PENGARUH PENERAPAN MEDIA INTERAKTIF TIPE TUTORIAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN SIKAP KEPEDULIAN LINGKUNGAN.

(1)

dalam Pembelajaran IPS Siswa Kelas VII SMPN 1 Cijeungjing Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat)

Pembimbing : Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S.

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan siswa akibat penyampaian materi yang kurang maksimal dari guru dan minimnya media pembelajaran. Hal ini nampak dari hasil test siswayang rendah. Penerapan media interaktif merupakan salah satu solusi mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penerapan media interaktif tipe tutorial dalam pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan siswa, dan mengetahui respon siswa dan guru terhadap penerapan media interaktif tipe tutorial dalam pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan, sertamengetahui apa kendala dari penerapan media interaktif tipe tutorial terhadap pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan siswa.Pendekatan penelitian adalah kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen. Subjeknya adalah siswa kelas VII-D dan VII-G SMP Negeri 1 Cijeungjing Kabupaten Ciamis.Rancangan desain yang digunakan adalah non-equivalent control group design. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen berupa test. Teknik analisis data menggunakan Uji Statistik menggunakan SPSS. Hasil yang diperoleh, menunjukkan bahwa penerapan media interaktif tipe tutorial dapat meningkatkan pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan secara signifikan. Interpretasi skor aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media interaktif tipe tutorial menunjukanbahwa guru berhasil dalam hal perencanaan hingga pelaksaanaan kegiatan pembelajaran sertamenunjukan bahwa siswa aktif dalam proses pembelajaran. Respon guru dan siswa dalam evaluasi media menunjukan bahwa tampilan dan rancangan perangkat media interaktif tipe tutorial dianggap baik dan bermanfaat. Kendala yang terjadi adalah lemahnya guru dalam pemberian penguatan tugas pada siswa.

Kata Kunci: Media Interaktif tipe tutorial, Pemahaman Konsep dan Sikap kepedulian lingkungan


(2)

Teaching And Learning Of The Seventh Grade Students Of SMPN1 1 Cijeungjing Ciamis Regency, West Java Province).

Adviser : Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S.

The bacground to this research is the lack of concept understanding and environmental awarenessdue tothe less of teachers delivery materialandless ofinstructional media. It canbe seenfromthe lowstudenttest results.One alternativesolution tosolve this problemsis interactive media tutorial.The research aims to: find the extent to which the implementation of interactive media tutorial on students’ influences concept understanding and environmental awareness; andfind students’ and teachers’ responses to the implementation of interactive media tutorial on students’ concept understanding and environmental awareness; and find the obstacles to the implementation of interactive media tutorial on students’ concept understanding and environmental awareness. The research adopted quantitative approach with a quasi-experimental method. The subjects consisted of seventh grade students of VII-D and VII-G Classes at SMP Negeri 1 Cijeungjing, Ciamis Regency.The research employed non-equivalent control group design. Data were collected using tests as the instrument and were then analyzed statistically with the aid of SPSS.The results obtainedshowed thatthe implementation of interactive media tutorial could significantimprove concept understanding of environmental awareness. Teachers’ and students’ activity score on learning process show that the teachers’ have been successful in planning and implementing their plans in teaching and learning activity, and the students’ show that they active engagement in the teaching and learning process.In terms of media evaluation, students and teachers respon agreed with the whole indicators of the questionnaires on tutorial interactive media, proving that the performance and benefits of the teaching and learning media were regarded as appropriate.The obstacles in implementing these tutorial interactive media are teachers’ reinforcement to students.

Keywords: Tutorial Interactive Media, Concept Understanding, Environmental Awareness.


(3)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 14

C. Rumusan Masalah ... 14

D. Tujuan Penelitian ... 15

E. ManfaatPenelitian ... 15

F. Struktur Organisasi Tesis ... 16

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A.Hakikat Pendidikan ... 17

1. Pengertian Pendidikan ... 17

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan ... 18

3. Pilar Pendidikan ... 25

4. Komponen Pendidikan... 26

B. Pembelajaran IPS ... 33

1. Pengertian IPS ... 33

2. Tujuan dan Fungsi IPS ... 34

3. Kajian IPS ... 35

4. IPS dalam Kurikulum 2013 ... 36

C. Pemahaman Konsep Kepedulian Lingkungan ... 38


(4)

E. Media Interaktif tipe Tutorial ... 50

F. Kerangka Penelitian ... 55

G. Alur Penelitian ... 56

H. Hipotesis ... 57

BAB III : METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 58

B. Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian ... 59

1. Subjek Penelitian ... 59

2. Lokasi Penelitian ... 60

3. Waktu Penelitian ... 60

C. Desaindan Metode Penelitian ... 61

D. Definisi Operasional ... 61

1. Pemahaman Konsep... 61

2. Sikap Kepedulian Lingkungan ... 62

3. Media Pembelajaran Interaktif tipe Tutorial... 62

E. Instrumen Penelitian ... 62

1. Test Pemahaman Konsep ... 62

2. Test Sikap Kepedulian Lingkungan... 63

F. Teknik pengumpulan dan analisis data ... 64

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 69

1. Deskripsi Observasi Pra Penelitian ... 69

a. Lokasi dan Subjek Penelitian... 69

b. Deskripsi Pembelajaran sebelum Penelitian ... 74

2. Implementasi Media ... 76

3. Pemahaman Konsep Kepedulian Lingkungan ... 78

4. Sikap Kepedulian Lingkungan ... 84

5. Respon Guru dan Siswa ... 89

a. Aktivitas Guru dan Siswa ... 90


(5)

6. Kendala penerapan Media Interaktif tipe Tutorial... 98

BAB V : KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan ... 99

B.Saran ... 100

C.Rekomendasi ... 100


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini terlihat begitu pesatnya. Hal ini mendorong setiap manusia merespon semua perkembangan tersebut secara cepat. Untuk itu, tuntutan sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan. Salah satu cara untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas ialah melalui pendidikan. Pendidikan adalah salah satu bentuk dari perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan penuh dengan perkembangan. Karena itu, perubahan dan perkembangan pendidikan merupakan hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan zaman.

Pendidikan merupakan upaya sadar atau disengaja yang diberikan oleh pendidik kepada anak didik agar mencapai kedewasaan. Menurut M.J. Langeveld dalam Kartini Kartono (1997, hlm. 11) menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu upaya orang dewasa yang dilakukan secara sengaja untuk membantu anak atau orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan. Kedewasaan disini maksudnya adalah suatu kondisi dimana seseorang sudah memiliki rasa tanggung jawab dan sudah cukup cakap mengatasi masalah-masalah hidupnya atau sudah mampu memecahkan kesulitan atau hambatan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dan dari tidak paham menjadi paham.

Pendidikan dapat dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan dimasa yang akan datang (Edgar Dale, 1963 hlm. 62). Apabila keluarga, masyarakat dan


(7)

pemerintah saling bersinergi, maka keberhasilan pendidikan tidak mustahil dapat diraih.

Tidak dapat dipungkiri, karena kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi, pendidikan yang dilakukan oleh keluarga tidak mungkin lagi dapat memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda akan ilmu. Semakin maju suatu masyarakat, semakin tinggi pula tuntutan pemenuhan kebutuhan akanilmu. Kondisi masyarakat seperti ini mendorong terjadinya proses formalisasi lembaga pendidikan yang lazim disebut sistem persekolahan.

Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan sekolah melalui kegiatan belajar mengajar dengan organisasi yang tersusun rapi, berjenjang dan berkesinambungan. Sifatnya formal, diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan pemerintah dan mempunyai keseragaman pola yang bersifat nasional, dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur.

Di Indonesia, untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, maka jalur pendidikan sekolah harus mampu menumbuh kembangkan anak sebagai makhluk individu melalui pembekalan semua bidang studi. Sekolah juga sebagai tempat pengembangan sikap sosial dan religius dan berfungsi sebagai pembinaan watak anak melalui bidang studi yang relevan sehingga akhirnya akan terbentuk manusia yang cakap yang mampu menampilkan dirinya sesuai dengan nilai dan norma yang hidup dan berkembang di masyarakat. Akhirnya pendidikan persekolahan dituntut menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas yang mampu mensejahterakan dirinya dan bersama orang lain mampu mensejahterakan masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan berfungsi sebagai pembentuk watak juga mengembangkan kemampuan peserta didik dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan juga bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab (UU No. 20 tahun 2003). Melalui proses pendidikan akan terbentuk sosok–sosok individu


(8)

sebagai sumber daya manusia yang akan berperan besar dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena itu peran pendidikan demikian sangat penting sebab pendidikan merupakan kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu mengantar peserta didik mencapai fungsi dan tujuan pendidikan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan, perlu disusun dan difungsikannnya suatu sistem penyelenggaraan pendidikan yang baik. Berbagai komponen dalam sistem perlu dikenali, dipahami dan dikembangkan secara seksama, sehingga dapat benar-benar berfungsi dengan tepat. P.H Coombs (1982, hlm. 26-27) mengemukakan Komponen dalam sistem pendidikan terdiri dari; tujuan dan prioritas, pelajar atau peserta, manajemen, struktur dan jadwal waktu, isi bahan belajar, guru dan pelaksana, alat bantu belajar, fasilitas, teknologi, pengawasan mutu, penelitian dan ongkos pendidikan. Apabila suatu upaya dalam komponen pendidikan dirasa kurang berhasil, tidaklah tepat dianggap jelek keseluruhan upaya itu, sehingga secara keseluruhan perlu diubah atau diganti upaya yang baru sama sekali. Mungkin hanya beberapa komponen saja yang perlu diperbaiki.

Melihat kondisi pendidikan di Indonesia saat ini berdasarkan rembuknas pendidikan kebudayaan tahun 2015yang diakses disitus kemdiknas pada 16 April 2015, masih terdapat banyak masalah sehingga kualitas pendidikan dinilai belum terlalu tinggi. Masalah yang pertama,adalah guru sebagai salah satu pelaku pendidikan. Secara umum para guru di Indonesia kurang bisa memerankan fungsinya dengan optimal. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU. No. 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa Kriteria seorang guru yang profesional ialah seorang guru yang memiliki empat


(9)

kompetensi. Keempat kompetensi guru itu meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang guru dalam memahami karakteristik atau kemampuan yang dimiliki oleh siswa melalui berbagai cara. Cara yang utama yaitu dengan memahami siswa melalui perkembangan kognitif, merancang pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi hasil belajar sekaligus pengembangan potensinya. Guru diharapkan memahami sifat-sifat, karakter, tingkat pemikiran, perkembangan fisik dan psikis anak didik. Dengan mengerti hal-hal itu guru akan mudah mengerti kesulitan dan kemudahan anak didik dalam belajar dan mengembangkan diri sehingga guru akan lebih mudah membantu siswa berkembang. Untuk itu diperlukan pendekatan yang baik, dan pengetahuan perkembangan psikologis anak.Pentingnya seorang guru memiliki kompetensi pedagogik adalah guru dapat mengembangkan kemampuannya anak didiknya dengan maksimal karena guru yang menguasai beberapa teori tentang pendidikan dengan mengerti bermacam-macam teori pendidikan dapat memilih mana yang paling baik untuk membantu perkembangan anak didik. Selain itu Guru juga diharapkan memahami bermacam-macam model pembelajaran. Dengan semakin mengerti banyak model pembelajaran, maka dia akan lebih mudah mengajar pada anak sesuai dengan situasi anak didiknya. Pada dasarnya peningkatan kompetensi pedagogik guru akan menghindarkan kegiatan pembelajaran bersifat monoton,tidak disukai siswa dan membuat siswa kehilangan minat serta daya serap dan konsentrasi belajarnya. Guru juga harus memiliki Kompetensi Kepribadian. Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik. Menurut Daradjat Zakiah (2005, hlm. 49) kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa. Surya


(10)

(2004, hlm. 138) menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik. Seorang guru harus dapat mencerminkan kepribadian yang baik pada diri sendiri, bersikap bijaksana serta arif, bersikap dewasa dan berwibawa serta mempunyai akhlak mulia untuk menjadi sauri teladan bagi siswanya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 seorang guru juga harus memiliki kompetensi profesional. Kompetensi profesional yang dimaksud dalam hal ini merupakan kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam termasuk penguasaan kemampuan akademik lainnya yang berperan sebagai pendukung profesionalisme guru. Kemampuan akademik tersebut antara lain, memiliki kemampuan dalam menguasai ilmu, jenjang dan jenis pendidikan yang sesuai.Kompetensi lainnya yang harus dimiliki seorang guru adalah kompetensi sosial.Menurut Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi sosial adalahkemampuan guru dan dosen untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru dan dosen dan dosen, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Guru dengan memiliki kompetensi sosial yang baik, pasti akan menjadi suri teladani oleh siswa-siswanya.

Masalah pendidikan yang kedua berdasarkan rembuknas pendidikan kebudayaan tahun 2015 yang diakses di situs kemdiknas pada 16 April 2015 adalah peserta didik. Perilaku belajar peserta didik disekolah terlihat masih pasif, aktivitas siswa lebih banyak mendengarkan dari pada melakukan sesuatu. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran masih berorientasi kepada guru (teacher centered). Serta masalah sosial siswa yang tidak mencerminkan sebagai seorang terdidik seperti melakukan tawuran, terlibat narkoba, minum minuman keras, meroko, dan sikap serta perilaku tidak peduli kepada lingkungan. Masalah pendidikan yang ketiga berdasarkan rembuknas pendidikan kebudayaan tahun 2015 yang diakses di situs kemdiknas pada 16 April 2015 adalah lingkungan pendidikan. Masih belum meratanya sarana dan prasarana yang memadai pada sekolah di seluruh Indonesia sehingga


(11)

berdampak pada kondisi dan suasana belajar menjadi kurang kondusif. Masalah pendidikan yang keempat adalahalat pendidikan. Kurangnya pemanfaatan media pembelajaran dalam mendukung proses belajar itu sendiri. Masalah pendidikan nomor lima berdasarkan rembuknas pendidikan kebudayaan tahun 2015 yang diakses di situs kemdiknas pada 16 April 2015 adalah metode pendidikan. Kebanyakan guru di Indonesia, dalam penggunaan metode pembelajaran masih kurang menarik dan tidak bervariasi sehingga proses pembelajaran menjadi monoton.

Berbicara mengenai masalah peserta didik khususnya ditingkat SMP, pendidikan dasar merupakan masa yang paling penting untuk menentukan masa depan seseorang. Terutama dalam pembentukan sifat dan kepribadiannya, tidak terkecuali untuk urusan lingkungan hidup. Kepedulian untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup haruslah dimulai sejak dini,dengan begitu, kesadaran anak-anak terhadap pentingnya lingkungan dapat dibawa hingga ia dewasa.

Permasalahan lingkungan menjadi isu yang sangat penting. Sebagaimana yang digambarkan oleh Capra (1997, hlm. 11-12) bahwa:

Seiring dengan berakhirnya abad ke-20, masalah lingkungan menjadi hal yang utama. Kita dihadapkan pada serangkaian masalah-masalah global yang membahayakan biosfer dan kehidupan manusia dalam bentuk-bentuk yang sangat mengejutkan yang dalam waktu dekat akan segera menjadi tak dapat dikembangkan lagi (irreversible).

Masalah kerusakan lingkungan hampir terjadi diseluruh dunia. Pelelehan es di kutub, perluasan gurun pasir, peningkatan intensitas hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna, pengurangan produktivitas lahan pertanian, masalah sampah, peningkatan risiko kanker dan wabah penyakit adalah bentuk nyata dari makin rusaknya lingkungan. Berdasarkan laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) akhir tahun 2007 yang diakses pada 20 April 2015 pada situs WWF, diperkirakan akhir abad ke-21, permukaan air laut akan naik setinggi 28 - 43 cm, sedangkan suhu bumi akan naik sebesar 1,8 - 4 0C. Hal ini akan berdampak pada perubahan


(12)

iklim global akibat dari emisi gaskarbon oksida (CO²) dan gas buangan lainnya yang dilepaskan oleh industri,kendaraan bermotor yang berbahan bakar fosil ke udara dan tidak terserap olehtumbuhan yang ada di bumi karena pohon-pohonnya terus berkurang. Konsekuensinya, timbul pemanasan global yang mengakibatkan kondisi iklim berubah. Bencana ekologis yang terjadi di Indonesia sekarang ini adalah akibat kekacauan iklim dan ekosistem. Bukti nyata dengan semakin rusaknya bumi ini, sudah barang tentu menjadi tanda bahwa bumi sudah semakin sulit untuk bertahan dan menanggung beban yang semakin berat.

Fakta mengenai masalah lingkungan yang terjadi di Indonesiadinyatakan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya pada tahun 2012 pada situs liputan6 yang diakses 20 April 2015 menjelaskan bahwa tahun 2012 angka kerusakan lingkungan di Indonesia meningkat dua persen dari tahun sebelumnya. Angka kerusakan lingkungan di negeri ini setiap tahunnya meningkat. Jika tahun 2011 kerusakannya sebesar 59 persen, maka tahun 2012 menjadi 61 persen.

Salah satu bentuk peningkatan kerusakan lingkungan di Indonesia dapat dilihat dari proses pembabatan hutan. Pembabatan hutan di Indonesia berdasarkan situs kompasiana yang diakses 20 April 2015, setiap tahun sekitar 1.3 juta hektare hutan mengalami kerusakan(FAO, 2012), sedangkan menurut Greenpeace pada tahun 2012 kerusakan hutan di Indonesia mencapai 3.8 juta hektare per tahun. Sedangkan kerusakan hutan diwilayah kawasan kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat pada tahun 2008 sebesar 1.300 ha dari luas wilayah hutan 37.007,88 ha (yugi, dkk). Kerusakan hutan ini terjadi di wilayah kecamatan Cigugur akibat pembalakan liar, masuk pada kategori sangat berat. Pohon-pohon yang ditargetkan ditebang pada 2008 - 2010 sudah habis dijaraholeh oknum perusahaan dan individu. Selama Operasi Hutan Lestari Lodaya 2008 dilaksanakan pada akhir Juni, setidaknya 7 oknum pegawai Perhutani ditangkap karena terlibat pembalakan. Kerusakan lingkungan pada ekosistem hutan ini disebabkan oleh aktivitas penebangan liar atau illegal logging, sehingga hutan mengalami degradasi baik secara


(13)

kualitas maupun kuantitas berupa hilangnya daerah resapan air dan sekaligus berkurangnya sumber air yang akhirnya dapat menimbulkan bencana. Maka tidak heran kalau musim kemarau yang panjang, maka debit air akan sangat terbatas sehingga menimbulkan bencana kekeringan.

Kerusakan lingkungan hidup tersebut disebabkan oleh kesalahan perilaku manusia terhadap alam. Kesalahan perilaku ini berakar pada kesalahan paradigma atau cara pandang manusia terhadap alam. Karena itu, jalan keluar untuk mengatasi krisis dan bencana lingkungan hidup harus dimulai dengan perubahan paradigma yang pada akhirnya mempengaruhi perubahan perilaku kita terhadap alam. Aksi nyata dan berbagai upaya untuk melestarikan bumi sudah sepatutnya dilakukan secara berkelanjutan. Untuk itu dibutuhkan pembelajaran lingkungan di sekolah agar siswa memiliki pemahaman, kesadaran dan kebiasaan untuk terus menjaga lingkungan. Bentuk pemahaman, kesadaran dan kebiasaan untuk peduli lingkungan dapat disebut melek ekologi. Capra (dalam Keraf, 2014, hlm. 126) menyebutkan bahwa melek ekologi atau ecoliteracy adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan manusia yang sudah mencapai tingkat kesadaran tinggi tentang pentingnya lingkungan hidup.

Adapun Orr (1992) dalam bukunya “Ecological Literacy Education the Transition to a Postmodern World” mengungkapkan bahwa:

The ecologically literate person has the knowledge necessary to comprehend interrelatedness, and an attitude of care or stewardship. Such a person would also have the practical competence required to act on the basis of kowledge and feeling (hlm. 92).

Maksud dari pernyataan Orr adalah seseorang yang cerdas secara ekologis memiliki pengetahuan untuk memahami keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya serta bersikap peduli terhadap sebuah pekerjaan. Artinya seseorang yang melek ekologi tahu cara berhubungan dan bersikap dengan ekosistemnya.


(14)

Sedangkan Daniel Golemen (2010, hlm. 37) dalam bukunya Ecological

Intelligence: Mengungkap Rahasia di Balik Produk-Produk Yang Kita Beli

diartikan mendefinisikan kecerdasan ekologis sebagai :

Suatu kemampuan (manusia) untuk beradaptasi terhadap lingkungan ekologis tempat kita berada. Kecerdasan ekologis membuat kita dapat menerapkan apa yang kita pelajari mengenai akibat aktivitas manusia terhadap ekosistem sehingga dapat mengurangi kerusakan dan sekali lagi hidup lestari dalam lingkungan kita yang sekarang ini berupa planet bumi.

Goleman (2012, hlm. 10-11) mengidentifikasi lima indikator agar seseorang ataupun siswa memilki kecerdasan pemahaman dan sikap peduli lingkungan dengan cara mengintegrasikan kecerdasan emosional, sosial, dan ekologi. Dia mengungkapkan:

The five Practices of Emotionally and Socially Engaged Ecoliteracy with a goal of nurturing students to become ecoliterate, the center for Ecoliteracy has identified five vital practices that integrate emotional, social, and ecological intelligence. We work to inspire teachers to use a variety of learning opportunities that help studentconsider and apply these practices in a diverse range of contexts. These practices allow students to strengthen and extend their capacity to live sustainably. (1). Developing Emphaty for All Forms of Life, (2). Embracing Sustainability as a Community Practice, (3).Making the Invisible Visible, (4). Anticipating Unintented Concequences, and (5). Understanding How Nature Sustain Life

Secara ringkas lima langkah yang dimaksud Goleman untuk mewujudkan kecerdasan pemahaman dan sikap peduli lingkungan yaitu, (1) Mengembangkan sikap empati terhadap semua dimensi kehidupan, (2) Membudayakan prinsip keberlanjutan sebagai praktik masyarakat, (3) Mewujudkan sesuatu khayalan menjadi kenyataan, (4) Mengantisipasi dampak yang tidak diharapkan, (5) Memahami bagaimana alam menopang kehidupan.

Dalam konteks pendidikan khususnya peduli lingkungan (ecoliteracy) dalam ruang lingkup sekolah bisa kita maknai kesadaran seluruh warga sekolah terhadap pentingnya menjaga dan memelihara lingkungan sekolah. Dalam usaha agar siswa peduli dengan lingkungan, pengintegrasian


(15)

pendidikan tentang lingkungan dalam konteks IPS dirasa perlu untuk dilaksanakan. Kajian lingkungan sangat pas dikaji oleh IPS. IPS dapat mengkaji lingkungan secara interdisipliner atau multidisipliner, yaitu dikaitkan dengan struktur ilmu yang lain seperti geografi, sosiologi, ekonomi, politik dan sejarah. Lingkungan juga dapat dikaji oleh IPS berdasarkan pengalaman yang dialami oleh siswa sehari-hari. Misalnya, Guru IPS ingin mengembangkan sikap peduli terhadap lingkungan, maka guru perlu memberikan contoh membuang sampah pada tempatnya. Guru bersama-sama dengan peserta didik dan juga pihak sekolahperlu menyediakan lingkungan yang kondusif seperti menyediakan tempat sampah, tempat cuci tangan, kemoceng, membuat tanaman gantung di setiap kelas. Selain itu, di setiap kegiatan pembelajaran sebaiknya selalu diselingi kegiatan yang mengkondisikan peserta didik untuk membuang sampah pada tempat, misalnya sebelum pelajaran di mulai kelas harus dalam keadaan bersih dari sampah. Dalam pembelajaran IPS yang mengkaji tentang kepedulian lingkungan, peserta didik harus mempelajari perkembangan berbagai konsep dan fenomena lingkungan dari waktu ke waktu, harus memiliki kesadaran dalam orientasi tempat dan inter-relasi tempat dalam konsep waktu dan ruang, mampu mengkaji secara interdisipliner berbagai gagasan atau fenomena, serta memahami dan menghayati berbagai konsep secara reflektif dan aktif melalui membaca, berpikir, berdiskusi dan menulis serta memiliki pengalaman belajar dari lingkungan sekitar sekolah dan atau lingkungan rumah. Dengan demikian dapat menanamkan daya kreasi dan kecintaan yang mendalam pada lingkungan alam dan lingkungan hidup, sehingga lingkungan dapat merangsang kreativitas pada diri peserta didik, dan pada masa yang akan datang, jika peserta didik tumbuh dewasa, diharapkan dapat memiliki kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya menjaga lingkungan yang harmonis dan mengacu pada keseimbangan ekosistem. Keterkaitan IPS dengan lingkungan, secara implisit termuat dalam tujuan IPS yaitu membantu generasi muda mengembangkan kemampuan pengetahuan dan keputusan yang rasional sebagai warga masyarakat yang


(16)

beraneka budaya, masyarakat demokratis dalam dunia yang saling berketergantungan (NCSS, 1994, hlm. 2).

Hal senada diungkapkan Jarolimek (dalam Supardan, 2014, hlm. 16) menyatakanbahwa The Social Studies … are part of an educational program

that is increasingly emphasizing the rational process as an approach to the solution of human problem. Maksud dari pernyataan jarolimek tersebut

bahwa tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan program pendidikan yang bertujuan membangun sebuah proses rasional sebagai sebuah pendekatan dalam memecahkan berbagai problem manusia. Persoalan lingkungan adalah salah satu persoalan manusia.

Pembelajaran IPS akan berjalan dengan aktif, bermakna dan menyenangkan, apabila guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan inovatif dalam penggunaan media pembelajaran. Brown, Lewis dan Harcleroad dalam Arsyad (2007, hlm. 15) menyatakan bahwa media pembelajaran merupakan sumber belajar yang dapat digunakan oleh guru dan siswa agar terjadi efektivitas proses pembelajaran. Kreativitas dalam penggunaan berbagai macam media akan meningkatkan kemungkinan siswa belajar lebih banyak, apa yang mereka pelajari dapat diingat dengan lebih baik, dan meningkatkan kemampuan mereka untuk berkembang.

Pendapat lain dikemukakan Blake dan Haralsen (dalam Rohani, 1997, hlm. 2) bahwa media adalah medium yang digunakan untuk membawa/menyampaikan sesuatu pesan, di mana medium ini merupakan jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara komunikator dengan komunikan. Berdasarkan paparan yang menjelaskan tentang media diatas, dapat disimpulkan media pembelajaran adalah suatu alat atau perantara yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar dan berfungsi untuk menyampaikan pesan. Dimana manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.

Edgar Dale (1963 hlm. 43) membagi pengalaman yang dihubungkan dengan penggunaan media kedalam bentuk kerucut. Kerucut ini dinamakan


(17)

kerucut pengalaman. Kerucut pengalaman ini memperlihatkan rentangan tingkat pengalaman dari yang bersifat langsung hingga ke pengalaman melalui simbol-simbol komunikasi, yang merentang dari yang bersifat kongkrit ke abstrak, dan tentunya memberikan implikasi tertentu terhadap pemilihan metode dan bahan pembelajaran, khususnya dalam pengembangan Teknologi Pembelajaran. Pemikiran Edgar Dale (1963) tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) ini merupakan upaya awal untuk memberikan alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar dengan komunikasi audiovisual.

Penggunaan media pembelajaran pada tahap berlangsungnya pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan memadatkan informasi.

Fakta mengenai rendahnya pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan ternyata terjadi juga di SMP Negeri 1 Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Sekolah ini terletak di kecamatan Cijeungjing kurang lebih 10 km dari pusat kotaCiamis, terdiri dari 24 Rombel dan dengan jumlah siswa sebanyak 742 orang. SMP Negeri 1 Cijeungjing merupakan salah satu sekolah menengah pertama di Ciamis yang melaksanakan program Adiwiyata dari Kementrian Lingkungan Hidup. Pihak sekolah melalui program ini mengharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif. Beberapa indikator yang mempresentasikan bahwa sekolah sudah melaksanakan program adiwiyata diantaranya; lingkungan sekolah rimbun dengan pepohonan, halaman bersih dari sampah, diterapkannya biopori sebagai tempat untuk penyerapan air, mendaur ulang sampah, sekolah mampu memenuhi kebutuhan airnya sendiri, dan sekolah tidak memfasilitasi siapa saja merokok didalam lingkungan sekolah. Setelah dilakukan observasi awal terhadap siswa dan lingkungan kelas yang dilaksanakan pada 24 kelas di


(18)

SMP Negeri 1 Cijeungjing, ternyata memperlihatkan bahwa dari 24 kelas yang ada, sekitar 58% atau 14 kelas masih mencerminkan kelas dengan sikap kepedulian terhadap lingkungan yang rendah. Ini dapat dilihat dari rendahnya nilai pada setiap indikator sikap kepedulian lingkungan yang terdiri dari, menjaga kelestarian lingkungan sekitar, vandalisme, membuang sampah, dan pelaksanaan membersihkan lingkungan kelas. Dari 14 kelas tersebut terdiri dari 5 kelas dari kelas VII, 5 kelas dari kelas VIII, dan 4 kelas dari kelas IX. Dalam hal pemahaman akan lingkungan, setelah diberikan test pada 24 kelas yang ada, hasilnya sekitar 42% atau 10 kelas masih mencerminkan kelas dengan pemahaman kepedulian lingkungan yang kurang. Ini dapat dilihat dari rendahnya nilai setiap indikator pemahaman kepedulian lingkungan yang terdiri dari, definisi dan unsur lingkungan, jenis dan contoh pencemaran lingkungan, sebab akibat serta cara mengatasi pencemaran lingkungan, dan memahami pentingnya kepedulian lingkungan. 10 kelas tersebut terdiri dari 4 kelas dari kelas VII, 3 kelas dari kelas VIII, dan 3 kelas dari kelas IX. Sehingga program Adiwiyata sebagai cermin sekolah berwawasan lingkungan belum terasa begitu optimal secara nyata. Kemudian dalam hal proses kegiatan belajar mengajar, berdasarkan observasi awal empat guru IPS yang ada di SMPN 1 Cijeungjing terlihat belum begitu variatif dalam menggunakan metode dan kurang inovatif dalam memanfaatkan media pembelajaran, khususnya dalam kajian lingkungan.

Hal inilah yang mendorong untuk dilaksanakan penelitian dengan mengetengahkan alternatif inovasi dalam hal media pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan siswa sekaligus untuk mendukung program Adiwiyata yang oleh pihak sekolah sedang digalakan. Penelitian ini akan mengangkat judul “Pengaruh Penerapan Media Interaktif Tipe Tutorial terhadap Pemahaman Konsep dan Sikap Kepedulian Lingkungan


(19)

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang terjadi di dalam proses pembelajaran dapat diidentifiksikan sebagai berikut, yaitu:

1. Rendahnya pemahaman siswa pada konsep kepedulian lingkungan sebesar 42% atau 10 kelas dari 24 kelas yang ada, sehingga dapat dikategorikan rendah.Hal ini tampak dari rendahnya nilai setiap indikator pemahaman kepedulian lingkungan yang terdiri dari, definisi dan unsur lingkungan, jenis dan contoh pencemaran lingkungan, sebab akibat serta cara mengatasi pencemaran lingkungan, dan memahami pentingnya kepedulian lingkungan.

2. Rendahnya sikap kepedulian lingkungan siswa sebesar 58% atau 14 kelas dari 24 kelas yang ada, sehingga dapat dikategorikan rendah. Hal ini tampak dari rendahnya nilai pada setiap indikator sikap kepedulian lingkungan yang terdiri dari, menjaga kelestarian lingkungan sekitar, vandalisme, membuang sampah, dan pelaksanaan kegiatan membersihkan lingkungan.

3. Berdasarkan observasi awal, pendidik terlihat kurang variatif dalam menggunakan metode dan kurang inovatif dalam memanfaatkan media pembelajaran.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh penerapan media interaktif tipe tutorial terhadap pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan ? Dari rumusan masalah tersebut dapat dikemukakan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh penerapan media interaktif tipe tutorial terhadap pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan?

2. Bagaimana respon siswa dan guru terhadap penerapan media interaktif tipe tutorial dalam pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan?


(20)

3. Apa kendala dari penerapan media interaktif tipe tutorial terhadap pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian yang ingin mengharapkan melalui penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui sejauhmana pengaruh penerapan media interaktif tipe tutorial dalam pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan. 2. Mengetahui respon siswa dan guru terhadap penerapan media interaktif

tipe tutorial dalam pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan. 3. Mengetahui apa kendala dari penerapan media interaktif tipe tutorial

terhadap pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

Dapat merancang, membuat, dan mengimplementasikan media interaktif tipe tutorial terhadap pemahaman konsep dan sikap lingkungan siswa pada mata pelajaran IPS di SMP.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru IPS, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan pengetahuan, serta kompetensi.

b. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk mengembangkan motivasi belajar, lebih kreatif dan kritis, serta dapat menerima pelajaran dengan maksimal.

c. Bagi kepala sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan bahan pengarahan kepada guru untuk pengembangan dan peningkatan kualitas pembelajaran.


(21)

F. STRUKTUR ORGANISASI TESIS

Tesis ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut:  Bab I Pendahuluan

Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.  Bab II Kajian Pustaka

Bab ini terdiri atas konsep-konsep dan teori-teori tentang pendidikan, pemahaman konsep kepedulian lingkungan, sikap kepedulian lingkungan, media interaktif tipe tutorial.

 Bab III Metode Penelitian

Bab ini terdiri dari desain penelitian, partisipan dan tempat penelitian, pengumpulan data, analisis data.

 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini terdiri dari temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan.

 Bab V Kesimpulan, Saran dan Rekomendasi

Bab ini berisi kesimpulan, saran dan rekomendasi yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Pendekatan penelitian adalah kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen. Menurut Sugiyono (2006, hlm. 14) penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Kuasi eksperimen merupakan eskperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan penugasan acak untuk menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan (Cook dan Campbell, 1979, hlm. 96-98). McMillan dan Schumacher (2001, hml. 402) menegaskan bahwa penelitian kuasi eksperimen adalah “a type of experiment with

research participants are not randomly assigned to the experimental and

control group.” Individu tidak secara acak mempunyai peluang yang sama baik dalam kelompok eksperimen maupun dalam kelompok kontrolnya. Pada penelitian kuasi eksperimen, peneliti memanipulasi subjek sesuai dengan rancangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimen, namun pemilahan kedua kelompok tersebut tidak dengan teknik random. Penelitian ini berfokus pada penerapan media interaktif tipe tutorial untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan siswa.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-equivalent

control group design. Menurut Creswell (2010, hlm. 242) Dalam rancangan

ini, subjek penelitian atau partisipasi penelitian tidak dipilih secara acak untuk dilibatkan dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada dasarnya, langkah-langkah dalam rancangan ini sama seperti pada rancangan


(23)

Dalam desain ini, ada dua kelompok dimana satu mendapat perlakuan dan satu kelompok sebagai kelompok kontrol. Keduanya memperoleh pretes dan postes. Dan pemilihan kelompok tidak dipilih secara acak atau random.

Tabel 3.1 Desain Penelitiannon-equivalent control group design Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

Keterangan :

X1 : Penggunaan Media Interaktif tipe tutorial X2 : Penggunaan Media Foto

O1 : Pretest O2 : Postest

B. Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Subjek

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-D dan VII-G SMP Negeri 1 Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Kelas VII-D berjumlah 30 orang yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Kelas VII-G berjumlah 30 orang yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Subjek penelitian ini dipilih berdasarkan kelas-kelas yang diperkirakan sama kondisinya. Alasan dipilihnya kedua kelas ini sebagai subjek penelitian adalah sebagai berikut: (1) Pada observasi awal pra penelitian, Kedua kelas VII ini termasuk pada empat kelas yang memiliki nilai pemahaman akan kepedulian lingkungan yang kurang. (2) Nilai pemahaman kepedulian lingkungan kedua kelas ini hampir sama yaitu rata-rata sekitar 62 untuk kelas VII-D dan 63 untuk kelas VII-G bila dibandingkan dengan dua kelas VII yang lain yang memiliki nilai 65 dan 67. (3) Kelas VII merupakan level terendah SMP sehingga pemahaman konsep dan sikap


(24)

kepedulian lingkungan akan dapat dikembangkan sejak dini, sehingga diharapkan bisa terbawa hingga dewasa nanti.

Kelas VII-G akan dikenai perlakuan dengan menggunakan media interaktif tipe tutorial. Kelas kontrol yaitu kelas VII-D menggunakan media yang biasa digunakan guru. Media yang biasa guru di SMPN Cijeungjing pada materi kepedulian lingkungan adalah media foto.

Tabel 3.2 Subjek Penelitian Kelas Rerata Nilai

Pemahaman Kelompok

Jumlah

TOTAL

L P

VII D 62 Kontrol 16 14 30

VII G 63 Eksperimen 14 16 30

Jumlah Total 30 30

2. Lokasi

Tempat penelitian ini berada di SMP Negeri 1 Cijeungjing Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Pemilihan tempat ini berdasarkan pada hasil observasi awal terhadap permasalahan lingkungan yang terjadi di lokasi tersebut yaitu rendahnya nilai pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan SMP Negeri 1 Cijeungjing, Sehingga perlu dikembangkan pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan melalui pembelajaran IPS.

3. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini berlangsung kurang lebih satu bulan untuk melaksanakan empat kali pertemuan dengan dua kali percobaan kuasi eksperimen terhitung mulai dari pertengahan bulan April 2015 sampai dengan pertengahan bulan Mei 2015. Penelitian ini dilaksanakan pada semester kedua tahun pelajaran 2014/2015.


(25)

C. Desain dan Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2006, hlm. 3) bahwa metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan suatu model pembelajaran atau hubungan sebab akibat variabel penelitian. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-equivalent control group

design. Menurut Creswell (2010, hlm. 242) dalam rancangan ini, subjek

penelitian atau partisipasi penelitian tidak dipilih secara acak untuk dilibatkan dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen yaitu siswa kelas VII-G SMPN 1 Cijeungjing, diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan media interaktif tipe tutorial, yang bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh terhadap pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan siswa. Pada kelompok kontrol yaitu siswa kelas IV-D SMPN 1 Cijeungjing, diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran berupa foto dengan materi yang sama yaitu kepedulian lingkungan.

D. Definisi Operasional

1) Pemahaman Konsep Kepedulian Lingkungan

Pemahaman konsep kepedulian lingkungan dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk memahami pengetahuan akan lingkungan agar peka dan peduli akan hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan sekitar dan senantiasa memperbaiki bila terjadi pencemaran atau ketidakseimbangan. Pemahaman konsep kepedulian lingkungan pada penelitian ini diukur dengan tes pilihan ganda sebanyak 20 soal. Indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam pemahaman konsep kepedulian lingkungan dalam penelitian ini adalah ; 1) definisi dan unsur lingkungan, 2) jenis dan contoh pencemaran lingkungan, 3) sebab akibat pencemaran lingkungan, 4) mengatasi permasalahan lingkungan, dan 5) memahami penting kepedulian lingkungan.


(26)

2) Sikap Kepedulian Lingkungan

Sikap kepedulian lingkungan dalam penelitian ini adalah sikap yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Sikap kepedulian lingkungan pada penelitian ini diukur dengan tes dalam skala likert sebanyak 10 soal. Indikator sikap yang digunakan dalam sikap kepedulian lingkungan dalam penelitian ini adalah: 1) selalu menjaga kelestarian lingkungan sekitar, 2) tidak mencoret-coret, menorehkan tulisan pada pohon, batu-batu, jalan atau dinding. 3) selalu membuang sampah pada tempatnya. 4) pelaksanakan kegiatan membersihkan lingkungan.

3) Media Pembelajaran Interaktif tipe Tutorial

Media pembelajaran interaktif tipe tutorial dalam penelitian ini adalah suatu bentuk program pembelajaran yang memanfaatkan program komputer yang bersifat interaktif dengan penggunanya yang berbasis audio-visual dan materinya dilakukan secara tutorial, sebagaimana layaknya tutorial yang dilakukan oleh guru atau instruktur. Selesai penyajian tayangan, diberikan serangkaian pertanyaan untuk dievaluasi tingkat keberhasilannya. Media Pembelajaran Interaktif tipe tutorial yang akan peneliti gunakan adalah Program komputer yang bernama “ Lectora Inspire “ Versi 11.2. Media ini diuji tingkat kualitasnya dengan cara : 1) uji validasi, 2) uji praktikalitas dan 3) uji efektifitas.

E. Instrument Penelitian

1) Test Pemahaman Konsep Kepedulian Lingkungan

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar kognitif konsep Kepedulian Lingkungan. Tes yang digunakan pada penelitian ini berbentuk tes pilihan ganda (multiple choice) dengan empat alternatif jawaban. Soal tes dibuat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin


(27)

dicapai. Langkah penyusunan tes penguasaan konsep adalah penyusunan kisi-kisi, berkonsultasi dengan dosen pembimbing, meminta pertimbangan satu orang dosen ahli pendidikan dan satu orang dosen ahli bidang materi, serta uji coba soal. Soal yang dibuat terdiri dari 20 butir dalam pentuk pilihan ganda yang difokuskan pada soal pemahaman konsep. Soal pemahaman konsep ini terlebih dahulu di uji tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitasnya.

Berikut Pedoman pemberian skor pemahaman konsep bisa dilihat dari tabel 3.3 :

Tabel 3.3

Pedoman Pemberian Skor

Pemahaman Konsep Kepedulian Lingkungan

No. Indikator Skor No Soal

1 Definisi dan Unsur Lingkungan 1 1, 2

2 Jenis dan Contoh Pencemaran Lingkungan 1 3, 4, 9, 12, 13 3 Sebab Akibat Pencemaran Lingkungan 1 5, 6, 7, 14,15 4 Mengatasi Permasalahan Lingkungan 1 8, 11, 16, 18 5 Memahami Penting Kepedulian Lingkungan 1 10,17, 19, 20

Skor Maksimal 20

2) Test Sikap Kepedulian Lingkungan

Untuk mengukur sikap kepedulian lingkungan siswa, digunakan tes tertulis dengan bentuk pengggunakan skala Liekert. Setiap siswa diminta untuk menjawab suatu pernyataan dengan pilihan jawaban yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), (Ragu), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).


(28)

Berikut Pedoman pemberian skor sikap kepedulian lingkungan bisa dilihat dari tabel 3.4 :

Tabel 3.4

Pedoman Pemberian Skor Sikap Kepedulian Lingkungan

No. Indikator Skor No Soal

1 Menjaga kelestarian lingkungan sekitar, 5 1, 2, 3, 4

2 Anti Vandalisme 5 5, 6,

3 Membuang sampah pada tempatnya. 5 7, 8,

4

Melaksanakan kegiatan membersihkan

lingkungan. 5 9, 10

Skor Maksimal 50

F. Teknik pengumpulan dan analisis data

Teknik pengumpulan data merupakan alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian (Nazir, 2003 hlm. 174). Data yang dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa Test. Test ini pertama untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep dan yang kedua untuk mengetahui sikap kepedulian lingkungan siswa.

Adapun kuisioner/angket dipergunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan media interaktif tipe tutorial. Sedang lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas akademik siswa selama melaksanakan KBM dengan menggunakan media pembelajaran


(29)

berbasis komputer. Dan Wawancara dipergunakan untuk memperoleh penjelasan lebih rinci mengenai proses pembelajaran dan segala hal yang berkaitan dengan penelitian. Wawancara ini dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur.

Moleong (2003, hlm. 102) menyatakan bahwa analisis data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori dan satuan dasar. Dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa data kuantitatif, yaitu berupa data-data hasil pre test dan post test tentang pemahaman konsep yang telah dipelajari dan sikap peduli lingkungan siswa. Selanjutnya data diolah melalui tahap sebagai berikut :

1. Instrument Test

Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data diperoleh dari hasil pretest dan postest untuk mengetahui pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan sebelum dan sesudah perlakuan, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Data yang terkumpul diolah lalu ditampilkan statistik deskripsinya. Kemudian dilakukan uji statistik uji-t dan penghitungan N-gain untuk menghitung selisih nilai pemahaman konsep. Sebagai langkah awal, dilakukan terlebih dahulu uji normalitas dan homogenitas data hasil pretest-postest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak (software) SPSS.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas dilaksanakan dengan pendekatan inferensia/analitik dengan menggunakan Uji Kolmogrov-Smirnov atau Shapiro Wilk. Berhubung sampel yang digunakan kurang dari 50 maka Uji normalitas menggunakan Uji Shapiro Wilk. Taraf signifikansinya adalah 0,05. Jika probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi normal. Jika probabilitas < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal (Santoso, 2001, hal. 169).


(30)

b) Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui varian dari beberapa populasi sama atau tidak. Taraf signifikansinya adalah 0,05. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji homogenitas adalah, Jika probabilitas > 0,05 maka siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen. Jika probabilitas < 0,05 maka siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah tidak homogen. (Santoso, 2001, hal.169)

c) Uji t-

Uji t- digunakan untuk membandingkan rata-rata dari dua group yang tidak berhubungan satu dengan yang lain, apakah kedua group tersebut mempuyai rata-rata yang sama ataukah tidak secara signifikan. Taraf signifikansinya adalah 0,05. Jika nilai probabilitas (sig. 2- tailed) > 0,05 maka rerata dari dua group adalah sama. Jika nilai probabilitas < 0,05 maka rerata dari dua group adalah beda. d) Uji N-gain

Gain merupakan selisih antara skor sebelum dan sesudah perlakuan, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Hake (2002, hlm. 3) mengembangkan sebuah alternatif untuk menjelaskan gain yang disebutgain ternormalisasi (normalized

gain). Analisis gain ternormalisasi digunakanuntuk mengetahui

kriteria normalisasi gain yang dihasilkan. N-gain dihitung dengan rumus


(31)

Selanjutnya data tersebut dikonversi menjadi persentase gain ternormalisasi (% g) dengan rumus :

Keterangan :

% g = persentase gain ternormalisasi Spost = skor pos test

Spre = skor pre test Smax = skor maksimum

Rumus persentase gain ternormalisasi (% g) merupakan rumus modifikasi yang diturunkan oleh Hake (2002, hlm. 7) dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut :

Tabel 3.5 Kriteria Gain

No Ngain % g Interpretasi

1 g > 0,70 g > 70% Tinggi 2 0,30 <g < 0,70 30% <g < 70% Sedang 3 g ≤ 0,30 g ≤ 30% Rendah 2. Observasi

Observasi yang pertama dilakukan pada guru. Hasil observasi ini dianalisis untuk mengetahui aktifitas guru dalam menggunakan skenario pembelajaran yang menggunakan media interaktif tipe tutorial pada kelas eksperimen. Kemudian observasi yang kedua dilakukan pada siswa. Hasil observasi ini dianalisis untukmengetahui aktivitas siswa dan guru dalam proses KBM dengan penggunaan media interaktif tipe tutorial. Kedua Observasi ini dibutuhkan untuk uji tingkat efektivitas media.


(32)

3. Angket

Angket dipergunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap media interaktif tipe tutorial. Angket ini digunakan untuk mengukur uji praktikalitas media. Angket disini menggunakan pedoman Skala Liekert.Setiap siswa diminta untuk menjawab yaitu : sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Masing-masing jawaban dikaitkan dengan nilai, SS = 4, S = 3, TS = 2, dan STS = 1

4. Uji Validitas Media

Uji validasi media berupa penilaian oleh ahli dan pakar di bidang media, sehingga media tersebut layak untuk digunakan. Validator media adalah Dr. Cepi Riyana M.Pd. selaku Dosen Kurikulum dan teknologi Pendidikan FIP-UPI. Beliau telah menilai bahwa media interaktif tipe tutorial ini layak untuk dijadikan media pembelajaran di sekolah. Validasi media terlampir pada lampiran A.

5. Uji Validasi Instrumen

Uji validasi instrumen dilakukan untuk menguji keabsahan butir instrumen soal. Uji validasi instrumen terdiri dari uji reliabilitas, uji daya beda, uji tingkat kesukaran, uji korelasi.

6. Uji Pemahaman Konsep

Uji pemahaman konsep dilakukan untuk menguji pemahaman siswa terhadap suatu konsep dan materi pembelajaran.


(33)

KESIMPULAN, SARANDAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dengan mengamati dan menganalisis hasil Penelitian tentang “Pengaruh Penerapan Media Interaktif Tipe Tutorial terhadap Pemahaman Konsep dan Sikap Kepedulian Lingkungan” yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Cijeungjing Kabupaten Ciamis diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh positif yang signifikan atas penerapan media interaktif tipe tutorial terhadap pemahaman konsep. Media interaktif tipe tutorial cenderung memudahkan siswa dalam memahami materi karena informasi diserap oleh indera penglihatan dan pendengaran. Desain media interaktif yang menarik dapat membangkitkan keinginan dan minat belajar siswa sehingga siswa benar-benar aktif dalam proses belajar. Sedangkan untuk sikap kepedulian lingkungan, penerapan media interaktif tipe tutorial dan media foto sama-sama memiliki pengaruh positif walaupun tidak signifikan. Peningkatan sikap kepedulian lingkungan dapat dilihat dari peningkatan Indikator sikap kepedulian lingkungan pada penelitian ini yaitu menjaga kelestarian lingkungan sekitar, antivandalisme, membuang sampah pada tempatnya, dan melaksanakan kegiatan membersihkan lingkungan.

2. Guru merespon penggunaan media interaktif tipe tutorial dengan keterlaksanaan kegiatan aktifitas belajar yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, inti dan penutup mencapai 100%. Berarti guru berhasil dalam hal perencanaan hingga pelaksaanaan kegiatan pembelajaran. Sedangkan siswa hanya terbentur pada kegiatan inti (eksplorasi) berupa interaksi siswa dengan lingkungan dalam hal ini media interaktif, dimana siswa kurang maksimal dalam hal sarana untuk mengakses media interaktif. Tetapi siswa menunjukan keaktifan dalam kegiatan pembelajaran hampir mencapai 100% yang mana artinya siswa sangat


(34)

dari 90% menyatakan sangat setuju terhadap semua indikator angket tentang media interaktif tipe tutorial. ini menunjukan bahwa media interaktiftipe tutorial dalam penelitian ini sudah baik dan layak untuk digunakan dan dapat diterima oleh guru dan siswa.

3. Kendala dalam penerapan media interaktif tipe tutorial yang ditemukan hanya kurangnya penguatan tugas oleh guru pada siswa.

B. Saran

1. Untuk meningkatkan pemahaman konsep kepedulian lingkungan, guru dapat memanfaatkan media interaktif tipe tutorial.

2. Untuk meningkatkan sikap kepedulian lingkungan, guru dapat mencoba mengunakan media lainnya

3. Supaya sikap kepedulian lingkungan menjadi kebiasaan bagi peserta didik, maka sikap kepedulian lingkungan tersebut harus terus ditanamkan baik dengan cara dilatih ataupun diulang-ulang.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan yang telah diuraikan pada kesimpulan hasil penelitian, berikut ini diajukan beberapa rekomendasi yaitu :

1. Bagi guru

Penggunaan multimedia interaktif tipe tutorial dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kondusif serta menyenangkan khususnya dalam pembelajaran IPS pada materi kepedulian lingkungan. Guru sebaiknya menyisipkan konten yang

upto date kedalam media dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan siswa. Guru harus melakukan remedial untuk siswa yang mengalami kesulitan dalam mencapai KKM dan guru selalu memberikan dorongan berupa pujian agar siswa lebih percaya diri dan termotivasi untuk melakukan hal yang lebih baik.


(35)

Siswa diharapkan selalu berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan cara memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan guru dan aktif mengajukan pertanyaan apabila ada hal yang tidak dimengerti. Siswa juga dapat menggunakan media interaktif tipe tutorial ini untuk meningkatkan pemahaman konsep kepedulian lingkungan.

3. Bagi sekolah

Sekolah diharapkan memberikan kesempatan kepada siswa dan guru untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media pembelajaran, terutama media yang terdapat di sekolah agar pembelajaran lebih bermakna.

4. Peneliti

Mengingat hasil kesimpulan dalam penelitian ini masih memungkinkan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang belum mampu terkontrol, maka masih perlu kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut pada sampel yang lebih representatif.

5. Media

Media interaktif tipe tutorial dapat dijadikan media untuk meningkatkan pemahaman konsep kepedulian lingkungan pada pembelajaran IPS. Sedangkan untuk meningkatkan sikap kepedulian lingkungan guru dapat menggunakan alternatif media yang lain.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU:

Arsyad, Azhar. (2007). Media Pembelajaran. Penerbit : Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

Asnawir, dan Usman, Basyiruddin. (2002). Media Pembelajaran. Penerbit : Jakarta. Ciputat Pers.

Azwar, Saifuddin.(2011)Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya (edisi

2).Penerbit : Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Banks. James. A. (2012). Strategi Mengajar Ilmu Sosial : Penyelidikan,

Penilaian, dan Pengambilan Keputusan. (terjemahan)Penerbit : Bandung.

Mutiara Press

Baron, A &Orwig, G.W. (1995), Multimedia Technologies for Training an

Introduction, Penerbit : Englewood Colorado, Libraries Unlimited. Inc

Barr, R.D., Barth, J.L., dan Shermis, S.S. (1977). Defining the Social Studies. Penerbit : Virginia. National Council for the Social Studies.

Bretz, Rudy. (1971). A Taxonomi of Communication Media. Penerbit : Education Technology Publication. Englewood, Cliffs, N.J

Brooks, J. G. and Brooks, M. G. (1993). In Search ofUnderstanding: the Case for

ConstructivistClassrooms. Penerbit : Alexandria. VA: Association for

Supervision and Curriculum Development.

Capra. Fritjof. (1997). The Turning Poin : Titik Balik Peradaban; Sains,

Masyarakat, Dan Kebangkitan Kebudayaan). Penerbit : Yogyakarta. Jejak.

Coombs, P.H. (1982). Apakah Perencanaan Pendidikan Itu (terj). Penerbit : Jakarta. Bahtera Karya Aksara dan UNESCO

Cook, Thomas D., Campbell, Donald T. (1979).Quasi-Experimentation: Design &

Analysis Issues for Field Settings Paperback. Penerbit : Houghton Miffin.

Co.

Dahar. R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Penerbit : Bandung. Erlangga

Dale. Edgar. (1963). Audio-visual methods in teaching. Penerbit: New York. Rinehart and Winston.


(37)

Daradjat, Zakiah (2005). Kepribadian Guru. Penerbit : Jakarta. PT. Bulan Bintang Dimyati, Mujdiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran, Penerbit : Rineka Cipta. Elmubarok, Zaim. (2008). Membumikan Pendidikan Nilai: Mengumpulkan yang

Terserak, Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai.Penerbit : Bandung. Alfabeta.

Freire, Paulo. (2000). Pendidikan Kaum Tertindas, alih bahasa Oetomo

Dananjaya dkk. Penerbit: Jakarta. LP3ES.

Gardner, Howard. (1999).Intelligence Reframed: Multiple Intelligences for the

21st Century. Penerbit : Basic Books

Gagne, Robert M., dan Leslie J. Briggs. (1974).Principles of. Instructional

Design. Penerbit : New York. Holt Rienehart and Winston.

Goleman, D. (2010). Ecological Intelligence: Mengungkap Rahasia di Balik

Produk-Produk Yang Kita Beli. Penerbit : PT. Gramedia Pustaka

Utama.Jakarta.

Goleman, D. (2012). Eco Literate. Penerbit : Jossey Bass.USA.

Hake.Richard R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning

Gains in Mechanicswith Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on Mathematics andSpatial Visualization.Penerbit : Indiana University.

Hamalik, Oemar.(2001). Proses Belajar Mengajar. Penerbit : Jakarta. Bumi Aksara

Heinich, Molenda, dan Russel, (1969). Instructional Media. Penerbit : New York. Macmillan

Kartono, Kartini. (1997). Patologi Sosial III : Gagguan-gangguan Kejiwaan. Penerbit : Jakarta. CV. Rajawali

Keraf, S. (2014). Filsafat Lingkungan Hidup. Penerbit : Yogyakarta. Kanisius Killpatrick, J., Swafford, J., dan Findel, B. (2001). Adding it up: Helping Children

Learn. Penerbit : Washington, DC: National Academy Press.

Langeveld, M.J. (1980), Beknopte Teoritische Paedagogiek, (terjemahan: Simajuntak), Penerbit: Bandung. Jemmars.

Latuheru, John D. (1988). Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar


(38)

Lodge. Rupert C. (1938).Philosophy of Education. Penerbit: New York. The University of Chicago Press.

McMillan, J. H., & Schumacher, S. (2001). Research in education: A conceptual

introduction (5th ed.). Penerbit : New York: Longman

Moore, Kenneth D. (2001). Classroom teaching skills. Penerbit : Boston McGraw-Hill

Mudyahardjo, Redja. (2001). Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang

Dasar Dasar Pendidikan Pada Umumnya Dan Pendidikan Di Indonesia.

Penerbit : Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Penerbit : Jurusan Pendidikan Fisika UPI

NCSS. (1994).Curriculum Standard for Social Studies.Penerbit : Expectation of Excellece. Washington.

Nenggala, A. (2007). Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Penerbit : Bandung. Grafindo Media Pratama

Neolaka, Amos.(2008) Kesadaran Lingkungan. Penerbit : Jakarta. PT. Rineka Cipta,

Nieveen, Nienke. (1999). Protytoping to Reach Product Quality. From

Design Approaches and Tools in Educational And Training. Penerbit :

Kluwer Academic Publisher.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Penerbit : Jakarta.Rineka. Cipta.

Orr, D.W. (1992). Ecological literacy Education The Transition to a Posmodern

World. Penerbit : State University oof new York Press. New York.

Otto, Soemarwoto. (2004). Ekologi Lingkungan Hidup Dan Pembangunan. Penerbit : Jakarta. Djambatan.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang Guru.

Perkin, D. N., & Unger, C. 1999. Teaching and Learning for Understanding. Dalam Reigeluth, C. M. (Ed.) : Instructional-Design Theories and

Models: A New Paradigm of Instructional Theory, Volume II. 91 -114.

Englewood Cliffs, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publisher.

Prastowo,A. (2011). Panduan Kreatif Membuat BahanAjar Inovatif. Penerbit : Yogyakarta. DIVA (AnggotaIKAPI)


(39)

Purwoko. A. dkk. (2001). Kegiatan Belajar Mengajar Buku Paket PPL. Penerbit : Semarang. Unnes.

Rohani, Ahmad. (1997). Media Intruksional Edukatif. Penerbit : Jakarta. Rineka Cipta.

Sadiman,Arief S. (2008). Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, Dan

Pemanfaatannya. Penerbit : Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sagala, Syaiful. (2004).Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat, Strategi

Memenangkan Persaingan Mutu.Penerbit : Jakarta. Nimas Multina

Sagala, Syaiful. (2005).Konsep dan Makna Pembelajaran.Penerbit : Bandung. Alfabeta.

Sanjaya, Wina (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Penerbit : Jakarta. Kencana Kota.

Santoso, Singgih. (2001). Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Penerbit : Jakarta.PT. Alex MediaKomputindo.

Sarlito.Wirawan. (1976). Pengantar Umum Psikologi, Penerbit : Jakarta. Bulan Bintang.

Schwab, J .J .(1962). The teaching of science as enquiry. In the teaching of

science. Penerbit : Cambridge, Harvard University Press.

Setyono, Prabang. (2011).Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan dalam

Perspektif Ekologi (Solusi Berbasis Enviromental Insight Quotient),

Penerbit : Surakarta: UNS Press dan LPP UNS

Slameto. (2010). Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Penerbit :Jakarta. Rineka Cipta

Soemirat,J.S. (2005).Kesehatan Lingkungan. Penerbit : Gajah Mada Univ Press. Somantri,N. (2001).Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Penerbit :

Bandung. Remaja Rosdakarya dan Program Pasca Sarjana UPI.

Siahaan, N.H.T. (2004)Hukum Lingkungan Dan Ekologi Pembangunan, Penerbit : Jakarta. Erlangga.

Sudjana, Nana (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Penerbit : Bandung. Pt. Putra Rosdakarya.

Sugiono, (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Penerbit : Bandung. Alfabeta


(40)

Suherman, Erman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran. Penerbit : Bandung. JICA Universitas Pendidikan Indonesia

Sukmadinata, N.S. (2000). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Penerbit : Bandung. Remaja Rosdakarya.

Supardan, D. (2014). Pendidikan IPS: Perspektif Filosofi, Kurikulum dan

Pembelajaran. Penerbit : Bandung. Prodi PIPS SPs UPI

Supardi, Imam. (2003)Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Penerbit : Bandung: Alumni

Surya, Muhammad. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : Pustaka Bani Quraisy,

Suyanto. (2006). Dinamika Pendidikan Nasional (Dalam Percaturan Dunia

Global). Penerbit: Jakarta: PSAP Muhammadiyah.

Tahir, Muh. (2011). Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan. Penerbit : Makassar. Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tirtarahardja, Umar. (2005). Pengantar pendidikan. Penerbit : Jakarta. Rineka Cipta.

Undang Undang RI No. 4 tahun 1982, tentangKententuan-ketentuan Pokok

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Republik IndonesiaNo. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentangGuru dan

Dosen.

Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Usman, Moh. Uzer. (1997). Menjadi Guru Profesional. Penerbit : Bandung. PT. Remaja Rosda Karya.


(41)

Sumber Internet :

Empat pilar pendidikan.UNESCO tahun 2015. [Online]. Diakses 3 mei 2015

(http://www.unesco.org/new/en/education/networks/global-networks

/aspnet/about-us/strategy/the-four-pillars-of-learning)

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online]. Diakses 15 mei 2015 dari

situshttp://kbbi.web.id/etika)

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online]. Diakses 12 mei 2015 dari

situshttp://kbbi.web.id/lingkungan)

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online]. Diakses 1 april 2015 dari

situshttp://kbbi.web.id/pendidikan)

Kerusakan lingkungan di indonesia tahun 2012. [Online]. Diakses 20 april 2015

dari situs (http://www.kompasiana.com/pit_kanisius/ refleksi-hari-bumi-22-april-2013-bumi-semakin-sekarat_552becd36ea83408698b457)

Kondisi kerusakan bumi tahun 2007. [Online]. Diakses 20 april 2015 dari situs

(http://www.wwf.or.id/4243/kerusakan-lingkungan-di-tengah-ancaman-perubahan-iklim)

Kondisi pendidikan Indonesia. (Rembuknas Departemen Pendidikan Kebudayaan

tahun 2015)[Online]. Diakses 16 april 2015 dari situs(http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/node/4003)

Masalah lingkungan di Indonesia tahun 2012. [Online]. Diakses 20 april 2015

dari situs (http://news.liputan6.com/read/435758/meneg-klh-kerusakan-lingkungan-meningkat)

Perhutani Rugi 182 Miliar. (yugi prasetyo/radi saputro/ ujang marmuksinudin/gin gin tigin ginulur).[Online]. Diakses 20 april 2015 dari situs

(http://www.bumn.go.id/perhutani/berita/261/Perhutani.Rugi.182.Miliar.)

“Pendidikan IPS dan Implementasi Kurikulum 2013 untuk Mewujudkan Generasi Emas”Seminar Nasional di UNY. [Online]. Diakses 28 April 2015 dari situs


(1)

DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU:

Arsyad, Azhar. (2007). Media Pembelajaran. Penerbit : Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

Asnawir, dan Usman, Basyiruddin. (2002). Media Pembelajaran. Penerbit : Jakarta. Ciputat Pers.

Azwar, Saifuddin.(2011)Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya (edisi 2).Penerbit : Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Banks. James. A. (2012). Strategi Mengajar Ilmu Sosial : Penyelidikan, Penilaian, dan Pengambilan Keputusan. (terjemahan)Penerbit : Bandung. Mutiara Press

Baron, A &Orwig, G.W. (1995), Multimedia Technologies for Training an Introduction, Penerbit : Englewood Colorado, Libraries Unlimited. Inc Barr, R.D., Barth, J.L., dan Shermis, S.S. (1977). Defining the Social Studies.

Penerbit : Virginia. National Council for the Social Studies.

Bretz, Rudy. (1971). A Taxonomi of Communication Media. Penerbit : Education Technology Publication. Englewood, Cliffs, N.J

Brooks, J. G. and Brooks, M. G. (1993). In Search ofUnderstanding: the Case for ConstructivistClassrooms. Penerbit : Alexandria. VA: Association for Supervision and Curriculum Development.

Capra. Fritjof. (1997). The Turning Poin : Titik Balik Peradaban; Sains, Masyarakat, Dan Kebangkitan Kebudayaan). Penerbit : Yogyakarta. Jejak. Coombs, P.H. (1982). Apakah Perencanaan Pendidikan Itu (terj). Penerbit :

Jakarta. Bahtera Karya Aksara dan UNESCO

Cook, Thomas D., Campbell, Donald T. (1979).Quasi-Experimentation: Design & Analysis Issues for Field Settings Paperback. Penerbit : Houghton Miffin. Co.

Dahar. R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Penerbit : Bandung. Erlangga

Dale. Edgar. (1963). Audio-visual methods in teaching. Penerbit: New York. Rinehart and Winston.


(2)

Daradjat, Zakiah (2005). Kepribadian Guru. Penerbit : Jakarta. PT. Bulan Bintang Dimyati, Mujdiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran, Penerbit : Rineka Cipta. Elmubarok, Zaim. (2008). Membumikan Pendidikan Nilai: Mengumpulkan yang

Terserak, Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai.Penerbit : Bandung. Alfabeta.

Freire, Paulo. (2000). Pendidikan Kaum Tertindas, alih bahasa Oetomo Dananjaya dkk. Penerbit: Jakarta. LP3ES.

Gardner, Howard. (1999).Intelligence Reframed: Multiple Intelligences for the 21st Century. Penerbit : Basic Books

Gagne, Robert M., dan Leslie J. Briggs. (1974).Principles of. Instructional Design. Penerbit : New York. Holt Rienehart and Winston.

Goleman, D. (2010). Ecological Intelligence: Mengungkap Rahasia di Balik Produk-Produk Yang Kita Beli. Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Goleman, D. (2012). Eco Literate. Penerbit : Jossey Bass.USA.

Hake.Richard R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanicswith Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on Mathematics andSpatial Visualization.Penerbit : Indiana University. Hamalik, Oemar.(2001). Proses Belajar Mengajar. Penerbit : Jakarta. Bumi

Aksara

Heinich, Molenda, dan Russel, (1969). Instructional Media. Penerbit : New York. Macmillan

Kartono, Kartini. (1997). Patologi Sosial III : Gagguan-gangguan Kejiwaan. Penerbit : Jakarta. CV. Rajawali

Keraf, S. (2014). Filsafat Lingkungan Hidup. Penerbit : Yogyakarta. Kanisius Killpatrick, J., Swafford, J., dan Findel, B. (2001). Adding it up: Helping Children

Learn. Penerbit : Washington, DC: National Academy Press.

Langeveld, M.J. (1980), Beknopte Teoritische Paedagogiek, (terjemahan: Simajuntak), Penerbit: Bandung. Jemmars.

Latuheru, John D. (1988). Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Penerbit : Jakarata. P2LPTK


(3)

Lodge. Rupert C. (1938).Philosophy of Education. Penerbit: New York. The University of Chicago Press.

McMillan, J. H., & Schumacher, S. (2001). Research in education: A conceptual introduction (5th ed.). Penerbit : New York: Longman

Moore, Kenneth D. (2001). Classroom teaching skills. Penerbit : Boston McGraw-Hill

Mudyahardjo, Redja. (2001). Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang Dasar Dasar Pendidikan Pada Umumnya Dan Pendidikan Di Indonesia. Penerbit : Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Penerbit : Jurusan Pendidikan Fisika UPI

NCSS. (1994).Curriculum Standard for Social Studies.Penerbit : Expectation of Excellece. Washington.

Nenggala, A. (2007). Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Penerbit : Bandung. Grafindo Media Pratama

Neolaka, Amos.(2008) Kesadaran Lingkungan. Penerbit : Jakarta. PT. Rineka Cipta,

Nieveen, Nienke. (1999). Protytoping to Reach Product Quality. From Design Approaches and Tools in Educational And Training. Penerbit : Kluwer Academic Publisher.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Penerbit : Jakarta.Rineka. Cipta.

Orr, D.W. (1992). Ecological literacy Education The Transition to a Posmodern World. Penerbit : State University oof new York Press. New York.

Otto, Soemarwoto. (2004). Ekologi Lingkungan Hidup Dan Pembangunan. Penerbit : Jakarta. Djambatan.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang Guru.

Perkin, D. N., & Unger, C. 1999. Teaching and Learning for Understanding. Dalam Reigeluth, C. M. (Ed.) : Instructional-Design Theories and Models: A New Paradigm of Instructional Theory, Volume II. 91 -114. Englewood Cliffs, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publisher.

Prastowo,A. (2011). Panduan Kreatif Membuat BahanAjar Inovatif. Penerbit : Yogyakarta. DIVA (AnggotaIKAPI)


(4)

Purwoko. A. dkk. (2001). Kegiatan Belajar Mengajar Buku Paket PPL. Penerbit : Semarang. Unnes.

Rohani, Ahmad. (1997). Media Intruksional Edukatif. Penerbit : Jakarta. Rineka Cipta.

Sadiman,Arief S. (2008). Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, Dan Pemanfaatannya. Penerbit : Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sagala, Syaiful. (2004).Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat, Strategi Memenangkan Persaingan Mutu.Penerbit : Jakarta. Nimas Multina

Sagala, Syaiful. (2005).Konsep dan Makna Pembelajaran.Penerbit : Bandung. Alfabeta.

Sanjaya, Wina (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Penerbit : Jakarta. Kencana Kota.

Santoso, Singgih. (2001). Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Penerbit : Jakarta.PT. Alex MediaKomputindo.

Sarlito.Wirawan. (1976). Pengantar Umum Psikologi, Penerbit : Jakarta. Bulan Bintang.

Schwab, J .J .(1962). The teaching of science as enquiry. In the teaching of science. Penerbit : Cambridge, Harvard University Press.

Setyono, Prabang. (2011).Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan dalam Perspektif Ekologi (Solusi Berbasis Enviromental Insight Quotient), Penerbit : Surakarta: UNS Press dan LPP UNS

Slameto. (2010). Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Penerbit :Jakarta. Rineka Cipta

Soemirat,J.S. (2005).Kesehatan Lingkungan. Penerbit : Gajah Mada Univ Press. Somantri,N. (2001).Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Penerbit :

Bandung. Remaja Rosdakarya dan Program Pasca Sarjana UPI.

Siahaan, N.H.T. (2004)Hukum Lingkungan Dan Ekologi Pembangunan, Penerbit : Jakarta. Erlangga.

Sudjana, Nana (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Penerbit : Bandung. Pt. Putra Rosdakarya.

Sugiono, (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Penerbit : Bandung. Alfabeta


(5)

Suherman, Erman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran. Penerbit : Bandung. JICA Universitas Pendidikan Indonesia

Sukmadinata, N.S. (2000). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Penerbit : Bandung. Remaja Rosdakarya.

Supardan, D. (2014). Pendidikan IPS: Perspektif Filosofi, Kurikulum dan Pembelajaran. Penerbit : Bandung. Prodi PIPS SPs UPI

Supardi, Imam. (2003)Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Penerbit : Bandung: Alumni

Surya, Muhammad. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : Pustaka Bani Quraisy,

Suyanto. (2006). Dinamika Pendidikan Nasional (Dalam Percaturan Dunia Global). Penerbit: Jakarta: PSAP Muhammadiyah.

Tahir, Muh. (2011). Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan. Penerbit : Makassar. Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tirtarahardja, Umar. (2005). Pengantar pendidikan. Penerbit : Jakarta. Rineka Cipta.

Undang Undang RI No. 4 tahun 1982, tentangKententuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Republik IndonesiaNo. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentangGuru dan Dosen.

Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Usman, Moh. Uzer. (1997). Menjadi Guru Profesional. Penerbit : Bandung. PT. Remaja Rosda Karya.


(6)

Sumber Internet :

Empat pilar pendidikan.UNESCO tahun 2015. [Online]. Diakses 3 mei 2015

(http://www.unesco.org/new/en/education/networks/global-networks

/aspnet/about-us/strategy/the-four-pillars-of-learning)

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online]. Diakses 15 mei 2015 dari situshttp://kbbi.web.id/etika)

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online]. Diakses 12 mei 2015 dari situshttp://kbbi.web.id/lingkungan)

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online]. Diakses 1 april 2015 dari situshttp://kbbi.web.id/pendidikan)

Kerusakan lingkungan di indonesia tahun 2012. [Online]. Diakses 20 april 2015 dari situs (http://www.kompasiana.com/pit_kanisius/ refleksi-hari-bumi-22-april-2013-bumi-semakin-sekarat_552becd36ea83408698b457)

Kondisi kerusakan bumi tahun 2007. [Online]. Diakses 20 april 2015 dari situs

(http://www.wwf.or.id/4243/kerusakan-lingkungan-di-tengah-ancaman-perubahan-iklim)

Kondisi pendidikan Indonesia. (Rembuknas Departemen Pendidikan Kebudayaan tahun 2015)[Online]. Diakses 16 april 2015 dari situs(http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/node/4003)

Masalah lingkungan di Indonesia tahun 2012. [Online]. Diakses 20 april 2015 dari situs (http://news.liputan6.com/read/435758/meneg-klh-kerusakan-lingkungan-meningkat)

Perhutani Rugi 182 Miliar. (yugi prasetyo/radi saputro/ ujang marmuksinudin/gin gin tigin ginulur).[Online]. Diakses 20 april 2015 dari situs

(http://www.bumn.go.id/perhutani/berita/261/Perhutani.Rugi.182.Miliar.)

“Pendidikan IPS dan Implementasi Kurikulum 2013 untuk Mewujudkan Generasi

Emas”Seminar Nasional di UNY. [Online]. Diakses 28 April 2015 dari situs