Penyesuaian diri para suster Santa Perawan Maria yang berusia 65 tahun ke atas dalam menyikapi masa usia lanjut.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PENYESUAIAN DIRI PARA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA
YANG BERUSIA 65 TAHUN KE ATAS
DALAM MENYIKAPI MASA USIA LANJUT

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:
Mira Sofiani
NIM: 091114010

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PENYESUAIAN DIRI PARA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA
YANG BERUSIA 65 TAHUN KE ATAS
DALAM MENYIKAPI MASA USIA LANJUT

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:
Mira Sofiani
NIM: 091114010

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Allah membuat segala sesuatu indah pada waktunya.”
(Pengkotbah 3: 11)
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia
yang memberi kekuatan kepadaku.”
(Filipi 4: 13)

Skripsi ini kupersembahkan kepada:


Hati Kudus Yesus dan Bunda Maria tercinta yang dengan setia mendampingi

dan menemaniku dalam suka dan duka.


Para Suster Kongregasi Santa Perawan Maria yang mendukung dalam

panggilan dan studiku.


Bapak, Ibu, Eyang Putri, Adik, dan sahabatku yang selalu mendukung dan


setia mendoakan aku.
♥ Almamaterku tercinta: Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma yang telah mendidik dan mendewasakan aku.

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.


Yogyakarta, 29 Agustus 2013

Mira Sofiani
NIM: 091114010

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama

: Mira Sofiani


NIM

: 091114010

Demi pengembangan Ilmu Pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya saya yang berjudul:
PENYESUAIAN DIRI PARA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA
YANG BERUSIA 65 TAHUN KE ATAS
DALAM MENYIKAPI MASA USIA LANJUT
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 29 Agustus 2013
Yang menyatakan


Mira Sofiani

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
PENYESUAIAN DIRI PARA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA
YANG BERUSIA 65 TAHUN KE ATAS
DALAM MENYIKAPI MASA USIA LANJUT
Mira Sofiani
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2013

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan penyesuaian diri para
suster SPM dalam menyikapi masa usia lanjut, mendeskripsikan harapan-harapan
mereka tentang pendampingan masa usia lanjut, dan menemukan rencana
bimbingan bagi mereka.
Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitian berjumlah
lima suster SPM yang berusia 65 tahun ke atas, mereka tinggal di empat
komunitas di Jawa Timur yaitu Kepanjen-Malang, Malang, Lawang-Malang, dan
Mojokerto. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan
wawancara mendalam. Instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan
pedoman observasi dan wawancara yang disusun oleh peneliti dan
dikonsultasikan kepada pembimbing. Data yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan subjek utama penelitian dan observasi dari subjek pendukung direkam
dengan menggunakan tape recorder dan disusun dalam bentuk verbatim.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima subjek penelitian mampu
melakukan penyesuaian diri dalam menyikapi masa usia lanjut, hanya saja masih
kurang mendalam dan perlu ketekunan untuk terus dilatih atau diolah, karena
emosi yang muncul belum diolah secara mendalam dan masih menyulitkan
mereka dalam menyesuaikan diri terhadap masa usia lanjut. Meskipun demikian,
hambatan tersebut justru membuat mereka mampu memaknai dan menemukan
manfaat bagi perkembangan kepribadian dan kedewasaan iman mereka. Nilainilai yang semakin bertumbuh kuat dalam proses penyesuaian diri adalah

kreatifitas, penerimaan diri, kerendahan hati, sikap tabah dan pasrah, kesetiaan,
ketaatan, penghargaan diri, pengampunan, dan iman yang kuat.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti mengusulkan beberapa
program pembinaan untuk meningkatkan kemampuan melakukan penyesuaian
diri. Usulan kegiatan meliputi: Pengolahan Hidup dan pelatihan khusus
penyesuaian diri terhadap masa usia lanjut. Topik-topik kegiatan antara lain:
Seminar tentang pola makan yang sehat, Seminar tentang olahraga yang sesuai
dengan lansia, Acara temu kangen lansia, Penulisan testament, Retret tentang
persiapan menghadap Tuhan (kematian), Rekoleksi atau retret penerimaan diri
lansia dan pengelolaan emosi, Rekoleksi penyadaran diri akan masa pensiun, dan
Seminar lansia yang terampil dan kreatif. Program ini dimaksudkan agar para
suster SPM yang berusia 65 tahun ke atas mampu menyesuaikan diri dengan baik
terhadap masa usia lanjut.

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
SELF-ADJUSMENT AMONG THE SISTERS OF SANTA PERAWAN MARIA
(SISTERS OF OUR LADY) AGED ABOVE 65 DEALING WITH AGING
By
Mira Sofiani
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2013

This study aims at describing the self-adjustment among the Sisters of Santa
Perawan Maria (sisters of our lady) aged above 65 dealing with aging. It also
aims at describing their hopes of guidance in elderly and finding the guidance
plans for them.
This research is a qualitative research. The subject in this research is five sisters
aged above 65 from the congregation of Santa Perawan Maria. The sisters lived
in four different communities in East Java, namely, Kepajang-Malang, Malang,
Lawang-Malang, and Mojokerto. The method of data collection is using
observation as well as interview. The research instruments are questions
compilations for guided observation and interview which had been consulted by
the writer’s thesis advisor. The data obtained from the interview with the main
subjects and the observation from the supported subjects were recorded using tape
recorder and compiled in the form of verbatim.
The result of this research shows that five subjects are still able to adjust
themselves dealing with aging. However it is still less profound and needs more
perseverance in training and process. This condition is caused by the emergent
emotion which is not processed properly and thus it results to the difficulty of
adjusting themselves to aging. However, the obstacles enabled them to elucidate
and gain the benefits for the development of personality and the maturity of their
faith. Some values which have grown strongly in their self-adjustment process are
creativity, self-acceptance, humility, patience, determination, loyalty, obedience,
self-esteem, forgiveness, and strong faith.
Based on the result of the research, the writer proposed several training programs
to increase the ability in self-adjustment. The programs cover processing of life
and special training for self-adjustment among the elderly sisters. The topics of
the activity cover a seminar about healthy eating habit, a reunion for elderly
sisters, writing testament, a retreat for facing death, recollections or selfacceptance retreat and emotion management, recollections for self-realization
after being retired, and a seminar for creative and skillful elderly. The programs
are all intended for the Sisters of Santa Perawan Maria (sisters of our lady) aged
above 65 years old in dealing with aging.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha baik atas rahmat dan kesetiaanNya sehingga penulis memperoleh kekuatan dan semangat untuk tetap setia
menyusun skripsi. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bimbingan dan Konseling di Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini
dapat terselesaikan berkat bantuan, perhatian, dukungan, dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi
kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dr. CB. Mulyatno Pr, selaku dosen pembimbing yang telah setia dan
sabar membimbing, mendukung, dan memberi banyak masukan
kepada penulis.
3. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma yang telah berjerih payah memberikan seluruh tenaga,
ilmu, dan perhatian kepada penulis.
4. Para karyawan perpustakaan, sekretariat BK, rumah tangga Universitas
Sanata Dharma yang dengan sabar, ramah, setia membantu penulis
dalam peminjaman buku, pengurusan administrasi, dan menciptakan
suasana nyaman dalam belajar.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5. Kongregasi Santa Perawan Maria yang telah memberikan kepercayaan
dan kesempatan untuk studi lanjut, mendoakan, dan memberi
dukungan selama penulis menjalankan tugas belajar.
6. Para suster SPM empat komunitas di Jawa Timur yang telah
mengijinkan penulis mengadakan penelitian.
7. Sr. A, Sr. B, Sr. C, Sr. D, dan Sr. E (nama samaran) yang rela
membagikan pengalamannya selama penelitian.
8. Para suster komunitas Mliwis yang telah memberikan perhatian dan
dukungan kepada penulis selama belajar sampai pada penyusunan
skripsi ini.
9. Rm. Erwin Sasmita, Pr, Rm. Eko Riyadi, Pr, Sr. Lina, SPM, Bapak
Budi Sarwono, dan Bapak Donal Sinaga yang telah memberi semangat
dan membantu dalam proses penyusunan proposal skripsi, memberi
masukan, mengoreksi, dan mengkritisi skripsi ini.
10. Kedua orangtua, Eyang Putri, adik-adik, dan keponakan-keponakan
yang setia mendoakan, perhatian, dan memberi dukungan kepada
penulis.
11. Sahabat-sahabat yang selalu mencintai, memotivasi, menyemangati,
mendoakan, dan mendukung penulis.
12. Teman-teman angkatan 2009 dan kakak-kakak angkatan yang setia
dalam kerja sama, saling berbagi pengalaman, dan saling mendukung.

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis terbuka terhadap sumbangan pemikiran, kritik, dan saran agar skripsi ini
menjadi lebih baik. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, 29 Agustus 2013
Penulis

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.....................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.............................................v
HALAMAN

PERNYATAAN

PERSETUJUAN

PUBLIKASI

KARYA

ILMIAH..................................................................................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
ABSTRACT............................................................................................................viii
KATA PENGANTAR............................................................................................ix
DAFTAR ISI..........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xviii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................4
D. Manfaat Hasil Penelitian..............................................................................4
E. Definisi Operasional Variabel......................................................................5

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II. KAJIAN TEORITIS
A. Penyesuaian Diri..........................................................................................8
1. Pengertian Penyesuaian Diri..................................................................8
2. Aspek-aspek Penyesuaian Diri.............................................................10
3. Kesimpulan..........................................................................................11
B. Sikap...........................................................................................................12
Pengertian Sikap...................................................................................10
C. Para Suster SPM.........................................................................................13
1. Identitas SPM.......................................................................................13
2. Spiritualitas SPM ................................................................................14
D. Bina Lanjut.................................................................................................15
E. Masa Pensiun ............................................................................................17
1. Pengertian Masa Pensiun ....................................................................17
2. Fase-fase Pensiun ................................................................................20
F. Masa Usia Lanjut.......................................................................................23
1. Pengertian Masa Usia Lanjut...............................................................23
2. Ciri-ciri Perkembangan Masa Usia Lanjut...........................................25
3. Tugas Perkembangan Masa Usia Lanjut ............................................26
4. Masa Usia Lanjut ditinjau dari Beberapa Aspek ................................29
5. Kebutuhan dan Permasalahan Masa Usia Lanjut ................................42

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian...........................................................................................47
B. Subjek Penelitian........................................................................................50
C. Metode Pengumpulan Data........................................................................51
D. Instrumen Penelitian ................................................................................54
E. Tahap-tahap Penelitian...............................................................................58
F. Tehnik Analisis Data ................................................................................59
G. Pemeriksaan Keabsahan Data ....................................................................60
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Proses Penelitian........................................................................................62
B. Hasil Penelitian..........................................................................................63
1. Observasi..............................................................................................63
2. Wawancara Mendalam.........................................................................80
C. Pembahasan................................................................................................82
D. Analisis.......................................................................................................90
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................92
B. Keterbatasan Penelitian..............................................................................93
C. Sumbangan Penelitian................................................................................93
D. Saran…………………………………..................……………………….97
DAFTAR PUSTAKA…………………………………......…………………….99
LAMPIRAN……………………………………....……………………………102

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Pertanyaan-pertanyaan Observasi................................................55
Tabel 2. Pertanyaan-pertanyaan untuk Wawancara Mendalam.................56
Tabel 3. (Matriks 1) Hasil Observasi dari Suster Pendamping Bina
Lanjut.........................................................................................................63
Tabel 4. (Matriks 2) Hasil Observasi dari Suster yang Hidup Satu
Komunitas..................................................................................................71
Tabel 5. (Matriks 3) Hasil Wawancara Mendalam dengan Subjek ........80

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat hasil penelitian, dan definisi operasional variabel.

A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari
bayi sampai akhir hayat.Proses pertumbuhan dan perkembangan dalam setiap
tahap kehidupan ini dipengaruhiolehkemampuan seseorang dalam memaknai
pengalaman-pengalaman hidupnya. Salah satu tahap kehidupan tersebut
adalah masausia lanjut, dimana seseorang memasuki masa pensiun dari masa
kerjanya.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur 65 tahun
sebagai awal usia lanjut.Pada tahap ini setiap orang memerlukan persiapan,
baik secara mental maupun spiritual agar mampu memaknai masa usia lanjut
sebagai anugerahbagi proses pengembangan dirinya. Masa usia lanjut
biasanya ditandai oleh kemunduran fisik, mental, sosial, spiritual dan
perasaan tidak berguna bagi diri sendiri dan orang lain.Gejala-gejala
penurunan kondisi psikis dan sosial adalah rasa kurang percaya diri, tidak
berguna, dan kesepian. Bahkan, orang bisa sampai depresi.
Persoalan usia lanjut juga dihadapi oleh para suster Santa Perawan Maria
(SPM). Berdasarkan pengamatan dan pengalaman hidup bersama dengan para

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

suster SPMdi komunitas Bondowosopada tahun 2000, Malang pada tahun
2001-2002, Banyu tumumpang-Muntilanpada tahun 2002-2004, Probolinggo
pada tahun 2005, Mojokerto pada tahun 2006-2008, dan Yogyakarta pada
tahun 2009-sekarang; peneliti melihat adanyapermasalahan yang dialami oleh
21 suster usia lanjut.
Berdasarkan analisis Suparno (2010: 93), ada tujuh macam gejala krisis
pada masa usia lanjut. Tujuh gejala krisis tersebut juga terlihatdari
permasalahan yang dialami oleh 21 suster SPM yang berusia lanjut. Adapun
gejala krisis tersebut antara lain sebagai berikut: 1) para suster pada usia
lanjut mudah mengeluh tentang keadaan dirinya, terutama keadaan tubuhnya;
2) secara psikis mereka tidak stabil, mudah marah, dan merasa tidak puas; 3)
mereka merasa tidak berguna lagi karena tidak lagi diberi tugas dan
tanggungjawab yang berat oleh Kongregasi; 4) mereka mudah berubah
gagasan karena tidak stabil; 5) mereka tidak mampu bertahan lama dalam satu
situasi; 6) mereka mudah lupa, mudah lelah, dan mudah mengantuk; dan 7)
mereka merasa ditinggalkan semua orang, hidup dalam perasaan kesepian,
kehilangan, terpencil, dan tersisih. Maka,layanan kepada para Suster SPM
yang berusia lanjut perlu dievaluasi kembali, diprogramkan secara lebih baik
dan dirumuskan secara baru supaya lebih dapat menjawab kebutuhan.
Pembinaan di Kongregasi SPM terdiri dari kelompok aspiran, postulan,
novis, yunior, medior dan senior. Peneliti melihat pentingnya merancang
pembinaan secara khusus kelompok paska pensiun, yakni pembinaan bagi
mereka yang berusia 65 tahun ke atas mengingat situasi mereka yang khas.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

Menurut data Visitasi Provindo 2012 jumlah para suster SPM mulai dari
suster yunior, medior, dan senior di provinsi Indonesia sebanyak 207 orang.
Mereka bertempat tinggal secara tersebar di 31 komunitas. Sedangkan
menurut data usia kronologis tahun 2013 para suster yang berusia 65 tahun ke
atas sebanyak 40 orang.Berdasarkan data, pada tahun 2020 akan ada 64
suster SPM yang termasuk usia lanjutatau yang berusia 65 tahun ke atas.
Terkait dengan jumlah para suster SPM yang berusia lanjut atau yang
berusia di atas 65 tahun dan kesulitan yang mereka hadapi, menurut hemat
penelitidiperlukanpendampingan atau pembinaanbagi para suster dalam
menjalani masa usia lanjut. Oleh karena itu dalam pembahasan skripsi ini,
peneliti tertarik mengangkat temaPenyesuaian Diri Para Suster Santa
Perawan Maria yang Berusia 65 Tahun ke Atas dalam Menyikapi Masa Usia
Lanjut. Tema ini belum pernah didalami dan dijadikan bahan kajian penulisan
skripsi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
berharga bagi pendampingan para suster dalam menjalani masa usia lanjut
atau usia di atas 65 tahun, sehingga mereka lebih bahagia dalam hidup.
Prasetya (1994: 302)menggambarkan bahwa bahagia dalam hidup pada masa
usia lanjut,para suster diharapkan dapat menerima ketergantungan diri kepada
sesama dan Allah sebagai kesaksian hidup seorang anggota Gereja, religius
yang beriman, pendoa, yang dalam penyerahan diri secara total kepada Allah,
serta siap siaga menyongsong kedatangan Kristus.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, disusunlah rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penyesuaian diripara suster SPM dalam menyikapi
masa usia lanjut?
2. Pendampingan seperti apa yang mereka harapkan?
3. Bantuan atau bimbingan apakah yang sesuai dengan situasi dan
kebutuhan mereka?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan penyesuaian diripara suster SPM dalam menyikapi
masa usia lanjut.
2. Mendeskripsikan harapan-harapan mereka tentang pendampingan
masa usia lanjut.
3. Membuat rencana bimbingan bagi mereka.

D. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Bagi program studi Bimbingan dan Konseling, dapat menambah
khasanah tentang ilmu Bimbingan dan Konseling terutama pada

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

bimbingan pribadi untuk membantu klien dalam menjalani masa usia
lanjut.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti sendiri
Menambah wawasan untuk dapat mempersiapkan diri dengan lebih
baik dalam menghadapi masa usia lanjut.
b. Bagi para suster SPM
Memberikan wawasan untuk dapat membantu para suster SPM
dalammenjalani masa usia lanjut, sehingga mereka dapat menjalani
masa usia lanjut dengan lebih bahagia.
c. Bagi para pembina Kongregasi SPM
Memberikan masukan bagi para pembina (magistra, pimpinan
komunitas, pimpinan Kongregasi) untuk dapat membantu

atau

mendampingi para suster yang dibina dalam menjalani masa usia
lanjutdengan lebih tepat.
d. Bagi peneliti lain
Penelitian ini memberikan masukan bagi peneliti lain yang
berminat pada permasalahan masa usia lanjut.

E. Definisi Operasional Variabel
a. Semiun (2006) mengatakan bahwa penyesuaian diri tidak bisa
dikatakan baik atau buruk, sehingga Semiun mendefinisikan
penyesuaian diri dengan sangat sederhana, yaitu suatu proses yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

melibatkan

respon-respon

mental

da n

tingkah

laku

6

yang

menyebabkan individu berusaha menanggulangi kebutuhankebutuhan,

tegangan-tegangan,frustrasi-frustrasi,

dan

konflik-

konflik batin serta menyelaraskan tuntutan-tuntutan batin dengan
tuntutan-tuntutan yang dikenakan kepada individu oleh dunia
dimana individu hidup.
b. LaPierre (1934 dalam Azwar, 2011: 5) mendefinisikan sikap
sebagai “suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau
secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang
telah terkondisikan”.
c. Suster dalam arti sempit adalah saudari. Dalam arti luas berarti
semua anggota lembaga hidup bakti wanita (Heuken, 1994: 305).
Suster SPM adalah wanita yang menggabungkan diri dalam suatu
lembaga hidup bakti dan menamakan diri suster Santa Perawan
Maria (Kapitel Umum Kongregasi, 1984: 15).
d. Bina Lanjut dalam Konstitusi para suster SPM

menyebutkan

bahwa:
Pembinaan kita tidak pernah sekali jadi untuk selamanya
melainkan melalui suatu proses dalam kebersamaan dengan
senantiasa menanggapi cita rasa hidup dalam Gereja dan
masyarakat. Dengan sikap terbuka dan kritis kita berusaha
memahami bagaimana gambar Allah dan Kerajaan-Nya mendapat

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7

bentuk sebaik dan seindah mungkin dalam diri kita masing-masing
dan dalam semua manusia. Bila kita mempunyai keberanian untuk
melakukan hal itu kita menjadi segalanya dalam semua orang
(Konstitusi Para Suster SPM dari Amersfoort bagian Pembinaan:
65. Alenia 4).
e. Masa usia lanjut dapat dimengerti dalam dua pandangan yaitu
masa usia lanjut menurut pandangan orang barat dan orang
Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang berusia
lanjutadalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana
usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah
lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, usia lanjut adalah
orang yang berumur lebih dari 60tahun. Lebih dari 60 tahun karena
pada umumnya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja
dan mulai tampak ciri-ciri ketuaan (Santrock, 2002: 190).
f. Masa pensiun atau purna tugas berarti masa dimana seseorang
harus berhenti dari pekerjaan karena telah mencapai umur tertentu
(Suardiman, 2011: 133).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
KAJIAN TEORITIS

Bab ini membahas landasan teori yang berkaitan dengan masalah
penelitian. Topik-topik dalam bab ini adalah penyesuaian diri, sikap, para
Suster SPM, bina lanjut, masa pensiun, dan masa usia lanjut. Persoalan
usia lanjut secara khusus para suster yang berusia 65 tahun ke atas
dimungkinkan dipengaruhi oleh kekurangmampuan mereka menyesuaikan
diri dalam menyikapimasa usia lanjut.Maka pendampingan untuk para
suster yang berusia 65 tahun ke atasdiperlukan agar mereka lebih dapat
menjalani masa usia lanjut dengan lebih baik. Namun uraian bab ini akan
diwarnai dengan beberapa pemikiran dari Calhoun dan Acocella, Sarwono
Sarlito,Sarnoff, D.Krech dan R.S Crutchfield, La Pierre, Soetarno,
Elizabeth

Hurlock,

J.W.

Santrock,

Papalia,

Siti

Partini

Suardiman,konstitusi SPM, Paul Suparno, Mardi Prasetya, Desmita,dan
lain-lain.Uraian

ini

diharapkan

membantu

untuk

membahasakan

penyesuaian diri para suster SPM dalam menyikapi masa usia lanjut.

A. Penyesuaian Diri
1. Pengertian Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah
adjustment atau personal adjustment.Menurut Calhoun dan Acocella
(1990), penyesuaian dapat didefinisikan sebagai interaksi pribadi yang

8

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

kontinu dengan diri pribadi sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia
pribadi. Ketiga faktor tersebut secara konstan mempengaruhi

da n

hubungan tersebut bersifat timbal balik mengingat pribadi secara konstan
juga mempengaruhi kedua faktor yang lain.
Tiga faktor yang disebut di atas adalah (Calhoun & Acocella,
1990):
a. Diri pribadi sendiri, yaitu jumlah keseluruhan dari apa yang telah ada pada
pribadi, perilaku pribadi, dan pemikiran serta perasaan pribadi yang
pribadi hadapi setiap detik.
b. Orang lain, yaitu orang lain berpengaruh besar pada pribadi, sebagaimana
pribadi juga berpengaruh besar terhadap orang lain.
c. Dunia pribadi, yaitu penglihatan dan penciuman serta suara yang
mengelilingi pribadi saat pribadi menyelesaikan urusan pribadi dapat
mempengaruhi pribadi dan mempengaruhi orang lain.
Menurut Semiun (2006), penyesuaian diri merupakan suatu istilah
yang sangat sulit didefinisikan karena penyesuaian diri mengandung
banyak arti. Kriteria untuk menilai penyesuaian diri tidak dapat
dirumuskan secara jelas dan karena penyesuaian diri danlawannya
ketidakmampuan menyesuaikan diri (maladjustment)memiliki batas yang
samasehingga akan mengaburkan perbedaan di antara keduanya.
Semiun (2006) juga mengatakan bahwa penyesuaian diri tidak bisa
dikatakan baik atau buruk, sehingga Semiun mendefinisikan penyesuaian
diri dengan sangat sederhana, yaitu suatu proses yang melibatkan respon-

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 10

respon mental dan tingkah laku yang menyebabkan pribadi berusaha
menanggulangi

kebutuhan-kebutuhan,

tegangan-tegangan,

frustrasi-

frustrasi, dan konflik-konflik batin serta menyelaraskan tuntutan-tuntutan
batin dengan tuntutan-tuntutan yang dikenakan kepada pribadi oleh dunia
dimana pribadi hidup.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian
diri adalah suatu proses dalam interaksi pribadi yang kontinu dengan diri
sendiri, orang lain dan lingkungan yang melibatkan respon-respon mental
dan tingkah laku untuk menghadapi kebutuhan-kebutuhan, ketegangan,
frustrasi, dan konflik batin serta mencapai keselarasan antara tuntutan dari
dalam diri pribadi dengan tuntutan dari luar diri pribadi.

2. Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri yang baik dapat dilihat dari empat aspek
kepribadian yaitu kematangan emosional, kematangan intelektual,
kematangan sosial, dan kematangan moral atau tanggung jawab (Desmita,
2009: 195). Kematangan emosional mencakup kemantapan suasana
kehidupan emosional, kemantapan suasana kehidupan kebersamaan
dengan orang lain, kemampuan untuk santai, gembira dan menyatakan
kejengkelan, dan sikap, perasaan terhadap kemampuan dan kenyataan diri
sendiri.
Kematangan intelektual mencakup kemampuan mencapai wawasan
diri sendiri, kemampuan memahami orang lain dan keragamannya,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 11

kemampuan mengambil keputusan, dan keterbukaan dalam mengenal
lingkungan. Kematangan sosial mencakup keterlibatan dalam partisipasi
sosial, kesediaan kerja sama, kemampuan kepemimpinan, sikap toleransi,
dan keakraban dalam pergaulan. Kematangan moral atau tanggung jawab
mencakup sikap produktif dalam mengembangkan diri, melakukan
perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel, sikap altruisme,
empati, bersahabat dalam hubungan interpersonal, kesadaran akan etika
dan hidup jujur, melihat perilaku dari segi konsekuensi atas dasar sistem
nilai, dan kemampuan bertindak independen.

3. Kesimpulan
Berdasarkan pendapat di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
aspek-aspek penyesuaian diri yang dimaksud dalam penelitian ini
meliputi:

aspek

kematangan

emosional,

intelektual,

sosial,

dan

kematangan moral atau tanggung jawab atau spiritual.Aspek-aspek
penyesuaian diri inilah yang akan dijadikan sebagai matriks pertanyaan
observasi dan panduan wawancara oleh peneliti. Peneliti menambahkan
aspek bina lanjut pada panduan wawancara mengingat subjek penelitian
adalah para suster SPM yang berusia lanjut.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 12

B. Sikap
Pengertian Sikap
a. LaPierre (1934 dalam Azwar, 2011: 5) mendefinisikan sikap sebagai suatu
pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah
respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.
b. Menurut G.W Alport (dalam Tri Rusmi Widayatun, 1999:218) sikap
adalah kesiapan seseorang untuk bertindak.
c. Tri Rusmi Widayatun memberikan pengertian sikap adalah “keadaan
mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang
memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada
semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri
dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam
kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek
situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya.Selain itu sikap juga
memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif
terhadap objek atau situasi.
Proses sikap terdiri dari 3 komponen yaitu komponen kognitif,
afektif dan kecenderungan untuk bertindak. Komponen kognitif, afektif,
dan kecenderungan bertindak merupakan suatu kesatuan sistem, sehingga
tidak dapat dilepas satu dengan lainnya. Ketiga komponen tersebut secara
bersama-sama membentuk sikap.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 13

Sikap yang dilakukan oleh setiap individu sangatlah berpengaruh
terhadap perilaku individu. Pengaruh tersebut terletak pada individu
sendiri terhadap respon yang ditangkap.Kecenderungan individu untuk
melakukan tindakan dipengaruhi oleh berbagai faktor bawaan dan
lingkungan sehingga menimbulkan tingkah laku.

C. Para Suster Santa Perawan Maria (SPM)
1. Identitas SPM
Suster-suster SPM ingin mengidentifikasikan diri dengan Maria
yang memiliki sikap iman yang mendalam. Seperti tertulis dalam
Konstitusi SPM berikut:
Kita menamakan diri Suster-Suster Santa Perawan Maria. Dalam
Maria kita mau mengenal diri kita. Dalam dia nampaklah sikap
iman, sehingga Allah menjadi kekuatan dalam manusia. Maria
mempercayakan diri kepada-Nya, tanpa menduga kemana ia akan
dibawa oleh fiatnya. Penuh rasa kagum ia bersuka ria, bagaimana
Tuhan memperhatikan hamba-Nya yang hina. Apa yang dinantikan
angkatan demi angkatan sekarang telah terlaksana padanya. Allah
telah menyelamatkan umat-Nya dalam buah tubuhnya, Yesus dan
mengikat perjanjian baru dengan kita (Kapitel Umum Kongregasi,
1984: 15 al 1-2).
Sikap iman Maria hendaknya menjiwai sikap hidup dan menjadi teladan
hidup para suster SPM. Maria sebagai Hawa baru dan sebagai ibu
pembawa kehidupan baru telah melahirkan Yesus sebagai manusia baru.
Demikian juga para suster SPM diharapkan dapat melahirkan kehidupan
baru dalam kehadiran karya pelayanan yang dilakukannya. Para suster
SPM

hidup

memenuhi

panggilan

Yesus

yang

da l a m

hidupnya

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 14

memperhatikan dan mencintai setiap pribadi bukan hanya diri sendiri.
Konstitusi SPM menyebutkan Yesus sendiri menyatakan diri satu
khususnya dengan mereka yang paling hina dina dan Dia menempatkan
sesama sebagai sahabat-sahabat-Nya (Kapitel Umum Kongregasi,
1984:17). Sikap iman Maria yang mendalam inilah yang menjadi kekhasan
dari para suster SPM.
Kongregasi SPM memberikan sumbangan khas dalam karya di
bidang pembinaan dan pendidikan. Dalam menghayati hidup membiara
dan dalam karya-karyanya para suster SPM disemangati oleh semboyan
Tota Christi Per Mariam yang berarti segalanya milik Kristus melalui
Maria. Yesus menjadi pusat hidup para suster SPM. Melalui Maria, para
suster SPM sampai kepada Kristus. Maria sebagai pengantara dalam
penyerahan hidup para suster SPM kepada Yesus. Semboyan Tota Christi
Per Mariam merupakan salah satu usaha dari para suster SPM untuk
menyadari, menghayati, menghidupkan serta mewujudkan semangat dan
spiritualitas Kongregasi SPM.

2. Spiritualitas SPM
Spiritualitas berasal dari kata Latin Spiritus artinya Roh. Spiritualitas
pada umumnya diartikan sebagai “kehidupan rohani”. Spiritualitas
merupakan hubungan pribadi seorang beriman dengan Allah yang
terungkap dalam sikap dan perbuatan yang berupa ungkapan pengalaman
hidup dalam situasi yang konkrit. Spiritualitas adalah seluruh kenyataan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 15

hidup yang mencerminkan nilai-nilai hidup berdasarkan iman yang
dihayati, sikap-sikap ataupun keutamaan hidup yang mendukung untuk
mewujudkan nilai-nilai hidup tersebut dan pilihan-pilihan tingkah laku
konkret beserta tindakan-tindakan untuk mewujudkan nilai-nilai hidup
tersebut. Singkatnya, yang dimaksudkan spiritualitas ialah kenyataankenyataan konkret hidup yang mencakup keyakinan, keutamaan, dan
perwujudannya (Darminta, 1987 dalam Widyastuti, 2001:46).

D. Bina Lanjut
Prasetya

(1994:

300-302)

memaparkan

tentang

On-Going

Formation atau Bina Lanjut sebagai berikut: dengan penekanan pada
usaha untuk terus-menerus membaharui diri sesuai dengan tuntutan
spiritualitas, dengan konsekuensi tidak mau mandeg dalam pembaharuan,
terus-menerus memperkembangkan kemampuan dan keterampilan dalam
membatinkan nilai-nilai religius dan mewujudkan cita-cita tarekat,
mewujudkan pengabdiannya sebagai ungkapan iman bersama sesuai
dengan kharisma persekutuan, kemudian terus berusaha memberi bentuk
kesaksian hidup bakti tarekat dalam Gereja dan masyarakat sesuai dengan
tempat dan kemampuannya dalam tarekat. Oleh karena itu perlu
diperhatikan beberapa catatan:
1. Sesudah Kaul Kekal
Bersama tarekat dan anggota menciptakan suasana dan sarana
untuk memperkembangkan kemampuan dan keterampilan membatinkan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 16

nilai-nilai religius dalam hidup sehari-hari, mengolah keteganganketegangan

hidup

dan

berusaha

bertahan

di

dalamnya

dengan

mengarahkan diri pada keselamatan Allah, menyumbangkan semua
kemampuan yang dimiliki sesuai dengan keberadaannya sebagai anggota
tarekat, menyadari dan melaksanakan hidup sebagai anggota tarekat yang
mempunyai tugas perutusan.
2. Fase Produktif
Bersama menciptakan suasana dan sarana untuk menghayati fase
hidupnya yang khas dan mempertaruhkan semua potensi yang ada pada
dirinya untuk kelangsungan hidup tarekat sesuai dengan kharismanya yang
khusus, mengakui dan menerima diri sebagai religius dengan segala
perubahan yang terjadi (fisik, psikis, rohani) dan menentukan nilai
transendental dalam hidupnya yang membuahkan kerasulan efektif,
mempersiapkan diri untuk melepaskan semua yang selama itu menjadi
pegangan dan kebanggaan (posisi, prestasi, ambisi, kemampuan),
selanjutnya lebih mengarahkan diri kembali kepada Allah yang menjadi
asas dan dasar hidupnya.Mempersiapkan generasi penerus dengan
memberikan pendampingan yang intensif dan efektif demi masa depan
Gereja dan tarekat, tanpa mengurangi mutu, tuntutan dan semangat tarekat,
tetapi mengusahakan pewarisan semangat sejati pada anggota muda.
3. Fase Orientasi Baru
Bersama-sama menciptakan suasana dan sarana untuk masuk ke
dalam komunikasi-relasi yang akrab dengan Allah dan sesama yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 17

memungkinkan seseorang menemukan nilai-nilai dan cakrawala baru yang
berarti bagi dirinya, mulai mencari bentuk kerasulan baru yang sesuai
dengan usia dan kharisma tarekat, dan menyadarkan diri dan menghayati
secara konsisten bahwa hidup merupakan peziarahan bersama menuju
kepenuhan Kerajaan Allah.
4. Fase Senja
Mendampingi seseorang untuk dapat menerima ketergantungan diri
kepada sesama dan Allah sebagai kesaksian hidup seorang anggota Gereja,
religius yang beriman, pendoa, yang dalam penyerahan diri secara total
kepada Allah siap siaga menyongsong kedatangan Kristus.

E. Masa Pensiun
1. Pengertian Masa Pensiun
Menurut Suardiman (2011: 132), Bekerja merupakan bagian fundamental
kehidupan bagi hampir semua orang dewasa, baik pria maupun wanita, yang
memberikan kebahagiaan dan kepuasan. Adalah suatu kenyataan, bahwa bila
dirinya mampu mendapatkan penghasilan itu suatu pertanda bahwa dirinya
adalah manusia produktif, manusia yang berguna dan tidak menjadi beban
orang lain. Dengan demikian kegiatan bekerja bagi seseorang menimbulkan
rasa percaya diri, harga diri dan rasa puas. Bekerja juga didasari oleh
semangat mendapatkan kualitas hidup berikutnya yang lebih baik dengan
semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, senantiasa berbuat baik atau berbuat
kebajikan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 18

Masa bekerja bagi seseorang terkait dengan umur. Diberbagai lembaga
pemerintah atau swasta ada aturan yang mengatur seorang pegawai atau
karyawan harus berhenti dari pekerjaan karena telah mencapai umur tertentu,
yang disebut purnatugas atau pensiun.Kehadiran masa pensiun sering
dipandang sebagai masalah, bahkan musibah bagi penerimanya. Hadirnya
masa pensiun sering menyebabkan seseorang stres. Yang menarik adalah,
bahwa sebagian usia lanjut sebenarnya menolak untuk pensiun dengan
berbagai latar belakang. Jika memungkinkan mereka ingin terus aktif bekerja
atau menunda kehadiran masa pensiun.
Hubungan dengan orang lain cenderung berkurang atau menurun. Mereka
cenderung berkurang kontak sosialnya dengan teman sekerja, relasinya dan
dengan orang-orang lain di luar rumah. Bekerja dan tempat kerja merupakan
sumber untuk melakukan kontak sosial. Oleh karenanya pensiun menjadi
bagian dari terputus atau berkurangnya kesempatan untuk melakukan kontak
sosial. Kondisi inilah yang mendorong seakan-akan orang menghindar dari
hadirnya masa pensiun. Kontak sosial dengan teman atau sahabat yang masih
terjalin, memiliki efek yang sangat positif bagi kondisi psikis usia lanjut.
Suardiman (2011: 136-141), menjelaskan ada beberapa batas usia pensiun
yang telah ditentukan oleh pemerintah sesuai dengan latar belakang
pekerjaannya. Misalnya: untuk pegawai negeri sipil nonguru batas usia
pensiun adalah 56 tahun, untuk guru 60 tahun untuk dosen 65 tahun, bahkan
bagi dosen yang guru besar bisa diperpanjang sampai 70 tahun bilamana

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 19

diperlukan. Di samping itu ada ketentuan batas usia pensiun bagi para PNS
yang menduduki eselon tertentu.
Berbeda dengan batas usia pensiun yang terjadi di negara maju. Sebagian
usia lanjut dibolehkan mengambil pensiun secara berangsur-angsur. Seseorang
secara bertahap mengambil pensiun sesuai dengan kemampuannya, dimulai
dari mengurangi jam kerja, kemudian bekerja paruh waktu, akhirnya pensiun
sepenuhnya. Namun tidak mustahil di antara mereka setelah pensiun kembali
lagi bekerja, untuk menambah pendapatan atau menghadapi tantangan
pengisian waktu luang.
Batas usia pensiun adalah batasan yang dibuat oleh pemerintah untuk
memberikan kesempatan pegawainya agar bisa menikmati kehidupan di hari
tuanya dengan penuh suka cita. Pensiun bukan batas dari segala kegiatan, baik
yang berorientasi pada kegiatan sosial, keagamaan, maupun yang bersifat
ekonomis produktif dapat dilakukan dengan baik.
Dengan melihat batas usia pensiun masing-masing, dapat dikatakan bahwa
para pensiunan pegawai negeri sipil nonguru (56 tahun), mereka sebenarnya
belum masuk kategori usia lanjut tetapi prausia lanjut, sedangkan penerima
pensiun guru dan dosen sudah tergolong usia lanjut. Namun demikian,
pengetahuan tentang dan untuk usia lanjut perlu dipahami oleh mereka sejak
dini atau setidaknya prausia lanjut agar dapat dilakukan berbagai persiapan
diri.
Adapun salah satu masalah yang biasa dihadapi oleh para pensiunan
adalah penyesuaian terhadap datangnya masa pensiun. Masa usia lanjut

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 20

merupakan masa mempertahankan kehidupan (defensive strategy) dalam arti
secara fisik berusaha menjaga kesehatan agar tidak tua sakit-sakitan dan
menyulitkan atau membebani orang lain. Pada saat itu memang terjadi
berbagai penurunan status yang disebabkan oleh penurunan berbagai aspek,
seperti: fisiologis, psikis, dan fungsi-fungsi sensorik-motorik yang diikuti oleh
penurunan fungsi fisik, kognitif, emosi, minat, sosial, ekonomi, dan
keagamaan. Pensiun menyebabkan berkurangnya atau hilangnya peran
seseorang yang menjadi bagian dari harga dirinya, biasanya diasumsikan
sebagai proses menimbulkan stres yang berkontribusi pada menurunnya
kesehatan fisik dan mental. Kondisi ini memerlukan penyesuaian yang tidak
mudah. Namun perlu hati-hati untuk tidak menyatakan hubungan sebab akibat
setiap waktu masa pensiun dihubungkan dengan reaksi yang tidak
menenangkan, terutama bagi mereka yang mampu melakukan penyesuaian
dengan baik. Para pensiunan masa kini sebagian cenderung memandang
pensiun sebagai satu waktu peluang, dan suatu pengembangan, dan
menunjukkan dirinya sebagai orang yang aktif dan terlibat dalam kegiatan
sosial, sebagian besar yang menentukan kepuasan pensiun.

2. Fase-fase Pensiun
Seorang ahli gerontologi, Robert Atchley (dalam Santrock, 2002: 228229), menggambarkan 7 fase pensiun yang dilalui oleh orang-orang dewasa—
jauh (remote), mendekat (near), bulan madu (honey-moon), kecewa

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 21

(disenchantment), re-orientasi (reorientation), stabil (stability) dan fase akhir
(termination).
Kebanyakan dari kita bekerja dengan kepercayaan yang samar-samar
bahwa kita tidak akan meninggal dalam pekerjaan tetapi justru akan
menikmati hasil pekerjaan kita jauh di masa depan. Pada fase jauh (the remote
phase), kebanyakan individu sedikit melakukan sesuatu untuk mempersiapkan
fase pensiun. Seiring dengan pertambahan usia mereka yang memungkinkan
pensiun, mereka mungkin menyangkal bahwa fase pensiun akan terjadi.
Pada fase mendekat (the near phase), para pekerja mulai berpartisipasi di
dalam program pra-pensiun. Program ini biasanya membantu orang-orang
dewasa memutuskan kapan dan bagaimana mereka seharusnya pensiun
dengan mengakrabkan mereka dengan keuntungan-keuntungan dan dana
pensiun yang diharapkan akan dapat mereka terima, atau melibatkan mereka
dalam diskusi mengenai isu-isu yang lebih komprehensif, seperti kesehatan
fisik dan mental. Pada saat orang dewasa memiliki kesadaran yang lebih
mengenai pentingnya perencanaan keuangan, gelombang partisipasi dalam
perencanaan pra-pensiun telah terjadi pada dekade terakhir.
Lima fase berikut terjadi setelah fase pensiun. Pada fase bulan madu (the
honeymoon phase), merupakan fase terawal dari fase pensiun, banyak individu
merasa bahagia. Mereka mungkin dapat melakukan segala sesuatu yang tidak
pernah dilakukan sebelumnya, dan mereka menikmati aktivitas-aktivitas
waktu luang yang lebih. Akan tetapi, orang-orang dewasa yang di-PHK, atau

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 22

pensiun karena mereka marah terhadap pekerjaan mereka, atau karena sakit,
mungkin tidak mengalami aspek-aspek positif dari fase bulan madu ini.
Pada fase kekecewaan (the disenchantment phase), orang-orang dewasa
lanjut menyadari bahwa bayangan pra-pensiun mereka tentang fase pensiun
ternyata tidak realistik. Setelah fase bulan madu, orang-orang dewasa lanjut
seringkali jatuh dalam rutinitas. Jika rutinitas itu menyenangkan, penyesuaian
terhadap fase pensiun biasanya sukses. Orang-orang dewasa yang gaya
hidupnya tidak berkutat di seputar pekerjaannya sebelum pensiun lebih
mungkin menyesuaikan diri dengan pensiun dan mengembangkan rutinitas
yang menyenangkan daripada mereka yang tidak mengembangkan aktivitasaktivitas di waktu luangnya selama tahun-tahun kerjanya.
Pada fase re-orientasi (reorientation phase), para pensiunan mencatat apa
yang masih dimiliki, mengumpulkannya bersama-sama, dan mengembangkan
alternatif-alternatif kehidupan yang lebih realistik. Mereka menjelajahi dan
mengevaluasi jenis-jenis gaya hidup yang memungkinkan mereka menikmati
kepuasan hidup.
Pada fase stabil (the stability phase), orang-orang dewasa telah
memutuskan berdasarkan suatu kriteria tertentu untuk mengevaluasi pilihanpilihan pada fase pensiun dan bagaimana mereka akan menjalani salah satu
pilihan yang telah dibuat. Bagi beberapa orang dewasa, fase ini mengikuti fase
bulan madu, tetapi bagi lainnya, perubahannya lambat dan lebih sulit.
Pada fase akhir (the termination phase), peranan fase pensiun digantikan
oleh peran sebagai pesakitan atau peran tergantung karena orang-orang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 23

dewasa lanjut tidak dapat berfungsi secara mandiri lagi dan mencukupi
kebutuhannya sendiri.Bagi beberapa orang dewasa, peranan fase pensiun
kehilangan signifikansi dan relevansinya. Mereka mungkin bekerja lagi,
seringkali menerima pekerjaan yang secara keseluruhan tidak berhubungan
dengan apa yang telah mereka lakukan sebelum pensiun. Waktu luang yang
penuh mungkin membosankan bagi mereka, atau mereka mungkin
membutuhkan uang untuk menyokong dirinya sendiri.