PENDEKATAN KOOPERATIF BERORIENTASI HYPNOTEACHING DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS SISWA KELAS VII : Penelitian Eksperimen di SMP Negeri 6 Subang Tahun Ajaran 2014/2015.

(1)

PENDEKATAN KOOPERATIF BERORIENTASI HYPNOTEACHING DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS SISWA KELAS VII (Penelitian Eksperimen di SMP Negeri 6 Subang Tahun Ajaran 2014/2015)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

oleh

Rama Wijaya A. Rozak 1201026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

RAMA WIJAYA A. ROZAK

PENDEKATAN KOOPERATIF BERORIENTASI HYPNOTEACHING DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS SISWA KELAS VII (Penelitian Eksperimen di SMP Negeri 6 Subang Tahun Ajaran 2014/2015)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dr. Hj. Vismaia S. Damaianti, M.Pd NIP 196711031993032003

Pembimbing II

Dr. Hj. Yeti Mulyati, M.Pd NIP 196008091986012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan/Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Dr. Sumiyadi, M.Hum NIP 196603201991031004


(3)

i

PENDEKATAN KOOPERATIF BERORIENTASI HYPNOTEACHING DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS SISWA SMP KELAS VII

(Penelitian Eksperimen di SMP Negeri 6 Subang Tahun Ajaran 2014/2015) oleh

Rama Wijaya A. Rozak 1201026

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kesulitan peserta didik dalam pembelajaran membaca kritis. Rendahnya minat dalam pembelajaran membaca kritis salah satunya karena para pengajar belum dapat menerapkan metode dan teknik pembelajaran membaca kritis dengan optimal sehingga metode dan teknik menjadi kurang kreatif, membosankan dan tidak menarik bagi siswa. Membaca kritis merupakan kompetensi keterampilan membaca yang kompleks. Karena membutuhkan pemahaman bacaan yang tinggi, dimulai dari menganalisis, menyintesis, sampai pada penilaian bahan bacaan. Pembelajaran membaca kritis merupakan pembelajaran yang kompleks, atas dasar tersebut dibutuhkan penerapan model pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan bagi siswa. Pendekatan kooperatif merupakan pembelajaran yang dapat menumbuhkan hubungan interaksi sosial dan keselarasan komunikasi antara pengajar dan siswa dalam mencapai pemahaman dan kompetensi. Kemudian hypnoteaching dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk belajar, membangkitkan rasa percaya diri siswa, karena pengemasan pembelajaran yang menyenangkan. Maka dari itu, pendekatan pembelajaran kooperatif yang berorientasi hypnoteaching merupakan kemasan pembelajaran yang menarik, dan menjadi modal untuk keberhasilan pembelajaran membaca kritis. Tujuan dalam penelitian ini yaitu: 1) mendapatkan gambaran profil kegiatan membaca kritis siswa SMP Negeri 6 Subang kelas VII C; 2) mendapatkan gambaran proses pembelajaran dengan pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis; 3) Mendapatkan gambaran efektifitas pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis; 4) Mendapatkan gambaran efektivitas pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa; 5) Mendapatkan gambaran respons siswa terhadap pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis. Metode penelitian yang digunakan adalah True Experimental Designs dengan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Penelitian ini diujicobakan terhadap populasi kelas VII di SMP Negeri 6 Subang, dengan sampel kelas VII B sebagai kelas kontrol dan kelas VII C sebagai kelas eksperimen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif berorientasi hypnoteaching. Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian data statistik didapatkan hasil uji efek perlakuan dengan nilai 0.242 yang termasuk ke dalam kategori efek perlakuan sedang. Jadi, penerapan pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis dapat meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa SMP kelas VII dengan kategori sedang.


(4)

ii

PENDEKATAN KOOPERATIF BERORIENTASI HYPNOTEACHING DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS SISWA SMP KELAS VII

(Penelitian Eksperimen di SMP Negeri 6 Subang Tahun Ajaran 2014/2015) oleh

Rama Wijaya A. Rozak 1201026

ABSTRACT

This research is motivated by the difficulties learners in learning to read critically. Lack of interest in learning to read critical one because teacher have not been able to apply the methods and techniques of learning read critically with the optimal methods and techniques become less creative, boring and not interesting for students. Critical reading is a complex reading skills competency, because it requires a high reading comprehension, starting from analyzing, synthesizing, until the assessment of reading materials. Learning to read critically is a complex learning, on the basis of the required application of innovative learning models and fun for students. Cooperative approach is that learning can foster social interaction and alignment of communication between teachers and students in achieving understanding and competence. Then hypnoteaching can foster students interest and motivation to learn, raise self-esteem of students, because the packaging of learning fun. Therefore, approach-oriented cooperative learning hypnoteaching an attractive packaging, and became the capital for successful learning to read critically. Purpose of this research are: 1) to get an overview of students critical reading activity profile of SMP Negeri 6 Subang class VII C; 2) get an overview of the learning process-oriented approach to cooperative learning hypnoteaching in critical reading; 3) get an idea of the effectiveness of a cooperative approach to learning oriented hypnoteaching critical reading; 4) get an idea of the effectiveness of hypnoteaching oriented cooperative approach to improve students critical reading skills; 5) get an overview of the students response to hypnoteaching oriented cooperative approach in learning to read critically. The research method used is a true experimental design with design pretest-posttest control group. This study tested the population of class VII in SMP 6 Subang, with samples of class VII B as the control class and class VII C as the experimental class. Experimental class were treated by using cooperative learning approach hypnoteaching oriented. Based on the result of research and testing of statistical data obtained test result of treatment effects with 0.242 values which belong to the category moderate treatment effects. So, application-oriented approach to cooperative learning hypnoteaching in critical reading can improve students critical reading skills junior class VII.


(5)

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 11

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 12

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II IHWAL PENDEKATAN KOOPERATIF, HYPNOTEACHING, DAN PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS ... 14

A. Pendekatan Kooperatif ... 14

1. Hakikat Pendekatan Kooperatif ... 14

2. Tujuan Pendekatan Kooperatif ... 19

3. Karakteristik Pendekatan Kooperatif ... 21

4. Unsur-Unsur Pendekatan Kooperatif ... 23

5. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran dalam Pendekatan Kooperatif ... 24

6. Metode-Metode Pembelajaran dalam Pendekatan Kooperatif ... 26

a. STAD (Studen Teams Achievement Division) ... 26

b. TGT (Team Game Tournament) ... 27

c. CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) ... 28

d. GI (Group Investigation) ... 28


(6)

viii

f. NHT (Numbered Head Together) ... 29

g. Two Stay Two Stray ... 30

7. Hakikat STAD dalam Pendekatan Kooperatif ... 30

B. Hipnosis dan Hypnoteaching ... 32

1. Ihwal Hipnosis ... 32

a. Pengertian Hipnosis ... 32

b. Analogi Kondisi Hipnosis ... 34

c. Cara Kerja Hipnosis Alam Bawah Sadar ... 35

d. Teori Pikiran ... 37

e. Sugestibilitas dan Sugesti ... 39

2. Ihwal Hypnoteaching ... 40

a. Pengertian Hypnoteaching (Hipnosis dalam Pengajaran) ... 40

b. Penerapan Hypnoteaching dalam Pembelajaran ... 42

c. Hypnoteaching dalam Pembelajaran Membaca Kritis ... 46

C. Hakikat Membaca Kritis ... 55

1. Pengertian Membaca Kritis ... 55

2. Tujuan Membaca Kritis ... 57

3. Manfaat Membaca Kritis ... 59

4. Langkah-Langkah Membaca Kritis ... 60

5. Strategi Membaca Kritis ... 66

a. MURDER (Mood, Understand, Read, Detect, Elaborate, and Review) ... 66

b. PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite,and Review) ... 68

D. Rasionalisasi Pendekatan Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching dalam Pembelajaran Membaca Kritis ... 70

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 73

A. Metode dan Desain Penelitian ... 73

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 75

1. Populasi ... 75

2. Sampel ... 75

C. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 76


(7)

ix

2. Observasi ... 76

3. Kuesioner (Angket) ... 77

4. Dokumen ... 77

D. Definisi Operasional ... 77

E. Instrumen Penelitian ... 79

1. Instrumen Perlakuan ... 80

a. Ancangan Model Pembelajaran (Model Pembelajaran Kooperatif) ... 80

b. Penyusunan Desain Perencanaan Pembelajaran ... 84

c. Sintaks Pembelajaran Membaca Kritis dengan Pendekatan Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching ... 94

d. Rancangan Pelaksanaan Penelitian Pembelajaran ... 97

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 110

a. Tes Membaca Kritis ... 110

1) Parameter Membaca Kritis ... 110

b. Observasi ... 116

c. Kuesioner (Angket) ... 117

3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 120

a. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Perlakuan ... 121

b. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pengumpulan Data ... 122

F. Teknik Pengolahan Data ... 122

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... . 125

A. Deskripsi Data Penelitian ... 125

1. Deskripsi Profil Kegiatan Membaca Kritis di SMP Negeri 6 Subang Kelas VII 125 2. Deskripsi Kemampuan Membaca Kritis Siswa di SMP Negeri 6 Subang Kelas VII 127 a. Nilai Pretest Kelas Eksperimen (VII C) dan Kelas Kontrol (VII B) ... 127

b. Nilai Posttest Kelas Eksperimen (VII C) dan Kelas Kontrol (VII B) ... 129

3. Deskripsi Proses Pembelajaran Membaca Kritis di Kelas Eksperimen ... 135

a. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Kritis dengan Pendekatan Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching ... 135

b. Respons Siswa terhadap Pendekatan Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching dalam Pembelajaran Membaca Kritis ... 150


(8)

x

4. Pengujian Hipotesis ... 171

a. Uji Persyaratan Analisis Data ... 171

1) Uji Normalitas Data ... 171

2) Uji Homogenitas Data ... 174

b. Pembuktian Hipotesis ... 176

1) Uji Sampel Tidak Berhubungan ... 176

2) Uji Dua Sampel Berpasangan ... 178

3) Uji Efek Perlakuan ... 180

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 180

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 185

A. Simpulan ... 185

B. Saran ... 187

DAFTAR PUSTAKA ... . 189

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... . 191 BIOGRAFI PENULIS


(9)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran Membaca Kritis ... 71 Gambar 2.2 Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran

Membaca Kritis ... 72 Gambar 3.1 Desain Metode Eksperimen Pretest-Posttest Control Group Design ... 74 Gambar 3.2 Ancangan Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching

dalam Pembelajaran Membaca Kritis ... 93 Gambar 3.3 Sintaks Pembelajaran Membaca Kritis dengan Pendekatan

Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching ... 94 Gambar 3.4 Sintaks Pembelajaran Membaca Kritis dengan Pendekatan

Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching dalam Proses Belajar Mengajar ... 96 Gambar 3.5 Rumus Uji Efek Perlakuan ... 124


(10)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching dalam

Pembelajaran Membaca Kritis ... 86

Tabel 3.2 Rancangan Pelaksanaan Penelitian Pembelajaran ... 97

Tabel 3.3 Aspek Membaca Kritis dan Indikator ... 112

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Soal Membaca Kritis ... 114

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Observasi ... 116

Tabel 3.6 Skala Likert ... 118

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Penyusunan Instrumen Kuesioner (Angket) ... 119

Tabel 3.8 Kriteria Nilai Efek Perlakuan ... 124

Tabel 4.1 Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 127

Tabel 4.2 Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 129

Tabel 4.3 Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... 132

Tabel 4.4 Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 132

Tabel 4.5 Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 133

Tabel 4.6 Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 134

Tabel 4.7 Jawaban Angket Aspek Pendekatan Kooperatif Dimensi Kerja Sama dan Berdemokrasi ... 150

Tabel 4.8 Jawaban Angket Aspek Hypnoteaching ... 152

Tabel 4.9 Jawaban Angket Aspek Pembelajaran Membaca Kritis ... 153

Tabel 4.10 Hitungan Variabel-Variabel Angket ... 155

Tabel 4.11 Rekapitulasi Angket Aspek Pendekatan Kooperatif (Kerja Sama) ... 157

Tabel 4.12 Rekapitulasi Angket Aspek Pendekatan Kooperatif (Berdemokrasi) ... 161

Tabel 4.13 Rekapitulasi Angket Aspek Hypnoteaching ... 164

Tabel 4.14 Rekapitulasi Angket Aspek Pembelajaran Membaca Kritis ... 167

Tabel 4.15 Uji Normalitas Pretest (Case Processing Summary) ... 171

Tabel 4.16 Uji Normalitas Pretest (Descriptives) ... 171

Tabel 4.17 Test of Normality Pretest ... 172


(11)

xiii

Tabel 4.19 Uji Normalitas Posttest (Descriptives) ... 173

Tabel 4.20 Test of Normality Posttest ... 174

Tabel 4.21 Test of Homogeneity of Variances (Pretest) ... 174

Tabel 4.22 Test of Homogeneity of Variances (Posttest) ... 175

Tabel 4.23 Group Statistics (Pretest) ... 176

Tabel 4.24 Independent Samples Test (Pretest) ... 176

Tabel 4.25 Group Statistics (Posttest) ... 177

Tabel 4.26 Independent Samples Test (Posttest) ... 177

Tabel 4.27 Paired Samples Statistics (Kelas Kontrol) ... 178

Tabel 4.28 Paired Samples Correlations (Kelas Kontrol) ... 178

Tabel 4.29 Paired Samples Test (Kelas Kontrol) ... 178

Tabel 4.30 Paired Samples Statistics (Kelas Eksperimen) ... 179

Tabel 4.31 Paires Samples Correlations (Kelas Eksperimen) ... 179


(12)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Penelitian Pembelajaran ... 191

Lampiran 2 Soal Pretest ... 225

Lampiran 3 Soal Latihan (Perlakuan Model) ... 229

Lampiran 4 Soal Posttest ... 231

Lampiran 5 Lembar Observasi ... 235

Lampiran 6 Lembar Angket Siswa ... 237

Lampiran 7 Foto-Foto ... 241

Lampiran 8 Surat Pengantar Penelitian ... 242

Lampiran 9 Uji Pakar Instrumen Penelitian ... 243


(13)

ϭ

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Membaca merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang diajarkan sejak peserta didik mengikuti pendidikan formal di bangku sekolah. Membaca pada dasarnya adalah suatu proses yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media tulis. Pada tataran membaca yang lebih tinggi pembaca harus mampu memahami, menilai, menyimpulkan pendapat yang dikemukakan oleh penulisnya.

Membaca pada tingkat ini pembaca tidak cukup memahami apa yang tersurat, lebih dari itu ia dapat menghubungkan kemungkinan penulis berdasarkan pengalaman pembaca. Di samping itu, pengetahuan tentang teknik membaca sangat perlu

dipahami oleh pembaca agar dapat memahami isi bacaan dengan sebaik-baiknya

terutama dalam membaca kritis.

Membaca kritis dibutuhkan untuk mengetahui sudut pandang penulis tentang sesuatu, menemukan pola organisasi paragraf, dan menemukan gagasan umum dengan cepat. Membaca kritis merupakan bagian dari membaca interpretatif. Dalam membaca kritis, si pembaca harus secara teliti membaca bahan bacaannya tanpa melewatkan satu ide pokok atau gagasan utama dari tiap paragrafnya. Kemudian pembaca dituntut agar dapat memahami maksud penulis, organisasi dasar tulisan,

menilai penyajian penulis, menerapkan prinsip-prinsip membaca kritis, dan prinsip

-prinsip penilaian bahan bacaan (Tarigan, 1982: 90).

Seorang pembaca yang ideal bukanlah orang yang mampu membaca secara cepat dengan pemahaman yang rendah, bukan pula yang mampu memiliki pemahaman yang tinggi dengan kecepatan membaca yang rendah. Pembaca yang

mampu membaca cepat dengan pemahaman rendah adalah pembaca yang sia-sia


(14)

Ϯ

bahwa “Tingkat pemahaman terhadap bacaan juga salah satu indikator keefektifan membaca seseorang. Sehingga pembaca yang ideal yaitu, pembaca yang mampu membaca suatu bahan bacaan dengan cepat, dan mampu memahami apa yang telah dibacanya.

Seseorang yang dapat memahami suatu bacaan atau wacana, akan menemukan wujud skemata yang memberikan usulan yang memadai tentang suatu bacaan. Proses pemahaman suatu bacaan adalah menemukan konfigurasi skemata yang menawarkan uraian yang memadai tentang suatu bacaan. Sampai sekarang, konsep skema merupakan jalan yang paling memberikan harapan dari sudut wacana pada umumnya karena skemata merupakan bagian dari penyajian pengetahuan latar, luasnya pengetahuan, dan pengalaman pembaca.

Kegiatan membaca perlu dibiasakan sejak dini, yakni mulai dari anak mengenal huruf. Jadikanlah kegiatan membaca sebagai suatu kebutuhan dan menjadi

hal yang menyenangkan bagi siswa. “Anak-anak, setelah di sekolah, perlu sekali

-sekali dibawa ke perpustakaan. Anak perlu diajak dan ditunjukan cara membaca di ruangan baca di perpustakaan” (Tampubolon, 2008: 229). Membaca dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja asalkan ada keinginan, semangat, dan motivasi. Jika hal ini terwujud, diharapkan membaca dapat menjadi bagian dari kehidupan yang tidak dapat dipisahkan seperti sebuah slogan yang mengatakan “tiada hari tanpa membaca”. Namun kendala yang sering muncul yaitu motivasi siswa untuk membaca masih sangat kurang, terlebih membaca mengenai ilmu pengetahuan. Berbeda dengan

membaca majalah, tabloid, dan komik. “Masalah-masalah dalam membaca terutama

adalah yang berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan membaca, gerakan-gerakan mata,

motivasi, serta minat membaca” (Tampubolon, 2008: 8). Masalah besar yang dihadapi yaitu mencari cara untuk memotivasi siswa untuk gemar membaca atau minat membaca.

Membaca itu sangat penting karena membaca bagaikan membuka jendela dunia. Banyak manfaat dari membaca, di antaranya yaitu dengan membaca kita mendapatkan pengetahuan, ilmu, dan wawasan baru. Tampubolon (2008: 8)


(15)

ϯ

mengatakan “Betapa pentingnya memiliki kemampuan membaca, sehubungan

dengan arus informasi yang semakin deras dalam berbagai bidang kehidupan masa

kini”. Masyarakat sekarang sedang dilanda gelombang informasi yang sangat deras

sehingga secara personal tiap orang perlu memiliki filter pemisah mana informasi yang bermanfaat dan mana yang sebaliknya. Oleh karena itu, sekolah memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kecerdasan warganya melalui peningkatan budaya baca yang handal.

Mengantisipasi perubahan itu diperlukan minat membaca, kecepatan membaca dan kemampuan menarik simpulan atas gagasan yang ingin disampaikan penulisnya, agar dapat lebih jauh menggunakan ilmu pengetahuan dari bacaan untuk meningkatkan kemaslahatan hidupnya. Nurhadi (2005: 25) mengatakan “Ada indikator bahwa tingkat kemajuan suatu bangsa itu dapat diukur dari berapa banyak waktu sehari-hari yang digunakan warganya untuk membaca”. Hal itu sulit untuk direalisasikan karena budaya membaca siswa masih sangat kurang. Siswa tidak dibiasakan untuk membaca dalam kesehariannya. Siswa mau membaca bila ada tugas yang mengharuskan mereka membaca dan mencari suatu jawaban. Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang kurang diminati oleh siswa.

Kendala yang sering muncul dalam pembelajaran membaca di sekolah yaitu berhubungan dengan motivasi belajar siswa, motivasi siswa untuk membaca masih sangat kurang. Nurhadi (2005: 25) mengatakan bahwa “Faktor yang melatarbelakangi kurangnya minat baca siswa adalah faktor kebiasaan, sarana, buku-buku yang dibaca, atau kurang adanya kesesuaian bahan bacaan yang tersedia dengan minat yang dimiliki”. Rendahnya minat baca siswa diantaranya disebabkan juga oleh faktor kurangnya latihan dan menguasai strategi membaca secara efektif.

Selain itu, minat membaca siswa yang kurang juga dapat disebabkan oleh penerapan teknik pembelajaran membaca yang monoton, kurang inovatif, siswa hanya diminta untuk membaca kemudian mengisi beberapa pertanyaan. Selanjutnya siswa tidak dibiasakan untuk membaca dalam kesehariannya. Siswa tidak memahami dengan benar konsep dasar dalam membaca senyap, siswa lebih cenderung membaca


(16)

ϰ

nyaring. “Kebiasaan memvokalkan teks bacaan inilah yang menjadi kebiasaan jelek yang menyangkut kecepatan maupun pemahaman bacaan” (Nurhadi, 2005: 26). Bila siswa membaca senyap, namun di dalam hati mereka tetap mendengarkan suaranya artinya mereka melakukan subvokalisasi. Tampubolon (2008: 10) menjelaskan beberapa kebiasaan membaca yang tidak efisien yaitu sebagai berikut.

1. Membaca dengan suara terdengar. 2. Membaca dengan suara seperti berbisik. 3. Membaca dengan bibir bergerak.

4. Membaca dengan kepala bergerak mengikuti baris bacaan (kepala perlu bergerak, misalnya, apabila hendak berpindah dari satu kolom atau halaman ke kolom atau halaman lainnya).

5. Membaca dengan menunjuk baris bacaan (kata demi kata) dengan jari, pensil, atau alat lainnya.

6. Membaca kata demi kata.

7. Susah mengadakan konsentrasi sewaktu membaca. 8. Cepat lupa isi bagian-bagian bacaan yang telah dibaca.

9. Tidak dapat dengan cepat menemukuan pikiran pokok dalam bacaan.

10.Tidak dapat dengan cepat menemukan informasi tertentu yang diperlukan dalam bacaan.

11.Jarang sekali (sedikit sekali waktu untuk) membaca.

Kemudian, problematik yang muncul dalam kehidupan sehari-hari mengenai membaca, yaitu membaca selalu diidentikkan dengan kegiatan menghafal. Ada kecenderungan di kalangan siswa menyamakan membaca sebagai proses menghafal informasi atau rumus-rumus yang tersaji secara eksplisit dalam buku. Senada dengan apa yang dijelaskan oleh Soedarso (2010: 74) yaitu “Pada umumnya siswa sekolah menengah lebih banyak menghafal kalimat-kalimat atau kata-kata yang tercetak daripada berusaha memahami artinya”. Apa yang diperoleh pada akhirnya adalah ingatan tak bermakna sehingga ingatan tersebut akan luntur dalam beberapa saat. Bila konsepnya menghafal, anak pasti merasa malas untuk membaca karena menghafal


(17)

ϱ

merupakan suatu kegiatan yang sulit. Setiap siswa akan berhadapan dengan ujian, mereka terbiasa menghafal materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh gurunya.

Konsep tersebut tentu sudah salah karena siswa bukan dibiasakan membaca untuk memahami dan atau mengkritisi, melainkan membaca untuk menghafal. Menghafal itu dapat terlupakan dalam jangka waktu tertentu, berbeda bila siswa memahami konsep atau materi yang telah disampaikan. Seperti dijelaskan oleh Nurhadi (2005: 29) “Sebuah kesalahan besar jika membaca itu identik dengan proses

mengingat bahan bacaan”. Dengan memahami bahan bacaannya siswa secara

otomatis akan mengingatnya. “Membaca bukan saja proses mengingat, melainkan juga proses kerja mental yang melibatkan aspek-aspek berpikir kritis dan kreatif” (Nurhadi, 2005: 29). Pembaca yang baik adalah pembaca yang tahu mengelola bahan bacaan secara kritis dan kreatif. Dalam proses membaca, siswa diharapkan menganalisis, menimbang, menilai bacaan secara kritis.

Selain problematik dalam membaca yang telah dijelaskan tersebut, ada juga kendala lainnya dalam membaca yaitu minimnya pengetahuan tentang cara membaca yang efektif. Tampubolon (2008: 7) menjelaskan “Kemampuan membaca dapat ditingkatkan dengan penguasaan teknik-teknik membaca efesien dan efektif”.Secara teoretis, seorang siswa yang lamban dalam memahami teks-teks pada hakikatnya bukanlah pembaca yang kurang pintar, melainkan mungkin ia hanya seorang pembaca yang kurang efisien. Salah satu cara untuk mengatasinya dengan menerapkan teknik dan metode mengembangkan kemampuan membaca serta mengetahui variasi teknik sesuai dengan tujuan membaca.

Siswa tidak mampu berkonsentrasi membaca dalam jangka waktu yang lama pada bacaan, siswa akan merasa bosan jika harus membaca dalam jangka waktu yang cukup lama apalagi jenis bacaan yang dibacanya tidak sesuai dengan perkembangan kognitifnya. Kemudian, siswa tidak terbiasa dengan cara membaca senyap. Siswa lebih menyukai cara membaca nyaring, karena mereka membutuhkan auditori untuk mengingat dan menangkap pokok-pokok bahasan yang ada dalam bahan baca.


(18)

ϲ

Guru dapat menumbuhkan minat membaca siswa, yaitu dengan adanya rangsangan untuk membaca bagi siswa dan model pembelajaran yang inovatif dan menarik. Hal demikian tidak akan mudah untuk dilakukan, bila dalam diri siswa sudah tidak ada motivasi untuk membaca. Penggunaan teknik yang menarik dapat meningkatkan minat belajar siswa. Oleh karena itu, perlu diadakan suatu teknik pembelajaran yang menarik sehingga siswa terpacu untuk membaca. Sebab, membaca merupakan keterampilan yang penting bagi siswa.

Dari berbagai kendala yang muncul dalam membaca maupun pembelajaran membaca, seperti minat dan motivasi membaca, sarana dan prasarana membaca, hambatan-hambatan dalam membaca, konsentrasi siswa dalam membaca, dan pengetahuan siswa tentang cara membaca yang efektif. Hal tersebut dapat ditanggulangi dengan pendekatan pembelajaran kooperatif dan hypnoteaching. Dalam pembelajaran kooperatif ini telah diwarnai dengan sistem hypnoteaching. Sehingga dipercaya dapat mengatasi berbagai kendala yang muncul tersebut.

Dengan pembelajaran kooperatif yang menghendaki siswa belajar dalam kelompok-kelompok belajar, dan siswa saling membelajarkan antara satu dengan yang lainnya. Dari sistem pembelajaran kooperatif yang digunakan dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa. Karena proses pembelajaran tidak berpusat pada guru memberikan materi (ceramah), tapi siswa dengan kelompoknya belajar bersama dan saling memberikan pengetahuan. Sehingga akan timbul gairah untuk belajar. Selain itu, dengan pembelajaran kooperatif semua lapisan kemampuan siswa dapat berhasil dalam pembelajaran, seperti yang dijelaskan oleh Zubaedi (2014:

90) “Siswa dengan pencapaian tinggi, sedang, dan rendah semuanya berhasil meraih

pencapaian lebih baik dengan pembelajaran kooperatif”.

Kemudian hypnoteaching merupakan pembelajaran yang menghendaki guru untuk bersikap ramah, berpenampilan menarik, memberikan pengajaran yang menyenangkan, memberikan motivasi-motivasi positif kepada siswa, dan menjadi teman bagi siswa. Dengan pribadi guru yang seperti itu, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa bersama guru tersebut. Kehadiran sosok guru seperti


(19)

ϳ

demikian akan dinantikan kehadirannya di dalam kelas. Hal ini dapat terjadi apabila guru dan siswa telah menjalin kontak rasa. Hypnoteaching yang digunakan dalam penelitian pembelajaran ini mengajak siswa untuk berlatih konsentrasi dengan cara bermain, sehingga tanpa disadari oleh siswa, mereka sedang belajar dan berlatih namun dalam kemasan permainan. Hal tersebut membuat suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan bagi siswa. Selain itu, guru memberikan sugesti-sugesti positif kepada siswa, dengan berupa kisah-kisah yang dapat memotivasi siswa untuk lebih rajin belajar.

Pendekatan pembelajaran kooperatif yang dapat menarik minat dan motivasi belajar siswa diorientasikan dengan hypnoteaching yang dapat membuat proses pembelajaran lebih menyenangkan akan dapat menanggulangi berbagai kendala yang dijelaskan diawal. Pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching ini diterapkan dalam pembelajaran membaca kritis. Mengapa harus membaca kritis? Karena pembelajaran membaca atau kegiatan membaca tidak terbatas pada kemampuan mengingat, kegiatan membaca lebih dari hal tersebut. Untuk menjadi orang yang berhasil harus dapar meningkatkan kemampuan membaca ke jenjang membaca yang lebih tinggi, yaitu membaca kritis.

Terlepas dari problematik-problematik yang muncul dalam keterampilan membaca, membaca memiliki banyak manfaat bagi siswa. Ada banyak manfaat melatih keterampilan membaca terutama membaca kritis bagi siswa. Di antaranya dengan menguasai teknik membaca kritis siswa akan terbiasa untuk berpikir secara kritis dalam menerima informasi-informasi yang didapatkannya dalam bacaan. Siswa tidak serta-merta menerima/mengonfirmasi setiap data-data, fakta-fakta dan opini yang dimunculkan dalam bacaan. Siswa akan terbiasa untuk memilah informasi yang ia dapatkan dari hasil membacanya. Karena mereka membaca untuk memahami isi bacaan.

Dengan melatih kemampuan membaca kritis, maka secara serentak siswa telah melatih otak untuk berpikir secara kritis, bekerja dengan data-data yang akurat, dan indera penglihatannya dilatih untuk menemukan informasi pokok dalam bacaan.


(20)

ϴ

Selain itu, siswa dibiasakan untuk berpikir kritis, mengkritisi dan mengolah setiap informasi yang ada dalam bacaan dengan pengalaman dan pengetahuan siswa dan berusaha mencari kebenaran atas informasi- informasi tersebut.

Kemampuan membaca kritis dapat diukur, yaitu dengan cara melakukan serangkaian latihan dan tes membaca. Tes tersebut yaitu membaca kritis suatu bahan baca, kemudian ada serangkaian tes tulis yang berupa tes objektif dan tes subjektif. Membaca kritis dilakukan dengan cara membaca senyap. Berdasarkan dari hasil tes kemampuan membaca dapat ditentukan kemampuan membaca tiap siswa, dan dapat menjadi bahan evaluasi bagi guru.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang membahas/meneliti tentang pembelajaran membaca kritis belum ada yang menggunakan teknik hypnoteaching. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai membaca kritis, sebagai berikut.

1. Upaya Penerapan Teknik Membaca Kritis dalam Meningkatkan Aktivitas dan Kemampuan Memahami Artikel Berita di Media Massa Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Singaraja.(Ida Bagus Sutresna)

2. Pembelajaran Membaca Kritis Teks Editorial dengan Menggunakan Teknik SQ3R pada Siswa Kelas IX IPA 4 SMAN 14 Garut Tahun Pelajaran 2011/2012 (Sri Cahyana)

Berikut dijelaskan lebih lanjut mengenai penelitian-penelitian terdahhulu yang

telah dilakukan tentang membaca kritis, sebagai berikut. Peneliti : Ida Bagus Sutresna

Judul : Upaya Penerapan Teknik Membaca Kritis dalam Meningkatkan Aktivitas dan Kemampuan Memahami Artikel Berita di Media Massa Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Singaraja

Pembahasan Hasil Penelitian:

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan dua siklus pembelajaran. Dari dua siklus yang telah dilakukan didapatkan data rata-rata nilai yaitu, rata-rata nilai pada pratindakan 6,4 (kategori


(21)

ϵ

cukup), tindakan I mendapatkan nilai rata-rata 6,8 (kategori cukup), tindakan II mendapatkan nilai rata-rata 7,8 (kategori hampir baik). Sedangkan nilai prestasi belajarnya pada pratindakan adalah 6,80 (kategori cukup), tindakan I prestasi belajarnya berada pada nilai 7,0 (kategori lebih dari cukup), dan tindakan II prestasi belajar siswa berada pada nilai 8,15 (kategori baik). Peningkatan nilai aktivitas dari pratindakan sampai dengan tindakan II adalah 1,4 dan prestasi belajarnya 1,30. Sehubungan dengan temuan dalam penelitian ini, dapat direkomendasikan kepada guru-guru bahasa Indonesia dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran membaca kritis.

Persamaan:

Menggunakan media teks sebagai bahan pembelajaran membaca kritis. Kemudian melakukan penelitian untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam pembelajaran membaca kritis. Kemampuan awal siswa dalam membaca kritis diperlukan sebagai ukuran untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca kritis.

Perbedaan:

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu dari segi metode penelitan yang digunakan. Peneliti menggunakan metode true eksperimental design dengan jenis pretest-posttest control group design. Sedangkan penelitan di atas menggunakan PTK dengan dua kali siklus. Kemudian peneliti menggunakan dua metode pembelajaran yang saling bersinergi yaitu pendekatan kooperatif yang diwarnai oleh hypnoteaching. Dengan diwarnai oleh hypnoteaching, proses pembelajaran akan lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa. Karena dalam proses pembelajarannya selalu diwarnai dengan permainan-permainan dan terutama kepada pembawaan guru yang harus selalu ceria dalam mengajar. Kemudian menggunakan teknik membaca MURDER dan PQ4R dalam aktivitas membaca kritis siswa.


(22)

ϭϬ

Peneliti : Sri Cahyana

Judul : Pembelajaran Membaca Kritis Teks Editorial dengan Menggunakan Teknik SQ3R pada Siswa Kelas IX IPA 4 SMAN 14 Garut Tahun Pelajaran 2011/2012

Pembahasan Hasil Penelitian:

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pembelajaran membaca kritis dengan menggunakan teknik SQ3R pada siswa kelas IX didapatkan hasil penelitian sebagai berikut.

Nilai Pretest

1 orang siswa mendapatkan nilai sangat baik yaitu 85, 1 orang siswa termasuk kategori baik dengan nilai 75 dan 70, 5 orang siswa termasuk kategori cukup dengan nilai 65, 10 orang siswa termasuk kategori cukup dengan nilai 60, tapi belum dapat melewati nilai standar kelulusan yaitu 65. Kemudian sebanyak 17 orang siswa termasuk ke dalam kategori nilai kurang yaitu 55-40, dan 1 orang siswa mendapat nilai 30 yang termasuk dalam kategori sangat kurang. Dari hasil nilai pretest tersebut hanya 8 orang siswa yang mampu melewati standar nilai kelulusan yaitu 65, sedangkan 28 orang siswa lainnya belum mampu melewati standar nilai kelulusan. \ Nilai Posttest

2 orang siswa termasuk kategori sangat baik dengan nilai 90 dan 85, 7 orang siswa termasuk kategori baik dengan perolehan nilai 75 dan 70, 11 orang siswa mendapat nilai 65 dengan kategori nilai cukup untuk melewati standar nilai kelulusan. Kemudian, 7 orang siswa mendapat nilai 60 dengan kategori nilai cukup, tapi belum dinyatakan lulus karena tidak melewati standar nilai kelulusan yaitu 65. Sedangkan sebanyak 9 orang siswa termasuk kategori kurang dengan nilai 55 dan 50. Dari hasil data posttest tersebut sebanyak 20 orang siswa dinyatakan lulus melewari standar nilai kelulusan, dan sisanya 16 orang siswa masih belum mampu untuk melewati standar nilai kelulusan.

Berdasarkan penghitungan data statistik didapatkan hasil yaitu nilai t hitung = 5,399 > t tabel = 2,030 sehingga Ho ditolak, artinya dengan kepercayaan sebesar 95%


(23)

ϭϭ

maka terdapat perbedaan kemampuan membaca kritis teks editorial antara sebelum dan sesudah digunakannya metode SQ3R pada siswa IX IPA 4 tahun pelajaran 2011/2012. Dengan demikian, data menunjukkan bahwa metode SQ3R efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa kelas IX.

Persamaan:

Menggunakan media teks sebagai bahan pembelajaran membaca kritis. Kemudian metodologi penelitian yang digunakan sama yaitu true experimental. Mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran membaca kritis dengan melihat pada nilai pretest dan posttest siswa.

Perbedaan:

Menggunakan metode SQ3R, sedangkan peneliti menggunakan metode/teknik membaca MURDER dan PQ4R. Kemudian peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif yang diwarnai atau berorientasi hypnoteaching. Penerapan dua model pembelajaran tersebut dimaksudkan untuk menambah warna dalam setiap proses pembelajaran. Dengan diwarnai hypnoteaching, pembelajaran di kelas menjadi lebih “hidup” dan menyenangkan bagi siswa. Sehingga tidak membuat siswa jenuh dan bosan selama mengikuti proses belajar mengajar.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah dijelaskan, dapat diidentifikasi masalah- masalah penelitian sebagai berikut.

1. Pembelajaran membaca di sekolah diidentikkan dengan kegiatan mengingat bahan bacaan.

2. Minat membaca siswa masih sangat kurang, terutama dalam membaca buku-buku ilmu pengetahuan.

3. Motivasi siswa untuk membaca masih sangat kurang. Kesadaran diri siswa untuk membaca/menambah pengetahuan didasarkan pada keterpaksaan.

4. Sarana dan prasarana siswa untuk membaca masih kurang mendukung, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah.


(24)

ϭϮ

5. Minimnya pengetahuan siswa tentang cara membaca yang efektif.

6. Konsentrasi siswa terhadap bacaan tidak mampu bertahan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini terjadi jika siswa dihadapkan pada bacaan yang panjang. 7. Hambatan-hambatan dalam membaca masih sering terlihat pada siswa. Seperti

membaca dengan bersuara, menggunakan bantuan alat untuk menunjuk bacaan, membaca dengan bergumam, dan lain-lain.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah penelitian yang telah dijelaskan, penulis merumuskan beberapa rumusan masalah dalam penelitian, sebagai berikut.

1. Bagaimana profil pembelajaran membaca kritis siswa SMP Negeri 6 Subang kelas

VII C?

2. Bagaimana kemampuan membaca kritis siswa di kelas eksperimen dan kelas

kontrol?

3. Bagaimana proses pembelajaran dengan pendekatan kooperatif berorientasi

hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis?

4. Apakah pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching efektif dalam

meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa?

5. Bagaimana respons siswa terhadap pendekatan kooperatif berorientasi

hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latarbelakang dan rumusan masalah penelitian yang telah dijelaskan, penulis merumuskan beberapa tujuan dalam penelitian, sebagai berikut.

1) Mendapatkan gambaran profil kegiatan membaca kritis siswa SMP Negeri 6

Subang kelas VII C.

2) Mendapatkan gambaran proses pembelajaran dengan pendekatan kooperatif


(25)

ϭϯ

3) Mendapatkan gambaran efektifitas pendekatan kooperatif berorientasi

hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis.

4) Mendapatkan gambaran efektivitas pendekatan kooperatif berorientasi

hypnoteaching dalam meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa.

5) Mendapatkan gambaran respons siswa terhadap pendekatan kooperatif

berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk hal-hal berikut.

1. Pengembangan ilmu pengetahuan, yaitu menemukan atau mengembangkan model

pembelajaran kooperatif yang berorientasi pada hypnoteaching. Model ini dapat

menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan atau informasi dalam bidang pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.

2. Penelitian ini memiliki potensi untuk menghasilkan suatu produk akhir sebuah model pembelajaran dalam pengajaran membaca kritis yang dapat dijadikan sebagai upaya meningkatkan kualitas pengajaran guru.

3. Penelitian ini mempunyai dampak terhadap keanekaragaman hasil penelitian yang tindak lanjutnya akan menjadi dasar dan pembanding bagi para peneliti berikutnya.

4. Penelitian ini memiliki manfaat untuk menambah keberagaman model dan teknik mengajar guru di dalam kelas.


(26)

ϳϯ

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode eskperimen. Eksperimen adalah uji coba atau percobaan yang direncanakan atau bersisitem. Metode penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi dan mengontrol fenomena. Oleh karena itu, tujuan penelitian eksperimental dimaksudkan untuk menguji hubungan kausalitas (Syamsuddin dan Vismaia, 2006: 151). Eksperimen sebuah penelitian yang dikondisikan (artificial condition). Kondisi penelitian diatur oleh peneliti secara penuh. Dengan demikian, metode penelitian eksperimen adalah penelitian untuk mengujicobakan sebuah perlakuan terhadap sebuah objek, serta membandingkanya dengan kelas kontrol.

Metode eksperimen ini mempunyai validitas yang sangat tinggi. Validitas ini untuk menguji seberapa jauh pengaruh variabel satu atau lebih terhadap variabel lain. Tujuan penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat dan berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimen, serta menyediakan kontrol untuk perbandingan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian ekperimen model True Experimental Design. Dalam model ini menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pretest yang baik adalah apabila nilai kelompok/kelas eksperimen dan kontrol tidak berbeda secara signifikan.

Setelah dilakukan pretest, kedua kelompok (kelompok kontrol dan kelompok eksperimen) diberikan perlakuan/treatment dengan cara yang berbeda. Kelompok


(27)

ϳϰ

eksperimen dan kelompok kontrol merupakan kelompok yang akan diambil data penelitiannya, untuk kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan pendekatan koopertatif berorientasi hypnoteaching. Sedangkan kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan dengan pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching.

(Sugiyono, 2011: 112-113) Gambar 3.1

Desain Metode Eksperimen Pretest-Posttest Control Group Design.

Keterangan:

R = kelompok/kelas eksperimen dan kontrol siswa SMP Negeri 6 Subang kelas VII diambil secara random.

O1 = kemampuan awal membaca kritis siswa sebelum diberikan perlakuan dengan pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching (kegiatan pretest kelas eksperimen),

O2 = kemampuan membaca kritis siswa kelas eksperimen setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching (kegiatan posttest kelas eksperimen).

O3 = kemampuan awal membaca kritis siswa kelas kontrol (kegiatan pretest kelas kontrol)

O4 = kemampuan membaca kritis siswa kelas kontrol yang tidak diberikan perlakuan dengan pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching (kegiatan posttest kelas kontrol)

X = treatment (perlakuan). Kelompok/kelas eksperimen diberi treatment, yaitu pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran

R

O1

X

O2


(28)

ϳϱ

membaca kritis. Sedangkan kelompok kontrol tidak menggunakan pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis. B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi obyek benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa-siswa SMP Negeri 6 Subang kelas VII. SMP Negeri 6 Subang memilik sebelas kelas dalam satu rombel (rombongan belajar), yaitu kelas VII A, kelas VII B, kelas kelas VII C, kelas VII D, kelas VII E, kelas VII F, kelas VII G, kelas VII H, kelas VII I, kelas VII J, dan kelas VII K.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel merupakan sesuatu yang dianggap dapat mewakili dari populasi, sehingga kesimpulan dari sampel akan diberlakukan untuk populasi. Bila sampel tidak representatif, akan terjadi ketimpangan data-data yang diperoleh. Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam menentukan sampel adalah seberapa cocok antara karakteristik keseluruhan subjek dalam suatu populasi. Dengan kata lain, anggota sampel yang dipilih benar-benar mewakili seluruh anggota populasi, atau memiliki karakteristik sama dengan seluruh anggota populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B (kelas kontrol) dan VII C (kelas eksperimen) SMP Negeri 6 Subang. Pemilihan sampel dilakukan secara acak dengan sistem pengocokan, pengundian pertama untuk menentukan kelas eksperimen terpilih, sedangkan pengundian kedua untuk menentukan kelas kontrol terpilih. Berdasarkan


(29)

ϳϲ

hasil pengundian tersebut didapatkan hasil kelas VII C terpilih sebagai kelas eksperimen, dan kelas VII B terpilih sebagai kelas kontrol.

C. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Terdapat dua hal utama untuk memperngaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara yaitu 1) tes, 2) observasi, 3) kuesioner (angket), dan 4) dokumen. 1. Tes

Tes merupakan suatu alat ukur yang diberikan pada individu (responden) untuk mendapatkan jawaban-jawaban, baik secara tertulis maupun lisan, sehingga dapat diketahui kemampuan individu/responden yang bersangkutan (Suharsaputra, 2012: 95). Tes yang dilaksanakan dalam penelitian ini yaitu berupa tes membaca kritis dengan menjawab sepuluh pertanyaan pilihan ganda dan empat pertanyaan esai untuk pretest dan posttest. Pretest membaca kritis dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, kemudian dilakukan posttest untuk mengetahui perkembangan kemampuan membaca kritis siswa setelah diberikan perlakuan.

2. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain. Objek yang akan diamati/diobservasi adalah siswa-siswa SMP Negeri 6 Subang kelas VII C yang telah dipilih ke dalam sampel penelitian. Siswa diamati dalam kegiatan pembelajaran berlangsung dan dalam kegiatan berkelomok/berdiskusi. Hal yang diamati meliputi aspek sikap yaitu kesediaan siswa dalam mengikuti pembelajaran, partisipasi siswa


(30)

ϳϳ

selama proses pembelajaran, kegiatan berkelompok siswa, pasrtisipasi siswa dalam kegiatan diskusi.

3. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Dalam penelitian ini, kuesioner (angket) dibagikan kepada siswa-siswa SMP Negeri 6 Subang kelas VII C yang telah ditetapkan menjadi sampel penelitian sebagai kelas eksperimen. Kuesioner yang dibagikan merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti yaitu pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis.

4. Dokumen

Pada instrumen ini, peneliti memperoleh informasi (data) dari berbagai sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden. Sumber dokumen yang ada pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu dokumentasi resmi, termasuk surat keputusan, surat instruksi, dan surat bukti kegiatan yang dikeluarkan oleh kantor atau organisasi yang bersangkutan. Jika dalam ruang lingkup sekolah dapat berupa kurikulum, silabus, dan RPP yang digunakan oleh sekolah dan guru. Kemudian ada dokumentasi tidak resmi yang dapat berupa surat nota, surat pribadi yang memberikan informasi kuat terhadap suatu kejadian.

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat sejumlah istilah pokok yang perlu didefinisikan dengan maksud agar penelitian ini dapat dilakukan dan terarah fokus penelitiannya. Istilah-istilah yang perlu mendapat perhatian, didefinisikan sebagai berikut.

1. Pendekatan Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching dalam Pembelajaran Membaca Kritis

Pendekatan kooperatif dalam penelitian ini yaitu proses pembelajaran dan pengondisian kelas dilakukan dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif atau cooperative learning. Pendekatan kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini


(31)

ϳϴ

merupakan pendekatan koopertatif yang telah diwarnai oleh hypnoteaching. Hypnoteahcing yaitu suatu cara pembelajaran di dalam kelas dengan memberikan motivasi-motivasi positif yang bermanfaat untuk pembentukan dan pengembangan karakter siswa. Selain itu, guru berusaha menjadi pribadi yang diharapkan kedatangannya oleh siswa dalam setiap pembelajaran. Guru menjadi teman bagi siswa, guru berpenampilan menarik, memberikan suasana pembelajaran yang menggembirakan, dan lain-lain. Dalam proses pembelajarannya, siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4-6 orang siswa.

Pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis yaitu pemberian motivasi belajar kepada siswa dalam pengajaran membaca kritis. Setiap sesi pembukaan pelajaran, guru memberikan motivasi -motivasi positif kepada siswa dapat berupa kata-kata yang membangun gairah belajar atau kisah-kisah yang menginspirasi siswa untuk belajar lebih giat. Kemudian di tengah-tengah proses pelajaran guru menyediakan waktu bagi siswa untuk bermain dan berlatih konsentrasi. Dalam kegiatan bermain dan berlatih konsentrasi tersebut guru memberikan lembar permainan pada setiap siswa yaitu berupa tebak gambar, tebak huruf, mencocokkan gambar, mencari angka secara berurutan, dll. Dengan kata lain, guru memberikan pembelajaran membaca kritis dengan suasana yang menyenangkan dan menarik bagi siswa.

2. Kemampuan Membaca Kritis

Definisi membaca kritis dalam penelitian ini adalah kesanggupan, kecakapan dalam menelaah dan memahami lambang-lambang grafis sehingga dapat menangkap dan mendapatkan makna, informasi atau arti yang terkandung dalam bacaan secara mendalam. Pemahaman tersebut dapat dimulai dari makna kata, kalimat, paragraf, sampai dengan pada tingkat pemahaman bacaan secara keseluruhan. Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan membaca kritis yaitu kemampuan pembaca untuk mengenali setiap pesan/informasi yang diberikan oleh pengarang melalui media tulisan. Kemampuan mengenali ini mencakup banyak aspek, yaitu kemampuan mengingat dan mengenali,


(32)

ϳϵ

kemampuan menginterpretasikan makna tersirat, kemampuan mengaplikasikan konsep -konsep dalam bacaan, kemampuan menganalisis bacaan, kemampuan membuat sintesis, dan kemampuan menilai isi bacaan.

E. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan insrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Menurut Nana Sudjana (dalam Suharsaputra, 2012: 94-95), dalam penyusunan instrumen penelitian ada beberapa yang harus diperhatikan yaitu :

1) Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indikator variabel harus jelas dan spesifik sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis instrumen yang akan digunakan.

2) Sumber data/informasi, baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika item dalam instrumen penelitian.

3) Keterandalan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpulan data, baik dari keajegan, kesahihan maupun objektivitasnya.

4) Jenis data yang diharapkan dari penggunaan instrumen harus jelas, sehingga peneliti bisa memperkirakan cara analisis data guna pemecahan masalah penelitian.

5) Mudah dan praktis digunakan, akan tetapi dapat menghasilkan data yang diperlukan.

Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu, instrumen perlakuan dan instrumen pengumpulan data. Instrumen perlakuan terdiri atas (1) ancangan model pembelajaran, dan (2) penyusunan desain pembelajaran. Instrumen pengumpulan data terdiri atas, (1) Tes membaca kritis, (2) observasi, dan (3) kuesioner (angket).


(33)

ϴϬ

1. Instrumen Perlakuan

a. Ancangan Model Pembelajaran (Model Pembelajaran Kooperatif) ANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN

(PENDEKATAN KOOPERATIF BERORIENTASI HYPNOTEACHING

DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS) A. RASIONAL DAN TUJUAN

Tujuan pembelajaran pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis yaitu mengajak siswa untuk melakukan pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan. Memberikan materi pelajaran dengan cara-cara yang kekinian, santai, menyenangkan, sehingga dapat menarik minat dan memotivasi siswa agar mau mengikuti pembelajaran dan mau mengikuti segala instruksi dari guru. Sehingga dengan sendirinya siswa menerima segala apa yang guru sampaikan (materi dan instruksi), yang berdampak pada perkembangan akademik siswa khususnya keterampilan membaca kritis siswa. Selain itu, sesuai dengan konsep dasar pembelajaran kooperatif yaitu mengenalkan, mengajarkan kepada siswa cara bersosial, berdemokrasi, menghargai pendapat orang lain, bertanggungjawab, bekerja sama, dan menghormati perbedaan individu. Sehingga diharapkan selain meningkat dari segi akademik, siswa juga mengalami peningkatan/perubahan dari segi sikap ke arah yang lebih baik.

B. PRINSIP DASAR MODEL KOOPERATIF

Prinsip-prinsip dasar model kooperatif menurut Nur (2000), yaitu sebagai berikut:

1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

2. Setiap anggota kelompok harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama


(34)

ϴϭ

3. Setiap anggota kelompok harus berbagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

4. Setiap anggota kelompok akan dikenai evaluasi.

5. Setiap anggota kelompok berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

6. Setiap anggota kelompok akan dimintai mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

C. ANCANGAN MODEL PENDEKATAN KOOPERATIF BERORIENTASI

HYPNOTEACHING DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS

1. Syntax

Syntax merupakan prosedur yang berupa langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah kegiatan dalam model pembelajaran membaca kritis secara kooperatif terdiri atas enam tahapan pokok, diadopsi dari langkah-langkah pembelajaran kooperatif Rusman (2013: 211) yaitu (1) orientasi (menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa), (2) menyajikan informasi, (3) Berkelompok (mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar), (4) Bimbingan (membimbing kelompok bekerja dan belajar), (5) evaluasi, (6) Reward (memberikan penghargaan kepada kelompok).

Tahap 1: Orientasi (menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa)

Tahap orientasi ini merupakan tahap kegiatan yang dimaksudkan untuk menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Tujuan yang harus dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari. Kemudian memotivasi siswa untuk lebih siap menerima materi yang akan disampaikan.


(35)

ϴϮ

Tahap 2: Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi, ceramah, atau melalui bahan bacaan. Mengomunikasikan konsep -konsep utama (membaca kritis), tugas, dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada tahap ini dilakukan komunikasi intensif antara guru dan siswa hingga sampai pada pemahaman dan bekal yang cukup untuk melakukan kegiatan lanjutan.

Tahap 3: Berkelompok (mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar)

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar. Pembentukan kelompok dilakukan dengan cara demokratis, diundi, kelompok bermain, atau ditunjuk secara langsung, pembentukan kelompok dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Kemudian guru membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.

Tahap 4: Bimbingan (membimbing kelompok bekerja dan belajar)

Pada tahap bimbingan ini, guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. Bobot pembelajaran berfokus pada siswa belajar, bukan pada guru mengajar. Guru hanya bertugas sebagai fasilitator, pembimbing, pendamping pada kegiatan belajar di kelas dan pada kegiatan diskusi kelompok.

Tahap 5: Evaluasi

Tahap evaluasi yaitu guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari oleh siswa atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil dari diskusinya. Proses evaluasi melibatkan peran serta siswa dalam menilai, terutama dalam presentasi hasil kelompok. Guru bertugas sebagai moderator dalam penyampaian hasil diskusi.


(36)

ϴϯ

Tahap 6: Reward (memberikan penghargaan kepada kelompok)

Tahap reward yaitu guru memilih kelompok yang dinyatakan memberikan presentasi kelompok yang paling baik diantara kelompok-kelompok belajar yang lainnya. Kriteria pemilihannya dapat dilihat dari jawaban-jawaban yang diutarakan oleh kelompok dalam hasil diskusinya. Sistem penghargaan ini bukan untuk berkompetisi, tapi untuk memunculkan motivasi belajar siswa secara individu maupun berkelompok.

2. Sistem Sosial

Sistem sosial merupakan situasi, suasana, dan norma yang berlaku dalam model kooperatif dalam pembelajaran membaca kritis. Model ini diorganisasikan secara terstruktur yang ditunjukkan dengan peran dan fungsi guru maupun siswa dalam menciptakan situasi-kondisi dan kegiatan pembelajaran demi terbukanya peluang berpendapat dalam mengkritisi wacana yang diajukan kepada siswa. Untuk itu, pembelajaran dikembangkan dalam sistem yang demokratis, dialogis, kooperatif, dan bertanggungjawab.

3. Prinsip Reaksi

Prinsip reaksi merupakan pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang dan memperlakukan siswa. Termasuk di dalamnya adalah bagaimana guru memberi stimulus-respon terhadap siswa. Prinsip ini memberikan petunjuk bagaimana seharusnya guru menggunakan aturan permainan yang berlaku. Implementasinya adalah guru bersifat reflektif dengan peran dan fungsi pembimbing, pendamping, fasilitator, pengarah bagi berkembangnya pribadi siswa dan keberlangsungan kegiatan secara keseluruhan.

4. Sistem Pendukung

Sistem pendukung adalah segala sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model kooperatif dalam pembelajaran membaca kritis. Materi berupa


(37)

ϴϰ

konsep-konsep dasar membaca kritis, media pembelajaran, merupakan sarana yang dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan model kooperatif dalam pembelajaran membaca kritis.

5. Dampak Instruksional dan Pengiring

Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai secara langsung sebagaimana tujuan utama yang diharapkan, yaitu siswa (1) dapat memahami konsep -konsep dasar membaca kritis, (2) dapat menentukan makna-makna eksplisit dan implisit dalam wacana, (3) dapat mengkritisi konten isi dari wacana. Adapun dampak pengiring adalah hasil belajar lain yang dicapai karena proses pembelajaran yang ditempuh, yaitu berkembangnya (1) toleransi dan kerja sama, (2) kreatif, kerja keras, mandiri, (3) rasa percaya diri

b. Penyusunan Perencanaan Pembelajaran

Penyusunan Desain Pembelajaran

Penerapan Pendekatan Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching dalam Pembelajaran Membaca Kritis

A. Landasan

1. Landasan Filosofis Pembelajaran : Konstruktivisme

2. Pendekatan Pembelajaran : Cooperative Learning dan Hypnoteaching B. Implementasi

1. persiapan/perencanaan a. merumuskan tujuan b. menentukan materi c. menentukan prosedur

d. menentukan media dan sumber belajar e. menentukan bentuk dan alat evaluasi


(38)

ϴϱ

2. Proses Pembelajaran a. Syntax

1) Orientasi (menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa) 2) Menyajikan informasi

3) Berkelompok (mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar) 4) Bimbingan (membimbing kelompok bekerja dan belajar)

5) Evaluasi

6) Reward (memberikan penghargaan kepada kelompok) b. Sistem sosial: demokratis, dialogis, kooperatif,

c. Sistem reaksi: guru sebagai fasilitator, pembimbing, pendamping, pengarah d. Sistem pendukung: lembar kartu berkonsentrasi, lembar permainan membaca 3. Evaluasi

Proses: pengamatan

Hasil: tes individual dan kelompok

Desain Pembelajaran yang disusun dari setiap pertemuan memiliki tahapan -tahapan pembelajaran yang sama yaitu dibagi menjadi enam -tahapan pembelajaran (1) orientasi (2) menyajikan informasi (3) berkelompok (4) bimbingan (5) evaluasi (6) reward. Penyusunan desain pembelajaran yang sama dalam setiap pertemuannya ini dimaksudkan untuk pembiasaan siswa dalam menerima pelajaran dengan model -model pembelajaran yang telah ditetapkan/yang digunakan. Dengan pembiasaan diharapkan siswa dapat mengeksplorasi kemampuan membaca kritis yang dimilikinya. Kemudian, pengulangan tahapan-tahapan pembelajaran dalam setiap pertemuannya tidak serta-merta mengulang seluruh media dan materi yang disampaikan, yang diulang yaitu hanya kegiatan guru dan kegiatan siswa.


(39)

ϴϲ

Tabel 3.1

Desain Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching dalam Pembelajaran Membaca Kritis

Tahapan Model

Prinsip Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching

Kegiatan

Tujuan

Guru Siswa

Orientasi Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Dalam tahap orientasi, guru dan siswa bersama-sama melakukan kegiatan persiapan memulai pembelajaran. Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan, menjelaskan manfaat dari pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kemudian guru memotivasi siswa untuk belajar dengan cara yang menyenangkan, yaitu bermain permainan konsentrasi (menebak gambar, mencocokkan

Dalam tahap orientasi, siswa bersiap menerima materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru dan bersiap melaksanakan pembelajaran. Siswa bermain permainan konsentrasi dan bermain permainan membaca.

Memotivasi siswa untuk siap dan mau mengikuti

pembelajaran dan membekali siswa dengan pengetahuan awal materi yang akan disampaikan.


(40)

ϴϳ

gambar, mencari perbedaan gambar, dan lain-lain). Kemudian dengan cara bermain permaian membaca (mencari kata, menyusun kata, skemata, dan lain-lain). Permainan-permainan tersebut tidak serentak disajikan kepada siswa, tapi porsinya dibagi-bagi ke dalam beberapa pertemuan. Guru juga memotivasi siswa untuk belajar dengan cara menggugah siswa dengan kata-kata yang membangun atau dapat juga dengan membuat jargon-jargon yang sifatnya membangun motivasi belajar siswa.

Menyampai-kan Informasi

Menyajikan informasi

Guru menyampaikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari dan harus dikuasai oleh siswa. Guru menyampaikan

Siswa mendengarkan materi yang disampaikan dengan tertib dan tenang. Siswa mengikuti seluruh instruksi yang diberikan oleh

Pembekalan

pengetahuan kepada siswa tentang materi yang disampaikan


(41)

ϴϴ

informasi/materi dengan pembawaan yang santai tapi tegas. Penyampaian materi tentang membaca kritis dilakukan dengan cara bertahap dan disertai dengan contoh-contoh yang dapat memberikan pemahaman kepada siswa.

guru.

Berkelompok Kooperatif Membagi-bagi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang terdiri atas 4-5 orang siswa. Jumlah kelompok menyesuaikan dengan jumlah keseluruhan siswa di kelas. Pembagian kelompok belajar ini dilakukan dengan cara yang menyenangkan, dapat dilakukan dengan pembagian nomor kepada siswa, pembagian simbol-simbol kepada siswa, atau dapat dengan pemilihan langsung oleh guru.

Siswa mengikuti instruksi dari guru untuk berkelompok secara heterogen. Siswa dengan tertib berkelompok-kelompok sesuai dengan arahan guru. Setiap kelompok beranggotakan 4-5 orang siswa. Siswa berkumpul dengan kelompoknya dan bersiap untuk menerima materi yang akan diberikan oleh guru. Setiap kelompok menerima materi pembelajaran yang sama, setiap

Kegiatan berkelompok bertujuan untuk mengasah keterampilan bersosial, berdemokrasi, bekerjasama, dan lai-lain dalam

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang


(42)

ϴϵ

Pembentukan kelompok ini berasaskan kepada metode belajar STAD, yaitu kelompok heterogen dari aspek jenis kelamin, kemampuan akademis, bahasa, suku, dan lain-lain.

lembar materi yang dibagikan terdapat beberapa pertanyaan essai yang harus dijawab oleh kelompok dan disampaikan hasil jawaban kelompoknya dalam sesi selanjutnya.

telah disediakan oleh guru

Membimbing Mengorganisasi kan

Dalam tahap ini guru hanya menjadi pembimbing,fasilitator, pendamping, karena dalam tahap ini proses pembelajaran berfokus pada siswa belajar.

Siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya tentang wacana yang telah diberikan oleh guru. Siswa membaca dan berpikir kritis untuk dapat menjawab sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang telah dicantumkan oleh guru. Dalam tahap ini siswa berdiskusi, bersosialisasi, berpikir bersama untuk menentukan jawaban yang terbaik bagi kelompoknya. Setiap siswa ikut berperan serta dalam

Siswa belajar untuk berdiskusi dan menyampaikan

setiap pendapat yang dimilikinya dalam upaya menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan oleh guru.


(43)

ϵϬ

merumuskan jawaban yang terbaik dari setiap pertanyaan yang disediakan oleh guru. Setiap siswa menuliskan jawaban-jawaban yang telah didiskusikan bersama dalam buku latihannya Evaluasi Penilaian Guru mulai menilai dari hasil

berdiskusi kelompok. Penilaian dilihat dari seberapa tepat persentase jawaban yang dipaparkan/disampai-kan oleh setiap kelompok. Guru menerima salinan jawaban dari setiap kelompok. Salinan jawaban tersebut digunakan oleh guru untuk menyamakan dengan jawaban dari setiap kelompok yang dipresentasikan. Guru memberikan jawaban yang paling tepat seusai semua kelompok mendapatkan

Setiap kelompok menyampaikan/ mempresentasikan jawaban dari hasil berdiskusi dengan anggota kelompoknya dengan alokasi waktu yang telah ditentukan oleh guru. Setiap kelompok mendapatkan kesempatan yang sama untuk menyampaikan jawaban hasil diskusinya. Setiap kelompok membuat dua salinan jawaban yang sama. Salinan yang pertama diserahkan kepada guru, sedangkan salinan yang kedua

Siswa berlatih untuk mau menyampaikan setiap jawaban-jawaban yang telah dirumuskan secara bersama dalam diskusi.


(44)

ϵϭ

giliran untuk mempresentasikan jawaban dari hasil diskusinya.

menjadi bahan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Salinan pertama digunakan oleh guru untuk menyamakan jawaban dengan presentasi oleh siswa.

Pembahasan dan Reward

Pembahasan jawaban dan penghargaan

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang dianggap paling mendekati jawaban benar dari jawaban yang diharapkan. Tahapan penghargaan ini juga menjadi tahap pembahasan jawaban dari setiap pertanyaan. Sehingga guru dan siswa dapat menentukan kelompok yang berhak mendapatkan penghargaan dari guru. Setiap jawaban yang disampaikan oleh kelompok dinilai satu persatu dan dicocokkan dengan jawaban yang telah dibuat oleh guru.

siswa memeriksa setiap jawaban yang dimilikinya dengan jawaban yang telah ditetapkan oleh guru. Siswa menilai kemampuan diri sendiri dari hasil pembahasan jawaban. Dari pembahasan jawaban, siswa ikut mengoreksi dan menuliskan jawaban yang tepat pada buku latihannya

Pemahaman kemampuan diri dalam membaca kritis dan

mengajarkan kepada siswa tentang

kekalahan dan kemenangan. Belajar berjiwa besar dan menerima setiap keputusan yang telah ditetapkan dengan seadil-adilnya.


(45)

ϵϮ

Dari proses pembahasan ini siswa akan mengetahui bagian-bagian mana yang harus diperbaiki dan bagian-bagian yang telah dikuasai


(46)

ϵϯ

Lebih lanjut, tahapan pembelajaran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.2 Ancangan Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi

Hypnoteaching dalam Pembelajaran Membaca Kritis

Berdasarkan rancangan model pembelajaran kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis yang telah dijelaskan, selanjutnya

1. Orientasi

 Apersepsi

 Memotivasi siswa

3. Berkelompok

 Berkelompok heterogen, tertib, dan dengan cara yang menyenangkan

2. Menyampaikan Informasi  Langkah-langkah

pembelajaran, konsep dasar, materi membaca kritis.

6. Pembahasan dan Reward

 Pembahasan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan

 Pemberian penghargaan

4. Membimbing

 Berdiskusi, berpikir bersama

 Berpikir kritis, menjawab pertanyaan

5. Evaluasi

 Penilaian

 Presentasi jawaban kelompok


(47)

ϵϰ

rancangan dijabarkan dalam tiga komponen utama pembelajaran, yaitu meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evluasi pembelajaran. c. Sintaks Pembelajaran Membaca Kritis dengan Pendekatan Kooperatif

Berorientasi Hypnoteaching

Gambar 3.3 Sintaks Pembelajaran Membaca Kritis dengan Pendekatan Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching

Tujuan

Materi

Proses Belajar Mengajar

Media dan Sumber Belajar

Evaluasi

Kompetensi membaca kritis siswa dengan menggunakan pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching.

Media dan sumber belajar terkait dengan materi membaca kritis dengan pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching.

Kegiatan pembelajaran dengan enam langkah: orientasi, menyampaikan informasi, berkelompok, membimbing, evaluasi, pembahasan dan penghargaan. Keterampilan membaca kritis (konsep, komponen, dan wacana) dengan pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching.

Jenis dan prosedur evaluasi proses dan hasil belajar.

Proses : pengamatan


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian yang penulis lakukan merupakan studi eksperimen terhadap pendekatan kooperatif berorientaasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis siswa kelas VII. Sebagai hasil dari sebuah penelitian yang telah dilakukan didapatkan simpulan penelitian, profil membaca kritis siswa kelas VII di SMP Negeri 6 Subang masih sangat kurang. Dalam kegiatan pembelajaran membaca hanya terbatas pada pencarian kosakata baru yang masih dianggap asing bagi pengetahuan siswa, kemudian mencari arti kata tersebut di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Hal tersebut terbukti dalam hasil tes awal (pretest) kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam tes awal didapatkan sebaran nilai yang merata antara kedua kelas, sebaran nilai tersebut tergolong dalam kategori kurang dan sangat kurang. Bukan suatu prestasi yang membanggakan bagi guru maupun siswa. Ini terjadi karena siswa belum terbiasa untuk mengisi soal jenjang analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam jenjang soal seperti itu, dibutuhkan kemampuan pemahaman terhadap bacaan yang mumpuni. Kemudian mengolah pemahaman bacaan tersebut ke dalam kemampuan menganalisis, menyimpulkan bacaan, bahkan sampai pada tahap menilai bacaan tersebut.

Kemampuan awal pembelajaran membaca kritis antara kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) berdasarkan hitungan statistik termasuk ke dalam data yang homogen. Artinya kemampuan awal kedua kelas tidak berbeda secara signifikan. Berdasarkan data-data pretest yang diperoleh pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menghasilkan sebuah kesimpulan, yaitu perolehan nilai terbesar dan nilai terkecil antara kedua kelas memiliki nilai yang sama. Kemudian yang membedakan adalah sebaran nilainya, sehingga untuk jumlah nilai keseluruhan dan rata-rata nilai antara kedua kelas sedikit berbeda. Dari hitungan data statistik didapatkan hasil uji homogenitas diketahui bahwa nilai pretest kelas eksprimen dan kelas kontrol mempunyai varian sama, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai


(2)

antara kedua kelas adalah homogen. Kemudian dari hasil uji normalitas data pretest antara kedua kelas didapatkan hasil nilai signifikansi pretest kelas eksprimen,dan kelas kontrol berdistribusi normal.

Setelah pretest dilaksanakan, kelas eksperimen sebagai kelas yang akan diambil data-data penelitiannya mendapatkan perlakuan pembelajaran kooperatif berorientasi hypnoteaching selama tiga kali pertemuan pembelajaran di kelas. Alur penelitian membutuhkan empat kali pertemuan, satu pertemuan dikhususkan untuk pretest dan pembahasan soalnya. Pertemuan kedua dan ketiga dikhususkan kepada siswa untuk mendapatkan perlakuan, kemudian pertemuan keempat diisi dengan perlakuan dan diakhiri dengan posttest. Dalam pertemuan kedua dan ketiga, siswa diberikan pengetahuan tentang cara-cara membaca kritis dan cara menjawab soal-soal dalam membaca kritis. Pemberian materi tersebut dilakukan dengan cara siswa berkelompok dan menyenangkan bagi siswa, sehingga dapat menarik minat dan motivasi siswa untuk belajar. Pembelajaran dengan cara berkelompok melatih kemampuan bersosial, berkomunikasi, bertenggangrasa berkerja sama siswa. Selain itu, siswa mendapatkan latihan berkonsentrasi dengan dikemas sebagai permainan. Secara tidak disadari oleh siswa, mereka sebenarnya sedang berlatih berkonsentrasi, berlatih kemampuan mata dalam menemukan objek, namun dengan cara yang menyenangkan dan disukai oleh siswa.

Setelah perlakuan tersebut diadakan kembali tes, yaitu posttest. Dalam hasil posttest didapatkan hasil yang cukup membanggakan (bagi kelas eksperimen). Ternyata dari hasil perlakuan pembelajaran kooperatif berorientasi hypnoteaching didapatkan hasil yang cukup membanggakan (bagi kelas eksperimen). Ternyata dari hasil perlakuan pembelajaran kooperatif berorientasi hypnoteaching didapatkan peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen. Setengah dari keseluruhan siswa mendapatkan nilai dengan kategori cukup, standar lulus dan nilai baik. Sehingga dengan otomatis perolehan jumlah nilai keseluruhan siswa dan nilai rata-rata siswa melonjak naik. Berbeda dengan kelas kontrol yang mendapatkan peningkatan nilai, namun tidak secara signifikan. Dari hasil uji statistik didapatkan hasil bahwa ada perbedaan nilai antara nilai pretest dan nilai posttest kelas ekperimen. Dan berdasarkan hasil penghitungan rumus uji


(3)

efek perlakuan Rosenthal, dilihat pada kolom kriteria efek perlakuan Coolidge termasuk ke dalam kriteria efek perlakuan yang sedang. Sehingga pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dapat meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa, dan dapat digunakan dalam pembelajaran membaca kritis kelas VII.

Kemudian berdasarkan hasil angket yang disebarkan kepada siswa kelas eksperimen, didapatkan hasil yang memuaskan dari hasil pengisian angket siswa. Secara keseluruhan dari hasil pengisian angket, siswa merespons dengan positif penerapan pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis. Siswa merasakan pembelajaran membaca kritis lebih menyenangkan dengan penerapan pembelajaran kooperatif yang diwarnai oleh hypnoteaching. Selain menyenangkan, pembelajaran juga lebih aktif dan dapat memotivasi siswa untuk lebih rajin belajar dan mengikuti instruksi guru.

B. Saran

Berdasarkan penelitian “Penerapan Pendekatan Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching dalam Pembelajaran Membaca Kritis Siswa Kelas VII di SMP Negeri 6 Subang Tahun Ajaran 2014/2015” ini maka penulis menyarankan kepada guru khususnya guru mata pelajaran bahasa Indonesia diharapkan untuk menggunakan pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam materi pengajaran membaca terutama membaca kritis. Karena berdasarkan hasil penelitian, metode pembelajaran tersebut terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa.

Tidak menutup kemungkinan metode tersebut dapat digunakan dalam materi pembeljaran yang lainnya seperti menyimak, berbicara, dan menulis. Tentunya dengan berbagai penyesuaian yang dibutuhkan agar sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.. Penerapan pada materi lain akan menambah kekuatan dan menambah bukti bahwa pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa.

Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sangat diminati oleh siswa. Karena tidak membuat siswa bosan dalam belajar, dan membuat mereka semangat untuk belajar. Hendaknya setiap pembelajaran di sekolah sudah


(4)

menerapkan metode belajar yang menyenangkan seperti dalam penelitian ini. Tinggalkan kebiasaan memberikan kalimat negasi kepada siswa, menjadi pribadi pengajar yang menarik dan ramah, kemudian tinggalkan paradigma superior guru bahwa guru merupakan orang yang pintar di kelas dan siswa adalah orang-orang yang bodoh, sehingga mereka membutuhkan kita sebagai pengajar untuk mencerdaskan mereka (siswa). Jalin komunikasi yang baik dengan siswa, berteman dengan siswa namun dengan batasan kewajaran, sehingga kita dapat menjadi pribadi pengajar yang ramah, menarik tapi tetap disegani oleh siswa.

Penulis juga menyarankan penelitian tentang kemampuan membaca yang lainnya seperti membaca interpretatif, membaca ide, membaca kreatif, dan lai-lain. Hal ini bertujuan untuk mengasah kemampuan siswa dalam membaca dan memahami bacaan. Selain itu juga, memperkaya teknik membaca siswa sehingga siswa tahu bahwa teknik membaca itu bermacam-macam dan siswa dapat mempersiapkan teknik yang akan dia gunakan dalam setiap membaca, dan yang terpenting yaitu membiasakan siswa untuk membaca karena dengan membaca siswa dapat menemukan dan mendapatkan informasi yang tidak terhingga.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Almatin, I. (2010) Dahsyatnya hypnosis learning. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Arifin, Z. (2008). Metodologi penelitian pendidikan, filosofi, teori dan aplikasinya. Surabaya. Lentera Cendikia.

Coolidge, F.L. (2000). Statistic “a gantle intrudaction”. London: Cromwell Press. Dalman. (2013). Keterampilan membaca. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Djamarah, S. B. (2010). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fahri, H. A. (2008). The real art of hypnosis kolaborasi seni hypnosis Timur-Barat. Jakarta: Gagas Media.

Gunawan, A.W. (2007). Hypnotherapy the art of subconscious restructuring. Jakarta: Gramedia.

Harjasujana, A. S. Mulyati, Y. & Titin. (1988). Materi pokok membaca. Jakarta: Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hakim, A. (Penyunting). (2010). Hypnosis in teaching cara dahsyat mendidik dan mengajar. Jakarta: Visi Media.

Ibrahim, A. S. dan Wahyuni, S. (2012). Asesmen pembelajaran bahasa. Bandung: Refika Aditama.

Isjoni. (2013). Cooperative learning efektivitas pembelajaran kelompok. Bandung: Alfabeta.

Lie, A. (2008). Cooperative learning mempraktikkan cooperative learning di ruang-ruang kelas. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Navis. A. A. (2013). Hypnoteaching revolusi gaya mengajar untuk melejitkan prestasi siswa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Noer, M. (2010). Hypnoteaching for success learning. Yogyakarta: Pedagogia. Nurhadi. (2005). Membaca cepat dan efektif (teori dan latihan). Bandung: Sinar

Baru Algensindo.

Priyatno, D. (2010). Paham analisis statistik data dengan SPSS. Yogyakarta: Mediakom.


(6)

Rosenthal, R. (1991). Meta-analytic procedures for social research. California: Sage Publication Inc.

Rusman. (2013). Seri manajemen sekolah bermutu model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru.Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sanjaya. W. (2010). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses

pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Soedarso. (2010). Speed reading sistem membaca cepat dan efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan research and development. Bandung: Alfabeta.

Suharsaputra, U. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan tindakan. Bandung: Refika Aditama.

Suprijono. A. (2014). Cooperative learning teori dan aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syamsuddin, A. R. dan Vismaia, S. D. (2006). Metode penelitian pendidikan bahasa. Bandung: Rosda.

Tampubolon. D. P. (2008). Kemampuan membaca teknik membaca efektif dan efisien. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H. G. (1982). Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H. G. (2008). Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.

Zubaedi. (Penyunting). (2015). Cooperative learning teori, riset, dan praktik . Bandung: Nusa Media.


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE NHT PADA SISWA KELAS VII SMPN 18 MALANG

0 15 16

MINAT SISWA DALAM MEMBACA PUISI DENGAN MENGGUNAKAN BUKU TEKS KELAS VII SMP ISLAM AL-KHASYI'UN

0 15 110

PEMBELAJARAN MEMBACA TABEL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 111

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP PENGUASAAN MATERI DAN AKTIVITAS SISWA (Studi Quasi Eksperimen Kelas VII SMP Negeri 2 Tegineneng Tahun Ajaran 2012/2013 )

0 9 38

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 7 Bandarlampung Tahun Ajaran

1 20 140

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Eksperimen pada siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Punggur Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Materi Pokok mengaplik

0 19 50

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DALAM MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012-2013 (Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Pringsewu Tahun Pelajaran 2012-2013)

0 14 106

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 01 Pagelaran Tahun Ajaran 2014/1015)

3 19 59

DESKRIPSI DISPOSISI BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL (Penelitian Kualitatif pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 19 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

3 19 81

PENDEKATAN SAINTIFIK BERORIENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI SATAP I BAJAWA KABUPATEN NGADA-FLORES

0 4 13