Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009

(1)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN GURU SEKOLAH DASAR TERHADAP MAKANAN YANG MENGANDUNG BAHAN TAMBAHAN PANGAN DAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA PADA SEKOLAH DASAR

DI KELURAHAN LABUHAN DELI KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2009

S K R I P S I

Oleh :

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009

HELENA SINAGA NIM. 071000238


(2)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN GURU SEKOLAH DASAR TERHADAP MAKANAN YANG MENGANDUNG BAHAN TAMBAHAN PANGAN DAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA PADA SEKOLAH DASAR

DI KELURAHAN LABUHAN DELI KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

HELENA SINAGA NIM. 071000238

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN GURU SEKOLAH DASAR TERHADAP MAKANAN YANG MENGANDUNG BAHAN TAMBAHAN PANGAN DAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA PADA SEKOLAH DASAR

DI KELURAHAN LABUHAN DELI KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

HELENA SINAGA NIM. 071000238

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 01 Agustus 2009 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

dr. Taufik Ashar, MKM Ir. Evi Naria, M.Kes NIP. 197803312003121001 NIP. 196803201993032001

Penguji II Penguji III

Ir. Indra Chahaya S, MSi DR. Dra. Irnawati Marsaulina, MS NIP. 196811011993032005 NIP. 196501091994032002

Medan, Agustus 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, MSi NIP. 195310181982032001


(4)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

ABSTRAK

Makanan yang mengandung Bahan Tambahan Pangan dan bahan kimia berbahaya adalah makanan yang didalamnya ditambahkan bahan-bahan pangan dan bahan kimia. Hal ini bertujuan untuk membuat cita rasa, warna, tekstur dari makanan menjadi lebih baik. Penggunaan BTP secara berlebihan dan bahan kimia pada makanan akan sangat membahayakan kesehatan orang yang mengkonsumsinya. Perilaku guru tentang kesehatan khususnya makanan yang mengandung BTP sangat diperlukan karena mereka merupakan informan terbaik dalam menyampaikan informasi tentang makanan yang mengandung BTP dan bahan kimia berbahaya kepada masyarakat terutama kepada anak didiknya di sekolah.

Metode penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif. Sampel penelitian ini sebanyak 35 responden yang merupakan total populasi. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan guru sekolah dasar terhadap makanan yang mengandung BTP dan Bahan Kimia Berbahaya pada Sekolah Dasar di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 65,72% responden memiliki pengetahuan dalam kategori baik, 60% responden memiliki sikap dalam kategori baik dan 51,42% responden memiliki tindakan dalam kategori sedang terhadap makanan yang mengandung BTP dan Bahan Kimia Berbahaya.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap responden sudah baik, tetapi tindakan responden pada umumnya berada pada kategori sedang. Oleh karena itu peneliti menyarankan kepada pihak sekolah khususnya guru agar lebih teliti lagi dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi terutama makanan yang mengandung BTP serta lebih meningkatkan pengawasan terhadap makanan yang dijual di lingkungan sekolah.


(5)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

ABSTRACT

Food additive and chemical agent in food that contains chemicals and food material. Its aim to made a taste, colour, texture better. Use of food additive and chemicals agent would be health for many people. Behavior of teacher about health especially for food additive and chemical agent was needed because they are best informant in submits information about food that contains food additive and chemical agent for theirs students.

The methodology of research was descriptive survey. Research sample as much 35 respondent representing total population, the data collected quisioner and interview. A result of research that is the tables of frequency distribution.

This research aim to know of knowledge, attitude, action from primary school teachers in Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan.

The result of this research that 65,72% respondent had knowledge in good category, ,60% responder had attitude in good category and 51,42% respondent had action in medium category in food that contains food additive and chemicals agent.

Based on the research that attitude and knowledge had been good, but respondent in middle category. Therefore researcher suggest to school especially to teacher so that theirs choose food which will be consumed for theirs students at school.


(6)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Helena Sinaga

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 27 Maret 1984

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jumlah Anggota Keluarga : 4 (empat) orang

Alamat Rumah : Jl. Tempirai Lestari 9 Blok 5 No. 254 Griya Martubung Medan – Belawan

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 060941 Medan Tahun 1990 - 1996

2. SLTP Negeri 11 Medan Tahun 1996 – 1999

3. SMU Negeri 16 Medan Tahun 1999 – 2002

4. Akademi Kebidanan Imelda Medan Tahun 2002 – 2005

5. Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) USU Medan Tahun 2007 - 2009

RIWAYAT PEKERJAAN

1. RSU IMELDA PEKERJA INDONESIA (IPI) MEDAN 2. PRAKTEK DOKTER SWASTA


(7)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009 ”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dibuat untuk dapat menyelesaikan pendidikan Strata I pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih sangat jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan dari berbagai hal. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangu n demi kebaikan isi skripsi ini.

Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Indra Chahaya, MSi selaku ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(8)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

3. Bapak dr. Taufik Ashar, MKM selaku Dosen Pembimbing skripsi I yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Ibu Ir. Evi Naria, M. Kes selaku Dosen Pembimbing skripsi II yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu drh. Rasmaliah, M. Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh keluarga terutama Ibu serta adik-adikku yang telah banyak memberikan doa dan semangat selama penulis mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan ini.

7. Seluruh rekan-rekan Mahasiswa Angkatan 2007 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa akan membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah penulis terima selama ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan berkat dan rahmatNyabagi kita semua. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya keluarga besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juli 2009 Penulis


(9)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Riwayat Hidup Penulis ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Bahan Pangan ... 7

2.2. Makanan... 8

2.2.1. Pengertian Makanan... 8

2.2.2. Makanan Yang Baik ... 9

2.2.3. Bahan Pencemar Makanan ... 9

2.3. Bahan Tambahan Pangan... 10

2.3.1. Defenisi Bahan Tambahan Pangan. ... 10

2.3.2. Sumber-Sumber Bahan Tambahan Pangan ... 12

2.3.3. Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan ... 12

2.3.4. Jenis-Jenis Bahan Tambahan Pangan ... 13

2.3.5. Bahan Tambahan Pangan yang Diizinkan ... 17

2.3.6. Persyaratan Bahan Tambahan Pangan ... 19

2.3.7. Bahan Tambahan Pangan yang Tidak Diizinkan ... 20

2.3.8. Efek Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya ... 22

2.3.9. Ciri-ciri Makanan Menggunakan Bahan Tambahan Pangan ... 24

2.3.10. Upaya Meminimalisasi Bahan Kimia Berbahaya Dalam Tubuh ... 26

2.4. Perilaku ... 28

2.4.1. Pengertian Perilaku ... 28

2.4.2. Pengetahuan ... 30

2.4.3. Sikap ... 31

2.4.4. Tindakan ... 33

2.5. Kerangka Konsep Penelitian ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

3.1. Jenis Penelitian ... 36


(10)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

3.2.1.Lokasi Penelitian ... 36

3.2.2. Waktu Penelitian ... 36

3.3. Populasi dan Sampel ... 37

3.3.1. Populasi ... 37

3.3.2. Sampel ... 37

3.4. Pengumpulan Data ... 37

3.4.1. Data Primer... 37

3.4.2. Data Sekunder ... 37

3.5. Defenisi Operasional ... 38

3.6. Teknik Pengolahan Data ... 38

3.7. Aspek Pengukuran... 39

3.8. Analisa Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 43

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43

4.1.1. Keadaan Geografi Kelurahan Labuhan Deli ... 43

4.1.2. Keadaan Demografi Kelurahan Labuhan Deli ... 43

4.2. Sarana Kesehatan ... 45

4.3. Sarana Pendidikan ... 45

4.4. Karakteristik Responden ... 46

4.5. Sumber Informasi ... 48

4.6. Pengetahuan ... 49

4.7. Sikap ... 52

4.8. Tindakan ... 54

4.9. Tabulasi Silang ... 56

4.9.1. Tabulasi Silang Pengetahuan Dengan Pendidikan Dan Masa Kerja ... 56

4.9.2. Tabulasi Silang Pengetahuan Dengan Sikap Responden 58 4.9.3. Tabulasi Silang Pengetahuan Dengan Tindakan Responden ... 58

BAB V PEMBAHASAN ... 60

5.1. Karakteristik Responden ... 60

5.2. Pengetahuan ... 61

5.3. Sikap ... 64

5.4. Tindakan ... 65

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

6.1. Kesimpulan ... 67

6.2. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di

Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan ... 43 Tabel 4.2. Distribusi Pekerjaan Penduduk di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan

Medan Marelan ... 44 Tabel 4.3. Jenis Sarana Kesehatan di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan

Marelan ... 45 Tabel 4.4. Jenis Sarana Pendidikan Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan

Marelan... 45 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin Pendidikan

dan Masa Kerja Guru SD di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan

Medan Marelan Tahun 2009 ... 46 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang

Makanan Yang Mengandung Bahan Tamabahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan

Marelan Tahun 2009 ... 48 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Terhadap Sumber

Informasi Yang Diperoleh Tentang Makanan Yang Mengandung Bahan Tamabahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya di Kelurahan

Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009 ... 49 Tabel 4.8. Gambaran Pengetahuan Responden Terhadap Makanan Yang

Mengandung Bahan Tamabahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya

di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009 50 Tabel 4.9. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden Terhadap Makanan Yang

Mengandung Bahan Tamabahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya

di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009 52 Tabel 4.10. Gambaran Sikap Responden Terhadap Makanan Yang Mengandung

Bahan Tamabahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya di Kelurahan


(12)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

Tabel 4.11. Distribusi Kategori Sikap Responden Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tamabahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya

di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009 54 Tabel 4.12. Gambaran Tindakan Responden Terhadap Makanan Yang

Mengandung Bahan Tamabahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya

di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009 55 Tabel 4.13. Distribusi Kategori Tindakan Responden Terhadap Makanan Yang

Mengandung Bahan Tamabahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya

di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009 56 Tabel 4.14. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,

Pendiddikan dan Masa Kerja Guru SD Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tamabahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya

di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009 57 Tabel 4.15. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Responden Dengan Sikap

Responden Distribusi Kategori Sikap Responden Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tamabahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan

Tahun 2009 ... 58 Tabel 4.16. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Responden dengan Tindakan

Responden Distribusi Kategori Sikap Responden Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tamabahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan

Tahun 2009 ... 59


(13)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009

Lampiran 2. Master Data Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Lampiran 3. Hasil Perolehan Data Sumber Informasi

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian


(14)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan global maupun spesifik lokal. Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan adalah untuk mewujudkan tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. (Depkes RI, 2005)

Masa depan bangsa dapat dipertahankan apabila didukung oleh upaya pembangunan yang dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup masa depan yang lebih baik dari masa kini. Ketersediaan pangan sebagai salah satu faktor yang mendukung upaya pembangunan, karena pangan termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan manusia, termasuk juga memperhatikan keamanan pangan yang dikonsumsi. (Cahyadi, 2008)

Salah satu masalah keamanan pangan yang masih memerlukan pemecahan, yaitu penggunaan bahan tambahan pangan untuk berbagai keperluan. Penggunaan bahan tambahan pangan dilakukan pada industri pengolahan pangan maupun dalam pembuatan


(15)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

berbagai pangan jajanan, yang umumnya dihasilkan industri kecil atau rumah tangga. (Cahyadi, 2008)

Sejak pertengahan abad 20 ini, peranan Bahan Tambahan Pangan (BTP), khususnya bahan pengawet, menjadi semakin penting sejalan dengan kemajuan teknologi produksi bahan tambahan pangan sintetis. Banyaknya bahan tambahan pangan dalam bentuk lebih murni dan tersedia secara komersil dengan harga yang relatif murah akan mendorong meningkatnya pemakaian bahan tambahan pangan yang berarti meningkatkan konsumsi bahan tersebut bagi setiap individu. (Cahyadi, 2008).

Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang dalam proses pengolahannya menggunakan bahan tambahan pangan (Food Additive) dan zat kimia yang disalahgunakan pemakaiannya. Penggunaan zat pewarna disinyalir banyak digunakan pada makanan, minuman, obat dan kosmetika. (Saparinto dkk, 2006)

BTP juga sering digunakan pada produk makanan untuk kelompok konsumen tertentu. Misalnya, produk pangan untuk bayi, ibu hamil, ibu menyusui, penderita penyakit tertentu, penderita pasca operasi, orang yang menjalani diet rendah kalori atau rendah lemak dan lain sebagainya. Produk makanan untuk kelompok konsumen tertentu ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan kualitas kesehatan, mengingat kelompok konsumen ini termasuk kelompok beresiko tinggi. (Saparinto dkk, 2006)

Penggunaan BTP dalam proses produksi pangan perlu diwaspadai bersama baik oleh produsen maupun oleh konsumen. Dampak penggunaannya dapat berakibat positif maupun negatif bagi masyarakat. Penyimpangan dalam penggunaannya akan membahayakan kita bersama, khususnya generasi muda sebagai penerus pembangunan bangsa. Dibidang pangan kita memerlukan sesuatu yang lebih baik untuk masa yang akan


(16)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

datang, yaitu pangan yang aman untuk dikonsumsi, lebih bermutu, bergizi dan lebih mampu bersaing dalam pasar global. Kebijakan keamanan pangan (food safety) dan pembangunan gizi nasional (food nutrient) merupakan bagian integral dari kebijakan pangan nasional, termasuk penggunaan BTP. (Cahyadi, 2008)

Hasil penelitian selama ini menemukan bahw

Metanil Yellow banyak digunakan pada produk makanan industri rumah tangga. Rhodamin B adalah bahan kimia yang digunakan untuk pewarna merah pada industri

tekstil dan plastik. Untuk makanan, Rhodamin B dan Metanil Yellow sering dipakai mewarnai kerupuk, makanan ringan, terasi, kembang gula, sirup, biskuit, sosis, makaroni goreng, minuman ringan, cendol, manisan, dan ikan asap. Makanan yang diberi zat pewarna tersebut biasanya berwarna lebih terang dan memiliki rasa yang agak pahit. (Eddy, S.M, 2007)

Salah satu kasus yang pernah ditemukan adalah penggunaan asam salisilat pada produksi buah dan sayur. Asam salisilat bukanlah pestisida, melainkan sejenis antiseptik yang salah satu fungsinya untuk memperpanjang daya keawetan. Biasanya sayuran yang disemprot asam salisilat akan berpenampilan sangat mulus dan tak ada lubang bekas hama. Sebagian besar petani sering mencoba-coba menggunakan bahan kimia untuk mengusir hama. Salah satu bahan yang digunakan adalah asam salisilat. Asam salisilat disemprotkan pada buah untuk mencegah jamur, sementara pada sayuran digunakan untuk mencegah hama. Sebuah survei menyebutkan bahwa asam salisilat pada sayuran non-organik jumlahnya enam kali lebih banyak dibandingkan pada sayuran organik. Asam salisilat dapat terserap oleh tanaman dan meninggalkan residu dalam jaringan


(17)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

tanaman. Karena residunya ada di dalam jaringan, maka asam salisilat tak akan hilang meskipun sayur atau buahnya dicuci bersih. (Eddy, S.M, 2007)

Beberapa penelitian tentang penggunaan bahan tambahan pangan pada makanan dilakukan di kota Medan. Penelitian oleh Nova (2004) menemukan boraks pada bakso ayam jajanan anak-anak yang di jajakan di lingkungan sekolah kecamatan Medan Helvetia. Sinaga (2007) menemukan natrium benzoat dan siklamat pada agar-agar jelly yang beredar di kota Medan.

Selain itu dilakukan juga penelitian terhadap perilaku siswa sekolah dasar tentang makanan dan minuman jajanan yang mengandung bahan tambahan pangan yang dilakukan oleh Sitorus (2007) yang menemukan bahwa perilaku dari siswa sekolah dasar di kecamatan Medan Denai sudah cukup baik tentang makanan yang menggunakan bahan tambahan pangan. Meskipun perilaku siswa sekolah dasar sudah cukup baik, namun masih diperlukan peranan berbagai pihak terutama peran serta guru dalam mengawasi makanan yang dikonsumsi oleh siswa melalui kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), yaitu mengawasi makanan yang dijual, kebersihan kantin, serta memberikan pelatihan bagi petugas kantin, guru juga sebaiknya berperan dalam memberikan pengertian dan pengetahuan kepada anak–anak mengenai dampak negatif yang timbul apabila jajan di sembarang tempat. Dari penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kita perlu lebih teliti dan berhati-hati dalam memilih makanan terutama makanan yang mengandung BTP dan bahan kimia berbahaya.

Di Kelurahan Labuhan Deli terdapat dua sekolah dasar yang saling berdekatan yaitu sekolah dasar negeri 066430 dan sekolah dasar swasta Mandiri, kedua sekolah tersebut berada di sekitar pemukiman penduduk dimana sebagian penduduknya mencari


(18)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

nafkah dengan berjualan di lingkungan sekolah tersebut. Banyak dari makanan yang dijual di lingkungan sekolah tersebut menggunakan bahan tambahan pangan terbukti dengan warna yang pekat dan mencolok, dan rasa yang sangat manis yang membuat anak-anak tertarik untuk membelinya, tanpa memperhatikan efeknya terhadap kesehatan. Dalam hal ini sangat diperlukan perhatian dari para guru yang berperan sebagai pendidik sekaligus orang tua bagi siswa-siswinya, dan merupakan informan terbaik dalam menyampaikan informasi tentang makanan yang mengandung BTP dan bahan kimia berbahaya kepada masyarakat terutama kepada anak didiknya di sekolah. Selama anak-anak berada di sekolah mereka sepenuhnya menjadi tanggung jawab para guru terutama memperhatikan apa saja yang dilakukan siswa-siswinya dan makanan apa yang mereka makan, karena selama kurang lebih 7 jam anak sekolah menghabiskan waktunya di sekolah dan untuk menahan lapar dan haus mereka membeli makanan yang dijual di lingkungan sekolah. Alasan inilah yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian tentang ”Perilaku Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan Guru Sekolah Dasar terhadap makanan yang mengandung bahan tambahan pangan dan bahan kimia berbahaya.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum


(19)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

Untuk mengetahui pengetahuan, sikap, tindakan dan karakteristik Guru Sekolah Dasar terhadap makanan yang mengandung bahan tambahan pangan dan bahan kimia berbahaya.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan guru terhadap makanan yang mengandung BTP dan bahan kimia berbahaya.

2. Untuk mengetahui sikap guru terhadap makanan yang mengandung BTP dan bahan kimia berbahaya.

3. Untuk mengetahui tindakan guru terhadap makanan yang mengandung BTP dan bahan kimia berbahaya.

4. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur.

5. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin. 6. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan. 7. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan masa kerja.

8. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan sumber informasi tentang makanan yang mengandung BTP dan bahan kimia berbahaya.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan bahan masukan bagi masyarakat khususnya guru untuk lebih teliti dalam memilih pangan dan sebagai informan dalam menyampaikan informasi tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan kepada masyarakat terutama anak didiknya di sekolah.

2. Sebagai bahan masukan bagi Instansi kesehatan dan lembaga – lembaga lainnya yang melakukan promosi kesehatan.


(20)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

3. Memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan bagi peneliti mengenai perilaku guru terhadap makanan yang mengandung bahan tambahan pangan dan bahan kimia berbahaya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Pangan

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. (Saparinto dkk, 2006)

Berdasarkan cara perolehannya, pangan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu (Saparinto dkk, 2006) :

1. Pangan segar, adalah pangan yang belum mengalami pengolahan, pangan segar dapat dikonsumsi langsung ataupun tidak langsung, yakni dijadikan bahan baku pengolahan pangan.

2. Pangan olahan, adalah pangan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Pangan olahan bisa dibedakan lagi menjadi pangan olahan siap saji dan tidak siap saji.


(21)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

a. Pangan olahan siap saji adalah makanan dan minuman yang sudah diolah dan siap disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan.

b. Pangan olahan tidak siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah mengalami proses pengolahan, akan tetapi masih memerlukan tahapan pengolahan lanjutan untuk dapat dimakan atau diminum.

3. Pangan olahan tertentu, adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan.

Adapun cara penggunaan pangan yang baik dapat ditinjau dari berbagai segi, dintaranya (Cahyadi, 2008) :

1. Ditinjau dari segi pengadaan bahan pangan : (a) pangan tersedia dalam jumlah yang cukup banyak, (b) pangan harus enak dan menarik, (c) nilai gizi/nutrisi dijaga sekecil mungkin kerusakan, hubungan langsung dengan udara, dan tekanan, (d) pada penyimpanan agar dijaga sekecil mungkin kerusakan, hubungan langsung dengan udara, dan tekanan, (e) pangan dijaga agar bebas dari pencemaran atau bebas dari penambahan yang tidak dikehendaki, contoh penggunaan bahan pengawet yang berlebihan, (f) pangan dijaga agar bebas dari zat-zat beracun, baik racun alami maupun dari luar (sengaja/tidak), (g) pangan dijaga agar bebas dari mikroorganisme. 2. Ditinjau dari segi mikrobiologi/toksikologi/hygiene : (a) pangan dijaga agar bebas

dari mikroorganisme, (b) pangan dijaga agar bebas dari zat-zat beracun, baik racun alami maupun dari luar (sengaja/tidak), (c) pangan dijaga agar bebas dari pencemaran atau bebas dari penambahan yang tidak dikehendaki, contoh penggunaan bahan pengawet yang berlebihan, (d) pada penyimpanan agar dijaga sekecil mungkin kerusakan, hubungan langsung dengan udara, dan tekanan, (e) nilai gizi/nutrisi dijaga


(22)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

supaya tinggi, (f) pangan harus enak dan menarik, (g) pangan tersedia dalam jumlah yang cukup banyak.

2.2. Makanan

2.2.1. Pengertian Makanan

Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat

melangsungkan kehidupan selain kebutuhan sandang dan perumahan. Makanan selain mengandung nilai gizi juga merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman terutama makanan yang mudah membusuk yaitu makanan yang mengandung kadar air serta nilai protein yang tinggi. Kemungkinan lain masuknya atau beradanya bahan-bahan berbahaya seperti bahan kimia, residu pestisida serta bahan lainnya antara lain debu, tanah, rambut manusia dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan manusia. (Depkes RI, 2004)

2.2.2. Makanan Yang Baik

Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya (Prabu, 2008) :

1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki

2. Bebas dari pencemaran disetiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.

3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.

4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan oleh makanan (food borne illness).


(23)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

2.2.3. Bahan Pencemar Makanan

Bahan pencemar makanan adalah bahan-bahan asing yang keberadaannya tidak diinginkan dalam makanan, kecuali yang secara alami terdapat pada bahan makanan dalam jumlah yang sedikit, di luar dari bakteri.

Bahan pencemar makanan di luar bakteri adalah : 1. Bahan pencemar oleh virus

2. Bahan pencemar makanan yang bersifat kimia, adalah kontaminan makanan berupa bahan-bahan kimia. Beradanya jenis bahan pencemar ini karena dimasukkan sengaja kedalam makanan seperti bahan pengawet, pewarna, dan bahan tambahan lainnya dalam jumlah yang melebihi takarannya.

3. Bahan pencemar makanan fisik, adalah berupa kontaminan yang dapat terlihat secara kasat mata. Keberadaannya karena dibawa oleh hewan maupun karena manusia atau penjamah makanan yang mengelola makanan dengan tidak hygienis (bersih). (Depkes RI, 2004)

2.3. Bahan Tambahan Pangan (BTP) 2.3.1. Defenisi Bahan Tambahan Pangan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88, Bahan Tambahan Pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan atau minuman dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan, untuk menghasilkan atau


(24)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas pangan tersebut.

Menurut FAO di dalam Saparinto (2006), bahan tambahan pangan adalah senyawa yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan, dimana bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan (ingredient) utama. (Saparinto dkk, 2006)

Penggunaan bahan tambahan pangan sangat sulit dihindari, mengingat bahan ini sangat bermanfaat dalam pengolahan makanan. Lagi pula, tidak semua bahan tambahan pangan memiliki efek samping terhadap kesehatan. Namun, masyarakat harus memiliki pengetahuan mengenai bahan tambahan pangan sebelum menggunakannya. (Saparinto dkk, 2006).

Untuk membuat makanan yang lezat, menarik, dan tahan lama, diperlukan penanganan serta penambahan tambahan pangan yang tepat. Memang penggunaan bahan tambahan pangan bukan merupakan keharusan, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa bahan ini dapat memberikan nilai tambah terhadap suatu produk makanan. (Saparinto dkk, 2006)

Banyaknya bahan tambahan pangan dalam bentuk lebih murni dan tersedia secara komersial dengan harga yang relatif murah akan mendorong meningkatnya pemakaian bahan tambahan pangan yang berarti meningkatkan konsumsi bahan tersebut bagi setiap individu. Dewasa ini, masyarakat bukan hanya tertarik pada aspek apakah bahan pangan memberikan cita rasa enak, apakah anak-anak mau menikmati pangan yang disajikan,


(25)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

tetapi lebih dari itu masyarakat telah tertarik pada hal-hal apakah bahan pangan itu baik untuk dikonsumsi dan komponen apa saja yang terdapat di dalamnya. (Cahyadi, 2008)

Penggunaan BTP dalam proses produksi pangan perlu diwaspadai bersama baik oleh produsen maupun oleh konsumen. Dampak penggunaannya dapat berakibat positif maupun negatif bagi masyarakat. Penyimpangan dalam penggunaannya akan membahayakan kita bersama, khususnya generasi muda sebagai penerus pembangunan bangsa. Dibidang pangan kita memerlukan sesuatu yang lebih baik untuk masa yang akan datang, yaitu pangan yang aman untuk dikonsumsi, lebih bermutu, bergizi dan lebih mampu bersaing dalam pasar global. Kebijakan keamanan pangan (food safety) dan pembangunan gizi nasional (food nutrient) merupakan bagian integral dari kebijakan pangan nasional, termasuk penggunaan BTP. (Cahyadi, 2008)

2.3.2. Sumber-sumber Bahan Tambahan Pangan

Berdasarkan sumbernya, bahan tambahan pangan dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yakni bahan tambahan alami dan buatan, (Saparinto dkk, 2006)

1. Bahan tambahan pangan alami

Bahan tambahan pangan alami hingga saat ini masih mendapat tempat di hati masyarakat. Bahan ini dipandang lebih aman bagi kesehatan dan mudah didapat. Namun disisi lain, bahan tambahan pangan alami mempunyai kelemahan, yaitu relatif kurang stabil kepekatannya karena mudah terpengaruh oleh panas. Selain itu, dalam penggunaannya dibutuhkan jumlah yang cukup banyak.


(26)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

Bahan tambahan pangan sintetis merupakan hasil sintetis secara kimia. Keuntungan menggunakan bahan tambahan pangan sintetis adalah lebih stabil, lebih pekat, dan penggunaannya hanya dalam jumlah sedikit. Namun kelemahannya, bahan ini dikhawatirkan dapat menimbulkan efek samping terhadap kesehatan, bahkan ada beberapa bahan tambahan pangan yang bersifat karsinogenik (dapat memicu timbulnya kanker).

2.3.3. Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan

Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Pada umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu sebagai berikut :

1. Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa, dan membantu pengolahan, sebagai contoh pengawet, pewarna dan pengeras.

2. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan yaitu bahan yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses produksi, pengolahan, dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi bahan mentah atau penanganannya yang masih terus terbawa ke dalam makanan yang akan dikonsumsi. Contoh bahan tambahan pangan dalam golongan ini adalah residu


(27)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

pestisida (termasuk insektisida, herbisida, fungisida, dan rodentisida), antibiotik, dan hidrokarbon aromatik polisiklis. (Cahyadi, 2008)

2.3.4. Jenis-jenis Bahan Tambahan Pangan

Adapun jenis-jenis bahan tambahan pangan adalah : 1. Pengikat Logam (Sekuestran)

Sekuestran atau zat pengikat logam merupakan bahan penstabil yang digunakan dalam berbagai pengolahan bahan makanan. (FAO, 2005)

2. Zat Antikerak

Zat antikerak biasanya ditambahkan pada bahan-bahan berbentuk tepung atau butiran yang bersifat higroskopik untuk mempertahankan sifat butirannya. Zat antikerak akan melapisi partikel-partikel bahan dan menyerap air yang berlebihan atau membentuk campuran senyawa yang tidak dapat larut. Karena itulah Ca-silikat sering dipakai dalam campuran tepung maupun rempah-rempah yang mengandung minyak atsiri. (FAO, 2005)

3. Zat Pemantap

Pada proses pengolahan, pemanasan, atau pembekuan dapat melunakkan sayuran sehingga menjadi lunak yang sebelumnya ’tegar’. Hal ini karena komponen penyusun dinding sayuran tersebut yang disebut pektin. Agar tetap menjadi ’tegar’, maka ditambahkan zat pemantap yang umumnya dibuat dari garam seperti CaCl2, Ca-sitrat, CaS04, Ca-laktat, dan Ca-monofosfat , namun rasanya pahit dan sulit larut. (FAO, 2005)


(28)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

Zat pemanis sintetik biasanya digunakan sebagai pemanis yang menggantikan gula tetapi memiliki nilai kalori yang lebih rendah daripada gula. Meskipun telah banyak ditemukan zat pemanis sintetik, tetapi beberapa saja yang boleh dipakai dalam bahan makanan. Seperti Natrium siklamat, kalsium siklamat yang dilarang penggunaannya di Amerika Serikat sedangkan natrium sakarin telah dilarang di Kanada karena diperkirakan bersifat karsinogen (penyebab kanker). Di Indonesia pengunaan siklamat masih diijinkan, tetapi sebenarnya hasil metabolisme siklamat yaitu sikloheksamina merupakan senyawa karsinogenik, pembuangan sikloheksamina melalui urin dapat merangsang tumbuhnya tumor kandung kemih pada tikus. (FAO, 2005)

5. Penjernih Larutan

Masalah yang utama dalam pembuatan bit, anggur, dan sari buah adalah timbulnya kekeruhan, pengendapan, dan oksidasi yang menyebabkan perubahan warna. Untuk menghilangkan kekeruhan itu dapat dipakai enzim yang dapat menjernihkan larutan, tetapi kadang-kadang terbentuk busa bila kadar enzim terlalu banyak. (FAO, 2005)

6. Zat Pemucat

Tepung terigu yang baru berwarna kekuningan dan bersifat kurang elastis. Bila dijadikan adonan roti, tidak dapat mengembang dengan baik. Untuk memperoleh terigu dengan mutu baik, terigu dibiarkan (diperam) lebih kurang enam minggu. Tentu saja proses pemeraman ini sangat tidak praktis, oleh karena itu untuk mempercepatnya


(29)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

biasanya ditambahkan zat pemucat. Zat pemucat ini bersifat oksidator. Pemakaian zat pemucat yang berlebihan akan menghasilkan adonan roti yang pecah-pecah dan butirannya tidak merata, berwama keabu-abuan, dan volumenya menyusut. (FAO, 2005)

7. Asidulan (Zat Pengasam)

Asidulan berguna sebagai penegas rasa dan wama yang tidak disukai. Sifat asamnya dapat mencegah pertumbuhan mikroba dan bertindak sebagai bahan pengawet. Asam yang banyak digunakan pada bahan makanan adalah asam organik seperti asam asetat, asam laktat, asam sitrat, asam fumarat, asam malat, asam suksinat, dan asam tartrat. Sedangkan satu-satunya asam organik yang digunakan sebagai pengasam makanan adalah asam fosfat. (FAO, 2005)

8. Pengembang Adonan

Bahan pengembang adonan yang sekarang dipakai menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat menghasilkan gas C02 sehingga adonan menjadi bervolume. (FAO, 2005)

9. Zat Pengawet

- Zat Pengawet Organik. - Zat Pengawet Anorganik.

Salah satu zat pengawet anorganik yang tidak boleh digunakan adalah formalin dan boraks. Formalin merupakan zat pengawet terlarang yang paling banyak disalahgunakan untuk produk pangan. Zat ini termasuk bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara


(30)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh. (FAO, 2005)

12. Surfaktan

Surfaktan digunakan dalam pengolahan pangan untuk meningkatkan mutu produk dan mengurangi kesulitan penanganan bahan yang mudah rusak. Pemakaian surfaktan selama produk disimpan akan mempertahankan viskositas, tekstur, mouthfeel, dan memperpanjang masa simpannya. Yang termasuk dalam golongan surfaktan adalah pengemulsi, penstabil, pengental, dan pembasah. (FAO, 2005)

13. Pewarna

- Pewarna Alami.

Adalah zat warna alami (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Keterbatasan pewarna alami adalah seringkali memberikan rasa dan flavor khas yang tidak diinginkan, konsentrasi pigmen rendah, stabilitas pigmen rendah, keseragaman warna kurang baik dan spektrum warna tidak seluas pewarna sintetik.

- Pewarna sintetis.

Pewarna sintetis mempunyai keuntungan yang nyata dibandingkan pewarna alami, yaitu mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih seragam, lebih stabil, dan biasanya lebih murah. Berdasarkan rumus kimianya, zat warna sintetis dalam makanan menurut ”Joint FAO/WHO Expert Commitee on Food


(31)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

Additives (JECFA) dapat digolongkan dalam beberapa kelas yaitu : azo, triaril

metana, quinolin, xantin dan indigoid. (FAO, 2005)

2.3.5. Bahan Tambahan Pangan Yang Diizinkan

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 1186/Menkes/Per/X/1999, Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang diizinkan digunakan pada makanan adalah :

1. Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang terdiri dari golongan : a. Antioksidan

BTP yang dapat mencegah atau menghambat proses oksidasi lemak sehingga mencegah terjadinya ketengikan.

Contoh : asam askorbat, asam eritorbat, butyl hidroksi toluene. b. Antikempal

BTP yang dapat mencegah mengempalnya (menggumpalnya) makanan yang berupa serbuk seperti tepung atau bubuk.

Contoh : aluminium silikat, magnesium karbonat, miristat. c. Pengatur keasaman (pengasam, penetral, pendapar)

BTP yang dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman.

d. Pemanis buatan

BTP yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi.

Contoh : sakarin, siklamat sorbitol. e. Pemutih dan pematang tepung


(32)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

BTP yang dapat mempercepat proses pemutihan dan atau pematangan tepung sehingga dapat memperbaiki mutu pemanggangan.

Contoh : natrium karbonat, natrium sitrat, natrium malat. f. Pengemulsi, pemantap, pengental

BTP yang dapat membantu terbentuknya dan memantapkan system disperse yang homogen pada makanan.

Contoh : agar, ammonium arginat, gelatin. g. Pengawet

BTP yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian lain pada makanan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba.

Contoh : natrium benzoat, asam sorbat, natrium bisulfit. h. Pengeras

BTP yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan. Contoh : aluminium sulfat, kalsium glukonat, kalsium laktat.

i. Pewarna

BTP yang dapat memperbaiki dan memberi warna pada makanan. Contoh : caramel, kantasatin, betakaroten.

j. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa

BTP yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma. Contoh : asam butirat, etil vanillin, benzal dehida.


(33)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

BTP yang dapat mengikat ion logam yang ada dalam makanan, sehingga memantapkan warna, aroma dan tekstur.

Contoh : asam fosfat, asam sitrat, natrium pirofosfat.

2. Untuk makanan yang diizinkan mengandung lebih dari satu makanan antioksidan, maka hasil bagi masing-masing bahan dengan batas maksimum penggunaannya jika dijumlahkan tidak boleh lebih dari satu.

3. Untuk makanan yang diizinkan mengandung lebih dari satu macam pengawet, maka hasil bagi masing-masing bahan dengan batas maksimum penggunaannya jika dijumlahkan tidak boleh lebih dari satu.

4. Batas penggunaan ”secukupnya” adalah penggunaan yang sesuai dengan cara produksi yang baik, yang maksudnya jumlah yang ditambahkan pada makanan tidak melebihi jumlah wajar yang diperlukan sesuai dengan tujuan penggunaan bahan tambahan pangan tersebut.

5. Pada bahan tambahan pangan golongan pengawet, batas maksimum penggunaan garam benzoate dihitung sebagai asam benzoate, garam sorbet sebagai asam sorbet.

2.3.6. Persyaratan Bahan Tambahan Pangan

Pada dasarnya persyaratan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang digunakan adalah sebagai berikut (Depkes, 2004) :

1. Harus telah mengalami pengujian dan evaluasi toksikologi.

2. Harus tidak membahayakan kesehatan konsumen pada kadar yang diperlukan dalam penggunaannya.

3. Harus selalu dipantau terus-menerus dan dilakukan evaluasi kembali jika perlu sesuai dengan perkembangan teknologi dan hasil evaluasi toksikologi.


(34)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

4. Harus selalu memenuhi persyaratan spesifikasi dan kemurnian yang telah ditetapkan.

5. Harus dibatasi penggunaannya hanya untuk tujuan tertentu dan hanya jika maksud penggunaan tersebut tidak dapat dicapai dengan cara lain secara ekonomis dan teknis.

6. Sedapat mungkin penggunaannya dibatasi agar makanan tertentu dengan maksud tertentu dan kondisi tertentu serta dengan kadar serendah mungkin tetapi masih berfungsi seperti yang dikehendaki.

2.3.7. Bahan Tambahan Pangan Yang Tidak Diizinkan

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 1186/Menkes/Per/X/1999, bahan tambahan pangan yang tidak diizinkan atau dilarang digunakan dalam makanan yaitu bahan yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan, terdapat secara tidak sengaja baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama produksi, pengolahan, atau pengemasan.

Bahan kimia berbahaya juga sering disalahgunakan pada pangan antara lain boraks, formalin, rhodamin B, dan kuning metanil. Keempat bahan kimia tersebut dilarang digunakan untuk pangan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berikut ini merupakan sejumlah tujuan penggunaan dari senyawa-senyawa tersebut yaitu (Joomla, 2006) :

a. Boraks digunakan untuk mematri logam, pembuatan gelas dan enamel, anti jamur kayu, pembasmi kecoa, antiseptik, obat untuk kulit dalam bentuk salep, campuran pembersih.


(35)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

b. Formalin digunakan untuk pembunuh kuman sehingga banyak dimanfaatkan sebagai pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian; pembasmi lalat dan berbagai serangga lain, bahan untuk pembuatan sutra buatan, zat pewarna, pembuatan gelas dan bahan peledak, dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas, bahan untuk pengawet mayat, bahan pembuatan pupuk lepas lambat

(slow- release fertilizer) dalam bentuk urea, formaldehid: bahan untuk pembuatan

parfum, bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku, pencegah korosi untuk sumur minyak, bahan untuk insulasi busa, bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood), dalam konsentrasi yang sangat kecil (< 1%) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai produk konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan pembersih karpet. c. Rhodamin B digunakan sebagai zat warna untuk kertas, tekstil (sutra, wool, kapas),

sabun, kayu dan kulit, sebagai reagensia di laboratorium untuk pengujian antimon, kobal, niobium, emas, mangan, air raksa, tantalum, talium dan tungsten; untuk pewarna biologik.

d. Kuning metanil selain digunakan sebagai pewarna tekstil dan cat, juga digunakan sebagai indikator reaksi netralisasi (asam-basa).

Ada beberapa jenis bahan tambahan pangan yang dilarang penggunaannya, sebagaimana diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 tanggal 22 September 1988 dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1186/Menkes/Per/X/1999. Beberapa bahan tambahan pangan tersebut yaitu : Asam borat dan senyawanya, Asam salisilat dan garamnya,


(36)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

Dietilpirokarbonat, Dulsin, Kalium klorat, Kloramfenikol, Minyak nabati yang dibrominasi, Nitrofurazon, dan Formalin.

2.3.8. Efek Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya

Pada umumnya beberapa bahan tambahan pangan (BTP) digunakan dalam pangan untuk memperbaiki tekstur, flavor, warna atau mempertahankan mutu. Beberapa bahan kimia yang bersifat toksik (beracun) jika digunakan dalam pangan akan menyebabkan penyakit atau bahkan kematian. Oleh karena itu, dalam peraturan pangan dilarang menggunakan bahan kimia berbahaya dalam pangan. Adapun masalah yang dapat timbul apabila menggunakan bahan kimia berbahaya untuk pangan seperti berikut adalah : 1. Rhodamin B

Rhodamin B adalah pewarna merah terang komersial, ditemukan bersifat racun dan dapat menyebabkan kanker. Rhodamin B bisa menumpuk di lemak sehingga lama-kelamaan jumlahnya akan terus bertambah. Rhodamin B diserap lebih banyak pada saluran pencernaan dan menunjukkan ikatan protein yang kuat. Kerusakan pada hati tikus terjadi akibat makanan yang mengandung rhodamin B dalam konsentrasi tinggi. Paparan Rhodamin B dalam waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati.(Joomla, 2006)

2. Formalin

Formalin adalah larutan formaldehida dalam air dan dilarang digunakan dalam industri pangan sebagai pengawet. Paparan formaldehid melalui saluran pencernaan dapat mengakibatkan luka korosif terhadap selaput lendir saluran pencernaan disertai mual, muntah, rasa perih yang hebat dan perforasi lambung. Efek sistemik dapat berupa depresi susunan syaraf pusat, koma, kejang, albuminaria, terdapatnya sel darah merah di urine


(37)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

(hematuria) dan asidosis metabolik. Dosis fatal formalin melalui saluran pencernaan pernah dilaporkan sebesar 30 ml. Formaldehid dapat mematikan sisi aktif dari protein- protein vital dalam tubuh, maka molekul-molekul itu akan kehilangan fungsi dalam metabolisme. Akibatnya fungsi sel akan terhenti. Pada dasarnya, formaldehid dalam jaringan tubuh sebagian besar akan dimetabolisir kurang dari 2 menit oleh enzim formaldehid dehidrogenase menjadi asam format yang kemudian diekskresikan tubuh melalui urin dan sebagian dirubah menjadi CO2 yang dibuang melalui nafas. Fraksi formaldehid yang tidak mengalami metabolisme akan terikat secara stabil dengan makromolekul seluler protein DNA yang dapat berupa ikatan silang (cross-linked). Ikatan silang formaldehid dengan DNA dan protein ini diduga bertanggungjawab atas terjadinya kekacauan informasi genetik dan konsekuensi lebih lanjut seperti terjadi mutasi genetik dan sel kanker. Bila gen-gen rusak itu diwariskan, maka akan terlahir generasi dengan cacat gen. Dalam pada itu, International Agency Research on Cancer (IARC) mengklasifikasikannya sebagai karsinogenik golongan 1 (cukup bukti sebagai karsinogen pada manusia), khususnya pada saluran pernafasan. (Joomla, 2006)

3. Boraks

Boraks disalahgunakan untuk pangan dengan tujuan memperbaiki warna, tekstur dan flavor. Boraks bersifat sangat beracun, sehingga peraturan pangan tidak membolehkan boraks untuk digunakan dalam pangan. Ketika asam borat masuk ke dalam tubuh, dapat menyebabkan mual, muntah, diare, sakit perut, penyakit kulit, kerusakan ginjal, kegagalan sistem sirkulasi akut, dan bahkan kematian. (Badan POM RI, 2004)

Dosis fatal untuk dewasa berkisar antara 15-20 g dan untuk anak-anak 3-6 g. Bila tertelan, dapat menimbulkan gejala-gejala yang tertunda meliputi badan terasa tidak


(38)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

nyaman (malaise), mual, nyeri hebat pada perut bagian atas (epigastrik), pendarahan gastroenteritis disertai muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam, dan rasa sakit kepala. (Joomla, 2006)

4. Kuning Metanil

Kuning Metanil dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah rendah. Pada jangka panjang dapat menyebabkan kanker kandung kemih.Meskipun bahan kimia tersebut telah dilarang penggunaannya untuk pangan, namun potensi penggunaan yang salah hingga saat ini bukan tidak mungkin. (Joomla, 2006)

Terdapat berbagai faktor yang mendorong banyak pihak untuk melakukan praktek penggunaan bahan kimia terlarang untuk pangan, yakni (Joomla, 2006) :

1. Bahan kimia tersebut mudah diperoleh di pasaran. 2. Harganya relatif murah.

3. Pangan yang mengandung bahan tersebut menampakkan tampilan fisik yang memikat.

4. Tidak menimbulkan efek negatif seketika.

5. Informasi bahan berbahaya tersebut relatif terbatas, dan pola penggunaannya telah dipraktekkan secara turun-temurun.

2.3.9. Ciri-Ciri Makanan Menggunakan Bahan Tambahan Pangan

Untuk menyikapi keadaan yang berkembang tentang bahan tambahan pangan (BTP) yang beredar di pasaran, diharapkan konsumen/pembeli harus lebih berhati-hati, karena tidak semua makanan yang dilarang, mungkin hanya beberapa saja produsen yang menggunakan BTP secara berlebihan dan menggunakan BTP yang dilarang (bahan kimia


(39)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

berbahaya) pada makanan, untuk itu konsumen perlu mengetahui ciri-ciri makanan yang menggunakan bahan kimia berbahanya.

Adapun ciri-ciri makanan yang menggunakan bahan kimia berbahaya yaitu (Supriyadi, 2001) :

1. Apabila produk makanan basah, secara normal cepat basi, begitu menggunakan bahan tambahan makanan pengawet, produk itu akan lebih bertahan lama, dan tektur/bentuk makanannya lebih padat dan keras, (bahan yang digunakan mungkin resmi, mungkin juga dilarang perlu konfirmasi lebih lanjut). Tapi apabila setelah makan makanan tersebut ada rasa sensitive (mual, pusing, muntah), perlu dicurigai bahan tambahan makanan tersebut dilarang digunakan dan harus dihindari produk tersebut untuk dikonsumsi, jika terus dikonsumsi akan timbul akibat yang lebih parah lagi yaitu timbulnya penyakit kanker.

2. Untuk makanan yang berwarna ada dua cara untuk mengetahui apakah mengandung pewarna resmi atau tidak, yaitu :

- Warnanya terlalu mencolok atau ekstrem, apakah itu warna merah atau kuning, itu dicurigai sebagai zat pewarna yang dilarang untuk digunakan dalam makananan atau minuman, biasanya produk tersebut dipasarkan di kalangan anak-anak karena warnanya yang menarik (dijual disekitar SD/TK).

- Makanan/minuman yang mengandung warna sintetis (bukan pewarna untuk makanan) tersebut, tidak mudah luntur kalau dicelupkan dalam air.


(40)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

2.3.10. Mekanisme Bahan Toksik Pada Tubuh Manusia

Metabolisme atau proses fisiologis tubuh, dikenal juga dengan transformasi biologis (bio-transformasi). Metabolisme atau transformasi biologis (bio-transformasi) dari bahan-bahan beracun seperti kandungan bahan kimia berbahaya dan bahan tambahan pangan dengan jumlah yang berlebihan pada makanan, merupakan faktor penentu utama terhadap daya racun dari zat terkait. Melalui proses bio-transformasi ini, bahan-bahan beracun yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami peningkatan daya racunnya atau akan mengalami penurunan dari daya racun yang dimilikinya. (Palar, H, 2008)

Proses bio-transformasi ini dapat diklasifikasikan ke dalam 3 bentuk, yaitu: 1. Transformasi yang bersifat destruktif (oksidasi, reduksi dan hidrolisis)

Pelaksanaan dari proses bio-transformasi destruktif berkenaan dengan perombakan atau penghancuran bentuk suatu persenyawaan dari suatu unsur yang dituju menjadi bentuk lain tanpa menghapus unsur yang dituju tersebut. Pada proses transformasi destruktif ini , dikenal tiga bentuk reaksi yaitu:

a. Oksidasi, merupakan bentuk bio-transformasi yang paling umum terjadi, sebagai respon dari tubuh terhadap zat racun yang masuk.

b. Reduksi, merupakan kebalikan dari reaksi oksidasi. Reaksi ini tidak begitu umum ditemukan dalam tubuh. Reaksi reduksi baru akan terjadi apabila senyawa-senyawa asing yang masuk ke dalam tubuh mempunyai potensial oksidasi-reduksi.

c. Hidrolisis, merupakan suatu bentuk reaksi perombakan struktur dari suatu senyawa. Pada peristiwa hidrolisis, air mempunyai peranan yang sangat penting karena dengan air maka proses reaksi ini bisa terjadi. Terhadap bahan-bahan


(41)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

beracun yang masuk ke dalam tubuh, reaksi hidrolisis yang terjadi adalah perubahan bentuk metabolisme tubuh dari reaksi hidrolisis yang normal menjadi degradasi tehadap bahan-bahan beracun tersebut. Bahan-bahan beracun seperti formalin dan boraks yang memiliki sifat larut dalam air dapat dihidrolisis jika masuk kedalam tubuh yaitu dengan banyak mengkonsumsi air dengan demikian maka bahan-bahan tersebut akan diekskresikan melalui urine. (Palar, H, 2008) 2. Transformasi yang bersifat sintesis (konjugasi)

Reaksi ini merupakan reaksi yang terlibat langsung dalam mekanisme sintesa dalam metabolisme normal. Reaksi ini berperan banyak dalam proses penurunan daya racun dari suatu zat yang masuk ke dalam tubuh. (Palar, H, 2008)

Sebagai contoh adalah zat warna yang dimetabolisme dan atau dikonjugasi di hati, selanjutnya ada juga yang ke empedu memasuki jalur sirkulasi enterohepatik. Zat warna azo yang larut dalam air diekskresi secara kuantitatif melalui empedu, sedangkan yang larut dalam lemak diabsorpsi sempurna tanpa metabolisme dalam usus, melainkan dimetabolisme dalam hati oleh azo-reduktase membentuk amin primer yang sesuai. Senyawa yang merupakan metabolit polar cepat dieliminasi lewat urine. (Cahyadi, 2008) 3. Transformasi yang bersifat induksi enzim

Pada peristiwa metabolisme, enzim memegang peranan yang sangat penting sebagai zat perangsang untuk memperlancar atau mempercepat proses metabolisme tersebut. Karena itu enzim disebut juga sebagai bio-katalisator. Fungsi dari enzim adalah untuk mengartur dan mempercepat terjadinya proses atau aktivitas metabolisme dalam tubuh 108 sampai 1011 kali lebih cepat dari yang sama, yang terjadi tanpa menggunakan enzim. (Palar, H, 2008)


(42)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

2.4. Perilaku

2.4.1. Pengertian Perilaku

Pengertian perilaku dari segi biologis adalah kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh- tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing- masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. (Notoatmodjo, 2003)

Skiner (1938), dikutip dari Notoatmodjo (2003) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus − Organisme − Respons. Skiner membedakan adanya dua respons.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :


(43)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert behavior atau unobservable behavior.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

Perilaku manusia sebagian besar adalah operant respons. Maka untuk membentuk jenis respon atau perilaku perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut

operant conditioning. Cara pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini

menurut Skiner adalah :

b. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah- hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.

c. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.

d. Menggunakan secara urut komponen- komponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing- masing komponen tersebut. e. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah


(44)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

Benyamin Bloom (1908) dikutip dari Notoatdmojo (2003) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia kedalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni: a) kognitif (cognitive), b) afektif (affective), c) psikomotor (psychomotor).

2.4.2. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan (knowledge) apa yang diketahui dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengetahuan atau tahu adalah mengerti sesudah dilihat atau sesudah menyaksikan, mengalami, atau setelah diajari. (Notoatdmojo, 2003)

Pengetahuan yang dimaksud disini adalah pengetahuan guru sekolah dasar dalam memilih makanan yang mengandung bahan tambahan makanan. Dengan pengetahuan yang cukup diharapkan dapat memberi pengaruh yang baik terhadap tindakan guru sekolah dasar dalam memilih makanan yang aman dan sehat.

Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidupnya. Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia disebabkan 2 hal utama yaitu (mar’at, 1981) :

a. Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.

b. Manusia mempunyai kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka tertentu.

Dalam domain kognitif, pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2003) :


(45)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

b. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

c. Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

d. Aplikasi (aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

e. Analisis (analysis) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

f. Sintesis (synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian- bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

g. Evaluasi (evaluation) hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Untuk pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Untuk mengetahui kedalamaan pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur, dapat kita sesuaikan dengan tingkatan tersebut diatas (Notoatmodjo, 2003).

2.4.3. Sikap

Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal itu masih berbeda dengan suatu pengetahuan yang dimiliki orang. Pengetahuan mengenai suatu objek tidak sama dengan sikap terhadap objek itu. Pengetahuan saja belum menjadi penggerak, seperti halnya pada sikap. Pengetahuan mengenai suatu objek baru menjadi sikap apabila


(46)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

pengetahuan itu disertai kesiapan untuk bertindak sesuaai dengan pengetahuan terhadap objek tersebut. Sikap mempunyai segi motivasi, berarti segi dinamis mengenai suatu tujuan, berusaha mencapai suatu tujuan. Sikap dapat merupakan suatu pengetahuan, tetapi pengetahuan yang disertai kesediaan kecenderungan bertindak sesuai dengan pengetahuan itu. (Purwato, 1998). Menurut Newcomb yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Menurut Alport (1954) dikutip dari Notoatmodjo (2003) bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2003) :

1. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding), berarti memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap tingkat dua.

3. Menghargai (valuing), diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi dari sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible), berarti bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.


(1)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

6.

Makanan yang mengandung formalin tidak menjadi

masalah jika dijual di pasaran.

7.

Para penjual makanan yang menggunakan formalin,

pewarna tekstil pada makanan yang dijualnya tidak perlu

dilaporkan ke pihak yang berwajib karena hal tersebut

tidak berpengaruh kepada kesehatan.

8.

Apakah anda setuju, jika tahu diberi pengawet agar lebih

tahan lama dan tidak mudah hancur?

9.

Apakah anda setuju untuk mengenyalkan, bakso diberi

boraks (antiseptik, anti jamur kayu)?

10.

Untuk menjaga keawetannya dan agar bebas dari gigitan

hama sebaiknya tanaman seperti sayuran dan buah-buahan

disemprotkan asam salisilat (antiseptik).

11.

Apakah anda setuju, jika antibiotik ditambahkan kedalam

makanan untuk menambah kualitas makanan tersebut?

12.

Apakah anda setuju, jika ada peraturan yang mengatur

tentang penggunaan bahan tambahan pangan?

Keterangan : TS (Tidak setuju)

KS (Kurang setuju)

S (Setuju)

NO.

D. Tindakan

PERTANYAAN

Tidak

Ya

1.

Apakah anda sering membeli makanan yang ada di

lingkungan sekolah, seperti bakso, mie basah, manisan

buah?

2.

Jika anda melihat pedagang makanan mencampurkan

peyedap rasa kedalam makanan yang dijualnya, apakah

anda masih mau membelinya?

3.

Jika anda melihat anak murid anda membeli jajanan di

lingkungan sekolah seperti bakso goreng dan saus,

singkong goreng dan penyedap rasa, apakah anda akan

membiarkannya saja?

4.

Jika anda disuguhkan kue-kue basah dengan warna yang

mencolok dan menarik, apakah anda masih mau

memakannya?


(2)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

5.

Apakah anda/keluarga sering menambahkan pemanis

buatan dan pewarna makanan jika membuat makanan

ringan seperti kue basah, bolu, puding dan lain-lain?

6.

Apakah anda suka menambahkan saos atau penyedap rasa

jika anda membeli bakso?

7.

Apakah anda/keluarga akan memilih sayuran mentah yang

mulus, tidak ada lubang bekas gigitan hama dan harga

yang murah daripada sayuran yang cepat layu dan ada

lubang bekas gigitan hama?

8.

Apakah anda lebih suka membeli makanan seperti lontong,

bakso, mie basah yang kenyal?

9.

Apakah anda akan memilih membeli makanan dipinggir

jalan dengan harga yang murah daripada makanan yang

lebih mahal namun terjamin kesehatannya?

10.

Apakah anda/keluarga sering menambahkan penyedap rasa

seperti ajinamoto, royko, masako ke dalam masakan?

11.

Apakah anda lebih suka membeli tahu yang keras dan

tahan lama dari pada tahu yang mudah hancur dan tidak

tahan lama?

12.

Apakah anda akan membiarkan begitu saja pedagang yang

menggunakan bahan tambahan pangan yang tidak

diizinkan (antibiotik) pada makanan yang dijualnya?


(3)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

No ID Karakteristik PENGETAHUAN SIKAP TINDAKAN

um jk pd mk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Skor KAT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Skor KAT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Skor KAT

1 N 49 2 1 27 2 2 1 0 0 0 2 2 2 2 2 2 17 Sdg 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 22 Baik 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 22 Baik 2 N 35 2 1 9 2 1 0 2 1 2 2 2 2 2 0 1 17 Sdg 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Baik 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Baik 3 N 58 1 1 32 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Baik 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 22 Baik 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 20 Baik 4 N 53 2 3 27 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 22 Baik 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 17 Sdg 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Baik 5 N 46 1 2 25 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 22 Baik 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 16 Sdg 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Baik 6 N 27 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Baik 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23 Baik 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 16 Sdg 7 N 33 2 1 8 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Baik 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 19 Baik 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 18 Sdg 8 N 41 2 2 22 1 0 2 1 2 2 2 2 2 0 1 1 16 Sdg 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Baik 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Baik 9 N 51 2 3 22 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 22 Baik 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Baik 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Baik 10 N 27 2 3 8 2 2 0 2 2 2 2 2 0 1 1 1 17 Sdg 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Baik 2 2 0 2 2 2 0 0 2 0 2 0 14 Sdg 11 N 41 2 1 18 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 0 17 Sdg 2 2 1 1 2 2 1 0 2 0 1 2 16 Sdg 2 2 0 0 2 0 2 2 2 0 0 2 14 Sdg 12 N 47 2 1 27 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 22 Baik 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 20 Baik 2 2 2 0 2 0 2 0 0 0 0 2 12 Sdg 13 N 47 2 1 27 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 18 Sdg 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 17 Sdg 2 2 2 0 0 0 2 2 0 0 2 0 12 Sdg 14 N 49 2 3 27 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 0 20 Baik 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 2 18 Sdg 2 0 2 0 2 2 0 0 0 2 0 0 10 Krg 15 N 35 2 1 27 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 23 Baik 2 2 2 2 2 2 2 0 0 1 0 2 17 Sdg 2 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 18 Sdg 16 N 48 1 3 12 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 23 Baik 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Baik 0 2 2 2 0 0 2 0 0 0 2 0 10 Krg 17 N 30 2 1 12 2 2 1 1 2 0 2 1 2 1 1 1 16 Sdg 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 18 Sdg 0 2 0 0 2 0 0 2 2 0 2 0 10 Krg 18 N 33 2 3 10 2 1 1 0 2 0 2 2 2 0 2 1 15 Sdg 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 20 Baik 0 2 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 16 Sdg 19 N 33 2 2 3 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 19 Baik 1 1 0 1 2 2 0 1 2 1 1 2 14 Sdg 0 2 0 2 0 0 2 2 0 2 2 0 12 Sdg 20 N 44 2 3 6 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 20 Baik 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 18 Sdg 2 2 0 2 0 2 2 2 2 0 2 2 18 Sdg 21 N 44 2 2 3 1 0 2 1 0 2 1 1 2 2 2 2 16 Sdg 2 2 2 0 1 0 2 2 2 1 2 1 17 Sdg 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 0 2 18 Sdg 22 N 31 2 1 8 2 1 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 20 Baik 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 21 Baik 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 Baik 23 N 28 2 1 9 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 21 Baik 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 21 Baik 2 2 0 2 0 2 2 2 0 2 2 2 18 Sdg 24 N 33 2 3 7 1 1 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 18 Sdg 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 19 Baik 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 0 2 18 Sdg 25 N 58 2 3 9 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 22 Baik 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 21 Baik 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 22 Baik 26 S 21 2 3 4 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 21 Baik 2 2 2 1 2 1 2 0 2 2 0 0 16 Sdg 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 22 Baik 27 S 44 1 3 6 2 2 0 2 1 1 2 1 2 2 2 1 18 Sdg 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 0 21 Baik 0 2 2 2 0 0 2 0 2 2 2 2 16 Sdg 28 S 21 2 2 2 2 2 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 21 Baik 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 0 18 Sdg 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 18 Sdg 29 S 22 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Baik 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 0 21 Baik 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 20 Baik 30 S 25 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 23 Baik 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 1 21 Baik 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Baik 31 S 22 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Baik 2 2 2 0 0 2 2 1 1 0 2 0 14 Sdg 2 2 0 2 2 0 2 0 2 0 2 0 14 Sdg 32 S 28 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 22 Baik 2 2 1 2 0 1 2 2 1 1 2 1 17 Sdg 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 Krg


(4)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

33 S 40 2 3 6 1 1 2 2 2 0 2 2 0 2 2 1 17 Sdg 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 19 Baik 0 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 2 10 Krg 34 S 38 2 1 3 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 22 Baik 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 19 Baik 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 18 Sdg 35 S 28 2 2 6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Baik 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 20 Baik 2 2 2 0 0 0 2 0 2 0 2 2 14 Sdg

KETERANGAN :

ID N : SD Negeri 066430

PENGETAHUAN

TINDAKAN

ID S : SD Swasta Mandiri

Baik

: Skor > 18

Baik

: Skor > 18

KARAKTERISTIK

Sedang

: Skor 11 – 18

Sedang

: Skor 11 - 18

um

: Umur

Kurang

: Skor < 11

Kurang

: Skor < 11

pd

: Pendidikan

1. Sarjana

SIKAP

2. Diploma

Baik

: Skor > 18

3. SMA/SPG/Sederajat

Sedang

: Skor 11 – 18

mk

: Masa Kerja

Kurang

: Skor < 11

jk

: Jenis Kelamin

1. Laki-laki

2. Perempuan


(5)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.

Lampiran 3

NO

SUMBER INFORMASI

ID

MEDIA

ELEKTRONIK

MEDIA MASSA

PETU

GAS

KES.

TETANG

GA

LAI

N-LAI

N

TV

Radio

Internet

Surat

kabar

Majalah Buku

1

N

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

S

27

28

29

30

31

32

33

34

35


(6)

Helena Sinaga : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009, 2009.