BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN ACEH UTARA - DOCRPIJM 15081445295 BAB V Keterpaduan Strategis

BAB V
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN
KABUPATEN ACEH UTARA
5.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Utara Tahun 20122032
Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
Kabupaten wajib menyusun Rencana Tata Ruang
yang

Wilayah

(RTRW) Kabupaten

ditetapkan oleh Qanun Kabupaten Aceh Utara. Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Aceh Utara telah ditetapkan secara hukum dalam bentuk Peraturan Daerah
atau Qanun dengan nomor Qanun Kabupaten Aceh Utara No. 7 tahun 2013.
Dalam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, beberapa yang perlu diperhatikan
dari RTRW Kabupaten Aceh Utara adalah sebagai berikut:
a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara (KSK) yang didasari sudut
kepentingan:
i.


Pertahanan keamanan

ii.

Ekonomi

iii. Lingkungan hidup
iv. Sosial budaya
v.

Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi

b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
i.

Arahan pengembangan pola ruang:
a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya
seperti pengembangan RTH.


ii.

Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti
pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan,
drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan.

c.

Ketentuan

zonasi

pembangunan prasarana sarana

mencakup ketentuan umum peraturan
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019

zonasi


untuk

bidang Cipta Karya
kawasan

lindung,
51

kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.
d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang
khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Kawasan

Strategis Kabupaten Aceh Utara

(KSK) diperlukan

sebagai


dasar

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Pada pembangunan infrastruktur
skala kawasan, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada
lokasi KSK, dan diharapkan keterpaduan pembangunan dapat terwujud diperlihatkan
pada Tabel-Tabel berikut:

RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019

52

1

Tabel 5.1. Arahan RTRW Kabupaten Aceh Utara Bidang Cipta Karya
Arahan Pola Ruang
Rencana Pola Ruang
(1) Rencana Pola Ruang wilayah Kota, terdiri atas:
a. kawasan lindung;
b. kawasan budidaya; dan


Arahan Struktur Ruang
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Sistem jaringan prasarana wilayah lainnya terdiri atas:
a. sistem jaringan persampahan;
b. sistem jaringan air minum;
c. sistem pengolahan limbah;
d. sistem pengembangan dan peningkatan drainase.

Rencana Kawasan Lindung
a. Kawasan Hutan lindung dikembangkan di Kec. Meurah Mulia, Kec.
Paya bakong, kec. Langkahan dan Kec. Cot Girek.
b. Kawasan Perlindungan Setempat meliputi: Sepadan pantai, sepada n
sungai, Kawasan sekitar waduk dan ruanng terbuka hijau.
c.

Kawasan Cagar Budaya meliputi: Kawasan cagar budaya pra sejarah,
kawasan kesultanan kerajaan islam samudra pase dan kawasan
kerajaan pirak, kerajaan keureutoe dan ulama abad XIX.

d. Kawasan Geologi meliputi: kawasang rawan letusan gunung berapi,

kawasan gempa bumi, kawasan rawan longsong, kawasan rawan
tsunami dan kawasan abrasi pantai.
e. Kawasan Lindung lainnya berupa kawasan konservasi gajang.
Rencana Kawasan Budidaya
Klasifikasi peruntukan Kawasan budidaya di Kabupaten Aceh Utara meliputi :
 Kawasan Hutan Produksi
 Kawasan Pertanian
 Kawasan Perikanan
 Kawasan Pertambangan
 Kawasan Industri
 Kawasan Parawisata
 Kawasan Permukiman
 Kawasan Peruntukan lainnya.

RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019

(1) Sistem Penyediaan Air Minum
Sumber air baku untuk air minum untuk Kabupaten Aceh Utara terdiri dari
sebelas unit Instalasi Pengolahan Air Minum yang sampai saat ini
beroperasi di Kabupaten Aceh Utara, yaitu IPA Cot Girek dengan

kapasitas terpasang 40 liter/detik, IPA lhoksukon I dengan kapasitas 60
liter/detik, IPA Lhoksukon II dengan kapasitas 150 liter/detik, IPA Geudong
dengan kapasitas 20 liter/detik, IPA Krueng Pase
100 litertik, IPA
Samudera 30 liter/detik, IPA Sawang I 10liter/detik, IPA Sawang II 20
liter/detik, IPA Gle Dagang 60 Liter/detik, IPA Langkahan 20 liter/detik dan
DeepWell Simpang Kramat 42,5 liter/detik.
Kebutuhan air minum Kabupaten Aceh Utara diperkirakan akan meningkat
dari 168,13 liter/detik hari pada tahun 2014 menjadi 1399,37 liter/detik
pada tahun 2035. Cakupan pelayanan direncanakan telah mencapai
53,24% dari seluruh penduduk Kabupaten Aceh Utara, baik yang dipenuhi
melalui sambungan rumah, hidrant umum maupun sumber air lainnya.

(2) Sistem Pengelolaan Air Limbah
Sistem on site
Alternatif sistem septic tank yang akan diterapkan adalah : Sistem septic
tank individual, yaitu pengelolaan air limbah dengan penggunaan septic
tank pada rumah tipe besar di mana lahan yang tersedia cukup luas untuk
pembangunan septic tank dan bidang rembesannya.
a. Sistem septic tank komunal, yaitu pengelolaan air limbah dengan

penggunaan 1 septik tank untuk beberapa rumah, perumahan pedesaan
dimensi septic tank disesuaikan dengan jumlah kelompok pemakai.
b.

53

Kawasan Peruntukan
Kawasan Hutan Produksi :
Kawasan Hutan Produksi meliputi Kecamatan Langkahan, Cot Girek,Meurah
Mulia, Geureudong Pase, Nisam Antara,Sawang dan Paya Bakong.
Kawasan Pertanian:
Pengembangan kawasan pertanian meliputi seluruh kecamatan, kawasan
pertanian basah seluas 45.714 hektar dan kawasan pertanian kering seluas
38410 hektar.
Kawasan Perikanan
Pengembangan kawasan perikanan terletak di Kecamatan Dewantara Nisam
Syamtalira bayu, Smudera, Tanah Pasir, Lapang,Baktiya,Baktiya Barat,
seunuddon dan Tanah Jabmbo aye seluas 16.712 hektrar dan perikanan
tangkap terletak dalam kewenangan kabupaten aceh utara seluas 37.744
hektar.

Kawasan Pertambangan
Pengembangan kawasan pertambangan meliputi mineral logam, mineral non
logam, batuan, batubara, panas bumi dan gas bumi.
Kawasan Industri
Kawasan industri meliputi kawsan industri besar, industi sedan dan industri
kecil.
Industri besar meliputi wilayah Kecamatan Dewantara dan Kecamatan
Sawang. Indusri sedang meliputi kecamatan Cot Girek kecamatan
Lhoksukon,Kecamatan Geureudong Pase, Kecamatan Simpang Kramat,
Kecamatan Kuta Makmur, Kecamatan Baktiya dan Kecamatn Seunuddon.
Indusri kecil / industri rumah tangga meliputi seluruh Kecamatan.

Sistem off site
Sistem off site di Kabupaten Aceh Utara direncanakan Instalasi
pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang dikelola Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Aceh Utara, IPLT tersebut berlokasi di Gampong
Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon.
(3) Sistem Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah sebagian besar direncanakan merupakan kawasan
permukiman mengacu pada Tata Cara Pengelolaan Sampah di

Permukiman (SNI 19-3242-1994), Tata Cara Teknik Pengelolaan Sampah
Perkotaan (SNI 19-2454-2002) terutama mengenai persyaratan hukum dan
persyaratan teknis operasionalnya.
Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kabupaten Aceh Utara sebagai
tempat proses pengelolaan dan pembuangan akhir sampah terletak di
Gampong Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon yang berjarak 8 km dari
pusat kota. Hingga saat ini yang telah difungsikan sebagai open dumpinf
seluas 4 ha, dan yang belum difungsikan seluas 9 ha.
(4)Sistem Jaringan Drainase
Drainase Kabupaten Aceh Utara dibagi beberapa jenis yaitu: Drainase
Alamiah (Natural Drainage) adalah drainase yang tebentuk secara alam
dan tidak terdapat bangunan penunjang dan Darainase Buatan (Artifical
Drainase) adalah drainase yang terbentuk dengan tujuan tertentu sehingga
memerlukan bangunan khusus seperti selokan, gorong-gorong dll.

Kawasan Pariwisata
Pengembangan kawasan pariwisata di Kabupaten Aceh Utara direncanakan
sebagai berikut :
Pengembangan kawasan pariwisata alam diarahkan pada kawasan Air terjun
Blang Kulam di Sidomulyo kecamatan Kuta Makmur, Air Terjun Seumirah di

Seumirah di Seumirah KecamatanN Nisam Antara, Pantai Krueng Sawang di
Keude Sawang Kecamatan Sawang, Pusat Latihan Gajah Lhok Asan
kecamatan Kuta makmur, Waduk Krueng Keureutoe, Waduk Krung Jabo Aye
dan Wadk Lhoks Gajah. Untuk wilayah pantai diarahakan Pantai Bantaian

RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019

54

KecamatanSeunuddon, Pantai Sawng Kecamatan sawang, Pantai Lancok
Kecamatan syamtalira Bay, Pantai Krueng Geukueh Kecamatan dewantara
dan Pantai Dakuta bungkah Kecamatan muara Batu.
Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman meliputi kawasan permukiman perkotaan seluas 5.620
hektar dan kawasan permukiman gampong seluas 8.290 hektar
Kawasan lainnya
Kawasan lainya kawasan pelabuhan kawasan Pelabuhan umum Krueng
Geukueh seluas 166 Ha dan Kawasan Banda Udara Malikssalaeh sesluas 83
hektar.

2
3

Tabel 5.2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara (KSK) berdasarkan RTRW

4

Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara
1. Kawasan Pusat Kota dan Sekitarnya

Pertumbuhan Ekonomi

2. Kawasan

Sosial budaya dan ekonomi

Cagar

Budaya,

Makam

Tokoh

Sudut Kepentingan

Sejaran dan Ulama.
3. Kawasan PKG dan Bencana

Lokasi/Batas Kawasan
Lhoksukon, Panton Labu, Simpang Kramat,
Ulee Nye, Alue Dua, Mbang, Alue Bungkoh,
Seunuddon, Baktiya, Samudera, Lapang dan
Sawang.
Kawasan Cagar Budaya, Makam Tokoh
Sejaran dan Ulama.

Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

Kawasan PKG, Mitasi Bencana Tsunami,Bencana
Bajir dan Longsor.

5
6

RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019

55

Tabel 5.3 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Aceh Utara terkait
Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

7
8

No.

Usulan program utama

Lokasi

KSK ( ya /
Tidak )

A.

PROGRAM PERWUJUDAN RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA

1.

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Kota Lhoksukon

Lhoksukon

2.

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Kota Panton Labu

Panton Labu

3.

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Kota Krueng Geukueh

Krueng Geukueh

4.

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Geudong

Geudong

Ya
Ya
Ya
Ya

SUMBER DANA

APBK
APBK
APBK
APBK

INSTANSI
PENANGGUNG JAWAB

Dinas Cipta karya
Dinas Cipta karya
Dinas Cipta karya
Dinas Cipta karya

INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
Sektor Air Bersih
a. Peningkatan Pelayanan Air Bersih
b. Pengembangan Instalasi Pengolahan Air Minum
c. Peningkatan Pelayanan Instalasi Pengolahan Air
(IPA)

Kabupaten Aceh
Utara
Kabupaten Aceh
Utara

Ya

APBK, APBA dan
PDAM
APBN

Ya

APBK, APBA,dan
APBN
Dinas Cipta Karya

Kabupaten Aceh
Utara

Ya

APBK, APBA dan
PDAM, Dinas Cipta Karya
APBN

Kecamatan
Lhoksukon

Ya

APBK, APBA dan Dinas Pasar dan Kabersihan
APBN,

Sektor Persampahan
d. Pengembangan TPA Teupin Keubeu
Kecamatan Lhoksukon

RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019

56

No.

Usulan program utama

KSK ( ya /
Tidak )

SUMBER DANA

Kabupataen Aceh
Utara

Ya

APBK,

Kabupaten Aceh
Utara

Ya

Lokasi

INSTANSI
PENANGGUNG JAWAB

Sektor Drainase
e. Rehabilitasi Jaringan Drainase Yang Telah Ada

f. Pengembangan Sistem Drainase Baru
B.
1.

Dinas Cipta karya

Rehabilitasi Kawasan Pesisir
Pesisir

Ya

Pesisir

APBK

 Dinas Cipta Karya

Ya

APBK, APBN

 Dinas Cipta Karya

Ya

APBK, APBN,
Donor

 Dinas Cipta Karya

APBK

 Dinas Cipta Karya

APBK, Donor

 Dinas Cipta Karya

Kawasan Pesisir
b. Penataan Kawasan Pesisir
c. Pengembangan Kawasan Pesisir

Pesisir

Pengembangan Hutan Kota
a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan

Hutan Kota
b. Pengembangan Hutan Kota

3.

Dinas Cipta karya

PROGRAM PERWUJUDAN RENCANA POLA RUANG WILAYAH
a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan

2.

APBK, APBA,
dan APBN

Kota Lhoksukon,
Panton Labu,
Dewantara

Ya

Kota Lhoksukon,
Panton Labu,
Dewantara

Ya

Pengembangan Kegiatan Wisata di Kawasan Konservasi
a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan

Kegiatan Wisata

RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019

Kec. Samudera,
Paya Bakong,
Matangkuli

Ya
APBK

 Dispora

57

No.

Usulan program utama

b. Pembangunan Kegiatan Wisata

4.

PKL
b. Penataan Lokasi PKL

6.

KSK ( ya /
Tidak )

SUMBER DANA

INSTANSI
PENANGGUNG JAWAB

Kec. Samudera,
Seunudon,
Syamtalira Bayu,
Dewantara, Muara
Batu

Ya

Panton Labu,
Lhoksukon,
Dewantara

Ya

APBK

Panton Labu,
Lhoksukon,
Dewantara

Ya

APBK, APBN

 Dinas Pasar, Kebersihan
dan Pertamanan

APBK, APBN,
Donor

 Dispora

Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL)
a. Penyusunan Rencana Tindak Penataan Lokasi

5.

Lokasi

 Dinas Pasar dan
Kebersihan

Pengembangan dan Peningkatan Pengelolaan RTH
a. Penyusunan Rencana Pengembangan RTH

Dewantara,
Lhoksukon

Ya

APBK

 Dinas Pasar, Kebersihan
dan Pertamanan

b. Pengembangan dan Peningkatan RTH

Dewantara,
Lhoksukon

Ya

APBK, APBN,
Donor

 Dinas Pasar, Kebersihan
dan Pertamanan

c. Pemeliharaan RTH

Dewantara,
Lhoksukon

Ya

APBK

 Dinas Pasar, Kebersihan
dan Pertamanan

Pengembangan Kawasan Wisata Alam dan Pantai, Wisata Spiritual dan Wisata Bersejarah
a. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan

Pariwisata
b. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan

Kawasan Wisata Alam dan Pantai

Aceh Utara
Aceh Utara

c. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan

Kawasan Wisata Spiritual, Kawasan Wisata
Bersejarah dan Kawasan Wisata Tsunami

RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019

Ya
Ya

APBK
APBK

Ya
Aceh Utara

APBK

 Dispora
 Dispora

 Dispora

58

No.

Usulan program utama

Lokasi

d. Pengembangan Kawasan Wisata Alam dan

INSTANSI
PENANGGUNG JAWAB

APBK, APBA,
Investor

 Dispora

Ya

APBK, APBN,
Investor

 Dispora

Aceh Utara

Ya

APBK

 Dispora

Jambo Aye,
Krueng Keureuto,
Krueng Pase

Ya
APBK

 Dinas Pengairan dan
ESDM

b. Penataan Kawasan Bantaran Sungai

Jambo Aye,
Krueng Keureuto,
Krueng Pase

Ya

APBK

 Dinas Pengairan dan
ESDM

c. Pemeliharaan Kawasan Bantaran Sungai

Jambo Aye,
Krueng Keureuto,
Krueng Pase

Ya

APBK

 Dinas Pengairan dan
ESDM

APBK

 Dinas Cipta Karya

APBK

Dinas Cipta Karya

e. Pengembangan Kawasan Wisata Spiritual,

Aceh Utara

Kawasan Wisata Bersejarah dan Kawasan
Wisata Tsunami
f. Promosi Kawasan Wisata

Pengembangan dan Pemeliharan Kawasan Sungai
a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan

dan Pemeliharaan Kawasan Sungai

9
10

SUMBER DANA

Ya

Aceh Utara

Pantai

7.

KSK ( ya /
Tidak )

C.

PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS KOTA

1.

Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR)
Kawasan Pusat Kota Lhoksukon

2.

Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR)
Kawasan Pusat Kota dan sekitarnya

Lhoksukon
Panton Labu,
Dewantara

Ya
Ya

Sumber : Hasil Rencana, 2015

RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019

59

5.2. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Utara
Tahun 2012-2017
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) disusun berdasarkan
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional. Dalam undang-undang tersebut, RPJM Daerah dinyatakan sebagai
penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya
berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah
kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum,
dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat
Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana- rencana kerja dalam
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Penyusunan RPI2-JM tentu perlu mengacu pada rencana pembangunan daerah
yang tertuang dalam RPJMD agar pembangunan sektor Cipta Karya dapat terpadu
dengan pembangunan bidang lainnya.
5.2.1. Kebijakan Pembangunan Daerah Berupa Visi dan Misi, Strategi, Arah
Kebijakan, Program serta Anggaran Pembangunan Infrastruktur Bidang
Cipta Karya
Visi :
Visi pembangunan Kabupaten Aceh Utara tahun 2012-2017 adalah :
Terwujudnya Masyarakata Aceh Utara yang Berbudaya, Sejahtera, Mandiri dan
Islami (BERSEMI). Kota yang penduduknya beriman dan berakhlak mulia, menjaga
persatuan dan kesatuan, toleran dalam perbedaan, taat hukum, dan memiliki ruang
publik yang luas. Di samping itu masyarakatnya ikut berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pembangunan, inklusif, mampu bekerjasama untuk menggapai
tujuan bersama yang dicita-citakan. Keadaan ini diharapkan melahirkan warga
Kabupaten Aceh Utara yang memiliki jati diri yang ramah, taat aturan, damai,
sejahtera, harga diri tinggi, berbudaya, dan beradab.

RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019

60

5.2.2 Kebijakan Keuangan Daerah
Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pengelolaan Keuangan Daerah
yang diubah dengan Undang-undang Nomor 59 Tahun 2007, kelompok belanja
daerah telah dibagi menjadi Belanja tidak Langsung (Pengganti Belanja Aparatur)
dan Belanja Langsung (Pengganti Belanja Pelayanan Publik). Selama periode tahun
2010-2014, rata-rata presentase proporsi belanja langsung terhadap jumlah belanja
daerah dengan pengeluaran pembiayaan daerah adalah 28,88%. Belanja langsung
merupakan belanja yang terkait langsung dengan program dan kegiatan yang terdiri
dari belanja pegawai yang terkait dalam pelaksanaan program dan kegiatan
pemerintah daerah, belanja barang dan jasa serta belanja modal. Sedangkan ratarata belanja tidak langsung yaitu belanja yang tidak terkait dengan pelaksanaan
program dan kegiatan periode tahun 2010-2014 adalah 71,12%, belanja tidak
langsung terdiri dari belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja
bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga.

5.2.2.1 Komponen Pembiayaan
Komponen pembiayaan (Financing) merupakan komponen yang baru dalam
sistem keuangan daerah. Istilah pembiayaan berbeda dengan pendanaan (Fundi).
Pendanaan diartikan sebagai dana atau uang dan digunakan sebagai kata umum,
sedangkan pembiayaan diartikan sebagai penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali. Kemampuan keuangan daerah
merupakan

kemampuan

dalam

menggali

sumber-sumber

keuangan

dan

kemampuan pengelola keuangan, baik yang bersumber dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD) maupun bersumber dari dan perimbangan. Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) yang sekarang dikenal dengan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Aceh (APBA) yang sekarang dikenal dengan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Kabupaten/Kota (APBK) untuk Kabupaten/Kota (UU. No. 11 tahun 2006
tentang Pendapatan Aceh), merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi
pemerintah daerah. Sebagai instrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki
posisi sentral dalam upaya pengembangan kapasitas dan efektifitas pemerintah
daerah.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah
Daerah, maupun Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh, menyebutkan bahwa Penerimaan Daerah bersumber dari :
1. Pendapatan Asli Daerah;
2. Dana Penimbangan;
3. Dana Otonomi khusus; dan
4. Lain-lain Pendapatan yang Sah.

RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019

61

Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006,
terdiri atas :
a. Pajak Daerah;
b. Retribusi Daerah;
c. Hasil

Pengelola

Kekayaan

Daerah

yang

dipisahkan,

Milik

Aceh/Kabupaten/Kota dan Hasil Penyerahan Modal Aceh/Kabupaten/Kota;
d. Zakat; dan
e. Lain-lain PAD yang Sah dan PAD Kabupaten/Kota yang Sah
Pasal 181 ayat (1) Undang-undang nomor 11 Tahun 2006 menyatakan bahwa Dana
Perimbangan terdiri atas :
1. Dana Bagi Hasil Pajak;
2. Dana Bagi Hasil yang Bersumber dari hidrokarbon dan Sumberdaya Alam
lain;
3. Dana Alokasi Umum (DAU); dan
4. Dana Alokasi khusus (DAK).

5.2.2.2. Keuangan Daerah
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah.
Penyelenggaraan fungsi Pemerintahan Daerah akan terlaksana secara optimal
apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumbersumber penerimaan yang cukup kepada daerah dengan mengacu pada peraturan
perundang-undangan (money follow function).

Analisis pengelolaan keuangan

daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang
kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan
pembangunan daerah. Mengingat bahwa pengelolaan keuangan daerah diwujudkan
dalam suatu APBD maka analisis pengelolaan keuangan daerah dilakukan terhadap
APBD dan laporan keuangan daerah sekurang-kurangnya 5 tahun sebelumnya.
Arah kebijakan keuangan daerah yang diambil oleh Kabupaten Aceh Utara
adalah kebijakan anggaran berdasarkan pendekatan kinerja dan berkomitmen untuk
menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Anggaran Kinerja adalah suatu
anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kegiatan atau output dari
rencana alokasi biaya atau input yang ditetapkan dengan memperhatikan kondisi
semua komponen keuangan.
Efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas merupakan prinsip
pengelolaan keuangan yang dilakukan diantaranya dengan mengefektifkan fungsi
pengawasan serta upaya-upaya penghematan sehingga dana yang terbatas dapat
dimanfaatkan secara maksimal untuk kegiatan pembangunan dan pemerintahan
serta berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan keberkelanjutan
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019

62

pembangunan. Kebijakan belanja daerah diarahkan untuk mendukung kebijakan dan
prioritas strategis, terutama untuk mendukung kebutuhan dana program strategis
yang memiliki nilai tambah (value-added), sesuai dengan capaian target visi dan misi
lima tahun kedepan.
Mengingat bahwa komponen anggaran menggunakan struktur surplus/defisit
maka atas selisih antara pendapatan dan belanja dihitung sebagai surplus/defisit dan
dialokasikan ke pembiayaan. Dalam hal suatu APBD mengalami defisit maka
kebijakan pembiayaan mengupayakan sumber pemasukan kas untuk menutup
defisit tersebut (pembiayaan penerimaan). Sebaliknya, apabila APBD mengalami
selisih lebih maka atas surplus tersebut akan dialokasikan dalam pembiayaan
pengeluaran pada pos-pos pembiayaan yang diperkenankan oleh peraturan.
Sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, serta Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang antara lain menyebutkan bahwa
keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundanganundangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat, maka semua
penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan
harus dimasukkan dalam APBD, dan selanjutnya APBD tersebut akan dipakai
sebagai dasar bagi Pemerintah Daerah dalam pengelolaan penerimaan dan
pengeluaran daerah yang disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan serta kemampuan keuangan daerah, oleh karena itu prinsip
pengelolaan ini akan tercermin pada proses penyusunan anggaran daerah, struktur
pendapatan dan struktur belanja daerah.
5.2.3. Indikator Kinerja
Indikator kinerja Pemerintah Kabupaten Aceh Utara diukur berdasarkan indikator
kinerja daerah terhadap capaian kineja penyelenggaraan urusan pemerintah
Kabupaten Aceh Utara
5.3.

Arahan Peraturan Daerah Tentang Bangunan Gedung Pemerintah
Kabupaten Aceh Utara

Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan Pemerintah
No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28 tahun 2002 tentang
Bangunan

Gedung,

yang

menyatakan bahwa

pengaturan dilakukan

oleh

pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan
Gedung berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
dengan memperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta penyebarluasan
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019

63

peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan
gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.

Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis
bangunan gedung.

Salah

satunya mengatur persyaratan keandalan gedung,

seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.

Persyaratan ini

wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi pengguna
bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan
operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk
daerah rawan bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagai payung
hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan keselamatan bagi pengguna.
Ketersediaan Perda BG bagi kabupaten/kota merupakan salah satu prasyarat
dalam prioritas pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Aceh Utara.

5.3.1 Ketentuan Fungsi Bangunan Gedung
Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 tentang bangunan
gedung menjelaskan bahwa ketentuan fungsi bangunan gedung sebagai berikut:
(1) Fungsi bangunan gedung

di wilayah Kota

meliputi fungsi

pemerintahan, keagamaan, usaha, sosial dan budaya

hunian,

serta fungsi

khusus.
(2) Bangunan gedung fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1)

meliputi bangunan untuk

rumah tinggal

tunggal,

rumah

tinggal deret, dan rumah tinggal sementara.
(3) Bangunan gedung fungsi pemerintahan

sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) meliputi bangunan untuk kegiatan pemerintahan.
(4) Bangunan

gedung

fungsi

keagamaan

sebagaimana

dimaksud

dalam ayat (1) meliputi mesjid, meunasah, mushalla, gereja, pura,
wihara dan kelenteng.
(5) Bangunan gedung fungsi usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) meliputi bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan;
perindustrian,

perhotelan,

wisata

dan

rekreasi,

terminal

dan

pergudangan.
(6) Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meliputi

bangunan

gedung

untuk

kebudayaan, pelayanan

kesehatan, laboratorium

pendidikan,

dan pelayanan

umum.
(7) Bangunan gedung fungsi khusus sebagaimana dimaksud dala1n ayat
(1) meliputi bangunan gedung yang fungsinya mer.1punyai thgkat
kerahasiaan

tinggi

untuk

penyelenggaraannya
sekitarnya

dan/atau

dapat

kepentingan

nasional

membahayakan

mempunyai

risiko

penetapannya dilakukan oleh menteri yang
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019

atau

masyarakat

bahaya

tinggi

yang
di
dan

membidangi bangunan
64

gedung berdasarkan usulan menteri terlkait.
(8) Bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi.

5.3.2 Persyaratan Bangunan Gedung
Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 tentang bangunan
gedung menjelaskan bahwa persyaratan bangunan gedung sebagai berikut:
(1) Setiap bangunan gedung harus dibangun, dimanfaatkan, dilestarikan,
dan/atau dibongkar sesuai dengan persyaratan bangunan gedung
yang dia.tur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administrasi
agar bangunan dapat dimanfaatkan sesuaidengan fungsi

yang

ditetapkan.
(3) Setiap bangunan

gedung

harus memenuhi persyaratan teknis,

haik persyaratan tata bangunan maupun persyaratan keandalan
bangunan gedung, agar bangunan gedung laik fungsi dan layak
huni, serasi dan selaras dengan lingkungannya.
(4) Pemenuhan

persyaratan

teknis

disesuaikan dengan

fungsi,

klasifikasi, dan tingkat permanensi bangunan gedung

5.3.3 Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Penyelenggaraan bangunan gedung yang dijelaskan dalam Qanun Pemerintah
Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 sebagai berikut:
(1)

Penyelenggaraan

bangunan

gedung

meliputi

kegiatan

pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran.
(2)

Dalam penyelenggaraan bangunan gedung sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), penyelenggara berkewajiban memenuhi persyaratan
bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Bab IV.

(3)

Penye!enggara bangunan gedung

terdiri alas pemilik bangunan

gedung, penyedia jasa konstruksi dan pengguna bangunan gedung.
(4)

Pemilik bangunan gedung yang belum dapat memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Bab IV, tetap harus memenuhi ketentuan
tersebut secara bertahap.

5.3.4 Peran Masyarakat dan Pembinaan Dalam Penyelenggaraan Bangunan
Gedung
Masyarakat Kabupaten Aceh Utara berperan dalam penyelenggaraan
bangunan gedung seperti keterlibatan masyakarat dalam pembangunaan gedung
tersebut

adalah

pengusulan

program

selanjutnya

mengawasi

jalannya

pembangunannya. Peran masyarakat dan pembinaan dalam penyelenggaran
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019

65

bangunan gedung perlu dilakukan oleh pemerintah, hal ini sangat berperan dalam
implemantasi Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Nomor 1 Tahun 2015
tentang bangunan gedung.

5.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI- SPAM)
Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun

2007, Rencana

Induk Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun)
yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan
perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air
minum

pada

satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat

komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM dapat berupa RISPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi.
Penyusunan

rencana

induk

pengembangan

SPAM

memperhatikan

aspek

keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga
unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan pelestarian air. Rencana Induk
Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) Kabupaten Aceh Utara.

5.5. Arahan Rencana Strategi Sanitasi Kabupaten Aceh Utara (SSK)
5.5.1. Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi
Strategi Sanitasi Kota
menengah

yang

disusun

adalah dokumen rencana strategis

untuk

percepatan

pembangunan

berjangka

sektor sanitasi

suatu Kota/ Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana
strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun
oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan
pemerintah

provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota

berpedoman pada prinsip:
a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);
b. Berskala

kota

dan

lintas

sektor

(air

limbah,

drainase,

persampahan);
c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan
d. Menggabungkan pendekatan ‘top down’ dengan ‘bottom up’

5.5.2. Strategi Menyeluruh Pengembangan Sanitasi Kota
5.5.2.1 Visi dan misi Sanitasi
Visi misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arah bagi pengembangan
sanitasi Kabupaten Aceh Utara dalam rangka mencapai visi misi Kabupaten
Aceh Utara.

RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019

66

5.5.2.2 Tujuan dan sasaran pengembangan sanitasi
Pengembangan sanitasi Kabupaten Aceh Utara bertujuan untuk meningkatkan
kualitas lingkungan melalui peningkatan pembangunan infrastruktur serta
pelayanan sanitasi menyeluruh sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Sasaran pengembangan sanitasi adalah Kabupaten Aceh Utara
namun dengan tetap membuka peluang kajian untuk mengadakan kerjasama
pembangunan sanitasi dengan kota/kabupaten tetangga.
5.5.2.3 Kebijakan umum pengembangan sanitasi Kabupaten
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi tersebut, telah
disusun beberapa kebijakan umum pengembangan sanitasi kabupaten yang
tertuang dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara adalah:
1. Penguatan kinerja kelembagaan tim sanitasi;
2. Menguatkan lembaga leading sektor dalam sistem manajemen dan
fungsi kontrol secara efekftif;
3. Mengupayakan penggalangan sumber daya strategis (dana dan
non-dana) non-APBK;
4. Melibatkan sektor swasta dalam pengelolaan sanitasi perkotaan;
5. Merubah sistem on-site menuju off-site di wilayah prioritas dan
wilayah pusat Kabupaten Aceh Utara;
6. Pengelolaan sampah diarahkan pada usaha-usaha produktif (3R,
komposting dan pemanfaatan kembali sampah);
7. Industri kecil menengah yang menghasilkan limbah dapat terkontrol
melalui pemberian ijin usaha dan mengikuti SPM untuk sanitasi;
8. Industri kecil dan menengah memiliki IPAL mandiri sesuai SNI;
9. Fasilitas umum, tempat pengolahan
serta

permukiman

makanan

dan minuman

penduduk memenuhi syarat hygiene dan

sanitasi.
5.5.2.4 Kebijakan S a n i t a s i saat ini
Pembangunan infrastruktur sanitasi menjadi sangat tinggi. Berkaitan dengan
hal itu, telah ditetapkan

bahwa perbaikan kesehatan lingkungan sebagai

salah satu prioritas pembangunan di Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2010
dengan fokus pada kegiatan yang bersifat non-fisik (contohnya adalah kegiatan
perubahan
fisik

tahun

perilaku)

yang

akan

menjadi

dasar

bagi kegiatan-kegiatan

berikutnya. Program ini secara tidak langsung menjadi salah satu

pendorong perlunya upaya percepatan pembangunan sanitasi di Kabupaten Aceh
Utara.

RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019

67

5.5.3 Pengembangan Strategis Infrastruktur Sanitasi 2010 – 2025
A. Air bersih
Pengembangan infrastruktur air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM)

Tirta

meningkatkan

Mon Pase dalam
cakupan

pelayanan

Millenium Development
perkotaan dengan

jangka

pendek

ditujukan

untuk

mencapai persyaratan dalam

hingga

Goals (MDGs) yaitu 80% cakupan layanan di

konsumsi

100

l/orang/hari.

Dalam

jangka

panjang,

direncanakan seluruh masyarakat Banda Aceh akan mendapatkan pelayanan
PDAM Tirta Mon Pase dengan kualitas air yang diterima adalah kualitas air
minum.

B. Air limbah
Beberapa inisiatif dalam bidang pengelolaan air limbah telah dilakukan
terutama untuk mendorong pengembangan sistem sanitasi on-site yang lebih
baik. Inisiatif tersebut diantaranya

adalah adanya proses

legislasi

untuk

memasukkan persyaratan infrastruktur sanitasi (tangki septik sesuai SNI).
Hingga

saat ini, proses ini sedang berjalan

antara Dinas Cipta Karya

Kabupaten Aceh Utara dan Provinsi yang difasilitasi oleh Tim Sanitasi.
Untuk pengembangan

sistem off-site diprioritaskan

kota lama dan wilayah prioritas. Berkaitan
Karya Kabupaten Aceh Utara

dengan

telah merencanakan

pada wilayah pusat
hal ini, Dinas

Cipta

pembangunan

tangki

septik komunal dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara yang dibiayai oleh
DAK. Hal ini merupakan

salah satu upaya

untuk

secara

bertahap

menerapkan sistem offsite di wilayah prioritas. Selain itu, terdapat beberapa
kriteria yang digunakan dalam penentuan prioritas pengembangan sistem offsite berdasarkan ketentuan dari SPM.
Di dalam SSK ini, telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan
sistem

pengelolaan sistem air limbah (apakah onsite maupun offsite) secara

umum. Empat (4) kriteria digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu;
(i) kepadatan

penduduk, (ii) karakteristik

tata guna lahan, komersial atau

rumah tinggal, (iii) resiko kesehatan, serta (iv) kondisi muka air tanah.

C. Drainase
a.

Sistem drainase makro dan saluran utama

Kota Lhoksukon akan menerapkan empat (4) zona drainase. Pada saat ini
kegiatan jaringan drainase utama (main drain) di dalam keempat zona drainase
tersebut sedang diusulkan untuk pelaksanaan pembangunan.

RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019

68

D. Persampahan
Timbulan sampah

a.

Dalam jangka menengah,
dikurangi

sebesar

kegiatan

3R

timbulan

sampah

20% dari kondisi

(Recycle,

Reuse,

yang perlu diangkut

sekarang

Reduce)

yang

dengan

akan

mengintensifkan

telah dimulai. Tujuannya

adalah untuk mengurangi beban Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sehingga
pada akhirnya dapat memperpanjang masa pakai (lifetime) dari TPA tersebut.
Untuk mencapai pengurangan itu langkah-langkah berikut akan dijalankan
hingga tahun 2014:
-

Mengembangkan
plastik

dalam

kegiatan

percontohan

industri pengolahan

limbah

rangka pengembangan kegiatan daur ulang baik untuk

limbah plastik maupun limbah lainnya,
-

Mengembangkan lebih lanjut dalam skala yang lebih luas usaha
pengkomposan skala rumah tangga.

-

Mengembangkan

(separation
timbulan

kegiatan

pemisahan

sampah dari sumbernya

at source). Kegiatan ini selain mendukung upaya pengurangan
sampah

juga

akan

mendukung

secara

langsung

usaha

pengkomposan dan daur ulang limbah.
b.

Pengangkutan

Dalam jangka panjang, prosentase sampah terangkut akan ditingkatkan menjadi
100%.

Peningkatan

prosentase

sampah

terangkut

dilakukan

dengan

meningkatkan prosentase penduduk terlayani dari 76% (2008) ditingkatkan
100%. Selain

peningkatan

prosentase

penduduk

terlayani,

intensitas

pengangkutan sampah 2 kali dalam seminggu direncanakan dapat terjadi di
semua wilayah Kabupaten Aceh Utara.
c.

Tempat pemrosesan akhir (TPA)

Saat ini pemrosesan akhir sampah Kabupaten Aceh Utara dilakukan di TPA
Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon. Kapasitas TPA ini adalah 750 m3/hari
TPA Teupin Keubeu ini sudah disiapkan DED dan sedang dilaksanakan
pembangunannya tahap I tahun 2015 dan akan ditindak lanjuti tahun berikutnnya.

d.

Pengelolaan limbah medis

Pada saat ini masih terjadi limbah medis yang dibuang ke TPA. Untuk
mengantisipasi hal itu sedang direncanakan akan dikembangkan

sebuah

tempat khusus untuk bagi pembuangan limbah medis di TPA Teupin Keubeu
Kecamatan Lhoksukon yang dilakukan

oleh Dinas Pasar, Kebersihan dan

Pertamanan. Untuk mendukung hal itu, koordinasi antar dinas (terutama Dinas
Kesehatan) akan ditingkatkan untuk menghindari pencampuran limbah medis
dalam proses pengangkutan

apabila telah dilakukan pemisahan di level

pengguna.
Selain pembangunan tempat pembuangan khusus di TPA Teupin Keubeu,
penggunaan insinerator di RSUD Cut Meutia untuk melakukan pengolahan
80

limbah medis secara thermal perlu ditingkatkan. Pemanfaatan insinerator perlu
ditingkatkan

agar

dapat

digunakan

oleh

pihak

lain

juga

yang

menghasilkan limbah medis. Dalam jangka pendek kerjasama pemanfaatan
bersama insinerator ini perlu untuk difasilitasi oleh Tim Sanitasi.
5.6 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan
bangun

suatu

lingkungan/kawasan

rancang

yang dimaksudkan untuk mengendalikan

pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi
pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan
rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman
pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Arahan rencana
tata bangunan dan lingkungan (RTBL) Kota Lhoksukon sampai dengan saat belum
ada dokumennya.
5.7 Arahan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman
(RP2KP) Kabupaten Aceh Utara
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman merupakan
suatu dokumen strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan yang sinergi dengan arah pengembangan kota, sehingga
dapat menjadi acuan yang jelas bagi penerapan program-program pembangunan
infrastruktur

Cipta

Karya. RP2KP memuat arahan

kebijakan dan

strategi

pembangunan infrastruktur permukiman makro pada skala kabupaten/kota yang
berbasis pada rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD).
RP2KP sampai saat ini belum ada dokumennya

5.8

Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis

Kota (RTBL KSK)
Rencana

Tata

Bangunan

dan

Lingkungan

di

Kawasan

Strategis

Kabupaten/Kota (RTBL KSK), dimana keduanya tetap mengacu pada
strategi pengembangan kota yang sudah ada. RTBL KSK merupakan
rencana

aksi

permukiman

program
dan

strategis

untuk

penanganan

permasalahan

pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada

kawasan prioritas di perkotaan. Dalam konteks pengembangan kota, RTBL
KSK merupakan rencana terpadu bidang permukiman dan infrastuktur
bidang Cipta Karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa kawasan
dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta 1:5000
atau 1:1000. RTBL KSK disamping berfungsi sebagai alat operasionalisasi
dalam penanganan kawasan permukiman prioritas juga berfungsi sebagai
masukan dalam penyusunan RPI2-JM. Oleh karena itu, dalam hal ini RPI2JM perlu mengutip matriks rencana aksi program serta peta pengembangan
kawasan dalam RTBL KSK yang didetailkan pada program tahunan.
81

5.3.

Arahan Peraturan Daerah Tentang Bangunan Gedung Pemerintah
Kabupaten Aceh Utara

Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan Pemerintah
No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28 tahun 2002 tentang
Bangunan

Gedung,

yang

menyatakan bahwa

pengaturan dilakukan

oleh

pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan
Gedung berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
dengan memperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta penyebarluasan
peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan
gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.

Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis
bangunan gedung.

Salah

satunya mengatur persyaratan keandalan gedung,

seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.

Persyaratan ini

wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi pengguna
bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan
operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk
daerah rawan bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagai payung
hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan keselamatan bagi pengguna.
Ketersediaan Perda BG bagi kabupaten/kota merupakan salah satu prasyarat
dalam prioritas pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Aceh Utara.

5.3.1 Ketentuan Fungsi Bangunan Gedung
Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 tentang bangunan
gedung menjelaskan bahwa ketentuan fungsi bangunan gedung sebagai berikut:
(9) Fungsi bangunan gedung

di wilayah Kota

meliputi fungsi

pemerintahan, keagamaan, usaha, sosial dan budaya

hunian,

serta fungsi

khusus.
(10) Bangunan gedung fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) meliputi bangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah
tinggal deret, dan rumah tinggal sementara.
(11) Bangunan gedung fungsi pemerintahan

sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) meliputi bangunan untuk kegiatan pemerintahan.
(12) Bangunan gedung

fungsi

keagamaan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) meliputi mesjid, meunasah, mushalla, gereja, pura,
wihara dan kelenteng.
(13) Bangunan gedung fungsi

usaha

sebagaimana

dimaksud dalam

ayat (1) meliputi bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan;
perindustrian,

perhotelan,

wisata

dan

rekreasi,

terminal

dan

pergudangan.
(14) Bangunan gedung
dimaksud dalam ayat

fungsi
(1)

sosial
meliputi

dan

budaya

bangunan

sebagaimana
gedung

untuk
82

pendidikan, kebudayaan, pelayanan

kesehatan, laboratorium

dan

pelayanan umum.
(15) Bangunan gedung fungsi khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) meliputi bangunan gedung yang fungsinya mer.1punyai thgkat
kerahasiaan

tinggi

untuk

penyelenggaraannya
sekitarnya

kepentingan

dapat

dan/atau

nasional

membahayakan

mempunyai

risiko

atau

masyarakat

bahaya

penetapannya dilakukan oleh menteri yang

yang

tinggi

di
dan

membidangi bangunan

gedung berdasarkan usulan menteri terlkait.
(16) Bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi.

5.3.2 Persyaratan Bangunan Gedung
Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 tentang bangunan
gedung menjelaskan bahwa persyaratan bangunan gedung sebagai berikut:
(5) Setiap bangunan gedung harus dibangun, dimanfaatkan, dilestarikan,
dan/atau dibongkar sesuai dengan persyaratan bangunan gedung
yang dia.tur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(6) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administrasi
agar bangunan dapat dimanfaatkan sesuaidengan fungsi

yang

ditetapkan.
(7) Setiap bangunan

gedung

harus memenuhi persyaratan teknis,

haik persyaratan tata bangunan maupun persyaratan keandalan
bangunan gedung, agar bangunan gedung laik fungsi dan layak
huni, serasi dan selaras dengan lingkungannya.
(8) Pemenuhan

persyaratan

teknis

disesuaikan dengan

fungsi,

klasifikasi, dan tingkat permanensi bangunan gedung

5.3.3 Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Penyelenggaraan bangunan gedung yang dijelaskan dalam Qanun Pemerintah
Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 sebagai berikut:
(5)

Penyelenggaraan

bangunan

gedung

meliputi

kegiatan

pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran.
(6)

Dalam penyelenggaraan bangunan gedung sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), penyelenggara berkewajiban memenuhi persyaratan
bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Bab IV.

(7)

Penye!enggara bangunan gedung

terdiri alas pemilik bangunan

gedung, penyedia jasa konstruksi dan pengguna bangunan gedung.
(8)

Pemilik bangunan gedung yang belum dapat memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Bab IV, tetap harus memenuhi ketentuan
tersebut secara bertahap.
83

5.3.4 Peran Masyarakat dan Pembinaan Dalam Penyelenggaraan Bangunan
Gedung
Masyarakat Kabupaten Aceh Utara berperan dalam penyelenggaraan
bangunan gedung seperti keterlibatan masyakarat dalam pembangunaan gedung
tersebut

adalah

pengusulan

program

selanjutnya

mengawasi

jalannya

pembangunannya. Peran masyarakat dan pembinaan dalam penyelenggaran
bangunan gedung perlu dilakukan oleh pemerintah, hal ini sangat berperan dalam
implemantasi Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Nomor 1 Tahun 2015
tentang bangunan gedung.

5.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI- SPAM)
Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun

2007, Rencana

Induk Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun)
yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan
perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air
minum

pada

satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat

komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM dapat berupa RISPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi.
Penyusunan

rencana

induk

pengembangan

SPAM

memperhatikan

aspek

keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga
unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan pelestarian air. Rencana Induk
Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) Kabupaten Aceh Utara.

5.5. Arahan Rencana Strategi Sanitasi Kabupaten Aceh Utara (SSK)
5.5.1. Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi
Strategi Sanitasi Kota
menengah

yang

disusun

adalah dokumen rencana strategis

untuk

percepatan

pembangunan

berjangka

sektor sanitasi

suatu Kota/ Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana
strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun
oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan
pemerintah

provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota

berpedoman pada prinsip:
e. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);
f. Berskala

kota

dan

lintas

sektor

(air

limbah,

drainase,

persampahan);
g. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan
h. Menggabungkan pendekatan ‘top down’ dengan ‘bottom up’

84

5.5.2. Strategi Menyeluruh Pengembangan Sanitasi Kota
5.5.2.1 Visi dan misi Sanitasi
Visi misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arah bagi pengembangan
sanitasi Kabupaten Aceh Utara dalam rangka mencapai visi misi Kabupaten
Aceh Utara.

5.5.2.2 Tujuan dan sasaran pengembangan sanitasi
Pengembangan sanitasi Kabupaten Aceh Utara bertujuan untuk meningkatkan
kualitas lingkungan melalui peningkatan pembangunan infrastruktur serta
pelayanan sanitasi menyeluruh sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Sasaran pengembangan sanitasi adalah Kabupaten Aceh Utara
namun dengan tetap membuka peluang kajian untuk mengadakan kerjasama
pembangunan sanitasi dengan kota/kabupaten tetangga.
5.5.2.3 Kebijakan umum pengembangan sanitasi Kabupaten
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi tersebut, telah
disusun beberapa kebijakan umum pengembangan sanitasi kabupaten yang
tertuang dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara adalah:
10. Penguatan kinerja kelembagaan tim sanitasi;
11. Menguatkan lembaga leading sektor dalam sistem manajemen dan
fungsi kontrol secara efekftif;
12. Mengupayakan penggalangan sumber daya strategis (dana dan
non-dana) non-APBK;
13. Melibatkan sektor swasta dalam pengelolaan sanitasi perkotaan;
14. Merubah sistem on-site menuju off-site di wilayah prioritas dan
wilayah pusat Kabupaten Aceh Utara;
15. Pengelolaan sampah diarahkan pada usaha-usaha produktif (3R,
komposting dan pemanfaatan kembali sampah);
16. Industri kecil menengah yang menghasilkan limbah dapat terkontrol
melalui pemberian ijin usaha dan mengikuti SPM untuk sanitasi;
17. Industri kecil dan menengah memiliki IPAL mandiri sesuai SNI;
18. Fasilitas umum, tempat pengolahan
serta

permukiman

makanan

dan minuman

penduduk memenuhi syarat hygiene dan

sanitasi.
5.5.2.4 Kebijakan S a n i t a s i saat ini
Pembangunan infrastruktur sanitasi menjadi sangat tinggi. Berkaitan dengan
hal itu, telah ditetapkan

bahwa perbaikan kesehatan lingkungan sebagai

salah satu prioritas pembangunan di Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2010
dengan fokus pada kegiatan yang bersifat non-fisik (contohnya adalah kegiatan
perubahan
fisik

tahun

perilaku)

yang

akan

menjadi

dasar

bagi kegiatan-kegiatan

berikutnya. Program ini secara tidak langsung menjadi salah satu
85

pendorong perlunya upaya percepatan pembangunan sanitasi di Kabupaten Aceh
Utara.

5.5.3 Pengembangan Strategis Infrastruktur Sanitasi 2010 – 2025
B. Air bersih
Pengembangan infrastruktur air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM)

Tirta

meningkatkan

Mon Pase dalam
cakupan

pelayanan

Millenium Development
perkotaan dengan

jangka

pendek

hingga

ditujukan

untuk

mencapai persyaratan dalam

Goals (MDGs) yaitu 80% cakupan layanan di

konsumsi

100

l/orang/hari.

Dalam

jangka

panjang,

direncanakan seluruh masyarakat Banda Aceh akan mendapatkan pelayanan
PDAM Tirta Mon Pase dengan kualitas air yang diterima adalah kualitas air
minum.

B. Air limbah