PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA PADA MATERI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN PECAHAN : Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Dasar Negeri 3 Cibodas Kelas V Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 Kecamat

(1)

027/S/PGSD-Reg/8/Juli/2014

PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS SISWA PADA MATERI PERKALIAN DAN

PEMBAGIAN PECAHAN

(Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Dasar Negeri 3 Cibodas Kelas V Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Ummu Fauzi Saja’ah 1003507

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014


(2)

(Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Dasar Negeri 3 Cibodas Kelas V Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)

Oleh

Ummu Fauzi Saja’ah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Ummu Fauzi Saja’ah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)


(4)

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

Penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan

ABSTRAK

PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA PADA MATERI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN

PECAHAN

(Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Dasar Negeri 3 Cibodas Kelas V Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)

Oleh

Ummu Fauzi Saja’ah 1003507

Penelitian ini dilatarbelakangi karena permasalahan siswa terhadap penguasaan kemampuan dalam pemecahan masalah. Hal ini didasarkan pada hasil observasi awal yang menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya siswa mengalami kendala dalam memahami soal dan menentukan bagaimana cara untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Selain itu, penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat dapat berpengaruh terhadap hasil yang ingin dicapai. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat merupakan salah satu hal utama dalam proses pembelajaran dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk menjawab hal tersebut, maka dilakukan penelitian tindakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menerapkan metode inkuiri terbimbing. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dan mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa setelah diterapkan metode inkuiri terbimbing pada materi perkalian dan pembagian pecahan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari model Kemmis dan Mc. Taggart. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan. Setiap tahapan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Instrumen yang digunakan adalah lembar soal berupa tes, lembar observasi dan catatan lapangan. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu, nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 71. Pada siklus II meningkat menjadi 81. Dari data tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan meningkat setelah diterapkan metode inkuiri terbimbing pada proses pembelajaran. Oleh karena itu, metode


(5)

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

Penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu

inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Berdasarkan temuan tersebut, disarankan kepada para guru khususnya guru matematika untuk menerapkan metode inkuiri terbimbing yang mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Kata kunci: metode inkuiri terbimbing, kemampuan pemecahan masalah matematis.

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF GUIDED-INQUIRY METHOD TO

IMPROVE STUDENTS’ MATHEMATICAL-PROBLEM SOLVING IN

FRACTION MULTIPLICATION AND DIVISION MATERIAL (Classroom Action Research in Public Elementary School 3 Cibodas Class V Semester II 2013/2014 school year the District Lembang, West Bandung regency)

by

Ummu Fauzi Saja’ah 1003507

This research is motivated because of the problems students towards mastery of skills in problem solving. It is based on the results of preliminary observations indicate that students' mathematical problem solving ability in material multiplication and division are still low. It is caused by several factors, including students having problems in understanding the problem and determine how to complete a given task. In addition, the use of appropriate learning methods that are less able to influence the results to be achieved.Selection of appropriate learning methods is one of the main things in the learning process to achieve the expected goals. To answer this, the action research to improve students' mathematical problem solving abilities by applying the method of guided inquiry. The purpose of this research is to describe the implementation of learning math by using guided inquiry and describe students' problem solving abilities increase after application of guided inquiry method in fraction multiplication and division material. This research is a classroom action research which adapted from Kemmis and Mc Taggart models. Therefore, this research was conducted in several cycles. Each cycle consists of planning, implementing, observing, and reflecting stage. This research was conducted in two cycles. The instrument used was a test booklet, observation and field notes. This research found that students’ mathematical problem solving is increasing, in which the average score of the first cycle is 71 and the average score of the


(6)

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

Penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan

second cycle is 81. From these data indicate that students' mathematical problem solving ability in fraction multiplication and division material increased after application of guided inquiry method in the learning process. Therefore, guided inquiry method can improve students' mathematical problem solving ability. According to the findings, teachers are suggested especially math teachers to apply guided-inquiry method which can improve students’ mathematical problem solving.


(7)

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

Penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Hipotesis Tindakan ... 7

F. Definisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Pembelajaran Matematika di SD ... 9

B. Metode Inkuiri Terbimbing ... 12

C. Pemecahan Masalah Matematis ... 20

D. Pecahan ... 23

E. Kerangka Berpikir ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Metode Penelitian ... 30


(8)

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

C. Subjek Penelitian ... 34

D. Prosedur Penelitian ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 37

F. Pengolahan dan Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Deskripsi Data Awal Penelitian ... 42

B. Hasil Penelitian ... 43

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus I ... 43

2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus II ... 57

C. Pembahasan ... 73

1. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Inkuiri Terbimbing ... 73

2. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 75

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 78

A. Simpulan ... 78

B. Rekomendasi ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... xi LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

Penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai peran penting dalam memajukan daya pikir manusia. Oleh karena itu, diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini agar mampu bersaing di masa yang akan datang. Dalam kurikulum di Indonesia matematika merupakan bagian dari mata pelajaran yang diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Setiap mata pelajaran termasuk matematika memiliki standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tercantum dalam kurikulum. SK dan KD matematika tersebut disusun sebagai landasan pembelajaran di sekolah untuk mengembangkan kemampuan tersebut diatas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan tujuan mata pelajaran matematika dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menjelaskan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan di sekolah bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah


(10)

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (Depdiknas, 2006, hlm. 9)

Sejalan dengan tujuan matematika yang telah diuraikan diatas, salah satu kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa adalah kemampuan pemecahan masalah. Suherman (dalam Ambami, 2013, hlm. 2) menyebutkan,

Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting, karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang tidak rutin.

Pembelajaran matematika hendaknya dikaitkan dengan pengalaman masalah yang sesuai dengan situasi. Sehingga manfaat yang dapat diperoleh siswa ketika ia memiliki kemampuan pemecahan masalah adalah kesiapan dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam hidupnya kelak. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Holmes (dalam Wardhani dkk, 2010, hlm. 7) yang menyebutkan mengenai latar belakang atau alasan seseorang perlu belajar memecahkan masalah matematika adalah:

Adanya fakta dalam abad dua puluh satu ini bahwa orang yang mampu memecahkan masalah akan mampu memecahkan masalah hidup dengan produktif. Holmes menambahkan, orang yang terampil memecahkan


(11)

3

masalah akan mampu berpacu dengan kebutuhan hidupnya, menjadi pekerja yang lebih produktif, dan memahami isu-isu kompleks yang berkaitan dengan masalah global.

Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan paling dasar yang mempunyai peranan penting dalam menanamkan kemampuan-kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa, termasuk kemampuan pemecahan masalah matematis. Kemampuan pemecahan matematis siswa sekolah dasar berkaitan dengan bagaimana siswa menyelesaikan persoalan yang baginya tidak biasa untuk menyelesaikannya. Kemampuan pemecahan masalah yang diajarkan dapat menjadi keterampilan yang akan dibawa pada masalah-masalah keseharian siswa dalam membuat keputusan. Dengan demikian, kemampuan pemecahan masalah matematis diharapkan mampu membantu siswa dalam mengatasi permasalahan dihidupnya kelak.

Akan tetapi, kenyataan yang ada di lapangan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa sekolah dasar masih rendah. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di SD Negeri 3 Cibodas menunjukkan hal yang serupa. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas V B SD Negeri 3 Cibodas masih rendah. Terlihat dari nilai tes yang diujikan kepada siswa kelas V B pada materi perkalian dan pembagian pecahan menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa masih rendah dan jauh dari nilai KKM. Dari 32 siswa yang mengikuti tes, hanya 15 siswa yang memperoleh nilai diatas KKM atau hanya 46% siswa yang tuntas belajar. Sedangkan 17 siswa memperoleh nilai dibawah KKM atau sebanyak 54% siswa tidak tuntas belajar. Padahal kemampuan pemecahan masalah pada materi perkalian dan pembagian pecahan dirasa penting untuk dimiliki oleh siswa.

Pecahan merupakan salah satu kajian inti dari materi yang dipelajari siswa di sekolah. Pembahasan materinya menitikberatkan pada pengerjaan operasi hitung dasar yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian berbagai bentuk pecahan. Namun, banyak dijumpai kelemahan-kelemahan pada pengerjaan operasi hitung pecahan perkalian dan pembagian.


(12)

Sementara sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari masalah yang penyelesaiannya menyangkut operasi perkalian dan pembagian pecahan. Oleh sebab itu, siswa perlu menguasai kemampuan pemecahan masalah pada materi perkalian dan pembagian pecahan agar kelak ia mampu menghadapi persoalan dalam kehidupan nyata yang mungkin mereka temui.

Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan berbasis masalah diantaranya yaitu kendalanya siswa masih belum mengerti dengan soal yang diberikan, siswa mengalami kebingungan bagaimana cara menyelesaikannya. Selain itu, kurangnya penggunaan metode pembelajaran yang dapat merangsang daya fikir siswa dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Penggunaan metode di kelas selama ini hanya ceramah dan pemberian tugas sehingga pembelajaran berpusat pada guru. Siswa hanya menerima informasi yang diberikan dari guru tanpa melibatkan siswa untuk menemukan sendiri informasi yang ia butuhkan. Padahal proses pembelajaran yang baik adalah adanya interaksi dua arah antara guru dan siswa, maupun siswa dengan siswa. Dengan adanya interaksi tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang sedang diajarkan sehingga siswa mampu menyelesaikan permasalahan yang ia hadapi. Oleh sebab itu diperlukan suatu metode yang relevan untuk dapat memberikan kesempatan kepada siswa dalam mencari dan menemukan suatu konsep yang ia butuhkan dalam pembelajaran serta dapat merangsang kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan yaitu metode inkuiri. Fitriyah (2013, hlm. 1) menyebutkan:

Metode pembelajaran Inquiry (inkuiri), merupakan salah satu metode pembelajaran terkenal. Inquiry berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Metode pembelajaran Inquiry


(13)

5

(inkuiri) bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan intelektual yang terkait dengan proses berpikir reflektif.

Lanjut Fitriyah menjelaskan,

Metode pembelajaran Inquiry (inkuiri) terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis model pembelajaran Inquiry (inkuiri) tersebut adalah: (1). Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach), (2) Inkuiri Bebas (free inquiry approach), (3) Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi (modified free inquiry approach)

Dari ketiga jenis metode inkuiri yang telah dipaparkan diatas, metode inkuiri terbimbinglah yang dipilih untuk menjadi metode pembelajaran dalam mengatasi masalah siswa dalam kemampuan pemecahan masalah matematis. Metode inkuiri terbimbing dipilih karena metode tersebut lebih memungkinkan untuk dilaksanakan dalam pembelajaran dibandingkan dengan kedua metode lainnya. Metode inkuiri terbimbing digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya.

Jadi, metode inkuiri terbimbing yang dimaksud merupakan metode yang menuntun siswa untuk dapat mencari dan menemukan suatu jawaban dari permasalahan melalui interaksi yang aktif dengan guru. Guru hanya sebagai fasilitator memberikan arahan melalui pertanyaan-pertanyaan yang dapat membimbing siswa dalam menemukan jawaban atas permasalahan yang dihadapi.

Berdasarkan uraian diatas, penting sekali bagi siswa untuk memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis, karena hal tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika. Dengan dimilikinya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, maka diharapkan perkembangan mental matematika siswa meningkat sesuai dengan hasil belajarnya. Salah satu metode pembelajaran yang peneliti yakini dapat meningkatkan


(14)

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa adalah Metode Inkuiri Terbimbing.

Oleh karena itu akan dilakukan suatu penelitian dengan judul “Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa pada Materi

Perkalian dan Pembagian Pecahan” (Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah

Dasar Negeri 3 Cibodas Kelas V Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Bagaimana penerapan metode inkuiri terbimbing dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan?”

Agar penelitian lebih terarah, maka rumusan masalah diatas dapat dijabarkan kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran matematika pada materi perkalian dan pembagian pecahan dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing?

2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah diterapkan metode inkuiri terbimbing dalam pembelajaran matematika pada materi perkalian dan pembagian pecahan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas V SD Negeri 3 Cibodas. Namun, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:


(15)

7

1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran matematika pada materi perkalian dan pembagian pecahan dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing.

2. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah diterapkan metode inkuiri terbimbing dalam pembelajaran matematika pada materi perkalian dan pembagian pecahan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan penelitian tindakan kelas dan dapat dijadikan upaya bersama antara sekolah, guru dan peneliti yang lain untuk memperbaiki proses pembelajaran secara menyeluruh khususnya yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis sehingga kemampuan yang telah dimiliki dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

b. Bagi guru

Memberikan pemahaman mengenai metode pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai salah satu alternatif metode yang dapat diterapkan di kelas dalam pembelajaran matematika.

c. Bagi peneliti

- Sebagai tambahan pengalaman dalam membantu peneliti merancang suatu pembelajaran yang lebih baik di masa yang akan datang.

- Bahan acuan untuk penelitian selanjutnya tentang penerapan metode inkuiri terbimbing pada topik dan bidang kajian yang lain.


(16)

Hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah “Penerapan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan”.

F. Definisi Operasional

Untuk memperjelas ruang lingkup dari penelitian ini, maka istilah-istilah dalam judul penelitian ini dijelaskan masing-masing batasannya secara operasional yaitu sebagai berikut:

1. Metode Inkuiri Terbimbing

Metode inkuiri terbimbing adalah cara yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran dengan memberikan langkah-langkah dan arahan kepada siswa untuk dapat melakukan kegiatan penyelidikan sehingga siswa dapat memecahkan persoalan yang dihadapi. Guru mengajukan beberapa pertanyaan, memberikan informasi secara singkat, dengan kata lain sebagai petunjuk arah agar siswa tidak tersesat.

2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa adalah kemampuan siswa dalam proses penemuan jawaban dengan langkah-langkah yang diadaptasi berdasarkan langkah-langkah dari Polya. Aspek pemecahan masalah yang diteliti meliputi memahami masalah, membuat rencana penyelesaian masalah, menjalankan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali hasil penyelesaian dengan mencari cara penyelesaian yang lain yang dapat digunakan untuk memecahkan persoalan dari rencana yang telah dibuat sebelumnya.


(17)

9

Penelitian ini mengambil materi perkalian dan pembagian berbagai bentuk pecahan yaitu pecahan biasa, pecahan campuran dan pecahan desimal. Soal-soal yang diberikan berupa soal-soal pemecahan masalah.


(18)

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK memiliki peranan penting untuk meningkakan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam PTK (guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui suatu tindakan yang diperhitungkan dapat memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Sedangkan diimplementasikan dengan benar, artinya sesuai dengan kaidah-kaidah PTK.

Penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan. Penelitian tindakan memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari PTK karena objek penelitian tindakan tidak hanya terbatas di dalam kelas. Menurut Kemmis (dalam Wiraatmadja, 2008, hlm. 12) bahwa

Penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.

Sementara Ebbutt (dalam Wiraatmadja, 2008, hlm. 12) mengemukakan bahwa

Penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.


(19)

31

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

Penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu

Bedasarkan definisi penelitian tindakan diatas dapat dikemukakan bahwa penelitian tindakan kelas sebagai suatu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di dalam kelasnya atau secara kolaboratif untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus. Jadi, dalam penelitian tindakan kelas ada tiga unsur atau tiga konsep yaitu sebagai berikut

1. Penelitian, suatu kegiatan mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan kemudian dianalisis sehingga mendapatkan suatu kesimpulan dari suatu permasalahan.

2. Tindakan, suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu berupa kegiatan siklus untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

3. Kelas, sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Karakteristik PTK menurut Kunandar (2012, hlm. 58) yang membedakan dari penelitian-penelitian formal pada umumnya sebagai berikut.

1. On-the job problem oriented, PTK didasarkan pada masalah yang benar-benar dihadapi guru dalam proses belajar mengajar di kelas.

2. Problem-solving oriented, PTK yang dilakukan oleh guru sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelasnya.

3. Improvement-oriented, PTK dilaksanakan dalam rangka untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas.

4. Siklus, PTK dilaksanakan berdasarkan beberapa tahap dan setiap tahap terdapat beberapa rangkaian kegiatan seperti perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.


(20)

5. Action oriented, PTK dilaksanakan berdasarkan pada adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.

6. Kolaboratif, PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain

Dengan melakukan penelitian tindakan kelas, Kunandar (2012, hlm. 63) mengemukakan bahwa tujuan dari PTK adalah “dapat memecahkan permasalahan yang nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi guru dengan siswa, meningkatkan kualitas praktik pembelajaran di kelas, meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan”. Dengan melaksanakan PTK, berarti guru telah menerapkan pengajaran yang reflektif yaitu guru secara sadar, terencana, dan sistematis melakukan refleksi atau perenungan terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

B. Model Penelitian

Pada PTK terdapat beberapa model yang dapat dijadikan acuan untuk melakukan tindakan, diantaranya yaitu model Kurt Lewin, model Kemmis dan Mc Taggart, Model John Elliot, dan Model Hopkins dkk. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan model spiral menurut Kemmis dan Mc Taggart. Model Kemmis dan Taggart ini digunakan karena dianggap lebih mudah untuk dilaksanakan dengan beban tugas yang dimiliki. Model Kemmis dan Taggart mencakup empat komponen yaitu perencanaan (plan), tindakan (action), observasi (observe), dan refleksi (reflect).

Tahap perencanaan yaitu rencana awal yang dibuat oleh penliti didasarkan pada masalah dan hipotesis tindakan yang diuji secara empirik sehingga perubahan yang diharapkan dapat mengidentifikasi aspek dan hasil PBM. Peneliti menyusun instrumen pembelajarann yaitu RPP dan membuat LKS sebagai bahan untuk melaksanakan proses pembelajaran.

Tahap tindakan, peneliti melaksanakan penelitian berdasarkan strategi yang telah dipilih dalam memecahkan permasalahan yang terjadi di kelas. Peneliti


(21)

33

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

Penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu

Tahap observasi, observer mengamati aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa pada saat tindakan berlangsung. Pengamatan ini dilakukan untuk melihat kekurangan dari strategi yang dilakukan dalam tahap tindakan.

Tahap refleksi, peneliti menganalisis tindakan yang telah dilakukan dari hasil observasi. Peneliti melakukan diskusi dengan obsever untuk mendapatkan arahan perbaikan selanjutnya. Berikut ini gambar dari model yang akan digunakan dalam penelitian

Gambar 3.1


(22)

Sumber :http://navelmangelep.files.wordpress.com/2012/03/ptk-1.jpg

Jadi, Model Kemmis dan Taggart ini terdiri dari rencana awal, tindakan, observasi, dan refleksi. Langkah pertama membuat rencana awal kemudian dilakukan tindakan sekaligus observasi. Hasil pengamatan kemudian dievaluasi dalam bentuk refleksi Apabila hasil refleksi siklus pertama menunjukkan bahwa terdapat kekurangan dan pelaksanaan tindakan belum memberikan hasil yang sebagaimana diharapkan, maka untuk selanjutnya dirancang kembali perencanaan untuk dilaksanakan pada siklus kedua. Demikian seterusnya hingga dicapai hasil yang diharapkan.

C. Subjek Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Cibodas, Desa Suntenjaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V B SD Negeri 3 Cibodas yang berjumlah 34 orang siswa terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2013/2014.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan sesuai dengan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Setiap siklus memiliki empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Prosedur ini disusun sebagai langkah untuk melihat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada mata pelajaran matematika materi perkalian dan pembagian pecahan melalui penerapan metode inkuiri terbimbing. Dalam peneleitian ini akan dilakukan secara bertahap melalui dua buah siklus yang disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran yang akan diteliti. Siklus akan berhenti apabila siswa telah dapat memecahkan masalah yang dihadapi dengan melihat nilai tes yang ia


(23)

35

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

Penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu

akan melakukan lebih dari dua siklus yang seperti sebelumnya telah direncanakan. Adapun tahapan-tahapannya sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

- Pembuatan surat perizinan dari pihak prodi dan fakultas.

- Observasi lokasi penelitian yaitu situasi kelas V B SD Negeri 3 Cibodas selama guru mengajar.

- Wawancara kepada guru kelas V B mengenai pembelajaran matematika. - Mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran yang terdapat di

sekolah tempat penelitian.

- Mencari studi literatur untuk memperoleh teori yang relevan mengenai permasalahan yang dikaji.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan terdiri dari dua siklus, yaitu sebagai berikut : a. Siklus I

1) Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam pelaksanaan tindakan. Peneliti menyusun instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dirancang dengan materi perkalian berbagai bentuk pecahan dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing. Langkah kegiatan pembelajaran dibuat sesuai dengan langkah pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri. Selain RPP peneliti pun mempersiapkan lembar kerja siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu lembar tes, lembar observasi dan catatan lapangan. Sebelum melaksanakan tindakan peneliti berkonsultasi dengan dosen pembimbing, selain itu peneliti meminta bantuan kepada guru wali kelas dan rekan sejawat untuk menjadi observer.


(24)

2) Tindakan

Pada tahap ini, peneliti melaksanakan segala sesuatu yang telah disiapkan dalam tahap perencanaan. Tahap tindakan ini dilakukan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing. Pada akhir pembelajaran, siswa diberikan post-test untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa mengenai materi yang telah dipelajari.

3) Observasi

Pada tahap ini, observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Observasi yang dilakukan terkait dengan penerapan metode inkuiri terbimbing dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Pengamatan yang dilakukan untuk melihat apakah tindakan sudah sesuai dengan langkah pembelajaran inkuiri atau tidak. Selain itu digunakan juga catatan lapangan mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas dan dilakukan dokumentasi.

4) Refleksi

Pada tahap ini, peneliti melakukan diskusi dengan observer mengenai hasil pengamatan selama pembelajaran. Refleksi dilakukan terhadap pelaksanaan penerapan metode inkuiri terbimbing serta mengevaluasi kelebihan dan kekurangan atas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan yang sudah dilakukan sehingga dapat dijadikan pedoman dan bahan pertimbangan untuk memperbaiki pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya.

b. Siklus II 1) Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus II, rancangan pembelajaran mengacu pada hasil refleksi dari tindakan pada siklus I. Hasil refleksi pada siklus I


(25)

37

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

Penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu

perencanaan siklus I, peneliti mempersiapkan RPP dan LKS. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu lembar tes, pedoman observasi dan catatan lapangan. Melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing dan meminta bantuan kepada guru wali kelas dan rekan sejawat untuk menjadi observer.

2) Tindakan

Pada tahap ini, peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan perencanaan siklus II yangtelah dibuat. Tahap tindakan ini dilakukan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing. Pada akhir pembelajaran, siswa diberikan post-test untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa mengenai materi yang telah dipelajari.

3) Observasi

Pada tahap ini, observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Observasi yang dilakukan terkait dengan penerapan metode inkuiri terbimbing dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Selain itu digunakan juga catatan lapangan mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas dan dilakukan dokumentasi.

4) Refleksi

Pada tahap ini, peneliti melakukan diskusi dengan observer mengenai hasil pengamatan selama pembelajaran. Refleksi dilakukan terhadap pelaksanaan penerapan metode inkuiri terbimbing serta mengevaluasi kelebihan dan kekurangan atas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan pada siklus II dan membandingkan dengan pelaksanaan tindakan siklus I. Jika hasil belajar siswa masih belum meningkat maka dilakukan perbaikan pada siklus


(26)

berikutnya. Sebaliknya apabila hasil belajar siswa sudah sesuai dengan yang diharapkan maka penelitian dapat dikatakan berhasil dan dapat dihentikan.

3. Tahap Pembuatan Laporan

- Mengolah dan menganalisis data yang telah diperoleh - Membuat laporan penelitian dalam bentuk skripsi

E. Instrumen Penelitian 1. Lembar Tes

Menurut Kunandar (2012, hlm. 186) “tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada seseorang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat perkembangan salah satu atau beberapa aspek psikologis di dalam dirinya”. Tes yang digunakan adalah tes kemampuan pemecahan masalah terdiri dari soal pengukur kemampuan pemecahan masalah matematis. Aspek-aspek yang diukur dalam kemampuan pemecahan masalah matematis siswa meliputi memahami masalah, membuat rencana penyelesaian masalah, menjalankan rencana penyelesaian dan memeriksa kembali hasil penyelesaian. Bentuk tes yang digunakan adalah tipe soal cerita. Tes diberikan di setiap akhir siklus.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan lembar yang digunakan ketika pembelajaran berlangsung. Menurut Kunandar (2012, hlm. 143) “observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.”

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung atau selama pemberian tindakan dengan tujuan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa saat kegiatan belajar mengajar. Lembar observasi berupa aktivitas guru dan aktivitas siswa selam proses pembelajaran. Pengamatan ini dilakukan untuk melihat apakah tindakan sudah sesuai dengan langkah-langkah dalam pembelajaran.


(27)

Langkah-39

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

Penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu

merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan. Pada lembar observasi aktivitas guru dan siswa ditambahkan pula catatan tambahan untuk menambahkan kegiatan atau pengamatan yang dilihat oleh observer.

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat oleh peneliti atau mitra peneliti. Catatan lapangan merupakan catatan tertulis meliputi deskripsi tentang apa yang sesungguhnya diamati, yang benar-benar terjadi menurut apa yang dilihat, didengar atau diamati dengan alat indra maupun tafsiran dan refleksi tentang apa yang diamati mencakup kekurangan atau kendala yang dirasakan selama penelitian berlangsung. “Berbagai hasil pengamatan tentang aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa dan beberapa aspek lainnya dapat dicatat sebagai catatan lapangan dan akan digunakan sebagai sumber data PTK” (Kunandar, 2012, hlm 197).

Tabel 3.1 Catatan Lapangan


(28)

F. Pengolahan dan Analisis Data

Setelah pengumpulan data selesai dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian yang telah dibuat, kemudian langkah selanjutnya yaitu pengolahan dan analisis data. Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif.

1. Data Kualitatif

Pada penelitian ini, data kualitatif berisi deskripsi tentang aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dalam penerapan metode inkuiri terbimbing yang dapat dilihat dari lembar observasi. Selain dari lembar observasi, gambaran deskripsi pembelajaran yang dilakukan tercantum pada catatan lapangan.. Catatan lapangan dapat dijadikan refleksi pembelajaran dengan penggambaran secara deskriptif. Kebenaran yang diperoleh pada penelitian ini berdasarkan dari sudut pandang mitra peneliti melalui lembar observasi dan catatan lapangan.

2. Data Kuantitatif

Dalam penelitian ini, data kuantitatif berupa hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes akhir pembelajaran. Hasil belajar siswa dianalisis dengan


(29)

41

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

Penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu

menganalisis lembar aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran melalui persentase.

Berikut ini adalah cara untuk analisis data kuantitatif a) Hasil Tes

1) Penskoran

Penskoran disesuaikan dengan jumlah soal yang diberikan kepada siswa agar jumlah skor yang diberikan tepat perhitungannya. Penskoran dilakukan berdasarkan ketentuan standar nilai setiap soal. Guna menghindari unsur subjektivitas maka ditetapkan terlebih dahulu standar penilaian skor. Skor yang diperoleh pada akhirnya akan diubah menjadi nilai akhir siswa dengan menggunakan rumus :

(Muslich, 2009, hlm. 64) 2) Menghitung Nilai Rata-rata

Rata-rata nilai dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Ket:

X = nilai rata − rata

Σ N = jumlah semua nilai yang diperoleh siswa n = jumlah siswa

(Sudjana, 2013, hlm. 109) 3) Menghitung Ketuntasan Belajar

∑ Nilai Akhir =


(30)

Ketuntasan belajar merupakan presentase siswa yang memperoleh nilai memenuhi KKM mata pelajaran matematika yaitu 63. Ketuntasan belajar dihitung dengan rumus:

Ket:

TB = Ketuntasan Belajar

ΣS ≥ 63 = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 63 n = Banyak siswa

1 0

0 = Bilangan tetap

(adaptasi dari Purwanti, 2013, hlm 35) 3. Hasil Observasi

Peneliti memperoleh data mengenai aktivitas guru maupun siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri melalui lembar observasi. Keterlaksanaan pembelajaran dapat dihitung dengan rumus:

(adaptasi dari Purwanti, 2013, hlm. 36) Selanjutnya untuk menginterpretasikan keterlaksanaan pembelajaran dapat ditentukan berdasarkan tabel berikut ini:

Tabel 3.2

Interpretasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Nilai (%) Interpretasi

81-100 Sangat baik

61-80 Baik

% Keterlaksanaan pembelajaran = ∑

x 100%


(31)

43

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

Penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu

21-40 Kurang

0-20 Sangat kurang


(32)

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan pada siswa kelas V B SDN 3 Cibodas, diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Secara umum pelaksanaan pembelajaran matematika pada materi perkalian dan pembagian pecahan dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing berjalan dengan lancar. Pada saat pembelajaran berlangsung siswa dikelompokan menjadi enam kelompok. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode inkuri terbimbing yaitu (1) guru mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah, (2) guru membawa siswa pada suatu persoalan, (3) guru membimbing siswa untuk merumuskan hipotesis, (4) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan berdiskusi dengan kelompok dalam rangka mengumpulkan data-data yang diperlukan, (5) kemudian setiap kelompok menguji hipotesis dalam hal ini siswa mengerjakan soal yang diberikan, (6) kesimpulan. Aktivitas siswa saat pembelajaran terlihat aktif, siswa turut serta dalam proses pembelajaran. Suasana yang kondusif selama pembelajaran membuat iklim pembelajaran menjadi lebih baik lagi. Dengan menerapkan metode inkuiri terbimbing guru dapat mengelola kelas sehingga siswa lebih mudah untuk menyelesaikan persoalan yang ia hadapi.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa mengalami peningkatan setelah mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan metode inkuiri


(33)

79

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

Penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu

terbimbing. Hal ini dapat terlihat dari hasil tes yang diberikan yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hasil rata-rata pada siklus I sebesar 71 dengan tingkat ketuntasan belajar mencapai 69%. Sedangkan, pada siklus II rata-rata yang diperoleh yaitu 81 dengan tingkat ketuntasan belajar mencapai 92%. Aspek yang dinilai adalah empat indikator kemampuan pemecahan masalah matematis menurut Polya, yaitu memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, menjalankan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali. Indikator yang pertama yaitu memahami masalah dari semua tes siklus I dan siklus II siswa tidak terlalu mengalami kesulitan. Begitu pula pada indikator kedua dan ketiga yaitu membuat rencana penyelesaian dan menjalankan rencana penyelesaian tidak dirasakan sulit bagi siswa, hanya saja kendalanya adalah pada saat melaksanakan indikator yang ketiga sebagian siswa kurang teliti dalam menghitung sehingga jawaban yang diperoleh kurang tepat. Untuk indikator yang keempat yaitu memeriksa kembali dengan mencari cara lain penyelesaian masalah, pada siklus I sedikit siswa yang dapat mencapai indikator ini akan tetapi pada siklus II mengalami peningkatan.

B. Rekomendasi 1. Bagi Guru

Penerapan metode inkuiri terbimbing dapat dijadikan metode alternatif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis. Dengan menggunakan metode ini, guru dapat meningkatkan potensi intelektual siswa karena siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan. Siswa perlu dilatih dengan pembelajaran inkuiri karena pembelajaran tersebut pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga siswa lebih dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya.


(34)

Selain itu, pembelajaran inkuiri menekankan pada proses penyeledikan dan penemuan dan bukan hafalan sehingga siswa akan lebih ingat. Guru juga harus meningkatkan profesionalitasnya agar kualitas pembelajaran semakin meningkat. 2. Bagi Sekolah

Sekolah sebaiknya menerapkan kebijakan yang dapat memotivasi para guru untuk dapat menerapkan berbagai metode pembelajaran untuk digunakan dalam setiap pembelajaran dikelasnya. Selain itu, sekolah juga sebaiknya menyediakan sarana dan prasarana yang dapat menunjang proses pembelajaran di dalam kelas.

3. Bagi Peneliti

Dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan sehingga memperoleh hasil yang optimal. Peneliti pun dapat menggunakan gambaran mengenai metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis sebagai bahan referensi dalam penelitian selanjutnya.


(35)

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

Penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Buku

Depdiknas. (2009). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas

Djamarah, S. B. (2008). Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Heriawan, A. dkk. (2012). Metodologi Pembelajaran. Banten: Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru

Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Rajawali Pers

Muslich, M. (2009) KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Malang : Bumi Aksara.

Putra, S.R. (2013). Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta: DIVA Press

Russefendi, H.E.T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Penerbit Tarsito.

Sagala, S. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Prabawanto, S. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press.

Suherman, E. (2012). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: Balai Percetakan dan Penerbitan UPI

Tim Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. (2011). Pedoman Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional


(36)

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

Penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press

Wardhani, Sri, dkk. (2010). Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di SD. Yogyakarta: Kemendiknas Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan; (PPPPTK) Matematika.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Internet

Fitriyah, S. U. (2013). Metode Inkuiri. [Online]. Tersedia di: http://umifitri.wordpress.com/2013/08/26/metode-inkuiri/. Diakses 16 Maret 2014

Mangelep, N. O. (2012). Penelitian Tindakan Kelas(Suatu Reflektif dalam Perbaikan Kualitas Pembelajaran). [Online]. Tersedia di: http://navelmangelep.wordpress.com/2012/03/19/penelitian-tindakan-kelas-suatu-reflektif-dalam-perbaikan-kualitas-pembelajaran/. Diakses 22 Juni 2014

Muslim, A. (2012). Pembelajaran Operasi Hitung Perkalian dan Pembagia Pecahan SD. [Online]. Tersedia di:

http://arifinmuslim.files.wordpress.com/2011/12/pembelajaran-operasi-hitung-perkalian-pembagian-pecahan-sd.pdf. Diakses 22 April 2014

Skripsi atau Tesis

Amam, A. (2013). Pengaruh Pembeajaran Matematika Berbasis ICT terhadap Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Ambami, S. (2013). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Sekolah Dasar Kelas V Melalui Metode Penemuan Terbimbing. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung


(37)

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

Penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu

Purwanti, D. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Materi Gaya. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Tejawati, I.Y. (2011). Upaya Meningkatkan Pemahaman Matematik Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Matematika Realistik: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Pasirhayam Tahun Ajaran 2010/2011. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung


(1)

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

Penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan pada siswa kelas V B SDN 3 Cibodas, diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Secara umum pelaksanaan pembelajaran matematika pada materi perkalian dan pembagian pecahan dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing berjalan dengan lancar. Pada saat pembelajaran berlangsung siswa dikelompokan menjadi enam kelompok. Langkah-langkah pembelajaran

dengan menggunakan metode inkuri terbimbing yaitu (1) guru

mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah, (2) guru membawa siswa pada suatu persoalan, (3) guru membimbing siswa untuk merumuskan hipotesis, (4) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan berdiskusi dengan kelompok dalam rangka mengumpulkan data-data yang diperlukan, (5) kemudian setiap kelompok menguji hipotesis dalam hal ini siswa mengerjakan soal yang diberikan, (6) kesimpulan. Aktivitas siswa saat pembelajaran terlihat aktif, siswa turut serta dalam proses pembelajaran. Suasana yang kondusif selama pembelajaran membuat iklim pembelajaran menjadi lebih baik lagi. Dengan menerapkan metode inkuiri terbimbing guru dapat mengelola kelas sehingga siswa lebih mudah untuk menyelesaikan persoalan yang ia hadapi.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa mengalami peningkatan


(2)

79

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

Penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu

terbimbing. Hal ini dapat terlihat dari hasil tes yang diberikan yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hasil rata-rata pada siklus I sebesar 71 dengan tingkat ketuntasan belajar mencapai 69%. Sedangkan, pada siklus II rata-rata yang diperoleh yaitu 81 dengan tingkat ketuntasan belajar mencapai 92%. Aspek yang dinilai adalah empat indikator kemampuan pemecahan masalah matematis menurut Polya, yaitu memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, menjalankan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali. Indikator yang pertama yaitu memahami masalah dari semua tes siklus I dan siklus II siswa tidak terlalu mengalami kesulitan. Begitu pula pada indikator kedua dan ketiga yaitu membuat rencana penyelesaian dan menjalankan rencana penyelesaian tidak dirasakan sulit bagi siswa, hanya saja kendalanya adalah pada saat melaksanakan indikator yang ketiga sebagian siswa kurang teliti dalam menghitung sehingga jawaban yang diperoleh kurang tepat. Untuk indikator yang keempat yaitu memeriksa kembali dengan mencari cara lain penyelesaian masalah, pada siklus I sedikit siswa yang dapat mencapai indikator ini akan tetapi pada siklus II mengalami peningkatan.

B. Rekomendasi

1. Bagi Guru

Penerapan metode inkuiri terbimbing dapat dijadikan metode alternatif dalam

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis. Dengan

menggunakan metode ini, guru dapat meningkatkan potensi intelektual siswa karena siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan. Siswa perlu dilatih dengan pembelajaran inkuiri karena pembelajaran tersebut pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga siswa lebih dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya.


(3)

80

Selain itu, pembelajaran inkuiri menekankan pada proses penyeledikan dan penemuan dan bukan hafalan sehingga siswa akan lebih ingat. Guru juga harus meningkatkan profesionalitasnya agar kualitas pembelajaran semakin meningkat.

2. Bagi Sekolah

Sekolah sebaiknya menerapkan kebijakan yang dapat memotivasi para guru untuk dapat menerapkan berbagai metode pembelajaran untuk digunakan dalam setiap pembelajaran dikelasnya. Selain itu, sekolah juga sebaiknya menyediakan sarana dan prasarana yang dapat menunjang proses pembelajaran di dalam kelas.

3. Bagi Peneliti

Dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan sehingga memperoleh hasil yang optimal. Peneliti pun dapat menggunakan gambaran mengenai metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis sebagai bahan referensi dalam penelitian selanjutnya.


(4)

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

Penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Depdiknas. (2009). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas

Djamarah, S. B. (2008). Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Heriawan, A. dkk. (2012). Metodologi Pembelajaran. Banten: Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru

Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Rajawali Pers

Muslich, M. (2009) KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Malang : Bumi Aksara.

Putra, S.R. (2013). Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta: DIVA Press

Russefendi, H.E.T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Penerbit Tarsito.

Sagala, S. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Prabawanto, S. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press. Suherman, E. (2012). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: Balai

Percetakan dan Penerbitan UPI

Tim Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. (2011). Pedoman Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional


(5)

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

Penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press

Wardhani, Sri, dkk. (2010). Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di SD. Yogyakarta: Kemendiknas Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan; (PPPPTK) Matematika.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Internet

Fitriyah, S. U. (2013). Metode Inkuiri. [Online]. Tersedia di:

http://umifitri.wordpress.com/2013/08/26/metode-inkuiri/. Diakses 16 Maret 2014

Mangelep, N. O. (2012). Penelitian Tindakan Kelas(Suatu Reflektif dalam

Perbaikan Kualitas Pembelajaran). [Online]. Tersedia di:

http://navelmangelep.wordpress.com/2012/03/19/penelitian-tindakan-kelas-suatu-reflektif-dalam-perbaikan-kualitas-pembelajaran/. Diakses 22 Juni 2014

Muslim, A. (2012). Pembelajaran Operasi Hitung Perkalian dan Pembagia Pecahan SD. [Online]. Tersedia di:

http://arifinmuslim.files.wordpress.com/2011/12/pembelajaran-operasi-hitung-perkalian-pembagian-pecahan-sd.pdf. Diakses 22 April 2014 Skripsi atau Tesis

Amam, A. (2013). Pengaruh Pembeajaran Matematika Berbasis ICT terhadap Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Ambami, S. (2013). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Sekolah Dasar Kelas V Melalui Metode Penemuan Terbimbing. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung


(6)

Ummu Fauzi Saja’ah, 2014

Penerapan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perkalian dan pembagian pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu

Purwanti, D. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Materi Gaya. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Tejawati, I.Y. (2011). Upaya Meningkatkan Pemahaman Matematik Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Matematika Realistik: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Pasirhayam Tahun Ajaran 2010/2011. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung


Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN MINAT AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA (PTK di Kelas X2 SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010)

0 3 9

EFEKTIVITAS PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI SIKAP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Terbanggi Besar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 18 60

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013-2014)

0 5 56

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013-2014)

0 14 49

JUDUL INDONESIA : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)

1 8 48

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)

0 12 51

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Tamansiswa Telukbetung Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 10 45

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pringsewu T.P. 2013/2014)

1 7 66

UJI KEVALIDAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PBLPR MATERI PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN DISPOSISI MATEMATIK DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH Aprian Subhananto

0 0 10

PENERAPAN METODE MIND MAPPING PADA MODEL DIRECT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA SMPN 16 MATARAM

0 0 6