PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PERSONAL TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PENJAS.

(1)

Dena Widyawan, 2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PERSONAL TERHADAP PENINGKATKAN JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR SISWA DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

(Studi Eksperimen di Sekolah Menengah Pertama Laboratorium Percontohan UPI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh : Dena Widyawan

0900144

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

Dena Widyawan, 2013

ABSTRAK

Nama: Dena Widyawan. Nim: 0900144. Skripsi ini berjudul: Pengaruh Model Pembelajaran Personal Terhadap Peningkatan Jumlah Waktu Aktif Belajar Siswa Pada Pembelajaran Penjas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran personal terhadap peningkatkan jumlah waktu aktif belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Pertama Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Model pembelajaran personal memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah waktu aktif belajar siswa dalam aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Pertama Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia”. Metode yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah metode eksperimen. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah simple random sampling. Populasi penelitian ini berjumlah 198 siswa, sedangkan sampel penelitian 20 siswa. Instrumen yang digunakan adalah format instrumen penampilan mengajar pendidikan jasmani. Hasil uji t menunjukan nilai t hitung sebesar 11.03 dan t tabel sebesar 2.093 artinya t hitung > t tabel berarti Ho ditolak. Uji hipotesis adalah model pembelajaran personal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap alokasi waktu manajemen, Hasil uji t menunjukan nilai t hitung sebesar 17.5 dan t tabel sebesar 2.093 artinya t hitung > t tabel berarti Ho ditolak. Model pembelajaran personal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Hasil uji t menunjukan nilai t hitung sebesar 5.46 dan t tabel sebesar 2.093 artinya t hitung > t tabel berarti Ho ditolak. Model pembelajaran personal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap alokasi waktu menunggu. Kesimpulan penelitian ini adalah pengaruh model pembelajaran personal telah meningkatkan waktu aktif belajar penjas siswa di Sekolah Menengah Pertama Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.


(3)

Dena Widyawan, 2013

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Perumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Metode Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitan ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9

A.Pendidikan Jasmani ... 9

B.Jumlah Waktu Aktif Belajar ... 14

C.Model Pembelajaran ... 16

D.Model Pembelajaran Personal ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A.Tujuan Penelitian ... 42

B.Waktu dan Tempat Penelitian ... 42

C.Metode Penelitian ... 42

D.Desain Penelitian ... 43


(4)

Dena Widyawan, 2013

F. Instrumen Penelitian ... 47

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 53

A.Hasil Pengolahan ... 71

B.Uji Normalitas dan Homogenitas ... 66

C.Uji Hipotesis ... 74

D.Diskusi Penemuan ... 77

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A.Kesimpulan ... 80

B.Saran ... 80


(5)

Dena Widyawan, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Model pembelajaran personal meliputi strategi pembelajaran ... 23

Tabel 2.2 Fase Kegiatan ... 36

Tabel 4.1 Model pembelajaran personal meliputi strategi pembelajaran .... 54

Tabel 4.2 Hasil observasi aktivitas belajar siswa sebelum perlakuan ... 55

Tabel 4.3 Kegiatan siswa dalam proses pembelajaran sepakbola ... 56

Tabel 4.4 Gambaran secara individu yang aktif dalam belajar ... 57

Tabel 4.5 Waktu dihabiskan oleh siswa untuk mendengarkan informasi .... 58

Tabel 4.6 Waktu untuk menunggu keseluruhan ... 60

Tabel 4.7 Waktu untuk menunggu individual ... 61

Tabel 4.8 Hasil observasi setelah perlakuan ... 63

Tabel 4.9 Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa ... 65

Tabel 4.10 Hasil observasi waktu yang dihabiskan untuk intruksi ... 67

Tabel 4.11 Keseluruhan hasil observasi terhadap masa menunggu siswa ... 68

Tabel 4.12 Aktif belajar sebelum perlakuan secara keseluruhan ... 70

Tabel 4.13 Aktif belajar setelah perlakuan secara keseluruhan ... 70

Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas kelompok pre test ... 71

Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas kelompok post test ... 72

Tabel 4.16 Hasil Pengujian Homogenitas kelompok pre test ... 73

Tabel 4.17 Hasil Pengujian Homogenitas kelompok post test ... 73


(6)

Dena Widyawan, 2013

Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Uji Beda Rata-rata dua pihak aktivitas ... 75 Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Uji Beda Rata-rata dua pihak intruksi ... 76 Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Uji Beda Rata-rata dua pihak alokasi ... 76


(7)

Dena Widyawan, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest ... 44

Gambar 3.2 Langkah-Langkah Prosedur Penelitian ... 45

Gambar 4.1 Alokasi waktu secara individu ... 55

Gambar 4.2 Kondisi tingkat aktif siswa secara individu ... 58

Gambar 4.3 Alokasi waktu untuk kegiatan menunggu ... 61

Gambar 4.4 Hasil observasi terhadap alokasi waktu kegiatan manajerial ... 64

Gambar 4.5 Gambaran siswa yang aktif ... 66


(8)

Dena Widyawan, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perlakuan ... 84

Lampiran 2 Instrumen Waktu Aktif Belajar ... 89

Lampiran 3 Hasil Penilaian Waktu Aktif Belajar Tes Awal ... 91

Lampiran 4 Hasil Penilaian Waktu Aktif Belajar Tes Akhir ... 93

Lampiran 5 Sampel Penelitian ... 96

Lampiran 6 Perhitungan Jumlah Rata-rata dan Simpangan baku pre test ... 97

Lampiran 7 Perhitungan Jumlah Rata-rata dan Simpangan baku post test .... 98

Lampiran 8 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Liliefors ... 99

Lampiran 9 Rencana Program Pembelajaran ... 99

Lampiran 10 Alat Pembelajaran ... 99

Lampiran 11 Foto Proses Pembelajaran Penjas ... 99

Lampiran 12 Surat Penelitian ... 99

Lampiran 13 Surat Keputusan (SK) Pengesahan Judul dan Penunjukan Dosen Pembimbing Skripsi ... 99


(9)

Dena Widyawan, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan Jasmani menurut Barrow dalam buku Abduljabar ( 2010:3) adalah: Pendidikan tentang dan melalui gerak insani, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot, termasuk: olahraga (sport) permainan, senam dan latihan (exercise).

Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

Ruang lingkup pendidikan jasmani meliputi aspek-aspek sebagai berikut : (1) Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi


(10)

2

Dena Widyawan, 2013

gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya (2) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya (3) Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya (4) Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya (5) Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya (6) Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung (7) Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek. Oleh sebab itu acuan penilaian pada mata pelajaran pendidikan jasmani begitu luas. Tujuan program pendidikan jasmani menurut Abduljabar (2009:92) adalah: menciptakan suatu lingkungan yang menstimulasi pengalaman gerak yang terpilih yang menghasilakan respon yang diinginkan dan berkontribusi optimal pada perkembangan potensi individu dalam semua fase kehidupan.

Dalam proses pembelajaran di sekolah, pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan secara formal. Pendidikan jasmani merupakan


(11)

3

Dena Widyawan, 2013

salah satu bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan yang diselenggarakan di setiap lembaga pendidikan. Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang dalam pelaksanaannya memakai aktivitas jasmani sebagai wahana atau pengalaman belajar dan melalui pengalaman tersebut anak tumbuh dan berkembang untuk mencapai tujuan pendidikan. Mengajar adalah perbuatan yang kompleks. Perbuatan yang kompleks dapat diterjemahkansebagai penggunaan sejumlah komponen secara integratif yang tergantung dalam perbuatan dalam perbuatan mengajar itu untuk menyampaikan pesan pembelajaran.

Didalam proses pembelajaran banyak model-model pembelajaran yang di implementasikan tetapi dalam penelitian ini peneliti akan mencoba dengan menggunakan model pembelajaran personal. Dalam kaitan dengan proses pembelajaran ada baiknya guru menggunakan suatu protipe dari suatu teori atau model. Disebut model karena hanya merupakan garis besar atau pokok-pokok yang memerlukan pengembangan yang sangat siruasional. Secara umum istilah “model’ diartikan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Fred Percipal (t.t, dalam Hamalik dalam buku juliantine (2011:3) menyatakan bahwa :“Model is physical or conceptual representation of an object or system, incorporating certain spesific features of the original”

Maksud dari pernyataan tersebut, model adalah suatu penyajian fisik atau konseptual dari suatu obyek atau sistem yang menkombinasikan/ menyatukan bagian-bagian khusus tertentu dari obyek aslinya. Model digunakan untuk dapat membantu memperjelas prosedur, hubungan, serta keadaan keseluruhan dari apa


(12)

4

Dena Widyawan, 2013

yang didesain. Menurut Joyce dan Weil dalam buku Jualintine (2011:5), ada beberapa kegunaan dari model antara lain:

a. Memperjelas hubungan fungsional di antara berbagai komponen, unsur atau elemen sistem tertentu.

b. Prosedur yang akan ditempuh dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dapat diidentifikasikan secara tepat.

c. Dengan adanya model maka berbagai kegitan yang dicangkupnya dapat dikendalikan.

Model personal menurut julinatine (2011:142) menekankan pada pengembangan proses individu. Hal ini meliputi pengembangan proses individu dan membangun serta mengorganisasikan dirinya sendiri. Model memfokuskan pada konsep diri yang kuat dan realistis untuk membantu membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan lingkungannya.

Model ini menjadikan pribadi peserta didik mampu membentuk hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif. Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar peserta didik merasa bebas dalam mengajar mengembangkan diri baik emosional maupun intelektual.

Implikasi teori ini dalam pendidikan adalah sebagai berikut :  Bertingkah laku dan belajar adalah hasil dari pengamatan.


(13)

5

Dena Widyawan, 2013

 Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri.

 Sebagian besar tingkahlaku individu adalah hasil dari konsepsinya sendiri.  Mengajar adalah bukan hal yang penting, tapi belajar bagi peserta didik

adalah sangat penting.

Salah satu cara untuk mengetahui bagaimana siswa menghabiskan waktu dalam pelajaran pendidikan jasmani adalah dengan cara menganalisis waktu (time

analysis). Analisis waktu (time analysis) dalam proses mengajar atau sering pula

disebut catatan lama waktu (duration recording) merupakan salah satu contoh teknik untuk melihat pemanfaatan waktu dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Adapun yang menjadi bagian dari pendidikan jasmani yaitu waktu aktif belajar yang menjadi dasar dalam pendidikan. Maksud dari waktu aktif belajar yaitu banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan uraian yang diungkapkan oleh Adang Suherman (2009:114) bahwa, “Jumlah waktu aktif belajar yaitu waktu yang dihabiskan oleh sebagian besar siswa (lebih dari 50%) untuk melakukan aktivitas belajar secara aktif”.

Peserta didik pada zaman sekarang jumlah waktu aktif belajarnya sangat kurang, maka peneliti dengan model pembelajaran personal akan melakukan penelitian.

Oleh karena itu, maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian

mengenai “Pengaruh Model Pembelajaran Personal Terhadap Peningkatkan


(14)

6

Dena Widyawan, 2013

Penelitian ini dilakukan guna mencari tahu pengaruh yang didapatkan dengan melalui pengimplementasikan model pembelajaran personal untuk meningkatkan jumlah waktu aktif belajar siswa dalam aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani di SMP Labschool UPI.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah ada pengaruh model pembelajaran personal terhadap peningkatkan jumlah waktu aktif belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMP Laboratorium Percontohan UPI?

C. Tujuan Penelitian

Penetapan tujuan dalam suatu penelitian merupakan sesuatu yang penting sebagai awal untuk kegiatan selanjutnya dalam upaya mencapai tujuan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran personal terhadap peningkatkan jumlah waktu aktif belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMP Laboratorium Percontohan UPI.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan serangkaian strategi yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan penelitian dan menjawab masalah yang diteliti. Dalam penelitianya ini penulis menggunakan metode eksperimen untuk mendapatkan data penelitiannya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh model


(15)

7

Dena Widyawan, 2013

pembelajaran personal untuk meningkatkan jumlah waktu aktif belajar siswa dalam aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani. Sesuai dengan tujuan dalam penelitian, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen.

Arikunto (2002 :117), menjelaskan bahwa :

Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara satu faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisih kan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu

Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa eksperimen adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mendapat berbagai informasi yang berasal dari dua data yang terkumpul dan menguji hipotesis yang berguna dari masalah yang akan diteliti.

Siregar (2004:56), menjelaskan bahwa : ”Penelitian eksperimen adalah penelitian langsung yang dilakukan terhadap suatu objek untuk menentukan pengaruh suatu variabel terhadap variabel tertentu dengan pengontrolan yang ketat.” Namun dikarenakan penelitian ini dilaksanakan di sekolah, maka tidak dibentuk kelompok-kelompok lain sebagai sampel penelitian melainkan menggunakan kelas-kelas yang sudah ditentukan sekolah sebagai populasi penelitian.


(16)

8

Dena Widyawan, 2013 E. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, diharapkan mempunyai manfaat yang baik, baik bagi penulis maupun bagi pembaca. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi lembaga-lembaga pendidikan terutama dalam pengoptimalan proses pembelajaran penjas khususnya di sekolah menengah pertama untuk peningkatkan jumlah waktu aktif belajar siswa dalam aktivitas pembelajaran penjas.

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan pertimbangan bagi guru pendidikan jasmani terhadap penerapan model pembelajaran personal yang diberikan sesuai untuk peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa dalam aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani.


(17)

Dena Widyawan, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Secara operasional, penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh model pembelajaran personal terhadap jumlah waktu aktif belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMP Laboratorium Percontohan UPI

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu dan tempat di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Waktu : Mulai dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2012 Tempat : SMP Laboratorium Percontohan UPI

Jln Senjayaguru Kampus Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung 40154

C. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2012 : 2) “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2012 : 72) bahwa “metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu


(18)

43

Dena Widyawan, 2013

Sugiyono (2012 : 39) “variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel independen atau bebas

Menurut Sugiyono (2012 : 39) “variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (terikat)” Variabel independen dalam penelitian ini adalah model pembelajaran personal.

2. Variabel dependen atau terikat

Menurut Sugiyono (2012 : 39) “variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah jumlah waktu aktif belajar siswa terhadap pembelajaran pendidikan jasmani.

D. Desain Penelitian

Sugiyono (2012 : 42) menjelaskan bahwa desain penelitian atau paradigma

penelitian diartikan sebagai “pola pikir yang menunjukan hubungan variabel

yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis , dan teknik analisis statistik yang akan digunakan”.

Desain yang akan digunakan pada penelitian ini adalah One-Group


(19)

44

Dena Widyawan, 2013

awal), sebelum diberikan perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

O

1

X O

2

Gambar 3.1

Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest Design

Keterangan: O1= tes awal O2 = tes akhir


(20)

45

Dena Widyawan, 2013

Adapun prosedur penelitian yang akan peneliti tempuh dalam upaya pengambilan data, peneliti akan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

Gambar 3.2

Langkah-Langkah Prosedur Penelitian

Populasi

Kesimpulan Analisis Data Pengolahan Data

Sampel

Tes Awal

Pembelajaran penjas menggunakan model personal


(21)

46

Dena Widyawan, 2013

E. Populasi dan Sampel

Populasi menurut Sugiyono (2012 :117) adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”. Data merupakan salah satu hal yang terpenting yang tidak boleh diabaikan, karena itu untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini sumbernya harus jelas, artinya sumber data harus diperoleh dari suatu kelompok yang menjadi objek penelitian. Kelompok tersebut lazim disebut populasi dan sampel. Populasi didalam penelitian ini yaitu SMP Laboratorium Percontohan UPI.

Sedangkan sampel merupakan seluruh anggota populasi. Sugiyono (2012 :

118) mengungkapkan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan teknik yang

digunakan dalam pengambilan sampel adalah dengan menggunakan teknik

simple random sampling. Dikatakan simpel (sederhana) karena pengambilan

anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII (Tujuh) SMP Laboratorium Percontohan UPI. Karena populasinya lebih dari pada 100 orang maka peneliti mengambil 10-15% sampel dari keseluruhan populasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006 : 134) yang mengemukakan bahwa:


(22)

47

Dena Widyawan, 2013

Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII yang semuanya berjumlah 158 orang siwa. Menurut penjelasan diatas, maka penulis akan mengambil sampel 10% dari populasi yang ada. Jadi sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini berjumlah 20 orang siswa. Sampel sendiri diambil melalui teknik simple random sampling. Teknik ini sendiri bisa dikatakan simpel (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2012 : 82)

F. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:102) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.

Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran personal terhadap jumlah waktu aktif belajar penjas penulis akan menggunakan instrumen penelitian penampilan mengajar instrumen observasi ini menggabungkan dua tujuan, yaitu untuk mengetahui pemanfaatan waktu aktif belajar gerak dan proporsi jumlah siswa dalam belajar gerak. Selain itu juga, dalam instrumen ini terdapat alokasi fokus dan siswa fokus. Untuk mengetahui jumlah waktu aktif belajar siswa penulis akan menggunakan poin alokasi fokus. Menurut


(23)

48

Dena Widyawan, 2013

Suherman (2009 : 32) instrumen penelitian ini sebelumnya pernah digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Komisi Nasional Pendidikan Jasmani dan Olahraga (Komnas Penjasor) pada tiga kota besar di Indonesia (Surabaya, Padang, Jakarta) pada tahun 2007.

Data yang diambil dalam penelitian ini akan menggunakan lembar observasi. Langkah-langkah pelaksanaan observasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Hidupkan stopwatch sejak dari awal hingga akhir pembelajaran 2. Berikan tanda cek (X) pada kolom stopwatch sesuai dengan

berkurangnya waktu dalam stopwatch

3. Berikan tanda cek (X) pada kolom alokasi fokus segera setelah guru menyuruh siswa melakukan aktivitas fokus tujuan

Kolom yang akan digunakan instrumen penelitian adalah berupa gambaran hitungan menit dari mulai menit pertama sampai dengan menit akhir. Jumlah menit yang berada dalam kolom ini disesuaikan dengan jam pelajaran penjas yang telah ditentukan oleh pihak kurikulum yang ada disekolah. Untuk mempermudah dalam melihat siapa yang aktif mengikuti pembelajaran pada setiap menitnya, maka penulis akan memberikan nomor dada yang disesuaikan dengan nomor absen yang ada pada absensi kelas. Sedangkan untuk menentukan berapa jumlah siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran maka harus menuliskan nomor urut siswa tersebut pada kolom jumlah siswa fokus.


(24)

49

Dena Widyawan, 2013

G. Teknik analisis data

Agar penulis dapat membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dibuat, maka data yang telah terkumpul dari hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan statistik.

1. Mencari nilai rata-rata ⃐ =

Keterangan: ⃐ = rata-rata suatu kelompok

∑ = jumlah sampel suatu kelompok = nilai data

n = jumlah sampel 2. Mencari Simpangan Baku

√ ⃐ ⃐

Keterangan: S = simpangan baku yang dicari

⃐ ⃐

= jumlah kuadrat nilai data dikurang rata-rata n = jumlah sampel

3. Menguji Normalitas

Tujuan menguji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data dari hasil pengukuran tersebut terdistribusi normal atau tidak. Menguji


(25)

50

Dena Widyawan, 2013

normalitas data ini dengan menggunakan uji Liliefors. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan X1, X2,,,,Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,,,,,Zn dengan menggunakan rumus

b. Untuk bilangan baku digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung F (Z1 ) =P (Z.Z1)

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1,Z2,,,,,Zn ∑Z1 jika proporsi ini dinyaatakan S (Z1), maka

d. Menghitung selisih F (Z1) – S (Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut (L0)

f. Kriteria adalah ditolak bahwa populasi berdistribusi normal jika L0 yang diperoleh dari data pengamatan melebihi Ltabel dari daftar. Dalam hal ini hipotesis diterima

4. Uji Homogenitas

Menguji homogenitas dua variabel adalah variansi dari tes awal dan tes akhir baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Menguji homogenitas data setiap butir dengan rumus:


(26)

51

Dena Widyawan, 2013

Kriteria pengujian homogenitas adalah terima hipotesis jika Fhitung lebih kecil dari pada Ftabel dengan deraat kebebasan = (V1 . V2 dengan α = 0,05 5. Maksudnya untuk menguji kesamaan dua rata-rata antara tes awal dan tes

akhir untuk menguji kesamaan dua rata-rata ini ditentukan oleh pengujian normalitas. Jika setelah diuji normalitas ternyata terdistribusi normal, baru kemudian dilakukan uji t yaitu kesamaan dua rata-rata dengan uji dua pihak.

Proses uji t sebagai berikut

a. Menghitung simpangan baku gabungan (S) dengan rumus

Keterangan: S = simpangan baku S1² = variansi pada tes awal S2² = variansi pada tes akhir n1 = jumlah siswa pada tes awal n2 = jumlah siswa pada tes akhir b. Mencari nilai t dengan rumus:

⃐ ⃐


(27)

52

Dena Widyawan, 2013

Keterangan: t = distribusi t S = simpangan baku

= rata-rata skor pretest

⃐ = rata-rata skor posttest

= jumlah siswa pada test awal = jumlah siswa pada test akhir

c. Membandingkan nilai thitung yang telah dicari dengan ttabel dengan derajat kebebasan n1 + n2 dan taraf nyata α = 0,05.

d. Untuk kriteria pengujian adalah H0 diterima jika ttabel < thitung. ttabel dengan kata lain jika nilai thitung berada diantara ttabel dan ttabel maka H0 diterima, artinya treatment tidak memberikan pengaruh yang berarti. e. Sebaliknya jika nilai thitung tidak terletak diantara ttabel maka H0 tidak


(28)

Dena Widyawan, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian tersebut dan hasil pengolahan data maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:” model pembelajaran personal memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap jumlah waktu aktif belajar penjas siswa di

SMP Laboratorium Percontohan UPI”

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh telah dirumuskan baik berupa hasil penelitian, pembahasan hasilnya, maupun beberapa kesimpulan, maka ditarik beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Model pembelajaran personal lebih menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran dengan pengarahan dan bimbingan yang sesuai dengan karakteristik anak. oleh karena itu Guru sebagai fasilitator pembelajaran sebaiknya terus mengarahkan siswa agar terus mengembangkan potensi dan kemampuannya. Pengembangan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan namun pada semua aspek yaoitu afeksi dan psikomotor 2. Bagi Pihak sekolah

Pihak sekolah memberikan dukungan penug bagi guru untuk menngembangkan model-model pembelajaran yang memberikan dampak


(29)

81

Dena Widyawan, 2013

positif bagi siswa dan peningkatan wktu aktif belajar. Pembelajaran yang mendorong siswa aktif akan mempermudah interaksi siswa dengan sumber belajar seperti pengalaman, guru atau media informasi ( buku, internet) tentang pembelajaran penjas

3. Untuk penelitian Selanjutnya

Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut dengan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk lebih aktif belajar dan mencapai kompetensi yang diharapkan. Penelitian dengan sampel lebih besar akan memperkaya pengetahuan pada pembelajaran penjas menjadi lebih representatif.


(30)

Dena Widyawan, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual Dalam Pendidikan

Jasmani. Bandung: Rizki Press.

Abduljabar,(2009). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: FPOK Arikunto, Suharsimi, (1996). Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta

:PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi, (2006). Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi, (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Juliantine, (2011). Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung:

FPOK UPI.

Mahendra, Agus dan Ma’mun, Amung. (1996). Teori Belajar Motorik. Jakarta:

Dirjen Dikti.

Mahendra, Agus dkk. (1998). Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik. Bandung: CV Andira

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfa Beta. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif

dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

Suherman, Adang (2009). Revitalisasi Keterlataran Pengajaran dalam Pendidikan


(1)

50

normalitas data ini dengan menggunakan uji Liliefors. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan X1, X2,,,,Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,,,,,Zn dengan

menggunakan rumus

b. Untuk bilangan baku digunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung F (Z1 ) =P (Z.Z1)

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1,Z2,,,,,Zn ∑Z1 jika proporsi ini

dinyaatakan S (Z1), maka

d. Menghitung selisih F (Z1) – S (Z1) kemudian tentukan harga

mutlaknya

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut (L0)

f. Kriteria adalah ditolak bahwa populasi berdistribusi normal jika L0

yang diperoleh dari data pengamatan melebihi Ltabel dari daftar. Dalam

hal ini hipotesis diterima

4. Uji Homogenitas

Menguji homogenitas dua variabel adalah variansi dari tes awal dan tes akhir baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Menguji homogenitas data setiap butir dengan rumus:


(2)

Dena Widyawan, 2013

Pengaruh Model Pembelajaran Personal Terhadap Peningkatan Jumlah Waktu Aktif Berlajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Kriteria pengujian homogenitas adalah terima hipotesis jika Fhitung lebih

kecil dari pada Ftabel dengan deraat kebebasan = (V1 . V2 dengan α = 0,05

5. Maksudnya untuk menguji kesamaan dua rata-rata antara tes awal dan tes

akhir untuk menguji kesamaan dua rata-rata ini ditentukan oleh pengujian normalitas. Jika setelah diuji normalitas ternyata terdistribusi normal, baru kemudian dilakukan uji t yaitu kesamaan dua rata-rata dengan uji dua pihak.

Proses uji t sebagai berikut

a. Menghitung simpangan baku gabungan (S) dengan rumus

Keterangan: S = simpangan baku

S1² = variansi pada tes awal

S2² = variansi pada tes akhir

n1 = jumlah siswa pada tes awal

n2 = jumlah siswa pada tes akhir

b. Mencari nilai t dengan rumus:

⃐ ⃐


(3)

52

Keterangan: t = distribusi t

S = simpangan baku

= rata-rata skor pretest

⃐ = rata-rata skor posttest

= jumlah siswa pada test awal

= jumlah siswa pada test akhir

c. Membandingkan nilai thitung yang telah dicari dengan ttabel dengan

derajat kebebasan n1 + n2 dan taraf nyata α = 0,05.

d. Untuk kriteria pengujian adalah H0 diterima jika ttabel < thitung. ttabel

dengan kata lain jika nilai thitung berada diantara ttabel dan ttabel maka H0

diterima, artinya treatment tidak memberikan pengaruh yang berarti. e. Sebaliknya jika nilai thitung tidak terletak diantara ttabel maka H0 tidak


(4)

Dena Widyawan, 2013

Pengaruh Model Pembelajaran Personal Terhadap Peningkatan Jumlah Waktu Aktif Berlajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian tersebut dan hasil pengolahan data maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:” model pembelajaran personal memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap jumlah waktu aktif belajar penjas siswa di

SMP Laboratorium Percontohan UPI”

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh telah dirumuskan baik berupa hasil penelitian, pembahasan hasilnya, maupun beberapa kesimpulan, maka ditarik beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Model pembelajaran personal lebih menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran dengan pengarahan dan bimbingan yang sesuai dengan karakteristik anak. oleh karena itu Guru sebagai fasilitator pembelajaran sebaiknya terus mengarahkan siswa agar terus mengembangkan potensi dan kemampuannya. Pengembangan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan namun pada semua aspek yaoitu afeksi dan psikomotor

2. Bagi Pihak sekolah

Pihak sekolah memberikan dukungan penug bagi guru untuk menngembangkan model-model pembelajaran yang memberikan dampak


(5)

81

positif bagi siswa dan peningkatan wktu aktif belajar. Pembelajaran yang mendorong siswa aktif akan mempermudah interaksi siswa dengan sumber belajar seperti pengalaman, guru atau media informasi ( buku, internet) tentang pembelajaran penjas

3. Untuk penelitian Selanjutnya

Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut dengan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk lebih aktif belajar dan mencapai kompetensi yang diharapkan. Penelitian dengan sampel lebih besar akan memperkaya pengetahuan pada pembelajaran penjas menjadi lebih representatif.


(6)

Dena Widyawan, 2013

Pengaruh Model Pembelajaran Personal Terhadap Peningkatan Jumlah Waktu Aktif Berlajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual Dalam Pendidikan

Jasmani. Bandung: Rizki Press.

Abduljabar,(2009). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: FPOK Arikunto, Suharsimi, (1996). Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta

:PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi, (2006). Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi, (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Juliantine, (2011). Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung:

FPOK UPI.

Mahendra, Agus dan Ma’mun, Amung. (1996). Teori Belajar Motorik. Jakarta:

Dirjen Dikti.

Mahendra, Agus dkk. (1998). Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik. Bandung: CV Andira

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfa Beta. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif

dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

Suherman, Adang (2009). Revitalisasi Keterlataran Pengajaran dalam Pendidikan


Dokumen yang terkait

Penerapan model Problem Based Learning pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa di SDN Kramatjati 18 Pagi Kelas VI

1 7 115

PENGARUH PENGGUNAAN BOLA MODIFIKASI TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA VOLI.

0 3 30

PENGARUH PEMBELAJARAN PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR DAN PERILAKU SOSIAL SISWA DI KELAS VIII SMPN 1 RANCAKALONG.

0 6 39

PENGARUH PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR (JWAB) SISWA DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN FUTSAL.

3 9 41

PERBANDINGAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BOLAVOLI.

0 2 36

PENGARUH MODEL PEER TEACHING TERHADAP WAKTU AKTIF BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BOLA BASKET.

0 1 28

PERBANDINGAN MODEL PENDEKATAN TAKTIS DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR (JWAB) DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLABASKET.

2 15 36

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLABASKET.

0 0 32

PENGARUH MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI : StudiEksperimen di SMP LaboratoriumPercontohan UPI.

4 16 30

PENGARUH PENGGUNAAN BOLA MODIFIKASI TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR (JWAB) SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA : Studi Eksperimen di SMA Nugraha Kota Bandung.

0 0 34