PENGARUH INTERNET SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PKN TERHADAP KREATIVITAS PESERTA DIDIK SMA NEGERI DI KOTA BANDUNG.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian ... 11

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 13

F. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ... 18

G. Kerangka Pemikiran ... 20

H. Metodologi Penelitian ... 21

I. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 21

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Tinjauan tentang Pendidikan Kewarganegaraan ... 23

1. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia ... 23

2. Pengertian dan Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ... 30

3. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 33

4. Komponen dan Prinsip Dasar Pembelajaran PKn ... 35

B. Tinjauan tentang Media Pembelajaran ... 39

1. Definisi Media Pembelajaran ... 38

2. Fungsi Media Pembelajaran sebagai Sumber Belajar ... 41

3. Pemanfaatan Internet dalam Pembelajaran ... 45

C. Tinjauan tentang Internet ... 48

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Internet... 48

2. Pengaruh Internet ... 51

3. Motif Penggunaan Internet ... 53

a. Teori Motivasi ... 53

b. Teori Uses and Gratification ... 54

D. Kreativitas ... 55

1. Definisi Kreativitas ... 55

2. Ciri-Ciri Aspek Kognitif Kreativitas ... 57

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas ... 61

4. Hambatan Kreativitas ... 63


(2)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 69

B. Prosedur Penelitian... 70

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 71

1. Populasi ... 71

2. Sampel ... 72

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 74

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 77

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 81

G. Uji Hipotesis ... 84

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian……… 87

1. Hasil Analisis Data Deskriptif ... 87

2. Hasil Pengujian Hipotesis ... 104

3. Interpretasi Hasil Analisis Korelasi ... 124

B. Pembahasan Hasil Penelitian………... 127

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ...154

B. Rekomendasi ...157 DAFTAR PUSTAKA


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Teknik Pengambilan Sampel ... 73

Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian ... 75

Tabel 3.3 Standar Penelitian Validitas dan Reliabilitas ... 80

Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Realiabilitas ... 81

Tabel 3.5 Interprestasi terhadap Koefisien Korelasi ... 85

Tabel 4.22 Hasil Deskriptif Variabel X... 93

Tabel 4.31 Hasil Deskriptif Variabel Y1 ... 96

Tabel 4.42 Hasil Deskriptif Variabel Y2 ... 98

Tabel 4.49 Hasil Deskriptif Variabel Y3 ... 100

Tabel 4.61 Hasil Deskriptif Variabel Y4 ... 103

Tabel 4.62 Uji Kolgomorov-Smirnov ... 104

Tabel 4.63 Hasil Uji Linearitas X dengan Y1 ... 105

Tabel 4.64 Hasil Uji Linearitas X dengan Y2 ... 105

Tabel 4.65 Hasil Uji Linearitas X dengan Y3 ... 106

Tabel 4.66 Hasil Uji Linearitas X dengan Y4 ... 107

Tabel 4.76 Rangkuman Hasil Uji Linearitas ... 107

Tabel 4.77 Persamaan Regresi X atas Y1 ... 108

Tabel 4.78 Uji Keberartian Pers. Regresi X dan Y1 ... 109

Tabel 4.79 Korelasi antara X dan Y1 ... 109

Tabel 4.80 Koefisien Determinasi antara X dan Y1 ... 110

Tabel 4.81 Persamaan Regresi X atas Y2 ... 111

Tabel 4.82 Uji Keberartian Pers. Regresi X dan Y2 ... 112

Tabel 4.83 Korelasi antara X dan Y2 ... 113

Tabel 4.84 Koefisien Determinasi antara X dan Y2 ... 113

Tabel 4.85 Persamaan Regresi X atas Y3 ... 115

Tabel 4.86 Uji Keberartian Pers. Regresi X dan Y3 ... 115

Tabel 4.87 Korelasi antara X dan Y3 ... 116

Tabel 4.88 Koefisien Determinasi antara X dan Y3 ... 117


(4)

Tabel 4.90 Uji Keberartian Pers. Regresi X dan Y4 ... 119

Tabel 4.91 Korelasi antara X dan Y4 ... 119

Tabel 4.92 Koefisien Determinasi antara X dan Y4 ... 120

Tabel 4.93 Persamaan Regresi X atas Y ... 121

Tabel 4.94 Uji Keberartian Pers. Regresi X dan Y4 ... 122

Tabel 4.95 Korelasi antara X dan Y4 ... 123

Tabel 4.96 Koefisien Determinasi antara X dan Y4 ... 123


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Hubungan Antar Variabel Penelitian ... 13

Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran ... 20

Gambar 3.1 Alur Prosedur Penelitian ... 71


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, salah satunya adalah agar peserta didik memiliki kemampuan dalam berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan serta berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Namun dengan berkembangnya teknologi saat ini, peserta didik cenderung mengarah pada dampak buruk dari kemudahan teknologi yang dapat menghambat kreativitas dan tanggung jawab peserta didik.

Hal ini dapat dibuktikan melalui penggunaan internet sebagai media pembelajaran di sekolah, peserta didik kecanduan dalam penggunaan jejaring sosial, kecanduan game online, penyalahgunaan dalam pencarian situs-situs dewasa hingga sering ditemukan tindakan yang dilakukan oleh peserta didik dalam pengerjaan tugas, yaitu plagiat atau meniru (meng-copy paste) data-data dari internet. Dengan berkembangnya kemajuan teknologi sekarang ini sangat memudahkan peserta didik dalam mencari segala hal dari mulai yang positif hingga hal yang negatif. Salah satunya dalam penggunaan dan pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Tumbuhnya kesadaran terhadap pentingnya pengembangan media pembelajaran di masa yang akan datang harus dapat direalisasikan dalam praktik.


(7)

Disamping memahami penggunaannya, para gurupun patut berupaya untuk mengembangkan keterampilan “membuat sendiri” media yang menarik, murah, dan efisien, dengan tidak menolak kemungkinan pemanfaatan alat modern yang sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Technology is the second global trend area which receives a great deal of attention in the media. Technological change has affected nearly every activity in which people are engaged on a daily basis, eg, in the workplace, the home, at school, at leisure; yet it is probably the computer and electronics revolutions which have most noticeably touched our lives directly. People are increasingly ‘online’ to the entire world with instant acces to so much information we don’teven know where to begin to sort it all out (Cogan, 1998:8).

Cogan (1998:8) menegaskan bahwa teknologi adalah area tren global kedua yang menerima banyak perhatian di media dan menjadi unsur yang menentukan keberadaan globalisasi. Hal tersebut terbukti seperti apa yang dikatakan oleh Friedman dalam Wolf (2007:19), bahwa revolusi teknologi yang tak terbantahkan yaitu peningkatan luar biasa kapasitas untuk berkomunikasi dan mengakses informasi yang disimbolkan oleh telepon genggam dan internet.

Media internet berkembang begitu pesat dengan menyajikan jaringan global komputer dunia, besar dan sangat luas sekali dimana setiap komputer saling terhubung satu sama lainnya dari negara ke negara lainnya di seluruh dunia dan berisi berbagai macam informasi, mulai dari teks, gambar, audio, video, dan lainnya sehingga mampu mempengaruhi penggunanya. Tetapi, dari berbagai macam variasi jaringan global komputer dunia, besar dan sangat luas itu, apakah media internet dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran bagi guru khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Internet memberikan banyak sekali dampak. Baik bila digunakan untuk pembelajaran


(8)

informasi dan buruk bila digunakan untuk hal yang berbau pornografi, informasi kekerasan, dan lain-lainnya yang negatif. Pengertian Internet (inter-network) dapat diartikan jaringan komputer luas yang menghubungkan pemakai komputer satu komputer dengan komputer lainnya dan dapat berhubungan dengan komputer dari suatu negara ke negara di seluruh dunia. (http://id.wikipedia.org). Dimana di dalamnya terdapat berbagai ragam informasi fasilitas layanan internet browsing

atau surfing yaitu kegiatan “berselancar” di internet. Penafsiran yang sempit mengenai pemanfaatan media internet sebagai media pembelajaran PKn telah melahirkan jalan sesat dan berliku untuk memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Belum apa-apa, di sejumlah daerah telah muncul tanda-tanda keinginan untuk balik haluan ke zaman tradisional. Tidak sedikit guru yang seharusnya menjadi fasilitator pembelajaran PKn tidak mengetahui sama sekali tentang pentingnya pemanfaatan media internet.

Berhasil atau tidaknya perbuatan belajar itu bergantung kepada bermacam-macam faktor. Purwanto (2004:102) membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua golongan, yaitu:

Faktor yang ada di dalam diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual, yang termasuk ke dalam faktor individual seperti faktor kematangan, kecerdasan, latihan motivasi dan faktor pribadi. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial, yang termasuk faktor sosial seperti faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, serta motivasi sosial.

Secara mendasar Bandura dalam Dahar (2002:164) menegaskan bahwa keefektifan perilaku belajar itu dipengaruhi sebagai berikut:


(9)

2. Adanya perhatian dan mengetahui sasaran, peserta didik harus memperhatikan sesuatu.

3. Adanya usaha, peserta didik harus melakukan sesuatu.

4. Adanya evaluasi dan pemantapan hasil, peserta didik harus memperoleh sesuatu.

Di masa lalu, suasana lingkungan belajar khususnya dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan sering dipersepsikan sebagai suatu mata pelajaran yang membosankan, kurang merangsang, dan proses belajarnya berlangsung dengan monoton sehingga peserta didik belajar secara terpaksa karena tidak disenangi. Di lain pihak para guru juga berada dalam suasana lingkungan yang kurang menyenangkan dan seringkali terjebak dalam rutinitas sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan perubahan paradigma (pola pikir) guru dari pola pikir tradisional menuju pola pikir profesional. Apalagi, dengan lahirnya Undang-Undang guru dan dosen menuntut sosok guru yang berkualifikasi, berkompetensi, dan bersertifikasi.

Menyikapi kenyataan tersebut, adalah tugas guru sebagai salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar (PBM) mempunyai kreativitas untuk meramu pembelajaran PKn agar lebih menarik sehingga jauh dari kesan monoton dan membosankan. Guru PKn harus mempunyai sejumlah pengetahuan dan kemampuan luas mengenai cara mengajar yang baik serta harus mendalami pribadi peserta didik sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang mampu mengembangkan dirinya menjadi warga negara yang baik.

Berdasarkan studi pusat informatika yang berjudul Improving The Educational Quality Of Primary Education (Ace Suryadi, 1992: 48), ditemukan bahwa guru yang bermutu memberikan pengaruh yang paling tinggi terhadap


(10)

mutu pendidikan. Dalam studi tersebut, guru yang bermutu diukur dengan empat faktor utama yaitu kemampuan profesional, upaya profesional, kesesuaian waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional dan kesesuaian antara keahlian dengan pekerjaannya. Seperti yang dikemukakan oleh Djahiri (1986: 55) sebagai berikut :

“Bahwa atribut guru profesional ialah memiliki keahlian okupasional/fungsional yang mantap dan tinggi dalam tingkat keteladanannya serta sikap penampilan yang penuh tanggung jawab yang berfokus kepada pola orientasi tugas peran”.

Jadi jelas bahwa selain harus memiliki pengetahuan yang luas, inovasi, dan kreativitas yang tinggi dalam pembelajaran moral, seorang guru juga harus memiliki kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (Pasal 10 UU No. 14 Tahun 2005).

Keprofesionalan seorang guru dibuktikan melalui bagaimana cara mengajar dan mendidik peserta didik dengan baik sehingga ada kenyamanan dalam diri peserta didik yang dapat menumbuhkan daya kreativitas. Saat ini kreativitas dibutuhkan oleh para peserta didik untuk menghadapi era yang akan datang karena persaingan dalam berbagai hal akan sangat berat dan jika membiasakan diri untuk berpikir kreatif maka akan terbiasa untuk keadaan yang menuntut untuk berpikir lebih keras lagi. Karena dengan berpikir kreatif dapat melakukan suatu hal dengan lebih baik atau bahkan mendapatkan hal yang baru dengan berpikir kreatif.


(11)

Dalam Pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan, ”Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab” (Undang-Undang Sisdiknas, Asa Mandiri 2006: 53)

Dengan demikian apa yang diharapkan dalam tujuan pendidikan tersebut selain kreatif, mandiri cakap dan berilmu dan sehat yang paling mendasar adalah memiliki akhlak mulia, bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa dan bertanggung jawab. Harapan ideal tersebut dapat dicapai bila salah satu faktor yang pentingnya mendapat perhatian yaitu bila peserta didik dapat selalu beripikir kreatif dan memiliki rasa tanggung jawab.

Menurut Guilford (dalam Munandar, 2009) yang melihat kreativitas sebagai suatu cara berpikir. Guilford memerkenalkan dua macam cara berpikir yang disebut konvergen dan divergen. Cara berpikir konvergen mencari satu cara yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah, disebut juga cara berpikir analitis dan kritis. Cara berpikir divergen memerlakukan berbagai alternatif pemecahan masalah dengan sikap yang sama, atau berpikir dengan cara di luar kebiasaan umum. Secara lebih spesifik, cara berpikir divergen melibatkan kemampuan-kemampuan intelektual tertentu, yang oleh Guilford diuraikan menjadi empat:


(12)

1) Kelancaran (fluency), ialah kemampuan untuk menghasilkan gagasan yang banyak.

2) Kelenturan (flexibility), yaitu kemampuan untuk memberikan gagasan dari kategori yang beragam atau melihat sesuatu dari beragam sudut pandang. 3) Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan untuk memerinci suatu

gagasan pokok ke dalam gagasan-gagasan yang lebih kecil.

4) Keaslian (originality), atau berpikir secara tidak lazim (unusual thinking), yakni berpikir mengenai sesuatu yang belum dipikirkan orang atau tidak sama dengan pemikiran orang-orang pada umumnya.

Cara berpikir divergen inilah yang kemudian dijadikan sinonim dari kreativitas. Misalnya, Munandar (2002) menyatakan, “Kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memerkaya, memerinci) suatu gagasan.”

Kreativitas tidak datang dengan sendirinya dan diperlukan pendukung lainnya untuk menghasilkan suatu kreativitas, salah satunya adalah teknologi, dimana saat ini banyak hal yang dapat dilakukan dengan bantuan teknologi dan teknologi internetlah yang dianggap cocok untuk mendukung hal tersebut. Oleh karena itu banyak sekali sekolah-sekolah yang menggunakan teknologi komputer bertujuan untuk meningkatkan kualitas peserta didik di sekolah tersebut. Namun seiring berkembangnya kemajuan teknologi maka semakin mudah dalam mengakses segala hal dari media internet tersebut.

Dari banyak kemudahan tersebut, kreativitas peserta didik tergantung pada penggunaan dan pemanfaatan dari kemudahan teknologi internet. Salah satu manfaat dari kemudahan internet, peserta didik banyak mencari tahu tentang segala hal yang positif hingga dapat menciptakan suatu hal yang baru dari internet


(13)

tersebut. Sedangkan salah satu dampak buruk dari penggunaan internet, peserta didik dapat pula mencari tahu dan menjelajah segala hal-hal yang negatif.

Berkaitan dengan hal tersebut, sekolah sebagai sebuah lembaga yang memiliki fokus terutama pada pengembangan intelektual dan moral bagi peserta didiknya melalui mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dipandang perlu untuk dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang tengah berubah di era global. Berbagai tuntutan diharapkan menjadikan peserta didik sebagai seseorang yang mampu meningkatkan kreativitas sesuai dengan moral dan intelektual yang baik sehingga menjadi smart and good citizen. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan kewarganegaraan yang dikemukakan oleh Djahiri yaitu,

Di manapun dan kapanpun sama/mirip, ialah program dan rekayasa pendidikan untuk membina dan membelajarakan anak didik menjadi warga Negara yang baik, iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki nasionalisme (rasa kebangsaan) yang kuat/mantap, sadar dan mampu membina serta melaksanakan hak dan kewajiban dirinya sebagai manusia, warga masyarakat, bangsa dan negaranya, taat asas/ketentuan (rule of law), demokratis dan partisipasi aktif-kreatif-positif dalam kebhinekaan kehidupan masyarakat-bangsa-negara madani (civil society) yang menjunjung tinggi hak asasi manusia serta kehidupan yang terbuka-mendunia (global) dan modern tanpa melupakan jati dirinya”. (CICED, 1999: 58)

Hasil riset terdahulu yang dilakukan oleh Meita Purnamasari (2010) mengenai pengaruh terpaan media internet terhadap karakter peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Karakter peserta didik dipengaruhi terpaan media internet. (2) Intensitas penggunaan media internet berpengaruh terhadap karakter berkenaan dengan konsep diri. (3) Terpaan media internet dengan motif kesenangan berpengaruh terhadap karakter. (4) Terpaan media internet melalui


(14)

motif edukatif berpengaruh terhadap karakter. (5) Intensitas penggunaan dengan motif kesenangan dan edukatif yang terarah akan menghasilkan aktivitas produktif, kreatif dan berpengaruh terhadap karakter peserta didik.

Selain itu juga, terdapat hasil riset yang dilakukan oleh Anjani Suprapti (2008) tentang peranan pembelajaran PKn dalam meningkatkan kreativitas belajar peserta didik untuk membentuk warga negara yang cerdas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kreativitas belajar peserta didik lebih meningkat dalam menggunakan metode diskusi dengan menggunakan media benda. Peningkatan kreativitas belajar peserta didik dapat meningkatkan kecerdasan peserta didik.

Berdasarkan kenyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa media internet sangat berpengaruh pada moral, intelektual, karakter serta kreativitas peserta didik sehingga menjadi agent of change dalam pembangunan mental dan karakter bangsa. Dasar pemikiran itulah, penelitian ini penting agar dihasilkan suatu informasi atau gambaran mengenai pengaruh media internet sebagai media pembelajaran bagi kalangan institusi pendidik, peserta didik ataupun orang tua sehingga dapat digunakan sebagai kontribusi untuk membuat suatu kebijakan dalam menggunakan media internet yang mengarah pada peningkatan kreativitas peserta didik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana pengaruh media internet sebagai


(15)

media pembelajaran PKn terhadap peningkatan kreativitas peserta didik di sekolah?”

Berdasarkan rumusan masalah di atas, pertanyaan penelitian yang muncul dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan internet sebagai media pembelajaran PKn terhadap kemampuan berpikir lancar (fluency) peserta didik di sekolah?

2. Apakah terdapat pengaruh penggunaan internet sebagai media pembelajaran PKn terhadap kemampuan berpikir luwes (flexibility) peserta didik di sekolah?

3. Apakah terdapat pengaruh penggunaan internet sebagai media pembelajaran PKn terhadap kemampuan berpikir orisinil/keaslian (originality) peserta didik di sekolah?

4. Apakah terdapat pengaruh penggunaan internet sebagai media pembelajaran PKn terhadap kemampuan berpikir elaborasi (elaboration) peserta didik di sekolah?

5. Apakah terdapat pengaruh penggunaan internet sebagai media pembelajaran PKn terhadap kreativitas (berpikir lancar, luwes, keaslian dan elaborasi secara bersama) peserta didik di sekolah?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menggali, mengkaji, dan mengorganisasikan informasi teoretik dan empirik tentang pemanfaatan media


(16)

internet sebagai media internet terhadap kreativitas peserta didik di sekolah. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui adanya pengaruh media internet sebagai media pembelajaran PKn terhadap kemampuan berpikir lancar (fluency) peserta didik di sekolah.

2. Mengetahui adanya pengaruh media internet sebagai media pembelajaran PKn terhadap kemampuan berpikir luwes (flexibility) peserta didik di sekolah

3. Mengetahui adanya pengaruh media internet sebagai media pembelajaran PKn terhadap kemampuan berpikir orisinil/keaslian (originality) peserta didik di sekolah.

4. Mengetahui adanya pengaruh media internet sebagai media pembelajaran PKn terhadap kemampuan berpikir memerinci/elaborasi (elaboration) peserta didik di sekolah.

5. Mengetahui adanya pengaruh penggunaan internet sebagai media pembelajaran PKn terhadap kreativitas (berpikir lancar, luwes, keaslian dan elaborasi secara bersama) peserta didik di sekolah.

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoretis dan praktis untuk peningkatan kreativitas peserta didik dan proses pembelajaran PKn melalui media pembelajaran internet.


(17)

1. Teoretis

Memberikan konstribusi dan pengaruh yang positif dan berguna bagi kepentingan akademis dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan terutama di era globalisasi.

2. Praktis

a. Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kreativitas, menggali dan memunculkan potensi peserta didik, sehingga potensi peserta didik dapat menjadi bibit unggul untuk kehidupan di masa yang akan datang bagi masyarakat, bangsa dan negara.

b. Bagi guru, temuan-temuan penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesionalisme dalam menyelenggarakan proses pembelajaran PKn baik di dalam maupun di luar kelas.

c. Bagi sekolah, temuan-temuan penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk memperbaiki mutu pengajaran PKn.

d. Bagi para praktisi pendidikan atau komunitas akademik, temuan-temuan penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan kreativitas peserta didik melalui pemanfaatan media internet sebagai media pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.


(18)

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah internet sebagai media pembelajaran PKn, sedangkan variabel terikat (Y) yaitu kreativitas peserta didik. Sesuai perumusan masalah dan pertanyaan penelitian, pola hubungan antar variabel penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Gambar 1.1

Pola Hubungan antar Variabel Penelitian

2. Definisi Operasional

a. Internet sebagai Media Pembelajaran

Penggunaan Internet untuk keperluan pendidikan yang semakin meluas terutama di negara-negara maju, merupakan fakta yang menunjukkan bahwa dengan media ini memang dimungkinkan diselenggarakannya proses belajar mengajar yang lebih efektif. Hal itu terjadi karena dengan sifat dan karakteristik

X

(Internet sbg Media Pembelajaran) Y1 (Kelancaran/Fluency) Y2 (Keluwesan/Flexibility) Y3 (Keaslian/Originality) Y4 (Elaborasi (Elaboration) (Y) K R E A T I V I T A S


(19)

Internet yang cukup khas, sehingga diharapkan bisa digunakan sebagai media pembelajaran sebagaimana media lain telah dipergunakan sebelumnya seperti radio, televisi, CD-ROM Interkatif dan lain-lain. Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses belajar mengajar di sekolah, internet harus mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara guru dengan peserta didik sebagaimana yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran.

Strategi pembelajaran yang meliputi pengajaran, diskusi, membaca, penugasan, presentasi dan evaluasi, secara umum keterlaksanaannya tergantung dari satu atau lebih dari tiga mode dasar dialog/komunikasi sebagai berikut (Boettcher1999):

a) dialog/komunikasi antara guru dengan peserta didik;

b) dialog/komunikasi antara peserta didik dengan sumber belajar; c) dialog/komunikasi di antara peserta didik.

Apabila ketiga aspek tersebut bisa diselenggarakan dengan komposisi yang serasi, maka diharapkan akan terjadi proses pembelajaran yang optimal. Para pakar pendidikan menyatakan bahwa keberhasilan pencapaian tujuan dari pembelajaran sangat ditentukan oleh keseimbangan antara ketiga aspek tersebut (Pelikan, 1992). Kemudian dinyatakan pula bahwa perancangan suatu pembelajaran dengan mengutamakan keseimbangan antara ketiga dialog/komunikasi tersebut sangat penting pada lingkungan pembelajaran berbasis Web (Bottcher, 1995).


(20)

Internet merupakan media yang bersifat multi-rupa, pada satu sisi Internet bisa digunakan-untuk berkomunikasi secara interpersonal misalnya dengan menggunakan e-mail dan chat sebagai sarana berkomunikasi antar pribadi ( one-to-one communications), di sisi lain dengan e-mail-pun pengguna bisa melakukan komunikasi dengan lebih dari satu orang atau sekelompok pengguna yang lain (one-to-many communications). Bahkan sebagaimana telah disinggung di bagian depan, internet juga memiliki kemampuan memfasilitasi kegiatan diskusi dan kolaborasi oleh sekelompok orang.

Dengan demikian terlihat bahwa secara nyata internet memang akan bisa digunakan dalam seting pembelajaran di sekolah, karena memiliki karakteristik yang khas yaitu (1) sebagai media interpersonal dan juga sebagai media massa yang memungkinkan terjadinya komunikasi one-to-one maupun one-to-many, (2) memiliki sifat interkatif, dan (3) memungkinkan terjadinya komunikasi secara sinkron (syncronous) maupun tertunda (asyncronous), sehingga memungkinkan terselenggaranya ketiga jenis dialog/komunikasi yang merupakan syarat terselengaranya suatu proses belajar mengajar. Sebagai dasar untuk memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran dalam seting sekolah, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius agar penyelenggaraan pemanfaatan internet untuk pembelajaran bisa berhasil, yaitu:

a) Faktor Lingkungan, yang meliputi institusi penyelenggara pendidikan dan masyarakat;

b) Peserta didik atau peserta didik meliputi usia, latar belakang, budaya, penguasaan bahasa dan berbagai gaya belajarnya;


(21)

c) Guru atau pendidik meliputi latar belakang, usia, gaya mengajar, pengalaman dan personalitinya;

d) Faktor teknologi meliputi komputer, perangkat lunak, jaringan, koneksi ke internet dan berbagai kemampuan yang dibutuhkan berkaitan dengan penerapan internet di lingkungan sekolah.

Peranan guru sangat menentukan keberhasilan pemanfaatan internet di sekolah. Dari berbagai pengalaman menunjukkan bahwa inisiatif pemanfaatan internet di sekolah justru banyak yang datang dari guru-guru yang memiliki kesadaran lebih awal tentang potensi internet guna menunjang proses belajar mengajar.

Keberhasilan pembelajaran berbasis internet ini secara signifikan ditentukan oleh karakteristik guru-guru yang akan dilibatkan dalam pemanfaatan internet. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Guru perlu diberikan pemahaman berbagai keuntungan, termasuk kelebihan dan kelemahan penggunaan internet untuk pembelajaran, sehingga mereka memiliki motivasi dan komitmen yang cukup tinggi;

b) Guru, baik nantinya dia akan berperan sebagai pengembang dan pengguna maupun yang diproyeksikan sebagai pengelola sistem pembelajaran berbasis internet, harus dibekali dengan kesadaran, wawasan, pengetahuan dan keterampilan tentang internet;

c) Guru yang akan dilibatkan dalam pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran hendaknya memiliki pengalaman dan kemampuan mengajar yang cukup;

d) Jumlah guru yang akan dilibatkan dalam pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran, hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan dilakukan secara bertahap;

e) Guru harus memiliki komitmen dan keseriusan dalam menangani pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran;

f) Tetap menjaga gaya mengajar tiap-tiap guru karena hal itu akan dicerminkan dalam cara pembelajaran mereka kelak di sistem pembelajaran dengan internet. (http://nayel.multiply.com/journal)


(22)

b. Kreativitas Peserta Didik

Dalam penelitian ini lebih mengacu pada definisi menurut Munandar (1992), kreativitas adalah “kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada”. Guilford (dalam Munandar, 2009) yang melihat kreativitas sebagai suatu cara berpikir. Guilford memerkenalkan dua macam cara berpikir yang disebut konvergen dan divergen. Cara berpikir konvergen mencari satu cara yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah, disebut juga cara berpikir analitis dan kritis. Cara berpikir divergen memerlakukan berbagai alternatif pemecahan masalah dengan sikap yang sama, atau berpikir dengan cara di luar kebiasaan umum. Secara lebih spesifik, cara berpikir divergen melibatkan kemampuan-kemampuan intelektual tertentu, yang oleh Guilford diuraikan menjadi empat:

1) Kelancaran (fluency), ialah kemampuan untuk menghasilkan gagasan yang banyak.

2) Kelenturan (flexibility), yaitu kemampuan untuk memberikan gagasan dari kategori yang beragam atau melihat sesuatu dari beragam sudut pandang. 3) Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan untuk memerinci suatu

gagasan pokok ke dalam gagasan-gagasan yang lebih kecil.

4) Keaslian (originality), atau berpikir secara tidak lazim (unusual thinking), yakni berpikir mengenai sesuatu yang belum dipikirkan orang atau tidak sama dengan pemikiran orang-orang pada umumnya.

Kreativitas merupakan proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada. Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran kreatif (kadang disebut pemikiran divergen) biasanya dianggap memiliki keaslian dan


(23)

kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari kreativitas adalah tindakan membuat sesuatu yang baru.

Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif menurut Munandar (1992), yaitu 1. Dorongan ingin tahu besar;

2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik;

3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah; 4. Bebas dalam menyatakan pendapat;

5. Mempunyai rasa keindahan;

6. Menonjol dalam salah satu bidang seni;

7. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain;

8. Rasa humor tinggi; 9. Daya imajinasi kuat;

10.Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya; dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal, yang jarang diperlihatkan anak-anak lain);

11.Dapat bekerja sendiri;

12.Senang mencoba hal-hal baru;

13.Kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).

Dari uraian mengenai ciri-ciri kreativitas diatas maka dapat dipahami bahwa seseorang dikatakan kreatif apabila dalam interaksinya dengan lingkungan ciri-ciri dari kreativitas mendominasi dalam aktivitas kehidupannya, dan melakukan segalanya dengan cara-cara yang unik.

F. Asumsi dan Hipotesis Penelitian a. Asumsi Penelitian

Tinjauan dari sudut pendidikan, media elektronik dan media cetak memiliki pengaruh lebih besar daripada pengaruh pendidikan tradisional yang selama ini dikenal seperti pendidikan dalam keluarga (informal), pendidikan di sekolah (formal), dan pendidikan dalam lembaga masyarakat (nonformal). Media


(24)

baru seperti internet memiliki pengaruh yang sangat signifikan. Dengan semakin sering penggunaan internet maka informasi dan pengetahuan yang di dapat pun semakin banyak. Dengan semakin banyaknya informasi dan pengetahuan yang di dapat dari internet maka proses berpikir untuk memperoleh tindakan kreatif pun semakin terbuka. Karena mencari informasi dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk berpikir adalah salah satu persiapan untuk proses kreativitas (Goleman, 2005). Dalam dunia pendidikan dimana pengetahuan berperan penting sebagai ilmu yang diperoleh peserta didik sebagai bekal hidup mereka baik saat ini ataupun untuk masa depan mereka. Tanpa pengetahuan yang dibutuhkan maka peserta didik akan mengalami hambatan dalam perkembangan pola pikirnya sedangkan dunia terus maju dengan teknologi dan pola pikir-pola pikir yang baru pula. Internet memberikan fasilitas yang dapat membantu peserta didik mem-peroleh informasi dan pengetahuan yang lebih luas sehingga peserta didik dapat lebih kreatif dalam berpikir dan bertindak dalam hidup.

b. Hipotesis Penelitian - Hipotesis Mayor

“Media internet sebagai media pembelajaran PKn berpengaruh signifikan dan positif terhadap kreativitas peserta didik di sekolah”.

- Hipotesis Minor

1. Internet sebagai media pembelajaran PKn mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kemampuan berpikir lancar (fluency) peserta didik di sekolah.


(25)

2. Internet sebagai media pembelajaran PKn mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kemampuan berpikir luwes (flexibility) peserta didik di sekolah.

3. Internet sebagai media pembelajaran PKn mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kemampuan berpikir keaslian (originality) peserta didik di sekolah.

4. Internet sebagai media pembelajaran PKn mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kemampuan berpikir elaborasi (elaboration) peserta didik di sekolah.

G. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. 2 Kerangka Penelitian Input:

Peserta didik SMA Negeri di Kota Bandung

Proses:

Pembelajaran PKn dengan menggunakan media internet

pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas maupun pengerjaan tugas yang bersumber dari internet di

luar sekolah

Output: Peningkatan

kreativitas peserta didik dapat berpikir

lancar, luwes, asli dan merinci. Guru PKn


(26)

H. Metodologi Penelitian

Menurut jenis pendekatan, penelitian ini menggunakan kuantitatif yaitu penelitian yang datanya berupa angka-angka bukan kata-kata walaupun pada akhirnya angka-angka tersebut dianalisis menggunakan kata-kata. Gambaran yang diperoleh tersebut selanjutnya diperhitungkan secara kuantitatif (berdasarkan informasi statistik). Data kuantitatif yang diperoleh, diolah menggunakan SPSS 17.0 (Statistic Package for Social Science) agar diperoleh informasi statistik tentang keterandalan instrument, analisis korelasional, analisis regresi.

Teknik pengumpulan data utama menggunakan teknik kuesioner dengan instrument angket (sumber data primer) didukung dengan observasi dan studi dokumentasi (sumber data sekunder). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada respon untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009: 199). Penelitian ini menggunakan skala (Survey of Study Habits and Attitudes) dari Brown dan Holtzman.

I. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini di wilayah kota Bandung, yang meliputi wilayah Cibeunying, Bojonagara, Karees, Tegalega, Ujungberung dan Gedebage. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, maka populasi dalam penelitian adalah mencakup seluruh SMA Negeri di Kota Bandung. Sedangkan sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Sampel penelitian adalah peserta didik SMA kelas XI


(27)

SMAN 2, 4, 8, 17, 24, dan 25 di Kota Bandung, dengan keseluruhan sampel 260 peserta didik. Sekolah dipilih secara cluster (bertingkat) sehingga diambil sekolah-sekolah yang unggul di setiap wilayah. Pemilihan sampel penelitian dilakukan melalui multistage random sampling yang digabungkan dengan teknik pengambilan sampel juga menggunakan rumus Taro Yamane atau Slovin.


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dengan tujuan penelitiannya untuk mengukur banyak variabel dan membuat kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan mengenai perilaku, pengalaman atau karakteristik dari suatu fenomena. Penelitian ini mengambil sampel dari suatu populasi yang banyak dan tersebar dalam wilayah kota Bandung. Dalam penelitian ini, karena menggunakan data yang tidak mengalami perlakuan khusus dalam pengumpulan data (bersifat alamiah, bukan buatan), maka penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian survey (Sugiyono, 2008:12). Metode survey menurut Sangarimbun dan Effendi (1989:3) adalah: ”Penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok”. Pengertian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Gall (2003:638) bahwa: ”Survey research. The use of questionnaires or interviews to collect data about the characteristics, experiences, knowledge, or opinions of a sample or a population”.

Dengan demikian penelitian ini memiliki karakteristik sebagaimana diungkapkan Singleton and Straits (1999: 239) yaitu: 1) sejumlah besar responden dipilih melalui prosedur sampling probabilitas mewakili populasi. 2) kuesioner sistematik digunakan bertanya sesuatu mengenai responden, dan mencatat


(29)

jawaban-jawaban mereka. 3) jawaban tersebut dikode secara numerik dan dianalisis dengan bantuan teknik statistik.

B. Prosedur Penelitian

Dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang diharapkan, disusun prosedur penelitian dengan sistematika tertentu, sebagai berikut:

1. Perumusan masalah.

2. Pengkajian dan pengembangan teori yang mencakup teori-teori tentang penggunaan internet sebagai media internet dan kreativitas peserta didik. 3. Penyusunan hipotesis.

4. Penyusunan instrumen pengumpulan data sesuai dengan variabel yang telah dirumuskan serta landasan dan kerangka teoritik.

5. Pemilihan unit analisis penelitian, yaitu sejumlah SMA Negeri di kota Bandung. Kemudian dilanjutkan dengan pemilihan subjek/responden penelitian yaitu peserta didik kelas XI SMA Negeri tersebut.

6. Pengumpulan data melalui kuesioner.

7. Pengolahan data dengan cara melakukan verifikasi, pengolahan data statistik, analisis dan interpretasi hasil penelitian.


(30)

Secara grafis, alur penelitian tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Alur Prosedur Penelitian

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI SMA Negeri di Kota Bandung. Adapun alasan populasi tersebut dipilih karena memiliki karakteristik yang terkait dengan tujuan penelitian, yaitu

Berdasarkan data hasil pengamatan dan studi dokumentasi di Dinas Pendidikan Kota Bandung diperoleh data bahwa pada tahun 2010-2011 terdapat 27 SMA Negeri di Kota Bandung.

Perumusan masalah Pengkajian dan

pengembangan teori

Penyusunan hipotesis

Penyusunan instrument penelitian

Pemilihan unit analisis penelitian

Pengumpulan data

Pengolahan data

Perumusan hasil dan kesimpulan penelitian


(31)

2. Sampel

Populasi penelitian ini cukup luas dan tersebar di kota Bandung, oleh karena itu perlu dilakukan pengambilan sampel. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Dalam kondisi demikian, membutuhkan teknik penarikan sampel yang dikenal sebagai acak bertingkat (Multistage random sampling). Teknik ini dipakai pada populasi yang luas dan heterogen (Eriyanto, 2007:141).

Tahapan-tahapan dalam penarikan sampel adalah sebagai berikut.

Tahap 1 Pemilihan Sekolah, Primary Sampling Unit dari survey ini adalah SMA di kota Bandung. Langkah pertama dalam menarik sampel ini adalah memilih SMA secara stratifikasi berdasarkan wilayah meliputi:

1) Wilayah Cibeunying yakni SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 5, SMAN 10, SMAN 14, SMAN 19, SMAN 20 dan SMAN 27.

2) Wilayah Bojonagara yakni SMAN 4, SMAN 6, SMAN 9, SMAN 13, SMAN 15.

3) Wilayah Karees yakni SMAN 7, SMAN 8, SMAN 11, SMAN 12, SMAN 16 DAN SMAN 22.

4) Wilayah Ujung Berung yakni SMAN 23, SMAN 24 dan SMAN 26. 5) Wilayah Tegalega, yakni SMAN 17 dan SMAN 18.

6) Wilayah Gedebage, yakni meliputi SMAN 21 dan SMAN 25.

Dari masing-masing wilayah diambil 1 (satu) SMA negeri berdasarkan

cluster (tingkatan) per wilayah sehingga jumlah seluruh SMA negeri yang menjadi sampel penelitian adalah 6 (enam) SMA Negeri.


(32)

Tahap 2 Pemilihan Kelas, setelah ditemukan 6 (enam) sekolah sebagai PSU, langkah selanjutnya adalah memilih kelas (Secondary Sampling Unit). Di tiap sekolah ada delapan sampai dengan sembilan kelas. Dari jumlah kelas itu akan diambil masing-masing kelas XI SMA Negeri sebanyak 1 kelas, atau nantinya akan dihasilkan 6 kelas. Setiap kelas akan mendapat kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel, oleh karenanya pemilihan responden menggunakan acak (random).

Tahap 3 Pemilihan Responden, langkah selanjutnya adalah memilih peserta didik yang akan menjadi responden (Tertier Sampling Unit). Dari masing-masing sekolah akan diambil satu kelas secara acak (random). Teknik pengambilan sampel juga bisa menggunakan rumus Taro Yamane atau Slovin (dalam Husein

Umar, 2003: 120), yaitu:

1 . 2+ =

d N

N n

Keterangan:

n adalah jumlah sampel, N adalah populasi, dan d2 adalah presisi (untuk kehati-hatian, dalam penelitian ini presisi ditetapkan 5%).

Secara lengkap dijabarkan melalui tabel berikut ini: Tabel 3.1

Teknik Pengambilan Sampel

NO. NAMA SEKOLAH POPULASI SAMPEL

1 SMAN 2 Bandung 44 27

2 SMAN 4 Bandung 43 26

3 SMAN 8 Bandung 41 25

4 SMAN 17 Bandung 44 26

5 SMAN 24 Bandung 43 26

6 SMAN 25 Bandung 45 27


(33)

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu internet sebagai media pembelajaran sebagai variabel bebas (X), dan kreativitas peserta didik sebagai variabel terikat (Y). Adapun definisi operasional variabel penelitian diuraikan sebagai berikut:

1. Internet sebagai media pembelajaran (X) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah intensitas penggunaan internet dengan aktivitas edukatif. Pertama,

intensitas berupa frekuensi penggunaan internet yang sering digunakan dan lama menggunakan tiap kali mengakses internet untuk kegiatan belajar di sekolah maupun di luar sekolah/di rumah. Kedua, aktivitas edukatif yaitu sebagai media pembelajaran di kelas/sekolah maupun di luar sekolah meliputi mencari informasi sumber atau bahan terkait dengan tugas atau pelajaran sekolah, mencari informasi berita atau peristiwa-peristiwa terkini, mengirim atau menerima e-mail.

2. Kreativitas Peserta Didik (Y) adalah merupakan konsep kreativitas berisikan kemampuan-kemampuan intelektual tertentu, yang oleh Guilford (Munandar, 2009) diuraikan menjadi empat: Kelancaran (fluency), Kelenturan (flexibility), Keaslian (originality) Memerinci/Elaborasi (elaboration),

Adapun keterkaitan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat digambarkan pada bagan sebagai berikut.


(34)

Gambar 3.2 Hubungan antar variabel

Adapun rincian indikator sikap dimensi/sub-variabel dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut.

Tabel 3.2 Operasionalisasi variabel penelitian VARIABEL

PENELITIAN

DIMENSI INDIKATOR SKALA

PENGUKURAN Internet sebagai

Media Pembelajaran

(X)

a. Intensitas 1. Lama waktu SSHA (Survey of

Study Habits and Attitudes) dari Brown dan holtzman dengan skala: a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang

e. Tidak pernah

b. Motif Edukatif 1. Mencari

sumber/bahan yang berkaitan dengan tugas/pelajaran PKn.

2. Mencari

informasi/berita-berita yang up to date/terkini yang X

(Internet sbg Media Pembelajaran) Y1 (Kelancaran/Fluency) Y2 (Keluwesan/Flexibility) Y3 (Keaslian/Originality) Y4 (Elaborasi /Elaboration) (Y) K R E A T I V I T A S


(35)

berkaitan dengan mata pelajaran PKn.

3. Mengirim/menerima

pesan email terkait pelajaran PKn.

4. Penggunaan

informasi berupa artikel/makalah/jurna l dan informasi jenis media visual dalam proses belajar mengajar PKn.

5. Kesesuaian dengan

tujuan dan materi pembelajaran PKn. 6. Ketersediaan penggunaan media internet sebagai media pembelajaran PKn.

7. Keberfungsian media

pembelajaran dalam proses belajar mengajar PKn. Kreativitas Peserta didik (Y) Kelancaran berpikir

(Fleuncy), yaitu kemampuan untuk menghasilkan gagasan. (Y1)

1. Memiliki pendapat

cukup banyak.

2. Mengajukan banyak

pendapat.

3. Kelancaran dalam

mencetuskan pendapat.

4. Memiliki banyak

jawaban atas suatu pendapat.

SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes) dari Brown dan holtzman dengan skala: a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang

e. Tidak pernah Keluwesan

(Flexibility), yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi masalah. (Y2)

1. Menerapkan suatu cara

yang berbeda.

2. Melihat sudut pandang

yang berbeda-beda.

3. Mampu mengubah arah

berpikir secara spontan.

4. Memberikan pendapat,

jawaban yang bervariasi.

Keaslian (Originality),

1. Memikirkan hal-hal


(36)

yaitu kemampuan untuk

mencetuskan gagasan asli. (Y3)

oleh orang lain.

2. Memiliki cara berpikir

yang berbeda dan unik.

3. Memikirkan cara-cara

baru.

Memperinci (Elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan dan menguraikan gagasan secara terperinci. (Y4)

1. Tertantang untuk

mengerjakan hal yang rumit.

2. Mengembangkan

pendapat secara detil dan menarik.

3. Meninjau kembali setiap

hasil pekerjaan (tidak cepat merasa puas).

4. Berani menerima

konsekuensi dari setiap keputusan dan

perbuatan sendiri.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2008: 148). Suatu instrumen pengukuran yang kredibel harus memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Suatu instrumen memenuhi syarat validitas jika dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Sementara reliabilitas jika dapat menunjuk pada konsistensi, akurasi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran.

Berdasarkan hal itu, maka strategi pengembangan instrumen dilakukan melalui prosedur sebagai berikut.

a. Melakukan analisis deduktif, yaitu mengembangkan instrumen berdasarkan teori penggunaan internet sebagai media pembelajaran dan kreativitas peserta didik yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Hal ini untuk memenuhi validitas isi (content validity), yaitu bahwa item-item instrumen


(37)

mencerminkan domain dari variabel yang akan diteliti. Untuk itu maka dibuat kisi-kisi instrumen penelitian yang dikembangkan dari definisi operasional. Instrumen dikembangkan dari operasionalisasi variabel. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel penggunaan internet sebagai media pembelajaran (Variabel X) dan mengukur variabel karakter peserta didik (Variabel Y) adalah kuesioner skala SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes) dari Brown dan Holtzman. Untuk lebih jelasnya instrumen penelitian ini disusun dalam bentuk kisi-kisi (lihat lampiran).

b. Melakukan analisis induktif, dengan mengumpulkan data terlebih dulu melalui penyebaran instrumen uji coba yang kemudian dianalisis dengan teknik korelasi product moment dari Pearson (Singarimbun dan Effendi, 1989:137) dengan rumus sebagai berikut.

r

=

Keterangan:

r = koefisien korrelasi

= jumlah skor nilai butir faktor dari seluruh uji coba

= jumlah skor total seluruh butir atau kedua faktor dari keseluruhan

responden uji coba

n = jumlah sampel

Angket disebarkan kepada 42 orang dalam uji coba pada peserta didik SMAN 1 kota Bandung. Hal ini dilakukan untuk melakukan pengujian validitas


(38)

yaitu menguji tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Validitas dilakukan melalui internal atau konstruk (construct validity). Validitas konstruk berkaitan dengan tingkatan skala yang harus mencerminkan dan berperan sebagai konsep yang sedang diukur.

Nilai r yang diperoleh dengan menggunakan rumus Product Moment dari Karl’s Pearson, harus diuji keberartiannya. Sudjana (1986:377) menyatakan jika t-hitung > t-tabel, maka item dianggap berartti atau dalam hal ini soal tersebut dapat dikatakan valid. Sebaliknya apabila, t-hitung < t-tabel maka butir item tersebut dianggap tidak valid. Untuk t-tabel, adalah nilai peluang distribusi t dengan taraf siginifikansi 1 – α dan dk = n – 2.

c. Melakukan pengujian reliabilitas instrument untuk mengukur sejauh mana suatu pengukuran dapat dipercaya dan sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari kekeliruan ukur (measurement error).

Dengan demikian reliabilitas adalah kepercayaan hasil suatu pengukuran yang konsisten bila dilakukan pada waktu yang berbeda terhadap responden, sehingga instrument penelitian dianggap dapat dipercaya, handal dan ajeg. Adapun alat analisisnya menggunakan metode belah dua (split half) dengan mengkorelasikan total skor ganjil lawan total skor genap, selanjutnya dihitung reliabilitasnya menggunakan rumus ‘Spearman Brown’ (Sugiyono, 2009:185) dengan menggunakan SPSSver. 17 for windows.

Teknik yang digunakan untuk menguji keandalan (reliabilitas) kuesioner pada penelitian ini adalah metode Alpha-Cronbach. Nilai terendah instrumen


(39)

dikatakan reliabel apabila bernilai positif dan lebih besar atau sama dengan 0,7 (Barker et a, 2002;70)

Tabel 3.3

Standar Penilaian Koefisien Validitas dan Reliabilitas Criteria Reliability Validity

Good 0,80 0,50

Acceptable 0,70 0,30

Marginal 0,60 0,20

Poor 0,50 0,10

Sumber: Barker et al, 2002;70

Kesimpulan hasil uji reliabitas yang telah dilakukan sebagai berikut yaitu pada variabel internet sebagai media pembelajaran PKn (X) dituangkan kedalam dua indikator yaitu intensitas dan motif edukatif. Berikut penjabaran uji reliabilitas dari kedua indikator tersebut. Koefisien korelasi di antara item secara berurut pada indikator intensitas diperoleh koefisien korelasi Spearman-Brown

dengan Equal Length = 0,823 atau koefisien korelasi > 0,80, maka instrumen ini memiliki tingkat reliabilitas yang memadai atau dapat digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini.

Uji reliabilitas pada variabel kelancaran (Y1), di peroleh kesimpulan bahwa koefisien korelasi di antara item secara berurut pada variabel intensitas (Y1), diperoleh koefisien korelasi Spearman-Brown dengan Equal Length = 0,677 atau koefisien korelasi > 0,60, maka instrumen ini memiliki tingkat reliabilitas yang memadai atau dapat digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini.

Pada uji reliabilitas variabel keluwesan (Y2), dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi di antara item secara berurut pada variabel intensitas (Y2),


(40)

diperoleh koefisien korelasi Spearman-Brown dengan Equal Length = 0,832 atau koefisien korelasi > 0,80, maka instrumen ini memiliki tingkat reliabilitas yang memadai atau dapat digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini.

Variabel keaslian (Y3), uji reliabilitasnya dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi di antara item secara berurut pada variabel intensitas (Y3), diperoleh koefisien korelasi Spearman-Brown dengan Equal Length = 0,676 atau koefisien korelasi > 0,60, maka instrumen ini memiliki tingkat reliabilitas yang memadai atau dapat digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini.

Uji reliabilitas pada variabel memperinci (Y4), dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi di antara item secara berurut pada variabel intensitas (Y4), diperoleh koefisien korelasi Spearman-Brown dengan Equal Length = 0,684 atau koefisien korelasi > 0,60, maka instrumen ini memiliki tingkat reliabilitas yang memadai atau dapat digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini.

Berikut ini kesimpulan dari uji reliabilitas: Tabel 3. 4

Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Reliabel Koefisien

X 0,823 Good

Y1 0,677 Marginal

Y2 0,832 Good

Y3 0,676 Marginal

Y4 0,684 Marginal

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Menyeleksi data

Menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.


(41)

2. Menentukan bobot nilai

Penentuan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan kemudian menentukan skornya.

3. Pemberian koding

Untuk setiap jawaban pada angket selanjutnya skor tersebut dijumlahkan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan jawaban responden secara umum terhadap setiap variabel penelitian.

4. Menghitung rata-rata setiap variabel

Rata-rata setiap variabel yang diperoleh dari data tidak bergolong. 5. Metode Successive Interval (MSI)

Data harus merupakan data interval, sedangkan instrumen penelitian menggunakan data ordinal, oleh karena itu perlu dilakukan perubahan data ordinal ke dalam data interval dengan menggunakan Methods Successive Interval (MSI). Transformasi data ini dilakukan pada setiap item pertanyaan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut.

a. Menentukan frekuensi responden yang memberikan respon terhadap setiap item kuesioner.

b. Membuat proporsi untuk setiap bilangan frekuensi.

c. Menjumlahkan proporsi secara berurutan untuk setiap respon, sehingga diperoleh nilai proporsi kumulatif.


(42)

e. Menentukan nilai Z untuk setiap kategori, dengan asumsi bahwa proporsi kumulatif dianggap mengikuti distribusi normal baku.

f. Menghitung SV (scale value) dengan rumus : SV =

g. SV (scale value) yang nilainya terkecil (yang memiliki harga negatif terbesar diubah menjadi sama dengan satu (=1).

h. Mentransformasikan nilai skala dengan menggunakan rumus : Y = sv +

6. Melakukan analisis secara deskriptif, untuk mengetahui kecenderungan data. Dari analisis ini dapat diketahui rata-rata median, standard deviasi, dan varians data dari masing-masing variabel.

7. Pemeriksaan distribusi populasi data sampel bertujuan untuk mengetahui sebaran dari populasi data sampel yang diperoleh, apakah data sampel berasal populasi yang berdistribusi normal atau distribusi teoritis lainnya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pemilihan uji statistik yang dipergunakan apakah parametrik atau nonparametrik. Dalam penelitian ini, data sampel yang diperoleh diasumsikan berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Oleh karena itu, pengujian atas asumsi tersebut dilakukan dengan uji kecocokan atau lebih dikenal sebagai uji kolmogorov-smirnov. Pada dasarnya uji kecocokan ini adalah untuk melihat perbedaan antara nilai frekuensi yang didapatkan di lapangan/observasi ( ) kumulatif teoritis dari sebuah fungsi distribusi populasi yang diasumsikan (


(43)

Teknik pengolahan dan analisis data dihitung dengan menggunakan perhitungan SPSS ver. 17.0 for windows dan supaya memudahkan dalam perhitungan, data-data dimasukkan terlebih dahulu dengan menggunakan Microsoft excel.

G. Uji Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada bab I akan diuji, namun sebelum diuji hipotesis tersebut terlebih dahulu diubah menjadi hipotesis statistik, yang terdiri dari “hipotesis nol” yang bersimbol Ho dan “hipotesis alternatif” yang bersimbol Ha.

Rumus yang digunakan dalam menguji hipotesis bergantung pengujian normalitas distribusi data. Jika data yang terkumpul berdistribusi normal maka rumus yang digunakan adalah rumus untuk statistik parametrik, sedangkan jika data tidak berdistribusi normal maka rumus yang digunakan adalah rumus untuk statistik nonparametrik. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi dan regresi.

Untuk menjawab ketiga hipotesis yang telah dirumuskan, maka dilakukan analisis data berupa analisis deskripsi, uji statistik regresi sederhana dan korelasi sederhana, uji statistik regresi ganda dan korelasi ganda. Mengenai penjelasan masing-masing analisis data adalah sebagai berikut:

1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan peserta didik dilihat dari perolehan data numerik. Hal ini untuk


(44)

mengetahui secara kualitatif apakah ada pengaruh hal-hal tersebut terhadap karakter peserta didik. Deskripsi mengenai penggunaan internet sebagai media pembelajaran dengan intensitas dan aktivitas edukatif serta deskripsi mengenai kreativitas peserta didik diperoleh melalui kuesioner skala SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes) dari Brown dan Holtzman. Pada kesimpulannya analisis data dikorelasikan, sehingga akan di dapat data deksripsi korelasi antara X dan Y. 2. Analisis korelasi

Untuk mengetahui hubungan antar variabel X dan Y digunakan analisis korelasi yakni Person Product Moment (PPM). Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r = 1 artinya korelasi negatif sempurna. r = 0 artinya tidak ada korelasi, dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Arti harga r akan dibandingkan dengan tabel interprestasi nilai r sebagai berikut:

Tabel 3. 5

Interprestasi terhadap Koefisien Korelasi

Nilai interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199

0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat Sumber: Sugiyono (2011: 231)

Dalam penghitungan dan pengolahan data ini penulis menggunakan bantuan komputer aplikasi microsoft excel dan aplikasi SPSS ver 17.0 for windows.

Rumus korelasi Product Moment dari Pearson (Singarimbun dan Effendi, 1989:137) sebagai berikut:


(45)

Keterangan :

= koefisien korelasi antara gejala x dan gejala y x = variabel bebas

x = variabel terikat n = jumlah responden

Selanjutnya hasil nilai r yang diperoleh harus diuji keberartiannya. Sudjana (1986:377), jika t-hitung > t-tabel, maka nilai r dianggap berarti. Sebaliknya apabila, t-hitung < t-tabel maka nilai r tersebut dianggap tidak berarti.


(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan sejumlah temuan penelitian yang telah diuraikan di atas tampak bahwa internet sebagai media pembelajaran memiliki korelasi positif dengan hubungan yang rendah dengan kreativitas peserta didik di sekolah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya guru menggunakan media internet sebagai media pembelajaran PKn di sekolah. Adapun kontribusi media internet terhadap kreativitas peserta didik berdasarkan intensitas dan aktivitas edukatif penggunaan internet memiliki korelasi positif dengan kreativitas peserta didik. Hal tersebut mengandung arti semakin tinggi intensitas penggunaan internet sebagai media pembelajaran PKn maka akan semakin meningkat kreativitas peserta didik. Namun bila penggunaan internet tanpa disertai bimbingan dan pengarahan baik guru dan orang tua dalam penggunaan media internet sebagai media pembelajaran dan sumber belajar PKn, maka dikhawatirkan peserta didik menyalahgunakan penggunaan internet untuk aktivitas diluar aktivitas edukasi. Melalui internet peserta didik akan terangsang untuk belajar berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapannya. Memungkinkan untuk mengembangkan kreativitas dan kemandiriannya dalam belajar dan sebaliknya belajar melalui internet menuntut kreativitas dan kemandirian diri.


(47)

2. Kesimpulan Khusus

a. Penggunaan internet sebagai media pembelajaran PKn (X) berpengaruh signifikan dan positif yang diperoleh sebesar 15,2% terhadap kemampuan berpikir lancar (fluency) peserta didik (Y1). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi penggunaan media internet sebagai media pembelajaran PKn maka akan semakin tinggi kemampuan berpikir lancar. Dari kemampuan berpikir lancar ini, peserta didik biasanya melakukan diskusi, bertukar ide, pikiran, informasi dengan teman yang berhubungan dengan tugas-tugas sekolah dan untuk berkomunikasi dengan teman-teman sebayanya berhubungan aktivitas pendidikan juga menunjang perkembangan pergaulan peserta didik sebagai remaja. Dalam hal ini peserta didik bisa lebih bebas mengemukakan pendapat/idenya didepan kelas dan mampu bertukar informasi yang bersumber dari media internet dengan teman maupun guru. b. Penggunaan internet sebagai media pembelajaran PKn (X) berpengaruh

signifikan dan positif yang diperoleh sebesar 11,9% terhadap kemampuan berpikir luwes (flexibility) peserta didik (Y2). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi penggunaan media internet sebagai media pembelajaran PKn maka akan semakin tinggi kemampuan berpikir luwes (flexibility). Peserta didik yang mempunyai kemampuan berpikir luwes biasanya lebih sering mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan di warnet, karena dengan selalu mengakses media internet sebagai sumber dan bahan belajar, maka cara berpikirnya lebih luas dan mampu menanggapi banyak hal yang berkaitan dengan tugas atau pelajaran sekolah.


(48)

c. Penggunaan internet sebagai media pembelajaran PKn (X) berpengaruh signifikan dan positif sebesar 10,3% terhadap kemampuan berpikir orisinal (originality) peserta didik (Y3). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi penggunaan media internet sebagai media pembelajaran PKn maka akan semakin tinggi kemampuan berpikir orisinal (originality). Kemampuan berpikir orisinal ini lebih pada mampu menghasilkan ide tau pemikiran yang baru. Media internet mampu membuat peserta didik lebih kritis dalam mengungkap dan menemukan sesuatu. Seperti dalam pembuatan website blog yang dapat membuat peserta didik membuat suatu tulisan atau karya-karya yang kreatif.

d. Penggunaan internet sebagai media pembelajaran PKn (X) berpengaruh signifikan dan positif sebesar 8,4% terhadap kemampuan berpikir memerinci (elaboration) peserta didik (Y4). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi penggunaan media internet sebagai media pembelajaran PKn maka akan semakin tinggi kemampuan berpikir memerinci (elaboration). Pada kemampuan berpikir memerinci ini, tidak semua peserta didik dapat mempunyai kemampuan mengelaborasi ide/gagasan menjadi gagasan-gagasan pokok yang lebih terperinci.

e. Penggunaan internet sebagai media pembelajaran PKn (X) berpengaruh signifikan dan positif sebesar 16,6% terhadap kreativitas (Y) (berpikir lancar, luwes, orisinal dan elaborasi secara bersama) peserta didik. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi penggunaan media internet sebagai media pembelajaran PKn maka akan semakin tinggi kreativitas


(49)

peserta didik. Peserta didik sebagian besar digunakan untuk mencari sumber atau bahan terkait dengan tugas atau pelajaran sekolah melalui pencarian

search engine yang membantu mendapatkan informasi apapun yang diinginkan dan ditemukan baik berupa penelusuran artikel, file maupun

database guna dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan yang dapat membuat peserta didik melek media melalui proses pembelajaran multimedia dengan bertujuan agar para siswa mampu menyaring arus informasi yang masuk yakni untuk membimbing dan mengarahkan siswa menuju nilai dan menerapkannya dalam kehidupan nyata.

B. Rekomendasi

Rekomendasi ini dirumuskan dan disampaikan kepada pihak-pihak yang dianggap memiliki kepentingan dengan hasil penelitian ini.

a. Rekomendasi Untuk Guru.

1) Sebelum melaksanakan pembelajaran menggunakan media internet, guru terlebih dahulu membuat perencanaan yang matang untuk melaksanakan media ini. Hal tersebut tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang memaparkan langkah-langkah pembelajaran serta alokasi waktu yang dibutuhkan sehingga pembelajaran berjalan dengan baik.

2) Dalam pemilihan media hendaklah seorang guru mengacu kepada (a) Tujuan instruksional yang telah ditetapkan, (b) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi, (c) Praktis dan tepat sasaran, (c) Keterampilan guru dalam menggunakan media.


(50)

3) Bimbingan dan pengarahan yang lebih intens dengan menggunakan media internet sebagai media pembelajaran di sekolah dapat mengontrol aktivitas penggunaan media internet peserta didik.

b. Rekomendasi Untuk Peserta Didik.

1) Peserta didik dengan usia remaja sebagai salah satu pengguna internet belum mampu memilah dan memilih aktivitas internet yang bermanfaat, dan cenderung terpengaruh oleh lingkungan sosialnya tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu efek positif atau negatif yang akan diterima saat melakukan aktivitas internet.

2) Siswa hendaknya memiliki kesiapan diri (entry behavior) untuk mengkaji isi pesan materi pelajaran.

3) Keaneka ragaman potensi diri dan pengalaman belajar serta “masukan bawaan” (entry behavior) menuntut adanya keaneka ragaman M3SE ( Materi Pelajaran, Metoda, Media, Sumber dan Evaluasi) guru

4) Siswa sebagai subjek yang harus berproses dalam pembelajaran harus melibatkan totalitas dirinya dalam bentuk pencarian, pelatihan dan pelakonan diri menuju learning how to learn sebagai bekal life long learningnya (kemampuan belajar sepanjang hayatnya). Proses ini hendaknya diarahkan kearah (1) learning to get/know, (2) learning to belief (3) learning to do/be (4) learning to live together.


(51)

Dalam penggunaan media pembelajaran melalui media internet ini menuntut guru untuk menggunakan dan memanfaatkan fasilitas multimedia sekolah. Sekolah hendaknya lebih melengkapi fasilitas yang berkenaan dengan penggunaan media internet di sekolah untuk guru dan peserta didik.

d. Rekomendasi Untuk Peneliti lain.

Penelitian ini masih memiliki keterbatasan dalam fokus permasalahan dan setting penelitian. Peneliti lain diharapkan dapat mengkaji lebih lanjut dari apa yang telah dihasilkan dalam penelitian ini agar pada akhirnya kajian di bidang ini diharapkan semakin menarik dan lengkap. Beberapa aspek yang mungkin dapat diteliti lebih lanjut antara lain adalah:

1) Fokus permasalahan, aktivitas penggunaan internet yang diteliti sebagai media pembelajaran terhadap kreativitas peserta didik ini menggunakan pendekatan kuantitatif, untuk ke depannya dapat dijadikan referensi oleh peneliti selanjutnya dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif mengenai aktivitas penggunaan internet sebagai media pembelajaran dan kreativitas peserta didik.

2) Setting penelitian belum menjangkau sampel sekolah swasta, dan belum membandingkan pengaruh variabel lainnya di luar penggunaan internet sebagai media pembelajaran peserta didik di sekolah. Diharapkan kepada peneliti lainnya agar bisa menggunakan populasi yang lebih luas, melibatkan beberapa sekolah dengan kelas yang dijadikan sampel lebih banyak, dengan tujuan untuk memperkecil kesalahan dan mendapatkan hasil yang lebih baik.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Kajian Literatur Buku

Abdulkarim, Aim. (2011). Pendidikan Kewarganegaraan, Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Agung, Gregorius. 2001. Panduan Praktis Berinternet untuk Pemula. Yogyakarta: Akbar, Reni. 2001. Kreativitas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Budimansyah, D. dan Karim Suryadi. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural.

Bandung: Program Studi PKn SPs UPI.

Budimansyah, Dasim. (2009). Inovasi Pembelajaran Project Citizen. Bandung: Program Studi PKn SPs UPI.

Campbell, David.1986. Mengembangkan Kreativitas. Yogyakarta: Kanisius. Cangara, Hafied. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Cogan, J.J. and Ray Derricott (eds). (1998). Citizenship for The 21st Century: An International Perspective on Education. London: Kogan Page.

Creswell, J.W. (1994) Research Design Qualitative & Quantitative Approach. London: Publications.

Dahar, RW (1996). Teori-Teori Belajar, Jakarta, PT Erlangga.

Djahiri, A. Kosasih. (1985). ”Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan Games dalam VCT”. Jurusan PMPKN IKIP Bandung: Granesia.

---(1996). Menelusuri Dunia Afektif Pendidikan Nilai dan Moral, Bandung, Laboratorium PMP IKIP Bandung.

---(2002). “Moral and Character Teaching Values and Social Moral Development”. Bandung : Lab. Pengajaran PMP FPIPS UPI.

Evan, James. R. (1991). Creative Thinking. College Division, South Western Publishing Co. Cincinnati Dallas Livermore.

Ghufron, M. Nur, dan Rini Risnawita S (2010). Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.


(53)

Goleman, Daniel. 2005. Meningkatkan Kreativitas pada Anak. Jakarta: PT Gramedia.

Krathwoll, David. R. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen. Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Komalasari. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.

MacBride. 1995. BelajarSendiri Internet. Bekasi: Percetakan KBI. Terjemahan : Sugeng Panut.

Munadi, Yudhi. (2008). Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.

Munandar, Utami. (1992). Mengembangakan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia.

Munandar. 1999. Kreativitas dan Keterbukaan : Strategi Mewujudkan Potensi Kreativitas dan Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

--- (2004). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Riduwan. (2011). Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi Statistik Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sapriya dan Udin S. Winataputra. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan: Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudjana, Nana. (1990). Media Pembelajaran. Bandung: CV. Sinar Baru.

Supriadi, Dedi. (1994). Kreativitas, Kebudayaan, Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. ________. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.


(54)

Winataputra, U.S. dan Dasim Budimansyah. (2007). Civic Education: Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI.

Kajian Tesis, Disertasi

Komalasari, Kokom. (2008). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam PKn terhadap Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMP. Disertasi IPS. Bandung: Tidak diterbitkan.

Purnamasari, Meita. (2010). Pengaruh Terpaan Media Internet terhadap Karakter Siswa (Studi terhadap Siswa SMA Negeri di Kota Cimahi). Tesis PKn. Bandung: Tidak diterbitkan.

Suprapti, Anjani. (2008). Peranan Pembelajaran PKn dalam Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa Untuk Membentuk Warga Negara yang Cerdas (Studi Kasus di SMAN 9 Bandung). Tesis PKn. Bandung: Tidak diterbitkan.

Supriadi, Dedi. (1989). Kreativitas dan Orang-orang Kreatif dalam Lapangan Keilmuan (Studi tentang Profil Kehidupan dan Psikologis Para Ilmuan Yunior dan Senior di Indonesia). Desertasi. IKIP Bandung. Tidak Dipublikasikan.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Kajian Internet

http://www.ericdigest.org/2009/03/21/creativityjournal/ http://www.anneahira.com/manfaat-internet-bagi-pelajar.htm

http://yudipurnawan.wordpress.com/2007/11/17/manfaat-internet-sebagai-media-pendidikan/

http://octahyuuga.wordpress.com/2009/03/02/dampak-negatif-dan-positif-dari-internet/

http://jhonfreedom.blogspot.com/2010/04/keuntungan-dan-kerugian-internet.html http://eko13.wordpress.com/2008/03/16/ciri-ciri-dan-faktor-yang-mempengaruhi-kreativitas/


(55)

http://informasismpn9cimahi.wordpress.com/2011/02/01/media-pembelajaran-dan-kreativitas-siswa/


(1)

158

3) Bimbingan dan pengarahan yang lebih intens dengan menggunakan media internet sebagai media pembelajaran di sekolah dapat mengontrol aktivitas penggunaan media internet peserta didik.

b. Rekomendasi Untuk Peserta Didik.

1) Peserta didik dengan usia remaja sebagai salah satu pengguna internet belum mampu memilah dan memilih aktivitas internet yang bermanfaat, dan cenderung terpengaruh oleh lingkungan sosialnya tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu efek positif atau negatif yang akan diterima saat melakukan aktivitas internet.

2) Siswa hendaknya memiliki kesiapan diri (entry behavior) untuk mengkaji isi pesan materi pelajaran.

3) Keaneka ragaman potensi diri dan pengalaman belajar serta “masukan bawaan” (entry behavior) menuntut adanya keaneka ragaman M3SE ( Materi Pelajaran, Metoda, Media, Sumber dan Evaluasi) guru

4) Siswa sebagai subjek yang harus berproses dalam pembelajaran harus melibatkan totalitas dirinya dalam bentuk pencarian, pelatihan dan pelakonan diri menuju learning how to learn sebagai bekal life long

learningnya (kemampuan belajar sepanjang hayatnya). Proses ini

hendaknya diarahkan kearah (1) learning to get/know, (2) learning to belief (3) learning to do/be (4) learning to live together.


(2)

159

Dalam penggunaan media pembelajaran melalui media internet ini menuntut guru untuk menggunakan dan memanfaatkan fasilitas multimedia sekolah. Sekolah hendaknya lebih melengkapi fasilitas yang berkenaan dengan penggunaan media internet di sekolah untuk guru dan peserta didik.

d. Rekomendasi Untuk Peneliti lain.

Penelitian ini masih memiliki keterbatasan dalam fokus permasalahan dan setting penelitian. Peneliti lain diharapkan dapat mengkaji lebih lanjut dari apa yang telah dihasilkan dalam penelitian ini agar pada akhirnya kajian di bidang ini diharapkan semakin menarik dan lengkap. Beberapa aspek yang mungkin dapat diteliti lebih lanjut antara lain adalah:

1) Fokus permasalahan, aktivitas penggunaan internet yang diteliti sebagai media pembelajaran terhadap kreativitas peserta didik ini menggunakan pendekatan kuantitatif, untuk ke depannya dapat dijadikan referensi oleh peneliti selanjutnya dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif mengenai aktivitas penggunaan internet sebagai media pembelajaran dan kreativitas peserta didik.

2) Setting penelitian belum menjangkau sampel sekolah swasta, dan belum membandingkan pengaruh variabel lainnya di luar penggunaan internet sebagai media pembelajaran peserta didik di sekolah. Diharapkan kepada peneliti lainnya agar bisa menggunakan populasi yang lebih luas, melibatkan beberapa sekolah dengan kelas yang dijadikan sampel lebih banyak, dengan tujuan untuk memperkecil kesalahan dan mendapatkan hasil yang lebih baik.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Kajian Literatur Buku

Abdulkarim, Aim. (2011). Pendidikan Kewarganegaraan, Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Agung, Gregorius. 2001. Panduan Praktis Berinternet untuk Pemula. Yogyakarta: Akbar, Reni. 2001. Kreativitas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Budimansyah, D. dan Karim Suryadi. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural.

Bandung: Program Studi PKn SPs UPI.

Budimansyah, Dasim. (2009). Inovasi Pembelajaran Project Citizen. Bandung: Program Studi PKn SPs UPI.

Campbell, David.1986. Mengembangkan Kreativitas. Yogyakarta: Kanisius. Cangara, Hafied. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Cogan, J.J. and Ray Derricott (eds). (1998). Citizenship for The 21st Century: An International Perspective on Education. London: Kogan Page.

Creswell, J.W. (1994) Research Design Qualitative & Quantitative Approach. London: Publications.

Dahar, RW (1996). Teori-Teori Belajar, Jakarta, PT Erlangga.

Djahiri, A. Kosasih. (1985). ”Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan Games dalam VCT”. Jurusan PMPKN IKIP Bandung: Granesia.

---(1996). Menelusuri Dunia Afektif Pendidikan Nilai dan Moral, Bandung, Laboratorium PMP IKIP Bandung.

---(2002). “Moral and Character Teaching Values and Social Moral Development”. Bandung : Lab. Pengajaran PMP FPIPS UPI.

Evan, James. R. (1991). Creative Thinking. College Division, South Western Publishing Co. Cincinnati Dallas Livermore.

Ghufron, M. Nur, dan Rini Risnawita S (2010). Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.


(4)

Goleman, Daniel. 2005. Meningkatkan Kreativitas pada Anak. Jakarta: PT Gramedia.

Krathwoll, David. R. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen. Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Komalasari. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.

MacBride. 1995. BelajarSendiri Internet. Bekasi: Percetakan KBI. Terjemahan : Sugeng Panut.

Munadi, Yudhi. (2008). Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.

Munandar, Utami. (1992). Mengembangakan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia.

Munandar. 1999. Kreativitas dan Keterbukaan : Strategi Mewujudkan Potensi Kreativitas dan Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

--- (2004). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Riduwan. (2011). Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi Statistik Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sapriya dan Udin S. Winataputra. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan: Model

Pengembangan Materi dan Pembelajaran. Bandung: Laboratorium

Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudjana, Nana. (1990). Media Pembelajaran. Bandung: CV. Sinar Baru.

Supriadi, Dedi. (1994). Kreativitas, Kebudayaan, Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. ________. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.


(5)

Winataputra, U.S. dan Dasim Budimansyah. (2007). Civic Education: Konteks,

Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi

Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI.

Kajian Tesis, Disertasi

Komalasari, Kokom. (2008). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam PKn terhadap Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMP. Disertasi IPS. Bandung: Tidak diterbitkan.

Purnamasari, Meita. (2010). Pengaruh Terpaan Media Internet terhadap Karakter Siswa (Studi terhadap Siswa SMA Negeri di Kota Cimahi). Tesis PKn. Bandung: Tidak diterbitkan.

Suprapti, Anjani. (2008). Peranan Pembelajaran PKn dalam Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa Untuk Membentuk Warga Negara yang Cerdas (Studi Kasus di SMAN 9 Bandung). Tesis PKn. Bandung: Tidak diterbitkan.

Supriadi, Dedi. (1989). Kreativitas dan Orang-orang Kreatif dalam Lapangan Keilmuan (Studi tentang Profil Kehidupan dan Psikologis Para Ilmuan Yunior dan Senior di Indonesia). Desertasi. IKIP Bandung. Tidak Dipublikasikan.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Kajian Internet

http://www.ericdigest.org/2009/03/21/creativityjournal/ http://www.anneahira.com/manfaat-internet-bagi-pelajar.htm

http://yudipurnawan.wordpress.com/2007/11/17/manfaat-internet-sebagai-media-pendidikan/

http://octahyuuga.wordpress.com/2009/03/02/dampak-negatif-dan-positif-dari-internet/

http://jhonfreedom.blogspot.com/2010/04/keuntungan-dan-kerugian-internet.html http://eko13.wordpress.com/2008/03/16/ciri-ciri-dan-faktor-yang-mempengaruhi-kreativitas/


(6)

http://informasismpn9cimahi.wordpress.com/2011/02/01/media-pembelajaran-dan-kreativitas-siswa/