HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG CARA GURU MENGAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Cara Guru Mengajar Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas X Di SMA Batik 1 Surakarta.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG CARA GURU
MENGAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA
KELAS X DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
ARDHITA WULAN SORAYA
F. 100 060 140

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

0

1

2

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG CARA GURU
MENGAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA

KELAS X DI SMA BATIK 1 SURAKARTA
Ardhita Wulan Soraya
Partini
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstraksi
Prestasi belajar merupakan suatu bukti keberhasilan belajar seseorang siswa
dalam melakukan kegiatan belajarnya. Prestasi belajar siswa rendah dipengaruhi
oleh ketidakmampuan siswa dan faktor guru yang kurang efektif dalam penggunaan
metode, guru bersifat monoton dalam mengajar, sehingga tidak menarik siswa untuk
mengikuti pelajaran dan menimbulkan kejenuhan siswa. Guru sebagai tenaga
pendidik merupakan salah satu faktor yang paling menentukan dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa. Cara guru mengajar dapat dipersepsikan secara positif
maupun negatif oleh siswa sehingga mempengaruhi prestasi belajar siswa. Tujuan
dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui hubungan antara persepsi siswa
tentang cara mengajar guru dengan prestasi belajar pada siswa kelas X di SMA
Batik 1 Surakarta. (2) Untuk mengetahui tingkat persepsi siswa tentang cara
mengajar guru. (3) Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar pada siswa kelas X di
SMA Batik 1 Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X
SMA Batik 1 Surakarta yang berjumlah 334 orang. Jumlah tersebut diperoleh dari 8

kelas, masing-masing kelas berjumlah 38 siswa. Jumlah sampel dalam penelitian
tidak diambil semua, sampel penelitian diambil hanya dua kelas X, yang berjumlah
76 siswa. Alasan sampel hanya 76 siswa, karena jumlah 76 siswa sudah memenuhi
syarat untuk dilakukan analisis data. Pemilihan subjek ini menggunakan teknik
cluster random sampling, artinya subjek penelitian mempunyai kesempatan yang
sama untuk dijadikan sampel penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian
ini ada dua, yaitu skala persepsi tentang cara guru mengajar dan dokumentasi
prestasi belajar. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik parametric.
Hubungan antara persepsi siswa tentang cara guru mengajar dengan prestasi belajar
pada siswa kelas X di SMA Batik 1 Surakarta dapat diperoleh suatu kesimpulan,
yaitu: (1) Tidak ada hubungan antara persepsi tentang cara guru mengajar dengan
prestasi belajar pada kelas X di SMA Batik 1 Surakarta. Hal ini dibuktikan dengan
hasil korelasi product moment diperoleh hasil r sebesar 0,127 dengan p = 0,285 (p >
0.05). (2) Hasil kategori persepsi tentang cara guru mengajar tergolong sedang
dengan rerata empirik (ME) sebesar 121,493 dan rerata hipotetik (MH) sebesar
117,5. (3) Hasil kategori prestasi belajar rendah dengan rerata empirik (ME) sebesar
79,315 dan rerata hipotetik (MH) sebesar 85,5.
Kata kunci : Persepsi Siswa tentang Cara Guru Mengajar, Prestasi Belajar

3


Membawa perubahan yang nampak

PENDAHULUAN
Pemerintah telah menetapkan

dan tersembunyi dari siswa tentang

sebuah aturan dalam dunia pendidikan

suatu hal yang pernah dipelajari.

di Indonesia, yaitu berupa standar

Prestasi belajar dapat menimbulkan

nilai kelulusan siswa SMP (Sekolah

kebanggaan dalam diri siswa.


Menengah Pertama)

Pada kenyataannya

dan Sekolah

prestasi

Menengah Atas (SMA) dengan nilai

belajar siswa di berbagai wilayah

minimal tertentu yang ditentukan

rendah. Berdasarkan hasil perolehan

pemerintah. Tujuannya yaitu untuk

data sekunder prestasi belajar siswa


meningkatkan kualitas pendidikan di

kelas X selama dua semester tahun

Indonesia pada umumnya dan kualitas

2012 dapat diketahui bahwa prestasi

siswa di Indonesia pada khususnya.

belajar siswa untuk mata pelajaran

Oleh sebab itu, seorang siswa dituntut

matematika

untuk lebih giat dalam belajar agar

dibandingkan mata pelajaran lainnya.


dapat mencapai nilai standar yang

Dari hasil rata-rata nilai keseluruhan

ditetapkan oleh pemerintah untuk

siswa kelas X pada semester ganjil

melanjutkan

Nilai

tahun pelajaran 2011/2012 untuk mata

minimal tertentu yang ditentukan oleh

pelajaran matematika sebesar 6,4 dan

pemerintah


pada

pendidikan.

menunjukkan

hasil

(dalam

semester

rendah

genap

menurun

menjadi 5,9. Nilai rata-rata mata


prestasi belajar siswa di sekolah.
Winkel

termasuk

pelajaran ini termasuk rendah, karena

Nasution,

2000) mengatakan bahwa prestasi

belum

belajar

matematika yang harus dicapai siswa

adalah

suatu


bukti

memenuhi

sebesar

seseorang siswa dalam melakukan

diperoleh

kegiatan belajarnya sesuai dengan

penelitian dengan guru bidang studi

bobot yang dicapainya. Hasil yang

matematika dapat diketahui bahwa

dicapai oleh seseorang dalam usaha


nilai rendah siswa pada mata pelajaran

belajar sebagaimana yang dinyatakan

matematika

dalam rapor. Fungsi prestasi belajar

ketidakmampuan siswa pada mata

yang

pelajaran matematika dan pelajaran

meningkatkan

oleh

siswa


aktivitas

dapat

matematika

belajar.
1

Sesuai

dalam

data

nilai

keberhasilan belajar atau kemampuan

dimiliki

6,5.

standar

wawancara

dipengaruhi

banyak

ditakuti

yang
pra

oleh

oleh

siswa,

sehingga

saat

yang mengantuk di kelas sehingga

pelajaran

matematika siswa kurang aktif. Selain

berakibat

itu, faktor guru matematika kurang

belajar siswa. Temuan lain dari pra

efektif dalam penggunaan metode,

survey yang dilakukan, diperoleh

guru

dalam

keterangan dari Rian (17 tahun) siswa

mengajar, sehingga tidak menarik

kelas X bahwa guru dalam mengajar

siswa

kurang mampu menciptakan suasana

bersifat

untuk

monoton

mengikuti

pelajaran

menurunnya

konsentrasi

menyenangkan di dalam kelas. Ada

matematika.
Sementara

hasil

dari

juga guru yang galak sering memarahi

pra

survey penelitian, dapat diketahui

siswa,

sehingga

bahwa cara guru dalam mengajar

simpatik.

siswi

mempengaruhi hasil belajar siswa.

Dari

Hal ini sebagaimana hasil wawancara

wawancara

dengan Saskia (17 tahun) siswa kelas

diketahui bahwa guru dalam mengajar

X yang mengatakan bahwa guru

kurang kreatif dalam menggunakan

ketika mengajar di kelas seharusnya

metode, metode yang digunakan guru

dapat menciptakan suasana belajar

bersifat

yang menyenangkan, misalnya ketika

kejenuhan

guru sedang menerangkan pelajaran

mengajar kurang mampu menciptakan

bisa menyelipkan

suasana

cerita-cerita lucu

tiga

kurang

kutipan

hasil

siswa

dapat

dengan

monoton
siswa.

menimbulkan
Guru

menyenangkan

di

dalam

dalam

yang menyegarkan sehingga suasana

kelas. Guru kurang memiliki sikap

belajar menjadi tidak begitu tegang.

simpatik,

Selanjutnya siswa lain, yaitu Doni (18

memarahi siswa. Adanya sikap guru

tahun) juga siswa kelas X mengatakan

dalam mengajar kurang kreatif dalam

bahwa

menggunakan

cara

guru

dalam

karena

guru

sering

metode,

kurang

menyampaikan materi pelajaran di

memiliki sikap simpatik berpengaruh

dalam

terhadap

kelas

kebanyakan

dengan

metode

ceramah

menimbulkan

kejenuhan

menggunakan
sehingga

siswa

dalam

menerima

pelajaran kurang antusias, sehingga
memungkinkan

siswa

menghindar

bagi siswa, apalagi pada saat jam

dari kegiatan belajar di sekolah,

pelajaran sudah masuk siang hari.

seperti siswa akan membolos atau

Tidak jarang banyak teman-teman

malas
2

mengerjakan

tugas

yang

diberikan oleh guru mata pelajaran

guru dalam mengajar, pihak guru

yang bersangkutan.

harus berusaha keras agar siswa
tersebut

memiliki persepsi yang baik mengenai

memberikan pemahaman bahwa guru

guru dalam mengajar. Persepsi yang

merupakan salah satu faktor yang

baik akan terwujud apabila guru

mempengaruhi prestasi belajar. Hal

memberikan ilmu yang dimiliki dan

ini sesuai dengan pendapat Hamalik

siswa

(2003) bahwa prestasi belajar siswa

diberikan guru. Persepsi menurut

dipengaruhi

Walgito (2004) merupakan proses

Penjelasan

oleh

faktor

intrinsik,

membutuhkan

ilmu

yang

minat

dan

pengorganisasian, penginterpretasian

pelajaran

dan

terhadap stimulus yang diinderanya

faktor ekstrinsik yaitu guru. Guru

sehingga merupakan sesuatu yang

sebagai tenaga pendidik merupakan

berarti, dan merupakan respon yang

salah

integrated

seperti

siswa

perhatian

kurang

terhadap

paling

dalam

diri

individu.

satu

faktor

yang

menentukan

dalam

meningkatkan

Melalui persepsi, siswa mengadakan

prestasi belajar siswa. Hal tersebut

penilaian dan penginterpretasian guru

dibuktikan dalam penelitian yang

mengajar di kelas.

(2002)

Peningkatan mutu pendidikan

menunjukkan bahwa 76,6% hasil

di sekolah berkaitan langsung dengan

belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja

siswa sebagai anak didik dan guru

guru,

sebagai pendidik. Dalam suatu proses

dilakukan

Sudjana

dengan

kemampuan

rincian
guru

memberikan

sumbangan

penguasaan

materi

yaitu

pendidikan

mengajar

manusia

memperoleh

32%,

bimbingan, pengalaman, pengertian

pelajaran

serta pandangan yang menyebabkan

memberikan sumbangan 32,38%, dan

seseorang

berfikir

sikap guru terhadap mata pelajaran

Pemberian bimbingan, kecakapan, dan

memberikan sumbangan 8,60%.

pengetahuan

kepada

lebih

maju.

siswa-siswa

Guru yang kurang memiliki

merupakan proses belajar mengajar

kemampuan dalam mengajar dapat

yang dilakukan oleh guru di sekolah

menimbulkan persepsi yang kurang

dengan menggunakan metode tertentu.

baik bagi siswa. Guna menghindari

Guru harus memiliki strategi agar

persepsi yang kurang baik terhadap

anak didik dapat belajar secara efektif,
3

efisien, dan mengena pada tujuan

kemauan belajar. Dengan demikian,

yang diharapkan. Metode mengajar

prestasi belajar siswa pun juga akan

adalah strategi pengajaran sebagai alat

meningkat

untuk

2006).

mencapai

diharapkan

tujuan

(Djamarah

dan

yang

(Djamarah

dan

Zain,

Berdasarkan uraian pada latar

Zain,

2006). Cara guru mengajar adalah

belakang

tersebut,

sikap guru dalam mengajar yang

bertujuan

untuk

ditunjukkan dengan roman muka,

hubungan

antara

ketenangannya

kesabarannya,

tentang cara mengajar guru dengan

berdiri di kelas saat pembelajaran,

prestasi belajar pada siswa kelas X di

pandangan mata meluas, suara sedang

SMA Batik 1 Surakarta, (2), tingkat

atau berirama, dan kewibawaan dalam

persepsi siswa tentang cara mengajar

mengajar (Ahmadi, 2005).

guru, dan (3) tingkat prestasi belajar

dan

perhatian

(1)

persepsi

siswa

siswa,

Dari tujuan penelitian tersebut,

berkurang,

maka diharapkan penelitian ini dapat

membosankan
siswa

mengetahui:

Surakarta.

mengajar tidak menggunakan variasi,
akan

ini

pada siswa kelas X di SMA Batik 1

Guru dalam proses belajar

maka

penelitian

mengantuk, dan akibatnya tujuan

bermanfaat bagi

belajar tidak tercapai. Dalam hal ini

sebagai informasi tentang pentingnya

guru

hubungan persepsi terhadap cara guru

memerlukan

adanya

variasi

Kepala Sekolah,

dalam mengajar siswa. Keterampilan

mengajar

mengadakan variasi dalam proses

siswa, sehingga Kepala Sekolah dapat

belajar mengajar akan meliputi tiga

mengontrol dan mengawasi cara guru

aspek,

dalam gaya

mengajar untuk meningkatkan prestasi

mengajar, variasi dalam menggunakan

belajar siswa. Bagi guru, sebagai

media dan bahan pengajaran, dan

informasi

variasi dalam interaksi antara guru

kompetensi

dengan siswa. Jika ketiga komponen

peneliti lain dapat menambah ilmu

tersebut

pengetahuan

yaitu variasi

dikombinasikan

penggunaannya,
meningkatkan
membangkitkan

dalam

dengan

prestasi

untuk

belajar

meningkatkan

profesionalnya.

sebagai

Bagi

hasil

maka

akan

pengamatan langsung serta dapat

perhatian

siswa,

memahami penerapan disiplin ilmu

keinginan

dan
4

yang

diperoleh

selama

studi

di

Keberhasilan siswa mencapai

perguruan tinggi.

hasil belajar yang baik dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor. Faktor
itu terdiri dari tingkat kecerdasan yang

LANDASAN TEORI
Menurut

Azwar

(2002),

baik, pelajaran sesuai bakat yang

prestasi belajar adalah prestasi atau

dimiliki, ada minat dan perhatian yang

hasil yang telah dicapai oleh siswa

tinggi

dalam

dalam belajar. Menurut Tu’u (2004),

belajar

yang

prestasi belajar adalah penguasaan

pembelajaran yang variatif, suasana

pengetahuan atau keterampilan yang

keluarga yang memberi dorongan

dikembangkan oleh mata pelajaran

anak

yang lazimnya ditunjukkan dengan

lingkungan

nilai tes atau angka nilai yang

teratur, disiplin penting bagi kegiatan

diberikan guru.

kompetisi siswa dalam pembelajaran.

Aspek-aspek prestasi belajar

untuk

pembelajaran,
baik

dan

maju.
sekolah

cara

strategi

Selain
yang

itu,
tertib,

Sudjana (2002) menjelaskan

siswa dapat diketahui melalui aspek

bahwa

kognitif, afektif, dan psikomotorik.

dipersepsikan

Aspek-aspek tersebut dijadikan dasar

guru

dalam pengukuran prestasi belajar

merencanakan

dilakukan dengan cara memberikan

mengajar, menguasai bahan pelajaran,

tes sebagai alat untuk mengukurnya.

melaksanakan dan memimpin atau

Ada

pengukuran

mengelola proses belajar mengajar,

prestasi yaitu tes diagnotik digunakan

dan menilai kemajuan proses belajar

untuk

kelemahan-

mengajar. Selanjutnya cara mengajar

kelemahan anak, tes formatif untuk

tersebut dipersepsikan oleh siswa

mengetahui sejauh mana anak telah

melalui aspek kognitif, afektif, dan

terbentuk setelah mengikuti suatu

konatif.

program,

mampu memperoleh informasi dan

tiga

tes

untuk

memenuhi

dan

tes

sumatif

untuk

mengetahui kemampuan siswa dalam

prestasi

belajar

melalui

dalam

Melalui

dapat

aspek-aspek

mengajar,
program

kognitif

yaitu
belajar

siswa

menilai tentang cara guru mengajar.

menguasai materi yang diberikan oleh

Cara guru mengajar dapat

guru.

dipersepsikan oleh siswa secara positif
dan negatif. Daviddof (dalam Walgito,
5

2004) menyatakan bahwa persepsi

mengajar

adalah suatu proses yang dilalui oleh

intelektual guru, kecakapan ranah

suatu stimulus yang diterima panca

karsa guru, karakteristik ranah rasa

indera yang kemudian diorganisasikan

guru, usia guru, jenis kelamin guru,

dan

dan kelas sosial guru, pengalaman

diinterpretasikan

sehingga

adalah

individu menyadari yang diinderanya

mengajar,

siswa,

itu. Pengertian yang hampir sama

dan lingkungan.

karaktersistik

sarana-prasarana,

dinyatakan oleh Sobur (2003) bahwa
persepsi

merupakan

suatu

proses

HIPOTESIS
Berdasarkan paparan tersebut

diterimanya suatu rangsangan (obyek,
kualitas,

hubungan

antar

gejala

di

maupun

peristiwa)

sampai

suatu

penelitian ini adalah “Ada hubungan

rangsang

tersebut

disadari

atau

positif antara persepsi siswa tentang

individu

cara guru mengajar dengan prestasi

tentang

belajar pada siswa kelas X di SMA

dimengerti

sehingga

mempunyai

pengertian

maka

hipotesis

dalam

Batik 1 Surakarta”. Artinya apabila

lingkungannya.

persepsi siswa tentang cara guru

Aspek-aspeknya terdiri dari
merencanakan

atas,

program

mengajar tinggi, maka prestasi belajar

belajar

mengajar, menguasai bahan pelajaran,

siswa

melaksanakan

dan

sebaliknya apabila persepsi siswa

memimpin/mengelola proses belajar

tentang cara guru mengajar rendah,

mengajar,

maka prestasi belajar siswa akan

dan

menilai

kemajuan

juga

tinggi,

begitu

pula

rendah.

proses belajar mengajar. Makin tinggi
skor yang diperoleh subjek berarti
semakin positif persepsi tentang cara

METODE PENELITIAN

juga

Populasi dalam penelitian ini

sebaliknya semakin rendah skor yang

adalah seluruh siswa kelas X SMA

diperoleh

semakin

Batik 1 Surakarta yang berjumlah 334

negatif persepsi tentang cara guru

orang. Jumlah tersebut diperoleh dari

mengajar.

8

guru

mengajar,

subjek

Faktor-faktor

demikian

berarti

kelas,

masing-masing

berjumlah 38 siswa.

yang

mempengaruhi persepsi cara guru
6

kelas

Jumlah
penelitian

tidak

sampel

variabel, yaitu persepsi tentang cara

dalam

diambil

guru mengajar dan prestasi belajar.

semua,

sampel penelitian diambil hanya dua
kelas X, yang berjumlah 76 siswa.

PEMBAHASAN

Alasan sampel hanya 76 siswa, karena

Hasil penelitian dengan rumus

jumlah 76 siswa sudah memenuhi

korelasi product moment diperoleh

syarat untuk dilakukan analisis data.

koefisien r sebesar 0,127 dengan p =

ini

0,285 (p > 0.05). Artinya tidak ada

menggunakan teknik cluster random

hubungan antara persepsi tentang cara

sampling, artinya subjek penelitian

guru mengajar dengan prestasi belajar

mempunyai kesempatan yang sama

Hasil tersebut sesuai dengan

untuk dijadikan sampel penelitian.

penelitian yang telah dilakukan oleh

Metode pengumpulan data dalam

Hamzah dan Abdullah (2009), bahwa

penelitian ini ada dua, yaitu skala

cara guru mengajar tidak berpengaruh

persepsi tentang cara guru mengajar

terhadap prestasi belajar. Alasannya,

dan dokumentasi prestasi belajar.

pelajaran matematika penting, tetapi

Analisis data dalam penelitian ini

sulit untuk dipelajari. Matematika

menggunakan statistik parametric.

menumbuhkembangkan

Pemilihan

subjek

bernalar, yaitu berpikir sistematis,

Analisis data dalam penelitian
ini menggunakan statistik parametrik.

logis,

Sebelum

mengkomunikasikan

dilakukan

uji

kemampuan

hipotesis

dan

kritis,
gagasan

atau

masalah.

Pada

terlebih dahulu dilakukan uji asumsi

dalam

yaitu uji normalitas dan linearitas.

kenyataannya, khususnya di kalangan

Kedua uji asumsi tersebut merupakan

para

syarat-syarat yang harus terpenuhi

merupakan

untuk dapat digunakannya rumus

kurang disenangi. Siswa sulit untuk

korelasi

Alasan

memahami matematika secara baik,

digunakan rumus korelasi product

apalagi untuk memperoleh hasil yang

moment, selain mencari hubungan

maksimal. Salah satu faktor untuk

dalam

lainnya

menarik minat siswa terhadap mata

dalam penelitian ini hanya ada dua

pelajaran matematika sehingga dapat

product

penelitian,

moment.

alasan

7

pemecahan

dalam

pelajar,

matematika

mata

pelajaran

masih
yang

mengurangi

rasa

kurang

senang

kegiatan pembelajaran materi-materi

tersebut adalah faktor intrinsik.

pelajaran.

Hal tersebut sesuai dengan

Faktor internal kognitif yang

pendapat Kartono (dalam Tu’u, 2004)

dimiliki siswa memiliki peran besar

bahwa

yang

dalam pembelajaran. Kognitif siswa

mempengaruhi prestasi belajar siswa

rendah berpengaruh terhadap prestasi

adalah faktor intrinsik, antara lain

belajar juga rendah. Hal ini terjadi

kecerdasan, bakat, minat, perhatian,

karena siswa yang memiliki kognitif

motif, cara belajar.

Hamzah dan

rendah kesulitan dalam memahami

Abdullah (2009) menjelaskan bahwa

pelajaran, sehingga kurang mampu

dalam pelajaran matematika fungsi

menyelesaikan ulangan dengan benar.

guru adalah memotivasi siswa untuk

Faktor intrinsik yang lainnya yang

menimbulkan minat siswa terhadap

memiliki peran besar terhadap prestasi

pelajaran matematika. Apabila siswa

belajar siswa yaitu minat. Siswa yang

sudah memiliki minat dan termotivasi

kurang berminat terhadap pelajaran

untuk

matematika kurang termotivasi untuk

faktor

belajar

utama

matematika

akan

meningkatkan prestasi belajar siswa.
Syah
bahwa

(2006)

belajar matematika, akibatnya siswa

menjelaskan

faktor-faktor

akan memperoleh nilai buruk dalam

yang

pelajaran tersebut. Oleh sebab itu,

memengaruhi prestasi belajar siswa

siswa yang memiliki kognitif rendah

dibagi menjadi tiga macam, yaitu : (1)

dan

Faktor internal (faktor dari dalam

pelajaran matematika perlu perhatian

siswa),

kondisi

agar siswa termotivasi untuk belajar,

jasmani, kognitif, minat, dan rohani

maka guru perlu memberikan sikap

siswa. (2) Faktor eksternal (faktor dari

simpatiknya kepada siswa tersebut.

luar siswa), yakni kondisi lingkungan

Contohnya,

di sekitar siswa. (3) Faktor pendekatan

masukan dan bimbingan mengenai

belajar (approach to learning), yakni

strategi

jenis

digunakan siswa untuk melakukan

yakni

upaya

keadaan

belajar

siswa

yang

meliputi strategi dan metode yang

kurang

dan

berminat

guru

metode

terhadap

memberikan

yang

dapat

kegiatan belajar.

digunakan siswa untuk melakukan

Syah
bahwa
8

para

(2006)
guru

mengatakan
yang

selalu

menunjukkan sikap dan perilaku yang

dalam mengajar kurang memiliki

simpatik dan memperlihatkan suri

sikap simpatik berpengaruh terhadap

tauladan

siswa

yang

baik

dan

rajin,

dalam

menerima

pelajaran

khususnya dalam hal belajar dapat

kurang

menjadi daya dorong yang positif bagi

memungkinkan

kegiatan belajar siswa. Setiap siswa

dari kegiatan belajar di sekolah,

memiliki

seperti siswa akan membolos atau

terhadap

tanggapan
gurunya.

tersendiri

Salah

satunya

antusias,

malas

sehingga

siswa

mengerjakan

menghindar

tugas

yang

adalah perasaan senang atau tidak

diberikan oleh guru mata pelajaran

senang terhadap guru. Bila guru

yang

mampu

meskipun cara guru mengajar sudah

menimbulkan

perasaan

bersangkutan.

Selain

itu.

senang dalam benak siswa, misalnya

baik

dengan menciptakan suasana yang

memiliki minat terhadap pelajaran

menarik, akan mendorong siswa untuk

matematika, maka prestasi belajar

lebih giat dalam belajar.

siswa juga akan rendah.

Pendapat tersebut dibuktikan
oleh

Olatunde

penelitiannya

(2009)

namun

jika

siswa

Dari penjelasan tersebut dapat

dalam

diketahui bahwa persepsi cara guru

diperoleh kesimpulan

mengajar tidak berhubungan dengan

bahwa sikap yang baik dan positif dari

prestasi

guru terhadap pengajaran matematika

Alasannya,

prestasi

di

terhadap

pelajaran

sekolah

kurang

menengah

mampu

belajar

dapat
belajar

terjadi.
siswa

matematika

mempengaruhi minat siswa untuk

dipengaruhi bukan dari cara guru

belajar matematika. Oleh sebab itu,

mengajar, melainkan cara guru dalam

guru matematika secara psikologis

membangkitkan rasa senang siswa

siap untuk mengajar mata pelajaran di

terhadap pelajaran matematika. Guru

sekolah. Guru penting memahami

mampu menimbulkan rasa senang

psikologis siswa, sehingga guru dapat

pada siswa mempengaruhi perilaku

membangkitkan minat kepada siswa

untuk melakukan perintah atau saran

untuk

pelajaran

guru, dalam hal ini siswa melakukan

menimbulkan

tindakan rajin belajar. Siswa yang

menyenangi

matematika
keinginan
matematika.

dan
siswa

untuk

rajin belajar memungkinkan untuk

belajar

memperoleh prestasi belajar tinggi.

Adanya sikap guru
9

Rendahnya

prestasi

pilihan

belajar

yang

tersedia.

Sepuluh

dipengaruhi oleh kurangnya minat

kemungkinan susunan tata letak meja

siswa terhadap pelajaran matematika.

dan kursi yang disarankan sebagai

Oleh

guru

dituntut

berikut: bentuk U, gaya tim, meja

untuk

dapat

konferensi, lingkaran, kelompok pada

meningkatkan minat siswa terhadap

kelompok, ruang kerja, pengelompokan

pelajaran matematika. Perboyo (2012)

berpencar, formasi tanda pangkat, ruang

sebab

itu,

kemampuannya

menyatakan

bahwa

dalam

kelas tradisional, auditorium.

suatu

Sejalan

pengajaran yang berkaitan dengan suatu
materi kurikulum tertentu

tersebut,

prinsip

pokok

yaitu

dan

pembawa

(timbal balik) dan berdasarkan atas

pembelajaran yang mengajak peserta

kebutuhan

didik untuk belajar secara aktif. Ketika

give, yang semuanya dinyatakan dalam

menyatakan

bentuk tingkah laku dan perbuatan.

lingkungan fisik dalam kelas dapat

Hubungan timbal balik antar warga

mendukung atau menghambat kegiatan

kelas yang harmonis dapat merangsang

belajar aktif. Sehingga dari pernyataan

ulang

menciptakan

untuk

aktifitas

pengetahuan yang didasarkan take and

aktifitas pembelajaran. Di sisi lain,

disusun

ada

ada hubungan untuk tukar-menukar

mendominasi

kelas

bersama,

daripada pengungkapan perasaan, dan

peserta didik belajar dengan aktif,

perlengkapan

lebih

ada aktifitas yang bersifat resiprokal

strategi pembelajaran aktif, yaitu suatu

tersebut

beroda

antar warga kelas. Di dalam interaksi

yang dapat digunakan oleh guru adalah

(2009)

tulis

di kelas terwujud bila terjadi interaksi

belajar mengajar. Salah satu strategi

Silberman

papan

yang bergairah. Aktifitas siswa belajar

kurikulum tersebut dinamakan strategi

yang

(2007)

interaksi belajar dan membelajarkan

penerima materi. Pengaturan materi

mereka

dkk.,

memungkinkan berlangsungnya proses

materi, penyaji materi, pendekatan dan

berarti

Zaini,

pendapat

menyatakan penggunaan meja, kursi

keterlaksanaan dipengaruhi oleh empat
komponen

dengan

terwujudnya masyarakat kelas yang

perlu

gemar belajar. Dengan demikian, upaya
mengaktifkan

formasi tertentu yang sesuai dengan

dilakukan

kondisi belajar siswa. Namun begitu

siswa
dengan

belajar

dapat

mengupayakan

timbulnya interaksi yang harmonis antar

tidak ada satu susunan atau tata letak

warga di dalam kelas. Interaksi ini akan

yang mutlak ideal, namun ada banyak

terjadi bila setiap warga kelas melihat

10

dan merasakan bahwa kegiatan belajar

matematika sulit. Dari jawaban siswa

tersebut

memenuhi

tersebut dapat diketahui bahwa faktor

kebutuhannya. Dalam kaitannya dengan

yang mempengaruhi persepsi tentang

proses pembelajaran, berdasarkan teori

cara guru mengajar berasal dari guru

kebutuhan Maslow, Silberman (2006)

dan

menyatakan kebutuhan akan rasa aman

Marleviandra (2010) bahwa faktor

harus

persepsi tentang cara guru mengajar

sebagai

sarana

dipenuhi

sebelum

bisa

dipenuhinya kebutuhan untuk mencapai
sesuatu,

mengambil

resiko,

siswa.

belajar

berhubungan

sikap guru yang kurang mampu
mengontrol emosinya, sehingga guru

kategori persepsi tentang cara guru

sering marah dengan siswa. Faktor

mengajar dan prestasi belajar bertolak

dari siswa berasal dari bakat, sehingga

belakang. Hasil kategori persepsi

timbul kesenangan siswa terhadap

tentang cara guru mengajar tergolong

pelajaran matematika. Selain itu dari

sedang, hasil kategori prestasi belajar

faktor siswa juga dipengaruhi oleh

melalui tes formatif tergolong rendah.

kemampuan kognitif siswa, sehingga

Hasil kategori persepsi tentang

siswa

cara guru mengajar tergolong sedang.

kesulitan

dalam

Hasil kategori prestasi belajar

frekuensi jawaban siswa kelas X-3

melalui tes formatif tergolong rendah

dan X-9 SMA Batik Surakarta pada

Nilai matematika siswa kelas X-3 dan

kategori sedang sebanyak 55 frekuensi

X-9 termasuk rendah dapat diketahui

atau 75,4% dari 73 siswa. Hasil

melalui pengelompokkan hasil tes

tersebut didukung hasil wawancara

untuk tingkat rendah sebesar 57

dengan 6 siswa dapat diketahui bahwa

frekuensi

tiga siswa menjawab guru matematika
jelas

merasa

pelajaran matematika.

Hal ini dapat diketahui melalui hasil

kurang

guru

menjelaskan materi kurang jelas, atau

siswa

dibuktikan dari hasil rerata atau

dan

Faktor

menggunakan metode yang monoton,

persepsi tentang cara guru mengajar

galak

oleh

dengan cara guru mengajar seperti

Tidak adanya hubungan antara

prestasi

Dijelaskan

dapat dipengaruhi oleh guru dan

dan

menggali hal-hal baru.

dengan

siswa.

atau

78,1%.

Frekuensi

tersebut lebih banyak dibandingkan

dalam

dengan kategori lain. Berdasarkan

menerangkan materi. Sedangkan tiga

hasil wawancara dengan enam siswa

lainnya menjawab bahwa pelajaran
11

(5 Juli 2013) dapat diperoleh jawaban

Ranah afektif berkenaan dengan sikap

untuk

menjawab

nilai

yang terdiri dari lima aspek, yakni

karena

siswa

penerimaan, jawaban atau reaksi,

pelajaran

penilaian, organisasi, dan internalisasi.

matematika, sehingga siswa malas

(3) Ranah psikomotoris berkenaan

untuk belajar. Sedangkan jawaban 3

dengan hasil belajar ketrampilan dan

siswa

kemampuan bertindak.

3

siswa

matematika
kurang

buruk

suka

lainnya

dengan

diperoleh

jawaban

bahwa siswa senang dengan pelajaran
matematika, sehingga siswa berusaha

KESIMPULAN

untuk memperoleh nilai tinggi pada

Berdasarkan hasil analisis data

pelajaran matematika dengan cara

dan pembahasan tentang hubungan

belajar. Selain itu, dijelaskan oleh

antara persepsi siswa tentang cara

guru Matematika (Wawancara 5 Juli

guru mengajar dengan prestasi belajar

2013)

pada siswa kelas X di SMA Batik 1

bahwa

merupakan

nilai

prestasi

belajar

kognitif

Surakarta

yang

dapat

diperoleh dari nilai-nilai ulangan tiap-

kesimpulan, yaitu:

tiap Kompetensi Dasar (KD), yang

1. Tidak

ada

diperoleh

hubungan

suatu

antara

belum tuntas dilakukan remidi sampai

persepsi

tuntas. Sedangkan persepsi cara guru

mengajar dengan prestasi belajar

mengajar merupakan

sikap siswa

pada siswa kelas X di SMA Batik

terhadap guru bukan kognitif. Sikap

1 Surakarta. Hal ini dibuktikan

siswa dimasukan dalam penilaian

dengan hasil korelasi product

afektif, sedangkan prestasi belajar

moment diperoleh hasil r sebesar

dimasukkan dalam penilaian kognitif.

0,127 dengan p = 0,285

Hal

0.05).

ini

sesuai

dengan

pendapat

tentang

cara

guru

(p >

Sudjana (2002) bahwa penilaian hasil

2. Hasil kategori persepsi tentang

diklasifikasi menjadi 3 ranah yaitu:

cara guru mengajar tergolong

(1) Ranah kognitif berkenaan dengan

sedang dengan rerata empirik

hasil belajar intelektual yang terdiri

(ME) sebesar 121,493 dan rerata

dari enam aspek, yakni pengetahuan

hipotetik (MH) sebesar 117,5.

atau ingatan, pemahaman, aplikasi,

3. Hasil kategori prestasi belajar

analisis, sintesis, dan evaluasi. (2)

rendah dengan rerata empirik
12

(ME) sebesar 79,315 dan rerata

yang mempengaruhi prestasi belajar

hipotetik (MH) sebesar 85,5.

siswa pada pelajaran matematika yaitu
minat siswa, oleh sebab itu guru

Dari hasil kesimpulan tersebut,
maka saran yang dapat diberikan

disarankan

kepada pihak terkait

yaitu Bagi

strategi pembelajaran yang mampu

Kepala Sekolah, mengingat hasil

menarik minat siswa untuk belajar

penelitian prestasi belajar kategori

matematika. Disarankan bagi guru

rendah, maka kepala sekolah perlu

untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa.

pembelajaran yang difokuskan pada

Cara yang dapat dilakukan oleh

keaktifan siswa

Kepala Sekolah, yaitu memutuskan

pembelajaran yang interaktif antara

kebijakan-kebijakan

dapat

guru dengan siswa atau siswa dengan

meningkatkan minat siswa terhadap

siswa. Hubungan timbal balik antara

pelajaran

seperti

guru dan siswa yang harmonis dapat

memberikan opini bahwa pelajaran

merangsang terwujudnya siswa di kelas

matematika termasuk pelajaran yang

gemar belajar matematika. Seperti, guru

menarik.

dapat

menggunakan strategi dalam susunan

menentukan kebijakan pada setiap

tata letak meja dan kursi berbentuk U,

tahun dilakukan lomba antar kelas

gaya tim, meja konferensi, lingkaran,

dalam

kelompok pada kelompok, ruang kerja,

yang

matematika,

Kepala

sekolah

memecahkan

masalah

pada

lomba

tingkat

daerah.

kebijakan-kebijakan

Bagi

Adanya

tidak

berpencar,

formasi

peneliti

selanjutnya,

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan

tersebut

untuk dapat lebih mengontrol ruang
lingkup

siswa terhadap pelajaran matematika,
secara

menciptakan

auditorium.

diharapkan dapat memunculkan minat

sehingga

dan

strategi

tanda pangkat, ruang kelas tradisional,

pelajaran

matematika, baik tingkat antar sekolah
atau

menggunakan

menggunakan

pengelompokan

matematika dan mengikutlombakan
siswa

dengan

penelitian.

Misalnya

memperhatikan variabel-variabel lain

langsung

yang dapat mempengaruhi prestasi

mampu pula meningkatkan prestasi

belajar.

belajar matematika siswa.

Hal

mengingat

Bagi guru, guru disarankan

ini

perlu

persepsi

dilakukan

cara

guru

mengajar tidak berhubungan dengan

untuk Mengingat salah satu faktor
13

Marleviandra. A. 2010. Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Guru
dalam Meningkatkan Proses
Belajar
Mengajar Siswa.
http://techonly13.wordpress.co
m/2010/10/07/faktor-faktoryang-mempengaruhi-gurudalam-meningkatkan-prosesbelajar-mengajar-siswa/
Diakses tanggal 04 Mei 2012
pukul 16.30 wib.

prestasi belajar. Oleh sebab itu,
peneliti selanjutnya perlu memahami
faktor-faktor
prestasi

yang

belajar,

mempengaruhi
yang

dapat

dijadijadikan variabel bebas. Varibel
bebas yang mempengaruhi prestasi
belajar tersebut diantaranya

yaitu

minat belajar, motivasi belajar, cara

Nasution,
S.
2000.
Berbagai
Pendekatan Belajar Mengajar .
Edisi Pertama. Jakarta: Bina
Aksara.
Olatunde, Y.P. 2009. Relationship
between Teachers’ Attitude
and
Students’
Academic
Achievement in Mathematics
in Some Selected Senior
Secondary
Shools
in
Southwestern
Nigeria.
European Journal of Sosial
Sciences. Vol. 10. No. 1. Hal.
364-369.

belajar siswa, dan lingkungan atau
iklim sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Azwar,

Syaifudin. 2003. Sikap
Manusia,
Teori
dan
Pengukurannya . Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Ahmadi. 2005. Psikologi Umum. Edisi
Revisi.
Jakarta:
Penerbit
Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan
Zain. 2006. Strategi Belajar
Mengajar . Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Silberman,
Mel.
2009.
Active
Learning
101
Strategi
Pembelajaran
Aktif.
(Diterjemahkan oleh Rahardjo
Kusuma). Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani.

Hamalik, O. 2003. Psikologi Belajar
Mengajar . Bandung: Sinar
Baru Algasindo

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum.
Bandung: Pustaka Setia.

Hamzah, M.S.G. dan Abdullah, S.K.
2009. Teachers’ Teaching
Status and Achievements of
Student of Teaching and
Learning of Mathematics and
Science in English (PPSMI) in
Primary and Rudal Secondary
Schools. European Journal of
Sosial Sciences. Vol. 10. No.
1. Hal. 143-161..

Sudjana, Nana. 2002. Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar .
Bandung: Sinar Baru.
Syah,

14

Muhibbin. 2006. Psikologi
Pendidikan
dengan
Pendekatan Baru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.

Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin
Pada Perilaku dan Prestasi
Siswa . Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Walgito,
B.
2004.
Pengantar
Psikologi Umum. Yogyakarta:
Andi Offset.

15

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X Hubungan Antara Kedisiplinan Siswa Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas X Di SMA Batik 1 Surakarta.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X Hubungan Antara Kedisiplinan Siswa Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas X Di SMA Batik 1 Surakarta.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG CARA GURU MENGAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Cara Guru Mengajar Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas X Di SMA Batik 1 Surakarta.

0 1 14

PENDAHULUAN Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Cara Guru Mengajar Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas X Di SMA Batik 1 Surakarta.

0 1 7

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG BIMBINGAN GURU BK DAN CARA GURU MENGAJAR DENGAN MOTIVASI Hubungan Persepsi Siswa Tentang Bimbingan Guru BK Dan Cara Guru Mengajar Dengan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas X Di Smk Negeri 6 Surakarta.

0 0 20

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG BIMBINGAN GURU BK DAN CARA GURU MENGAJAR DENGAN MOTIVASI Hubungan Persepsi Siswa Tentang Bimbingan Guru BK Dan Cara Guru Mengajar Dengan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas X Di Smk Negeri 6 Surakarta.

0 1 13

Hubungan antara motivasi belajar dan persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan prestasi belajar.

0 1 145

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG VARIASI GAYA MENGAJAR GURU, PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

0 0 148

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG VARIASI GAYA MENGAJAR GURU, DISIPLIN SISWA, MOTIVASI BELAJAR SISWA, DAN FASILITAS BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

0 0 177

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

0 0 118