PENERAPAN KOMPETENSI DASAR REGULASI PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN MAKANAN (FOOD ADDITIVE) PADA PENGOLAHAN PANGAN DI SMK NEGERI 1 BOJONGPICUNG.

(1)

PENERAPAN KOMPETENSI DASAR REGULASI PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN MAKANAN (FOOD ADDITIVE) PADA PENGOLAHAN PANGAN DI SMK NEGERI 1 BOJONGPICUNG

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri

oleh Dina Widiawati

1006404

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN


(2)

Nunik Oktafiani, 201 4

THE EFFECTIVENESS OF STUDENT TEAM-ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) IN IMPROVING JUNIOR

HIGH SCHOOL STUDENTS’ READING COMPREHENSION

2014

Penerapan Kompetensi Dasar Regulasi Penggunaan Bahan Tambahan Makanan (Food Additive) Pada Pengolahan Pangan Di SMK Negeri 1

Bojongpicung

Oleh Dina Widiawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

© Dina Widiawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

(4)

Nunik Oktafiani, 2014

THE EFFECTIVENESS OF STUDENT TEAM-ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) IN IMPROVING JUNIOR

HIGH SCHOOL STUDENTS’ READING COMPREHENSION

ABSTRAK

PENERAPAN KOMPETENSI DASAR REGULASI PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN MAKANAN (FOOD ADDITIVE) PADA PENGOLAHAN PANGAN DI SMK NEGERI 1 BOJONGPICUNG Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penilaian mengenai penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor pada pengolahan pangan di SMK Negeri 1 Bojongpicung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X program keahlian Agribisnis Hasil Pertanian. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 43 orang. Instrumen yang digunakan berupa tes dan lembar observasi (Kriteria Unjuk Kerja). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM pada pengolahan pangan berdasarkan aspek kognitif berada pada kriteria baik (77%), aspek afektif berada pada kriteria baik sekali (90%), dan aspek psikomotor berada pada kriteria baik sekali (95%). Saran dari hasil penelitian ini yaitu diperlukan adanya peningkatan untuk aspek kognitif dengan menambah wawasan mengenai penggunaan BTM sedangkan untuk aspek afektif dan psikomotor agar dipertahankan.

Kata Kunci : Penerapan, Bahan Tambahan Makanan, Pengolahan Pangan

ABSTRACT

APPLICATION OF COMPETENCE OF FOOD ADDITIVE USE REGULATIONS FOOD PROCESSING IN SMK NEGERI 1

BOJONGPICUNG

The purpose of this study was to determine the assessment of there gulatory basic competence applicationin using Food Additives (BTM) from cognitive aspects, affective, and psychomotor on food processing in SMK Negeri 1 Bojongpicung. The method used is descriptive method. The population of this study was the tenth graders of agribusiness agricultural expertise program. The sample in this study were 43 people. The instrument used are tests and observation sheets. The results showed that the regulatory basic competence application in using BTM in food processing achieved good criteria in the cognitive aspects (77%), very good in the affectiv (90%), and very good in the psychomotor (95%). The suggestion derived from this study result was it is needed to improve the cognitive aspect by improving the knowledge in using BTM and maintain the positive result in psychomotor and affective aspect.


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan berperan penting terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu negara. Pada hakekatnya, pendidikan mempunyai peran sebagai pemersatu bangsa dan pengembangan potensi diri. Pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan suatu negara dan dapat membangun negara menjadi lebih maju dan berkembang. Selain itu, melalui pendidikan diharapkan setiap warga negara mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Pendidikan sekolah menengah dibagi menjadi dua jenis, yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK lebih mempersiapkan peserta didiknya dalam hal keterampilan dan lulusannya diharapkan bisa langsung terjun ke dunia kerja.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010 pasal 1 ayat 15 menyatakan bahwa :

Sekolah Menengah Kejuruan yang selanjutnya disingkat SMK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.

Tujuan dari SMK adalah menghasilkan lulusan yang mampu langsung terjun ke dunia kerja dengan dibekali keterampilan-keterampilan yang sudah didapatkan ketika di sekolah.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (SMK: 2006) tujuan dari SMK sebagai berikut:

1. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetisi dalam


(6)

2

Nunik Oktafiani, 201 4

THE EFFECTIVENESS OF STUDENT TEAM-ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) IN IMPROVING JUNIOR

HIGH SCHOOL STUDENTS’ READING COMPREHENSION

2. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet, dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang di minatnya.

3. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

4. Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilihnya.

SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai karakteristik yang berbeda dari sekolah umum yaitu terdapat mata pelajaran produktif. Mata pelajaran produktif merupakan mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai dengan yang disepakati oleh lembaga yang mewakili dunia usaha atau industri. Mata pelajaran produktif mempunyai jumlah jam yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah mata pelajaran adaptif (teori). Mata pelajaran produktif lebih menekankan pada aspek psikomotor. Menurut Sudjana (2013: 30), ”Psikomotor adalah kemampuan yang menekankan kepada keterampilan motorik, keterampilan otot, dan beberapa kegiatan yang membutuhkan ketangkasan”.

SMK Negeri 1 Bojongpicung merupakan SMK pertanian yang didalamnya terdapat Program Studi Keahlian Agribisnis Hasil Pertanian (AHP). Pada program studi keahlian ini terdapat empat mata pelajaran produktif yang dipelajari oleh kelas X, salah satunya adalah mata pelajaran dasar proses pengolahan pangan yang didalamnya ada kompetensi dasar regulasi penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM). Tujuan kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM ini menjelaskan definisi BTM, peranan dan manfaat BTM, jenis dan penggunaan BTM sesuai takaran, dan mengaplikasikan penggunaan BTM dalam pengolahan. Kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM merupakan kompetensi dasar yang didalamnya terdapat praktik. Tujuan praktik dari kompetensi dasar ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang didapat oleh siswa ketika pembelajaran didalam kelas dengan penerapannya pada praktikum penggunaan BTM. Praktikum yang akan dipilih untuk kompetensi dasar ini yaitu pembuatan


(7)

3

bolu kukus. Hal ini dikarenakan salah satu bahan-bahan dalam pembuatan bolu kukus ini menggunakan BTM.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada kelas XII, kelas tersebut telah mendapatkan pembelajaran mengenai regulasi penggunaan BTM pada praktikum pembuatan bolu kukus. Maka, dapat disimpulkan kelas tersebut berpendapat bahwa pada pelaksanaan praktikum aplikasi penggunaan BTM pada penentuan takaran dalam penggunaan BTM, ada faktor yang menyebabkan siswa tidak melakukan penakaran sesuai dengan aturan. Faktor tersebut adalah kurang telitinya siswa dalam penimbangan BTM yang akan digunakan. Hal ini sebenarnya sangat fatal apabila terus-menerus terjadi, karena akan berbahaya apabila takaran dalam penggunaan BTM tidak sesuai dengan teori yang ada dan prosedur kerja praktikum.

Selain itu, penggunaan BTM pada jenis dan fungsinya sangat penting untuk diperhatikan, karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap hasil akhir bolu kukus. Angka Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan pada mata pelajaran ini adalah 75. Hasil Ujian Tengah Semester (UTS) kelas X AHP pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 pada kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM masih ada yang dibawah KKM yaitu 61% dan sisanya 39% sudah memenuhi KKM. Praktikum regulasi penggunaan BTM pada pembuatan bolu kukus ini bertujuan untuk mengetahui penilaian mengenai pembelajaran yang telah dicapai peserta didik ketika melaksanakan praktik.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai sejauh mana penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM pada pengolahan pangan praktikum pembuatan bolu kukus di kelas X SMK Negeri 1 Bojongpicung.

B. Identifikasi Masalah Penelitian


(8)

4

Nunik Oktafiani, 201 4

THE EFFECTIVENESS OF STUDENT TEAM-ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) IN IMPROVING JUNIOR

HIGH SCHOOL STUDENTS’ READING COMPREHENSION

dasar regulasi penggunaan BTM di kelas X AHP. Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka identifikasi masalah penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:

1. Penggunaan BTM pada jenis, takaran, dan fungsinya pada proses pembuatan bolu kukus sangat penting, karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap bolu kukus yang dihasilkan.

2. Hasil UTS pada semester genap kelas X AHP tahun ajaran 2013/2014 hasilnya 39% sudah memenuhi KKM dan 61% belum memenuhi KKM pada kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai penilaian penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM pada pengolahan pangan praktikum pembuatan bolu kukus Kelas X AHP di SMK Negeri 1 Bojongpicung.

D. Batasan Masalah

Batasan-batasan masalah yang akan menjadi fokus penelitian ini sebagai berikut:

1. Penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM pada aspek kognitif meliputi pengetian BTM, peranan dan manfaat BTM, jenis-jenis BTM, penggunaan takaran BTM, dan penggunaan BTM pada praktikum pembuatan bolu kukus sesuai dengan jenis BTM yang digunakan.

2. Penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM pada aspek afektif meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi, ketelitian, aspek sanitasi personal hygiene, dan lingkungan tempat praktik pada pengolahan pangan praktikum pembuatan bolu kukus.

3. Penerapan kompetensi dasar penggunaan BTM pada aspek psikomotor meliputi persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi pada pengolahan pangan praktikum pembuatan bolu kukus.


(9)

5

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian ini selesai dilakukan. Ada dua tujuan dalam penelitian ini, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah memperoleh penilaian mengenai penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM pada pengolahan pangan praktikum pembuatan bolu kukus di kelas X SMK Negeri 1 Bojongpicung.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut:

a. Memperoleh penilaian penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM pada jenis, takaran, dan fungsi BTM dalam praktikum pembuatan bolu kukus dari aspek kognitif.

b. Memperoleh penilaian penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM pada jenis, takaran, dan fungsi BTM dalam praktikum pembuatan bolu kukus dari aspek afektif.

c. Memperoleh penilaian penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM pada jenis, takaran, dan fungsi BTM dalam praktikum pembuatan bolu kukus dari aspek psikomotor.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung, manfaat-manfaat yang diharapkan pada hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi guru


(10)

6

Nunik Oktafiani, 201 4

THE EFFECTIVENESS OF STUDENT TEAM-ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) IN IMPROVING JUNIOR

HIGH SCHOOL STUDENTS’ READING COMPREHENSION

praktikum pembuatan bolu kukus, sehingga siswa lebih memahami, menghayati, dan mengaplikasikan penggunaan BTM baik dari jenis, takaran, dan fungsi BTM pada saat praktikum.

2. Bagi Sekolah

Memberikan informasi kepada sekolah mengenai penilaian penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM pada pengolahan pangan praktikum pembuatan bolu kukus, sehingga pihak sekolah bisa lebih memfasilitasi kegiatan praktikum, memperbaiki sarana-sarana yang dibutuhkan untuk praktikum, dan mengevaluasi guru mengenai praktikum yang telah dilaksanakan.

3. Bagi Penulis

a. Memberikan penilaian penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM pada pengolahan pangan praktikum pembuatan bolu kukus kepada siswa.

b. Memberikan pengalaman kepada penulis khususnya dalam penelitian mengenai penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM pada pengolahan pangan praktikum pembuatan bolu kukus.


(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan berperan penting terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu negara. Pada hakekatnya, pendidikan mempunyai peran sebagai pemersatu bangsa dan pengembangan potensi diri. Pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan suatu negara dan dapat membangun negara menjadi lebih maju dan berkembang. Selain itu, melalui pendidikan diharapkan setiap warga negara mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Pendidikan sekolah menengah dibagi menjadi dua jenis, yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK lebih mempersiapkan peserta didiknya dalam hal keterampilan dan lulusannya diharapkan bisa langsung terjun ke dunia kerja.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010 pasal 1 ayat 15 menyatakan bahwa :

Sekolah Menengah Kejuruan yang selanjutnya disingkat SMK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.

Tujuan dari SMK adalah menghasilkan lulusan yang mampu langsung terjun ke dunia kerja dengan dibekali keterampilan-keterampilan yang sudah didapatkan ketika di sekolah.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (SMK: 2006) tujuan dari SMK sebagai berikut:

1. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja

mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetisi dalam program keahlian yang di pilihnya.


(2)

2. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet, dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang di minatnya.

3. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agar

mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

4. Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan

program keahlian yang dipilihnya.

SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai karakteristik yang berbeda dari sekolah umum yaitu terdapat mata pelajaran produktif. Mata pelajaran produktif merupakan mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai dengan yang disepakati oleh lembaga yang mewakili dunia usaha atau industri. Mata pelajaran produktif mempunyai jumlah jam yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah mata pelajaran adaptif (teori). Mata pelajaran produktif lebih menekankan pada

aspek psikomotor. Menurut Sudjana (2013: 30), ”Psikomotor adalah kemampuan

yang menekankan kepada keterampilan motorik, keterampilan otot, dan beberapa

kegiatan yang membutuhkan ketangkasan”.

SMK Negeri 1 Bojongpicung merupakan SMK pertanian yang didalamnya terdapat Program Studi Keahlian Agribisnis Hasil Pertanian (AHP). Pada program studi keahlian ini terdapat empat mata pelajaran produktif yang dipelajari oleh kelas X, salah satunya adalah mata pelajaran dasar proses pengolahan pangan yang didalamnya ada kompetensi dasar regulasi penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM). Tujuan kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM ini menjelaskan definisi BTM, peranan dan manfaat BTM, jenis dan penggunaan BTM sesuai takaran, dan mengaplikasikan penggunaan BTM dalam pengolahan. Kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM merupakan kompetensi dasar yang didalamnya terdapat praktik. Tujuan praktik dari kompetensi dasar ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang didapat oleh siswa ketika pembelajaran didalam kelas dengan penerapannya pada praktikum penggunaan BTM. Praktikum yang akan dipilih untuk kompetensi dasar ini yaitu pembuatan


(3)

bolu kukus. Hal ini dikarenakan salah satu bahan-bahan dalam pembuatan bolu kukus ini menggunakan BTM.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada kelas XII, kelas tersebut telah mendapatkan pembelajaran mengenai regulasi penggunaan BTM pada praktikum pembuatan bolu kukus. Maka, dapat disimpulkan kelas tersebut berpendapat bahwa pada pelaksanaan praktikum aplikasi penggunaan BTM pada penentuan takaran dalam penggunaan BTM, ada faktor yang menyebabkan siswa tidak melakukan penakaran sesuai dengan aturan. Faktor tersebut adalah kurang telitinya siswa dalam penimbangan BTM yang akan digunakan. Hal ini sebenarnya sangat fatal apabila terus-menerus terjadi, karena akan berbahaya apabila takaran dalam penggunaan BTM tidak sesuai dengan teori yang ada dan prosedur kerja praktikum.

Selain itu, penggunaan BTM pada jenis dan fungsinya sangat penting untuk diperhatikan, karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap hasil akhir bolu kukus. Angka Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan pada mata pelajaran ini adalah 75. Hasil Ujian Tengah Semester (UTS) kelas X AHP pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 pada kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM masih ada yang dibawah KKM yaitu 61% dan sisanya 39% sudah memenuhi KKM. Praktikum regulasi penggunaan BTM pada pembuatan bolu kukus ini bertujuan untuk mengetahui penilaian mengenai pembelajaran yang telah dicapai peserta didik ketika melaksanakan praktik.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai sejauh mana penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM pada pengolahan pangan praktikum pembuatan bolu kukus di kelas X SMK Negeri 1 Bojongpicung.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Identifikasi masalah pada penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya permasalahan-permasalahan yang akan diteliti pada penerapan kompetensi


(4)

dasar regulasi penggunaan BTM di kelas X AHP. Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka identifikasi masalah penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:

1. Penggunaan BTM pada jenis, takaran, dan fungsinya pada proses pembuatan

bolu kukus sangat penting, karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap bolu kukus yang dihasilkan.

2. Hasil UTS pada semester genap kelas X AHP tahun ajaran 2013/2014 hasilnya

39% sudah memenuhi KKM dan 61% belum memenuhi KKM pada kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai penilaian penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM pada pengolahan pangan praktikum pembuatan bolu kukus Kelas X AHP di SMK Negeri 1 Bojongpicung.

D. Batasan Masalah

Batasan-batasan masalah yang akan menjadi fokus penelitian ini sebagai berikut:

1. Penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM pada aspek

kognitif meliputi pengetian BTM, peranan dan manfaat BTM, jenis-jenis BTM, penggunaan takaran BTM, dan penggunaan BTM pada praktikum pembuatan bolu kukus sesuai dengan jenis BTM yang digunakan.

2. Penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM pada aspek afektif

meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi, ketelitian, aspek sanitasi personal hygiene, dan lingkungan tempat praktik pada pengolahan pangan praktikum pembuatan bolu kukus.

3. Penerapan kompetensi dasar penggunaan BTM pada aspek psikomotor

meliputi persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi pada pengolahan pangan praktikum pembuatan bolu kukus.


(5)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian ini selesai dilakukan. Ada dua tujuan dalam penelitian ini, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah memperoleh penilaian mengenai penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM pada pengolahan pangan praktikum pembuatan bolu kukus di kelas X SMK Negeri 1 Bojongpicung.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut:

a. Memperoleh penilaian penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan

BTM pada jenis, takaran, dan fungsi BTM dalam praktikum pembuatan bolu kukus dari aspek kognitif.

b. Memperoleh penilaian penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan

BTM pada jenis, takaran, dan fungsi BTM dalam praktikum pembuatan bolu kukus dari aspek afektif.

c. Memperoleh penilaian penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan

BTM pada jenis, takaran, dan fungsi BTM dalam praktikum pembuatan bolu kukus dari aspek psikomotor.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung, manfaat-manfaat yang diharapkan pada hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi guru

Memberikan penilaian dan masukan kepada guru tentang penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM pada pengolahan pangan


(6)

praktikum pembuatan bolu kukus, sehingga siswa lebih memahami, menghayati, dan mengaplikasikan penggunaan BTM baik dari jenis, takaran, dan fungsi BTM pada saat praktikum.

2. Bagi Sekolah

Memberikan informasi kepada sekolah mengenai penilaian penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM pada pengolahan pangan praktikum pembuatan bolu kukus, sehingga pihak sekolah bisa lebih memfasilitasi kegiatan praktikum, memperbaiki sarana-sarana yang dibutuhkan untuk praktikum, dan mengevaluasi guru mengenai praktikum yang telah dilaksanakan.

3. Bagi Penulis

a. Memberikan penilaian penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan

BTM pada pengolahan pangan praktikum pembuatan bolu kukus kepada siswa.

b. Memberikan pengalaman kepada penulis khususnya dalam penelitian

mengenai penerapan kompetensi dasar regulasi penggunaan BTM pada pengolahan pangan praktikum pembuatan bolu kukus.