ANALISIS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI NO 492K/AG/2011 TTG KASUS NY.NINING ROHAYATI MLWN PT BANK SYARIAH MEGA INDONESIA CABANG BDG TTG WANPRESTASI DLM PRJNJIAN MURABAHAH MENGENAI PENGALIHAN UTANG.
ANALISIS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO 492
K/AG/2011 TENTANG KASUS NYONYA NINING ROHAYATI MELAWAN
PT BANK SYARIAH MEGA INDONESIA CABANG BANDUNG TENTANG
WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN MURABAHAH MENGENAI
PENGALIHAN UTANG
Abstrak
Pelaksanaan prinsip murabahah dalam pengalihan utang berlangsung
antara Bank sebagai penjual dan Nasabah sebagai pembeli dilaksanakan
berdasarkan ketentuan syariah. Namun, prinsip syariah di dalam praktiknya
tidak dijalankan sebagaimana mestinya, dimana kesesuaian objek tidak
terpenuhi pada perkara dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor. 492
K/AG/2011. Berdasarkan hal tersebut permasalahan yang akan dianalisis
yaitu Pertimbangan Hukum Majelis Hakim untuk pengalihan utang dalam
putusan pengadilan agam no 3066/Pdt.G/2009 dikaitkan dengan Fatwa
Dewan Syariah Nasional No 4/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah dan
Pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Agama dalam pengalihan
utang yang menyatakan bahwa tergugat tidak terbukti wanprestasi dikaitkan
dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No 31/DSN-MUI/VI/2002 Tentang
Pengalihan Utang dan Fatwa Dewan Syariah Nasional No 19/DSNMUI/IV/2001 Tentang Al-Qardh
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif , yaitu
penelitian yang menekankan aspek-aspek hukum berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Data yang diperoleh dikaji dengan
kaidah-kaidah hukum, baik peraturan perundang-undangan maupun doktrin
para ahli, teori-teori.
Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa Pertimbangan Hakim
Pengadilan Agama Bandung dihubungkan dengan Fatwa Dewan Syariah
Nasional No 31/DSN-MUI/VI/2002 Tentang Pengalihan Utang dan Fatwa
Dewan Syariah Nasional No 4/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah,
tersebut tidak sesuai karena objek benda terbelum sepenuhnya milik
nasabah melainkan masih milik LKS dan berdasarkan Pertimbangan Hakim,
pihak tergugat tidak terbukti wanprestai dihubungkan dengan Fatwa Dewan
Syariah Nasional No 19/DSN-MUI/IV2001 tentang Al-Qardh, kepemilikan
objek benda yang merupakan milik LKS maka, tanggung jawab pelunasan
utangnya ada pada LKS bukan pada nasabah
iv
K/AG/2011 TENTANG KASUS NYONYA NINING ROHAYATI MELAWAN
PT BANK SYARIAH MEGA INDONESIA CABANG BANDUNG TENTANG
WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN MURABAHAH MENGENAI
PENGALIHAN UTANG
Abstrak
Pelaksanaan prinsip murabahah dalam pengalihan utang berlangsung
antara Bank sebagai penjual dan Nasabah sebagai pembeli dilaksanakan
berdasarkan ketentuan syariah. Namun, prinsip syariah di dalam praktiknya
tidak dijalankan sebagaimana mestinya, dimana kesesuaian objek tidak
terpenuhi pada perkara dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor. 492
K/AG/2011. Berdasarkan hal tersebut permasalahan yang akan dianalisis
yaitu Pertimbangan Hukum Majelis Hakim untuk pengalihan utang dalam
putusan pengadilan agam no 3066/Pdt.G/2009 dikaitkan dengan Fatwa
Dewan Syariah Nasional No 4/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah dan
Pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Agama dalam pengalihan
utang yang menyatakan bahwa tergugat tidak terbukti wanprestasi dikaitkan
dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No 31/DSN-MUI/VI/2002 Tentang
Pengalihan Utang dan Fatwa Dewan Syariah Nasional No 19/DSNMUI/IV/2001 Tentang Al-Qardh
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif , yaitu
penelitian yang menekankan aspek-aspek hukum berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Data yang diperoleh dikaji dengan
kaidah-kaidah hukum, baik peraturan perundang-undangan maupun doktrin
para ahli, teori-teori.
Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa Pertimbangan Hakim
Pengadilan Agama Bandung dihubungkan dengan Fatwa Dewan Syariah
Nasional No 31/DSN-MUI/VI/2002 Tentang Pengalihan Utang dan Fatwa
Dewan Syariah Nasional No 4/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah,
tersebut tidak sesuai karena objek benda terbelum sepenuhnya milik
nasabah melainkan masih milik LKS dan berdasarkan Pertimbangan Hakim,
pihak tergugat tidak terbukti wanprestai dihubungkan dengan Fatwa Dewan
Syariah Nasional No 19/DSN-MUI/IV2001 tentang Al-Qardh, kepemilikan
objek benda yang merupakan milik LKS maka, tanggung jawab pelunasan
utangnya ada pada LKS bukan pada nasabah
iv