PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PROGRAM DIKLAT MENGOPERASIKAN PERALATAN PENGALIH DAYA TEGANGAN RENDAH (MP2DTR) DI BPTP BANDUNG.

(1)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Pembatasan Masalah ... 6

1.4. Tujuan Penelitian ... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

1.6. Anggapan Dasar ... 8

1.7. Hipotesis Penelitian ... 9

1.8. Metodologi Penelitian ... 10

1.9. Lokasi dan Populasi Penelitian ... 11

1.10. Definisi Operasional ... 11

1.11. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Model Problem Based Learning ... 15

2.1.1. Pengertian Model Problem Based Learning... 15

2.1.2. Karakteristik Pembelajaran PBL……….... 19

2.1.3. Tujuan Pembelajaran PBL……….... 22

2.1.4. Tingkah Laku (Sintaks) Pembelajaran PBL... 24

2.2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 10

2.2.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif... 26

2.2.2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ……….... 27

2.2.3. Langkah-langkahPembelajaran Kooperatif……….... 28

2.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ... 29

2.3.1. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share... 29

2.3.2. Sintaks Model Pembelajaran kooperatif Think Pair Share …. ... 33

2.4. Hasil Belajar ... 35

2.4.1. Pengertian Hasil Belajar ... 35

2.4.2. Klasifikasi Hasil Belajar ... 37

2.4.3. Ranah Kognitif ... 37

2.4.4. Ranah Afektif ... 43

2.4.5. Ranah Psikomotor ... 45

2.5.Materi Program Diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR) ... 46


(2)

3.2.Metode dan Desain Penelitian ... 57

3.2.1 Metode Penelitian ... 57

3.2.2 Desain Penelitian dan Variabel Penelitan ... 58

3.3.Paradigma Penelitian ... 59

3.4.Data dan Sumber Data Penelitian ... 60

3.4.1. Data Penelitian ... 60

3.4.2. Sumber Data Penelitian ... 61

3.5.Populasi dan Sampel ... 62

3.5.1. Populasi ... 62

3.5.2. Sampel ... 62

3.6.Teknik Pengumpulan Data ... 63

3.7.Instrumen Penelitian ... 65

3.8.Uji coba Instrumen ... 65

3.8.1. Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 66

3.8.2. Uji Reliabilitas ... 67

3.8.3. Uji Tingkat Kesukaran ... 68

3.8.4. Uji Daya Pembeda ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 80

4.1.1. Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 81

4.1.2. Reliabilitas Instrumen Penelitian... 82

4.1.3. Penafsiran Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda ... 83

4.2.Deskripsi Data Ranah Kognitif ... 84

4.2.1. Deskripsi Data Pretes ... 84

4.2.2. Deskripsi Data Postes ... 85

4.2.3. Data Peningkatan (Gain) ... 87

4.3.Analisis Data Hasil Penelitian ... 88

4.3.1. Analisis Data Pretes... 88

4.3.2. Analisis Data Postes ... 91

4.3.3. Analisis Data Peningkatan (Gain) ... 93

4.4.Deskripsi Hasil Belajar Ranah Afektif ... 95

4.4.1. Kriteria Penilaian Ranah Afektif ... 95

4.5.Deskripsi Hasil Belajar Ranah Psikomotor... 100

4.5.1. Kriteria Penilaian Ranah Psikomotor ... 100

4.6.Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman (SWOT) ... 105

4.7.Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 111

4.7.1. Temuan Penelitian ... 111


(3)

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 120 RIWAYAT HIDUP


(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Untuk menghadapi tantangan era globalisasi, diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan berpikir dan intelektual tinggi, yaitu mencakup kemampuan penalaran logis, berpikir sistematis, kritis, cermat, kreatif serta mampu mengkomunikasikan gagasan terutama dalam memecahkan masalah. Kemampuan-kemampuan tersebut seyogianya dikembangkan melalui proses pembelajaran yang dirancang dan dikembangkan secara sengaja agar hal-hal ini dapat muncul sebagai hasil yang diinginkan pada diri manusia.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi untuk membimbing siswa untuk memiliki keterampilan dan pengetahuan serta membentuk sikap positif dan kepribadian siswa. Materi yang diberikan serta aktivitas pembelajaran hendaknya ditata sedemikian rupa dalam bentuk program-program pembelajaran yang kondusif untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang ditentukan sekolah. Pelaksanaan program pendidikan tersebut dimaksudkan untuk membantu siswa mengembangkan kepribadiannya sehingga diharapkan lebih mampu menghadapi tantangan hidup, baik pada masa sekarang maupun untuk masa-masa mendatang. Hal ini menunjukkan bahwa peranan lembaga pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan siswa menjadi warga masyarakat yang berkualitas.


(5)

Berdasarkan hasil observasi awal peneliti pada salah satu kelas XI SMK di Balai Pengembangan Teknologi dan Pendidikan (BPTP) Bandung, kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan cara guru menerapkan metode pembelajaran modul, yaitu siswa dituntut memiliki kemandirian sendiri untuk mempelajari materi dalam modul dan penyelesaian materi pelajaran tergantung pada kecepatan pemahaman setiap siswa. Dalam proses belajar di kelas, siswa ditugaskan merangkum isi materi di dalam modul yang diberikan guru kemudian siswa diperintahkan mempelajari isi modul secara mandiri. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila siswa tidak paham setelah mempelajari materi di dalam modul. Namun dalam pelaksanaanya keaktifan siswa tidak terlihat dalam proses belajar di kelas. Siswa kurang memberikan keberanian dalam menyampaikan pertanyaan atau pendapat kepada guru, sehingga siswa sudah dianggap memahami isi materi di dalam modul. Pada akhir pembelajaran guru memberikan soal tes harian untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Hasilnya siswa masih belum memahami isi materi yang telah dipelajari secara mandiri. Hal ini terlihat dari hasil tes harian pada salah satu kelas yang telah diobservasi. Dari jumlah siswa 37 orang, ditemukan bahwa rata-rata hitung tes berupa nilai ulangan harian pada pokok bahasan catu daya di kelas tersebut yaitu 52,5 dengan nilai tertinggi 65 dan nilai terendah 35 (pada skala 100).

Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa keaktifan siswa di kelas dalam mengikuti materi pelajaran belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Guru telah menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, namun dalam pembelajaran atau kegiatan belajar di kelas dijumpai gejala yang tidak seimbang


(6)

dimana seorang guru sekedar menyampaikan bahan ajar yang tidak dilandasi kesadaran ingin memahamkan siswa sehingga siswa kurang respek dan tidak merespon dengan baik. Dalam prosesnya siswa hanya menghapal materi pelajaran yang hanya terdapat di dalam modul tanpa adanya kesadaran untuk memahami isi materi. Pada intinya diperlukan pendekatan untuk mengaktifkan siswa, sehingga diharapkan siswa memiliki pemahaman dan keterampilan yang baik dan yang pastinya berimbas terhadap hasil belajar siswa yang baik pula.

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) atau disebut juga model pembelajaran berbasis masalah. Model Problem Based Learning (PBL) merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Siswa diberikan permasalahan pada awal pelaksanaan pembelajaran oleh guru, selanjutnya selama

pelaksanaan pembelajaran siswa memecahkannya yang akhirnya

mengintegrasikan pengetahuan kedalam bentuk laporan. Model Problem Based

Learning (PBL) yang melibatkan siswa untuk mencari pengatahuannya sendiri

serta dapat meningkatkan hasil belajar pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor. adapun kelebihan dalam model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) diantaranya:

• Siswa dapat mengembangkan

- Kemampuan atau keterampilan berfikir - kemampuan pemecahan masalah - kemampuan intelektual


(7)

• Siswa diberikan kebebasan dalam menentukan idenya

• Siswa dapat mengungkapkan konsep yang sesuai dengan

pengalamannya

Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share merupakan partisipasi siswa untuk mengeluarkan pendapatnya, dan meningkatkan pembentukkan pengetahuan oleh siswa. Selain itu teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir (Think), yaitu bekerja sendiri sebelum bekerjasama atau berpasangan (Pair) dengan kelompoknya dan berbagi (Share) ide, yaitu setiap siswa saling memberikan ide atau informasi dari mata pelajaran yang sedang di bahas, sehingga dapat menarik kesimpulan secara bersama. Dengan demikian, kesimpulan yang diambil menjadi setingkat lebih tinggi, karena merupakan hasil diskusi dan memberikan pemahaman yang lebih tinggi kepada siswa.

Pada pembelajaran TPS ini, suasana kelas dirancang sedemikian rupa, siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri, berpasangan dengan pasangan yang telah ditentukan, kemudian berbagi hasil pemikiran dengan seluruh kelas. Satu kelompok siswa hanya terdiri dari 4-6 orang, pengelompokan seperti ini dimaksudkan agar semua siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

Dalam penelitian ini akan dicari perbandingan hasil belajar siswa pada pembelajaran program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR) menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe


(8)

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti, melakukan suatu penelitian yang memfokuskan diri pada perbandingan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS) terhadap hasil belajar siswa di BPTP Bandung, maka penelitian ini berjudul:

“Perbandingan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Program Diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR) di BPTP Bandung”

1.2 Perumusan Masalah

Dalam suatu penelitian terlebih dahulu harus dirumuskan masalah yang diteliti secara jelas agar maksud dan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian lebih terarah dan mudah dalam menentukan metode mana yang cocok untuk dapat digunakan dalam pemecahan masalah tersebut. Pendapat tersebut mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto (2002:22) yang memandang bahwa: “Agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus mulai, kemana harus pergi dan dengan apa”.

Dengan demikian, sesuai dengan latar belakang masalah maka rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning pada program diklat Mengoperasikan Peralatan


(9)

2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR)?

3. Bagaimana perbandingan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR)?

4. Bagaimana gambaran hasil belajar dari ranah afektif dan psikomotor pada model Problem Based Learning dengan model kooperatif tipe think pair

share pada program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya

Tegangan Rendah (MP2DTR)?

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah agar dalam pembahasannya tepat menuju sasaran dan tidak menyimpang. Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, maka masalah penelitian akan dibatasi dengan pembatasan sebagai berikut :

1. Penelitian dibatasi pada penerapan model Problem Based Learning dan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.

2. Program diklat yang dijadikan sebagai bahan pengajaran adalah Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR) sub pokok bahasan mengenai transformator, catu daya, penggunaan alat ukur dan saklar mekanik.


(10)

3. Aspek penelitian dibatasi pada ranah kognitif yang meliputi Pengetahuan (C1), Pemahaman (C2) Aplikasi (C3) dan Analisis (C4), serta gambaran hasil belajar dari ranah afektif dan psikomtor pada program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR).

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning pada program diklat Mengoperasikan Peralatan

Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR).

2. Mengetahui hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR).

3. Mengetahui perbandingan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR).

4. Mengetahui gambaran hasil belajar dari ranah afektif dan psikomotor pada model Problem Based Learning dengan model kooperatif tipe think pair

share pada program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya


(11)

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi tentang peningkatan hasil belajar siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.

2. Memberikan informasi tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan (SWOT) antara model pembelajaran Problem Based Learning dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

3. Memberikan informasi untuk guru, kepala sekolah, dosen, asisten pengajar dan para pengelola pendidikan untuk melihat model pembelajaran

Problem Based Learning dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share sebagai suatu alternatif menarik dalam memecahkan beberapa

masalah yang dihadapi dalam upaya mengaktifkan siswa dalam belajar.

1.6 Anggapan Dasar

Anggapan dasar adalah suatu titik tolak pemikiran agar tidak terjadi keragu-raguan dalam penelitian yang akan dilakukan. Seperti yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1990 : 107), sebagai berikut :

“Anggapan dasar atau postulat adalah asumsi yang menjadi tumpuan segala pandangan dan kegiatan pada masalah-masalah yang dihadapi. Postulat ini menjadi titik pangkal, titik mana yang tidak lagi menjadi karagu-raguan.”

Berdasarkan pernyataan di atas tersebut maka hal yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah :


(12)

1. Model pembelajaran memiliki peranan penting dalam peningkatan hasil belajar siswa.

2. Setiap siswa memiliki potensi untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

3. Kemampuan dan pemahaman guru dalam menerapkan model

pembelajaran yang digunakan memiliki peranan penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar.

1.7 Hipotesis Penelitian

Untuk mengarahkan kegiatan penelitian tehadap masalah yang diteliti, maka disusunlah beberapa hipotesis penelitian yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian.

Suharsimi Arikunto (2006 : 71), mengemukakan bahwa “Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.”

Adapun hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

1. Hipotesis nol (H0), yaitu tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR) di Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan (BPTP) Bandung.

2. Hipotesis kerja (Ha), yaitu terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara penerapan model pembelajaran Problem Based Learning


(13)

dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR) di Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan (BPTP) Bandung.

1.8 Metodologi Penelitian

Dalam melaksanakan suatu penelitian, seorang peneliti harus menentukan metode apa yang akan dipakai karena menyangkut langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengarahkan dan sebagai pedoman dalam kegiatan penelitian. Pemilihan dan penentuan metode yang dipergunakan dalam suatu penelitian sangat berguna bagi peneliti karena dengan pemilihan dan penentuan metode penelitian yang tepat dapat membantu dalam mencapai tujuan penelitian.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:10), penelitian dapat ditinjau dari hadirnya variabel. Apabila dilihat dari saat terjadinya, ada variabel masa lalu, masa sekarang, dan masa akan datang. Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan/menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi), adalah penelitian deskriptif (to describe = menggambarkan/membeberkan). Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang, adalah penelitian eksperimen.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode ini bermaksud meneliti kemungkinan sebab akibat dengan menunjukkan salah satu kelompok atau lebih, kemudian dibandingkan hasil dari suatu kelompok kepada kelompok yang lain sebagai kontrol.


(14)

Pada penelitian ini ada dua buah variabel yang digunakan, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas atau variabel (X) pada penelitian ini adalah pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share, sedangkan

hasil belajar siswa pada program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR) di BPTP Bandung sebagai variabel terikat atau variabel (Y).

1.9 Lokasi dan Populasi Penelitian

Penelitiaan ini dilakukan di Balai Pengembangan Teknologi dan Pendidikan (BPTP) Bandung yang berlokasi di Jl. Pahlawan No. 70 Telp.(022)7271603. adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik yang mengikuti program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR) tahun ajaran 2008/2009.

1.10 Definisi Operasional

1. Model pembelajaran menurut komarudin (dalam Fauzi, 2008: 5) model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatann, sedangkan pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai baru. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan model pembelajaran yaitu proses atau cara yang dilakukan oleh peneliti dengan


(15)

mamanfaatkan model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar.

2. Hasil Belajar menurut Purwodarminto (dalam Senjaya, 2008: 8) adalah hasil usaha yang telah dicapai, dilakukan dan dikerjakan untuk mendapatkan suatu kecakapan atau kepandaian. Kamus besar bahasa Indonesia (1999:797) hasil belajar adalah penyesuaian pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh program pelajaran, yang lazim ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Dalam penelitian ini hasil belajar adalah kemampuan atau keterampilan siswa yang dimiliki setelah ia mendapatkan pengalaman belajar.

Rachmanto (2006: 19) Hasil belajar ranah kognitif adalah berkaitan dengan hasil belajar intelektual, dimana akan tampak pada diri siswa berupa prilaku yang berhubungan dengan pengetahuan, pemahaman teori dan pemecahan masalah. Bloom (dalam Haetami, 2006: 19) ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual. Bloom (dalam Suharsimi, 2002: 117) ranah kognitif terdiri atas mengenal, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam penelitian ini hasil belajar ranah kognitif merupakan kemampuan intelektual siswa yang dimiliki setelah mendapatkan pengalaman belajar yang didapat dari hasil tes. Ranah afektif terdiri dari penerimaan, jawaban, penilaian dan pengorganisasian serta


(16)

ranah psikomotor terdiri dari peniruan, manipulasi, ketepatan dan artikulasi.

3. Program Diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR) merupakan salah satu program diklat produktif yang wajib diikuti oleh siswa tingkat 2 di Balai Pengembangan Teknologi dan Pendidikan (BPTP) Bandung, Program Keahlian Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik. Peralatan pengalih daya tegangan rendah, terdiri dari transformator, catu daya, penggunaan alat ukur dan saklar mekanik.

1.11 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini mengemukakan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, anggapan dasar, hipotesis, metodologi penelitian, lokasi dan populasi penelitian, definisi operasional, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

Dalam bab ini mengemukakan tentang landasan teoritis yang mendukung dan relevan dengan permasalahan penelitian ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini mengemukakan tentang metode penelitian, variabel penelitian, paradigma penelitian, data dan sumber data penelitian,


(17)

populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, kisi-kisi dan instrumen penelitian, serta teknik analisis data penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini mengemukakan pembahasan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran yang bersifat konstruktif bagi institusi yang bersangkutan.


(18)

56 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional

Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam judul skripsi. Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Perbandingan Model Pembelajaran

Problem Based Learning Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Program Diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR) di BPTP Bandung”

Maka operasional yang perlu dijelaskan, yaitu :

1. Model Pembelajaran Berbasis masalah menurut Wina Sanjaya (2007:212), dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Dalam penelitian ini penyelesaian masalah ditekankan pada pemecahan soal yang ada dalam Lembar Kerja Siswa. Lembar Kerja Siswa tersebut harus diselesaikan dengan prosedur model pembelajaran berbasis masalah.

2. Model pembelajaran kooperatif teknik think pair share adalah teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir

(think), yaitu bekerja sendiri sebelum bekerjasama atau perpasangan (pair)

dengan kelompoknya dan berbagi (share) ide, yaitu setiap siswa saling memberikan ide atau informasi yang mereka ketahui tentang soal yang diberikan untuk memperoleh kesepakatan dari penyelesaian soal tersebut.


(19)

3. Hasil belajar siswa pada program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah di Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan (BPTP) Bandung. Keberhasilan tersebut dapat diketahui melalui daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan, yang didapat melalui perbedaan hasil pretes dan postes.

3.2 Metode dan Desain Penelitian 3.2.1 Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan hipotesis yang sebelumnya telah dirumuskan oleh penulis, maka dalam penelitian ini metode yang digunakan oleh penulis adalah metode eksperimen. Menurut Nana Sudjana (1989 : 19) metode eksperimen adalah “Metode yang mengungkap hubungan dua variabel atau lebih dan mencari pengaruh antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Moh. Nazir, (1983 : 74) mengemukakan bahwa “eksperimen adalah observasi dibawah kondisi buatan (artificial conditioning), di mana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti ”.

Dengan demikian penelitian yang menggunakan metode eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol. Tujuannya adalah untuk menyelidiki ada-tidaknya sebab akibat serta seberapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada kelompok eksperimen dan menyediakan kontrol untuk perbandingan. Dalam penelitian ini dilakukan


(20)

perbandingan hasil belajar siswa dengan penerapan model Problem Based

Learning dengan model kooperatif tipe Think Pair Share dalam pada program

diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah di Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan (BPTP) Bandung.

3.2.2 Desain Penelitian dan Variabel Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah “Desain pre

test-post test kelompok kontrol tanpa acak”. Menurut Nana Sudjana (2007: 44-46)

menyatakan bahwa: ”dalam desain ini subjek kelompok tidak dilakukan acak, misalnya eksperimen di suatu kelas tertentu dengan siswa yang telah ada atau sebagaimana adanya”.

Tabel. 3.1 Desain pretes-postes kelompok kontrol tanpa acak

Kelompok Pre test

Perlakuan (X) (Variabel Bebas)

Post test (Variabel

Terikat)

Eksperimen Y1 Problem Based Learning Y2

Kontrol

Y1 Think Pair Shsre Y2

Pada penelitian ini terdapat dua kelas yaitu kelas pertama sebagai kelas Eksperimen dan kelas kedua sebagai kelas Kontrol. Sebelum perlakuan diberikan (X) kedua kelompok diberikan pretes, hasil belajar siswa (Y) kemudian diolah dan dibandingkan apakah rata-rata skor dan simpangan bakunya berbeda secara signifikan atau tidak.


(21)

Suharsimi Arikunto (2006 : 118) mengungkapkan bahwa : “Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Variabel dalam penelitian ini termasuk dalam kategori hubungan sebab akibat antara variabel X dan variabel Y. Pada penelitian ini dapat dikaji hubungan sebab akibat antara dua variabel yaitu :

1. Variabel X: penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah.

2. Variabel Y :penilaian hasil belajar siswa pada program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah.

3.3 Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan pola pikir hubungan antara peubah yang satu dengan peubah yang lain yang digambarkan dalam bentuk model, paradigma atau alur pemikiran penelitian ini dibuat untuk memperjelas langkah, alur dan rancangan penelitian yang dijelaskan dengan sebuah kerangka penelitian sebagai tahapan aktivitas penelitian secara keseluruhan. Adapun paradigma penelitian yang akan dikembangkan pada penelitian ini seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut yaitu :


(22)

3.4 Data dan Sumber Data Penelitian 3.4.1 Data Penelitian

Nana Sudjana dan Ibrahim (2007 : 83) menyatakan bahwa “setiap penelitian memerlukan data atau informasi dari sumber-sumber yang dapat dipercaya agar data dan informasi tersebut dapat digunakan untuk menjawab masalah penelitian atau untuk menguji hipotesis”. Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta maupun angka. Dari sumber SK Menteri P dan K no. 0259/U/1977 tanggal 11 Juli 1977 disebutkan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang akan dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan Suharsimi Arikunto (2006:118), menyatakan bahwa informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan.

Postest kelas kontrol

(Y2) Kesimpulan dan

analisis data Dibandingkan

Pretest kelas kontrol

(X2)

PBM menggunakan Model Pembelajaran

Think Pair Share PBM menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pretest kelas

eksperimen (X1)

Postest kelas eksperimen

(Y1)


(23)

Data atau informasi tersebut adalah data empiris, yaitu data lapangan atau data yang terjadi sebagaimana terjadi. Data tersebut harus jelas sumber serta bentuknya apakah dalam bentuk dokumen tertulis atau tidak, serta kapan waktu diperolehnya data tersebut. Data yang dimaksud adalah penilaian hasil belajar siswa dalam program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu :

a. Materi program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah

b. Nilai tes instrumen (pretes dan postes) untuk melihat perkembangan prestasi belajar siswa.

3.4.2 Sumber Data Penelitian

Suharsimi Arikunto (2006 : 129) menyatakan bahwa :

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data, sedang isi catatan adalah subjek penelitian atau peubah penelitian.

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 jurusan Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik di Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan (BPTP) Bandung yang sedang mengikuti program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah. Selain itu digunakan juga buku-buku literatur yang dapat menunjang proses belajar mengajar program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah.


(24)

3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi

Nana Sudjana (2007:84) menyatakan bahwa :

Populasi maknanya berkaitan dengan elemen yakni unit tempat diperoleh informasi. Elemen tesebut bisa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas, organisasi dan lain-lain. Dengan kata lain populasi adalah kumpulan dari sejumlah elemen.

Populasi sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas satu yang mengikuti program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah di Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan (BPTP) Bandung yang terbagi ke dalam dua kelas dengan jumlah keseluruhan 70 orang. 3.5.2 Sampel

Suahrsimi Arikunto (2006 : 134) menuliskan batasan mengenai sampel yaitu :

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih.

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi. Dalam penelitian ini penarikan sampel dilakukan dengan teknik cluster sampling. Teknik cluster sampling adalah teknik penarikan sampel dari populasi yang cukup besar sehingga dibuat beberapa kelas atau kelompok. Teknik tersebut sangat cocok untuk digunakan dalam penelitian ini, karena populasi yang ada telah dikelompok-kelompokkan berdasarkan kelas. Dengan demikian, analisis sampel ini bukan individu, tetapi kelompok yaitu


(25)

berupa kelas yang terdiri dari beberapa individu. Dalam penentuan kelas eksperimen dan kontrol dilakukan tanpa acak. Adapun sampel dalam penelitian ini sebanyak 70 orang yang terbagi dalam dua kelas, kelas pertama berjumlah 35 siswa sedangkan kelas kedua berjumlah 35 siswa.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Dalam melaksanakan penelitian ada beberapa teknik yang penulis gunakan antara lain :

a. Observasi

Studi ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang teori atau pendekatan yang erat hubungannya dengan permasalahan yang sedang diteliti. b. Tes

Nana Sudjana (2007: 100) menyatakan bahwa “Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau secara lisan atau secara perbuatan”.

Alat pengumpul data adalah tes hasil belajar berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban. Item-item tes yang yang dipergunakan untuk pengumpulan data hasil belajar ini diambil dari program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah. Tes atau ujian dilaksanakan pada saat pre test dan post test. Pre test atau tes awal diberikan dengan tujuan mengetahui kemampuan awal kedua kelompok penelitian. Sementara post test atau test akhir diberikan dengan tujuan untuk melihat


(26)

kemajuan dan perbandingan peningkatan hasil belajar pada kedua kelompok penelitian. Pada penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dan kooperatif tipe Think Pair Share semua aspek yang menjadi indikator-indikator penilaian didokumentasikan dengan baik. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan instrumen tes hasil belajar ini adalah:

1) Menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan sebagai bahan penelitian yang diambil dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yaitu pada program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah.

2) Menyusun kisi-kisi instrumen penelitian. Dan kisi-kisi tersebut kemudian dikembangkan pada pembuatan berupa tes pilihan berganda dengan lima alternatif jawaban dengan kisi-kisi terlampir

3) Melaksanakan uji coba instrumen terhadap sejumlah siswa yang mempunyai tingkat kemampuan dan kematangan yang relatif sama dengan siswa dalam kelompok eksperimen.

4) Menganalisis dan merevisi terhadap item-item soal yang dianggap kurang tepat.

c. Dokumentasi

Dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan memanfaatkan literatur yang relevan dengan penelitian ini yaitu dengan cara membaca, mempelajari, menelaah, mengutip pendapat dari berbagai sumber berupa buku, diktat, skripsi, internet, surat kabar, dan sumber lainnya:


(27)

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan bentuk penjabaran operasional dari peubah-peubah yang telah ditentukan sebelumnya secara teoritis. Setiap item instrumen dirancang agar menghasilkan data empiris sebagaimana adanya dan sebelum membuat instrumen penelitian, terlebih dahulu membuat kisi-kisi instrumen agar instrument yang dibuat dapat secara tepat mewakili indikator yang diharapkan pada responden penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari seperangkat tes prestasi belajar dalam bentuk pilihan ganda dengan lima pilihan yang digunakan untuk mengukur penguasaan program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah. Observasi dan dokumen untuk mendapatkan data tentang aktivitas belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah.

3.8 Uji Coba Instrumen Penelitian

Pengujian instrumen penelitian adalah suatu pengujian yang dilakukan peneliti terhadap instrumen yang akan digunakan. Untuk mendapatkan alat ukur yang valid dan reliabel, serta mengukur tingkat kesukaran dan daya pembeda, terlebih dahulu instrumen penelitian yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data diujicobakan kepada kelas dalam populasi selain kelas sampel penelitian. Data hasil ujicoba selanjutnya dianalisis untuk menyeleksi soal-soal yang telah dibuat, soal-soal yang tidak memenuhi syarat tidak digunakan dalam instrumen penelitian.


(28)

2 1 2 r n r t − − =

(

) (

)

(

)

(

2 2

)

(

2

(

)

2

)

− − − = Y Y N X X N Y X XY N rxy

3.8.1 Uji Validitas Instrumen

Suharsimi Arikunto (2006 : 168) menyatakan bahwa : “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”.

Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur, sebuah item (butir soal) dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total, skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah

Dalam penelitian ini, untuk menghitung validitas instrumen yaitu dengan cara menghitung koefisien validitas, menggunakan rumus Korelasi Product Moment sebagai berikut:

(Suharsimi Arikunto, 2002: 146) Keterangan : rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = Skor tiap item dari responden uji coba varabel X

Y = Skor tiap item dari responden uji coba varabel Y N = Jumlah responden

Setelah diketahui koefisien korelasi (r), kemudian dilanjutkan dengan taraf signifikasi korelasi dengan menggunakan rumus distribusi tstudent, yaitu :

(Suharsimi Arikunto, 2002: 263)

dimana : r = koefisien korelasi


(29)

Kemudian jika thitung > ttabel pada taraf signifikasi α= 0,05, maka dapat disimpulkan item soal tersebut valid pada taraf yang ditentukan.

Uji validitas dikenakan pada tiap-tiap item tes dan validitas item akan terbukti jika harga thitung > ttabel dengan tingkat kepercayaan 95 % dan derajat kebebasan (dk = n – 2). Apabila hasil thitung < ttabel maka item tes tersebut dikatakan tidak valid.

Uji validitas dihitung tiap item pertanyaan. Tingkat validitas setiap item dikonfirmasikan dengan tabel interpretasi nilai r untuk korelasi. Dibawah ini diberikan tabel interpretasi nilai validitas sebagai berikut :

Tabel 3.2 Interpretasi Nilai Korelasi r

Besarnya Nilai r Interpretasi

0.800 ≤ r < 1.000 Sangat Tinggi

0.600 ≤ r < 0.800 Tinggi

0.400 ≤ r < 0.600 Cukup

0.200 ≤ r < 0.400 Rendah

0.000 ≤ r < 0.200 Sangat Rendah (tak berkorelasi)

(Suharsimi Arikunto, 2002: 245)

3.8.2 Uji Reliabilitas 1) Tes Objektif

Suharsimi Arikunto (2002 : 86) menyatakan pengertian reliabilitas sebagai berikut :

”Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil tes yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah hasil tes atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti”.


(30)

S J

B

P =

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20) sebagai berikut :

      ∑     − = t t V pq V k k r 1

11 (Suharsimi Arikunto, 2002: 163)

Harga varians total (Vt) dihitung dengan menggunakan rumus :

N N X X Vt

− = 2

2 ( )

(Suharsimi Arikunto, 2002: 160)

Dimana : ΣX = Jumlah skor total N = Jumlah responden

Hasilnya yang diperoleh yaitu r11 dibandingkan dengan nilai dari tabel r-Product Moment. Jika r11 > rtabel maka instrumen tersebut reliabel, sebaliknya r11 < rtabel maka instrumen tersebut tidak reliabel.

3.8.3 Uji Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah suatu parameter untuk menyatakan bahwa item soal adalah mudah, sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus :

(Suharsimi Arikunto, 2002: 208) dimana : P = Indeks Kesukaran

B = Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Untuk menentukan apakah soal tersebut dikatakan baik atau tidak baik sehingga perlu direvisi, digunakan kriteria sebagai berikut :


(31)

Tabel 3.3 Tingkat Kesukaran dan Kriteria

No. Rentang Nilai Tingkat Kesukaran Klasifikasi

1. 0,70 ≤ TK ≤ 1,00 Mudah

2. 0,30 ≤ TK < 0,70 Sedang

3. 0,00 ≤ TK < 0,30 Sukar

(Nana Sudjana, 1996:137)

Makin rendah nilai TK suatu soal, makin sukar soal tersebut. Tingkat kesukaran suatu soal dikatakan baik jika nilai TK yang diperoleh dari soal tersebut sekitar 0,50 atau 50%. Umumnya dapat dikatakan; soal-soal yang mempunyai nilai TK ≤ 0,10 adalah soal-soal yang sukar; dan soal-soal yang mempunyai nilai TK ≥ 0,90 adalah soal-soal yang terlampau mudah.

3.8.4 Uji Daya Pembeda

Daya pembeda suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang dapat menjawab soal dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal. Daya pembeda suatu soal tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

B A B B

A A

P P J B J B

D= − = − (Suharsimi Arikunto, 2002: 213)

dimana : D = indeks diskriminasi (daya pembeda)

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar


(32)

Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda

No. Rentang Nilai D Klasifikasi

1. D < 0,20 Jelek (harus diganti)

2. 0,20 ≤ D < 0,40 Cukup

3. 0,40 ≤ D < 0,70 Baik

4. 0,70 ≤ D ≤ 1,00 Baik sekali

(Sudjana, 1996 : 458)

3.9 Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data maka langkah berikutnya adalah mengolah data atau menganalisis data yang meliputi persiapan, tabulasi, dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian. Karena data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan data mentah yang belum memiliki makna yang berarti sehingga data tersebut agar dapat lebih bermakna dan dapat memberikan gambaran nyata mengenai permasalahan yang diteliti, data tersebut harus diolah terlebih dahulu, sehingga dapat memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut. Karena data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, maka cara pengolahannya dilakukan dengan teknik statistik.

3.9.1 Uji Normalitas Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan data mentah yang belum memiliki makna sehingga perlu diolah terlebih dahulu. Karena data yang diperoleh melalui instrumen merupakan data kuantitatif maka pengolahannya melaui teknik statistik. Adapun prosedur yang dilakukan dalam menganalisis data secara garis besar sebagai berikut :

1. Menghitung dan memeriksa kelengkapan data yang diperoleh dari lembar jawaban tes tertulis yang sebelumnya telah diisi oleh responden.


(33)

2. Menjumlahkan skor jawaban pertanyaan dan kemudian memberi skor mentah dengan skala 0 sampai 100 pada hasil yang diperoleh.

3. Mengolah data dengan uji statistik, adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1) Menentukan rentang skor (r)

r = skor maksimum – skor minimum (Nana Sudjana, 1996 : 47) 2) Menentukan banyak kelas interval (k)

k = 1 + 3,3 log n (Nana Sudjana, 1996 : 47) 3) Menentukan panjang kelas interval (p)

k

r

p

=

4) Membuat tabel daftar distribusi frekuensi 5) Menghitung Mean (rata – rata X)

i i i

F

X

F

X

M

=

=

(Nana Sudjana, 1996 : 67) Keterangan : M = mean (rata – rata)

Fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas Xi

Xi = tanda kelas interval atau nilai tengah dari kelas interval 6) Menentukan simpangan baku (SD)

[

]

1

2

=

n

X

X

F

S

i i

(Nana Sudjana, 1996 : 95)

Keterangan : S = simpangan baku (standard deviasi)

X

= mean (rata – rata)

Fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas Xi


(34)

(

)

S

X

K

Z

=

n = jumlah responden 7) Mengitung harga baku (Z)

(Ngalim Purwanto,2001 : 104)

Keterangan : Z = harga baku K = batas kelas

X

= mean (rata – rata)

S = simpangan baku

8) Menghitung luas interval ( Li ) Li = L1 – L2

Keterangan : L1 = nilai peluang baris atas L2 = nilai peluang baris bawah

9) Menghitung frekuensi ekspetasi/harapan (ei) ei =

L

i

.

f

i

10) Menghitung Chi-kuadrat (χ2)

χ2 =

(

)

i

i i

e

e

f

.

2

(Suharsimi Arikunto, 2002 : 259)

Keterangan : χ2 = chi kuadrat hitung

ei = frekuensi ekspetasi/harapan

fi = frekuensi data yang sesuai dengan tanda kelas xt

11) Hasil perhitungan χ2 hitung selanjutnya di bandingkan dengan χ2tabel dengan ketentuan sebagai berikut :


(35)

b. Derajat kebebasan (dk = k – 3)

c. Apabila χ2 hitung < χ2tabel berarti data berdistribusi normal

3.9.2 Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui varians populasi, apakah populasi mempunyai varians yang sama atau berbeda. Uji homogenitas data untuk statistik parametrik maka digunakan rumus sebagai berikut :

1) Membuat tabel skor dari dua kelompok data 2) Mengitung variansi (Si2) tiap kelompok sampel

(Nana Sudjana, 1992 : 94)

Membuat tabel harga-harga yang diperlukan untuk uji Barlett pada tabel berikut :

Tabel 3.5 Tabel harga-harga yang diperlukan untuk uji Barlett

Sampel dK= N-1 1/ dk Si2 Log.Si2 (dk)Log.Si2 (dk)Si2 Kontrol

Eksperimen Jumlah

(Nana Sudjana, 1992 : 262)

3) Variansi gabungan dari semua sampel

(Nana Sudjana, 1992 : 263)

4) Harga satuan Barlett

(Nana Sudjana, 1992 : 263) 5) Menghitung harga Chi Kuadrat :

(

)

) 1 ( 2 2 2 − − =

N N X X N

Si i i

(

)

(

)

(

)

= n 1S / n 1

S2 i 2i i

(

)

(

)

= logS . n 1

B 2 i

(

)

{

(

)

2

}

i 2 i

log.S

.

1

n

B

.

ln10

=


(36)

6) Mengkonsultasikan harga X2diatas pada tabel Chi-kuadrat dengan derajat kebebasan tertentu sebesar banyaknya sampel dikurangi 1 (dk-1). Jika diperoleh harga X2Hitung < X2Tabel pada taraf nyata α tertentu, maka dikatakan bahwa data tersebut homogen.

3.9.3 Uji t

Pengujian ini dilakukan terhadap nilai rata – rata pada tes awal (pretest), tes akhir (posttest) dan gain, dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.. Adapun langkah-langkah pengujian rumus Uji t (Sudjana, 1992:239) adalah : a. Mencari standar deviasi gabungan dengan rumus :

( )( ) ( )( )

2 1 1 2 1 2 2 2 1 − + − + − = n n S n S n Sgabungan

1) Mencari nilai t

2 1 2 1 1 1 n n S x x t gab + − = Keterangan :

x1 = nilai rata – rata kelompok eksperimen x2 = nilai rata – rata kelompok kontrol S = simpangan baku (standard deviasi) n1 = jumlah responden kelompok eksperimen n2 = jumlah responden kelompok kontrol

2) Menentukan derajat kebebasan dk = n1+n2 – 2


(37)

3) Menentukan nilai t dari tabel statistik

Setelah melakukan perhitungan uji t, maka selanjutnya dibandingkan dengan nilai tabel. Jika dilihat dari statistik hitung (t hitung) dengan statistik table (t tabel ), penarikan kesimpulan ditentukan dengan aturan sebagai berikut :

Jika : t hitung > t tabel Ho ditolak t hitung < t tabel Ho diterima

3.10 Ranah Afektif dan Ranah Psikomotor

Menurut Wayan dan Sumantana dalam Panggabean, Luhut (1989;29). Indeks prestasi kelompok (IPK) dapat dihitung dengan membagi nilai rata-rata untuk seluruh aspek penilaian, dengan skor maksimal yang mungkin dicapai dalam tes.

Tabel 3.6 Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Kelompok untuk Aspek Afektif No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi

1. 0,00 ≤ IPK < 30,00 Sangat negatif

2. 30,00≤ IPK < 55,00 Negatif

3. 55,00 ≤ IPK < 75,00 Netral

4. 75,00 ≤ IPK < 90,00 Positif

5. 90,00 ≤ IPK ≤ 100,00 Sangat positif

(Adaptasi Wayan dan Sumartana dalam Panggabean,1989)

100 × =

SMI M IPK


(38)

Tabel 3.7 Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Kelompok untuk Aspek Psikomotor

No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi 1. 0,00 ≤ IPK < 30,00 Sangat kurang terampil 2. 30,00≤ IPK < 55,00 Kurang terampil 3. 55,00 ≤ IPK < 75,00 Cukup terampil 4. 75,00 ≤ IPK < 90,00 Terampil 5. 90,00 ≤ IPK ≤ 100,00 Sangat terampil

(Adaptasi Wayan dan Sumartana dalam Panggabean,1989)

3.11 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Setelah ada kejelasan jenis instrumen, langkah selanjutnya menyusun pertanyaan-pertanyaan. Penyusunan pertanyaan diawali dengan membuat kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi memuat aspek yang akan diungkap melalui pertanyaan. Aspek yang akan diungkap bersumber dari masalah penelitian. Kisi-kisi tes untuk instrumen penelitian ini dapat dilihat pada lampiran.

3.12 Alur Penelitian

Secara garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut ini :


(39)

Penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning (kelas eksperimen)

Kelas kontrol Perumusan Masalah

Pemilihan materi ajar untuk penelitian

Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR)

Pelaksanaan pretes

Pembuatan perangkat pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa)

Lembar observasi Instrumen tes

Judgmen instrument tes Perbaikan

Uji coba instrument tes

Penentuan populasi dan sampel penelitian

Kelas eksperimen

Pelaksanaan pembelajaran (pemberian perlakuan)

Penerapan model pembelajaran

Think Pair Share

(kelas kontrol)

Pelaksanaan postes

Data penelitian

Analisis data dan pembahasan temuan hasil

Kesimpulan


(40)

Langkah penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

a. Tahap perencanaan penelitian

• Melakukan penelitian pendahuluan berupa observasi terhadap proses

pembelajaran dan wawancara dengan guru bidang studi disalah satu SMK kota Bandung yang akan dijadikan lokasi penelitian.

Studi literatur mengenai model pembelajaran Problem Based Learning

dan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

• Diskusi dengan guru program studi teknik pemanfaatan tenaga listrik

mengenai pembelajaran yang akan dipakai penelitian yaitu program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah

• Membuat perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS) sesuai dengan tahapan model pembelajaran Problem Based Learning dan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share serta

mengkonsultasikannya dengan dosen pembimbing

• Membuat instrument penelitian dan mengkonsultasikannya dengan dosen

pembimbing

Melakukan judgment instrumen penelitian serta memperbaikinya

berdasarkan hasil judgment tersebut

• Melakukan uji coba instrumen penelitian dan mengolah hasilnya serta

mempertimbangkan kelayakan instrumen yang akan digunakan pada pretes dan postes berdasarkan hasil uji coba tersebut


(41)

• Mempersiapkan sumber dan bahan yang akan digunakan untuk

dilaksanakannya proses pembelajaran • Mengurus surat izin penelitian

b. Tahap pelaksanaan penelitian

• Menentukan populasi dan sampel penelitian serta menentukan kelas

eksperimen dan kelas kontrol

• Memberikan pretes bagi kedua kelas sampel

• Melaksanakan proses pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Dalam hal ini, peneliti bertindak sebagai guru di kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dan peneliti bertindak sebagai guru di kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

• Melaksanakan postes bagi kedua kelas sampel

c. Tahap akhir penelitian

• Mengolah data hasil penelitian

• Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian • Menarik kesimpulan


(42)

116

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data penelitian yang diperoleh, maka pada bagian ini penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa yang telah dicapai oleh kelompok atau kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning Program Diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah mengalami peningkatan sebesar 0,48 dari skor ideal. Dengan nilai rata-rata pretes adalah 54,93 dan nilai rata-rata postes sebesar 76,64 dari skor ideal.

2. Hasil belajar siswa yang telah dicapai oleh kelompok atau kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah mengalami peningkatan sebesar 0,36 dari skor ideal. Dengan nilai rata-rata pretes sebesar 50,93 dan nilai rata-rata postes sebesar 71,49 dari skor ideal.

3. Berdasarkan peningkatan kemampuan yang telah dicapai oleh kelas eksperimen dan kelas kontrol maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dimana kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 0,48 dan kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar 0,36, sehingga terdapat selisih sebesar 0,12. Hal ini diperkuat dengan uji t, dan dari perhitungan diperoleh nilai thitung = 3,09. Dengan dk = n1 + n2 – 2 pada taraf kepercayaan 95% maka diperoleh


(43)

1,99.

4. Gambaran hasil belajar siswa ranah afektif pada model pembelajaran Problem

Based Learning (kelas eksperimen) mengalami peningkatan yang positif. Hal

ini dapat dilihat dari skor rata-rata total sebesar 79,81% dan termasuk interprestasi positif sedangkan pada model pembelajaran kooperatif tipe think

pair share (kelas kontrol) mengalami peningkatan yang positif. Hal ini dapat

dilihat dari skor rata-rata total sebesar 75,98% dan termasuk interprestasi positif. Gambaran hasil belajar siswa ranah psikomotor pada model pembelajaran Problem Based Learning (kelas eksperimen) mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata total sebesar 75,55% dan termasuk interprestasi terampil sedangkan pada model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (kelas kontrol) mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata total sebesar 71,47% dan termasuk interprestasi cukup terampil.

Dengan kata lain, hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotor dengan model pembelajaran Problem Based Learning lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair

share pada program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan

Rendah.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang didapat, penulis ingin mengemukakan beberapa saran sebagai sebagai berikut :


(44)

belajar yang sudah diperoleh perlu diperhatikan proses pembelajaran yang dapat menggali potensi kognitif siswa.

2. Agar hasil belajar pada ranah afektif termasuk dalam kategori sangat positif, maka dalam proses pembelajaran guru dapat memotivasi siswa lebih baik, sehingga siswa lebih aktif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru dan aktif dalam mengumukakan masalah atau pendapat.

3. Agar hasil belajar siswa pada ranah psikomotor termasuk dalam kategori sangat terampil seharusnya siswa dibiasakan untuk melakukan percobaan dalam pembelajaran.


(45)

119

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Irma F. (2008). Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share

untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa. Skripsi Jurusan

Pendidikan Fisika FPMIPA UPI : Tidak Diterbitkan.

Arikunto, S. (2001). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional.Direktorat Pendidikan Menangah Kejuruan. (2004). Kurikulum SMK Edisi 2004. [Online]. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar menegah. [11 Oktober 2006]

Ismail. (2002). “Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction): Apa, Bagaimana, dan Contoh Pada SubPokok Bahasan Statistika”. Proceeding National Science Education Seminar State University of Malang.

Laela Sarah, L. (2005). Pengembangan Model Pembelajaran Problem Based

Instruction Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi. Jurusan

Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung : Tidak diterbitkan

Lestari, M. (2008). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share

terhadap Prestasi Belajar Siswa dan Kemampuan Berkomunikasi Ilmiah Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI: Tidak

diterbitkan.

Mills. (2004). Model Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2004. [On Line], Sanggar Atikan Sancang, Tersedia : http://www.energimandiri.com.

Nugroho, L. (2004). Teknologi Informasi dalam PBL untuk Bidang

Keteknikan.[OnLine],Tersedia:http://www.dlsweb.rmit.edu.au/eng/beng000

1/LEARNING.html

Panggabean, L. P (1989). Kontribusi Relatif Sikap Siswa SMA Terhadap Prestasi Belajar Fisika. Tesis pada FPS IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.

Ratnaningsih, N. (2003). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Matematik Siswa Sekolah Menengah Umum (SMU) melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis pada PPS UPI: tidak diterbitkan.


(46)

Runi. (2005). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Mata

Pelajaran Sains Konsep Pencemaran Lingkungan di Kelas VII SMP Melalui

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Tesis pada

PPS UPI: tidak diterbitkan.

Ruyat. (2008). Perbandingan Metode Pembelajaran Kontekstual dengan Metode

Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Program Diklat Mengoperasikan Mesin Produksi dengan Kendali Elektro Mekanik (Mmpke) di BPTP Bandung. Skripsi

Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI : Tidak Diterbitkan. Sudjana, N. (2002). Metoda Statistik. Bandung: Tarsito

Tim Penyusun Kamus. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketuga. Jakarta: Balai Pustaka.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2003). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.


(1)

79

• Mempersiapkan sumber dan bahan yang akan digunakan untuk dilaksanakannya proses pembelajaran

• Mengurus surat izin penelitian b. Tahap pelaksanaan penelitian

• Menentukan populasi dan sampel penelitian serta menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol

• Memberikan pretes bagi kedua kelas sampel

• Melaksanakan proses pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam hal ini, peneliti bertindak sebagai guru di kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dan peneliti bertindak sebagai guru di kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

• Melaksanakan postes bagi kedua kelas sampel c. Tahap akhir penelitian

• Mengolah data hasil penelitian

• Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian • Menarik kesimpulan


(2)

116

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data penelitian yang diperoleh, maka pada bagian ini penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa yang telah dicapai oleh kelompok atau kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning Program Diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah mengalami peningkatan sebesar 0,48 dari skor ideal. Dengan nilai rata-rata pretes adalah 54,93 dan nilai rata-rata postes sebesar 76,64 dari skor ideal.

2. Hasil belajar siswa yang telah dicapai oleh kelompok atau kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah mengalami peningkatan sebesar 0,36 dari skor ideal. Dengan nilai rata-rata pretes sebesar 50,93 dan nilai rata-rata postes sebesar 71,49 dari skor ideal. 3. Berdasarkan peningkatan kemampuan yang telah dicapai oleh kelas

eksperimen dan kelas kontrol maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dimana kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 0,48 dan kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar 0,36, sehingga terdapat selisih sebesar 0,12. Hal ini diperkuat dengan uji t, dan dari perhitungan diperoleh nilai thitung = 3,09. Dengan dk = n1 + n2 – 2 pada taraf kepercayaan 95% maka diperoleh


(3)

117

harga ttabel (97,5%)(68) sebesar 1,99. Sehingga harga thitung > ttabel (97,5%)(68) sebesar 1,99.

4. Gambaran hasil belajar siswa ranah afektif pada model pembelajaran Problem Based Learning (kelas eksperimen) mengalami peningkatan yang positif. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata total sebesar 79,81% dan termasuk interprestasi positif sedangkan pada model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (kelas kontrol) mengalami peningkatan yang positif. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata total sebesar 75,98% dan termasuk interprestasi positif. Gambaran hasil belajar siswa ranah psikomotor pada model pembelajaran Problem Based Learning (kelas eksperimen) mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata total sebesar 75,55% dan termasuk interprestasi terampil sedangkan pada model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (kelas kontrol) mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata total sebesar 71,47% dan termasuk interprestasi cukup terampil.

Dengan kata lain, hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotor dengan model pembelajaran Problem Based Learning lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang didapat, penulis ingin mengemukakan beberapa saran sebagai sebagai berikut :


(4)

118

1. Agar hasil belajar pada ranah kognitif lebih meningkatkan dari hasil belajar yang sudah diperoleh perlu diperhatikan proses pembelajaran yang dapat menggali potensi kognitif siswa.

2. Agar hasil belajar pada ranah afektif termasuk dalam kategori sangat positif, maka dalam proses pembelajaran guru dapat memotivasi siswa lebih baik, sehingga siswa lebih aktif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru dan aktif dalam mengumukakan masalah atau pendapat.

3. Agar hasil belajar siswa pada ranah psikomotor termasuk dalam kategori sangat terampil seharusnya siswa dibiasakan untuk melakukan percobaan dalam pembelajaran.


(5)

119

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Irma F. (2008). Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI : Tidak Diterbitkan.

Arikunto, S. (2001). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional.Direktorat Pendidikan Menangah Kejuruan. (2004). Kurikulum SMK Edisi 2004. [Online]. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar menegah. [11 Oktober 2006]

Ismail. (2002). “Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction): Apa, Bagaimana, dan Contoh Pada SubPokok Bahasan Statistika”. Proceeding National Science Education Seminar State University of Malang.

Laela Sarah, L. (2005). Pengembangan Model Pembelajaran Problem Based Instruction Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi. Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung : Tidak diterbitkan

Lestari, M. (2008). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share terhadap Prestasi Belajar Siswa dan Kemampuan Berkomunikasi Ilmiah Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Mills. (2004). Model Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2004. [On Line], Sanggar Atikan Sancang, Tersedia : http://www.energimandiri.com.

Nugroho, L. (2004). Teknologi Informasi dalam PBL untuk Bidang Keteknikan.[OnLine],Tersedia:http://www.dlsweb.rmit.edu.au/eng/beng000 1/LEARNING.html

Panggabean, L. P (1989). Kontribusi Relatif Sikap Siswa SMA Terhadap Prestasi Belajar Fisika. Tesis pada FPS IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.

Ratnaningsih, N. (2003). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Matematik Siswa Sekolah Menengah Umum (SMU) melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis pada PPS UPI: tidak diterbitkan.


(6)

120

Runi. (2005). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Mata Pelajaran Sains Konsep Pencemaran Lingkungan di Kelas VII SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Tesis pada PPS UPI: tidak diterbitkan.

Ruyat. (2008). Perbandingan Metode Pembelajaran Kontekstual dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Program Diklat Mengoperasikan Mesin Produksi dengan Kendali Elektro Mekanik (Mmpke) di BPTP Bandung. Skripsi Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI : Tidak Diterbitkan.

Sudjana, N. (2002). Metoda Statistik. Bandung: Tarsito

Tim Penyusun Kamus. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketuga. Jakarta: Balai Pustaka.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2003). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) DAN MODEL PEMBELAJARAN TPS (THINK PAIR SHARE)

8 69 56

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN BANTUAN MACROMEDIA FLASH.

2 10 16

STUDI KOMPARATIF HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL CHALLENGE INQUIRY DENGAN MODEL KONVENSIONAL PADA KOMPETENSI MENGOPERASIKAN PERALATAN PENGALIH DAYA TEGANGAN RENDAH (MP2DTR) DI SMK AL-FALAH DAGO.

0 0 39

76499020 Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah

0 4 76

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR ANTARA KOOPERATIF LEARNING TIPE TIPE THINK PAIR DAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

0 0 10

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

0 0 16