bahagia, kasih sayang, dan semua pengorbanan untukku yang tiada pernah bisa dinilai dari segi apapun. Semoga kelak Allah menyediakan Jannahnya untuk Ayahanda dan Ibunda. Amiiin


(21)

13. Adik-adikku Ratna, Dewi dan Mery serta semua Keluarga Besarku yang telah mendukung dan menyayangi serta berdoa untuk keberhasilanku;

14.

Seseorang yang selalu memberi semangat dan motivasi demi

keberhasilanku;

15.

Untuk sahabatku Eis Sumiati dan Woro Astriandini terima kasih atas

motivasi dan dukungan kalian;

16. Untuk teman-teman seperjuanganku ECOUTION 2008 REGULER (Dini, Iis,

Uwo (Fajaria), Bay (Selvina), Chitty, Ulan, Aulia, Metra, Nesti, Ratih IW, Ria, Sri, Santi, Citra, Desi, Devy, Dinar, Dyah, Eka N, Elda, Ellysa, Dila, Endryan, Ferli, Fiqih, Freddy, Galih, Gika, Kiki, Lisa, Udin, Marsel, Maya, Meyta, Pepi, Puji, Rahma, Fani, Rosi, Rudi, Ewa, Evo, Windy, Dani, Yana, Anggia,dan Yuli), terimakasih atas do’a dan dukungannya;

17. Untuk teman seperjuanganku ECOUTION 2008 MANDIRI (Andrea, Angga,

Ayu, Dede, Desi S, Durotul, Eka R, Ela, Ernia, Iin, Ika P, Joko, Acc, Meli, Ana, Nur KD, Osie, Ratih CN, Mai, Rachma, Suryo, Wina, Andrian, Aris, Chintya, Desi MS, Ucil, Dwinta, Zie, Ika N, Ivan, Kris, Lia, Meri, Mina, Ony, Mitha, Rahmat, Rini, Sigit, Siti Ruhibah, Vita dan Yenni), terimakasih atas do’a dan dukungannya;

18. Keluarga besar UKM KOPMA UNILA, Teman-teman Satu Kepengurusan

Tahun 2010 (Ka’ Taat, Mb Wina, Ncuz, Ka’ Oki, Mb Desy, Aan, Laura, Ronald, Ka’Irfan, Hermanto, Ka’ Zul, Ka’ Ilham, dan Mbak Ledy), Kakak Senior (Ka’ Apri, Ka’ Iwan, Ka’ Fadly, Ka’ Duki, Ka’Aji, Ka’ Doni, Ka’ MJ, Ka’ Banda, Mb NS, Mb Tika, Mb Iis, Mb Dwi, Mb Atik, Mb Santi, Mb Imaz, Mb Woro dll), Lita, Yulia, Evi Dama, Ian Jembre, Kukuh, Nonot, Eci,


(22)

Rahmat, Rima, Novi, Yana, Desti, Intan, Bayu, Ian, Anggi, Manda, Kafi, Nisa, Wirda, Eka dan KOPMANERS lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas kebersamaannya, SEMANGAT PAGI!!! ;

19. Teman-temanku di Asrama Putri Lada (APL), Dewi, Dian Ty, Yayan, Hesty,

Butet (Efin), Mala, Yusi, Wina, Tika, Cia, Evi, Yuni, Mb Diah, Yunda Rizka, Lati Mira, Mb Titi, Mb Binti, Nisa, Mb Rita, Neng Ratna, Fera, Atu, Uni Maya, Cudo Eti, Uhti Sundi dan Mb Eka. Terima kasih untuk dukungan dan kebersamaannya;

20. Seluruh Kakak tingkat serta adik-adik tingkat 2007, 2009, 2010 dan 2011

yang sudah berkarya maupun yang masih berusaha berkarya semoga sukses;

21. Rekan-rekan seperjuangan KKN dan PPL di MA GUPPI Banjit Way Kanan,

untuk Teteh Beti, Tante Cindi, Mahfudz, Eda, Toro, Dirman, Andre, dan Elia. semoga jalinan ukhuwah kita tetap tersimpul erat;

22. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas sumbangan

pemikiran dan dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dukungan dan doa yang diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis


(23)

SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah:

1. Nama : Nia Puspita Sari

2. NPM : 0813031040

3. Program Studi : Pendidikan Ekonomi

4. Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS/ FKIP Unila

5. Alamat : RT 003/ RW 001 Desa Asahan Kec. Jabung

Kab.Lampung Timur, 34184

Telp. 085768404993

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali disebutkan di dalam daftar pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandar Lampung, Mei 2012 Yang membuat pernyataan

Nia Puspita Sari 0813031040


(24)

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Renny. 2009. Studi Perbandingan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan Kooperatif Tipe STAD dengan Memperhatikan Kemampuan Awal. Skripsi, FKIP.

Universitas Lampung.

A. M. Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada: Jakarta. 224 hlmn.

A. M. Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada: Jakarta. 233 hlm.

Ayu Mirnasari, Rosi. 2010. Studi perbandingan hasil belajar akuntansi siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas XI SMA Negeri 4 Kotabumi tahun pelajaran 2009/2010. Skripsi, FKIP. Universitas Lampung.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Bumi Aksara: Jakarta. 310 hlmn.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta: Jakarta. 370 hlmn

Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian.Rineka Cipta: Jakarta. 506 hlmn

B. Uno, Hamzah. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta.

297 hlm

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta: Jakarta.302 hlmn.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta. 226 hlmn.

Giana, Nova. 2010. Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Koopereatif Tipe Jigsaw (Studi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri Natar Lampung Selatan Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi, FKIP. Universitas Lampung.


(25)

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta. 241 hlm Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual;Konsep dan Aplikasi.

Refika Aditama: Bandung

Koestoro, Budi dan Basrowi. 2006. Stategi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yayasan Kampusina: Surabaya. 451 hlmn.

Purnamasari, Lora. 2010. Penggunaan Animasi Multimedia Dengan

Pembelajaran Tipe Jigsaw dan TSTS Terhadap Penguasaan Materi Pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia Dan Hewan. Skripsi, FKIP. Universitas Lampung.

Rusman.2011.Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajagrafindo Persada: Jakarta. 421 hlm

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta. 195 hlm

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2008. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara: Jakarta. 140 hlmn.

Subekti, Fajar. 2010. Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Tipe STAD (Studi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kalirejo Tahun Pelajaran 2009/2010). Skripsi, FKIP. Universitas Lampung.

Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo. 488 hlmn

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung. 505 hlmn.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung. 335 hlmn. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung. 540 hlmn. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung. 456 hlmn

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta. Suryosubroto, 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Rineka Cipta: Jakarta Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Prenada

Media. Jakarta. 371 hlm

(http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/01/pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw.html) ) diambil tanggal 15 November 2011


(26)

(sumber:http://www.eazhull.org.uk/ncl/Numbered Heads.htm). ) diambil tanggal 15 November 2011

(http://gurupkn.wordpress.com/category/pembelajaran/model-model/page/3/) diambil tanggal 15 November 2011

(http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/). ) diambil tanggal15 November 2011

(http://onrongmarokinarisal.blogspot.com/2011/06/kelebihan-dan-kelemahan-model.html) diambil tanggal 15 November 2011

(http://resolusirijal.blogspot.com/2011/04/kemampuan-awal-prior-knowledge.html) ) diambil tanggal 15 November 2011

(http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/05/pembelajaran-kooperatif-tipe-nht.html) diambil tanggal 15 November 2011


(27)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi seperti saat ini, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing. Upaya yang tepat untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan satu-satunya wadah yang dipandang dan seyogyanya berfungsi sebagai alat untuk membangun SDM yang bermutu tinggi adalah pendidikan. Tanpa adanya pendidikan suatu negara tidak akan pernah maju dan berkembang.

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional pemerintah telah

menyelenggarakan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang, antara lain penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku, pengadaan alat pelajaran, pelatihan guru, peningkatan kualifikasi guru, dan perbaikan sarana dan prasarana sekolah. Namun fakta di lapangan belum menunjukan hasil yang memuaskan.

Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) pada dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat


(28)

2

memprihatinkan. Proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk

berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya. Saat ini metode langsung (ceramah disertai tanya jawab) masih merupakan metode yang dipilih oleh para pengajar, termasuk dalam mata pelajaran ekonomi. Walaupun memiliki banyak kelemahan, metode langsung banyak diterapkan karena dianggap lebih sederhana dan mudah untuk dilaksanakan, tidak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain.

Pengajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang bersifat teacher centered atau pembelajaran berpusat pada guru. Pembelajaran teacher centered membuat siswa menjadi lebih pasif karena dalam pembelajaran siswa lebih banyak mendengar dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru, siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiri (self motivation), padahal aspek-aspek tersebut merupakan kunci keberhasilan dalam suatu pembelajaran. Jika metode ini diterapkan secara terus menerus maka dikhawatirkan dapat

menghambat atau bahkan mematikan kreatifitas siswa yang nantinya akan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.

Berdasarkan penelitian pendahuluan dan wawancara dengan guru ekonomi kelas X di SMA Negeri 2 Metro, kondisi hasil belajar ekonomi kelas X SMA Negeri 2 Metro dapat ditunjukkan pada Tabel 1.


(29)

3

Tabel 1. Nilai UTS Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 2 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012

No Kelas 0 - 73 Interval Nilai ≥ 73 - 100 Jumlah Siswa

1 2 3 4 5 6 7 X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 26 25 28 23 26 27 28 5 5 3 7 4 3 2 31 30 31 30 30 30 30 Jumlah Persentase Siswa 86,32% 183 13,68% 29 100% 212

Sumber: Guru mata pelajaran ekonomi SMA Negeri 2 Metro

Berdasarkan data yang ada pada tabel di atas,terlihat bahwa hasil belajar ekonomi yang diperoleh siswa pada ujian tengah semester masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang berlaku di SMA Negari 2 Metro yaitu 73 hanya sebanyak 29siswa dari 212 siswa atau hanya 13,68%. Sedangkan siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 183 siswa atau mencapai 86,32%. Hasil belajar dikatakan baik jika siswa yang telah mencapai KKM sebanyak 60% - 75%. Tabel 1 juga dapat memperlihatkan bahwa ketujuh kelas tersebut mempunyai kemampuan akademis yang relatif sama. Kurang maksimalnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X SMA Negeri Metro menunjukkan bahwa proses pembelajaran kurang efektif. Ketidakefektifan tersebut diduga disebabkan oleh penggunaan metode pembelajaran yang kurang sesuai. Apabila kita ingin meningkatkan prestasi, tentunya tidak akan terlepas dari upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Salah satunya yaitu


(30)

4

dengan cara merubah paradigma pembelajaran yakni orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacing centered) beralih berpusat pada murid (student centered). Perubahan ini dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan baik dari segi proses maupun hasil pendidikan.

Satu inovasi yang dapat dilakukan adalah dengan ditemukan dan diterapkannya model-model pembelajaran yang dengan tepat mampu

mengembangkan dan menggali pengetahuan peserta didik secara konkret dan mandiri. Sebagai upaya untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam

pembelajaran yang kemudian berdampak pada pencapaian hasil belajar yang lebih baik adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah peserta didik sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran peserta didik perlu belajar berpikir, memecahkan masalah dan belajar untuk

mengaplikasikan pengetahuan, konsep, dan keterampilannya kepada peserta didik yang membutuhkan dan peserta didik merasa senang menyumbangkan pengetahuannya kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model

pembelajaran kooperatif lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran, jadi siswa dapat berperan dominan dalam pembelajaran sehingga akan terkondisi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Model pembelajaran kooperatif ada beberapa macam, diantaranya pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, Numbered Heads Together (NHT),


(31)

5

Think Pair Share (TPS), dan Teams Games Tournament (TGT). Tiap-tiap model pembelajaran memiliki langkah-langkah, kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangannya masing-masing. Guru hendaknya bisa memilah-milah model pembelajaran mana yang tepat diterapkan dalam pembelajaran, tentunya penerapan model pembelajaran yang bervariasi akan membuat siswa tidak merasa jenuh dan tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Diantara beberapa model pembelajaran inovatif dipilih yaitu model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Kedua model kooperatif tersebut memiliki langkah-langkah yang sedikit berbeda namun tetap dalam satu jalur yaitu pembelajaran dalam kelompok yang berpusat pada siswa (student centered) dan guru berperan sebagai fasilitator.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah bentuk model dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menitikberatkan pada

aktivitas siswa dan siswa cenderung terlibat dalam kegiatan belajar yang akan mendorong mereka untuk tidak hanya belajar bersama namun juga

mengajarkan satu sama lain sehingga kemampuan siswa untuk mengingat materi pelajaran sangat tinggi. Sedangkan Numbered Heads Together (NHT)


(32)

6

adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa secara optimal. Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang anggotanya terdiri dari 5 orang. Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor (number card), guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya, kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan jawabannya, guru memberikan

pengarahan secukupnya. Kemudian guru memanggil salah satu nomor siswa untuk melakukan presentasi secara bergiliran. Lalu guru membantu siswa untuk menyimpulkan materi yang telah didiskusikan. Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT terdapat penomoran sehingga siswa tidak dapat bergantung kepada sesama anggota dan menimbulkan rasa tanggungjawab pada diri siswa. Sintaks dari berbagai model pembelajaran mempunyai komponen-komponen yang sama, tetapi juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan inilah yang harus dipahami oleh guru, jika model-model pembelajaran tersebut ingin dilaksanakan dengan efektif dan efesien.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru sehingga

pembelajaran akan berlangsung efektif dan melibatkan peran aktif siswa. Dalam memilih suatu model pembelajaran, seorang guru juga harus memiliki pertimbangan-pertimbangan, misalnya materi pelajaran, tingkat

perkembangan kognitif siswa (kemampuan awal) dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Kemampuan awal peserta harus mendapat pertimbangan dalam


(33)

7

proses pembelajaran. Kemampuan awal sangat dipengaruhi oleh pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu,

perbedaan lingkungan dapat mengakibatkan perbedaan kemampuan awal. Perbedaan kemampuan awal mengakibatkan perbedaan kemampuan untuk mengelaborasi informasi baru untuk membangun struktur

kognitif. Pengetahuan tentang kemampuan awal siswa diperlukan oleh guru untuk menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam

pembelajarannya di kelas. Dengan memahami kemampuan awal siswa ini guru dapat membantu siswa memperlancar proses pembelajaran yang dilakukan dan memperkecil peluang kesulitan yang dihadapi siswa. Adakalanya satu materi tertentu memerlukan prasyarat pengetahuan sebelumnya. Jika pengetahuan prasyarat ini belum dikuasi dan guru sudah melanjutkan pada materi berikutnya bisa dipastikan bahwa siswa akan kesulitan mengikuti pelajaran. Hal ini bisa dideteksi melalui perilaku siswa. Siswa yang tidak dapat mengikuti materi yang sedang dibahas oleh guru cenderung berperilaku “menyimpang” seperti: melamun, menulis atau

menggambar yang tidak ada hubungannya dengan materi pelajaran, berbicara sendiri atau kegiatan-kegiatan lain yang tidak terkait dengan isi pembelajaran. Berdasarkan kondisi di atas, maka perlu suatu penelitian yang bersifat

reflektif yaitu tindakan-tindakan yang direncanakan. Tindakan-tindakan melalui penelitian dalam pembelajaran ekonomi adalah dikembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk suatu topik tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran yang dikembangkan dengan melihat perbedaan kemampuan awal siswa.


(34)

8

Bertolak dari rendahnya hasil belajar ekonomi siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 maka peneliti memilih kemampuan awal sebagai variabel moderator dan memilih menggunakan model pembelajaran yang inovatif yaitu model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

( NHT).

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis bermaksud

mengadakan penelitian yang berjudul : Studi perbandingan hasil belajar

ekonomi melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

dan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT) pada siswa kelas X Semester Genap SMA Negeri 2 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Mutu dan hasil pembelajaran ekonomi masih tergolong rendah, hal ini tampak dari tidak tercapainya ketuntasan belajar.

2. Guru masih menggunakan metode pembelajaran langsung, sehingga siswa kurang terlibat dalam pembelajaran, guru menjelaskan kemudian siswa mendengarkan sambil mencatat materi pelajaran.

3. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga siswa menjadi pasif.


(35)

9

4. Keaktifan siswa dalam pembelajaran sangat kurang sehingga siswa tidak dapat menggali potensi diri.

5. Belum digunakannya model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran ekonomi.

6. Belum diketahuinya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang meningkatkan prestasi untuk materi tertentu pada di bidang studi ekonomi.

7. Kemampuan awal siswa masih belum dijadikan dasar dalam pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada kajian membandingkan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan memperhatikan variabel moderator yaitu kemampuan awal siswa. Pokok bahasannya yaitu “Memahami Kebijakan Pemerintah dalam Bidang Ekonomi“.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT?


(36)

10

2. Apakah rata-rata hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT? 3. Apakah rata-rata hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki

kemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT? 4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan

kemampuan awal siswa pada mata pelajaran ekonomi?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2. Untuk mengetahui apakah rata-rata hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 3. Untuk mengetahui apakah rata-rata hasil belajar ekonomi pada siswa yang


(37)

11

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 4. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran

kooperatif dengan kemampuan awal siswa pada mata pelajaran ekonomi.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk sebagai berikut : 1. Secara Teoritis

a. Menyajikan suatu wawasan khusus tentang penelitian yang

menekankan pada penerapan model pembelajaran yang berbeda pada mata pelajaran ekonomi.

b. Untuk melengkapi dan memperkaya khasanah keilmuan serta teori yang telah diperoleh sebelumnya.

2. Secara Praktis

a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan rujukan yang bermanfaat bagi perbaikan mutu pembelajaran.

b. Bagi guru, sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam pemilihan alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa yang disesuaikan dengan kemampuan awal siswa.

c. Bagi siswa, sebagai tambahan wawasan untuk meningkatkan hasil belajar melalui model pembelajaran yang melibatkan siswa secara lebih optimal.


(38)

12

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah : 1. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2. Subjek penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

3. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Metro. 4. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012.


(39)

13

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar

Belajar merupakan proses untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki manusia dan merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Pada hakikatnya, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, keterampilan dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar.

Menurut Slameto (2003: 2),” belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Rusman (2011:134) juga berpendapat bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar menghapal, melainkan suatu proses mental yang terjadi


(40)

14

dalam diri seseorang. Djamarah (2006: 38) juga mengungkapkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi didalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya, perubahan fisik, mabuk, gila dan sebagainya.

Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri (Trianto, 2009:9). Sedangkan Hamalik (2001: 27-29) mengungkapkan bahwa Belajar

merupakan proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan baik menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman, juga merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah suatu proses. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan.

Prinsip-prinsip belajar menurut Sardiman (2001: 24) adalah sebagai berikut.

a. Kemampuan belajar seorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka

menentukan isi pembelajaran.

b. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi

kemampuan belajar yang bersangkutan.

c. Belajar melalui praktek atau mengalami secara langsung akan lebih

efektif membina sikap, keterampilan, cara berpikir keritis dan lain-lain, dibandingkan dengan belajar hafalan saja.


(41)

15

d. Belajar sedapat mungkin diubah kedalam bentuk aneka ragam tugas,

sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri.

Menurut Slameto (2003:54-72), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah :

1. Faktor-faktor internal

a. Jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh)

b. Psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan, kesiapan)

c. Kelelahan

2. Faktor-faktor eksternal

a. Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga,

suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, latar belakang kebudayaan)

b. Sekolah ( metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,

relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah)

c. Masyarakat ( kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,

teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).

Berdasarkan definisi tersebut di atas, belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan, bukan dari penurunan gen. Ada beberapa hal pokok dalam belajar antara lain, belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, belajar

merupakan perubahan yang relatif mantap, dan tingkah laku yang dialami karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik psikis maupun fisik seperti perubahan dalam pengertian pemecahan suatu masalah,


(42)

16

2. Hasil Belajar

Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil pembelajaran yang didapatkan mengalami peningkatan atau perubahan. Kegiatan belajar mengajar yang bagaimanapun, juga ditentukan dari baik atau tidaknya program pengajaran yang telah dilakukan, dan akan berpengaruh terhadap tujuan yang akan dicapai. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), menyatakan bahwa “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Menurut Hamalik (2001: 30) bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Gagne dalam Dimyati dan Midjiono (2006:10) menyatakan bahwa hasil belajar diperoleh seseorang setelah belajar berupa keterampilan,

pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai berasal dari interaksi pebelajar dengan lingkungan dan peroses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Selanjutnya, Soparsono dalam Sardiman (2005: 38) menyatakan “Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari”.


(43)

17

Hasil belajar siswa tidak akan optimal, jika siswa tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Namun hal ini juga dipengaruhi oleh peran guru itu sendiri, selain beberapa faktor lainnya. Agar hasil belajar dapat tercapai secara optimal maka pembelajaran harus dilakukan dengan sadar dan terorganisir. Sardiman (2005: 19) mengungkapkan bahwa agar memperoleh hasil belajar yang optimal, maka proses belajar dan

pembelajaran harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisir secara baik. Sehubungan dengan hal tersebut Sardiman (2005: 49)

mengemukakan bahwa hasil pengajaran itu dikatakan betul-betul baik, apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut .

a. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa.

b. Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik. Pengetahuan hasil

proses belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan cara mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah metode pembelajaran. Setiap metode yang dipilih dan digunakan akan berpengaruh langsung (dalam waktu dekat ) maupun tidak langsung (dalam waktu yang relatif lama ) terhadap pencapaian hasil yang diharapkan. Dampak langsung adalah tujuan yang secara langsung akan dicapai melalui pelaksanaan program pengajaran yang

dilaksanakan guru setelah selesai suatu pertemuan peristiwa interaksi edukatif. Hasil yang akan dicapai biasanya berkenaan dengan cognitif domain (pengetahuan) dan psychomotor domain (keterampilan). Sedangkan dampak tidak langsung adalah hasil pengajaran yang tidak langsung dapat diukur dan tidak mesti dicapai ketika berakhirnya suatu pertemuan peristiwa interaksi edukatif, tetapi hasilnya

diharapkan akan berpengaruh kepada anak didik dan akan mengiring atau menyertai belakang, memerlukan waktu, dan atau tahapan pertemuan-pertemuan peristiwa interaktif edukatif selanjutnya. Biasanya dampak tidak langsung berkenaan dengan affective domain (sikap dan nilai). Djamarah (2000: 194)


(44)

18

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai dimana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal ini, Djamarah (2006: 107)

mengungkapkan bahwa keberhasilan proses mengajar itu terbagi atas beberapa tingkatan atau taraf, yaitu,

1. Istimewa/ maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan

dapat dikuasai oleh siswa.

2. Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan

pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

3. Baik/minimal, apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60%

s.d. 75% saja dikuasai oleh siswa.

4. Kurang, apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60%

dikuasai oleh siswa.

Bagi siswa hasil belajar dapat memberikan informasi tentang sejauh mana mereka menguasai bahan pelajaran yang disampaikan guru. Bagi guru, hasil belajar dapat digunakan sebagai petunjuk efektif tidaknya metode mengajar yang digunakan. Dengan demikian dapat dijadikan umpan balik pembelajaran sehingga proses pembelajaran semakin baik dan optimal. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan bukti adanya proses belajar mengajar antara guru dan siswa yang dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dan ketercapaian tujuan pembelajaran. Tingkat keberhasilan siswa di dalam menguasai pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam simbol angka dan diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.


(45)

19

3. Model Pembelajaran

Secara kaffah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu hal (Trianto,2009 : 21). Menurut Arends dalam Trianto (2009 : 22) mengatakan, “the term

teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management system. “ Istilah model pembelajaran mengarahkan pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaknya, lingkungannya, dan sistem pengolahannya. Sedangkan menurut Rusman (2011: 133) model merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Menurut Joyce dalam Trianto (2009 : 22), model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dalam tutorial dan untuk

menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lainnya. Adapun Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2009 : 22) juga menyatakan bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.

Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode dan teknik. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Trianto (2009 : 23) menyebutkan model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah :

1. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau


(46)

20

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagimana siswa belajar (tujuan

pembelajaran yang akan dicapai);

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil; dan

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat

tercapai.

Menurut Nieveen dalam Trianto (2009 : 24-25) suatu model

pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Valid (Sahih), yaitu model yang dikembangkan didasarkan pada

rasional yang kuat dan terdapat konsistensi internal.

b. Praktis, yaitu para ahli dan praktisi menyatakan bahwa model tersebut

dapat dikembangkan dan diterapkan.

c. Efektif, yaitu secara operasional model tersebut memberikan hasil

sesuai dengan yang diharapkan.

Arends meyeleksi enam model pembelajaran yang sering dan parktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pembelajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), dan diskusi kelas. Arends

berpendapat, bahwa tidak ada satu model pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya, karena masing-masing model pembelajaran dapat dirasakan baik, apabila telah diujicobakan untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu. Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya, materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa (kemampuan awal), dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dengan demikian, merupakan hal yang sangat penting bagi


(47)

21

para pengajar untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang model pembelajaran yang telah diketahui.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, Hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

Menurut Rusman (2011: 202) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Artzt dan Newman dalam (Trianto, 2009: 56) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggungjawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.

Hal senada diungkapkan oleh Etin Sholehatin (2008: 4)

cooperative learning merupakan sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Menurut Johnson & Johnson dalam Rusman (2011: 204) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Berkenaan dengan pengelompokan siswa dapat ditentukan berdasarkan atas :


(48)

22

1. Minat dan bakat siswa

2. Latar belakang kemampuan siswa

3. Perpaduan antara minat dan bakat siswa dan latar kemampuan siswa.

Menurut Johnson & Johnson dan Sutton dalam (Trianto,2009: 60), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu :

1. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa.

Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses.

2. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat.

Seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompoknya akan mempengaruhi suksesnya kelompok.

3. Tanggungjawab individual.

Tanggungjawabnya dapat berupa: a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan; b) siswa tidak dapat hanya sekedar “membonceng pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.

4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil.

Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seseorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya.

5. Proses kelompok.

Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

Slavin dalam Trianto (2009: 63) menyebutkan bahwa belajar kooperatif dapat berbeda dalam banyak cara, tetapi dapat dikategorikan sesuai dengan sifat berikut, (1) tujuan kelompok; (2) tanggung jawab individual; (3) kesempatan yang sama untuk sukses; (4) kompetensi kelompok; (5) spesialisasi tugas; dan (6) adaptasi untuk kebutuhan individu.


(49)

23

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial. ( Rusman, 2011: 209).

Kemampuan atau prestasi setiap anggota kelompok sangat menentukan hasil pencapaian belajar kelompok. Untuk itu penguasaan materi pelajaran setiap siswa sangat ditekankan dalam strategi pembelajaran kooperatif. Guru melakukan pemantauan terhadap kegiatan belajar siswa,

mengarahkan keterampilan kerjasama dan memberikan bantuan pada saat diperlukan. Aktivitas belajar berpusat pada siswa, guru berfungsi sebagai fasilitator dan dinamisator. Dengan sistem ini diharapkan siswa dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal dengan cara berfikir aktif selama proses belajar.

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukan pada tabel berikut :

Tabel 2. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dpelajari dan memotivasi siswa belajar.

Tahap-2

Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan mendemontrasi atau melalui bahan bacaan.


(50)

24

Tahap-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.

Tahap-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Tahap-5

Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Tahap-6

Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Sumber : Rusman (2011: 211)

Adapun kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif, sebagai berikut :

1) Kelebihan pembelajaran kooperatif

Kelebihan model pembelajaran kooperatif terdiri atas:

a. Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri

Jika belajar sendiri sering kali rasa bosan timbul dan rasa kantuk pun datang. Apalagi jika mempelajari pelajaran yang kurang menarik perhatian atau pelajaran yang sulit. Dengan belajar bersama, orang punya teman yang memaksa aktif dalam belajar. Demikian pula ada kesempatan bersenda gurau sesedikit mungkin untuk mengalihkan kebosanan.

b. Dapat merangsang motivasi belajar

Melalui kerja kelompok, akan dapat menumbuhkan perasaan ada saingan. Jika sudah menghabiskan waktu dan tenaga yang sama dan ternyata ada teman yang mendapat nilai lebih baik, akan timbul minat mengejarnya. Jika sudah berada di atas, tentu ingin mempertahankan agar tidak akan dikalahkan teman-temannya.

c. Ada tempat bertanya

Kerja secara kelompok, maka ada tempat untuk bertanya dan ada orang lain yang dapat mengoreksi kesalahan anggota kelompok. Belajar sendiri sering terbentur pada masalah sulit terutama jika mempelajari sejarah. Dalam belajar berkelompok, seringkali dapat memecahkan soal yang sebelumnya tidak bisa diselesaikan sendiri. Ide teman dapat dicoba dalam menyelesaikan soal latihan. Jika ada lima orang dalam kelompok itu, tentu ada lima kepala yang


(51)

25

Pada saat membahas suatu masalah bersama akan ada ide yang saling melengkapi.

d. Kesempatan melakukan resitasi oral

Kerja kekompok, sering anggota kelompok harus berdiskusi dan menjelaskan suatu teori kepada teman belajar. Inilah saat yang baik untuk resitasi. Akan dijelaskan suatu teori dengan bahasa sendiri. Belajar mengekspresikan apa yang diketahui, apa yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk kata-kata yang diucapkan.

e. Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan perisitwa lain yang

mudah diingat

Melalui kerja kelompok akan dapat membantu timbulnya asosiasi dengan peristiwa lain yang mudah diingat. Misalnya, jika

ketidaksepakatan terjadi di antara kelompok, maka perdebatan sengit tak terhindarkan. Setelah perdebatan ini, biasanya akan mudah mengingat apa yang dibicarakan dibandingkan masalah lain yang lewat begitu saja. Karena dari peristiwa ini, ada telinga yang mendengar, mulut yang berbicara, emosi yang turut campur dan tangan yang menulis. Semuanya sama-sama mengingat di kepala. Jika membaca sendirian, hanya rekaman dari mata yang sampai ke otak, tentu ini dapat kurang kuat.

2) Kelemahan model pembelajaran kooperatif

Kelemahan penerapan model pembelajaran kooperatif dalam suatu pembelajaran di sekolah yaitu:

a. Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip

Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah dapat menjadi tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.

b. Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok

Debat sepele ini sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu, dalam belajar kelompok harus dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25 menit mendiskusikan bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan bab lainnya. Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak terpancing untuk berdebat hal-hal sepele.

c. Bisa terjadi kesalahan kelompok

Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang lain percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu salah, maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk menghindarinya, setiap anggota kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru dan anggota kelompok


(52)

26

lain belum mengetahui, cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman.

(http://onrongmarokinarisal.blogspot.com/2011/06/kelebihan-dan-kelemahan-model.html)

Dari uraian tinjauan tentang pembelajaran kooperatif ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tersebut memerlukan

kerjasama antarsiswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran ini tergantung dari keberhasilan individu dalam kelompok, dimana keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang positif dalam belajar kelompok. Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Metode Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Elliot Aronson dan teman-teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan teman-teman-teman-teman di Universitas John Hopkins (Trianto, 2009: 73).

Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigsag), yaitu siswa melakukan suatu


(53)

27

kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama. (Rusman, 2011: 217).

Menurut Rusman (2011: 218) model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap pembelajaran sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompoknya yang lain. Seperti yang diungkapkan oleh Lie dalam Rusman (2011: 218), bahwa “pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini

merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggungjawab secara mandiri”.

Menurut Arends dalam Lora Purnamasari (2010:24) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang

bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain di dalam kelompoknya. Pembelajan kooperatif tipe jigsaw merupakan metode pembelajaran kooperatif, dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang dalam kelompok dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif serta anggota kelompok bertanggungjawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain. Dalam model kooperatif Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk

mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi.


(54)

28

Menurut Lie dalam Rosi Ayu Mirnasari (2009: 25) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk

mempelajari materi yang ditugaskan. Jadi keunggulan kooperatif tipe Jigsaw meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap pelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang yang diberikan, akan tetapi mereka juga harus siap

memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada anggota

kelompoknya yang lain. Namun demikian, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki keterbatasan, misalnya tidak dapat digunakan di kelas yang kemampuan sosialisasinya rendah.

Jhonson and Jhonson dalam Rusman (2011: 219) melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang hasilnya menunjukan bahawa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah :

a. Meningkatkan hasil belajar;

b. Meningkatkan daya ingat;

c. Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi;

d. Mendorong tumbuhnya motivasi instrinsik (kesadaran individu);

e. Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen;

f. Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah;

g. Meningkatkan sikap positif terhadap guru;

h. Meningkatkan harga diri anak;

i. Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan

j. Meningkatkatkan keterampilan hidup bergotong royong.

Pembelajaran model Jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, setiap utusan dalam kelompok yang berbeda membahas materi yang sama, kita sebut sebagai tim ahli yang bertugas membahas permasalahan yang


(55)

29

dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan itu dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya. (Rusman 2011: 219).

Stephen, Sikes and Snapp) dalam Rusman (2011: 220) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif model Jigsaw sebagai berikut :

1. Siswa dikelompokan ke dalam 1 sampai 5 anggota tim;

2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda;

3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan;

4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub

bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka;

5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke

kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan saksama;

6. Tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;

7. Guru memberi evaluasi;

8. Penutup.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan

memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus terampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang


(56)

30

ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Hubungan kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut,

Kelompok Asal

5 atau 6 anggota yang heterogen dikelompokkan

Kelompok Ahli

(tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tim-tim asal) Gambar 1 : Ilustrasi yang menunjukan tim Jigsaw (Trianto, 2009:74)

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki kelebihan dan kekurangan, di antara kelebihannya, yaitu:

 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama

dengan siswa lain

 Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan

 Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya

 Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif

 Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain (Ibrahim, dkk. 2000:

70).

Sedangkan kekurangannya, yaitu :

 Membutuhkan waktu yang lama

 Siswa cenderung tidak mau apabila disatukan dengan temannya yang

kurang pandai apabila ia sendiri yang pandai dan yang kurang pandaipun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya ◙ ◙ ◙

● ◙ ◙ ◙

◙ ◙ ◙ ● ◙ ◙ ◙

◙ ◙ ◙ ● ◙ ◙ ◙

◙ ◙ ◙ ● ◙ ◙ ◙

● ● ● ● ● ● ●


(57)

31

yang pandai walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya (Ibrahim, 2000 : 71).

(http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/01/pembelajaran-kooperatif- tipe-jigsaw.html)

Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggungjawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.

(http://gurupkn.wordpress.com/category/pembelajaran/model-model/page/3/)

Jadi pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari 4-6 orang sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap sub topik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari dua atau tiga orang.

Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam hal. Pertama, siswa belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya dan selanjutnya siswa merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali kepada kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa sehingga seluruh siswa bertanggungjawab untuk menunjukan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan


(58)

32

oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Heads Together (NHT) pertama kali

dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2009: 82).

Menurut Trianto (2009,82-83) dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas,guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT:

a. Fase 1: Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

b. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.

c. Fase 3 : Berpikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.


(1)

2. T-Test Dua Sampel Independen

Terdapat beberapa rumus t-test yang digunakan untuk pengujian hipotesis komparatif dua sampel independen, yaitu:

t = 2 2 2 1 2 1 2 1 n S n S X X   (separated varians) t = 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 ) 1 ( ) 1 ( n n n n S n S n X X       (polled varians) Keterangan:

= rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT

= rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

2 1

S = varians total kelompok 1

2 2

S = varians total kelompok 2

1

n = banyaknya sampel kelompok 1

2

n = banyaknya sampel kelompok 2.

Terdapat beberapa pertimbangan dalam memilih rumus t-test yaitu: a. Apakah dua rata-rata itu berasal dari dua sampel yang jumlahnya

sama atau tidak

b. Apakah varians data dari dua sampel itu homogen atau tidak. Untuk menjawab itu perlu pengujian homogenitas varians.


(2)

Berdasarkan dua hal diatas maka berikut ini diberikan petunjuk untuk memilih rumus t-test.

1. Bila jumlah anggota sampel n1n2 dan varians homogen, maka

dapat menggunakan rumus t-test baik separated varians maupun polled varians untuk mengetahui t-tabel maka digunakan dk yang besarnya dkn1n22.

2. Bila n1 tidak sama dengan n2dan varians homogen dapat digunakan

rumus t-test dengan polled varians, dengan dk =n1n22.

3. Bila n1n2varians homogen, dapat digunakan rumus t-test dengan

polled varians maupun separated varians, dengan dk =n1 1 atau 2

2 

n , jadi bukan n1n22

4. Bila n1 tidak sama dengan n2dan varians tidak homogen, dapat

digunakan rumus t-test dengan separated varians, harga t sebagai pengganti harga t tabel hitung dari selisih harga t tabel dengan dk =

n11

dan dk =n21,dibagi dua kemudian ditambah dengan harga t

terkecil. (Sugiono, 2005: 134-135).

3. Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini dilakukan dua pengujian hipotesis, yaitu: Rumusan hipotesis 1

Ho : tidak ada perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang


(3)

tipe Jigsaw dan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Ha : ada perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Rumusan hipotesis 2

Ho : rata-rata hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Ha : rata-rata hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Rumusan hipotesis 3

Ho : rata-rata hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.


(4)

Ha : rata-rata hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Rumusan hipotesis 4

Ho : tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan awal siswa pada mata pelajaran ekonomi.

Ha : ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan awal siswa pada mata pelajaran ekonomi. Adapun kriteria pengujian hipotesisnya adalah:

Tolak Ho apabila Fhitung > Ftabel ; thitung > ttabel Terima Ho apabila Fhitung < Ftabel ; thitung < ttabel

Hipotesis 1 dan 4 diuji menggunakan rumus analisis varians dua jalur. Hipotesis 2 dan 3 diuji menggunakan rumus t-test dua sampel independen (separated varians).


(5)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan hasil pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Ada perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2. Rata-rata hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan

awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

3. Rata-rata hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan

awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

4. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan awal siswa pada mata pelajaran ekonomi.


(6)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 2 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012, maka peneliti menyarankan:

1. Sebaiknya para guru dapat memilih model pembelajaran tipe jigsaw, karena dapat menumbuhkan antusias siswa dalam pembelajaran sehingga siswa lebih aktif dan hasil belajarpun meningkat.

2. Sebaiknya jika siswa dalam kelas memiliki kemampuan awal tinggi dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Jigsaw karena dapat menggali potensi peserta didik.

3. Sebaiknya jika siswa dalam kelas memiliki kemampuan awal rendah

dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw karena dapat meningkatkan aktivitas siswa. Model pembelajaran tipe Jigsaw akan membuat siswa lebih bertanggungjawab baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.

4. Model pembelajaran tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik siswa berkemampuan awal tinggi maupun rendah, sehingga model ini baik digunakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

5. Sebaiknya untuk tidak menimbulkan bias, jika tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan awal siswa jangan melanjutkan menguji menggunakan Anava dua Jalan apabila tidak didukung oleh teori yang kuat.


Dokumen yang terkait

ANALISIS HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL SISWA

0 5 50

ANALISIS HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL SISWA

2 12 53

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 11 12

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) DAN TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP TERHADAP MATA PELAJARAN PADA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1

0 9 88

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 METRO PELAJARAN 2011/2012

0 11 100

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP DI SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 62

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP DI SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 83

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN GROUP INVESTIGATION (GI) PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 3 NATAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 23 171

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP

0 5 93

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 2 WAY KENANGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 6 90