PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER BERBASIS PEMBIASAAN :Studi Kasus di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut.

(1)

i

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER

MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

BERBASIS PEMBIASAAN

(Studi Kasus di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh: T A S R I P I N

0907646

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2011


(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

BERBASIS PEMBIASAAN

(Studi Kasus di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si. NIP. 196203161988031003

Pembimbing II,

Dr. Kokom Komalasari, M.Pd. NIP. 1972100120011122001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan,

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 196308201988031001


(3)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “PENGEMBANGAN

PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN

EKSTRAKURIKULER BERBASIS PEMBIASAAN (Studi Kasus di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut)” beserta seluruh isinya adalah benar-benar hasil karya sendiri, dan penulis tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan karya saya ini, dan atau klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juli 2011 Yang Membuat Pernyataan,

TASRIPIN 0907646


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Maha Pemberi Kekuatan, Maha Pengampun kepada hamba-Nya yang selalu hilaf. Segala puji bagi Allah, karena hanya dengan ijin dan karunia-Nya penelitian ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan.

Penulis ingin menggambarkan bagaimana pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis pembiasaan di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut. Dalam hal ini bagaimana pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis pembiasaan yang dilakukan secara intens dan sistematis mampu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkarakter secara simultan di kalangan siswa.

Penelitian ini sangat terbatas dengan ruang dan waktu, sehingga diharapkan dapat menjadikan pijakan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Dan tentunya kesempurnaan hanyalah milik Tuhan dan kealfaan milik kita sebagai manusia. Semoga tulisan ini bermanfaat. Amin.

Bandung, Juli 2011


(5)

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh

Dengan mengucap puji dan syukur, Alhamdulillah kepada Allah SWT, atas rahmat, karunia, hidayah serta kemudahan-Nya selama dalam perencanaan, proses penelitian, dan penulisan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

Penulisan tesis ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, Sekolah Pascasarjana (SPS), Universitas Pendidikan Indonesia. Tesis ini berjudul PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER BERBASIS PEMBIASAAN (Studi Kasus di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut).

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, tetapi mudah-mudahan sajian tesis ini akan menambah khasanah pengetahuan bagi kita semua. Kritik serta saran yang bersifat konstruktif dari pembaca akan penulis terima dengan lapang dada.

Terselesaikannya tesis ini bukan hanya karena kerja keras penulis semata, tetapi lebih jauh dari itu karena bimbingan, dorongan, serta bantuan berbagai pihak baik yang secara langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga dengan setulus hati dan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak antara lain:


(6)

vi

1. Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si., sebagai Pembimbing I, yang telah membimbing dengan penuh ketekunan dan kesabaran di tengah-tengah kesibukan beliau masih menyediakan waktu untuk memberikan pendewasaan dan bimbingan baik selama menjalani perkuliahan maupun selama bimbingan tesis ini.

2. Dr. Kokom Komalasari, M.Pd., selaku Pembimbing II, yang selalu memberikan motivasi, dan tidak henti-hentinya memberikan masukan kepada penulis hingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan.

3. Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd. (Rektor Universitas Pendidikan Indonesia), Prof. Dr. Furqon, P.Hd. (Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia), Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. (Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia) dan seluruh pimpinan UPI yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyesaikan studi di Program Masgister (S-2) Pendidikan Kewarganegaraan SPS UPI ini, kesempatan yang tidak diberikan kepada setiap orang untuk mendapatkannya.

4. Para Guru Besar dan Dosen S-2 Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan yang telah mencurahkan dedikasi akademiknya dengan tulus dan sabar memberikan limpahan ilmu selama empat semester, yakni: Prof. H.M. Nu’man Somantri, M.Sc.; Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M.Ed.; Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab, M.A.; Prof. Drs. H. A. Kosasih Djahiri; Prof. Dr. Hj. Ranidar Darwis; Prof Dr. H. Udin S. Winataputra, M.A.; Prof. Dr. Drs. Astim Riyanto, SH, MH; Prof. Dr. H. Idrus Affandi, S.H.; Prof. Dr. Dadang


(7)

vii

Supardan, M.Pd.; Dr. Sunatra, M.Pd.; Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si.; Prof Dr. H. Wahyudin; Prof. Dr. Djuju Sujana, M.Ed.; Prof. Dr. Endang Danial, M.Pd.; Prof. Dr. Aim Abdulkarim, M.Pd.. semoga semua kebajikan para guru ini mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT.

5. Kepada Bapak Maman Suparman, A.Ma.Pd, beserta seluruh guru-guru dan siswa-siswi SDN Sukarame 01 yang telah memberikan ijin dan bantuan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut, semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal sholeh. 6. Teman-teman dan sahabat seperjuangan Mahasiswa S-2 Program Studi

Pendidikan Kewarganegaraan angkatan 2009 yakni Yudha Pradana, Margi Wahono, Andrian, Hapiz Maksum, Moch. Arief M, Yayat Supriatna, Edi Sudrajat, Sri Mulyani, Hj. Yeni Suryantini, Heny Lestari N., Tantan Trisnadi, Sandi Nur Firmansyah, Edi Sofyan Dede Iswandi, Winarno, Asep Dahliyana, Imas Kurniawati, Yayang Furi F., Heny Mulyani, Edah Runengsih, Mohammadong, Mariatul Kiptiah, Joenarko, Mira Mirawati, Runik Machfiroh, Nunung Nurjanah, Zaita, Rahmat Sudrajat, Siti Aisah, Petrus Irianto. Terima kasih atas motivasi dan kebersamaannya selama ini.

7. Yang penulis sangat sayangi Ibunda Karwatiah (alm) dan Ayahanda Cucun (alm), yang telah mengajarkan arti kedewasaan. Kedua mertuaku, Abah Komadin dan Ema Iyam serta Nenek Titing yang selalu menjaga keluarga selama penulis menuntut ilmu dan yang selalu berdoa untuk penulis demi kesuksesan mengarungi hidup ini.


(8)

viii

8. Khusus buat istriku tercinta, Suminar, S.Pd., engkau adalah istri yang sangat setia, tidak mengenal lelah memberikan semangat dan dorongan, baik dalam perilaku maupun dalam do’anya. Walau kadang mendapat perlakuan yang tidak seimbang, engkau selalu sabar dan tabah menghadapinya. Engkaulah istri yang rela hidup apa adanya yang penuh dengan pengorbanan serta tidak mengenal putus asa. Aku suami yang mencintaimu mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya, karena dengan segenap cinta dan pengorbananmu tesis ini dapat terselesaikan.

9. Buat Ananda Rivaldy Octaviana Arifin dan Rangga Ar-Rasyid Arifin, kalian adalah sumber inspirasi dan motivasi bagi ayah (bapak) untuk dapat menyesaikan pendidikan ini tepat pada waktunya. Ayah ucapkan terima kasih atas segala pengertian yang telah diberikan.

Terselesaikannya penulisan tesis ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, namun sesungguhnya segala kelemahan yang ada pada tesis ini bukan karena mereka, melainkan sepenuhnya karena kekurangan penulis. Semoga segala kebaikan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis dapat menjadi amal baik yang akan dibalas oleh-Nya. Amin.

Bandung, Juli 2011


(9)

ix ABSTRAK

Tasripin (0907646) Pengembangan Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Berbasis Pembiasaan (Studi Kasus di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut)

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan di luar jam pelajaran biasa yang di lakukan di sekolah atau pun di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ekstrakurikuler memberikan sumbangan yang berarti bagi pembentukan dan pengembangan karakter siswa, karena nilai-nilai yang terkandung di dalam masing-masing kegiatan ekstrakurikuler mencerminkan nilai-nilai yang dapat mengembangkan karakter siswa. Oleh karena itu pentingnya pendidikan dan pembentukan karakter yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek “knowledge, feeling, loving dan action”.

Fokus penelitian ini mengajukan rumusan bagaimanakah pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler serta kendala dan upaya yang dilakukan sekolah dalam pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis pembiasaan di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan untuk menganalisis permasalahan menggunakan metode deskriptif analitis dengan studi kasus. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi literatur, sedangkan pengolahan dan analisis data menggunakan analis data dari Miles dan Huberman (1992: 16-18) yang meliputi langkah-langkah reduksi data, display data, dan kesimpulan/verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berkontribusi positif terhadap pembentukan dan pengembangan karakter siswa, Penggunaan metode pembelajaran yang inovatif dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan. Sedangkan kondisi yang dapat mengembangkan pembinaan ekstrakurikuler adalah perencanaan kegiatan yang matang, jadwal latihan yang teratur, manajemen sekolah yang tertata baik, animo siswa terhadap ekstrakurikuler tinggi, adanya kemauan dan kemampuan pembina dan pelatih, dukungan finansial memadai serta adanya dukungan orang tua siswa dan masyarakat. Adapun rekomendasi yang dapat penulis sampaikan bahwa pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler hendaknya melibatkan peran serta keluarga dan masyarakat serta menerapkan metode belajar yang inovatif dan menyenangkan yang melibatkan partisipasi aktif siswa dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler.


(10)

x ABSTRACT

Tasripin (0907646) Development of Character Education Through Habituation-Based Extracurricular Activities (A Case Research in Elementary School District 01 Sukarame Caringin Garut).

Ekstracurricular activities are activities outside of regular class hour which is undertaken at school or outside school with the aim to broaden students' knowledge, talents and interests as well as completing the construction effort of a whole person. Ekstracurricular activities contribute significantly to the formation and development of student character, because the values contained in each of the ekstracurricular activities reflect the values that can develop students' character. Because, the importance of education and character formation are performed in a systematic and sustainable which involves aspects of "knowledge, feeling, loving and action".

The focus of this research propose the formulation of how the development of character education through extracurricular activities as well as the constraints and efforts made in the development of character at education school through extracurricular activities based habituation on the Elementary School Sukarame 01 Sub Caringin Garut regency. The approach used in this research is a qualitative approach. The method used to analyze the problem using an analytical descriptive method with case studies. The technique of collecting data by observation, interviews, documentation studies and literature studies, while processing and analyzing data using a data analyst from Miles and Huberman (1992: 16-18) which includes the steps of data reduction, display, and conclusion / verification.

The results showed that the development of character education through extracurricular activities and contribute positively to the formation of student character development, use of innovative teaching methods that motivate students to actively participate in activities. While the condition can develop coaching extracurricular activities is a mature plan, schedule regular exercise, a well-organized management of schools, extracurricular interest of students to the high, the willingness and ability to mentor and coach, adequate financial support and the support of parents and the community. The recommendations can be the authors say that the development of character education through extracurricular activities should involve the participation of families and communities and implement innovative methods of learning and fun that involves active participation of students in any extracurricular activities.


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PENGESAHAN ……… ii

PERNYATAAN ……….. iii

KATA PENGANTAR ………..………. iv

UCAPAN TERIMA KASIH ……….………... v

ABSTRAK ……… ix

DAFTAR ISI ……… x

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian ……... 9

E. Definisi operasional ... 11

F. Asumsi Penelitian ... 13

G. Metode Penelitian ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……….. 15

A. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Karakter 15

1. Konsep Karakter ……….. 15

2. Konsep Pendidikan Karakter ……… 22


(12)

xii

4. Pendidikan Karakter dalam Konteks Pendidikan

Kewarganegaraan ……….. 35

B. Tinjauan Tentang Pembiasaan/Habituasi dalam Pendidikan Karakter ……...… 42

1. Konsep Pembiasaan/Habituasi ……….. 42

2. Pilar Pendidikan Karakter ……… 43

3. Proses Pendidikan Karakter ………. 50

4. Prinsip Pengembangan Pendidikan Karakter ……….. 52

C. Tinjauan Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler ……….…….. 54

1. Tinjauan Analisis terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler….. 54

2. Dasar Yuridis Ekstrakurikuler di Sekolah ………. 56

3. Tujuan dan Ruang Lingkup Kegiatan Ekstrakurikuler ... 62

4. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler ………. 63

5. Bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler ……… 67

6. Fungsi dan Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler …………. 74

7. Sumbangan Kegiatan Ekstrakurikuler ………. 76

D. Hasil Kajian Terdahulu ………... 78

BAB III METODE PENELITIAN ………... 81

A. Pendekatan dan Metode Penelitian …. ……….. 81

1. Pendekatan Penelitian ……….. 81

2. Metode Penelitian .………..… ……… ……… 82

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ……… 85


(13)

xiii

2. Subyek Penelitian .………..…… … ……… 85

C. Teknik Pengumpulan Data ……… 86

D. Instrumen Penelitian ……… 93

E. Pengolahan Dan Analisis Data ……… 94

F. Keabsahan Temuan Penelitian ………. 99

G. Prosedur Penelitian ………. 103

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 106

A. Gambaran Umum SDN Sukarame 01 ……….. 106

B. Deskripsi Hasil Penelitian ……… 115

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 137

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………. 162

A. Kesimpulan Umum ……….. 162

B. Kesimpulan Khusus ………. 164

C. Rekomendasi ………. 166

DAFTAR PUSTAKA ……… 167


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Substansi Karakter yang ada pada SKL SD/MI/SDLB ……… 28 Tabel 2.2 Pilar Satuan Pendidikan ……….… 49

Tabel 2.3 Pilar Keluarga ……… 49

Tabel 2.3 Pilar Masyarakat ……… 50 Tabel 4.1 Nilai Yang Dikembang Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler …… 116 Tabel 4.2 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter ……….……… 117 Tabel 4.3 Deskripsi Nilai Yang Dikembangkan dalam Kegiatan Ekstra-


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Komponen Karakter Yang Baik ………. 21 Gambar 2.1 Konteks Mikro Pengembangan Karakter ………. 44


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing Penulisan Tesis 2. Surat Permohonan Izin Melakukan Studi Lapangan/Observasi 3. Surat Keterangan Melakukan Penelitian

4. Kisi- Kisi Instrumen Penelitian 5. Instrumen Penelitian

6. Field Note Hasil Wawancara 7. Denah SDN Sukarame 01

8. Tabel Keadaan Guru SDN Sukarame 01 Tahun 2010/2011 9. Tabel Keadaan Siswa SDN Sukarame 01 Tahun 2010/2011 10.Struktur Organisasi SDN Sukarame 1


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan suatu bangsa dalam mencapai tujuan nasional tidak hanya ditentukan oleh sumber daya alam yang melimpah ruah, akan tetapi juga ditentukan oleh sumber daya manusianya. Marcus Tullius Cicero, pakar hukum dan negara dari Romawi (106-43M) adalah peletak dasar dari pendidikan karakter, mengatakan bahwa “within the character of the citizen, lies the welfare of the nation”, (Suparma Santosa, 2004:iii) Dari pendapat Cicero tersebut dapat diartikan bahwa akhlak yang mulia setiap warga negara terdapat negara yang sejahtera.

Hal ini dapat dipahami bahwa manusia yang berkarakter adalah manusia yang dalam setiap pikiran dan tindakannya akan memberikan manfaat dan nilai tambah pada lingkungannya. Sebaliknya, pikiran dan tindakan manusia yang berkarakter buruk akan banyak membawa kerusakan di muka bumi. Apabila dalam suatu bangsa banyak manusia yang berkarakter buruk maka bangsa tersebut akan buruk pula.

Hubungan antara aspek moral dengan kemajuan bangsa juga dikemukakan oleh Thomas Lickona (1992: 13-18) mengungkapkan ada sepuluh tanda kemerosotan zaman dari remaja yang harus diwaspadai. Memang tidak seluruh remaja seperti itu, namun jika tanda-tanda itu sudah ada, maka itu berarti bahwa sebuah bangsa sedang menuju kehancuran. Kesepuluh tanda-tanda itu adalah:


(18)

2

2

1)Violence and vandalism, 2)Stealing, 3)Cheating, 4) Disrespest for authority, 5) Peer cruelty, 6) Bigotry, 7) Bad language, 8) Sexual precocity and abuse, 9) Increasing self-centeredness and declining civic responsibility, 10) Self destructive behavior.

Dwi Astuti Martianto (2002: 2-3) mengartikan bahwa sepuluh tanda dari perilaku manusia yang menunjukkan arah kehancuran bangsa dari Thomas Lickona itu adalah sebagai berikut:

1) Meningkatnya kekerasan di kalangan pelajar 2) Penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk

3) Pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan

4) Meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol dan sek bebas

5) Semakin kaburnya pedoman baik dan buruk 6) Menurunya etos kerja

7) Semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru 8) Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara 9) Membudayakan ketidakjujuran

10) Adanya rasa saling curiga dan kebencian diantara sesama.

Tanda-tanda yang dikemukakan oleh Thomas Lickona tersebut di atas, sepertinya telah muncul di dalam masyarakat Indonesia. M. Soeparno (2005:1) mengungkapkan bahwa untuk mengentaskan bangsa Indonesia yang selama beberapa tahun terakhir semakin terpuruk, yang dibutuhkan adalah tindakan atau langkah kongkret.


(19)

3

“Waktunya semakin sempit, negara lain, bahkan negara-negara tetangga yang dulu menjadi murid kita, sekarang semakin jauh melesat meninggalkan kita di segala bidang kehidupan. Lebih memprihatinkan lagi, selain kondisinya semakin terpuruk, bangsa Indonesia masih harus dibebani segepok citra buruk yang dipikulnya seperti julukan bangsa kuli, bangsa paling kurop di dunia, tidak disiplin, munafik, ceroboh, jorok, suka melempar tanggung jawab, sarangnya kaum teroris, dan entah hinaan apalagi.” (M. Soeparno, 2005:1).

Citra buruk itu, menurut M. Soeparno (2005:2), sebetulnya hanya bongkahan kecil yang menyeruak ke luar dari problem bangsa Indonesia. Bongkahan besar problem bangsa ini sesungguhnya berakar di dalam dan dasar bumi, yakni hancurnya karakter dan moral bangsa.

Civic Education adalah suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warganegara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakat.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dirumuskan secara luas mencakup proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai warganegara, dan secara khusus, peran pendidikan termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran, dan belajar dalam proses penyiapan warganegara tersebut.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki visi, misi, tujuan, dan ruang lingkup isi. Visi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah terwujudnya suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan warga negara. Salah satu tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mengembangkan kompetensi peserta didik agar memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.


(20)

4

4

Tujuan tersebut sejalan dengan aspek-aspek kompetensi yang hendak dikembangkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Aspek-aspek kompetensi tersebut mencakup pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan watak atau karakter kewarganegaraan (civic dispositions) (Budimansyah dan Suryadi, 2008: 55-62).

PKn merupakan bagian atau salah satu tujuan pendidikan IPS, yaitu bahan pendidikannya diorganisasikan secara terpadu (integrated) dari berbagai disiplin ilmu sosial, humaniora, dokumen negara, terutama Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945), GBHN dan perundangan negara dan bahan pendidikan yang berkenaan dengan bela negara. PKn adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.

Cogan (1999:4) mengartikan Civic Education sebagai “…the foundational course work in school designed to prepare young citizens for an active role in their communities in their adult lives”. Atau suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakatnya.

Dalam suatu penelitian tentang jati diri “citizenship education” yang melaporkan temuan David Kerr (1999: 5-7) bahwa Pendidikan Kewarganegaraan minimal, didefinisikan secara sempit, hanya mewadahi aspirasi tertentu, berbentuk


(21)

5

pengajaran Kewarganegaraan, bersifat formal, terikat oleh isi, berorientasi pada pengetahuan. Menitikberatkan pada proses pengajaran, hasilnya mudah diukur. Sedangkan Pendidikan Kewarganegaraan maksimal, didefinisikan secara luas, mewadahi berbagai aspirasi dan melibatkan berbagai unsur masyarakat. Kombinasi pendekatan formal dan informal, dilabeli citizenshp education, menitikberatkan pada partisipasi siswa melalui pencarian isi dan proses interaktif di dalam maupun di luar kelas.

Sejalan dengan itu maka Mahoney (Soemantri, 2001:295) merumuskan bahwa batasan dari Civic Education adalah memasukan seluruh kegiatan sekolah, termasuk kegiatan ekstrakurikulernya dalam kerangka Civic Education: kegiatan di dalam dan di luar kelas, diskusi, dan organisasi siswa (Student Government). Pendeknya, seluruh kegiatan sekolah menjadi tanggung jawab sekolah untuk di masukkan ke dalam Civic Education.

Watak atau karakter kewarganegaraan sesungguhnya merupakan materi yang paling substantif dan esensial dalam mata pelajaran PKn. Dimensi ini dapat dipandang sebagai muara dari pengembangan kedua dimensi. Pertama-tama perlu memiliki pengetahuan kewarganegaraan yang baik, memiliki keterampilan intelektual maupun partisipasif, dan pada akhirnya membentuk suatu karakter atau watak yang mapan, sehingga menjadi sikap dan kebiasaan sehari-hari. Watak yang mencerminkan warga negara yang baik itu misalnya sikap religius, toleransi, jujur, adil, demokratis, taat hukum, menghormati orang lain, memiliki kesetiakawanan sosial dan lain-lain.


(22)

6

6

Penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler dalam rangka pengembangan pendidikan karakter siswa dilakukan secara terjadwal dan fleksibel, dengan memperhatikan kemajuan kegiatan ekstrakurikuler, kedalaman dan ritme dalam belajar, kegiatan ini dilaksanakan dengan bimbingan para pembina yang menguasai bidangnya masing-masing dan guru PKn dapat mengambil peran dalam upaya menyelesaikan program ekstrakurikuler dengan pembelajaran PKn.

Yang dimaksud kegiatan ekstrakurikuler dalam kerangka Civic Education yang diselenggarakan di luar jam pelajaran, selain membantu siswa dalam pengembangan minatnya, juga membantu siswa agar mempunyai semangat baru untuk lebih giat belajar serta menanamkan tanggung jawabnya sebagai warga negara yang mandiri. Bahkan pengertian Civic Educationn ini diperluas National Council for Social Studies (NCSS) yang dikutip Wuryan dan Syaifullah (2008:6) sebagai berikut:

Citizenship Education is a process comprissing all the positive influence which are intended to shape a citizens view to this role in society. It comes powerly from formal schooling psrtly from parental influence and partly from learning outside the classroom and the home. Through citizenship education, our youth are helped to again understanding of our national ideals, the common good and the process of self government. (NCSS, 1970 : 20).

Berdasarkan definisi di atas, bahwa pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) memperoleh pengaruh-pengaruh positif dari:

- Pendidikan di sekolah - Pendidikan di rumah


(23)

7

Hal tersebut harus mendapatkan pertimbangan dalam penyusunan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) agar siswa dapat memahami dan memengapreasiasikan cita-citanya.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) persekolahan (school civics) yang bercirikan civic culture Indonesia yang dapat dikembangkan sekolah, melaluli PKn tetapi juga dapat melalui kegiatan ekstrakurikuler yang diperkaya dengan muatan lainnya yang bernafaskan Pendidikan Kewarganegaraan dengan pengembangan budaya secara bersamaan yang diarahkan untuk “nation and character building”.

Di dalam lingkungan sekolah yang ingin diciptakan melalui kegiatan ekstra kurikuler adalah setidaknya sekolah memiliki upaya-upaya sadar untuk memberikan kontribusi terhadap pengembangan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler.

SDN Sukarame 01 merupakan sebuah lembaga pendidikan formal yang siswanya paling banyak dan aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler terutama kegiatan ekstrakurikuler pramuka bila dibandingkan dengan sekolah dasar lain yang berada di wilayah Kecamatan Caringin Kabupaten Garut, adanya pembinaan yang sungguh-sungguh terhadap kegiatan ekstrakurikuler dari pihak sekolah, adanya program dan rencana kegiatan ekstrakurikuler, kehadiran pembina yang tepat waktu setiap kegiatan, merupakan ciri khas dari sekolah tersebut.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis bermaksud untuk meneliti secara komprehensif pengembangan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis pembiasaan di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut.


(24)

8

8 B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah tersebut di atas, penulis mengajukan rumusan masalah pokok penelitian ini, yaitu bagaimanakah pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis pembiasaan di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut?

Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan, maka masalah pokok tersebut penulis jabarkan dalam beberapa sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran umum kondisi pengembangan pendidikan karakter di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut?

2. Metode apa saja yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis pembiasaan di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut?

3. Kendala apa yang dihadapi dalam pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis pembiasaan di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut?

4. Bagaimanakah upaya untuk menanggulangi kendala dalam pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis pembiasaan di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut?


(25)

9 C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis pembiasaan di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut.

Sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

1. Gambaran umum kondisi pengembangan pendidikan karakter di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut.

2. Metode yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis pembiasaan di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut.

3. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis pembiasaan di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut.

4. Upaya untuk menanggulangi kendala dalam pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis pembiasaan di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut.

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

Signifikansi dan manfaat penelitian ini adalah untuk memperoleh data konseptual dan gambaran mengenai alternatif pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis pembiasaan.


(26)

10

10 1. Secara teoretis

Diharapkan dapat memberikan manfaat pada dunia pendidikan terutama dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang handal dan kokoh dengan melalui berbagai upaya untuk pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis pembiasaan.

2. Secara Praktis

a. Memberi masukan kepada guru dalam upaya pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis pembiasaan.

b. Memberi masukan kepada siswa dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat membentuk karakter yang baik sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

c. Memberi masukan kepada sekolah untuk meningkatkan kembali kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Dengan pembiasaan siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat membentuk karakter siswa yang diharapkan. d. Memberi masukan kepada orang tua akan pentingnya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sebagai upaya pembiasaan untuk pengembangan karakter siswa.


(27)

11 E. Definisi Operasional

1. Pendidikan Karakter

Karakter adalah sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi (Prayitno dan Manullang, 2010:38).

Secara substantif karakter terdiri dari atas tiga operative values atau tiga unjuk perilaku yang satu sama lain saling berkaitan, yakni moral knowing, moral feeling, and moral behavior. Ketiga substansi dan proses psikologis tersebut bermuara pada kehidupan moral dan kematangan moral individu. Dengan kata lain, karakter bermakna sebagai kualitas pribadi yang baik, dalam arti tahu kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata berperilaku baik, yang secara koheren memancar sebagai hasil dari olah pikir, olah hati, olah raga, olah rasa dan karsa.

Sementara itu Simon (1972) mengemukakan karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap,dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan Beck (1981) memahami bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan ‘personality’. Seseorang baru bisa disebut ‘orang yang berkarakter’ (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral.


(28)

12

12

Selanjutnya, Sanusi (1988) menganggap bawa karakter lebih dekat dengan akhlaq, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.

Pendidikan karakter menurut Lickona (1992) menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah usaha sengaja untuk menolong orang agar memahami, peduli akan, dan bertindak atas dasar nilai-nilai dasar inti nilai-nilai etis. Ia menegaskan bahwa ketika kita berpikir tentang bentuk karakter yang ditunjukkan oleh anak-anak, teramat jelas bahwa kita menghendaki mereka mampu menilai apa yang benar, peduli tentang apa yang benar, serta melakukan apa yang diyakininya benar, bahkan ketika harus menghadapi tekanan dari luar dan godaan dari dalam.

Adapun yang menjadi indikator dari variabel ini adalah: a. Tolerasi

b. Jujur

c. Tanggung jawab d. Disiplin

2. Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara


(29)

13

khusus diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.

Adapun yang jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksud dan merupakan indikator dari variabel ini adalah:

a. Pramuka b. Olah raga c. Kesenian d. Keagamaan

F. Asumsi

1. Pendidikan karakter adalah usaha sengaja untuk menolong orang agar memahami, peduli akan, dan bertindak atas dasar nilai dasar inti nilai-nilai etis. Bahwa perspektif pembangunan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan aspek intelektual saja melainkan juga watak, moral, sosial dan fisik peserta didik.

2. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk pada waktu hari libur) yang di lakukan di sekolah atau pun di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya yang merupakan bagian dari pengembangan institusi sekolah

3. Dengan demikian jelaslah betapa pentingnya kegiatan ekstrakurikuler untuk dilaksanakan di sekolah, karena kegiatan tersebut dapat mendukung program


(30)

14

14

intrakurikuler dan program kokurikuler sehingga kurikulum menjadi lebih kompleks. Di samping itu, kegiatan ekstrakurikuler dapat ikut andil dalam pengembangan pendidikan karakter siswa/peserta.

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, fenomena-fenomena yang sedang terjadi dan berhubungan dengan kondisi masa kini. Metode deskriptif berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya (Besat dalam Sukardi, 2004: 157).

Subyek penelitian dalam penelitian di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut adalah siswa-siswi kelas IV, V, VI, dan guru pembina ekstrakurikuler. Menurut S. Nasution, subyek penelitian adalah sumber yang dapat memberikan informasi, dipilih secara purposif dan pelaksanaannya sesuai dengan purpose atau tujuan tertentu.

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Sedangkan tahap pelaksanaan pengumpulan datanya meliputi tiga tahap yaitu tahap orientasi, tahap eksplorasi dan tahap member check.

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model Miles dan Huberman (1984), dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Reduksi data; (b) Display/penyajian data; dan (c) Penarikan kesimpulan/verifikasi.


(31)

81 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Karena, dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti aktivitas sejumlah kelompok manusia yang kaitannya dalam hal perubahan perilaku. Bogdan dan Tylor dalam Lexy J. Moleong (2004: 4) mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai berikut ”Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Sementara itu Nasution (1996:34) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif memiliki tujuan yaitu untuk (1) memperoleh gambaran yang mendalam dan holistik tentang keseluruhan aspek dari subyek yang diteliti, (2) memandang peristiwa secara keseluruhan dalam konteksnya, (3) memahami makna, dan (4) memandang hasil penelitian sebagai spekulatif.

Adapun pendekatan kualitatif mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1. Peneliti sebagai instrumen utama untuk mendatangi secara langsung sumber

data.

2. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih cenderung dalam bentuk kaidah dari pada angka-angka.

3. Menjelaskan bahwa hasil penelitian ini lebih menekankan kepada proses tidak semata-mata pada hasil.


(32)

82

82

4. Mengungkapkan makna sebagai hal yang esensial dari pendekatan kualitatif. Pendekatan yang dilakukan melalui penelitian kualitatif ini didasari oleh adanya suatu upaya untuk mengembangkan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis pembiasaan di SDN Sukarame 01 Desa Sukarame Kecamatan Caringin Kabupaten Garut. Pendekatan kualitatif ini sangat tepat karena tekanan pendekatan kualitatif pada proses bukan pada hasil (Nana Sudjana dan R. Ibrahim, 1989: 189).

Pada hakekatnya pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2004: 4). Dengan penggunaan pendekatan kualitatif dalam memaknai dan menafsirkan data hasil penelitian, maka peneliti dapat memanfaatkan teori-teori yang telah ditemukan sebagai landasan teoritik penelitian ini. Oleh karena itu, diharapkan diperoleh temuan peneliti yang dapat dipertanggungjawabkan.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif analitis dengan studi kasus. Metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, fenomena-fenomena yang sedang terjadi dan berhubungan dengan kondisi masa kini. Metode deskriptif berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya (Besat dalam Sukardi, 2004: 157). Sedangkan metode studi kasus yaitu yaitu uraian dan penjelasan


(33)

83

komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial (Mulyana, 2002: 195). Penelaahannya kepada satu kasus dilakukan secara intensif (Faisal, 1992: 22).

Selanjutnya menurut Lincoln dan Guba (Mulyana, 2002:201) mengemukakan keistimewaan penelitian studi kasus sebagai berikut:

1. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian etnik, yakni menyajikan pandangan subyek yang diteliti.

2. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden.

4. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan kosistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga kepercayaan (trustworthiness).

5. Studi kasus memberikan uraian tebal yang diperlukan bagi penilaian atas transferabilitas.

6. Studi kasus terbuka bagi penelitian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

Metodologi penelitian diperlukan untuk menjawab permasalahan, oleh karena itu dalam metode penelitian ini dibicarakan tentang (a) pendekatan penelitian, (b) lokasi dan obyek penelitian, (c) teknik pengumpulan data, (d) analisis data dan (e) tahap-tahap pelaksanaan penelitian.

Sejalan dengan hal itu Creswell (1994: 12) mengatakan bahwa:

Case study in which the researcher explores s singel entity or phenomenon (“the chase”) bounden by time and activity a programe, event, process, institution, or sosial group and collects detail information by using a variety of data collection procedures during a sustain period of time. (Meriam, 1988, Yin, 1989).

Studi kasus merupakan metode penelitian ilmu sosial yang sangat cocok digunakan manakala peneliti ingin mengungkapkan sesuatu yang bertolak dari


(34)

84

84

pertanyaan “bagaimana” atau “mengapa”. Suryabrata (1983: 22) menjelaskan tentang tujuan penelitian studi kasus adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga atau masyarakat. Robert (2002: 18) mengatakan bahwa studi kasus memiliki ciri-ciri sebagai suatu inkuiri empiris, dimana di dalamnya:

a. Menyelidiki suatu fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, b. Batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas, c. Multi sumber bukti dimanfaatkan.

Sedangkan menurut Iskandar (2009:55) ciri-ciri penelitian kasus atau studi kasus adalah:

a. Penelitian kasus lebih spesifik dan mendalam yang berhubungan dengan proses penelitian.

b. Penelitian ini melalui proses siklus yang ada dalam sampel secara keseluruhan.

c. Besaran sampel terbatas, dalam arti kata pengambilan sampel cenderung sangat ketat.

d. Tidak untuk generalisasi, maksudnya hasil penelitian kasus tidak dapat dipakai untuk kepentingan generalisasi kepada semua populasi. Untuk itu penarikan kesimpulan atau hasil temuan penelitian diambil sangat hati-hati.


(35)

85 B. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan di lakukan di SDN Sukarame 01 Desa Sukarame Kecamatan Caringin Kabupaten Garut. Alasan dan pertimbangan peneliti memilih lokasi di di SDN Sukarame 01 dalam penelitian ini adalah karena SDN Sukarame 01 merupakan sebuah lembaga pendidikan formal yang siswanya paling banyak dan aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler terutama kegiatan ekstrakurikuler pramuka bila dibandingkan dengan sekolah dasar lain yang berada di wilayah Kecamatan Caringin Kabupaten Garut, adanya pembinaan yang sungguh-sungguh terhadap kegiatan ekstrakurikuler dari pihak sekolah, adanya program dan rencana kegiatan ekstrakurikuler, kehadiran pembina yang tepat waktu setiap kegiatan, dan banyaknya prestasi di bidang ekstrakurikuler yang pernah diraih baik di tingkat kecamatan maupun di tingkat kabupaten merupakan alasan penulis memilih lokasi penelitian di sekolah tersebut.

2. Subyek Penelitian

Menurut S. Nasution, subyek penelitian adalah sumber yang dapat memberikan informasi, dipilih secara purposif dan pelaksanaannya sesuai dengan purpose atau tujuan tertentu. Adapun yang menjadi subyek penelitian dalam penelitian di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut adalah siswa-siswi kelas IV, V, VI, dan Guru Pembina Ekstrakurikuler.


(36)

86

86 C. Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dilakukan oleh peneliti melalui empat teknik pengumulan data, yaitu: observasi, wawacara, studi dokumentasi dan studi literatur. Keempat teknik tersebut diharapkan dapat saling melengkapi dalam memperoleh data yang diperlukan. Penjelasan dari beberapa teknik tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

a. Observasi (pengamatan).

Nasution (1982: 123) mengatakan bahwa: “observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakukan manusia seperti terjadi dalam kenyataan”. Sementara Sudjana dan Ibrahin (1989) mengatakan dengan melalui kegiatan yang dilakukannya, bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatan yang dilakukan.

Kegiatan observasi meliputi melakukan pengamatan, pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Pada tahap awal observasi dilakukan secara umum, peneliti mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin. Tahap selanjutnya peneliti melakukan observasi yang terfokus, yaitu mulai menyempitkan data atau informasi yang diperlukan sehingga peneliti dapat menemukan pola-pola perilaku dan hubungan yang terus-menerus terjadi. Jika hal itu sudah diketemukan, maka peneliti dapat menemukan tema-tema yang akan diteliti.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan observasi digunakan untuk mengumpulkan beberapa informasi atau


(37)

87

data yang berhubungan dengan (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu dan perasaan. Salah satu peranan pokok dalam melakukan observasi adalah untuk menemukan interaksi yang kompleks dengan latar belakang sosial yang dialami.

Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Adapun teknik observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.

Pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara berperan serta dan yang tidak berperan serta. pada pengamatan tanpa peran serta, pengamat hanya melakukan satu fungsi, yaitu mengadakan pengamatan (Lexy J. Moleong).

Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik observasi atau pengamatan tanpa peran serta yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan dimana observer atau peneliti tidak terlibat langsung dalam keseharian responden.

Observasi merupakan sarana yang tepat yang dibutuhkan dalam penelitian kualitatif. Keuntungan yang diperoleh melalui observasi adalah pengalaman secara mendalam dimana peneliti berhubungan langsung dengan subyek penelitian. Dari observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti daapt


(38)

88

88

diambil beberapa manfaat sebagaimana dikemukakan oleh M.Q. Patton (1998: 124) bahwa manfaat pengamatan adalah:

1. Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi, jadi ia dapat memperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

2. Pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi konsep-konsep atau pandangan sebelumnya.

3. Penelitian dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang diamati oleh orang lain, khususnya orang yang berada di lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa”, dan karena itu tidak terungkap dalam wawancara.

4. Penelitian dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitive atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga. 5. Peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi responden, sehingga

peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

6. Dalam lapangan peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengematan akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, seperti situasi sosial. Jadi dengan keberadaannya peneliti di lapangan, diharapkan akan memperoleh data yang dapat dijadikan dasar yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun pengamatan, dilakukan secara spontan, dengan cara mengamati apa adanya. Seperti pada saat guru di kelas sedang melakukan kegiatannya.

Setiap kali penulis merumuskan pertanyaan baru berkenaan dengan apa yang dikatakan oleh responden. Tentu saja pertanyaan yang diajukan bergantung kepada tanggapannya tentang ucapan responden serta tujuan penelitiannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peneliti itu kunci atau instrumen utama dalam penelitian kualitatif (penelitian naturalistik).

Hal-hal yang diamati oleh peneliti terdiri dari: a) pelaku, yaitu semua orang yang terlibat dalam situasi, b) kegiatan, yaitu apa yang dilakukan orang


(39)

89

dalam situasi itu, c) perbuatan dan tindakan-tindakan tertentu, d) kejadian atau peristiwa, yaitu rangkaian kegiatan, e) tujuan, apa yang ingin dicapai orang, f) perasaan, emosi yang dirasakan dan dinyatakan.

Catatan sangat penting karena merupakan anak rantai antara pengumpulan data berdasarkan observasi dan wawancara dengan analisis serta pengolahan data dan akhirnya dengan penulisan tesis. Catatan sebenarnya telah dimulai dibuat sebelum masuk lapangan, yaitu sewaktu melakukan observasi awal penelitian.

Macam-macam catatan yang dibuat antara lain: a) catatan lapangan, b) laporan lapangan. Apa yang dicatat dalam buku catatan atau kertas lepas disebut sebagai catatan lapangan. Bila hasil pengamatan diolah menjadi laporan maka itu disebut laporan lapangan yang disusun dengan bantuan catatan lapangan. Catatan dengan sendirinya singkat dan pada karena dilakukan sambil melakukan observasi atau wawancara. Namun walaupun demikian, catatan tersebut sangat penting artinya karena sangat membantu dalam proses pelaporan dan bahan untuk mengingat kembali apa yang sudah dilakukan di lapangan. Catatan lapangan harus segera diolah menjadi laporan karena pengalaman masih segar dalam ingatan sehingga semua yang di dapat dari lapangan dapat dituangkan dalam laporan.

b. Wawancara (Interview)

Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data kualitatif dengan menggunakan instrumen yaitu pedoman wawancara. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan subyek penelitian untuk memperoleh data yang memadai sebagai cross ceks, seorang peneliti dapat menggunakan beberapa teknik wawancara yang sesuai dengan situasi dan kondisi subyek yang terlibat dalam interaksi sosial yang


(40)

90

90

dianggap memiliki pengetahuan, mendalami situasi dan mengetahui informasi untuk mewakili informasi atau data yang dibutuhkan untuk menjawab fokus penelitian.

Menurut Lexy J. Moleong, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan Lincoln dan Guba (1985:266) dalam Lexy J. Moleong (2005:186), antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan. Nasution (1982:131) mengatakan bahwa “wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal untuk memperoleh informasi”.

Dalam menggunakan teknik wawancara ini, keberhasilan dalam mendapatkan data atau informasi dari obyek-obyek yang diteliti sangat bergantung kepada kemampuan peneliti dalam melakukan wawancara. Keunggulan utama wawancara ialah memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah data yang banyak; sebaliknya kelemahannya ialah karena wawancara melibatkan aspek emosi, maka kerjasama yang baik antara pewawancara dan yang diwawancarai sangat diperlukan.

Sedangkan dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara terbuka dan tertutup. Wawancara secara terbuka menurut Moleong (2004) adalah wawancara yang dilakukan dimana subyek yang diwawancarai secara sadar mengetahui kalau dirinya diwawancarai. Wawancara secara tertutup


(41)

91

dilakukan dimana subyek penelitian tidak mengetahui kalau dirinya sedang diwawancarai, peneliti hanya bertanya seolah-olah hanya merupakan percakapan biasa dan santai.

Adapun yang penulis wawancarai adalah Kepala Sekolah, PKS Kurikulum, PKS Kesiswaan, Guru Pembina ekstrakurikuler, siswa dan Dewan Sekolah dengan jumlah responden yang tidak ditentukan jumlahnya, melainkan peneliti terus-menerus melakukan wawancara sepanjang menemukan hal-hal yang baru yang dianggap esensial oleh peneliti.

c. Studi Dokumentasi

Teknik studi dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Menurut Arikunto (2006: 132), teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat dan sebagainya.

Teknik ini merupakan penelaahan terhadap referensi-referensi yang beruhubungan dengan fokus permasalahan penelitian. Dokumen-dokumen yang dimaksud adalah dokumen pribadi, dokumen resmii, referensi-referensi, foto-foto, rekaman kaset. Data ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan jawaban dari fokus permasalahan penelitian. Dengan studi dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh data atau informasi dari berbagai sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan.


(42)

92

92

Dalam penelitian ini, studi dokumentasi diperoleh dari data primer dan sekunder. Sumber data berupa data primer berupa kata-kata atau tindakan yang dapat diperoleh dari situasi alami yang terjadi di lingkungan sekolah, baik dari pimpinan sekolah, para guru, dewan sekolah,maupun dari para siswa. Data sekunder berupa dokumen tertulis dan foto-foto.

Studi dokumenter dilakukan terhadap dokumen-dokumen tertulis misalnya (1) buku catatan kasus, (2) tata tertib sekolah, (3) buku catatan siswa, (4) arsip-arsip lain yang ada di sekolah, terutama yang berhubungan dengan kegiatan ekstrakurikuler di sekoah.

Teknik studi dokumentasi menurut beberapa ahli sebagai suatu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan terhadap beragam bahan tertulis yang berupa buku, jurnal, majalah, dokumen pribadi, dokumen resmi kelembagaan, artikel, surat kabar, majalah dan sejenis lainnya (Bogdan dan Tylor, 1975: 5).

Pemanfaatan dokumen ini sanga berguna untuk memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian dan dapat dijadikan bahan untuk mengecek kesesuaian data, di samping itu dapat digunakan pula catatan lapangan yang sangat diperlukan dalam menjaring data kualitatif.

Dokumentasi ini digunakan tidak hanya berfungsi sebagai data pelengkap dari data yang diperolah melalui sumber data primer, akan tetapi digunakan untuk menjelaskan, menguji, menafsirkan, dan menganalisis data yang berkaitan dengan fokus penelitian.


(43)

93 d. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan peneliti dengan cara merangkum beberapa kejadian yang relevan dengan masalah penelitian. Studi literatur, yaitu untuk memperoleh informasi yang digunakan dalam mengumpulkan data dengan cara membaca dari buku-buku atau media cetak lainnya yaitu tentang pendidikan karakter dan kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan masalah yang dibahas, yaitu pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis pembiasaan.

D. Instrumen Penelitian

Yang menjadi instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, hal ini sesuai dengan pendapat S. Nasution (1992:9) bahwa peneliti adalah key instrument yakni peneliti sendiri yang bertindak sebagai pengamat, untuk mengumpulkan data secara mendalam yang dibantu dengan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan catatan lapangan.

Di samping itu penelitian kualitatif memiliki adaptabilitas yang tinggi sehingga dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian ini. Ia senantiasa dapat memperluas data yang lebih terinci menurut keinginan peneliti.

Peneliti sebagai instrumen peneliti utama dengan ciri-ciri sebagaimana yang dikemukakan S. Nasution (1992:55) sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakan bermakna atau tidak bagi penelitian, tidak ada instrumen lain yang bereaksi dan berinteraksi


(44)

94

94

terhadap demikian banyak faktor dalam situasi yang senantiasa berubah.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus. Tidak ada alat penelitian lain seperti yang digunakan dalam penelitian kualitatif, yang dapat menyesuaikan diri dengan bermacam-macam situasi serupa itu. Suatu tes hanya cocok untuk mengukur variabel tertentu akan tetapi tidak dapat dipakai untuk mengukur macam-macam variabel lainnya. 3. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang

diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesa dengan segera untuk menentukan arah pengamatan untuk mengetes hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan untuk mengetes hipotesis yang timbul seketika.

4. Hanya peneliti sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan dan penolakan.

E. Pengolahan dan Analisis Data

Melakukan analisis berarti melakukan kajian untuk memahami struktur suatu fenomena-fenomena yang berlaku di lapangan. Analisis dilaksanakan dengan melakukan telaah terhadap fenomena atau peristiwa secara keseluruhan, maupun terhadap bagian-bagian yang membentuk fenomena-fenomena tersebut serta hubungan keterkaitannya. Menurut Bogdan dan Taylor (1975:32) menyatakan analis data sebagai proses yang mencari usaha secara formal untuk menentukan tema dan merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan ide itu. Seterusnya Gay (1987:211) “Analysis of data can investigated by comparing responses on one data with responses on other data.” Analisis data dilakukan dengan menguji kesesuaian antara data yang satu dengan data yang lain. Selanjutnya Sujana (1989) menyatakan analisis data kualitatif bertolak dari fakta/informasi di


(45)

95

lapangan. Fakta atau informasi tersebut kemudian diseleksi dan dikembangkan menjadi pertanyaan-pertanyaan yang penuh makna.

Analisis data adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan (Nasution, 1996:126). Selanjutnya, ia menjelaskan menyusun data berarti menggolongkannya dala pola, tema atau kategori. Sementara menurut sogiyono (2005:89) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melaksanakan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Analisis data bermaksud atas nama mengorganisasikan data, data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dankomentas peneliti, gambar foto, dokumen, laporan dan lain-lain, dan pekerjaan analisis data adalah mengatur, mengurutklan, mengelompokkan dan memberikan suatu kode tertentu dan mengkategorikannya, pengelolaan data tersebut bertujuan untuk menentukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif (Moeloeng, 2007:103). Selanjutnya menurut Miles dan Huberman (1986) menyatakan bahwa, analisis data kualitatif tentang mempergunakan kata-kata yang selalu disusun dalam sebuah teks yang diperluas atau dideskripsikan. Pada saat memberikan makna pada data yang dikumpulkan, maka penulis menganalisis dan menginterpretasikan data, karena penelitian bersifat kualitatif, maka analisis data berlangsung mulai awal penelitian sampai penelitian berakhir yang


(46)

96

96

dituangkan dalam laporan penelitian yang dilakukan secara simultan dan terus-menerus. Selanjutnya interpretasi atau penafsiran data dilakukan dengan mengacu kepada rujukan teoritis yang berhubungan atau berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Analisis data dilakukan dalam suatu proses, proses berarti pelaksanaannya sudah dimulai dilakukan sejak pengumpulan data dan dilakukan secara intensif, yakni sesudah meninggalkan lapangan, pekerjaan menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian dan pengerahan tenaga fisik dan pikiran dari peneliti, dan selain analisis data peneliti juga perlu mendalami kepustakaan guna mengkonfirmasikan atau menjustifikasikan teori baru yang barangkali ditemukan.

Dalam penelitian ini, analis data yang dipakai yaitu analis data dari Miles dan Huberman (1992: 16-18). Menurut Miles dan Huberman, terdiri atas tiga jalur kegiatan analisis data secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data/display data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Langkah-langkah analisis data tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Model Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data Secara Interaktif dari Miles dan Huberman

PENYEDIAAN DATA DISPLAY DATA

DATA COLLECTION REDUKSI DATA


(47)

97

Gambar di atas dapat dijelaskan bahwa tiga jenis kegiatan utama pengumpulan data (reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi) merupakan proses siklus dan interaktif. Peneliti harus siap bergerak diantara empat sumbu kumparan itu selama pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

a. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pengumpulan data penelitian, seorang peneliti dapat menemukan kapan saja waktu untuk mendapatkan data yang banyak, apabila peneliti mampu menerapkan metode observasi, wawancara atau dari berbagai dokumen yang berhubungan dengan subyek yang diteliti. Maknanya pada tahap ini, si peneliti harus mampu merekam data lapangan dalam bentuk catatan-catatan lapangan (field note), harus ditafsirkan, atau diseleksi masing-masing data yang relevan dengan fokus masalah yang diteliti.

Reduksi data (data reduction) diartikan sebagai sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data yang diperoleh jumlahnya cukup banyak, sehingga memerlukan pencatatan secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok dan penting.

Selama proses reduksi data peneliti dapat melanjutkan meringkas, mengkode, menemukan tema, reduksi data berlangsung selama penelitian di lapangan sampai pada pelaporan penelitian selesai. Reduksi data merupakan yang menajamkan untuk mengorganisasikan data, dengan demikian kesimpulannya


(48)

98

98

dapat diverifikasi untuk dijadikan temuan penelitian terhadap masalah yang diteliti. Reduksi data ini dilakukan dengan cara mengelompokkan data sesuai dengan aspek-aspek permasalahan penelitian. Dengan cara melakukan pengelompokkan tersebut maka peneliti dapat dengan mudah menentukan unit-unit analisis data penelitiannya.

Adapun langkah-langkah koding data sebagai berikut: Pertama, peneliti menyusun transkrip kata demi kata atau catatan lapangan, memberi kolom kosong di kanan dan di kiri catatan, memungkinkan dilakukan koding. Kedua, peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada baris-baris transkrip. Ketiga, peneliti memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu. Keempat, peneliti menggunakan kode yang sesuai dengan catatan penelitian tersebut. Membaca transkrip untuk mengidentifikasi kemungkinan tema-tema yang muncul. Tema ini dapat dimodifikasi proses pengambilan data berkutnya. Kelima, peneliti melakukan koding untuk memperoleh untuk memperoleh ide umum tentang tema, sekaligus menghindari kesulitan mengambil kesimpulan. Peneliti selalu membawa buku catatan, komputer atau tape recorder untuk mencatat pemikiran-pemikiran analisis yang muncul secara spontan. Ketujuh, peneliti membaca kembali data dan catatan analisis secara teratur, dan segera menuliskan tambahan-tambahan pemikiran, pertanyaan-pertanyaan dan ide tambahan begitu hal itu muncul.

b. Display data

Data yang telah direduksi kemudian disajikan atau ditampilkan (display) dalam bentuk deskripsi sesuai dengan aspek-aspek penelitian. Penyajian data ini


(49)

99

dimaksudkan untuk memudahkan peneliti menafsirkan data dan menarik kesimpulan. Sesuai dengan aspek-aspek penelitian ini, maka data atau informasi yang diperoleh dari lapangan disajikan secara berturut-turut mengenai keadaan aktual lokasi penelitian, dan strategi-strategi pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis pembiasaan di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut.

c. Kesimpulan/verifikasi

Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan pemahaman terhadap data yang telah dikumpulkan. Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, penarikan kesimpulan ini dilakukan dengan cara bertahap. Pertama, menarik kesimpulan sementara atau tentatif, namun seiring dengan bertambahnya data maka harus dilakukan verifikasi data dengan cara mempelajari kembali data yang telah ada. Kedua, verifikasi data juga dilakukan dengan cara meminta pertimbangan dari pihak-pihak lain yang ada keterkaitannya dengan penelitian, yaitu dengan meminta pertimbangan dari guru-guru lain, atau dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari sumber-sumber tertentu dengan sumber-sumber lain. Akhirnya peneliti menarik kesimpulan akhir untuk mengungkapkan temuan-temuan penelitian ini.

F. Keabsahana Temuan Penelitian

Dasar keabsahan adalah jawaban atas pertanyaan, bagaimana peneliti dapat meyakinkan audiens bahwa temuan penelitian memiliki nilai dan kegunaan: argumen apa yang dikemukakan oleh peneliti, kriteria apa yang digunakan dalam


(50)

100

100

penelitian, pertanyaan apa yang dijawab melalui penelitian tersebut. Secara umum, untuk memeriksa keabsahan data dalam penelitian kualitatif (Lincoln dan Guba, 1985: 290), peneliti menggunakan kriteria truth value, applicability, consistency, dan netrality yang sering disebut juga disebut dengan istilah-istilah credibility, transferability, dependability, dan confirinbility. Keempat kriteria ini merupakan atribut-atribut yang membedakan penelitian kualitatif berturut-turut dengan validitas internal, validitas eksternal, reliabilitas, dan objektivitas dalam tradisi atau paradigma penelitian positivistik (Moleong, 1996: 176; Sudjana dan Ibrahim, 1989; Nasution, 1992). Selain itu, penelitian juga melakukan triangulasi dengan melakukan cross-ceheck yang bertujuan untuk pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini, yaitu membandingkan data yang terkumpul dengan cara memeriksa kesesuaian hasil analisis dengan kelengkapan data.

Triangulasi merupakan pengecekan kebenaran data yang dikumpulkan dari suatu sumber berdasarkan kebenarannya dari sumber-sumbe lain. Sesuai dengan konteks penelitian ini, suatu data atau informasi penelitian, dicek kebenarannya dari sumber-sumber lain yang juga terlibat dalam penelitian ini. Selain itu, triangulasi juga dilakukan untuk pengecekan kebenaran informasi atau data penelitian dari berbagai sumber dan/atau teknik pengumpulan data. Misalnya, informasi atau data yang diperoleh melalui teknik wawancara dicek kebenarannya melalui teknik dokumentasi.

Dalam uraian-uraian di bawah ini dijelaskan lebih jauh tentang pengujian keabsahan temuan penelitian.


(51)

101

1. Credibility (derajat kepercayaan – validitas internal)

Kredibilitas adalah suatu ukuran tentang kebenaran data yang dikumpulkan. Tujuannya dalam penelitian kualitatif adalah untuk menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan konsep yang ada pada responden atau narasumber. Kredibitas dalam penelitian kualitatif ini identik dengan validitas internal dalam tradisi penelitian positivistik. Untuk meningkatkan derajat kepercayaan dalam penelitian ini dapat dicapai dengan cara-cara (1) peneliti cukup lama di lapangan; (2) triangulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data dengan cara mengecek atau membandingkan data melalui pemanfaatan sumber-sumber lain; (3) peer debriefing (pembicaraan dengan kolega, termasuk pembicaraan dengan rekan-rekan kuliah yang tidak memiliki kepentingan langsung dengan penelitian yang dilakukan peneliti), dan (4) melakukan member-check

2. Transferability (derajat keteralihan – validitas eksternal)

Suatu temuan peneliti naturalistik berpeluang untuk diterapkan pada konteks lain apabila ada kesamaan karakteristik antara setting penelitian dengan setting penerapan. Lincoln dan Guba (1995:316) menerangkan:

The naturalist cannot specify the exsternal validity of an inquiry, he or she can provide only the thick the description necessary to enable some one interested in making a transfer to reach a conclusion about whether transfer can be conteplated as a possibility.


(52)

102

102

Ini berarti bahwa dalam konteks transferabilitas, permasalahan dalam kemampuan terapan adalah permasalahan bersama antara peneliti dengan pemakai. Dalam hal ini, tugas peneliti adalah mendeskripsikan setting penelitian secara utuh, menyeluruh, lengkap, mendalam dan rinci. Sedangkan tugas pemakai adalah menerapkannya jika terhadap kesamaan antara setting penelitian dengan setting penerapan.

Derajat keteralihan atau transferability ini identik dengan validitas eksternal dalam tradisi penelitian kuantitatif. Transferability yang tinggi dalam penelitian kualitatif dapat dicapai dengan menyajikan deskripsi yang relatif banyak, karena metode ini tidak dapat menetapkan validitas eksternal dalam arti yang tepat. Dalam hal ini, peneliti mencoba mendeskripsikan informasi atau data penelitian secara luas dan mendalam tentang pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis pembiasaan.

3. Dependability (derajat keterandalan)

Dependability (reliabilitas) temuan penelitian ini dapat diuji melalui pengujian proses dan produk (Lincoln dan Guba, 1988:515). Pengujian produk adalah pengujian data, temuan-temuan, interpretasi-interpretasi, rekomdendasi-rekomendasi dan pembuktian kebenarannya bahwa hal itu di dukung oleh data yang diperoleh langsung dari lapangan. Keterandalan dalam penelitian ini identik dengan validitas internal dalam tradisi penelitian kuantitatif. Dalam hal penelitian ini melakukan uji dependability dengan cara menggunakan catatan-catatan tentang seluruh proses dan hasil penelitian.


(53)

103

4. Confirmability (derajat penegasan – objektivitas)

Lincoln dan Guba, (1988:515) menyebutkan bahwa teknik utama menentukan penegasan atau konfirmabilitas adalah melalui audit trial (baik proses maupun produk). Teknik yang lain yaitu triangulasi dan membuat jurnal reperatif sendiri. Dengan audit trial, peneliti dapat mendeteksi catatan-catatan di lapangan sehingga dapat ditelusuri kembali, peneliti juga dapat melakukan triangulasi dengan dosen pembimbing agar diperoleh penafsiran yang akurat.

G. Prosedur Penelitian

Proses pelaksanaan penelitian ini ditempuh dengan beberapa tahap sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan atau penelitian, meliputi tahap penelitian pendahuluan dan tahap penyusunan proposal penelitian, seminar proposal penelitian dan pengurusan surat ijin penelitian pendahuluan untuk melihat permasalahan yang ada di lapangan yaitu melakukan pengamatan terhadap kegiatan ekstrakurikuler dalam rangka pengembangan pendidikan karakter siswa di SDN Sukarame 01 Desa Sukarame Kecamatan Caringin Kabupaten Garut. Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil kajian beberapa literatur, maka peneliti menetapkan permasalahan yang berkaitan dengan pengembangan pendidikan karakter melalui kegaitan ekstrakurikuler berbasis pembiasaan. Selanjutnya permasalahan tersebut dikembangkan melalui pengumpulan bahan-bahan referensi yang berkaitan dengan permasalahan tersebut.


(54)

104

104 b. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan/kegiatan penelitian ini terfokus pada studi lapangan sesungguhnya. Aktifitas di lapangan meliputi kegiatan observasi dan wawancara yang dilakukan kepada informan yaitu kepala sekolah, guru pembina ekstrakurikuler, siswa serta informan yang lainnya dalam rangka menghasilkan data yang sesui dan diharapkan dalam penelitian ini. Tahap ini di awali dengan pengumpulan informasi dan memusatkan perhatian terhadap masalah yang diteliti yaitu melaksanakan penelitian tentang pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis pembiasaan.

c. Tahap penyelesaian

Tahap penyelesaian adalah penyusunan kerangka laporan hasil penelitian berdasarkan hasil hasil analisis data yang telah dibahas dan disimpulkan. Pada tahap ini peneliti mengadakan penyaringan terhadap kesimpulan sementara yang dilakukan sebelumnya. Selanjutnya menyusun konsep atau draft laporan, mendiskusikannya dengan subyek penelitian untuk penyempurnaan. Setelah itu dikonsultasikan kepada Pembimbing I dan Pembimbing II untuk mendapatkan saran, koreksi dan masukan untuk penyempurnaan laporan.

Menentukan prosedur pengumpulan data, langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Membuat instrumen atau alat pengumpul data seperti observasi terhadap guru dan siswa serta wawancara dengan kepala sekolah mengenai pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis pembiasaan.


(1)

167

DAFTAR PUSTAKA

Aswandi, (2010) Membangun Bangsa Melalui Pendidikan Berbasis Karakter, dalam Jurnal Pendidikan Karakter, Publikasi Ilmiah Pendidikan Umum dan Nilai, Vol. 2 No. 2 Juli 2010.

Agustian, A.G. (2007). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ), The ESQ Way 165: 1 Ihsan, 6 Rukun Iman, dan 5 Rukun Islam, Jakarta: Agra Publishing.

Beck, C.M., Critender, BS, and Sullivan, E.V. (1981), Moral Education: Interdisiplinary Approach, University of Toronto Press.

Bogdan, R.C. & Biklen, S.K. (1990). Riset Kualitatif untuk Pendidikan: Pengantar ke Teori dan Metode. Alih bahasa oleh Munandir dari judul Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Jakarta: PAU PPAI Universitas Terbuka.

Budimansyah, Dasim dan Suryadi, Karim. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Prodi PKn SPS UPI.

Budimansyah, Dasim. (2009). Membangun Karakter Bangsa di Tengah Arus Globalisasi dan Gerakan Demokratisasi. Pidato Pengukuhan sebagai Guru Besar dalam bidang Sosiologi Kewarganegaraan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Budimansyah, Dasim (2009). Inovasi Pembelajaran Project Citizen. Prodi PKn

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.

Budimansyah dkk (2010). Model Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Penguatan PKn, Layanan Bimbingan Konseling dan KKN Tematik di Universitas Pendidikan Indonesia.

Budimansyah,Dasim (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Presss..

Cogan, J.J. dan Derricott, R. (1998). Citizenship for the 21st Century and International Persepektive on Education. London: Cogan, Page

Cresswell, John. (1994) Research Design Qualitaitve and Quantitative approach,USA. STAGE Publication inc.


(2)

168

Cresswell, J.W. (1998). Qualitatif Inquiry and Research Design: Choosing Among five Traditions. London: SAGE Publication.

Depdikbud. (1998) Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Sebagai Salah Satu Jalur Pembinaan Kesiswaan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Dirjen Dikdasmen.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kurikulum 2004: Kompetensi Standar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Depdiknas Republik Indonesia

Djahiri, Ahmad Kosasih (1995). Dasar-Dasar Umum Metodologi dan Pengajaran Nilai-Moral PVCT. Bandung. Laboratorium PMP IKIP Bandung

Faisal, Sanafiah. (1988). Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Gunawan, H.A. (1996). Administrasi Sekolah, Administrasi Pendidikan Mikro. Jakarta: Rineka Cipta.

Hadiyanto. (2000). Manajemen Peserta Didik. Padang: Universitas Negeri Padang.

Hasibuan,J.J. dan Moedjiono. (2008). Proses Belajar Mengajar. Bandung; Remaja Rosdakarya.

Hamalik, Oe. (2005) Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Hopkins, D. (1993). A Teachers guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University Press.

Kalidjernih, FK 2010, Kamus Studi Kewarganegaraan Perspektif Sosiologis Dan Politis, Widya Aksara Press, Bandung.

Kardiman, Yuyus (2008). Membangun Kembali Karakter Bangsa Melalui Situs-Situs Kewarganegaraan (Studi Fenomenologi terhadap Pelatihan Manajemen Qalbu, Pelatihan Emotional Spiritual Quotient, dan Majelis Taklim di Bandung). Tesis Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0416/U/1984 tentang Pendidikan Pendahuluan Bela Negara Yang Diselenggarakan Sekolah.


(3)

169

Kerr, D. (1999). Citizenship Education an International Comparison, London: National Foundation for Education Research-NFER/

Kerlinger, F.N. (2000). Asas-asas Penelitian Behavioral, Penerjemah Landung R. Simatupang. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.

Koesoema A, Doni (2007). Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasiondo.

Kwarnas (2006). Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pendahulun Bela Negara dalam Gerakan Pramuka.

Latif, Yudi (2010). Pendidikan Karakter Menuju Keunggulan Bangsa, Makalah. Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Karakter Sebagai Paradigma Baru Dalam Pembentukan Manusia Berkualitas di Unimed pada Tanggal 9 Mei 2010.

Lickona T, (1992), Educating for Character: How our Schools Can Teach Respect and Responsibility, USA: A. Bantam Book.

Lincoln, Y.S. dan Guba, E.G. (1985). Naturalistic Inquiry. Baverly Hills: Sage Publications.

Lubis, Yusnawan. (2009). Pengruh Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Tingkat Kesadaran Berkonstitusi Warga Negara Muda. Tesis Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.

Lutan, Rusli. (1986). Buku Materi Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar Intrakurikuler, Kokurikuler dan Ekstrakurikuler. Jakarta: Depdikbud.

Martianto,H,D. (2002), Pendidikan Karakter : Paradigma Baru Dalam Pembentukan Manusia Berkualitas (Character Education: New Paradigma to Human Capacity Building). (Online). Tersedia: email:tutimartianto@yahoo.com

Megawangi, Ratna (2004) Pendidikan Karakter Solusi Yang Tepat Untuk Membangun Bangsa

Miles, M.B. dan Huberman, M.A. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moleong, Lexy J. (1998). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Depdikbud P2LPTK.


(4)

170

Moleong, Lexy J (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moktar, Brilian. (2010). Pendidikan Karakter adalah Sebuah Keharusan, Makalah. Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Karakter Sebagai Paradigma Baru dalam Pembentukan Manusia Berkualitas di Unimed pada Tanggal 9 Mei 2010.

Mulyana, D. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Munandar, U. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Siswa di Sekolah. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

Muslich, Masnur. (2011). Pendidikan Karakter, Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara.

___________ (2002). Kreativitas dan Keberbakatan; Strategi mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Cetakan ke 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Nasution, S. (1982) Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bina Aksara

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT. Tarsito.

NCCS (1972), Curriculum Standards for Social Studies: Expectation of Excellence, Washington DC.

Oteng, S. (1993). Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritika untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.

Palang Merah Remaja, Pedoman Pelaksanaan Palang Merah Remaja.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Prayitno dan Manullang, Belferik. (2010). Pendidikan Karakter Dalam Pembangunan Bangsa. Medan: Pascasarjana Unimed.

Rajasa, Hatta M. (2007). Memaknai Kemerdekaan dari perspektif Pembinaan Karakter.

http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=


(5)

171

Sagala, S. (2009). Makna dan Konsep Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta. Sahertian, A.Piet. (1985). Dimensi Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha

Nasional.

Sanusi, A. (1998) Pendidikan Alternatif: Menyentuh Azas Dasar Persoalan Pendidikan dan Kemasyarakatan, Bandung: PT. Grafindo Media Pratama. Sapriya (2007). Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Karakter Menurut Para A hli. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Sapriya (2007). Perspektif Pemikiran Pakar Tentang Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pembangunan Karakter Bangsa: Sebuah Kajian Konseptual Filosofis PKn Dalam Konteks Pendidikan IPS. Disertasi Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.

Soemantri N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Rosda Karya

Simon, S.B. How, L.W. and Kirchenbaunm H (1972) Values Clarification, New York: Hart Publishing Co.

Suryadi, Karim dan Budimansyah, Dasim. (2008). PKN dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI

Suryosubroto. (1997). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Taniredja, Tukiran, dkk. (2011). Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta

Wahjosumiodjo. (2008). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Winataputra, U.S. (2005) Konsep dan Strategi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi: Tinjauan Psiko-Pedagogis dan Sosioandragogis, Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi (Bahan SUSCADOS Dikwar)

Winataputra, Udin. (2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Sistematik Pendidikan Demokrasi. Disertasi. Tidak diterbitkan. PPS UPI


(6)

172

Winataputra, Udin dan Budimansyah, Dasim. (2007). Civic Edcation; Konteks, Landasan, Bahan Ajar, dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI

Wuryan S. dan Syaifullah (2008). Ilmu Kewarganegaraan. Laboratorium PKn. Universitas Pendidikan Indonesia.


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN PEMBIASAAN DI SDN GEDEG MOJOKERTO

0 14 26

ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER SISWA PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KARAWITAN DI SDN PURWANTORO 1 MALANG

7 28 24

PELAKSANAAN PENDIDIKAN NILAI KEBANGSAAN MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEPRAMUKAAN Pelaksanaan Pendidikan Nilai Kebangsaan Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Kepramukaan (Studi Kasus di SD Negeri 01 Blulukan Tahun Pelajaran 2014/2015).

0 3 12

PELAKSANAAN PENDIDIKAN NILAI KEBANGSAAN MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEPRAMUKAAN Pelaksanaan Pendidikan Nilai Kebangsaan Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Kepramukaan (Studi Kasus di SD Negeri 01 Blulukan Tahun Pelajaran 2014/2015).

0 3 15

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEROHANIAN ISLAM (ROHIS) Implementasi Pendidikan Karakter Religius Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Kerohanian Islam (ROHIS) (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Baturetno Kabupaten Wonog

0 4 20

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEROHANIAN ISLAM (ROHIS) Implementasi Pendidikan Karakter Religius Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Kerohanian Islam (ROHIS) (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Baturetno Kabupaten Wonog

0 1 16

PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA SD MELALUI EKSTRAKURIKULER TARI REOG PONOROGO Pendidikan Karakter pada Siswa SD melalui Ekstrakurikuler Tari Reog Ponorogo (Studi Kasus Kegiatan Ekstra Tari di SDN Duwet Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri Tahun Pelaj

1 1 16

PENDAHULUAN Pendidikan Karakter pada Siswa SD melalui Ekstrakurikuler Tari Reog Ponorogo (Studi Kasus Kegiatan Ekstra Tari di SDN Duwet Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012).

1 1 7

PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA SD MELALUI EKSTRAKURIKULER TARI REOG PONOROGO Pendidikan Karakter pada Siswa SD melalui Ekstrakurikuler Tari Reog Ponorogo (Studi Kasus Kegiatan Ekstra Tari di SDN Duwet Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri Tahun Pelaj

0 0 17

PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI DI SDN LEMPUYANGAN 1 KOTA YOGYAKARTA.

1 3 343