EFEKTIVITAS KEGIATAN INFORMATION GAP DALAM PEMAHAMAN SISWA TERHADAP PERUBAHAN KATA KERJA KE DALAM BENTUK “TE”.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR .……… ii

DAFTAR ISI ……….. v

DAFTAR TABEL ……….. vii

DAFTAR BAGAN ……… viii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ……… 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 4

D. Anggapan Dasar ………. 5

E. Definisi Operasional ………... 5

F. Sistematika Pembahasan ……… 6

BAB II LANDASAN TEORI ……… 8

A. Information Gap ………. 14

B. Kata Kerja (Verba) Bentuk “Te” ……… 20

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 29

A. Metode Penelitian ………... 29

B. Populasi dan Sampel ………... 30

C. Instrumen Penelitian ………... 31

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ………. 33

E. Teknik Pengolahan Data ……….. 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 45

A. Hasil Penelitian ……… 45

B. Pembahasan ………. 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 59

A. Kesimpulan ………. 59

B. Saran ……… 60


(2)

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……… 62

A. LAMPIRAN A (INSTRUMEN PENELITIAN) ……… 62

Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………. 62

Lampiran A.2 Lembar Soal Pretest dan Postest ……… 69

Lampiran A.3 Kunci Jawaban Soal Pretest dan Postest ……… 72

Lampiran A.4 Format Angket ……… 74

B. LAMPIRAN B (TABEL STATISTIK) ……….…….. 75

C. LAMPIRAN C (SURAT IZIN PENELITIAN) ……….…… 75


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tuntutan dunia global terus menerus berubah seiring dengan berubahnya perkembangan zaman. Tuntutan itu mendorong kita untuk menyiapkan diri menghadapi tantangan dunia global, salah satunya adalah dengan mempelajari bahasa. Mempelajari bahasa merupakan hal yang penting bagi perkembangan sosial dan identitas seorang individu.

Ludwid Wittgenstein pernah mengemukakan kata-kata mutiara yang berbunyi “The limits of my language are the limits of my world. Dengan kata lain “my language is my world”. (Tarigan, 1991).

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. (Abdul Chaer (Kridalaksana, 1983))

Sekarang ini negara Jepang telah dapat disejajarkan dengan negara-negara Barat yang telah maju, baik dalam bidang teknologi, ekonomi, sosial, atau pun budaya. Dunia mulai melirik pada kemampuan negara Jepang karena kemampuannya bersaing dengan negara maju lainnya.

Seiring dengan kemajuannya itu, negara Indonesia pun semakin gencar dalam menjalin hubungan dengan negara Jepang di berbagai sektor. Karena itu, penguasaan bahasa Jepang merupakan persyaratan penting bagi keberhasilan pencapaian tujuan ekonomi-perdagangan, hubungan antar bangsa, tujuan sosial-budaya, dan pendidikan.


(4)

Pada tahun-tahun terakhir ini program pengajaran bahasa Jepang di SMA mengalami kemajuan yang cukup pesat. Program pengajaran ini bertujuan untuk membangun pengetahuan dasar bahasa Jepang sedini mungkin bagi siswa agar dikemudian hari diharapkan dapat dimanfaatkan ketika menjalin kerja sama dengan bangsa Jepang untuk kemajuan pembangunan bangsa Indonesia.

Di dalam buku yang dipakai sebagai pegangan dalam pengajaran bahasa Jepang tingkat SMA adalah buku “Mengenal Bahasa Jepang jilid 2” yang disusun berdasarkan kurikulum 2004, terdiri atas 10 pengelompokan materi yang kesemuanya ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan berbicara, mendengar, membaca, dan menulis, sehingga setelah pembelajaran bahasa Jepang diharapkan pembelajar mampu mengembangkan kompetensinya sesuai dengan situasi dan lingkungannya. Salah satunya adalah mengenai pembentukan kata kerja ke dalam bentuk “Te” (sambung), yang terangkum dalam pelajaran IX dengan judul Kinou Shita Koto (kegiatan kemarin). Bagi pembelajar pemula pembentukan kata kerja ke dalam bentuk “Te” (sambung) merupakan materi yang cukup sulit. Karena dalam pembentukan ini, mereka harus menggabungkan dua kata kerja (verba) yang berarti melakukan kegiatan secara berurutan, materi ini dianggap cukup sulit untuk dipelajari.

Untuk menghindari hal semacam ini, diperlukan usaha-usaha peningkatan kualitas pendidikan, baik dari sisi pengajar maupun pembelajar. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dipengaruhi oleh berbagai aspek. Hal ini mencakup aspek kurikulum, tenaga kependidikan, dan sistem penyampaian pelajaran. (Sudirman, 1988 : 3). Terdapat beberapa metode pendekatan dalam pengajaran mata pelajaran di SMA, khususnya mata pelajaran


(5)

bahasa Jepang, yaitu metode langsung, ceramah, latihan, demonstrasi, penugasan, membaca teknis, membaca pemahaman, tanya jawab. (GBPP Bahasa Jepang SMA, 1990 : iii).

Di dalam sistem pembelajaran bahasa Jepang terdapat beberapa kegiatan yang diharapkan dapat berkontribusi terhadap pemahaman siswa akan bahasa Jepang yang dilakukan setiap akhir dari proses belajar mengajar di kelas. Yaitu, kegiatan interview, information gap, games, dan role play.

Dengan dilatarbelakangi hal tersebut, maka penulis bermaksud meneliti salah satu kegiatan tersebut yaitu kegiatan information gap, yaitu tentang efektifitas kegiatan tersebut dalam pemahaman siswa SMA terhadap perubahan kata kerja bahasa Jepang ke dalam bentuk “Te”, dengan memilih judul penelitian EFEKTIVITAS KEGIATAN INFORMATION GAP DALAM PEMAHAMAN SISWA TERHADAP PERUBAHAN KATA KERJA KE DALAM BENTUK “TE”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah efektivitas kegiatan information gap dalam pemahaman siswa terhadap perubahan kata kerja bahasa Jepang ke dalam bentuk “Te”?

2. Bagaimanakah pendapat siswa terhadap kegiatan information gap pada setiap pertemuan di kelas?


(6)

Sedangkan dalam pembatasan masalah ini, penulis hanya meneliti tentang efektivitas kegiatan information gap dalam pemahaman siswa terhadap perubahan kata kerja bahasa Jepang ke dalam bentuk “Te”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk memperoleh gambaran tentang efektivitas kegiatan information gap dalam pemahaman siswa terhadap perubahan kata kerja bahasa Jepang ke dalam bentuk “Te” 2. Untuk memperoleh gambaran tentang pendapat siswa terhadap kegiatan information gap

yang dilakukan pada tiap akhir pertemuan di kelas.

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Dapat memperoleh gambaran tentang efektivitas kegiatan information gap dalam pemahaman siswa terhadap perubahan kata kerja bahasa Jepang ke dalam bentuk “Te”. 2. Dapat memperoleh gambaran tentang pendapat siswa terhadap kegiatan information gap

yang dilakukan pada tiap akhir pertemuan di kelas. D. Anggapan Dasar Penelitian

“Dalam rangka pencapaian prestasi belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Jepang yang diharapkan, khususnya dalam pemahaman siswa terhadap pembentukan kata kerja ke dalam bentuk “Te”, diperlukan adanya kegiatan seperti information gap yang dilakukan tiap akhir pertemuan di kelas, disamping kesungguhan tenaga kependidikan dalam


(7)

mengajar di kelas, penerapan kurikulum yang tepat, serta minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa itu sendiri.”

E. Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan perbedaan penafsiran terhadap hasil penelitian maka didefinisikan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Efektivitas, yaitu keadaan berpengaruh, hal berkesan, keberhasilan (usaha, tindakan). (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998)

2. Information Gap, yaitu teknik bertanya di mana para siswa merespon pertanyaan yang jawabannya tidak diketahui oleh penanya (www.learner.org/channel/libraries)

3. Pemahaman, yaitu proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998)

4. Kata kerja (verba) bentuk “Te”, yaitu kata kerja yang bisa berfungsi menjadi predikat dalam suatu kalimat, mengalami perubahan bentuk kata (konjugasi), yaitu perubahan bentuk sambung (bentuk TE) yang berfungsi sebagai bentuk sambung, bisa diikuti oleh verba yang lainnya.

F. Sistematika Pembahasan

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, anggapan dasar penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan.


(8)

Bab II Landasan Teoritis

Pada bab ini menguraikan tentang kegiatan information gap dan kata kerja bentuk “Te”.

Bab III Metodologi Penelitian

Pada bab ini akan menguraikan tentang metode penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan, dan pengolahan data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini akan dibahas tentang efektivitas kegiatan information gap dalam pemahan siswa terhadap perubahan kata kerja bahasa Jepang ke dalam bentuk “Te”.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini akan dibahas tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran yang dianggap perlu disampaikan pada pembelajar bahasa Jepang.


(9)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = tatacara).

Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen semu (quasi experiment) dengan menggunakan pola satu grup pretest dan postest design, yaitu eksperimen

yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. (Arikunto, 2002 : 77). Penelitian dengan prosedur eksperimen quasi ditempuh dengan tahapan sebagai berikut :

1. Tahap 1, pelaksanaan pretest dengan menggunakan instrumen tes materi yang akan diajarkan 2. Tahap 2, pemberian perlakuan yaitu mengajarkan perubahan bentuk verba ke dalam bentuk

“Te”.

3. Tahap 3, pelaksanaan postest.

Adapun desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut : O1

➙ X ➙ O2 Keterangan :

O1 : pretest, dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum perlakuan X : treatment (perlakuan)

O2 : postest, dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah perlakuan.


(10)

t =

) 1 (

2 2

N N

d X Md

Keterangan :

Md = mean dari perbedaan post-test dan pre-test Xd = deviasi masing-masing subjek (d - Md)

∑X

2

d = jumlah kuadrat deviasi N = banyaknya subjek Df = atau db adalah N-1

B. Populasi dan Sampel

Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa SMA kelas XI. Populasinya adalah siswa SMA kelas XI di kota Bandung.

Karena keterbatasan peneliti dalam pelaksanaan penelitian, maka dipilih SMA Negeri 10 Bandung sebagai tempat penelitian. Selanjutnya, diambil sampel satu kelas dari sembilan kelas yang ada.

Adapun alasan peneliti memilih SMA Negeri 10 Bandung sebagai tempat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Karena siswa-siswi di SMA ini merupakan siswa-siswi yang berada pada tingkat sedang dalam hal penyerapan dan penguasaan materi. Hal ini berdasarkan data kluster sekolah SMA/MA Negeri tahun 2007 bahwa SMAN 10 Bandung merupakan sekolah yang berada


(11)

pada kluster tiga. Alasan inilah yang menjadi pertimbangan agar penelitian dapat digeneralisasikan untuk siswa yang berkarakteristik pada umumnya, yaitu siswa dengan kemampuan sedang.

2. Saat pelaksanaan penelitian, penulis sedang menjalani Program Latihan Profesi (PLP) di SMA Negeri 10 Bandung, sehingga untuk kemudahan dalam pelaksanaan penelitian maka dipilihlah SMA Negeri 10 Bandung sebagai tempat penelitian.

3. Selain alasan di atas, lokasi sekolah yang dekat dengan tempat tinggal peneliti menyebabkan SMA tersebut dipilih menjadi tempat penelitian.

Jadi, sampelnya adalah siswa kelas XI dan sampelnya itu adalah siswa-siswi kelas XI-Bahasa di SMA Negeri 10 Bandung.

C. Instrumen Penelitian

Istrumen yang digunakan adalah tes dan angket. Data yang dianalisis dan direfleksi terlebih dahulu dikategorisasikan berdasarkan fokus penelitian. Data dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman bahasa Jepang siswa, khususnya perubahan verba bahasa Jepang ke dalam bentuk “Te” setelah diterapkannya kegiatan information gap di tiap akhir pembelajaran di kelas.

1. Instrumen Tes

Tes adalah pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.


(12)

Tes dilakukan dua kali yaitu pre-test yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum pembelajaran dan post-test yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah pembelajaran

Pre-test dan post-test dalam bentuk soal pilihan ganda dan soal yang diberikan

sebanyak 20 butir soal Dan penilaian hasil tes menggunakan penilaian dengan standar nilai 1-10.

Di bawah ini dapat dilihat bobot nilai tes pilihan ganda

Tabel 3.1 Bobot Nilai Tes Pilihan Ganda

Jawaban Nilai

Benar 1

Salah 0

2. Angket

Angket adalah sekumpulan pernyataan atau pertanyaan yang harus dilengkapi oleh responden dengan memilih jawaban atau menjawab pertanyaan melalui jawaban yang sudah disediakan atau melengkapi kalimat dengan jalan mengisi. (Ruseffendi, 2001 : 107). Angket ini diberikan diakhir seluruh kegiatan pembelajaran. Angket ini diberikan untuk mengetahui sampai sejauh mana tanggapan dan sikap siswa terhadap efektivitas kegiatan information gap dalam pemahaman siswa terhadap perubahan kata kerja bahasa Jepang ke dalam bentuk “Te”.


(13)

Pengolahan dilakukan dengan melihat presentasi jumlah jawaban dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menjumlahkan setiap jawaban angket b. Menyusun frekuensi jawaban

c. Membuat tabel frekuensi

d. Menghitung persentase dari setiap jawaban

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Demi kelancaran penulis dalam melaksanakan penelitian, tahapan yang dilalui adalah :

1. Tahap Persiapan

Kegiatan-kegiatan yang dipersiapkan untuk mendukung jalannya proses penelitian diantaranya, pembuatan proposal, mengurus perizinan, dan penyusunan instrumen penelitian.

Setelah proposal penelitian disetujui oleh pembimbing skripsi, penulis langsung mengajukan permohonan surat izin penelitian dari Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang dan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni kepada Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melalui BAAK.

Selanjutnya, penulis meminta persetujuan Kepala Sekolah SMA Negeri 10 Bandung untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.Setelah disetujui, penulis mulai membuat instrumen penelitian.


(14)

Selanjutnya, melakukan konsultasi dengan pihak sekolah khususnya dengan guru mata pelajaran bahasa Jepang SMAN 10 Bandung. Dari konsultasi tersebut maka diputuskan sampel penelitian adalah kelas XI program Bahasa.

2. Tahap Pengumpulan Data

Dalam pengambilan data penelitian dilakukan beberapa tahap dalam 3 kali pertemuan yaitu :

1. Pertemuan 1, tanggal 2 Juni 2008 diberikan pre-test kepada siswa.

2. Pertemuan 2, tanggal 4 Juni 2008 dilakukan pembelajaran materi pembentukan verba ke dalam bentuk “Te” dengan metode kegiatan information gap. Pada kegiatan ini diharapkan siswa dapat mendapatkan informasi dari temannya (secara verbal) tentang kegiatan sehari-hari yang dilakukan secara berurutan. Kemudian melaporkan hasil kegiatannya.

Pada pertemuan ini, saat proses belajar mengajar, siswa diajarkan materi perubahanverba ke dalam bentuk “Te”. Setelah semua materi telah disampaikan, kemudian dilakukanlah kegiatan information gap. Dalam kegiatan information gap ini terbagi atas empat tahap yaitu, tahap persiapan, pra kegiatan, kegiatan, pasca kegiatan. a. Persiapan

Guru membagikan kertas tabel yang telah dipersiapkan sebelumnya. b. Pra Kegiatan

Guru menjelaskan cara mengisi tabel

Guru melatih contoh percakapan, diikuti dengan latihan pengulangan dan latihan penggantian (kelas – kelompok – perorangan).


(15)

c. Kegiatan

Guru memantau dan memastikan siswa melakukan kegiatan. d. Pasca Kegiatan

Guru meminta 2 orang siswa mempraktekkan kegiatan di depan kelas. Beberapa orang siswa melaporkan di depan kelas.

3. Pertemuan 3, tanggal 5 Juni 2008 diberikan post-test dan pengisian angket.

Berikut ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi pelajaran Kinou Shita Koto (Kegiatan Kemari) :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandung

Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Kelas/Semester : XI Bahasa/ 2

Waktu : 2 x 45 menit (1 x pertemuan) A. Standar Kompetensi :

Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana tentang kehidupan sehari-hari.

B. Kompetensi Dasar :

Melakukan dialog sederhana dengan lancar dan benar yang mencerminkan kecakapan berkomunikasi dengan santun dan tepat.

C. Indikator :

a. Menyampaikan informasi sederhana sesuai konteks. b. Menggunakan ungkapan yang tepat.


(16)

D. Tujuan Pembelajaran :

Dapat menyatakan kegiatan dengan kata kerja bentuk sambung. E. Materi Pembelajaran :

Kegiatan Kemarin F. Metode :

Ceramah komunikatif, tanya-jawab G. Langkah Pembelajaran :

Alur /

Waktu Materi/ Langkah Pembelajaran Alat Bantu

授業 導入

(Pengantar) 5 menit

復習 (Review)

A. Kegiatan Awal

1. Salam Pembuka (あい ) 2. Mengabsen

3. Motivasi :

Bertanya kepada siswa mengenai kegiatan pada hari kemarin.

“Apa saja yang Anda lakukan kemarin? ”

Menginformasikan target pembelajaran pada siswa “ Hari ini, kita akan belajar menyatakan kegiatan pada hari kemarin dengan menggunakan kata kerja bentuk sambung”

Kegiatan-Kegiatan

“Masih ingat, kegiatan-kegiatan yang biasa kita lakukan sehari-hari?”

“Mari kita coba sebutkan sekali lagi!”

す す あ い す し ゅ い

し すdll

Latihan Pengucapan Siswa :

Kartu gambar


(17)

Kelas – Kelompok – Perorangan

導入 基本

練習 (Pengenalan

Materi dan Latihan

Dasar) 50 menit

B. Kegiatan Inti

Pengantar : “Bagaimana caranya menyatakan lebih dari satu kegiatan yang berurutan?”

Penjelasan perubahan kata kerja berakhiran ~ すke dalam kata kerja bentuk ~

Bentuk Perubahan

Gol Contoh Perubahan

I

あ --いいいい すすすす -- すすすす -- すすすす

あそ-- すすすす し-- すすすす

-- すすすす

あそ

-- すすすす ~い いいいい -- すすすす ~い いいいい --しししし すすすす ~し しししし

II

-- すすすす べ-- すすすす

III

す すす す

し す

しし すす

し す しししし

Latihan Perubahan

Kelas – Kelompok – Perorangan

Papan tulis, spidol

Tabel Kartu gambar


(18)

復習 (Review)

Pola Kalimat 1

Subjek Kata Keterangan Waktu (lampau) Kata Kerja (lampau) ~ Kata Kerja ~ し

わ し う し ぶ あ

べ し

Latihan pengulangan

Guru : わ し う し ぶ

あ べ し

Siswa : わ し う し ぶ

あ べ し

Kelas – Kelompok – Perorangan Latihan penggantian

わ し うし ぶ あ

べ し

Diganti dengan す あそ す あ い すdll.

Kelas – Kelompok – Perorangan

Kalimat Tanya

“Selanjutnya, masih ingat, bagaimana jika ingin menanyakan kegiatan yang dilakukan pada hari kemarin?”

Kalimat Tanya

う し し

Latihan Tanya-jawab

Q : う し し

Papan tulis, spidol Kartu gambar Papan tulis, spidol Kartu gambar


(19)

A : い し えい す

Diganti dengan す あそ す あ い すdll.

Kelas – Kelompok – Perorangan

応用練習 (Latihan Penerapan)

30 menit

Kegiatan : Interview Persiapan :

- Guru meminta siswa menyiapakan buku tilis untuk mencatat hasil wawancara

Pra Kegiatan :

- Guru melatih percakapan yang digunakan Contoh percakapan:

A : B う し し

B : い し えい す

A : ああ そう す Latihan pengulangan

Guru : B う し し

Siswa : B う し し

Kelas – Kelompok – Perorangan

Latihan penggantian

Diganti dengan す あそ す あ い すdll.

Kelas – Kelompok – Perorangan

- Guru meminta 2 orang siswa untuk memeragakan percakapan di depan kelas.

- Guru meminta siswa untuk melaksanakan kegiatan dalam

Buku tulis

Papan tulis, spidol

Kartu gambar


(20)

batas waktu tertentu.

Kegiatan:

Guru memantau dan memastikan seluruh siswa melaksanakan kegiatan.

Pasca Kegiatan:

- Guru melatih cara melaporkan kegiatan yang telah dilaksanakan.

Contoh laporan:

B う い し えい

Latihan pengulangan

Guru : B う い し

えい す

Siswa : B う い し

えい す

Kelas – Kelompok – Perorangan Latihan penggantian

B う い し えい

Diganti dengan す あ そ す あ い すdll.

Kelas – Kelompok – Perorangan

- Guru meminta beberapa orang siswa untuk melaporkan kegiatannya di depan kelas.

Papan tulis, spidol

Kartu gambar

(Kesimpulan)

C. Kegiatan Akhir


(21)

H. Sumber : Buku “Mengenal Bahasa Jepang” jilid 2 Buku “Minna no Nihon Go 1”

I. Evaluasi : Metode tulisan

Alat evaluasi : 1. Buatlah sebuah kalimat yang menyatakan kegiatan berjalan-jalan dan makan siang yang Anda lakukan pada hari kemarin. 2. Rubahlah Kata Kerja berikut ini ke dalam bentuk “te”!

a. す

b. す

Kunci jawaban : 1. 私 う し べ し

2 . a. b.

E. Teknik Pengolahan Data

Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari nilai tes awal (pretest), nilai tes akhir (postest), dan angket yang diberikan kepada sampel penelitian. Setelah data diperoleh, kemudian dilakukan pengolahan data dengan perincian sebagai berikut :

1. Tes

Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil tes, dilakukan tahap-tahap sebagai berikut :

5 menit yang dianggap sulit.

“Apa saja yang sudah kita pelajari hari ini?” “Apa ada yang masih kurang jelas?”

- Menginformasikan materi pembelajaran berikutnya. “Minggu depan, kita akan belajar tentang kegiatan berbelanja”


(22)

1. Mencari mean (rata-rata) pre-test (O1) Mx = N

x

∑ Keterangan :

Mx = Nilai rata-rata (mean) pre-test

X = Jumlah total nilai pre-test N1 = Jumlah peserta tes

2. Mencari mean (rata-rata) post-test (O2)

My = N

y

Keterangan :

My = Nilai rata-rata (mean) post-test

Y = Jumlah total nilai post-test N2 = Jumlah peserta tes

3. Menghitung taraf signifikasi perbandingan antara ttabel dan thitung adalah

t = ) 1 ( 2 2 −

N N d X Md Keterangan :

Md = mean dari perbedaan post-test dan pre-test Xd = deviasi masing-masing subjek (d - Md)

∑X

2


(23)

N = banyaknya subjek Df = atau db adalah N-1

2. Angket

Data yang diperoleh dari angket, dianalisa dengan mnenggunakan rumus perhitungan persentase kriteria Hendro (dalam Permana, 2001 : 33) sebagai berikut :

P = x100% n

f

Keterangan :

P = persentase jawaban

f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = jumlah responden

100% = bilangan tetap

Kemudian, oleh Permana dilakukan pengkriteriaan (2001 : 34) sebagai berikut : 0 % = Tak seorang pun

0 % < P ≤ 25 % = Sebagian kecil

25 % < P < 50 % = Hampir setengahnya P = 50 % = Setengahnya

50 % < P ≤ 75 % = Sebagian besar

75 % < P < 100 % = Hampir seluruhnya P = 100 % = Seluruhnya


(24)

(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Nilai rata-rata pre-test adalah 11,72 dan nilai rata-rata post-test adalah 17,16. Sehingga diperoleh selisih antara pre-test dan post-test yaitu 5,44. Dengan demikian, maka kegiatan information gap efektif dalam pembelajaran materi perubahan verba ke dalam bentuk “Te”.

2. Setelah diperoleh thitung = 7,2 selanjutnya angka tersebut dibandingkan dengan ttabel. Nilai ttabel untuk db 17 adalah : 1,74 (5%) dan 2,57 (1%), Karena nilai thitung ≻ ttabel maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan information gap efektif khususnya dalam pembelajaran materi perubahan verba ke dalam bentuk “Te”

3. Dari angket yang diberikan kepada siswa yang menjadi sampel penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan information gap memberikan kontribusi dalam pemahaman siswa terhadap materi pembentukan verba ke dalam bentuk “Te” dan menambah motivasi untuk belajar.

B. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang perlu disampaikan, yaitu : 1. Melihat keefektivan dari kegiatan information gap, khususnya dalam memahami

pembentukan verba ke dalam bentuk “Te”, penulis menyarankan untuk tetap melakukan kegiatan information gap untuk melatih keterampilan berbicara dan untuk membantu siswa


(26)

dalam memahami materi ajar.

2. Bagi guru, perlu mencoba menggunakan kegiatan informasion gap pada pokok bahasan lainnya dan dalam jenjang pendidikan yang beragam. Kemudian, sebaiknya menggunakan media yang lebih menarik agar siswa lebih termotivasi dalam mempelajari bahasa Jepang. 3. Bagi peneliti lebih lanjut, mengingat manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, maka

disarankan agar adanya tidak lanjut dari penelitian ini dengan materi atau sekolah yang berbeda.


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, A. (2003). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Dudley, A. The Language Teacher, Information Gap: A New Application in The

CALLEnvironment,[Online].Tersedia:http://newteachersupport.suite101.com/blog.ctml/inf ormationgapactivities

Jolly, A. Model Pembelajaran Berbicara Bahasa Jepang Dengan Pendekatan

Komunikatif,[Online].Tersedia:http://www.esgold.com/speaking/informationgap.html [03 Juli 2008]

Kobayashi, M. (1998). Yoku Wakaru Kyoujyuhou. Tokyo; Space Alc

Okazaki, Toshio. et al. (1990) Nihongo Kyouiku ni Okeru Komyunikatipu Apurouchi. Tokyo: Bojinsha

Reny. (2006). Efektivitas Role Play dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Jepang Siswa Kelas XI Bahasa di SMA Negeri 10 Bandung. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Roestiyak. (1998). Didaktik Metodik. Jakata: Bumi Aksara

Rohaeni, E. et al. (2006). Mengenal Bahasa Jepang Jilid 2. Bandung: Penerbit UPI

Subyakto-Nababan, Sri Utari. (1993). Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Sudjianto dan Dahidi,A. (2004). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc Sutedi, Dedi. (2004). Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Utama Press Tarigan, H. G. (1991). Metodologi Pengajaran Bahasa. Bandung: Angkasa

Tarigan, H. G. (1988). Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa


(28)

(1)

N = banyaknya subjek Df = atau db adalah N-1

2. Angket

Data yang diperoleh dari angket, dianalisa dengan mnenggunakan rumus perhitungan persentase kriteria Hendro (dalam Permana, 2001 : 33) sebagai berikut :

P = x100%

n f

Keterangan :

P = persentase jawaban

f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = jumlah responden

100% = bilangan tetap

Kemudian, oleh Permana dilakukan pengkriteriaan (2001 : 34) sebagai berikut : 0 % = Tak seorang pun

0 % < P ≤ 25 % = Sebagian kecil 25 % < P < 50 % = Hampir setengahnya P = 50 % = Setengahnya

50 % < P ≤ 75 % = Sebagian besar 75 % < P < 100 % = Hampir seluruhnya P = 100 % = Seluruhnya


(2)

(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Nilai rata-rata pre-test adalah 11,72 dan nilai rata-rata post-test adalah 17,16. Sehingga diperoleh selisih antara pre-test dan post-test yaitu 5,44. Dengan demikian, maka kegiatan

information gap efektif dalam pembelajaran materi perubahan verba ke dalam bentuk “Te”.

2. Setelah diperoleh thitung = 7,2 selanjutnya angka tersebut dibandingkan dengan ttabel. Nilai ttabel untuk db 17 adalah : 1,74 (5%) dan 2,57 (1%), Karena nilai thitung ≻ ttabel maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan information gap efektif khususnya dalam pembelajaran materi perubahan verba ke dalam bentuk “Te”

3. Dari angket yang diberikan kepada siswa yang menjadi sampel penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan information gap memberikan kontribusi dalam pemahaman siswa terhadap materi pembentukan verba ke dalam bentuk “Te” dan menambah motivasi untuk belajar.

B. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang perlu disampaikan, yaitu : 1. Melihat keefektivan dari kegiatan information gap, khususnya dalam memahami

pembentukan verba ke dalam bentuk “Te”, penulis menyarankan untuk tetap melakukan kegiatan information gap untuk melatih keterampilan berbicara dan untuk membantu siswa


(4)

dalam memahami materi ajar.

2. Bagi guru, perlu mencoba menggunakan kegiatan informasion gap pada pokok bahasan lainnya dan dalam jenjang pendidikan yang beragam. Kemudian, sebaiknya menggunakan media yang lebih menarik agar siswa lebih termotivasi dalam mempelajari bahasa Jepang. 3. Bagi peneliti lebih lanjut, mengingat manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, maka

disarankan agar adanya tidak lanjut dari penelitian ini dengan materi atau sekolah yang berbeda.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, A. (2003). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Dudley, A. The Language Teacher, Information Gap: A New Application in The

CALLEnvironment,[Online].Tersedia:http://newteachersupport.suite101.com/blog.ctml/inf ormationgapactivities

Jolly, A. Model Pembelajaran Berbicara Bahasa Jepang Dengan Pendekatan

Komunikatif,[Online].Tersedia:http://www.esgold.com/speaking/informationgap.html [03 Juli 2008]

Kobayashi, M. (1998). Yoku Wakaru Kyoujyuhou. Tokyo; Space Alc

Okazaki, Toshio. et al. (1990) Nihongo Kyouiku ni Okeru Komyunikatipu Apurouchi. Tokyo: Bojinsha

Reny. (2006). Efektivitas Role Play dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Jepang Siswa Kelas XI Bahasa di SMA Negeri 10 Bandung. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Roestiyak. (1998). Didaktik Metodik. Jakata: Bumi Aksara

Rohaeni, E. et al. (2006). Mengenal Bahasa Jepang Jilid 2. Bandung: Penerbit UPI

Subyakto-Nababan, Sri Utari. (1993). Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Sudjianto dan Dahidi,A. (2004). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc Sutedi, Dedi. (2004). Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Utama Press Tarigan, H. G. (1991). Metodologi Pengajaran Bahasa. Bandung: Angkasa

Tarigan, H. G. (1988). Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa


(6)