Perubahan Bentuk Kata Dalam Bahasa Jepang

(1)

PERUBAHAN BENTUK KATA DALAM BAHASA JEPANG

Kertas karya

Dikerjakan

O

L

E

H

M.ISKANDAR MUDA LUBIS

092203030

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG D-III

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

DAF TAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN 1 . 1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1 . 2 Tujuan Penulisan ... 2

1 . 3 Pembatasan Masalah ... 3

1 . 4 Metode Penulisan ... 3

BAB II GAMBARAN UMUM 2 . 1 Morfen Dalam Bahasa Jepang ... 4

2 . 2 Pembentukan Kata Dalam Bahasa Jepang ... 7

BAB III PERUBAHAN BENTUK KATA DALAM BAHASA JEPANG 3 . 1 Perubahan Bentuk Verba ... 12

3 . 2 Perubahan Bentuk Adjektiva ... 22

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4 . 1 Kesimpulan ... 25

4 . 2 Saran ... 27


(3)

KATA PENGANTAR

Ungkapan puji syukur atas karunia tuhan yang maha esa Lengkapi syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Study D-III Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya dengan gelar Ahli Madya pada Universitas Sumatera Utara. Ada pun judul kertas karya ini adalah. PERUBAHAN BENTUK DALAM BAHASA JEPANG.

Dalam penyelesaian kertas karya ini, penulis banyak menerima bantuan oleh berbagai pihak yang bersedia membantu, baik berupa bimbingan maupun pengarahan, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu menyelesaikan kertas karya ini. Untuk itu penulis sangat berterima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis.MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Zulnaidi,S.S.,M.Hum selaku Dosen Pembimbingdan ketua jurusan program Studi D-III Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Muhammad Pujiono,S.S.,M.Hum selaku dosen pembaca yang telah bersedia untuk meluangkan waktu dan fikirannya untuk membimbing dan memberikan petunjuk kepada penulis untuk menyelesaikan kertas karya ini.

4. Ibu Siti Muharami Malayu,S.S.,M.Hum selaku dosen wali juga yang sudah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan perkuliahan juga kertas karya ini.


(4)

5. Bapak dan Ibu dosen Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di Jurusan Bahasa Jepang.

6. Kedua orang tua ayah Zulkifli Lubis dan Ibu Yusniati yang senantiasa memberikan semangat, dukungan moril dan material juga spiritual untuk meraih cita-cita setinggi-tingginya.

7. Kawan-kawan yang telah banyak membantu dalam penyelesian kertas karya ini. Teman-teman Momon, Christin, Kokom, Indah, Syahri, Yuni, sai, andre, Munade, Bg ichal, jejek, Bg Rivai, Bg Arwin, BB “bang bayu” dan semua teman-teman yang tidak mungkin disebutkan satu persatu namanya yang telah menemani dalam suka maupun duka kepada saya.

Terima kasih banyak untuk semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan, semoga kertas karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua

Medan, Januari 2013 Penulis,

Mhd.Iskandar Muda Lubis

NIM. 092203030


(5)

ABSTRAK

Perubahan Bentuk kata dalam Bahasa Jepang

Proses pembentukan kata dalam bahasa jepang disebut dengan istilah gokeisei. Di atas telah disinggung bahwa dalam pembentukan kata, setsuji memegang peranan penting. Suatu kata dapat juga dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa morfem bebas. Hasil dari pembentukan kata dalam bahasa jepang sekurang-kurangnya ada empat macam, yaitu:

Morfem (keitaiso) merupakan satuan bahasa terkecil yang memiliki makna dan tidak bisa dipecahkan lagi ke dalam satuan makna yang lebih kecil lagi. Misalnya, kata daigaku ‘universitas’ terdiri atas dua huruf kanji yaitu ‘dai’ dan ‘gaku’. Banyak kosakata lainnya yang dibentuk dengan menggunakan kedua huruf tersebut, misalnya daijin ‘mentri’, kakudai ‘pembesaran’, gakkou ‘sekolah’, gakusie ‘mahasiswa’, dan sebagainya. Dilihat dari hurufnya kata DAIGAKU úniversitas’, terdiri atas dua satuan yaitu dai ‘besar’dan gaku ‘sekolah’, tetapi kedua satuan tersebut tidak bisa dipecahkan lagi menjadi satuan yang lebih kecil yang mengandung makna. Satuan terkecil yang secara leksikal bermakna ‘besar’ dan yang secara leksikal bermakna ‘belajar/ilmu’masing-masing merupakan satu morfem.

1. haseigo

2. fukugougo / goseigo,

3. karikomi / shouryaku, dan

4. toujigo.

Verba sebagai predikat sangat berperan penting dalam suatu kalimat. Struktur kalimat verba bahasa Jepang, memposisikan verba di tengah kalimat dengan


(6)

Subjek-Predikat-Objek. Berbeda dengan bahasa Indonesia, verba dalam bahasa Jepang diposisikan di akhir kalimat dengan struktur Subjek-Objek-Predikat. Jika pada bahasa Indonesia, verba tidak mengalami perubahan morfologi, ini berbeda dengan verba bahasa Jepang yang megalami perubahan morfologi. Perubahan ini berdasarkan dari kala waktu (tenses) yaitu waktu lampau (過去) (kako) dan waktu sekarang (現在) (genzai). Selain itu, perlu juga diperhatikan verba kalimat termasuk dalam kelompok verba satu, dua atau tiga. Karena masing-masing kelompok berbeda-beda penggunaannya. Selanjutnya, verba dapat dianalisis apakah mengalami perubahan makna sesuai dengan konjugasinya.

Tujuan bentuk adjektiva ini adalah untuk mengetahui proses pembentukan kata (gokeisei) dan perubahan bentuk (katsuyoukei) pada adjektiva (keiyoushi) dalam bahasa Jepang serta untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh pembentukan kata (gokeisei) dan perubahan bentuk kata (katsuyoukei) pada adjektiva (keiyoushi) bahasa Jepang. Pengembangan adjektiva ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan analisis isi, serta menggunakan studi pustaka. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku Minna no Nihonggo I & II dan Advanced Vocabulary Book for Levels 1 & 2, 500 Essential Japanese Expression A Guide to Correct Usage of Key Sentence Patterns.

Dalam afiksasi adjektiva bahasa Jepang terbagi atas 2 bagian yaitu prefiks (settouji) dan sufiks (setsubiji). Prefiks adjektiva bahasa Jepang terdiri atas prefiks KO-, FU-, MA-, KA-, OO-, DAI-, USU-, ASA-, URA-, TE-, DO-, DOSU-, WARU-, TA-, SORA-, NAMA-, MONO-, dan sufiks pada adjektiva bahasa Jepang terdiri atas sufiks –PPOI, -RASHII, dan –SHII.


(7)

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Jepang adalah sebuah wilayah paling selatan berupa kelompok pulau-pulau kecil di tepatnya di sebelah selat

Karena letaknya yang sedemikian itu, Jepang mempunyai empat musim. Jangka waktu antara empat musim tersebut, kurang lebih tiga bulan. empat musim itu adalah musim semi, musim panas, musim gugur, musim dingin.

Jumlah penduduk Jepang sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia. Luas tanahnya pun sangat sempit dibandingkan dengan luas tanah air kita. Tetapi masyarakat Jepang jauh lebih maju jika dibandingkan dengan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dengan cepatnya Jepang bangkit setelah perang dunia II dimana 2 kota di Jepang terkena bom yang dahsyat oleh tentara Amerika. Dua kota itu adalah Hiroshima dan Nagasaki. Dua kota ini adalah pusat industri dan perekonomian terpenting di Jepang.

Dengan dijatuhkannya bom atom oleh Amerika Serikat ini telah mengakhiri politik fasisme militeristik penguasa Jepang ketika itu. Namun peristiwa kekalahan ini tidak berarti membuat surut semangat para pemimpin Jepang berikutnya untuk tetap menjadikan negaranya menjadi kekuatan yang dominan di dunia. Justru dengan kekalahan secara militer ini telah membuka kesadaran baru bagi pemimpin Jepang untuk memadukan antara kekuatan militer yang tangguh dengan kemampuan


(9)

teknologi yang canggih dengan ditopang kekuatan ekonomi yang bisa menguasai pasar dunia.

Jepang memang hanya mengalami kehancuran fisik sejak dua kota industrinya itu luluh lantak dihancurkan oleh bom atom. Tetapi disisi lain sudah lama Jepang mempelajari spirit modernisasi dari Eropa dan Amerika Serikat. Modernisasi Jepang telah berlangsung sepanjang kurun waktu pemerintahan Meiji yang kita kenal dengan Restorasi Meiji. Modernisasi ini ditopang pula oleh akar budaya yang telah terbentuk sejak zaman Tokugawa.

Sehingga masyarakat Jepang telah memiliki mental yang kuat untuk bangkit dari keterpurukannya dan hasilnya bisa dilihat bahwa negara Jepang bisa dikatakan negeri yang kaya di wilayah Asia. Kemajuan Jepang ini dapat kita lihat dari berbagai sektor misalnya, teknologi, ekonomi, budaya, bahasa partisipasi masyarakat dan lain-lain. Bahasa jepang pun kian lama kian maju dan mengalami perubahan kata atau kalimat, ini sangat menarik untuk dibahas sehingga penulis memilih judul PERUBAHAN BENTUK KATA DALAM BAHASA JEPANG sebagai kertas karya ini.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan Kertas Karya ini adalah :

1. Untuk mengetahui bahasa Jepang dan pola kalimat .

2. Untuk mengetahui tentang pembentukan kata dalam bahasa Jepang. 3. Sebagai salah satu syarat kelulusan dari program D3 Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.


(10)

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam kertas karya ini penulis hanya membahas tentang pembentukan kata dalam bahasa jepang dan perubahan bahasa jepang, pola kalimat dan cara pengucapan yang benar.

1.4 Metode Penulisan

Dalam kertas karya ini metode yang dipakai dalam penulisan kertas karya ini adalah studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data-data atau informasi dengan cara membaca buku yang berkaitan dengan objek pembahasan kertas karya ini. Selanjutnya data dianilisis dan dirangkum untuk kemudian dideskripsikan ke dalam bab kertas karya ini.


(11)

BAB II

GAMBARAN UMUM

TENTANG PEMBENTUKAN KATA DALAM BAHASA JEPANG

2.1 Morfem Dalam Bahasa Jepang

Morfem (keitaiso) merupakan satuan bahasa terkecil yang memiliki makna dan tidak bisa dipecahkan lagi ke dalam satuan makna yang lebih kecil lagi. Misalnya, kata daigaku ‘universitas’ terdiri atas dua huruf kanji yaitu ‘dai’ dan ‘gaku’. Banyak kosakata lainnya yang dibentuk dengan menggunakan kedua huruf tersebut, misalnya daijin ‘mentri’, kakudai ‘pembesaran’, gakkou ‘sekolah’, gakusie ‘mahasiswa’, dan sebagainya. Dilihat dari hurufnya kata DAIGAKU úniversitas’, terdiri atas dua satuan yaitu dai ‘besar’dan gaku ‘sekolah’, tetapi kedua satuan tersebut tidak bisa dipecahkan lagi menjadi satuan yang lebih kecil yang mengandung makna. Satuan terkecil yang secara leksikal bermakna ‘besar’ dan yang secara leksikal bermakna ‘belajar/ilmu’masing-masing merupakan satu morfem

Dalam bahasa jepang, ada kata yang hanya terdiri dari satu suku kata seperti ka ‘nyamuk’dan wa ’gelang/ring’. Ini pun merupakan satu kata morfem, tetapi kata kawa ‘sungai’meskipun terdiri dari dua silabis, yaitu /ka /dan /wa/ , tetap merupakan satu morfem, karena /ka /dan /wa / pada kata {kawa} tidak mengandung suatu makna.

Lain halnya dengan verba atau adjektiva dapat terdiri atas beberapa morfem . misalnya, verba kaku ‘menulis’dan adjektiva takai ‘tinggi/mahal’terdiri atas dua bagian yaitu bagian depan yang ditulis dengan huruf kanjika’ dan ‘taka’ tidak mengalami perubahan yang disebut dengan gokan ‘suku kata depan. sedangkan bagian belakang yang biasa ditulis dengan huruf hiragana yaitu ‘ku’ dan ‘i’


(12)

mengalami perubahan bentuk dan disebut dengan gobi ‘suku kata terkhir / ending’. Kedua bagian tersebut masing-masing merupakan satu morfem.

Akan tetapi, jika diubah ke dalam bentuk yang lain misalnya bentuk menyangkal,kedua kata tersebut menjadi kakanai dan takakunai yang masing-masing menjadi tiga buah morfem. Morfem tersebut masing-masing adalah : {ka}—{ki}— {masu} dan {taka}—{ku}—{nai}. Dengan demikian, kosakata dalam bahasa jepang ada yang terdiri atas satu morfem dan ada juga yang terdiri atas dua morfem atau lebih. Hal ini akan dibahas pada bagian berikut.

1. Nomina atau meishi yaitu kata benda/ nomina yang bisa berfungsi sebagai sabjek atau objek dalam kalimat, bisa di awali dengan kata tunjuk ‘kono..., sono..., ano..., ...ini, ...itu... sana...’dan bisa berdiri sendiri.

Sebelum melihat jenis-jenis morfem dalam bahasa jepang, terlebih dahulu akan dilihat tentang jenis kata dalam bahasa jepang. Secara garis besarnya, pembagian jenis kata atau hinshi bunrui dalam bahasa jepang ada enam bagian besar seperti berikut :

2. Verba atau doushi yaitu kata yang bisa berfungsi menjadi predikat dalam suatu kalimat, mengalami perubahan bentuk atau katsuyou, dan bisa berdiri sendiri.

3. Adjektiva atau keiyoushi yaitu kata yang mengalami perubahan bentuk dan bisa berdiri sendiri.

4. Adverbia atau fukushi yaitu kata keterangan, tidak mengalami perubahan bentuk.

5. Kopula atau jodshi yaitu kata kerja bantu, mengalami perubahan bentuk, tetapi tidak bisa berdiri sendiri.

6. Partikel atau joshi yaitu kata bantu atau partikel, tidak bisa berdiri sendiri dan tidak mengalami perubahan bentuk.


(13)

Kata yang bisa berdiri sendiri dan bisa di jadikan sebagai kalimat tunggal meskipun hanya berdiri dari satu kata dinamakan jiyuu-keitaiso morfem bebas, sedangkan kata yang tidak bisa berdiri sendiri disebut kousoku-keitaiso morfem terikat. Perhatikan kalimat berikut :

 ( KONJUGASI )

Tarou ga yoku terebi o mita. Tarou sering menonton tv. .

Pada contoh diatas, kata (tarou) dan (terebi) merupakan morfem bebas, karena bisa berdiri sendiri dan bisa menjadi kalimat walau hanya dengan satu kata. Tetapi, untuk partikel (ga) dan (o), kata keterangan (yoku), dan verba (mita) baik gokannya yaitu mi ataupun gobinya yaitu ta, karena masing-masing tidak bisa berdiri sendiri, termasuk kedalam morfem terikat. Kata ka ‘nyamuk’, wa ‘gelang’dan kawa ‘sungai’yang disinggung di atas merupakan contoh dari morfem bebas.

Salah satu keistimewaan morfem bahasa jepang adalah lebih banyak morfem terikatnya daripada morfem bebasnya. Karena, pada nomina pun seperti kata daigaku ‘úniversitas’ yang sudah disinggung di atas, setiap morfemnya tidak bisa berdiri sendiri dan merupakan morfem terikat.

Pemilahan lain dalam bahasa jepang yaitu adanya naiyou-keitaiso/ kontent morphem dan kinou-keitaiso/ funcsion morphem. Naiyou-keitaiso adalah morfem yang menunjukan makna aslinya, seperti nomina, adverbia dan gokan dari verba atau adjektiva, sedangkan kino-keitaiso adalah morfem yang menunjukan fungsi gramatikalnya, seperti partikel, gobi dari verba atau adjektiva, kopula, dan morfem pengexpresi kala atau yang disebut dengan jisei-keitaiso. Untuk kedua istilah tersebut


(14)

disini penulis menggunakan istilah morfem isi dan morfem fungsi. Misalnya, ferba hashiru ‘berlari’ yang terdiri atas bagian gokan {hashi} dan gobi {ru}, bagian gokan tersebut sudah menunjukan arti ‘berlari’ yang merupakan morfem isi, sedangkan bagian gobinya menunjukan kala akan yang merupakan morfem fungsi.

Dalam bahasa jepang partikel (joshi), kopula (jodoushi), dan unsur pembentuk kala (jisei-keitaiso) merupakan morfem yang termasuk kedalam kousoku-keitaiso ‘morfem terikat’ dan juga termasuk kedalam kinou-keitaiso ‘morfem fungsi’. Machida & momiyama (1997 : 53) menggolongkannya sebagai bagian dari setsuji ‘ímbuhan’. Setsuji yang diletakkan di depan morfem yang lainnya disebut settouji ‘áwalan’, sedangkan seitsuji yang diletakkan di belakang morfem yang lainnya disebut setsubiji ‘akhiran’. Imbuhan inilah yang berperan dalam pembentukan kata dalam bahasa jepang. Perlu dicatat bahwa pengertian imbuhan, awalan dan akhiran dalam bahsa jepang berbeda dengan pengertian imbuhan yang digunakan dalam lingguistik bahasa Indonesia

2.2 Pembentukan Kata Dalam Bahasa Jepang.

Proses pembentukan kata dalam bahasa jepang disebut dengan istilah gokeisei. Di atas telah disinggung bahwa dalam pembentukan kata, setsuji memegang peranan penting. Suatu kata dapat juga dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa morfem bebas. Hasil dari pembentukan kata dalam bahasa jepang sekurang-kurangnya ada empat macam, yaitu: (1) haseigo, (2) fukugougo / goseigo, (3) karikomi / shouryaku, dan (4) toujigo.

Kata yang terbentuk dari penggabungkan naiyou-keitaiso dengan setsuji disebut haseigo ‘kata jadian’. Proses pembentukannya bisa dalam bentuk settouji +


(15)

morfem isi atau morfem isi + setsubiji. Awalan { / o-, / go-, / su-, / ma-, / ka-, / ku-, } bisa digolongkan ke dalam settouji.

Proses pembentukan kata dalam bahasa Jepang disebut dengan istilah gokeisei. Hasil pembentukkan kata dalam bahasa Jepang sekurang-kurangnya ada empat macam yaitu:

1. haseigo,

2. fukugougo/ goseigo

3. karikomi/shouryaku dan

4. toujigo.

Kata yang terbentuk dari penggabungan naiyou-keitaiso dengan setsuji disebut

haseigo (kata kajian). Proses pembentukkannya: settouji (awalan) + morfem isi atau morfem isi + setsubiji (akhiran). Awalan o, go, su, ma, ka bisa digolongkan ke dalam settouji, sedangkan akhiran sa, mi, teki, suru termasuk ke dalam setsubiji.

Contoh: O + nomina = o kuruma

Go + nomina = go kazoku

Su + nomina = su de

Ma + nomina = ma mizu

Ka + adjektiva = ka bosoi

Ku + adjektiva = ko urusai

Fungsi settouji O dan Go yaitu sebagai penghalus dan digunakan hanya untuk orang lain. Fungsi settouji Su untuk menyatakan arti asli/ polos, sehingga pada kosakata Sude dari kata Te berubah makna menjadi tangan kosong. Settouji Ma


(16)

untuk menyatakan kemurnian atau ketulusan; settouji Ka untuk menyatakan arti sangat; dan Ko menyatakan arti agak/ sedikit.

Contoh perpaduan morfem isi + setsubiji:

Gokan dari adjektiva + sa = samusa

Gokan dari adjektiva + mi = amami

Nomina verba + suru = benkyousuru

Nomina + teki = keizaiteki

Kata yang terbentuk sebagai hasil penggabungan beberapa morfem isi disebut dengan fukugougo atau gouseigo (kata majemuk).

Contoh: nomina + nomina = ama gasa

Nomina + verba = higaeri

Verba + nomina = tabemono

Verba + verba = verba = toridasu

Verba + verba = nomina = ikikaeru

Karikomi merupakan akronim yang berupa suku kata ( silabis) dari kosakata aslinya, sedangkan settouji merupakan singkatan huruf pertama yang dituangkan dalam huruf romaji.

Contoh karakomi/ shouryaku:

テレビヒオン Terebishon = テレビ terebi

Contoh Tojigo

Water Closet = WC

Dalam bahasa jepang, kata yang mengalalami perumbahan bentuk disebut yougen, sedangkan kata yang tidak mengalami perubahan bentuk disebut taigen. Yougen terdiri dari doushi (verba), jodoushi (kopula) dan keiyoushi (adjektiva).


(17)

Kata kerja dalam bahasa jepang mempunyai perubahan (konjugasi) menurut pemakaiannya dalam kalimat. Konjugasi ini disebut katsuyo.

Berdasarkan perbedaan aturan katsuyonya, doushi dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

a. gogan katsuyo doshi, adalah kata kerja yang berakhiran u, tsu, ru, bu,

mu, ku, su, gu. Contoh: kaku, yomu, asobu, au, hanasi dan lain-lain. b. Ichidan katsuyo doshi, dibagi menjadi 2 macam yaitu:

· kami ichidan katsuyo (kata-kata yang berakhira iru) contoh: miru, okiru, dll. Dan

· shimo ichidan katsuyo (kata-kata yang berakhiran eru). Contoh: taberu,

deru, oboeru dll.

c. Henkaku katsuyo doshi, adalah kata kerja yang perubahannya tidak tetap. Golongan ini terbagi 2 yaitu

· ka-henkaku katsuyo, hanya terdapat satu kata kerja, yaitu kuru · sa henkaku katsuyo, hanya terdapat satu kata kerja yaitu suru

(melakukan).

Perubahan bentuk kata disebut konjugasi,, kaojugasi dalam bahasa jepang: · Mizenkei, yaitu perubahan bentuk verba yang didalamnya bentuk maksud,

bentuk pasif, bentuk menyuruh.

· Renyokei, yaitu perubahan bentuk verba yang menyangkut bentuk formal bentuk masu, bentuk –te, bentuk –ta.

· Shusikei, yaitu verba bentuk kamus yang digunakan di akhir kalimat. · Rentaikei, yaitu verba bentuk kamus yang digunakan sebagai modifikator.


(18)

· Kateikei, yaitu perubahan verba ke dalam bentuk pengandaian.


(19)

BAB III

PERUBAHAN BENTUK KATA DALAM BAHASA JEPANG

3.1 Perubahan Bentuk Verba.

Verba bahasa Jepang dalam bentuk kamus (jishokei) berdasarkan perubahannya digolongkan dalam kelompok berikut :

1. Kelompok I

Kelompok ini disebut dengan godan doushi 五段動詞, karena mengalami perubahan dalam lima deretan bunyi bahasa Jepang yaitu A, I, U, E, O. Cirinya yaitu verba yang berakhiran dengan gobi huruf U, TSU, RU, KU, GU, MU, NU, BU, SU.

U 会う A – u Bertemu KU 書く Ka – ku Menulis MU 読む Yo – mu Membaca 2. Kelompok II

Kelompok ini disebut dengan ichidan doushi 一段動詞, karena perubahannya terjadi pada satu deretan bunyi saja. Ciri utamanya verba yang berakhiran dengan suara eru atau kami-ichidan doushi dan iru atau shimo-ichidan doushi.

ERU 食べる Tabe – ru Makan 寝る Ne – ru Tidur IRU 見る Mi – ru Melihat


(20)

3. Kelompok III

Kelompok ini disebut dengan henkaku doushi 変革動詞verba yang perubahannya tidak beraturan dan hanya terdiri dari dua verba saja.

SURU する Melakukan

KURU くる Datang

Perubahan bentuk kata yaitu verba, adjektiva dan kopula disebut katsuyou

活用(konjugasi). Konjugasi verba bahasa Jepang secara garis besar ada enam macam antara lain :

1. Mizenkei (未然形) yaitu perubahan bentuk verba yang didalamnya mencakup bentuk menyangkal (bentuk NAI), bentuk maksud (OU/YOU), bentuk pasif (RERU) dan bentuk menyuruh (bentuk SASERU).

2. Renyoukei (連用形) yaitu perubahan bentuk verba yang mencakup bentuk sopan (bentuk MASU), bentuk sambung (bentuk TE) dan bentuk lampau (bentuk TA).

3. Shuushikei (終止形) yaitu vera bentuk kamus atau yang digunakan di akhir kalimat. 4. Rentaik ei (連体形) yaitu verba (bentuk kamus) yanf digunakan sebagai modifikator. 5. Kateikei (仮定形) yaitu perubahan verba ke dalam bentuk pengandaian (bentuk BA). 6. Meireikei (命令形) yaitu perubahan verba ke dalam bentuk perintah.


(21)

Berikut ini adalah tabel perubahan verba dalam penggunaan berbagai konjugasi : Verb

a

Arti Mizen ke i Renyou kei Shuushi kei Rentai ke i Katei k e i Meirei ke i I 書く Ka-k u Menu l i s

Ka-ka nai

かな い

書 Ka-kou

こう

Ka-ke rer u

れる

書 Ka-seru

せる

Ka-kim asu

きます

書 Ka-ite

いて

書 Ka-ita

いた

書く Ka-ku

書く Ka-ku

Ka-k e b a

けば 書け Ka-ke

II 食

Ta-b e r u

べ る

Maka n

Ta-be nai

べな い

Ta-be yo u

べよ う

Ta-be ra rer u

べら れ る

Ta-be sas er u

べさ せ る

Ta-be mas u

べます

た Ta-bete

べて

た Ta-beta

べた

食 Ta-beru

べる 食 Ta-beru

べる 食

Ta-b er e b a

べれ ば

食べ Ta-be

III くる Ku-r u Data n g

こ Ko-nai

ない

こ Ko-you

よう

こ Ko-reru

れる

Ko-sas er u

させ る

き Ki-masu

ます

きて Ki-te

きた Ki-ta

くる Ku-ru

くる Ku-ru

Ko-re b a

れば こい Ko-i


(22)

Dari tabel di atas, bisa diketahui bahwa adanya perbedaan pembatas morfem dalam setiap bentuknya karena menggunakan dua jenis huruf yang berbeda (kanji dan hiragana). Jika analisis morfemnya mengacu pada penggunaan huruf Jepang

merupakan suatu silabis atau suku kata, lain halnya dengan mengacu pada huruf Alfabet. Menurut Machida & Momiyama (1997) bahwa analisis morfem jika mengacu pada huruf Alphabet akan semakin jelas. Tentunya dengan menggunakan sistem Jepang (nihon shiki) atau sistem Kunrei bukan mengacu pada sistem Hepburn. Verba sebagai predikat sangat berperan penting dalam suatu kalimat. Struktur kalimat verba bahasa Jepang, memposisikan verba di tengah kalimat dengan Subjek-Predikat-Objek. Berbeda dengan bahasa Indonesia, verba dalam bahasa Jepang diposisikan di akhir kalimat dengan struktur Subjek-Objek-Predikat. Jika pada bahasa Indonesia, verba tidak mengalami perubahan morfologi, ini berbeda dengan verba bahasa Jepang yang megalami perubahan morfologi. Perubahan ini berdasarkan dari kala waktu (tenses) yaitu waktu lampau(過去) (kako) dan waktu sekarang (現在) (genzai). Selain itu, perlu juga diperhatikan verba kalimat termasuk dalam kelompok verba satu, dua atau tiga. Karena masing-masing kelompok berbeda-beda penggunaannya. Selanjutnya, verba dapat dianalisis apakah mengalami perubahan makna sesuai dengan konjugasinya.

Berikut ini adalah contoh-contoh kalimat yang ada dalam buku pelajaran Shin Nihongo no Kiso I :

1. リーさんは 漢字を 書きます

Rii-san wa kanji wo ka

。(SNNK: 173)

kimasu

Rii-san menulis kanji.

.


(23)

Watashitachi wa nihon no uta o utaimasu Kami bernyanyi lagu Jepang.

.

3. 田中さんは 毎晩さけを飲みません。

Tanaka-san wa maiban sake o no

(SNNK :55)

mimasen

Tanaka setiap malam tidak minum sake.

.

4. 先生は 日本語で 電話をかけます。

Sensei wa nihongo de denwa o kake

(SNNK :150)

Sensei menelfon dengan bahasa Jepang.

masu.

5. きのうの晩 日本語を勉強しませんでした

Kinou no ban nihongo o benkyou shi

。(SNNK: 53)

masen deshita

Kemarin malam tidak belajar bahasa Jepang.

.

6. 私は友達と日本へきます

Watashi wa tomodachi to nihon e ki

。(SNNK :45)

Saya datang ke Jepang dengan teman.

masu.

7. 父はたばこをすっています

Chichi wa tabako o su

。(SNNK :60)

tte imasu

Ayah sedang merokok.

.

8. みんなさん、辞書をあけてください

Minnasan, jisho o ake

。 (SNNK: 100)


(24)

Semuanya, tolong buka kamus.

9. テレビを見てから寝ます

Terebi o mi

。(SNNK : 215)

te

Setelah nonton tv, tidur.

kara nemasu.

10.これはどこで買った

Kore wa doko de ka

本ですか。(SNNK : 217)

tta hon desuka.

Dari contoh di atas, bisa diketahui proses morfologis perubahan verbanya yang akan di tunjukkan pada 21able di bawah ini:

N Contoh Verba Verba Gol. Mizen k e i Reny o u Kei Shuu s h i kei Rent a i kei Kateik e i Meirei k ei

1 書

KA-

きます

KIMASU

書く/ I

KA- KU KA- KAN A I

X KA-

KU KA- KU KA- KE KA- KE

2 歌

UTA-

います

IMASU

歌う/ I

UTA-U UTA- WAN A I

X

UTA-U

UTA

-U

UTA-E UTA-E

3 飲

YO-

みませ ん

MIMASE

N

読む/ I

YO-M U YO- MAN A I

X YO-

MU YO-M U YO-M E YO-M E

4 かけ

KA-

ます

KEMASU

かけ る

/I I KAK- ERU KAK E - NAI

X KAK-

ERU KA K - ER U KA- KERE B A KA-K E


(25)

5 しません でした

SHI-MASEN

DESHITA

する/

III S U R U SHI-

NAI X

SUR

U SURU

SU -R E B A SE-RO

6 き

KI-

ます

MASU

くる/

III

KURU

KO-

NAI X

KUR

U KU R U KU -R E B A KO-I

7 すって

SU-

います

TTEIMAS U

すう/

I SU-U SU- WAN A I

X SU-U

SU-U SU-E B A SU-E

8 あけて

AKE-TEK

UDA SAI

ください

あけ る

/ II A-K E R U AKE- NAI X A-K E R U A- K E RU A-K E R E B A A-KE

9 見て

MI-TE

見る/

II

MI-R U

MI-

NAI X

MI-R U MI-R U MI-R E B A MI-RE

1 買

KA-TTA

った 買う/I

KA-U

KA-

WAN

A I

X KA-U

KA-U KA-E B A KA-E Catatan :

฀ Tanda X digunakan untuk menunjukkan posisi verba dalam kalimat Sebagai renyoukei.

฀ Untuk memperjelas bagaimana perubahannya, contoh verba di atas Dikembangkan lagi

menjadi beberapa konjugasi seperti Mizenkei, Renyoukei, Shuushikei, Rentaikei, Kateikei, Meireikei.


(26)

Untuk memudahkan menganalisis data, penulis menggunakan sistem Hepburn dengan menulis secara alphabet namun tetap mengacu pada sistem penulisan Jepang (nihon shiki).

1. Pada verba golongan I, seperti yang ditunjukkan pada contoh di atas KA-KU (書く), UTA-U (歌う), YO-MU(読む). Pada saat verba golongan I berkonjugasi morfem isi atau naiyou-keitaisou tidak mengalami perubahan, tetapi morfem fungsi atau kinou-keitaisou mengalami perubahan.

書かない ฀ KA- kanai : Tidak menulis

書く 書きます ฀ KA- kimasu : Menulis KA-KU 書く ฀ KA- ku : Menulis

(2 morfem) 書けます ฀ KA-kemasu : Dapat menulis 書こう ฀ KA- kou : Akan menulis

Morfem KA(書) pada verba KA-KU (書く) yaitu morfem isi atau naiyou-keitaisou tidak mengalami perubahan. Sementara morfem KU (く) adalah morfem fungsi atau kinou-keitaisou yang mengalami perubahan konjugasi A (ka), I (ki), U (ku), E (ke), O (ko) dan mengakibatkan perubahan makna. Perubahan verba golongan I ini menambah penambahan morfem karena bisa mengalami 5 konjugasi.

2. Pada verba golongan II, seperti yang ditunjukkan pada contoh di atas MI-RU(見る), A-KERU(あける) , KAK-ERU (かける).


(27)

見ない ฀ MI – nai : Tidak melihat

見る 見ます ฀ MI – masu : Melihat MI-RU 見る ฀ MI – ru : Melihat

(2 morfem) 見えます ฀ MI – emasu : Dapat melihat 見よう ฀ MI – you : Akan melihat

Pada verba MI-RU (見る) terdiri dari dua morfem yaitu MI (見) morfem isi atau naiyou-keitaisou yang tidak mengalami perubahan. Serta morfem RU (る) sebagai morfem fungsi atau kinou-keitaisou. Pada verba golongan II, morfem fungsi RU (る) tidak mengalami konjugasi A (ra) , I (ri), U (ru), E (re), O (ro) seperti pada verba gol I. Morfem

RU (る) hilang dan berubah menjadi morfem lain. Contohnya untuk verba tidak melihat,

MI-RU (見る) ฀ MI – nai (見ない). Sehingga, perubahan pada verba golongan II ini tidak mengalami penambahan morfem.

3. Pada verba golongan III, seperti yang ditunjukkan pada contoh di atas SURU(する), KURU(くる).


(28)

くる きます ฀ Ki – masu : Datang KU-

RU

くる ฀ Kuru : Datang

(2) mo rfe m

くれば ฀ Ku- reba : Dapat dating

こい ฀ Ko-i : Akan dating

Pada verba KU-RU (くる) hanya terdiri dari dua morfem isi dan fungsi. Jika diamati kembali pada morfem isi KU (く) ketika mengalami konjugasi terjadi perubahan menjadi KO(こ) dan KI (き). Pada morfem fungsi RU (る) juga mengalami perubahan. Ini dikarenakan verba golongan III merupakan verba tidak beraturan sehingga perubahan morfofoginya juga tidak beraturan.

Setelah mengetahui, proses morfologi verba yang mengakibatkan perubahan makna verba. Maka perlu juga mengetahui kala waktu (tense) karena ini juga berhubungan dengan proses morfologi. Berdasarkan contoh kalimat yang ada pada buku pelajaran Shin Nihongo no Kiso I :

No. Contoh Verba Lampau

Kako 過去

Sekarang

Genzai 現在

Akan datang

Mirai未来

1 書

Ka- kimasu

きます X

Akan menulis 2 読

Yo-mimashita

みました X

Sudah membaca 3 食

Ta-bemasu

べます X

Akan makan 4 か

Kakemashita

けました X


(29)

menelfon 5 き

Ki-masu

ます X

Akan dating 6 しま

Shi-masendeshita

せんでした X

Sudah tidak melakuka

n 7 す

Su-tteimasu

っています X

Sedang merokok 8 み

Mi-teimasu

ています X

Sedang melihat

Berdasarkan data di atas maka dapat dibedakan kala waktu (tense) pada bahasa Jepang dibagi menjadi tiga yaitu lampau (kako) 過去, sekarang (genzai) 現在dan akan datang (mirai) 未来. Tetapi, verba hanya digunakan pada saat sekarang (genzai) 現在dan lampau(kako) 過去. Sehingga, dalam bahasa Jepang verba dengan kala waktu sekarang (genzai) 現在selalu ditandai dengan perubahan morfem MASU dan verba dengan kala waktu lampau kako)過去selalu ditandai dengan perubahan morfem MASHITA. Perubahan verba juga dipengaruhi oleh kala waktu yang akan memperkaya penambahan fonem dan kata dalam bahasa Jepang.

3.2 Perubahan Bentuk Adjektiva.

Tujuan bentuk adjektiva ini adalah untuk mengetahui proses pembentukan kata (gokeisei) dan perubahan bentuk (katsuyoukei) pada adjektiva (keiyoushi) dalam bahasa Jepang serta untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh pembentukan kata (gokeisei) dan perubahan bentuk kata (katsuyoukei) pada adjektiva (keiyoushi) bahasa Jepang. Pengembangan adjektiva ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan analisis isi, serta menggunakan studi pustaka. Sumber data


(30)

yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku Minna no Nihonggo I & II dan Advanced Vocabulary Book for Levels 1 & 2, 500 Essential Japanese Expression A Guide to Correct Usage of Key Sentence Patterns.

Data dalam penelitian ini berupa morfem, kata, atau kalimat yang memiliki bentuk adjektiva atau yang sebelum dan sesudahnya berasal dari adjektiva bahasa Jepang. Analisis data yang dilakukan, yaitu data morfem, kaidah penguraian pembentukan kata, kaidah penguraian perubahan kata, dan analisis fungsi. Dari hasil temuan menunjukkan bahwa proses pembentukan kata (gokeisei) dalam adjektiva (keiyoushi) bahasa Jepang terbagi atas 3 yaitu afiksasi (setsuji), reduplikasi (juufuku), dan komposisi (fukugo). Dalam afiksasi adjektiva bahasa Jepang terbagi atas 2 bagian yaitu prefiks (settouji) dan sufiks (setsubiji). Prefiks adjektiva bahasa Jepang terdiri atas prefiks KO-, FU-, MA-, KA-, OO-, DAI-, USU-, ASA-, URA-, TE-, DO-, DOSU-, WARU-, TA-, SORA-, NAMA-, MONO-, dan sufiks pada adjektiva bahasa Jepang terdiri atas sufiks –PPOI, -RASHII, dan –SHII. Komposisi pada adjektiva bahasa Jepang terdiri atas reduplikasi kata dasar dengan penanda akhiran adjektiva-na (na-keiyoushi) dan reduplikasi afiksasi dengan penanda akhiran adjektiva-I (i-keiyoushi). Komposisi pada adjektiva bahasa Jepang yaitu terjadi dengan penggabungan dengan jenis kata lain seperti nomina (meishi) dan verba (doushi). Perubahan bentuk kata (katsuyoukei) terdiri atas mizenkei (bentuk kemungkinan atau aktivitas yang belum selesai), renyoukei (bentuk sambung), shuushikei (bentuk dasar), rentaikei (bentuk yang diikuti taigen) kateikei (bentuk pengandaian).

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahwa adjektiva dalam bahasa jepang ada dua macam, yaitu yang berakhiran (gobi) I yang disebut dengan keiyoushi atau I-keiyoushi dan yang berakhiran (gobi) DA atau NA yang dikenal dengan sebutan


(31)

adjektiva-I, yaitu fonem /i/, sedangkan pada adjektiva-NA yang juga disebut dengan adjektiva-DA yang mengalami perubahannya adalan /da/ .

Jenis perubahan adjektiva dalam bahasa jepang hampir sama dengan jenis perubahan verba, tetapi tidak ada perubahan ke dalam bentuk meireikei ‘perintah’. Ini merupakan hal yang wajar sebab makna adjektiva dalam bahasa jepang yaitu kata yang berfungsi untuk menunjukan keadaan, sifat, atau perasaan yang diakhiri dengan huruf /i/ atau /da/ . Berbagai bentuk perubahan untuk kedua jenis adjektiva tersebut, dapat dilihat di bawah berikut ini.

Jenis perubahan adjektiva-I dan Adjektiva-NA dalam bentuk kamus.

 Bentuk kamus - oo-i / shizuka-da . bentuk ini adalah bentuk dasar.  Mizenkei - oo-karou / shizuka-daro. Kata kemungkinan.  Ren-youkei - oo-katta / shizuka-datta.

Adjektiva-I dan adjektiva-NA. /oo-ku., /shizuka-ni., /oo-ku-nai., /shizuka-de-nai., /oo-kute., /shizuka-de. Bentuk lampau (+) yang diikuti dengan predikat yang menyangkal (-) sambung / atau halus.


(32)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Jepang adalah negara fodal,sejak pemerintahan militer berdiri di Jepang,yaitu pada masa kamakura zaman feodalisme dimulai.meskipun pengaruh feodalisme amat kental namun bangsa Jepang memiliki impian menuju kehidupan yang lebih maju dan dapat menguasai dunia.dipemerintahan tokugawa Jepang sudah menciptakan hubungan internasional khususnya dibidang perdagangan dengan bangsa lain. Restorasai Meiji membuat Jepang lebih bebas dalam berinteraksi dengan Negara-negara lain. berkat Restorasi Meiji Jepang berkembang menjadi negara industri yang kuat dan membuat Jepang menjadi negara yang imperialis. Seusai perang dunia I Jepang dengan politik fasisme yang mulai dijalankannya memperlihatkan keunggulan. Dengan mudah Jepang menduduki Manchuria dan mendirikan negara boneka. Jepang juga unggul pada perang Cina-Jepang I (1894-1895) dan perang China-Jepang II (1937) .

2. Salah satu aspek yang mendorong keberhasilan Jepang dalam membangun sumberdaya manusia paska perang dunia II adalah membudayakan sistem “Kerja Kelompok” . Yaitu suatu sistem, yang mana para insinyur Jepang yang dikirim ke Barat untuk belajar harus kembali ke Jepang dengan membawa ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian, ilmu dan teknologi yang mereka bawa harus diajarkan kepada semua anggota kelompoknya. Jepang memprioritaskan kebijakan


(33)

pemerataan pembangunan. Diantara Negara-negara maju, Jepang adalah negara yang paling tinggi tingkat pemerataan hasil-hasil pembangunannya. Bukan hanya dari aspek pendapatan tetapi juga meliputi fasilitas publik seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur-fisik, dan lain-lain. Rakyat Jepang masa sekarang sudah menikmati fasilitas – fasilitas tersebut. Bahkan untuk daerah pedesaan di pegunungan, mereka mendapatkan fasilitas jalan, air minum dan listrik kurang lebih seperti di Tokyo, Kyoto, Osaka dan kota-kota besar lainnya.

3. Perekonomian Jepang di mulai dari PM Ikeda yang menitik beratkan toleransi dan kesabaran. kebijakan PM Ikeda dalam bidang ekonomi adalah meningkatkan pendapatan masyarakat. Pemerintah Jepang dalam kebijakan ekonomi membuka perbaikan dibidang teknik, investasi dan supply dari Amerika. Pasar dalam negri semakin dibutuhkan dan terus berkembang sehingga ekonomi Jepang terus maju.peningkatan konsumsi terjadi pada televise, kulkas, mesin cuci dan kebutuhan alat elektronik rumah tangga.

4. Keseragaman budaya masyarakatnya, dengan budaya ini memberikan suatu modal dasar untuk mempermudah segala kegiatan yang bersekala nasional maupun lokal. Ada pendorong pisikologis untuk membangun negaranya, politik fasis-ekspansionis yang telah dilakukan rezim militer Jepang sejak perang dunia I. Politik inilah yang telah membawa Jepang benar-benar menjadi negara imperialis modern di belahan timur asia sejak usainya perang dunia II. Kesiapan mental orang Jepang untuk membangun negaranya, orang Jepang memiliki sikap budaya disiplin dan suka bekerja keras yang menjadi bagian hidup bangsa Jepang.


(34)

Sistem adat waris tanah yang dimiliki bangsa Jepang, yang dapat mendukung peroses awal pembangunan, budaya ini sangat mendukung proses kemajuan ketika bangsa Jepang memulai pembangunannya yang bertumpu pada sektor pertanian. Bangsa Jepang memiliki agama local (Shinto) yang juga menjadi agama negara, kepercayaan Shinto sebagai agama negara dan sumber akar budaya serta tradisi yang mempengaruhi pola hidup dan budaya bangsa Jepang.

5. Kesadaran Jepang untuk segera membangun ketahan nasionalnya dengan berbasiskan pada kekuatan ekonomi dan militer, menjadi sumber penyebab utama terjadinya restorasi meiji. Restorasi yang berlangsung selama kekuasaan meiji memang banyak diilhami dari perkembangan kapitalisme barat.Masyarakat Jepang mulai mendambakan segala bentuk peralatan yang menunjukkan ciri modern.

4.2 Saran

1. Sebaiknya mahasiswa Bahasa Jepang lebih dapat memahami sejarah Jepang. 2. Mahasiswa Bahasa Jepang dapat mempelajari budaya hidup orang Jepang

yang mempunyai semangat kuat untuk bangkit setelah Restorasi Meiji.

3. Dengan kita mempelajari sejarah Kondisi Jepang, kita bisa mengetahui sistem pemerintahan yang pernah digunakan kekaisaran untuk memerintah Jepang selama berabad – abad.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik umum. Jakarta : rineka cipta

Takamizawa, hajime dkk. 1997. Hajimete no nihon go kyouiku ‘kihon yougo jite’. Tokyo : asuku koudansha.

Koizumi, tamutsu. 1993. Nihon go kyoushi no tame no gengo gaku nyuumon. Tokyo : taishuukan shoten.


(1)

yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku Minna no Nihonggo I & II dan Advanced Vocabulary Book for Levels 1 & 2, 500 Essential Japanese Expression A Guide to Correct Usage of Key Sentence Patterns.

Data dalam penelitian ini berupa morfem, kata, atau kalimat yang memiliki bentuk adjektiva atau yang sebelum dan sesudahnya berasal dari adjektiva bahasa Jepang. Analisis data yang dilakukan, yaitu data morfem, kaidah penguraian pembentukan kata, kaidah penguraian perubahan kata, dan analisis fungsi. Dari hasil temuan menunjukkan bahwa proses pembentukan kata (gokeisei) dalam adjektiva (keiyoushi) bahasa Jepang terbagi atas 3 yaitu afiksasi (setsuji), reduplikasi (juufuku), dan komposisi (fukugo). Dalam afiksasi adjektiva bahasa Jepang terbagi atas 2 bagian yaitu prefiks (settouji) dan sufiks (setsubiji). Prefiks adjektiva bahasa Jepang terdiri atas prefiks KO-, FU-, MA-, KA-, OO-, DAI-, USU-, ASA-, URA-, TE-, DO-, DOSU-, WARU-, TA-, SORA-, NAMA-, MONO-, dan sufiks pada adjektiva bahasa Jepang terdiri atas sufiks –PPOI, -RASHII, dan –SHII. Komposisi pada adjektiva bahasa Jepang terdiri atas reduplikasi kata dasar dengan penanda akhiran adjektiva-na (na-keiyoushi) dan reduplikasi afiksasi dengan penanda akhiran adjektiva-I (i-keiyoushi). Komposisi pada adjektiva bahasa Jepang yaitu terjadi dengan penggabungan dengan jenis kata lain seperti nomina (meishi) dan verba (doushi). Perubahan bentuk kata (katsuyoukei) terdiri atas mizenkei (bentuk kemungkinan atau aktivitas yang belum selesai), renyoukei (bentuk sambung), shuushikei (bentuk dasar), rentaikei (bentuk yang diikuti taigen) kateikei (bentuk pengandaian).

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahwa adjektiva dalam bahasa jepang ada dua macam, yaitu yang berakhiran (gobi) I yang disebut dengan keiyoushi atau I-keiyoushi dan yang berakhiran (gobi) DA atau NA yang dikenal dengan sebutan keiyoudoushi atau NA-keiyoushi. Bagian yang mengalami perubahan bentuk dalam


(2)

adjektiva-I, yaitu fonem /i/, sedangkan pada adjektiva-NA yang juga disebut dengan adjektiva-DA yang mengalami perubahannya adalan /da/ .

Jenis perubahan adjektiva dalam bahasa jepang hampir sama dengan jenis perubahan verba, tetapi tidak ada perubahan ke dalam bentuk meireikei ‘perintah’. Ini merupakan hal yang wajar sebab makna adjektiva dalam bahasa jepang yaitu kata yang berfungsi untuk menunjukan keadaan, sifat, atau perasaan yang diakhiri dengan huruf /i/ atau /da/ . Berbagai bentuk perubahan untuk kedua jenis adjektiva tersebut, dapat dilihat di bawah berikut ini.

Jenis perubahan adjektiva-I dan Adjektiva-NA dalam bentuk kamus.

 Bentuk kamus - oo-i / shizuka-da . bentuk ini adalah bentuk dasar.  Mizenkei - oo-karou / shizuka-daro. Kata kemungkinan.  Ren-youkei - oo-katta / shizuka-datta.

Adjektiva-I dan adjektiva-NA. /oo-ku., /shizuka-ni., /oo-ku-nai., /shizuka-de-nai., /oo-kute., /shizuka-de. Bentuk lampau (+) yang diikuti dengan predikat yang menyangkal (-) sambung / atau halus.


(3)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Jepang adalah negara fodal,sejak pemerintahan militer berdiri di Jepang,yaitu pada masa kamakura zaman feodalisme dimulai.meskipun pengaruh feodalisme amat kental namun bangsa Jepang memiliki impian menuju kehidupan yang lebih maju dan dapat menguasai dunia.dipemerintahan tokugawa Jepang sudah menciptakan hubungan internasional khususnya dibidang perdagangan dengan bangsa lain. Restorasai Meiji membuat Jepang lebih bebas dalam berinteraksi dengan Negara-negara lain. berkat Restorasi Meiji Jepang berkembang menjadi negara industri yang kuat dan membuat Jepang menjadi negara yang imperialis. Seusai perang dunia I Jepang dengan politik fasisme yang mulai dijalankannya memperlihatkan keunggulan. Dengan mudah Jepang menduduki Manchuria dan mendirikan negara boneka. Jepang juga unggul pada perang Cina-Jepang I (1894-1895) dan perang China-Jepang II (1937) .

2. Salah satu aspek yang mendorong keberhasilan Jepang dalam membangun

sumberdaya manusia paska perang dunia II adalah membudayakan sistem “Kerja Kelompok” . Yaitu suatu sistem, yang mana para insinyur Jepang yang dikirim ke Barat untuk belajar harus kembali ke Jepang dengan membawa ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian, ilmu dan teknologi yang mereka bawa harus diajarkan kepada semua anggota kelompoknya. Jepang memprioritaskan kebijakan


(4)

pemerataan pembangunan. Diantara Negara-negara maju, Jepang adalah negara yang paling tinggi tingkat pemerataan hasil-hasil pembangunannya. Bukan hanya dari aspek pendapatan tetapi juga meliputi fasilitas publik seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur-fisik, dan lain-lain. Rakyat Jepang masa sekarang sudah menikmati fasilitas – fasilitas tersebut. Bahkan untuk daerah pedesaan di pegunungan, mereka mendapatkan fasilitas jalan, air minum dan listrik kurang lebih seperti di Tokyo, Kyoto, Osaka dan kota-kota besar lainnya.

3. Perekonomian Jepang di mulai dari PM Ikeda yang menitik beratkan toleransi dan kesabaran. kebijakan PM Ikeda dalam bidang ekonomi adalah meningkatkan pendapatan masyarakat. Pemerintah Jepang dalam kebijakan ekonomi membuka perbaikan dibidang teknik, investasi dan supply dari Amerika. Pasar dalam negri semakin dibutuhkan dan terus berkembang sehingga ekonomi Jepang terus maju.peningkatan konsumsi terjadi pada televise, kulkas, mesin cuci dan kebutuhan alat elektronik rumah tangga.

4. Keseragaman budaya masyarakatnya, dengan budaya ini memberikan suatu modal dasar untuk mempermudah segala kegiatan yang bersekala nasional maupun lokal. Ada pendorong pisikologis untuk membangun negaranya, politik fasis-ekspansionis yang telah dilakukan rezim militer Jepang sejak perang dunia I. Politik inilah yang telah membawa Jepang benar-benar menjadi negara imperialis modern di belahan timur asia sejak usainya perang dunia II. Kesiapan mental orang Jepang untuk membangun negaranya, orang Jepang memiliki sikap budaya disiplin dan suka bekerja keras yang menjadi bagian hidup bangsa Jepang.


(5)

Sistem adat waris tanah yang dimiliki bangsa Jepang, yang dapat mendukung peroses awal pembangunan, budaya ini sangat mendukung proses kemajuan ketika bangsa Jepang memulai pembangunannya yang bertumpu pada sektor pertanian. Bangsa Jepang memiliki agama local (Shinto) yang juga menjadi agama negara, kepercayaan Shinto sebagai agama negara dan sumber akar budaya serta tradisi yang mempengaruhi pola hidup dan budaya bangsa Jepang.

5. Kesadaran Jepang untuk segera membangun ketahan nasionalnya dengan berbasiskan pada kekuatan ekonomi dan militer, menjadi sumber penyebab utama terjadinya restorasi meiji. Restorasi yang berlangsung selama kekuasaan meiji memang banyak diilhami dari perkembangan kapitalisme barat.Masyarakat Jepang mulai mendambakan segala bentuk peralatan yang menunjukkan ciri modern.

4.2 Saran

1. Sebaiknya mahasiswa Bahasa Jepang lebih dapat memahami sejarah Jepang. 2. Mahasiswa Bahasa Jepang dapat mempelajari budaya hidup orang Jepang

yang mempunyai semangat kuat untuk bangkit setelah Restorasi Meiji.

3. Dengan kita mempelajari sejarah Kondisi Jepang, kita bisa mengetahui sistem pemerintahan yang pernah digunakan kekaisaran untuk memerintah Jepang selama berabad – abad.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik umum. Jakarta : rineka cipta

Takamizawa, hajime dkk. 1997. Hajimete no nihon go kyouiku ‘kihon yougo jite’. Tokyo : asuku koudansha.

Koizumi, tamutsu. 1993. Nihon go kyoushi no tame no gengo gaku nyuumon. Tokyo : taishuukan shoten.