PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE “5-E”DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010.

(1)

PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: AULIA KUSUMASTUTI

A 410 060 282

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berkembang sangat

pesat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak lepas dari

perubahan-perubahan dalam bidang pendidikan. Setiap manusia yang berkepribadian dan

matang akan membantu tercapainya tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan

secara umum adalah menciptakan manusia yang mampu melaksanakan tugas

kemasyarakatan dan berkepribadian sebaik-baiknya. Untuk mencapai suatu

tujuan, maka manusia (guru) cenderung mencari keefektifan dan keefisienan

dalam menetapkan suatu teknik ataupun metode yang tepat dalam mengajar.

Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas

pendidikan telah ditempuh. Akan tetapi perubahan dan perkembangan jaman

juga semakin cepat. Perubahan yang cepat menuntut para guru ataupun pelaku

dunia pendidikan harus melakukan perubahan dan inovasi dalam dunia

pendidikan. Inovasi dan perubahan tersebut dapat berupa penerapan teknik dan

metode dalam mengajar, perubahan kurikulum, pemanfaatan sarana dan

prasarana yang lebih maksimal, pemanfaatan media pembelajaran dan semua hal

yang berhubungan dengan dunia pendidikan harus diperbaiki.

Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran


(3)

tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan

materi serta hasil belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan

materi serta hasil belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan

pembelajaran. Namun dalam kenyataannya dapat dilihat bahwa hasil belajar

matematika yang dicapai siswa masih rendah.

Pada awalnya pembelajaran matematika di sekolah bertujuan untuk

mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir

matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu

(Depdiknas, 1993), namun dewasa ini tujuan pembelajaran matematika sekolah

telah difokuskan pada empat tujuan utama, yaitu: 1).Melatih cara berpikir dan

bernalar, 2).Mengembangkan kemampuan berpikir divergen, 3).

Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengomunikasikan gagasan, dan 4). Mengembangkan kemampuan pemecahan

masalah dan membuat dugaan (Subando, 2005).

Salah satu dari tujuan pembelajaran matematika di atas adalah

melatih cara berpikir dan bernalar dimana siswa diharapkan menggunakan

penalaran dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika. Penalaran matematika adalah suatu cara

berpikir yang sistematis, logis, dalam pemecahan masalah matematika

(Depdiknas, 2004). Orang-orang bernalar cenderung mencatat pola-pola,

struktur-struktur, atau kebiasaan-kebiasaan dalam situasi nyata. Penalaran siswa


(4)

dihadapi untuk mendapatkan penyelesaian yang logis (Mahayukti dan Suharta,

2003).

Kemampuan penalaran sangatlah diperlukan dalam mata pelajaran

matematika karena orang yang memiliki kemampuan penalaran yang tinggi serta

mampu mengomunikasikan ide atau gagasan matematikanya dengan baik

cenderung mempunyai pemahaman yang baik terhadap konsep yang dipelajari

serta mampu memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan konsep yang

dipelajari yang nantinya akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa.

Rendahnya kemampuan penalaran matematika diduga disebabkan

oleh penekanan pembelajaran di kelas yang masih menekankan pada

keterampilan mengerjakan soal (drill), sehingga kurang memberikan kesempatan

kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuan yang mereka miliki. Hal

ini mengakibatkan siswa kurang terbiasa mengerjakan soal-soal pemecahan

masalah yang menuntut mereka untuk bernalar.

Hal ini juga dialami oleh sebagian siswa kelas VIII SMP Negeri 2

Boyolali, yakni khususnya pada kelas VIII - C. Berbagai usaha telah dilakukan

guru dalam mengatasinya yaitu dengan melakukan kegiatan pembelajaran

seperti diskusi atau tanya jawab dalam kelas. Tetapi usaha itu belum mampu

merangsang siswa untuk aktif dalam pembelajaran, karena siswa yang menjawab

pertanyaan guru, cenderung didominasi oleh beberapa orang saja. Sedangkan

siswa yang lain hanya mendengarkan dan mencatat informasi yang disampaikan


(5)

Usaha lain yang dilakukan guru adalah dengan melaksanakan

pembelajaran dalam setting kelompok kecil. Akan tetapi siswa lebih banyak

bekerja sendiri-sendiri dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru,

kurang adanya diskusi antar siswa. Usaha-usaha yang telah dilakukan guru

tampaknya belum membuahkan hasil yang optimal dalam meningkatkan

kemampuan penalaran matematika siswa.

Berdasarkan gambaran-gambaran tersebut terlihat bahwa siswa

memiliki kesulitan mengembangkan kemampuan bernalarnya. Pembelajaran

matematika hendaknya dirancang sedemikian sehingga siswa merasa nyaman

mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya

siswa diajak untuk berinteraksi dengan seluruh peserta belajar yang ada dalam

kelas. Interaksi ini harus berlangsung secara berkesinambungan sehingga guru

tidak terlalu mendominasi kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Ini akan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan

penalarannya. Selain itu dalam pembelajaran perlu diberikan soal-soal

pemecahan masalah yang menuntut siswa untuk bernalar.

Model pembelajaran Learning Cycle “5E” merupakan salah satu

model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengoptimalkan cara belajar dan mengembangkan daya nalar siswa (Dasna dan

Fajaroh, 2006). Dalam model pembelajaran Learning Cycle ”5E” dilakukan 5

kegiatan yang saling berkesinambungan satu sama dimana dilakukan


(6)

(memanfaatkan), explaination (memaparkan), elaboration (mengaplikasikan),

dan evaluation (mengevaluasi).

Learning Cycle “5E” pada dasarnya sesuai dengan teori konstruktivis Vigostky dan teori belajar bermakna Ausubel. Vigostky

menekankan adanya hakikat sosial dari belajar dan menyarankan menggunakan

kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan yang berbeda-beda untuk

mengupayakan perubahan konseptual. Sedangkan Ausubel menekankan pada

belajar bermakna dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai.

Matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling suliut

oleh para siswa baik yang tidal mengalami kesulitan belajar maupun yang

mengalami kesulitan belajar (Mulyono Abdurrahman, 1999: 252). Oleh karena

itu menyampaikan materi tanpa disertai alat peraga yang sesuai sehingga materi

yang disampaikan menjadi kurang menarik bagi siswa. Dalam pembelajaran

matematika, guru menyampaikan materi ajarnya jarang yang menggunakan alat

peraga yang sesuai. Padahl mereka dituntut untuk mampu menggunakan alat-alat

yang tersedia atau bahkan mengembangkan ketrampilan membuat media

pembelajaran yang akan digunakan jika media tersebut belum tersedia.

Model pembelajaran Learning Cycle 5-E yang di dukung dengan

penggunaan alat peraga memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengoptimalkan cara belajar dan kemampuan penalaran matematika siswa. Alat

peraga dalam pembelajaran memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk


(7)

ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain: tujuan, bahan, metode dan

alat serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa

dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk

mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan. Dalam pencapaian

tujuan tersebut, peranan alat bantu atau alat peraga memegang peranan penting

sebab adanya alat ini bahan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Dalam

proses pembelajaran alat peraga digunakan dengan tujuan membantu guru agar

proses belajar siswa lebih efektif dan efisien dengan penggunaan alat peraga.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti perlu dan termotivasi

untuk melakukan penelitian tentang perlunya peningkatan kemampuan

penalaran bagi siswa kelas VIII - C SMP Negeri 2 Boyolali melalui model

pembelajaran Learning Cycle – 5E dengan bantuan alat peraga pada

pembelajaran Matematika.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan

diatas, maka permasalahan umum yang dapat dicari jawabannya dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Learning Cycle- 5 E dengan

menggunakan alat peraga pada pembelajaran Matematika kelas VIII - C


(8)

2. Apakah terjadi peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa kelas

VIII – C setelah dilakukan pembelajaran melalui modelLearning Cycle- 5E

dengan menggunakan alat peraga?

C. Tujuan Penelitian

Pada setiap penelitian terdapat tujuan yang merupakan salah satu alat

kontrol yang dapat dijadikan sebagai petunjuk sehingga penelitian ini dapat

berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Adapun tujuan dari penelitian ini antara

lain :

1. Untuk mendeskripsikan proses belajar matematika melalui penerapan model

pembelajaran Learning Cycle ”5E” dengan menggunakan alat peraga pada

siswa kelas VIII – C SMP Negeri 2 Boyolali

2. Untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa kelas VIII - C SMP

Negeri 2 Boyolali dalam pembelajaran matematika setelah penggunaan alat

peraga melalui model pembelajaran tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian ini terdiri dari 2 bagian


(9)

1. Manfaat teoritis

a. Mendapatkan teori baru tentang upaya meningkatkan kemampuan

penalaran siswa dalam pembelajaran Matematika melalui model

pembelajaran Learning Cycle ”5E” dengan bantuan alat peraga.

b. Sebagai bahan pertimbangan penelitian berikutnya yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi siswa yaitu untuk meningkatkan kemampuan penalaran

pada pembelajaran Matematika.

b. Manfaat bagi guru yaitu untuk dapat memanfaatkan model

pembelajarannya untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa dan

sekaligus sebagai referensi baru model pembelajaran Matematika.

c. Manfaat bagi sekolah yaitu untuk mengembangkan profesionalisme guru.

E. Definisi Operasional Istilah

Definisi operasional istilah adalah istilah-istilah yang akan diteliti

agar dapat dipahami dan dinilai, disamping itu juga untuk memperjelas fokus

penelitian. Adapun istilah-istilahnya adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan

Upaya menjadikan sesuatu menjadi lebih baik sesuai dengan kondisi-kondisi


(10)

2. Kemampuan Penalaran Matematika Siswa

Kemampuan penalaran matematika adalah suatu cara berpikir yang

sistematis, logis, dalam pemecahan masalah matematika. Penalaran

merupakan suatu penjelasan yang menunjukkan hubungan antara 2 hal atau

lebih atas dasar alasan alasan dan disertai dengan langkah langkah yang

menuju kepada kesimpulan.

3. Pembelajaran Learning Cycle ”5E”

Pembelajaran Learning Cycle adalah pembelajaran yang memberikan

kesempatan siswa untuk mengoptimalkan cara belajar dan mengembangkan

daya nalar siswa (Dasna dan Fajaroh, 2005). Pembelajaran model ini

memuat 5 kegiatan ”5E” yaitu Engagement, Exploration, Explaination,

Elaboration, dan Evaluation. 4. Alat Peraga

Alat peraga adalah salah satu media visual yang berupa benda kongkret yang

dapat berfungsi sebagai sarana untuk menguatkan pengetahuan dan


(1)

Usaha lain yang dilakukan guru adalah dengan melaksanakan pembelajaran dalam setting kelompok kecil. Akan tetapi siswa lebih banyak bekerja sendiri-sendiri dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru, kurang adanya diskusi antar siswa. Usaha-usaha yang telah dilakukan guru tampaknya belum membuahkan hasil yang optimal dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa.

Berdasarkan gambaran-gambaran tersebut terlihat bahwa siswa memiliki kesulitan mengembangkan kemampuan bernalarnya. Pembelajaran matematika hendaknya dirancang sedemikian sehingga siswa merasa nyaman mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya siswa diajak untuk berinteraksi dengan seluruh peserta belajar yang ada dalam kelas. Interaksi ini harus berlangsung secara berkesinambungan sehingga guru tidak terlalu mendominasi kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Ini akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan penalarannya. Selain itu dalam pembelajaran perlu diberikan soal-soal pemecahan masalah yang menuntut siswa untuk bernalar.

Model pembelajaran Learning Cycle “5E” merupakan salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan cara belajar dan mengembangkan daya nalar siswa (Dasna dan Fajaroh, 2006). Dalam model pembelajaran Learning Cycle ”5E” dilakukan 5 kegiatan yang saling berkesinambungan satu sama dimana dilakukan kegiatan-kegiatan antara lain: engagement (membangkitkan), exploration


(2)

(memanfaatkan), explaination (memaparkan), elaboration (mengaplikasikan), dan evaluation (mengevaluasi).

Learning Cycle “5E” pada dasarnya sesuai dengan teori konstruktivis Vigostky dan teori belajar bermakna Ausubel. Vigostky menekankan adanya hakikat sosial dari belajar dan menyarankan menggunakan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan yang berbeda-beda untuk mengupayakan perubahan konseptual. Sedangkan Ausubel menekankan pada belajar bermakna dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai.

Matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling suliut oleh para siswa baik yang tidal mengalami kesulitan belajar maupun yang mengalami kesulitan belajar (Mulyono Abdurrahman, 1999: 252). Oleh karena itu menyampaikan materi tanpa disertai alat peraga yang sesuai sehingga materi yang disampaikan menjadi kurang menarik bagi siswa. Dalam pembelajaran matematika, guru menyampaikan materi ajarnya jarang yang menggunakan alat peraga yang sesuai. Padahl mereka dituntut untuk mampu menggunakan alat-alat yang tersedia atau bahkan mengembangkan ketrampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakan jika media tersebut belum tersedia.

Model pembelajaran Learning Cycle 5-E yang di dukung dengan penggunaan alat peraga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan cara belajar dan kemampuan penalaran matematika siswa. Alat peraga dalam pembelajaran memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif. Setiap proses pembelajaran


(3)

ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain: tujuan, bahan, metode dan alat serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan. Dalam pencapaian tujuan tersebut, peranan alat bantu atau alat peraga memegang peranan penting sebab adanya alat ini bahan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Dalam proses pembelajaran alat peraga digunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien dengan penggunaan alat peraga.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti perlu dan termotivasi untuk melakukan penelitian tentang perlunya peningkatan kemampuan penalaran bagi siswa kelas VIII - C SMP Negeri 2 Boyolali melalui model pembelajaran Learning Cycle – 5E dengan bantuan alat peraga pada pembelajaran Matematika.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka permasalahan umum yang dapat dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Learning Cycle- 5 E dengan menggunakan alat peraga pada pembelajaran Matematika kelas VIII - C SMP Negeri 2 Boyolali dilaksanakan?


(4)

2. Apakah terjadi peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa kelas VIII – C setelah dilakukan pembelajaran melalui modelLearning Cycle- 5E dengan menggunakan alat peraga?

C. Tujuan Penelitian

Pada setiap penelitian terdapat tujuan yang merupakan salah satu alat kontrol yang dapat dijadikan sebagai petunjuk sehingga penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :

1. Untuk mendeskripsikan proses belajar matematika melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle ”5E” dengan menggunakan alat peraga pada siswa kelas VIII – C SMP Negeri 2 Boyolali

2. Untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa kelas VIII - C SMP Negeri 2 Boyolali dalam pembelajaran matematika setelah penggunaan alat peraga melalui model pembelajaran tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian ini terdiri dari 2 bagian yakni secara teoritis dan praktis. Adapun pertinciannya sebagai berikut :


(5)

1. Manfaat teoritis

a. Mendapatkan teori baru tentang upaya meningkatkan kemampuan penalaran siswa dalam pembelajaran Matematika melalui model pembelajaran Learning Cycle ”5E” dengan bantuan alat peraga.

b. Sebagai bahan pertimbangan penelitian berikutnya yang sejenis. 2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi siswa yaitu untuk meningkatkan kemampuan penalaran pada pembelajaran Matematika.

b. Manfaat bagi guru yaitu untuk dapat memanfaatkan model pembelajarannya untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa dan sekaligus sebagai referensi baru model pembelajaran Matematika.

c. Manfaat bagi sekolah yaitu untuk mengembangkan profesionalisme guru.

E. Definisi Operasional Istilah

Definisi operasional istilah adalah istilah-istilah yang akan diteliti agar dapat dipahami dan dinilai, disamping itu juga untuk memperjelas fokus penelitian. Adapun istilah-istilahnya adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan

Upaya menjadikan sesuatu menjadi lebih baik sesuai dengan kondisi-kondisi yang diusahakan


(6)

2. Kemampuan Penalaran Matematika Siswa

Kemampuan penalaran matematika adalah suatu cara berpikir yang sistematis, logis, dalam pemecahan masalah matematika. Penalaran merupakan suatu penjelasan yang menunjukkan hubungan antara 2 hal atau lebih atas dasar alasan alasan dan disertai dengan langkah langkah yang menuju kepada kesimpulan.

3. Pembelajaran Learning Cycle ”5E”

Pembelajaran Learning Cycle adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa untuk mengoptimalkan cara belajar dan mengembangkan daya nalar siswa (Dasna dan Fajaroh, 2005). Pembelajaran model ini memuat 5 kegiatan ”5E” yaitu Engagement, Exploration, Explaination, Elaboration, dan Evaluation.

4. Alat Peraga

Alat peraga adalah salah satu media visual yang berupa benda kongkret yang dapat berfungsi sebagai sarana untuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman konsep.