EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE TALKING STICK DALAM PEMBELAJARAN POLA KALIMAT BAHASA JEPANG TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA.

(1)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………. i

KATA PENGANTAR ………...ii

DAFTAR ISI………v

DAFTAR TABEL ………..viii

BAB I PENDAHULUAN ………..1

1.1 Latar Belakang Masalah ………....1

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah ………...4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….5

1.4 Definisi Operasional ………..6

1.5 Anggapan Dasar ………....7

1.6 Hipotesis ………8

1.7 Metode Penelitian ………..8

1.7.1 Jenis Metode Penelitian ………8

1.7.2 Populasi dan Sampel Penelitian ………...9

1.7.3 Instrumen Penelitian ………9

1.7.4 Teknik Pengumpulan Data ……….10

1.8 Sistematika Pembahasan ……….10

BAB II LANDASAN TEORITIS ………...12


(2)

vi

2.1.1 Pengertian Belajar ……….12

2.1.2 Syarat-Syarat Belajar ...14

2.1.3 Hasil Belajar ………..16

2.2 Pembelajaran ………...19

2.2.1 Pengertian Pembelajaran ………...19

2.2.2 Pengertian Metode Pembelajaran ………...21

2.3 Metode Pengajaran ………..22

2.3.1 Metode Pengajaran Bahasa Asing ………...22

2.3.2 Metode Pengajaran Bahasa Jepang ………...29

2.3.3 Metode Talking Stick ………..30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………...35

3.1 Metode Penelitian ………...35

3.2 Populasi dan Sampel ………...36

3.3 Teknik Pengumpulan Data ………...38

3.4 Teknik Pengolahan Data ………...43

3.5 Rancangan Eksperimen ………...46


(3)

vii

4.1 Pelaksanaan Eksperimen ……….52

4.1.1 Kelas Eksperimen ………...53

4.1.2 Kelas Kontrol ………...61

4.2 Analisis Data ………...64

4.2.1 Analisis Data Hasil Tes ………..64

4.2.2 Analisis Data Angket ……….71

4.3 Interpretasi Hasil Penelitian ………....86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….89

5.1 Kesimpulan ……….89

5.2 Saran ………90

DAFTAR PUSTAKA ……….92

LAMPIRAN-LAMPIRAN


(4)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2 Hasil Belajar ……….17

Tabel 3.1 Rancangan Eksperimen Pertama ………...47

Tabel 3.2 Rancangan Eksperimen Kedua ……….49

Tabel 3.3 Rancangan Eksperimen Ketiga ……….51

Tabel 4.1 Nilai Pretest 10 PM 2 ………....65

Tabel 4.2 Nilai Pretest 10 PM 3 ………66

Tabel 4.3 Nilai Posttest Kelas Kontrol (X PM 2) ……….67

Tabel 4.4 Nilai Posttest Kelas Eksperimen (X PM 3) ………..68

Tabel 4.5 Penafsiran Angket ……….72

Tabel 4.6 Soal No.4.1 ………73

Tabel 4.7 Soal No.4.2 ………73

Tabel 4.8 Soal No.4.3 ………74

Tabel 4.9 Soal No.5.1 ………74

Tabel 4.10 Soal No.5.2 ………..75

Tabel 4.11 Soal No.5.3 ………..76


(5)

ix

Tabel 4.13 Soal No.5.5 ………..77

Tabel 4.14 Soal No.6.1 ………..77

Tabel 4.14.1 Soal No.6.1.1 ………77

Tabel 4.14.2 Soal No.6.1.2 ………....78

Tabel 4.14.3 Soal No.6.1.3 ………78

Tabel 4.14.4 Soal No.6.1.4 ………79

Tabel 4.14.5 Soal No.6.1.5 ………79

Tabel 4.14.6 Soal No.6.1.6 ………80

Tabel 4.14.7 Soal No.6.1.7……….80

Tabel 4.15 Soal No.6.2 ……….81

Tabel 4.15.1 Soal No.6.2.1 ………81

Tabel 4.15.2 Soal No.6.2.2 ………82

Tabel 4.15.3 Soal No.6.2.3 ………82

Tabel 4.15.4 Soal No.6.2.4 ………83

Tabel 4.15.5 Soal No.6.2.5 ………83

Tabel 4.15.6 Soal No.6.2.6 ………84


(6)

x

Tabel 4.16.1 Alasan Siswa ………..85


(7)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial, oleh karenanya manusia melakukan interaksi, bekerja sama, dan menjalin kontak sosial di dalam masyarakat. Dalam melakukan hal tersebut, manusia membutuhkan sebuah alat komunikasi yang berupa bahasa. Manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sejak berabad-abad silam. Menurut artikel yang ditulis oleh Novi Lesmana (2007)1, bahasa adalah dasar pertama dan paling berurat akar pada masyarakat manusia. Oleh karena itu, bahasa adalah tanda yang jelas bagi kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas bagi keluarga dan bangsa, tanda yang jelas bagi budi kemanusiaan, dan merupakan dasar dari kebudayaan.

Dengan bahasa juga kita bisa saling bekerja sama dalam menjalani kehidupan di dunia meskipun dengan segala perbedaan yang ada. Sebagai buktinya adalah bangsa kita yang banyak bekerja sama dengan bangsa lain yang jelas sekali berbeda kebudayaan termasuk didalamnya perbedaan bahasa. Agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar, maka pembelajaran bahasa asing dianggap sangat penting. Maka dari itu, di sekolah-sekolah, khususnya di tingkat sekolah menengah, pelajaran bahasa asing, seperti Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa Jerman, Bahasa Jepang dan Bahasa Prancis mulai dipelajari.

1

Novi Lesmana, Sistem Maklumat Singkat (SMS), Penggunaan Ragam Bahasa di Ranah IT (Online),2007,<http//bahanamahasiswa.org/index.php?option=com_content&task=view&id=231& Itemid=2>, 7 April 2010.


(8)

2

Akhir-akhir ini banyak sekali orang yang mempelajari bahasa Jepang sebagai bahasa asing kedua selain bahasa Inggris baik untuk kepentingan ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi maupun untuk sekedar mengetahui budaya Jepang. Perkembangan pendidikan bahasa Jepang di Indonesia mengalami kemajuan pesat. Hal ini bisa dilihat dari jumlah peminat bahasa Jepang di SMA dan SMK yang semakin meningkat. Di SMK bahasa Jepang dijadikan sebagai bahasa asing pilihan.

Mempelajari bahasa Jepang bukanlah hal mudah. Selain huruf kanji yang rumit dan banyak, kosakata dan pola kalimat bahasa Jepang juga sangat sulit dipelajari karena sangat berbeda dengan bahasa ibu yang biasa digunakan sehari-hari. Hal ini tentu saja bisa menyebabkan minat siswa terhadap pembelajaran bahasa Jepang berkurang. Untuk terus mempertahankan minat siswa terhadap pembelajaran bahasa Jepang diperlukan suatu model pembelajaran yang inovatif dan menarik bagi siswa sehingga pembelajaran bahasa Jepang yang dianggap sulit menjadi menyenangkan untuk dipelajari.

Keberhasilan siswa dalam belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan metode yang digunakan dalam menyajikan materi pembelajaran. Oleh karena itu, pemilihan metode pembelajaran sangat penting bagi guru untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat diharapkan dapat menarik minat siswa untuk belajar. Pada umumnya, pengajar di sekolah melakukan proses pembelajaran yang kurang menarik dan membosankan. Pengajar umumnya menerapkan model pembelajaran


(9)

3

yang kurang bervariasi, sistem pengajar cenderung instruktif, pengajar memegang kendali, siswa hanya duduk diam menerima informasi, ilmu pengetahuan dan keterampilan secara pasif. Oleh karena itu, perlu adanya inovasi model-model pembelajaran yang relevan.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba memberikan alternatif model pembelajaran inovatif, yaitu metode talking stick. Metode talking stick ini merupakan salah satu pengembangan dari model pembelajaran kooperatif. Dalam pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah sudah ada yang menerapkan cara belajar dengan berkelompok. Namun, tujuannya hanya untuk menyelesaikan tugas semata. Dalam metode talking stick, siswa diarahkan untuk bisa juga bekerja, mengembangkan diri, dan bertanggung jawab secara individu (Lie, 2005:15)2.

Menurut hasil penelitian Ika Rahmawati (2007)3, dengan penerapan model pembelajaran inovatif metode talking stick dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemandirian belajar siswa. Namun, dalam penelitian Ika Rahmawati tersebut tidak dijelaskan apakah peningkatan aktivitas belajar dan kemandirian belajar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan hal tersebut, penulis akan menguji cobakan metode talking

2

Anita Lie, Mempraktekan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas, Jakarta, PT. Grasindo, 2005, h.15

3

Ika Rahmawati, Penerapan Model Pembelajaran Inovatif (Innovatif Learning) Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Kemandirian Belajar Siswa Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Malang, 2007 (Online), <http//karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/ekonomi pembangunan/article/view/4205>, 19 Januari 2010.


(10)

4

stick ini dalam pembelajaran bahasa Jepang dan melakukan penelitian dengan

judul:

“EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE TALKING STICK DALAM

PEMBELAJARAN POLA KALIMAT BAHASA JEPANG TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMKN 3

Bandung) ”.

1.2Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar siswa dalam penguasaan pola kalimat bahasa Jepang sebelum diterapkan metode talking stick?

2. Bagaimana hasil belajar siswa dalam penguasaan pola kalimat bahasa Jepang setelah diterapkan metode talking stick?

3. Bagaimana efektivitas metode talking stick terhadap pembelajaran bahasa Jepang?

4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan metode talking stick dalam pembelajaran bahasa Jepang?

2. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis akan memfokuskan masalah sebagai berikut:


(11)

5

1. Penelitian ini hanya akan dilakukan pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Bandung kelas X pada pembelajaran bahasa Jepang yang masih tingkat dasar.

2. Penelitian ini hanya dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam penguasaan pola kalimat bahasa Jepang sebelum dan sesudah diterapkan metode talking stick.

3. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui kesan dan tanggapan siswa terhadap penerapan metode talking stick dalam pembelajaran bahasa Jepang.

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memiliki dua kelompok tujuan, yakni tujuan umum dan khusus. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui data empiris tentang penerapan metode talking stick dalam pembelajaran bahasa Jepang. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum diterapkan metode talking stick dalam pembelajaran bahasa Jepang.

2. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Jepang melalui penerapan metode talking stick.

3. Untuk mengetahui efektivitas penerapan metode talking stick dalam pembelajaran pola kalimat bahasa Jepang terhadap hasil belajar siswa.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:


(12)

6

pembelajaran pola kalimat bahasa Jepang.

2. Bagi siswa, metode ini dapat dijadikan salah satu pilihan cara belajar dan digunakan untuk mempelajari pola kalimat bahasa Jepang dengan lebih mudah dan menarik.

1.4Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan makna dari kata-kata atau istilah yang digunakan dalam penelitian ini, penulis mencoba mendefinisikan istilah sebagai berikut:

1. Efektivitas : pengaruh yang ditimbulkan/disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan yang dilakukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003)4.

2. Metode : suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003)4.

3. Pembelajaran : proses atau cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003)4.

4. Talking Stick : suatu metode pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah murid mempelajari materi pokoknya (Kiranawati, 2007)5.

4

Alwi Hasan et al, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2003.

5 Kiranawati, Talking Stick (Guru PKn Belajar Menulis.mht), 2007,


(13)

7

5. Bahasa Jepang : bahasa yang dipakai oleh bangsa Jepang yaitu sekelompok masyarakat yang lahir dan hidup di negara Jepang yang memiliki luas wilayahnya kurang lebih 380.000 km persegi yang terdiri atas pulau-pulau besar yakni Hokkaidoo, Honshuu, Shikoku, Kyuushuu, dan kira-kira 7000 pulau kecil yang ada di sekitarnya (Sudjianto dan Ahmad Dahidi, 2007:4)6. 6. Hasil Belajar : bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah

laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2005)7.

1.5Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Dalam proses pembelajaran bahasa, kreatifitas pengajar dalam memilih metode dan teknik pembelajaran berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran.

b. Siswa memerlukan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan minatnya untuk belajar.

c. Metode talking stick melatih siswa untuk dapat saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas dan tanggung jawab.

d. Metode talking stick mengarahkan siswa untuk bisa bekerja, mengembangkan diri, dan bertanggung jawab secara individu (Lie, 2005)8. e. Metode talking stick mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

6

Sudjianto dan Ahmad Dahidi, Pengantar Linguistik Bahasa Jepang, Bekasi, Kesaint Blanc, 2007, h.4.

7

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta, Bumi Aksara, 2005.

8 Anita Lie, Mempraktekan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas, Jakarta, PT. Grasindo,


(14)

8 1.6Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang masih harus diuji kebenarannya (Arikunto, 2006)9. Dari pengertian tersebut, maka penulis memiliki hipotesis sebagai berikut:

HK : adanya perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa dalam penguasaan pola kalimat bahasa Jepang setelah diterapkan metode talking stick. HO : tidak ada perbedaan atau pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa dalam penguasaan pola kalimat bahasa Jepang setelah diterapkan metode

talking stick.

Hipotesis yang penulis ajukan adalah penerapan metode talking stick berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Jepang.

1.7Metode Penelitian

1.7.1 Jenis Metode penelitian

Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. “Metode penelitian

eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi terkendalikan” (Sugiyono, 2007)10.

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah True

Eksperimen Design Pretest Posttest Control Group Design atau desain

9

Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, Rineka Cipta, 2006.


(15)

9

eksperimen pretest posttest dengan dua kelompok (grup).

Pretest Postest Group Design memberi pretest dan posttest kepada kelas

kontrol dan kelas eksperimen dimana pemilihannya dilakukan secara random.

1.7.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X PM (Pemasaran) SMKN 3 Bandung. Pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan dengan cara random menurut Arikunto (2006:134)11, yaitu dalam pengambilan sampelnya, peneliti “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama.

1.7.3 Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Tes yang berupa pretest dan posttest

Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal objek penelitian

dan menentukan kelas eksperimen. Posttest digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pada objek penelitian setelah mendapat perlakuan berupa penerapan metode talking stick.

2. Angket

Angket yang digunakan adalah sejumlah pernyataan mengenai pembelajaran bahasa Jepang sampai penggunaan metode talking stick dalam pembelajaran bahasa Jepang.

11


(16)

10

1.7.4 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dijaring melalui:

1. Tes yang berupa tes awal atau pretest untuk mengetahui kemampuan awal objek penelitian dan tes akhir atau posttest untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pada objek penelitian setelah mendapatkan perlakuan.

2. Angket yang digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai penggunaan metode talking stick dalam pembelajaran bahasa Jepang.

1.8Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah dan Batasannya, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Definisi Operasional, Anggapan Dasar dan Hipotesis, Metode Penelitian, serta Sistematika Pembahasan

BAB II LANDASAN TEORITIS

Dalam bab ini penulis menguraikan mengenai Pengertian Belajar, Syarat-Syarat Belajar, Hasil Belajar, Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Metode Pengajaran Bahasa Asing, Metode Pengajaran Bahasa Jepang, Metode Talking

Stick.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai Metode Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan Data dan Rancangan Eksperimen.


(17)

11

BAB IV ANALISIS DATA

Bab ini menguraikan tentang Objek dan Pelaksanaan Penelitian, Pengolahan Data dan Hasilnya serta Kesimpulan.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini merupakan simpulan mengenai gambaran umum hasil penelitian dan saran-saran.


(18)

35 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan prosedur dan langkah kerja yang digunakan dalam kegiatan penelitian secara teratur dan sistematis, mulai dari tahap perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, sampai pada tahap pengambilan kesimpulannya (Dedi Sutedi, 2009:45)1.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. “Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi terkendalikan” (Sugiyono, 2007)2.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan pada hasil belajar siswa setelah menggunakan metode talking stick berdasarkan hasil post-test. Untuk membuktikan baik atau tidaknya metode ini perlu adanya kelas kontrol sebagai bahan pembandingnya. Maka dari itu, metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen murni dimana terdapat kelas kontrol sebagai bahan pembanding dengan kelas eksperimen.

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah True

1

Dedi Sutedi, Pengantar Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang (diktat kuliah), Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI, 2009.

2


(19)

33

Eksperimen Design Pretest Posttest Control Group Design atau desain

eksperimen pre-test post-test dengan dua kelompok (grup). Dalam desain ini observasi yang dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu sebelum dan sesudah eksperimen. “Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (01) disebut dengan pretest dan observasi yang dilakukan sesudah eksperimen (02) disebut dengan posttest” (Arikunto, 2006). Desain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

01: kelas eksperimen sebelum diberi

perlakuan

02: kelas eksperimen setelah diberi perlakuan

03: kelas kontrol

04: kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan

X : perlakuan

(Sugiyono, 2007)2

Pada 01 dan 03 diberikan pretest sedangkan pada 02 dan 04 diberikan posttest.

3.2 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Arikunto (2006)3 menyatakan bahwa “populasi merupakan keseluruhan

3

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :Rineka Cipta.

01

X 02


(20)

37 subjek penelitian.”

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 3 Bandung yang belajar bahasa Jepang, yaitu sekitar 21 kelas yang berjumlah 805 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006)3. Teknik penyampelan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik random, yaitu dalam pengambilan sampelnya, peneliti “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek-subjek dianggap sama (Arikunto 2006)3.

Untuk menentukan banyaknya sampel dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman yang diberikan Arikunto (2006)3, yaitu “Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya banyak dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”.

Sebelum penentuan sampel, perlu diketahui jumlah siswa yang sedang belajar bahasa Jepang di SMKN 3 Bandung adalah 805 siswa yang terdiri dari:

• Kelas X yang terdiri dari dua jurusan yaitu kelas X PM (Pemasaran) sebanyak 6 kelas dan kelas X AP (Administrasi Perkantoran) sebanyak 6 kelas.

• Kelas XII yang terdiri dari 5 kelas AK (Akuntansi), 3 kelas AP (Administrasi Perkantoran), dan 1 kelas UJP (pariwisata).


(21)

38

Dalam hal ini, karena jumlah siswa yang sedang belajar bahasa Jepang di SMKN 3 Bandung banyak, yaitu 805 siswa yang terdiri dari kelas X sebanyak 12 kelas dan kelas XII sebanyak 9 kelas, maka peneliti mengambil sampel sebanyak 83,5% dari jumlah keseluruhan siswa kelas X yang berjumlah 456 sehingga sampel yang digunakan sebagai objek penelitian adalah 75 siswa yang terdapat di kelas X PM 2 (kelas kontrol) dan X PM 3 (kelas eksperimen). Sampel yang diambil hanya dari kelas X karena penelitian ini dilakukan untuk siswa yang pembelajaran bahasa Jepangnya masih tingkat dasar. Lalu, alasan peneliti memilih kelas X PM 2 dan X PM 3 sebagai objek penelitian karena rekomendasi dari guru bahasa Jepang yang ada di SMKN 3 Bandung.

Berdasarkan informasi dari SMKN 3 Bandung, kelas X PM 2 dan X PM 3 dalam penguasaan pelajaran bahasa Jepangnya tidak terlalu bagus dikarenakan minat mereka kurang terhadap pelajaran bahasa Jepang sehingga sangat diharapkan dengan menerapkan metode talking stick dalam pembelajaran bahasa Jepang dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Jepang siswa.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan penelitian, pengumpulan data merupakan bagian yang sangat penting untuk diperhatikan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


(22)

39 1. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006: 150)4.

Pelajaran bahasa Jepang yang diajarkan di kelas X SMKN 3 Bandung masih pembelajaran bahasa Jepang untuk tingkat dasar. Materi yang telah dipelajari adalah sebagai berikut:

• ~てください.

• Ungkapan untuk memperkenalkan diri ataupun mengenalkan orang lain.

• Ungkapan untuk menanyakan informasi seseorang (nomor telepon/tempat tinggal).

• Ungkapan untuk menyebutkan nama benda dengan berbagai bahasa.

• Ungkapan untuk menyatakan, menanyakan dan menyangkal kepemilikan benda.

• Ungkapan untuk menyatakan dan menanyakan letak/posisi benda.

• Ungkapan untuk menyatakan dan menanyakan keberadaan tempat.

• Ungkapan untuk menyatakan dan menanyakan posisi keberadaan orang agar dapat menginformasikan keberadaan seseorang.

• Ungkapan untuk menyatakan dan menanyakan tanggal/bulan dan ulang tahun.

4


(23)

40

Tes yang digunakan berupa tes tulis. Tes tulis yang diberikan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa terhadap pembelajaran pola kalimat dasar bahasa Jepang sebelum dan setelah mendapat perlakuan, yaitu penggunaan metode talking stick dalam pembelajaran pola kalimat dasar bahasa Jepang. Tes dilakukan terhadap dua kelas yang berbeda, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Tes yang diberikan ada dua, yaitu pretest dan posttest. Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa serta menentukan kelas mana yang akan dijadikan kelas eksperimen. Untuk pretest, soal diambil berdasarkan materi yang terdapat di buku paket “SAKURA” jilid 15, yaitu:

1. Pola kalimat yang dipakai untuk memperkenalkan diri dan orang lain, yaitu:

Kata Benda/KB (orang) wa KB (nama/status) desu. (memperkenalkan diri)

Kochira wa KB (nama) desu atau KB (nama) wa KB (status) desu. (memperkenalkan orang lain)

2. Pola kalimat yang dipakai untuk menanyakan informasi seseorang (tempat tinggal), yaitu KB (orang) wa KB (tempat) ni sunde imasu ka.

3. Pola kalimat yang dipakai untuk menyatakan nama benda dalam berbagai bahasa, yaitu: KB1(benda) wa KB2 (nama bahasa) de KB3 (benda) desu. 4. Pola kalimat yang dipakai untuk menyatakan dan menyangkal kepemilikan

benda, yaitu:

5

The Japan Foundation dan Dit.Pembinaan SMA, Ditjen Manajemen Dikdasmen, Depdiknas RI, Buku Pelajaran Bahasa Jepang “SAKURA”, Jilid 1 (Cet 1) ,Jakarta, The Japan Foundation, 2009.


(24)

41

Kore wa KB (orang) no KB (benda) desu. (menyatakan kepemilikan benda)

Kore/sore/are wa KB (orang) no KB (benda) dewa arimasen. (menyangkal kepemilikan benda)

Soal untuk pretest terdiri dari empat bagian dengan total skor 100, yaitu:

• Bagian pertama, menyusun kata-kata menjadi kalimat yang benar sebanyak lima soal dengan skor 7 untuk tiap soal.

• Bagian kedua, mengisi titik-titik yang kosong dengan partikel sebanyak empat soal dengan skor 5 untuk tiap soal.

• Bagian ketiga, melengkapi percakapan sebanyak tiga soal dengan skor 5 untuk tiap soal.

• Bagian keempat, membuat kalimat sesuai pola kalimat yang sudah dipelajari sebanyak tiga soal dengan skor 10 untuk tiap soal.

Selanjutnya, pemberian posttest yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam hari yang sama. Soal posttest diambil berdasarkan materi yang terdapat di buku paket “SAKURA” jilid 1, yaitu:

1. Pola kalimat yang dipakai untuk menanyakan informasi seseorang (tempat tinggal), yaitu KB (orang) wa KB (tempat) ni sunde imasu ka.

2. Pola kalimat yang dipakai untuk menyatakan kepemilikan benda, yaitu Kore

wa KB (orang) no KB (benda) desu.

3. Pola kalimat yang dipakai untuk menyatakan letak/posisi benda, yaitu KB (benda) wa KB (tempat/benda) no KB (posisi) ni arimasu.


(25)

42

4. Pola kalimat yang dipakai untuk menyatakan keberadaan tempat, yaitu KB (nama tempat) wa koko/soko/asoko desu atau KB (nama tempat) wa KB (nama tempat) no KB (letak (tonari, ushiro, mae)) desu.

5. Pola kalimat yang dipakai untuk menyatakan posisi keberadaan orang, yaitu KB (orang) wa KB (tempat) ni imasu atau KB (orang) wa KB (orang/tempat) no KB (posisi) ni imasu

6. Pola kalimat yang dipakai untuk menyatakan tanggal/bulan serta tanggal ulang tahun, yaitu:

KB1 (bilangan)-gatsu KB2 (bilangan)-nichi desu. (penanggalan)

Kongetsu/raigetsu wa KB (bilangan)-gatsu desu. (menyatakan bulan)

Kyô/ashita/asatte wa KB (bilangan)- nichi desu. (menyatakan tanggal)

Tanjôbi wa itsu desu ka. (menanyakan hari ulang tahun)

KB1 (bilangan)-gatsu KB2 (bilangan)-nichi desu. (menyebutkan hari

ulang tahun)

Soal untuk posttest terdiri dari empat bagian dengan total skor 100, yaitu:

• Bagian pertama, menyusun kata-kata menjadi kalimat yang benar sebanyak empat soal dengan skor 5 untuk tiap soal.

• Bagian kedua, mengisi titik-titik yang kosong dengan partikel sebanyak tiga soal dengan skor 5 untuk tiap soal.

• Bagian ketiga, melengkapi percakapan sebanyak tiga soal dengan skor 5 untuk tiap soal.

• Bagian keempat, membuat kalimat sesuai pola kalimat yang sudah dipelajari sebanyak lima soal dengan skor 10 untuk tiap soal.


(26)

43 2. Angket

Teknik pengumpulan data non-tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto, 2006).

Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengetahui pendapat atau kesan siswa tentang penggunaan metode talking stick dalam pembelajaran bahasa Jepang. Angket ini hanya akan diberikan pada kelas eksperimen. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan angket tertutup, yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya.

Pembuatan angket ini berdasarkan hasil konsultasi dengan ahli, yaitu dosen pembimbing. Pertanyaan angket adalah seputar pengalaman siswa belajar bahasa Jepang, cara pembelajaran bahasa Jepang yang selama ini digunakan siswa di sekolah, kesan siswa terhadap penerapan metode talking stick dalam pembelajaran bahasa Jepang.

Responden yang akan menjawab angket ini ada kurang lebih 38 orang dari kelas eksperimen saja.

3.4 Teknik Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen murni sehingga dalam pelaksanaan penelitiannya terdapat kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk mengetahui kemampuan awal siswa serta untuk menentukan kelas mana yang akan dijadikan kelas eksperimen diberikan tes awal atau pretest. Kemudian


(27)

44

dilakukan treatment (perlakuan), yaitu penggunaan metode talking stick sebagai metode pembelajaran dalam pembelajaran bahasa Jepang. Setelah itu, dilakukan

posttest untuk mengetahui kemampuan akhir siswa dari treatment yang telah

dilakukan. Posttest diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada penelitian ini, dari hasil posttest dapat diketahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil posttest yang diperoleh kelas eksperimen dan hasil posttest kelas kontrol. Selain tes, data penelitian juga diperoleh dari angket yang diberikan pada kelas eksperimen.

Setelah data yang diperoleh dari hasil posttest terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan menggunakan perhitungan statistik.

1. Rumus Statistik Untuk Mencari t-hitung

Dalam penelitian ini, teknik statistik yang digunakan adalah teknik komparansional. Setelah treatment yang dilakukan pada kelas X (eksperimen) dan kelas Y (kontrol) yang menggunakan metode pembelajaran yang konvensional, kemudian diukur dengan menggunakan tes. Lalu melakukan perbandingan nilai rata-rata (mean) dari hasil tes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jika nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen lebih tinggi dan memiliki perbedaan yang signifikan dengan nilai rata-rata yang diperoleh kelas kontrol, maka dapat disimpulkan bahwa treatment yang dilakukan pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Salah satu rumus statistik yang bisa digunakan untuk mencari ada-tidaknya perbedaan antara variabel yang diteliti tadi, yaitu dengan menggunakan uji t test (t tabel). Sebelum


(28)

45

diolah dengan menggunakan uji t test, kita harus mengetahui t-hitung terlebih dahulu. Berikut langkah-langkah untuk menghitung t-hitung:

1. Mencari mean kedua variabel dengan rumus berikut:

Mx = M’+ i ( Ʃ ) My = M’+ i ( Ʃ ) Keterangan: M’ = mean terkaan/taksiran sendiri

i = interval x’ dan y’ = titik tengah f = frekuensi

2. Mencari standar deviasi dari variabel X dan Y dengan rumus berikut:

Sdx = ∑ . − (∑ ) Sdy =i ∑ . − (∑ )

3. Mencari standar error mean kedua variabel dengan rumus berikut:

SEMx =

SEMy =

4. Mencari standar error perbedaan mean X dan Y dengan rumus berikut:

SEMxy = +

5. Mencari nilai t-hitung dengan rumus berikut: t-hitung =

(Anas Sudijono, 2003: 325-326)6

6

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003, h.325-326.


(29)

43 2. Statistik Penyimpulan

Untuk menguji hipotesis, maka digunakan t-hitung. Untuk rumus t-hitung telah dikemukakan diatas. Setelah mendapatkan nilai t-hitung, langkah yang dilakukan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut:

• Membandingkan t-hitung dengan t-tabel, dengan rumus: Db = ( Nx + Ny ) – 2 (karena sampel berbeda)

• Melihat t-tabel, pada t-tabel statistik pendidikan, yaitu pada taraf signifikansi 5% dan taraf signifikansi 1%

• Uji hipotesis yang berlaku adalah:

t- hitung ≥ t-tabel, maka Hk diterima sedangkan Ho ditolak t- hitung ≤ t-tabel, maka Hk ditolak sedangkan Ho diterima

3.5 Rancangan Eksperimen

Agar eksperimen menjadi terarah, maka sebelum diadakan eksperimen, terlebih dahulu peneliti membuat rancangan eksperimen. Rancangan eksperimennya sebagai berikut:

1. Rancangan Eksperimen Pertama

Pada rancangan eksperimen pertama yang akan dilakukan pada tanggal 26 Maret 2010, peneliti akan menjelaskan secara terperinci pada siswa mengenai model pembelajaran yang akan dilaksanakan. Sebelumnya, peneliti telah memberikan pretest pada kelas eksperimen untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas eksperimen. Selanjutnya, peneliti memberi materi pembelajaran pola kalimat pada siswa. Adapun materi yang diberikan pada eksperimen pertama ini adalah pola kalimat yang menyatakan letak keberadaan tempat. Pola kalimatnya


(30)

47

adalah: KB/Kata Benda (nama tempat) wa KB (letak) desu, untuk KB (letak) selain diisi dengan “koko/soko/asoko” juga bisa diisi dengan “KB (nama tempat)

no mae/ushiro/tonari”.

Setelah itu, eksperimen dimulai dengan terlebih dahulu melakukan pembagian kelompok belajar. Setiap kelompok diberikan lembar soal untuk dikerjakan bersama teman sekelompoknya. Siswa diberi waktu untuk mengerjakannya. Kelompok yang lebih dahulu atau cepat akan mendapat nilai plus. Setelah itu, masuk ke penilaian individu, siswa bersiap-siap menerima

talking stick (tongkat) dari guru. Siapa yang mendapat tongkat dari guru harus

menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Begitu selanjutnya sampai hampir seluruh siswa mendapat kesempatan menerima tongkat dan menjawab pertanyaan dari guru.

Tabel 3.1. Rancangan Eksperimen Pertama

No Waktu Langkah-langkah Eksperimen Media dan Alat Bantu

1

14.40 – 15.10 Pemberian materi pembelajaran pola kalimat

Papan tulis

2

15.10 – 15.15 (Eksperimen) Pembagian kelompok

3

15.15 – 15.35 Siswa mengerjakan soal bersama

kelompoknya dan

mengumpulkannya dalam waktu yang telah ditentukan


(31)

48 4

15.35 – 15.50 Peneliti menyiapkan talking stick (tongkat) yang akan diberikan pada siswa, dan siswa siap-siap menerima tongkat tersebut. Siswa yang menerima tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini dilakukan sampai hampir seluruh siswa mendapat giliran menerima tongkat

Talking stick

(tongkat) yang disiapkan peneliti

2. Rancangan Eksperimen Kedua

Rancangan eksperimen kedua akan dilaksanakan pada hari Jumat, 9 April 2010. Materi yang diberikan adalah mengenai pola kalimat untuk menyatakan tempat keberadaan seseorang: KB (orang) wa KB (tempat) ni imasu,, dan KB (orang) wa KB (orang/tempat) no KB (posisi) ni imasu.

Sama seperti rancangan pertama, setelah pemberian materi adalah pembagian kelompok. Setelah membentuk kelompok, mereka mengerjakan soal-soal yang diberikan peneliti dengan teman sekelompoknya. Mereka bekerjasama dalam waktu yang telah ditentukan peneliti. Seperti rancangan sebelumnya, kelompok yang lebih dahulu atau cepat akan mendapat nilai plus. Setelah itu, masuk ke penilaian individu, siswa bersiap-siap menerima talking stick (tongkat) dari guru. Siapa yang mendapat tongkat dari guru harus menjawab pertanyaan


(32)

49

yang dilontarkan oleh guru. Begitu selanjutnya sampai hampir seluruh siswa mendapat kesempatan menerima tongkat dan menjawab pertanyaan dari guru.

Tabel 3.2 Rancangan Eksperimen Kedua

No Waktu Langkah-langkah Eksperimen Media dan Alat Bantu

1

14.40 – 15.10 Pemberian materi pembelajaran pola kalimat

Papan tulis, kartu kosakata

2

15.30 – 15.35 (Eksperimen) Pembagian kelompok

3

15.35 – 15.55 Siswa mengerjakan soal bersama

kelompoknya dan

mengumpulkannya dalam waktu yang telah ditentukan

Lembar soal

4

15.55 – 16.10 Peneliti menyiapkan talking stick (tongkat) yang akan diberikan pada siswa, dan siswa siap-siap menerima tongkat tersebut. Siswa yang menerima tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini dilakukan sampai hampir seluruh siswa mendapat giliran menerima tongkat

Talking stick

(tongkat) yang disiapkan peneliti


(33)

50 3. Rancangan Eksperimen ketiga

Rancangan eksperimen ketiga akan dilaksanakan pada hari Jumat, 16 April 2010. Materi yang diberikan adalah mengenai pola kalimat untuk menyatakan tanggal, bulan, dan hari ulang tahun. Pola kalimat yang diberikan adalah:

• Untuk menyatakan bulan dan tanggal

KB1 (bilangan)-gatsu KB2 (bilangan)-nichi desu.

Kongetsu/raigetsu wa KB (bilangan)-gatsu desu.

Kyô/ashita/asatte wa KB (bilangan)- niche desu.

Untuk menanyakan hari ulang tahun dan menyebutkan hari ulang tahun

Tanjôbi wa itsu desu ka.

KB1 (bilangan)-gatsu KB2 (bilangan)-nichi desu.

Sama seperti rancangan eksperimen sebelumnya, setelah pemberian materi adalah pembagian kelompok. Setelah membentuk kelompok, mereka mengerjakan soal-soal yang diberikan peneliti dengan teman sekelompoknya. Mereka bekerjasama dalam waktu yang telah ditentukan peneliti. Seperti rancangan sebelumnya, kelompok yang lebih dahulu atau cepat akan mendapat nilai plus. Setelah itu, masuk ke penilaian individu, siswa bersiap-siap menerima

talking stick (tongkat) dari guru. Siapa yang mendapat tongkat dari guru harus

menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Begitu selanjutnya sampai hampir seluruh siswa mendapat kesempatan menerima tongkat dan menjawab pertanyaan dari guru.


(34)

51

Tabel 3.3 Rancangan Eksperimen Ketiga

No Waktu Langkah-langkah Eksperimen Media dan Alat Bantu

1

14.40 – 15.10 Pemberian materi pembelajaran pola kalimat

Papan tulis

2

15.30 – 15.35 (Eksperimen) Pembagian kelompok

3

15.35 – 15.55 Siswa mengerjakan soal bersama

kelompoknya dan

mengumpulkannya dalam waktu yang telah ditentukan

Lembar soal

4

15.55 – 16.10 Peneliti menyiapkan talking stick (tongkat) yang akan diberikan pada siswa, dan siswa siap-siap menerima tongkat tersebut. Siswa yang menerima tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini dilakukan sampai hampir seluruh siswa mendapat giliran menerima tongkat

Talking stick

(tongkat) yang disiapkan peneliti


(35)

89 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Setelah data diolah dan diinterpretasikan dalam bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil nilai rata-rata pretest kelas X PM 3 yang selanjutnya menjadi kelas eksperimen adalah 72,13. Hasil nilai rata-rata pretest kelas X PM 2 yang selanjutnya menjadi kelas kontrol adalah 80,42. Dari hasil perhitungan data

pretest dapat diketahui bahwa kemampuan awal siswa dalam pembelajaran tata

bahasa Jepang kelas X PM 3 tidak begitu baik dibandingkan kelas X PM 2. Maka dari itu, kelas X PM 3 dijadikan sebagai kelas eksperimen.

2. Hasil nilai rata-rata posttest kelas eksperimen adalah 82. Hasil nilai rata-rata

posttest kelas kontrol adalah 74,85. Dari hasil perhitungan posttest ini dapat

disimpulkan bahwa kemampuan siswa kelas X PM 3 (kelas eksperimen) setelah diterapkan metode talking stick dalam pembelajaran tata bahasa Jepang mengalami peningkatan.

3. Dari hasil perhitungan data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh t-hitung > t-tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 2,00 ≤ 2,02 yang berarti Hk diterima dan Ho ditolak. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan metode talking stick (kelas eksperimen) dengan hasil belajar siswa yang tidak menggunakan metode


(36)

90

talking stick (kelas kontrol). Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode talking stick ini efektif digunakan dalam pembelajaran bahasa Jepang.

4. Antusias, kesan/ketertarikan siswa terhadap metode talking stick cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa merasa penerapan metode ini dalam pembelajaran membuat mereka tidak menjadi jenuh ketika belajar dan belajar menjadi lebih menyenangkan. Selain itu, siswa menjadi lebih percaya diri dan berani ketika menjawab pertanyaan. Siswa juga menginginkan metode talking stick ini tetap digunakan dalam pembelajaran bahasa Jepang dengan alasan belajar lebih menyenangkan, tidak mudah jenuh, pelajaran mudah diterima. Ada beberapa siswa juga yang merasa dengan menggunakan metode ini konsentrasi mereka sedikit terganggu karena perasaan tegang mereka saat belajar. Mereka juga merasa kesempatan mereka untuk menjawab sedikit karena yang bisa menjawab hanyalah siswa yang mendapat tongkat dari guru.

5.2Saran

Setelah dilakukan penelitian ini, dapat diketahui bahwa untuk menerapkan metode talking stick dalam pembelajaran memerlukan banyak waktu karena tidak semua siswa mendapatkan kesempatan menjawab. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang baik sebelum dilakukan proses pembelajaran.

Selanjutnya, perlu diperhatikan juga bagaimana cara pelemparan stick (tongkat) yang tepat dari guru agar tidak hanya siswa yang itu saja yang mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari guru.


(37)

91

Selain hal di atas, metode talking stick ini dirasakan bisa memberikan efek yang lebih baik jika dicoba diterapkan dalam pembelajaran huruf dan kosakata.


(38)

92

DAFTAR PUSTAKA

Amiroh. 2009. Pembelajaran Inovatif. [Online]. Tersedia: http://blog.unila.ac.id/sinung/2009/09/17/cooperative-learning-untuk-meningkatkan-motivasi-belajar-matematika-siswa/. [10 April 2010].

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :Rineka Cipta.

Bintoro, Hadi. 2009. Metode Pengajaran Bahasa Jepang. [Online]. Tersedia: http://hadibintoro.blogspot.com/. [ 10 April 2010].

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Materi Sosialisasi Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan. Tersedia: http://www.depdiknas.info.ac.id/html. [10

April 2010].

Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Hardjono, Sartinah. 1988. Prinsip-Prinsip Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Depdikbud.

Hasan, Alwi, et al. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Kiranawati. 2007. Talking Stick (Guru PKn Belajar Menulis.mht). [Online].

Tersedia: http://www.wordpress.com/html. [7 April 2010].

Kusumah, Chevy. 2008. Implementasi Model Pembelajaran Cooperative

Learning Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Jepang. Skripsi pada FPBS Bandung: tidak diterbitkan.


(39)

93

Lesmana, Novi. 2007. Sistem Maklumat Singkat (SMS), Penggunaan Ragam

Bahasa di Ranah IT. [Online]. Tersedia:

http://bahanamahasiswa.org/index.php?option=com_content&task=view& id=231&Itemid=2. [7 April 2010].

Lie, Anita. 2005 .Mempraktekan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT. Grasindo.

Paramita, Indri. 2008. Efektivitas Metode Cooperative Learning Teknik Concept

Sentence Pada Pembelajaran Pola Kalimat Dasar Bahasa Jepang.

Skripsi FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rahmawati, Ika. 2007. Skripsi Jurusan Ekonomi Pembangunan-Fakultas Ekonomi

UM, 2007. [Online]. Tersedia:

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/ekonomi-pembangunan/article/view/4205. [19 Januari 2010].

Senjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudijono, Anas. 2003. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sudjianto.,Dahidi, Ahmad. (2007). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Bekasi: Kesaint Blanc.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


(40)

94

kuliah), Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Syah, Muhibbin. 1997. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda.

Syamsudin, Abin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda.

The Japan Foundation dan Dit.Pembinaan SMA, Ditjen Manajemen Dikdasmen, Depdiknas RI. 2009. Buku Pelajaran Bahasa Jepang “SAKURA”. Jakarta: The Japan Foundation.

Model-Model Pembelajaran Bahasa Inggris. [Online]. Tersedia: http://www.docstoc.com/docs/14740330. [10 April 2010].


(1)

89 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah data diolah dan diinterpretasikan dalam bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil nilai rata-rata pretest kelas X PM 3 yang selanjutnya menjadi kelas eksperimen adalah 72,13. Hasil nilai rata-rata pretest kelas X PM 2 yang selanjutnya menjadi kelas kontrol adalah 80,42. Dari hasil perhitungan data pretest dapat diketahui bahwa kemampuan awal siswa dalam pembelajaran tata bahasa Jepang kelas X PM 3 tidak begitu baik dibandingkan kelas X PM 2. Maka dari itu, kelas X PM 3 dijadikan sebagai kelas eksperimen.

2. Hasil nilai rata-rata posttest kelas eksperimen adalah 82. Hasil nilai rata-rata posttest kelas kontrol adalah 74,85. Dari hasil perhitungan posttest ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa kelas X PM 3 (kelas eksperimen) setelah diterapkan metode talking stick dalam pembelajaran tata bahasa Jepang mengalami peningkatan.

3. Dari hasil perhitungan data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh t-hitung > t-tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 2,00 ≤ 2,02 yang berarti Hk diterima dan Ho ditolak. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan metode talking stick (kelas eksperimen) dengan hasil belajar siswa yang tidak menggunakan metode


(2)

90

talking stick (kelas kontrol). Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode talking stick ini efektif digunakan dalam pembelajaran bahasa Jepang.

4. Antusias, kesan/ketertarikan siswa terhadap metode talking stick cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa merasa penerapan metode ini dalam pembelajaran membuat mereka tidak menjadi jenuh ketika belajar dan belajar menjadi lebih menyenangkan. Selain itu, siswa menjadi lebih percaya diri dan berani ketika menjawab pertanyaan. Siswa juga menginginkan metode talking stick ini tetap digunakan dalam pembelajaran bahasa Jepang dengan alasan belajar lebih menyenangkan, tidak mudah jenuh, pelajaran mudah diterima. Ada beberapa siswa juga yang merasa dengan menggunakan metode ini konsentrasi mereka sedikit terganggu karena perasaan tegang mereka saat belajar. Mereka juga merasa kesempatan mereka untuk menjawab sedikit karena yang bisa menjawab hanyalah siswa yang mendapat tongkat dari guru.

5.2 Saran

Setelah dilakukan penelitian ini, dapat diketahui bahwa untuk menerapkan metode talking stick dalam pembelajaran memerlukan banyak waktu karena tidak semua siswa mendapatkan kesempatan menjawab. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang baik sebelum dilakukan proses pembelajaran.

Selanjutnya, perlu diperhatikan juga bagaimana cara pelemparan stick (tongkat) yang tepat dari guru agar tidak hanya siswa yang itu saja yang mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari guru.


(3)

91

Selain hal di atas, metode talking stick ini dirasakan bisa memberikan efek yang lebih baik jika dicoba diterapkan dalam pembelajaran huruf dan kosakata.


(4)

92

DAFTAR PUSTAKA

Amiroh. 2009. Pembelajaran Inovatif. [Online]. Tersedia:

http://blog.unila.ac.id/sinung/2009/09/17/cooperative-learning-untuk-meningkatkan-motivasi-belajar-matematika-siswa/. [10 April 2010].

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :Rineka Cipta.

Bintoro, Hadi. 2009. Metode Pengajaran Bahasa Jepang. [Online]. Tersedia: http://hadibintoro.blogspot.com/. [ 10 April 2010].

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Materi Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Tersedia: http://www.depdiknas.info.ac.id/html. [10 April 2010].

Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Hardjono, Sartinah. 1988. Prinsip-Prinsip Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Depdikbud.

Hasan, Alwi, et al. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Kiranawati. 2007. Talking Stick (Guru PKn Belajar Menulis.mht). [Online].

Tersedia: http://www.wordpress.com/html. [7 April 2010].

Kusumah, Chevy. 2008. Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Learning Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Jepang. Skripsi pada FPBS Bandung: tidak diterbitkan.


(5)

93

Lesmana, Novi. 2007. Sistem Maklumat Singkat (SMS), Penggunaan Ragam

Bahasa di Ranah IT. [Online]. Tersedia:

http://bahanamahasiswa.org/index.php?option=com_content&task=view& id=231&Itemid=2. [7 April 2010].

Lie, Anita. 2005 .Mempraktekan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT. Grasindo.

Paramita, Indri. 2008. Efektivitas Metode Cooperative Learning Teknik Concept Sentence Pada Pembelajaran Pola Kalimat Dasar Bahasa Jepang. Skripsi FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rahmawati, Ika. 2007. Skripsi Jurusan Ekonomi Pembangunan-Fakultas Ekonomi

UM, 2007. [Online]. Tersedia:

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/ekonomi-pembangunan/article/view/4205. [19 Januari 2010].

Senjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudijono, Anas. 2003. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sudjianto.,Dahidi, Ahmad. (2007). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Bekasi: Kesaint Blanc.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


(6)

94

kuliah), Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Syah, Muhibbin. 1997. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda.

Syamsudin, Abin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda.

The Japan Foundation dan Dit.Pembinaan SMA, Ditjen Manajemen Dikdasmen, Depdiknas RI. 2009. Buku Pelajaran Bahasa Jepang “SAKURA”. Jakarta: The Japan Foundation.

Model-Model Pembelajaran Bahasa Inggris. [Online]. Tersedia:


Dokumen yang terkait

Pengaruh pembelajaran talking stick berhadiah terhadap minat belajar kimia siswa pada konsep reaksi oksidasi reduksi.

2 18 0

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Melalui Metode Talking Stick Di Mi Al Hikmah Kelas 5 Kota Bekasi

0 7 179

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA Penerapan Metode Pembelajaran Talking Stick Sebagai Upaya Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ekonomi (Penelitian Tindaka

0 1 16

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA Penerapan Metode Pembelajaran Talking Stick Sebagai Upaya Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ekonomi (Penelitian Tindaka

0 1 14

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK DISERTAI DENGAN CONCEPT MAP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR Penerapan Metode Pembelajaran Talking Stick Disertai Dengan Concept MAP Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Materi Sistem Pencernaan Siswa

0 0 15

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN SCRAMBLE TEKNIK GIVE THE KEYWORD DALAM PEMBELAJARAN POLA KALIMAT BAHASA JEPANG.

2 11 37

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA SISWA Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Talking Stick pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngadireji I Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukohar

0 0 16

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK TRANSFORMATION DRILL DENGAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN POLA KALIMAT DASAR BAHASA JEPANG.

0 3 55

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MURDER DALAM PEMBELAJARAN POLA KALIMAT DASAR BAHASA JEPANG : Eksperimen terhadap siswa kelas XI SMAN 15 Bandung.

0 2 55

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE TALKING STICK DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN.

1 6 25