BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN ACEH UTARA - DOCRPIJM 15081445295 BAB V Keterpaduan Strategis
BAB V
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN
KABUPATEN ACEH UTARA
5.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Utara Tahun 20122032
Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
Kabupaten wajib menyusun Rencana Tata Ruang
yang
Wilayah
(RTRW) Kabupaten
ditetapkan oleh Qanun Kabupaten Aceh Utara. Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Aceh Utara telah ditetapkan secara hukum dalam bentuk Peraturan Daerah
atau Qanun dengan nomor Qanun Kabupaten Aceh Utara No. 7 tahun 2013.
Dalam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, beberapa yang perlu diperhatikan
dari RTRW Kabupaten Aceh Utara adalah sebagai berikut:
a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara (KSK) yang didasari sudut
kepentingan:
i.
Pertahanan keamanan
ii.
Ekonomi
iii. Lingkungan hidup
iv. Sosial budaya
v.
Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi
b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
i.
Arahan pengembangan pola ruang:
a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya
seperti pengembangan RTH.
ii.
Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti
pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan,
drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan.
c.
Ketentuan
zonasi
pembangunan prasarana sarana
mencakup ketentuan umum peraturan
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
zonasi
untuk
bidang Cipta Karya
kawasan
lindung,
51
kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.
d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang
khususnya untuk bidang Cipta Karya.
Kawasan
Strategis Kabupaten Aceh Utara
(KSK) diperlukan
sebagai
dasar
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Pada pembangunan infrastruktur
skala kawasan, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada
lokasi KSK, dan diharapkan keterpaduan pembangunan dapat terwujud diperlihatkan
pada Tabel-Tabel berikut:
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
52
1
Tabel 5.1. Arahan RTRW Kabupaten Aceh Utara Bidang Cipta Karya
Arahan Pola Ruang
Rencana Pola Ruang
(1) Rencana Pola Ruang wilayah Kota, terdiri atas:
a. kawasan lindung;
b. kawasan budidaya; dan
Arahan Struktur Ruang
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Sistem jaringan prasarana wilayah lainnya terdiri atas:
a. sistem jaringan persampahan;
b. sistem jaringan air minum;
c. sistem pengolahan limbah;
d. sistem pengembangan dan peningkatan drainase.
Rencana Kawasan Lindung
a. Kawasan Hutan lindung dikembangkan di Kec. Meurah Mulia, Kec.
Paya bakong, kec. Langkahan dan Kec. Cot Girek.
b. Kawasan Perlindungan Setempat meliputi: Sepadan pantai, sepada n
sungai, Kawasan sekitar waduk dan ruanng terbuka hijau.
c.
Kawasan Cagar Budaya meliputi: Kawasan cagar budaya pra sejarah,
kawasan kesultanan kerajaan islam samudra pase dan kawasan
kerajaan pirak, kerajaan keureutoe dan ulama abad XIX.
d. Kawasan Geologi meliputi: kawasang rawan letusan gunung berapi,
kawasan gempa bumi, kawasan rawan longsong, kawasan rawan
tsunami dan kawasan abrasi pantai.
e. Kawasan Lindung lainnya berupa kawasan konservasi gajang.
Rencana Kawasan Budidaya
Klasifikasi peruntukan Kawasan budidaya di Kabupaten Aceh Utara meliputi :
Kawasan Hutan Produksi
Kawasan Pertanian
Kawasan Perikanan
Kawasan Pertambangan
Kawasan Industri
Kawasan Parawisata
Kawasan Permukiman
Kawasan Peruntukan lainnya.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
(1) Sistem Penyediaan Air Minum
Sumber air baku untuk air minum untuk Kabupaten Aceh Utara terdiri dari
sebelas unit Instalasi Pengolahan Air Minum yang sampai saat ini
beroperasi di Kabupaten Aceh Utara, yaitu IPA Cot Girek dengan
kapasitas terpasang 40 liter/detik, IPA lhoksukon I dengan kapasitas 60
liter/detik, IPA Lhoksukon II dengan kapasitas 150 liter/detik, IPA Geudong
dengan kapasitas 20 liter/detik, IPA Krueng Pase
100 litertik, IPA
Samudera 30 liter/detik, IPA Sawang I 10liter/detik, IPA Sawang II 20
liter/detik, IPA Gle Dagang 60 Liter/detik, IPA Langkahan 20 liter/detik dan
DeepWell Simpang Kramat 42,5 liter/detik.
Kebutuhan air minum Kabupaten Aceh Utara diperkirakan akan meningkat
dari 168,13 liter/detik hari pada tahun 2014 menjadi 1399,37 liter/detik
pada tahun 2035. Cakupan pelayanan direncanakan telah mencapai
53,24% dari seluruh penduduk Kabupaten Aceh Utara, baik yang dipenuhi
melalui sambungan rumah, hidrant umum maupun sumber air lainnya.
(2) Sistem Pengelolaan Air Limbah
Sistem on site
Alternatif sistem septic tank yang akan diterapkan adalah : Sistem septic
tank individual, yaitu pengelolaan air limbah dengan penggunaan septic
tank pada rumah tipe besar di mana lahan yang tersedia cukup luas untuk
pembangunan septic tank dan bidang rembesannya.
a. Sistem septic tank komunal, yaitu pengelolaan air limbah dengan
penggunaan 1 septik tank untuk beberapa rumah, perumahan pedesaan
dimensi septic tank disesuaikan dengan jumlah kelompok pemakai.
b.
53
Kawasan Peruntukan
Kawasan Hutan Produksi :
Kawasan Hutan Produksi meliputi Kecamatan Langkahan, Cot Girek,Meurah
Mulia, Geureudong Pase, Nisam Antara,Sawang dan Paya Bakong.
Kawasan Pertanian:
Pengembangan kawasan pertanian meliputi seluruh kecamatan, kawasan
pertanian basah seluas 45.714 hektar dan kawasan pertanian kering seluas
38410 hektar.
Kawasan Perikanan
Pengembangan kawasan perikanan terletak di Kecamatan Dewantara Nisam
Syamtalira bayu, Smudera, Tanah Pasir, Lapang,Baktiya,Baktiya Barat,
seunuddon dan Tanah Jabmbo aye seluas 16.712 hektrar dan perikanan
tangkap terletak dalam kewenangan kabupaten aceh utara seluas 37.744
hektar.
Kawasan Pertambangan
Pengembangan kawasan pertambangan meliputi mineral logam, mineral non
logam, batuan, batubara, panas bumi dan gas bumi.
Kawasan Industri
Kawasan industri meliputi kawsan industri besar, industi sedan dan industri
kecil.
Industri besar meliputi wilayah Kecamatan Dewantara dan Kecamatan
Sawang. Indusri sedang meliputi kecamatan Cot Girek kecamatan
Lhoksukon,Kecamatan Geureudong Pase, Kecamatan Simpang Kramat,
Kecamatan Kuta Makmur, Kecamatan Baktiya dan Kecamatn Seunuddon.
Indusri kecil / industri rumah tangga meliputi seluruh Kecamatan.
Sistem off site
Sistem off site di Kabupaten Aceh Utara direncanakan Instalasi
pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang dikelola Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Aceh Utara, IPLT tersebut berlokasi di Gampong
Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon.
(3) Sistem Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah sebagian besar direncanakan merupakan kawasan
permukiman mengacu pada Tata Cara Pengelolaan Sampah di
Permukiman (SNI 19-3242-1994), Tata Cara Teknik Pengelolaan Sampah
Perkotaan (SNI 19-2454-2002) terutama mengenai persyaratan hukum dan
persyaratan teknis operasionalnya.
Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kabupaten Aceh Utara sebagai
tempat proses pengelolaan dan pembuangan akhir sampah terletak di
Gampong Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon yang berjarak 8 km dari
pusat kota. Hingga saat ini yang telah difungsikan sebagai open dumpinf
seluas 4 ha, dan yang belum difungsikan seluas 9 ha.
(4)Sistem Jaringan Drainase
Drainase Kabupaten Aceh Utara dibagi beberapa jenis yaitu: Drainase
Alamiah (Natural Drainage) adalah drainase yang tebentuk secara alam
dan tidak terdapat bangunan penunjang dan Darainase Buatan (Artifical
Drainase) adalah drainase yang terbentuk dengan tujuan tertentu sehingga
memerlukan bangunan khusus seperti selokan, gorong-gorong dll.
Kawasan Pariwisata
Pengembangan kawasan pariwisata di Kabupaten Aceh Utara direncanakan
sebagai berikut :
Pengembangan kawasan pariwisata alam diarahkan pada kawasan Air terjun
Blang Kulam di Sidomulyo kecamatan Kuta Makmur, Air Terjun Seumirah di
Seumirah di Seumirah KecamatanN Nisam Antara, Pantai Krueng Sawang di
Keude Sawang Kecamatan Sawang, Pusat Latihan Gajah Lhok Asan
kecamatan Kuta makmur, Waduk Krueng Keureutoe, Waduk Krung Jabo Aye
dan Wadk Lhoks Gajah. Untuk wilayah pantai diarahakan Pantai Bantaian
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
54
KecamatanSeunuddon, Pantai Sawng Kecamatan sawang, Pantai Lancok
Kecamatan syamtalira Bay, Pantai Krueng Geukueh Kecamatan dewantara
dan Pantai Dakuta bungkah Kecamatan muara Batu.
Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman meliputi kawasan permukiman perkotaan seluas 5.620
hektar dan kawasan permukiman gampong seluas 8.290 hektar
Kawasan lainnya
Kawasan lainya kawasan pelabuhan kawasan Pelabuhan umum Krueng
Geukueh seluas 166 Ha dan Kawasan Banda Udara Malikssalaeh sesluas 83
hektar.
2
3
Tabel 5.2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara (KSK) berdasarkan RTRW
4
Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara
1. Kawasan Pusat Kota dan Sekitarnya
Pertumbuhan Ekonomi
2. Kawasan
Sosial budaya dan ekonomi
Cagar
Budaya,
Makam
Tokoh
Sudut Kepentingan
Sejaran dan Ulama.
3. Kawasan PKG dan Bencana
Lokasi/Batas Kawasan
Lhoksukon, Panton Labu, Simpang Kramat,
Ulee Nye, Alue Dua, Mbang, Alue Bungkoh,
Seunuddon, Baktiya, Samudera, Lapang dan
Sawang.
Kawasan Cagar Budaya, Makam Tokoh
Sejaran dan Ulama.
Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup
Kawasan PKG, Mitasi Bencana Tsunami,Bencana
Bajir dan Longsor.
5
6
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
55
Tabel 5.3 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Aceh Utara terkait
Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
7
8
No.
Usulan program utama
Lokasi
KSK ( ya /
Tidak )
A.
PROGRAM PERWUJUDAN RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA
1.
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Kota Lhoksukon
Lhoksukon
2.
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Kota Panton Labu
Panton Labu
3.
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Kota Krueng Geukueh
Krueng Geukueh
4.
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Geudong
Geudong
Ya
Ya
Ya
Ya
SUMBER DANA
APBK
APBK
APBK
APBK
INSTANSI
PENANGGUNG JAWAB
Dinas Cipta karya
Dinas Cipta karya
Dinas Cipta karya
Dinas Cipta karya
INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
Sektor Air Bersih
a. Peningkatan Pelayanan Air Bersih
b. Pengembangan Instalasi Pengolahan Air Minum
c. Peningkatan Pelayanan Instalasi Pengolahan Air
(IPA)
Kabupaten Aceh
Utara
Kabupaten Aceh
Utara
Ya
APBK, APBA dan
PDAM
APBN
Ya
APBK, APBA,dan
APBN
Dinas Cipta Karya
Kabupaten Aceh
Utara
Ya
APBK, APBA dan
PDAM, Dinas Cipta Karya
APBN
Kecamatan
Lhoksukon
Ya
APBK, APBA dan Dinas Pasar dan Kabersihan
APBN,
Sektor Persampahan
d. Pengembangan TPA Teupin Keubeu
Kecamatan Lhoksukon
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
56
No.
Usulan program utama
KSK ( ya /
Tidak )
SUMBER DANA
Kabupataen Aceh
Utara
Ya
APBK,
Kabupaten Aceh
Utara
Ya
Lokasi
INSTANSI
PENANGGUNG JAWAB
Sektor Drainase
e. Rehabilitasi Jaringan Drainase Yang Telah Ada
f. Pengembangan Sistem Drainase Baru
B.
1.
Dinas Cipta karya
Rehabilitasi Kawasan Pesisir
Pesisir
Ya
Pesisir
APBK
Dinas Cipta Karya
Ya
APBK, APBN
Dinas Cipta Karya
Ya
APBK, APBN,
Donor
Dinas Cipta Karya
APBK
Dinas Cipta Karya
APBK, Donor
Dinas Cipta Karya
Kawasan Pesisir
b. Penataan Kawasan Pesisir
c. Pengembangan Kawasan Pesisir
Pesisir
Pengembangan Hutan Kota
a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan
Hutan Kota
b. Pengembangan Hutan Kota
3.
Dinas Cipta karya
PROGRAM PERWUJUDAN RENCANA POLA RUANG WILAYAH
a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan
2.
APBK, APBA,
dan APBN
Kota Lhoksukon,
Panton Labu,
Dewantara
Ya
Kota Lhoksukon,
Panton Labu,
Dewantara
Ya
Pengembangan Kegiatan Wisata di Kawasan Konservasi
a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan
Kegiatan Wisata
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
Kec. Samudera,
Paya Bakong,
Matangkuli
Ya
APBK
Dispora
57
No.
Usulan program utama
b. Pembangunan Kegiatan Wisata
4.
PKL
b. Penataan Lokasi PKL
6.
KSK ( ya /
Tidak )
SUMBER DANA
INSTANSI
PENANGGUNG JAWAB
Kec. Samudera,
Seunudon,
Syamtalira Bayu,
Dewantara, Muara
Batu
Ya
Panton Labu,
Lhoksukon,
Dewantara
Ya
APBK
Panton Labu,
Lhoksukon,
Dewantara
Ya
APBK, APBN
Dinas Pasar, Kebersihan
dan Pertamanan
APBK, APBN,
Donor
Dispora
Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL)
a. Penyusunan Rencana Tindak Penataan Lokasi
5.
Lokasi
Dinas Pasar dan
Kebersihan
Pengembangan dan Peningkatan Pengelolaan RTH
a. Penyusunan Rencana Pengembangan RTH
Dewantara,
Lhoksukon
Ya
APBK
Dinas Pasar, Kebersihan
dan Pertamanan
b. Pengembangan dan Peningkatan RTH
Dewantara,
Lhoksukon
Ya
APBK, APBN,
Donor
Dinas Pasar, Kebersihan
dan Pertamanan
c. Pemeliharaan RTH
Dewantara,
Lhoksukon
Ya
APBK
Dinas Pasar, Kebersihan
dan Pertamanan
Pengembangan Kawasan Wisata Alam dan Pantai, Wisata Spiritual dan Wisata Bersejarah
a. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata
b. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan
Kawasan Wisata Alam dan Pantai
Aceh Utara
Aceh Utara
c. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan
Kawasan Wisata Spiritual, Kawasan Wisata
Bersejarah dan Kawasan Wisata Tsunami
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
Ya
Ya
APBK
APBK
Ya
Aceh Utara
APBK
Dispora
Dispora
Dispora
58
No.
Usulan program utama
Lokasi
d. Pengembangan Kawasan Wisata Alam dan
INSTANSI
PENANGGUNG JAWAB
APBK, APBA,
Investor
Dispora
Ya
APBK, APBN,
Investor
Dispora
Aceh Utara
Ya
APBK
Dispora
Jambo Aye,
Krueng Keureuto,
Krueng Pase
Ya
APBK
Dinas Pengairan dan
ESDM
b. Penataan Kawasan Bantaran Sungai
Jambo Aye,
Krueng Keureuto,
Krueng Pase
Ya
APBK
Dinas Pengairan dan
ESDM
c. Pemeliharaan Kawasan Bantaran Sungai
Jambo Aye,
Krueng Keureuto,
Krueng Pase
Ya
APBK
Dinas Pengairan dan
ESDM
APBK
Dinas Cipta Karya
APBK
Dinas Cipta Karya
e. Pengembangan Kawasan Wisata Spiritual,
Aceh Utara
Kawasan Wisata Bersejarah dan Kawasan
Wisata Tsunami
f. Promosi Kawasan Wisata
Pengembangan dan Pemeliharan Kawasan Sungai
a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan
dan Pemeliharaan Kawasan Sungai
9
10
SUMBER DANA
Ya
Aceh Utara
Pantai
7.
KSK ( ya /
Tidak )
C.
PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS KOTA
1.
Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR)
Kawasan Pusat Kota Lhoksukon
2.
Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR)
Kawasan Pusat Kota dan sekitarnya
Lhoksukon
Panton Labu,
Dewantara
Ya
Ya
Sumber : Hasil Rencana, 2015
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
59
5.2. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Utara
Tahun 2012-2017
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) disusun berdasarkan
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional. Dalam undang-undang tersebut, RPJM Daerah dinyatakan sebagai
penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya
berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah
kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum,
dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat
Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana- rencana kerja dalam
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Penyusunan RPI2-JM tentu perlu mengacu pada rencana pembangunan daerah
yang tertuang dalam RPJMD agar pembangunan sektor Cipta Karya dapat terpadu
dengan pembangunan bidang lainnya.
5.2.1. Kebijakan Pembangunan Daerah Berupa Visi dan Misi, Strategi, Arah
Kebijakan, Program serta Anggaran Pembangunan Infrastruktur Bidang
Cipta Karya
Visi :
Visi pembangunan Kabupaten Aceh Utara tahun 2012-2017 adalah :
Terwujudnya Masyarakata Aceh Utara yang Berbudaya, Sejahtera, Mandiri dan
Islami (BERSEMI). Kota yang penduduknya beriman dan berakhlak mulia, menjaga
persatuan dan kesatuan, toleran dalam perbedaan, taat hukum, dan memiliki ruang
publik yang luas. Di samping itu masyarakatnya ikut berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pembangunan, inklusif, mampu bekerjasama untuk menggapai
tujuan bersama yang dicita-citakan. Keadaan ini diharapkan melahirkan warga
Kabupaten Aceh Utara yang memiliki jati diri yang ramah, taat aturan, damai,
sejahtera, harga diri tinggi, berbudaya, dan beradab.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
60
5.2.2 Kebijakan Keuangan Daerah
Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pengelolaan Keuangan Daerah
yang diubah dengan Undang-undang Nomor 59 Tahun 2007, kelompok belanja
daerah telah dibagi menjadi Belanja tidak Langsung (Pengganti Belanja Aparatur)
dan Belanja Langsung (Pengganti Belanja Pelayanan Publik). Selama periode tahun
2010-2014, rata-rata presentase proporsi belanja langsung terhadap jumlah belanja
daerah dengan pengeluaran pembiayaan daerah adalah 28,88%. Belanja langsung
merupakan belanja yang terkait langsung dengan program dan kegiatan yang terdiri
dari belanja pegawai yang terkait dalam pelaksanaan program dan kegiatan
pemerintah daerah, belanja barang dan jasa serta belanja modal. Sedangkan ratarata belanja tidak langsung yaitu belanja yang tidak terkait dengan pelaksanaan
program dan kegiatan periode tahun 2010-2014 adalah 71,12%, belanja tidak
langsung terdiri dari belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja
bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga.
5.2.2.1 Komponen Pembiayaan
Komponen pembiayaan (Financing) merupakan komponen yang baru dalam
sistem keuangan daerah. Istilah pembiayaan berbeda dengan pendanaan (Fundi).
Pendanaan diartikan sebagai dana atau uang dan digunakan sebagai kata umum,
sedangkan pembiayaan diartikan sebagai penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali. Kemampuan keuangan daerah
merupakan
kemampuan
dalam
menggali
sumber-sumber
keuangan
dan
kemampuan pengelola keuangan, baik yang bersumber dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD) maupun bersumber dari dan perimbangan. Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) yang sekarang dikenal dengan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Aceh (APBA) yang sekarang dikenal dengan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Kabupaten/Kota (APBK) untuk Kabupaten/Kota (UU. No. 11 tahun 2006
tentang Pendapatan Aceh), merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi
pemerintah daerah. Sebagai instrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki
posisi sentral dalam upaya pengembangan kapasitas dan efektifitas pemerintah
daerah.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah
Daerah, maupun Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh, menyebutkan bahwa Penerimaan Daerah bersumber dari :
1. Pendapatan Asli Daerah;
2. Dana Penimbangan;
3. Dana Otonomi khusus; dan
4. Lain-lain Pendapatan yang Sah.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
61
Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006,
terdiri atas :
a. Pajak Daerah;
b. Retribusi Daerah;
c. Hasil
Pengelola
Kekayaan
Daerah
yang
dipisahkan,
Milik
Aceh/Kabupaten/Kota dan Hasil Penyerahan Modal Aceh/Kabupaten/Kota;
d. Zakat; dan
e. Lain-lain PAD yang Sah dan PAD Kabupaten/Kota yang Sah
Pasal 181 ayat (1) Undang-undang nomor 11 Tahun 2006 menyatakan bahwa Dana
Perimbangan terdiri atas :
1. Dana Bagi Hasil Pajak;
2. Dana Bagi Hasil yang Bersumber dari hidrokarbon dan Sumberdaya Alam
lain;
3. Dana Alokasi Umum (DAU); dan
4. Dana Alokasi khusus (DAK).
5.2.2.2. Keuangan Daerah
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah.
Penyelenggaraan fungsi Pemerintahan Daerah akan terlaksana secara optimal
apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumbersumber penerimaan yang cukup kepada daerah dengan mengacu pada peraturan
perundang-undangan (money follow function).
Analisis pengelolaan keuangan
daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang
kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan
pembangunan daerah. Mengingat bahwa pengelolaan keuangan daerah diwujudkan
dalam suatu APBD maka analisis pengelolaan keuangan daerah dilakukan terhadap
APBD dan laporan keuangan daerah sekurang-kurangnya 5 tahun sebelumnya.
Arah kebijakan keuangan daerah yang diambil oleh Kabupaten Aceh Utara
adalah kebijakan anggaran berdasarkan pendekatan kinerja dan berkomitmen untuk
menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Anggaran Kinerja adalah suatu
anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kegiatan atau output dari
rencana alokasi biaya atau input yang ditetapkan dengan memperhatikan kondisi
semua komponen keuangan.
Efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas merupakan prinsip
pengelolaan keuangan yang dilakukan diantaranya dengan mengefektifkan fungsi
pengawasan serta upaya-upaya penghematan sehingga dana yang terbatas dapat
dimanfaatkan secara maksimal untuk kegiatan pembangunan dan pemerintahan
serta berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan keberkelanjutan
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
62
pembangunan. Kebijakan belanja daerah diarahkan untuk mendukung kebijakan dan
prioritas strategis, terutama untuk mendukung kebutuhan dana program strategis
yang memiliki nilai tambah (value-added), sesuai dengan capaian target visi dan misi
lima tahun kedepan.
Mengingat bahwa komponen anggaran menggunakan struktur surplus/defisit
maka atas selisih antara pendapatan dan belanja dihitung sebagai surplus/defisit dan
dialokasikan ke pembiayaan. Dalam hal suatu APBD mengalami defisit maka
kebijakan pembiayaan mengupayakan sumber pemasukan kas untuk menutup
defisit tersebut (pembiayaan penerimaan). Sebaliknya, apabila APBD mengalami
selisih lebih maka atas surplus tersebut akan dialokasikan dalam pembiayaan
pengeluaran pada pos-pos pembiayaan yang diperkenankan oleh peraturan.
Sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, serta Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang antara lain menyebutkan bahwa
keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundanganundangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat, maka semua
penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan
harus dimasukkan dalam APBD, dan selanjutnya APBD tersebut akan dipakai
sebagai dasar bagi Pemerintah Daerah dalam pengelolaan penerimaan dan
pengeluaran daerah yang disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan serta kemampuan keuangan daerah, oleh karena itu prinsip
pengelolaan ini akan tercermin pada proses penyusunan anggaran daerah, struktur
pendapatan dan struktur belanja daerah.
5.2.3. Indikator Kinerja
Indikator kinerja Pemerintah Kabupaten Aceh Utara diukur berdasarkan indikator
kinerja daerah terhadap capaian kineja penyelenggaraan urusan pemerintah
Kabupaten Aceh Utara
5.3.
Arahan Peraturan Daerah Tentang Bangunan Gedung Pemerintah
Kabupaten Aceh Utara
Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan Pemerintah
No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28 tahun 2002 tentang
Bangunan
Gedung,
yang
menyatakan bahwa
pengaturan dilakukan
oleh
pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan
Gedung berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
dengan memperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta penyebarluasan
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
63
peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan
gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.
Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis
bangunan gedung.
Salah
satunya mengatur persyaratan keandalan gedung,
seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
Persyaratan ini
wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi pengguna
bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan
operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk
daerah rawan bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagai payung
hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan keselamatan bagi pengguna.
Ketersediaan Perda BG bagi kabupaten/kota merupakan salah satu prasyarat
dalam prioritas pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Aceh Utara.
5.3.1 Ketentuan Fungsi Bangunan Gedung
Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 tentang bangunan
gedung menjelaskan bahwa ketentuan fungsi bangunan gedung sebagai berikut:
(1) Fungsi bangunan gedung
di wilayah Kota
meliputi fungsi
pemerintahan, keagamaan, usaha, sosial dan budaya
hunian,
serta fungsi
khusus.
(2) Bangunan gedung fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1)
meliputi bangunan untuk
rumah tinggal
tunggal,
rumah
tinggal deret, dan rumah tinggal sementara.
(3) Bangunan gedung fungsi pemerintahan
sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meliputi bangunan untuk kegiatan pemerintahan.
(4) Bangunan
gedung
fungsi
keagamaan
sebagaimana
dimaksud
dalam ayat (1) meliputi mesjid, meunasah, mushalla, gereja, pura,
wihara dan kelenteng.
(5) Bangunan gedung fungsi usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) meliputi bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan;
perindustrian,
perhotelan,
wisata
dan
rekreasi,
terminal
dan
pergudangan.
(6) Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meliputi
bangunan
gedung
untuk
kebudayaan, pelayanan
kesehatan, laboratorium
pendidikan,
dan pelayanan
umum.
(7) Bangunan gedung fungsi khusus sebagaimana dimaksud dala1n ayat
(1) meliputi bangunan gedung yang fungsinya mer.1punyai thgkat
kerahasiaan
tinggi
untuk
penyelenggaraannya
sekitarnya
dan/atau
dapat
kepentingan
nasional
membahayakan
mempunyai
risiko
penetapannya dilakukan oleh menteri yang
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
atau
masyarakat
bahaya
tinggi
yang
di
dan
membidangi bangunan
64
gedung berdasarkan usulan menteri terlkait.
(8) Bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi.
5.3.2 Persyaratan Bangunan Gedung
Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 tentang bangunan
gedung menjelaskan bahwa persyaratan bangunan gedung sebagai berikut:
(1) Setiap bangunan gedung harus dibangun, dimanfaatkan, dilestarikan,
dan/atau dibongkar sesuai dengan persyaratan bangunan gedung
yang dia.tur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administrasi
agar bangunan dapat dimanfaatkan sesuaidengan fungsi
yang
ditetapkan.
(3) Setiap bangunan
gedung
harus memenuhi persyaratan teknis,
haik persyaratan tata bangunan maupun persyaratan keandalan
bangunan gedung, agar bangunan gedung laik fungsi dan layak
huni, serasi dan selaras dengan lingkungannya.
(4) Pemenuhan
persyaratan
teknis
disesuaikan dengan
fungsi,
klasifikasi, dan tingkat permanensi bangunan gedung
5.3.3 Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Penyelenggaraan bangunan gedung yang dijelaskan dalam Qanun Pemerintah
Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 sebagai berikut:
(1)
Penyelenggaraan
bangunan
gedung
meliputi
kegiatan
pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran.
(2)
Dalam penyelenggaraan bangunan gedung sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), penyelenggara berkewajiban memenuhi persyaratan
bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Bab IV.
(3)
Penye!enggara bangunan gedung
terdiri alas pemilik bangunan
gedung, penyedia jasa konstruksi dan pengguna bangunan gedung.
(4)
Pemilik bangunan gedung yang belum dapat memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Bab IV, tetap harus memenuhi ketentuan
tersebut secara bertahap.
5.3.4 Peran Masyarakat dan Pembinaan Dalam Penyelenggaraan Bangunan
Gedung
Masyarakat Kabupaten Aceh Utara berperan dalam penyelenggaraan
bangunan gedung seperti keterlibatan masyakarat dalam pembangunaan gedung
tersebut
adalah
pengusulan
program
selanjutnya
mengawasi
jalannya
pembangunannya. Peran masyarakat dan pembinaan dalam penyelenggaran
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
65
bangunan gedung perlu dilakukan oleh pemerintah, hal ini sangat berperan dalam
implemantasi Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Nomor 1 Tahun 2015
tentang bangunan gedung.
5.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI- SPAM)
Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun
2007, Rencana
Induk Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun)
yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan
perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air
minum
pada
satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat
komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM dapat berupa RISPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi.
Penyusunan
rencana
induk
pengembangan
SPAM
memperhatikan
aspek
keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga
unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan pelestarian air. Rencana Induk
Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) Kabupaten Aceh Utara.
5.5. Arahan Rencana Strategi Sanitasi Kabupaten Aceh Utara (SSK)
5.5.1. Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi
Strategi Sanitasi Kota
menengah
yang
disusun
adalah dokumen rencana strategis
untuk
percepatan
pembangunan
berjangka
sektor sanitasi
suatu Kota/ Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana
strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun
oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan
pemerintah
provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota
berpedoman pada prinsip:
a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);
b. Berskala
kota
dan
lintas
sektor
(air
limbah,
drainase,
persampahan);
c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan
d. Menggabungkan pendekatan ‘top down’ dengan ‘bottom up’
5.5.2. Strategi Menyeluruh Pengembangan Sanitasi Kota
5.5.2.1 Visi dan misi Sanitasi
Visi misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arah bagi pengembangan
sanitasi Kabupaten Aceh Utara dalam rangka mencapai visi misi Kabupaten
Aceh Utara.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
66
5.5.2.2 Tujuan dan sasaran pengembangan sanitasi
Pengembangan sanitasi Kabupaten Aceh Utara bertujuan untuk meningkatkan
kualitas lingkungan melalui peningkatan pembangunan infrastruktur serta
pelayanan sanitasi menyeluruh sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Sasaran pengembangan sanitasi adalah Kabupaten Aceh Utara
namun dengan tetap membuka peluang kajian untuk mengadakan kerjasama
pembangunan sanitasi dengan kota/kabupaten tetangga.
5.5.2.3 Kebijakan umum pengembangan sanitasi Kabupaten
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi tersebut, telah
disusun beberapa kebijakan umum pengembangan sanitasi kabupaten yang
tertuang dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara adalah:
1. Penguatan kinerja kelembagaan tim sanitasi;
2. Menguatkan lembaga leading sektor dalam sistem manajemen dan
fungsi kontrol secara efekftif;
3. Mengupayakan penggalangan sumber daya strategis (dana dan
non-dana) non-APBK;
4. Melibatkan sektor swasta dalam pengelolaan sanitasi perkotaan;
5. Merubah sistem on-site menuju off-site di wilayah prioritas dan
wilayah pusat Kabupaten Aceh Utara;
6. Pengelolaan sampah diarahkan pada usaha-usaha produktif (3R,
komposting dan pemanfaatan kembali sampah);
7. Industri kecil menengah yang menghasilkan limbah dapat terkontrol
melalui pemberian ijin usaha dan mengikuti SPM untuk sanitasi;
8. Industri kecil dan menengah memiliki IPAL mandiri sesuai SNI;
9. Fasilitas umum, tempat pengolahan
serta
permukiman
makanan
dan minuman
penduduk memenuhi syarat hygiene dan
sanitasi.
5.5.2.4 Kebijakan S a n i t a s i saat ini
Pembangunan infrastruktur sanitasi menjadi sangat tinggi. Berkaitan dengan
hal itu, telah ditetapkan
bahwa perbaikan kesehatan lingkungan sebagai
salah satu prioritas pembangunan di Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2010
dengan fokus pada kegiatan yang bersifat non-fisik (contohnya adalah kegiatan
perubahan
fisik
tahun
perilaku)
yang
akan
menjadi
dasar
bagi kegiatan-kegiatan
berikutnya. Program ini secara tidak langsung menjadi salah satu
pendorong perlunya upaya percepatan pembangunan sanitasi di Kabupaten Aceh
Utara.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
67
5.5.3 Pengembangan Strategis Infrastruktur Sanitasi 2010 – 2025
A. Air bersih
Pengembangan infrastruktur air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM)
Tirta
meningkatkan
Mon Pase dalam
cakupan
pelayanan
Millenium Development
perkotaan dengan
jangka
pendek
ditujukan
untuk
mencapai persyaratan dalam
hingga
Goals (MDGs) yaitu 80% cakupan layanan di
konsumsi
100
l/orang/hari.
Dalam
jangka
panjang,
direncanakan seluruh masyarakat Banda Aceh akan mendapatkan pelayanan
PDAM Tirta Mon Pase dengan kualitas air yang diterima adalah kualitas air
minum.
B. Air limbah
Beberapa inisiatif dalam bidang pengelolaan air limbah telah dilakukan
terutama untuk mendorong pengembangan sistem sanitasi on-site yang lebih
baik. Inisiatif tersebut diantaranya
adalah adanya proses
legislasi
untuk
memasukkan persyaratan infrastruktur sanitasi (tangki septik sesuai SNI).
Hingga
saat ini, proses ini sedang berjalan
antara Dinas Cipta Karya
Kabupaten Aceh Utara dan Provinsi yang difasilitasi oleh Tim Sanitasi.
Untuk pengembangan
sistem off-site diprioritaskan
kota lama dan wilayah prioritas. Berkaitan
Karya Kabupaten Aceh Utara
dengan
telah merencanakan
pada wilayah pusat
hal ini, Dinas
Cipta
pembangunan
tangki
septik komunal dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara yang dibiayai oleh
DAK. Hal ini merupakan
salah satu upaya
untuk
secara
bertahap
menerapkan sistem offsite di wilayah prioritas. Selain itu, terdapat beberapa
kriteria yang digunakan dalam penentuan prioritas pengembangan sistem offsite berdasarkan ketentuan dari SPM.
Di dalam SSK ini, telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan
sistem
pengelolaan sistem air limbah (apakah onsite maupun offsite) secara
umum. Empat (4) kriteria digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu;
(i) kepadatan
penduduk, (ii) karakteristik
tata guna lahan, komersial atau
rumah tinggal, (iii) resiko kesehatan, serta (iv) kondisi muka air tanah.
C. Drainase
a.
Sistem drainase makro dan saluran utama
Kota Lhoksukon akan menerapkan empat (4) zona drainase. Pada saat ini
kegiatan jaringan drainase utama (main drain) di dalam keempat zona drainase
tersebut sedang diusulkan untuk pelaksanaan pembangunan.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
68
D. Persampahan
Timbulan sampah
a.
Dalam jangka menengah,
dikurangi
sebesar
kegiatan
3R
timbulan
sampah
20% dari kondisi
(Recycle,
Reuse,
yang perlu diangkut
sekarang
Reduce)
yang
dengan
akan
mengintensifkan
telah dimulai. Tujuannya
adalah untuk mengurangi beban Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sehingga
pada akhirnya dapat memperpanjang masa pakai (lifetime) dari TPA tersebut.
Untuk mencapai pengurangan itu langkah-langkah berikut akan dijalankan
hingga tahun 2014:
-
Mengembangkan
plastik
dalam
kegiatan
percontohan
industri pengolahan
limbah
rangka pengembangan kegiatan daur ulang baik untuk
limbah plastik maupun limbah lainnya,
-
Mengembangkan lebih lanjut dalam skala yang lebih luas usaha
pengkomposan skala rumah tangga.
-
Mengembangkan
(separation
timbulan
kegiatan
pemisahan
sampah dari sumbernya
at source). Kegiatan ini selain mendukung upaya pengurangan
sampah
juga
akan
mendukung
secara
langsung
usaha
pengkomposan dan daur ulang limbah.
b.
Pengangkutan
Dalam jangka panjang, prosentase sampah terangkut akan ditingkatkan menjadi
100%.
Peningkatan
prosentase
sampah
terangkut
dilakukan
dengan
meningkatkan prosentase penduduk terlayani dari 76% (2008) ditingkatkan
100%. Selain
peningkatan
prosentase
penduduk
terlayani,
intensitas
pengangkutan sampah 2 kali dalam seminggu direncanakan dapat terjadi di
semua wilayah Kabupaten Aceh Utara.
c.
Tempat pemrosesan akhir (TPA)
Saat ini pemrosesan akhir sampah Kabupaten Aceh Utara dilakukan di TPA
Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon. Kapasitas TPA ini adalah 750 m3/hari
TPA Teupin Keubeu ini sudah disiapkan DED dan sedang dilaksanakan
pembangunannya tahap I tahun 2015 dan akan ditindak lanjuti tahun berikutnnya.
d.
Pengelolaan limbah medis
Pada saat ini masih terjadi limbah medis yang dibuang ke TPA. Untuk
mengantisipasi hal itu sedang direncanakan akan dikembangkan
sebuah
tempat khusus untuk bagi pembuangan limbah medis di TPA Teupin Keubeu
Kecamatan Lhoksukon yang dilakukan
oleh Dinas Pasar, Kebersihan dan
Pertamanan. Untuk mendukung hal itu, koordinasi antar dinas (terutama Dinas
Kesehatan) akan ditingkatkan untuk menghindari pencampuran limbah medis
dalam proses pengangkutan
apabila telah dilakukan pemisahan di level
pengguna.
Selain pembangunan tempat pembuangan khusus di TPA Teupin Keubeu,
penggunaan insinerator di RSUD Cut Meutia untuk melakukan pengolahan
80
limbah medis secara thermal perlu ditingkatkan. Pemanfaatan insinerator perlu
ditingkatkan
agar
dapat
digunakan
oleh
pihak
lain
juga
yang
menghasilkan limbah medis. Dalam jangka pendek kerjasama pemanfaatan
bersama insinerator ini perlu untuk difasilitasi oleh Tim Sanitasi.
5.6 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan
bangun
suatu
lingkungan/kawasan
rancang
yang dimaksudkan untuk mengendalikan
pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi
pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan
rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman
pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Arahan rencana
tata bangunan dan lingkungan (RTBL) Kota Lhoksukon sampai dengan saat belum
ada dokumennya.
5.7 Arahan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman
(RP2KP) Kabupaten Aceh Utara
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman merupakan
suatu dokumen strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan yang sinergi dengan arah pengembangan kota, sehingga
dapat menjadi acuan yang jelas bagi penerapan program-program pembangunan
infrastruktur
Cipta
Karya. RP2KP memuat arahan
kebijakan dan
strategi
pembangunan infrastruktur permukiman makro pada skala kabupaten/kota yang
berbasis pada rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD).
RP2KP sampai saat ini belum ada dokumennya
5.8
Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis
Kota (RTBL KSK)
Rencana
Tata
Bangunan
dan
Lingkungan
di
Kawasan
Strategis
Kabupaten/Kota (RTBL KSK), dimana keduanya tetap mengacu pada
strategi pengembangan kota yang sudah ada. RTBL KSK merupakan
rencana
aksi
permukiman
program
dan
strategis
untuk
penanganan
permasalahan
pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada
kawasan prioritas di perkotaan. Dalam konteks pengembangan kota, RTBL
KSK merupakan rencana terpadu bidang permukiman dan infrastuktur
bidang Cipta Karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa kawasan
dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta 1:5000
atau 1:1000. RTBL KSK disamping berfungsi sebagai alat operasionalisasi
dalam penanganan kawasan permukiman prioritas juga berfungsi sebagai
masukan dalam penyusunan RPI2-JM. Oleh karena itu, dalam hal ini RPI2JM perlu mengutip matriks rencana aksi program serta peta pengembangan
kawasan dalam RTBL KSK yang didetailkan pada program tahunan.
81
5.3.
Arahan Peraturan Daerah Tentang Bangunan Gedung Pemerintah
Kabupaten Aceh Utara
Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan Pemerintah
No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28 tahun 2002 tentang
Bangunan
Gedung,
yang
menyatakan bahwa
pengaturan dilakukan
oleh
pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan
Gedung berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
dengan memperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta penyebarluasan
peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan
gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.
Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis
bangunan gedung.
Salah
satunya mengatur persyaratan keandalan gedung,
seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
Persyaratan ini
wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi pengguna
bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan
operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk
daerah rawan bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagai payung
hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan keselamatan bagi pengguna.
Ketersediaan Perda BG bagi kabupaten/kota merupakan salah satu prasyarat
dalam prioritas pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Aceh Utara.
5.3.1 Ketentuan Fungsi Bangunan Gedung
Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 tentang bangunan
gedung menjelaskan bahwa ketentuan fungsi bangunan gedung sebagai berikut:
(9) Fungsi bangunan gedung
di wilayah Kota
meliputi fungsi
pemerintahan, keagamaan, usaha, sosial dan budaya
hunian,
serta fungsi
khusus.
(10) Bangunan gedung fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) meliputi bangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah
tinggal deret, dan rumah tinggal sementara.
(11) Bangunan gedung fungsi pemerintahan
sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meliputi bangunan untuk kegiatan pemerintahan.
(12) Bangunan gedung
fungsi
keagamaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meliputi mesjid, meunasah, mushalla, gereja, pura,
wihara dan kelenteng.
(13) Bangunan gedung fungsi
usaha
sebagaimana
dimaksud dalam
ayat (1) meliputi bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan;
perindustrian,
perhotelan,
wisata
dan
rekreasi,
terminal
dan
pergudangan.
(14) Bangunan gedung
dimaksud dalam ayat
fungsi
(1)
sosial
meliputi
dan
budaya
bangunan
sebagaimana
gedung
untuk
82
pendidikan, kebudayaan, pelayanan
kesehatan, laboratorium
dan
pelayanan umum.
(15) Bangunan gedung fungsi khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) meliputi bangunan gedung yang fungsinya mer.1punyai thgkat
kerahasiaan
tinggi
untuk
penyelenggaraannya
sekitarnya
kepentingan
dapat
dan/atau
nasional
membahayakan
mempunyai
risiko
atau
masyarakat
bahaya
penetapannya dilakukan oleh menteri yang
yang
tinggi
di
dan
membidangi bangunan
gedung berdasarkan usulan menteri terlkait.
(16) Bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi.
5.3.2 Persyaratan Bangunan Gedung
Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 tentang bangunan
gedung menjelaskan bahwa persyaratan bangunan gedung sebagai berikut:
(5) Setiap bangunan gedung harus dibangun, dimanfaatkan, dilestarikan,
dan/atau dibongkar sesuai dengan persyaratan bangunan gedung
yang dia.tur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(6) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administrasi
agar bangunan dapat dimanfaatkan sesuaidengan fungsi
yang
ditetapkan.
(7) Setiap bangunan
gedung
harus memenuhi persyaratan teknis,
haik persyaratan tata bangunan maupun persyaratan keandalan
bangunan gedung, agar bangunan gedung laik fungsi dan layak
huni, serasi dan selaras dengan lingkungannya.
(8) Pemenuhan
persyaratan
teknis
disesuaikan dengan
fungsi,
klasifikasi, dan tingkat permanensi bangunan gedung
5.3.3 Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Penyelenggaraan bangunan gedung yang dijelaskan dalam Qanun Pemerintah
Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 sebagai berikut:
(5)
Penyelenggaraan
bangunan
gedung
meliputi
kegiatan
pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran.
(6)
Dalam penyelenggaraan bangunan gedung sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), penyelenggara berkewajiban memenuhi persyaratan
bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Bab IV.
(7)
Penye!enggara bangunan gedung
terdiri alas pemilik bangunan
gedung, penyedia jasa konstruksi dan pengguna bangunan gedung.
(8)
Pemilik bangunan gedung yang belum dapat memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Bab IV, tetap harus memenuhi ketentuan
tersebut secara bertahap.
83
5.3.4 Peran Masyarakat dan Pembinaan Dalam Penyelenggaraan Bangunan
Gedung
Masyarakat Kabupaten Aceh Utara berperan dalam penyelenggaraan
bangunan gedung seperti keterlibatan masyakarat dalam pembangunaan gedung
tersebut
adalah
pengusulan
program
selanjutnya
mengawasi
jalannya
pembangunannya. Peran masyarakat dan pembinaan dalam penyelenggaran
bangunan gedung perlu dilakukan oleh pemerintah, hal ini sangat berperan dalam
implemantasi Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Nomor 1 Tahun 2015
tentang bangunan gedung.
5.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI- SPAM)
Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun
2007, Rencana
Induk Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun)
yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan
perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air
minum
pada
satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat
komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM dapat berupa RISPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi.
Penyusunan
rencana
induk
pengembangan
SPAM
memperhatikan
aspek
keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga
unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan pelestarian air. Rencana Induk
Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) Kabupaten Aceh Utara.
5.5. Arahan Rencana Strategi Sanitasi Kabupaten Aceh Utara (SSK)
5.5.1. Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi
Strategi Sanitasi Kota
menengah
yang
disusun
adalah dokumen rencana strategis
untuk
percepatan
pembangunan
berjangka
sektor sanitasi
suatu Kota/ Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana
strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun
oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan
pemerintah
provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota
berpedoman pada prinsip:
e. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);
f. Berskala
kota
dan
lintas
sektor
(air
limbah,
drainase,
persampahan);
g. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan
h. Menggabungkan pendekatan ‘top down’ dengan ‘bottom up’
84
5.5.2. Strategi Menyeluruh Pengembangan Sanitasi Kota
5.5.2.1 Visi dan misi Sanitasi
Visi misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arah bagi pengembangan
sanitasi Kabupaten Aceh Utara dalam rangka mencapai visi misi Kabupaten
Aceh Utara.
5.5.2.2 Tujuan dan sasaran pengembangan sanitasi
Pengembangan sanitasi Kabupaten Aceh Utara bertujuan untuk meningkatkan
kualitas lingkungan melalui peningkatan pembangunan infrastruktur serta
pelayanan sanitasi menyeluruh sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Sasaran pengembangan sanitasi adalah Kabupaten Aceh Utara
namun dengan tetap membuka peluang kajian untuk mengadakan kerjasama
pembangunan sanitasi dengan kota/kabupaten tetangga.
5.5.2.3 Kebijakan umum pengembangan sanitasi Kabupaten
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi tersebut, telah
disusun beberapa kebijakan umum pengembangan sanitasi kabupaten yang
tertuang dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara adalah:
10. Penguatan kinerja kelembagaan tim sanitasi;
11. Menguatkan lembaga leading sektor dalam sistem manajemen dan
fungsi kontrol secara efekftif;
12. Mengupayakan penggalangan sumber daya strategis (dana dan
non-dana) non-APBK;
13. Melibatkan sektor swasta dalam pengelolaan sanitasi perkotaan;
14. Merubah sistem on-site menuju off-site di wilayah prioritas dan
wilayah pusat Kabupaten Aceh Utara;
15. Pengelolaan sampah diarahkan pada usaha-usaha produktif (3R,
komposting dan pemanfaatan kembali sampah);
16. Industri kecil menengah yang menghasilkan limbah dapat terkontrol
melalui pemberian ijin usaha dan mengikuti SPM untuk sanitasi;
17. Industri kecil dan menengah memiliki IPAL mandiri sesuai SNI;
18. Fasilitas umum, tempat pengolahan
serta
permukiman
makanan
dan minuman
penduduk memenuhi syarat hygiene dan
sanitasi.
5.5.2.4 Kebijakan S a n i t a s i saat ini
Pembangunan infrastruktur sanitasi menjadi sangat tinggi. Berkaitan dengan
hal itu, telah ditetapkan
bahwa perbaikan kesehatan lingkungan sebagai
salah satu prioritas pembangunan di Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2010
dengan fokus pada kegiatan yang bersifat non-fisik (contohnya adalah kegiatan
perubahan
fisik
tahun
perilaku)
yang
akan
menjadi
dasar
bagi kegiatan-kegiatan
berikutnya. Program ini secara tidak langsung menjadi salah satu
85
pendorong perlunya upaya percepatan pembangunan sanitasi di Kabupaten Aceh
Utara.
5.5.3 Pengembangan Strategis Infrastruktur Sanitasi 2010 – 2025
B. Air bersih
Pengembangan infrastruktur air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM)
Tirta
meningkatkan
Mon Pase dalam
cakupan
pelayanan
Millenium Development
perkotaan dengan
jangka
pendek
hingga
ditujukan
untuk
mencapai persyaratan dalam
Goals (MDGs) yaitu 80% cakupan layanan di
konsumsi
100
l/orang/hari.
Dalam
jangka
panjang,
direncanakan seluruh masyarakat Banda Aceh akan mendapatkan pelayanan
PDAM Tirta Mon Pase dengan kualitas air yang diterima adalah kualitas air
minum.
B. Air limbah
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN
KABUPATEN ACEH UTARA
5.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Utara Tahun 20122032
Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
Kabupaten wajib menyusun Rencana Tata Ruang
yang
Wilayah
(RTRW) Kabupaten
ditetapkan oleh Qanun Kabupaten Aceh Utara. Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Aceh Utara telah ditetapkan secara hukum dalam bentuk Peraturan Daerah
atau Qanun dengan nomor Qanun Kabupaten Aceh Utara No. 7 tahun 2013.
Dalam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, beberapa yang perlu diperhatikan
dari RTRW Kabupaten Aceh Utara adalah sebagai berikut:
a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara (KSK) yang didasari sudut
kepentingan:
i.
Pertahanan keamanan
ii.
Ekonomi
iii. Lingkungan hidup
iv. Sosial budaya
v.
Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi
b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
i.
Arahan pengembangan pola ruang:
a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya
seperti pengembangan RTH.
ii.
Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti
pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan,
drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan.
c.
Ketentuan
zonasi
pembangunan prasarana sarana
mencakup ketentuan umum peraturan
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
zonasi
untuk
bidang Cipta Karya
kawasan
lindung,
51
kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.
d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang
khususnya untuk bidang Cipta Karya.
Kawasan
Strategis Kabupaten Aceh Utara
(KSK) diperlukan
sebagai
dasar
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Pada pembangunan infrastruktur
skala kawasan, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada
lokasi KSK, dan diharapkan keterpaduan pembangunan dapat terwujud diperlihatkan
pada Tabel-Tabel berikut:
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
52
1
Tabel 5.1. Arahan RTRW Kabupaten Aceh Utara Bidang Cipta Karya
Arahan Pola Ruang
Rencana Pola Ruang
(1) Rencana Pola Ruang wilayah Kota, terdiri atas:
a. kawasan lindung;
b. kawasan budidaya; dan
Arahan Struktur Ruang
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Sistem jaringan prasarana wilayah lainnya terdiri atas:
a. sistem jaringan persampahan;
b. sistem jaringan air minum;
c. sistem pengolahan limbah;
d. sistem pengembangan dan peningkatan drainase.
Rencana Kawasan Lindung
a. Kawasan Hutan lindung dikembangkan di Kec. Meurah Mulia, Kec.
Paya bakong, kec. Langkahan dan Kec. Cot Girek.
b. Kawasan Perlindungan Setempat meliputi: Sepadan pantai, sepada n
sungai, Kawasan sekitar waduk dan ruanng terbuka hijau.
c.
Kawasan Cagar Budaya meliputi: Kawasan cagar budaya pra sejarah,
kawasan kesultanan kerajaan islam samudra pase dan kawasan
kerajaan pirak, kerajaan keureutoe dan ulama abad XIX.
d. Kawasan Geologi meliputi: kawasang rawan letusan gunung berapi,
kawasan gempa bumi, kawasan rawan longsong, kawasan rawan
tsunami dan kawasan abrasi pantai.
e. Kawasan Lindung lainnya berupa kawasan konservasi gajang.
Rencana Kawasan Budidaya
Klasifikasi peruntukan Kawasan budidaya di Kabupaten Aceh Utara meliputi :
Kawasan Hutan Produksi
Kawasan Pertanian
Kawasan Perikanan
Kawasan Pertambangan
Kawasan Industri
Kawasan Parawisata
Kawasan Permukiman
Kawasan Peruntukan lainnya.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
(1) Sistem Penyediaan Air Minum
Sumber air baku untuk air minum untuk Kabupaten Aceh Utara terdiri dari
sebelas unit Instalasi Pengolahan Air Minum yang sampai saat ini
beroperasi di Kabupaten Aceh Utara, yaitu IPA Cot Girek dengan
kapasitas terpasang 40 liter/detik, IPA lhoksukon I dengan kapasitas 60
liter/detik, IPA Lhoksukon II dengan kapasitas 150 liter/detik, IPA Geudong
dengan kapasitas 20 liter/detik, IPA Krueng Pase
100 litertik, IPA
Samudera 30 liter/detik, IPA Sawang I 10liter/detik, IPA Sawang II 20
liter/detik, IPA Gle Dagang 60 Liter/detik, IPA Langkahan 20 liter/detik dan
DeepWell Simpang Kramat 42,5 liter/detik.
Kebutuhan air minum Kabupaten Aceh Utara diperkirakan akan meningkat
dari 168,13 liter/detik hari pada tahun 2014 menjadi 1399,37 liter/detik
pada tahun 2035. Cakupan pelayanan direncanakan telah mencapai
53,24% dari seluruh penduduk Kabupaten Aceh Utara, baik yang dipenuhi
melalui sambungan rumah, hidrant umum maupun sumber air lainnya.
(2) Sistem Pengelolaan Air Limbah
Sistem on site
Alternatif sistem septic tank yang akan diterapkan adalah : Sistem septic
tank individual, yaitu pengelolaan air limbah dengan penggunaan septic
tank pada rumah tipe besar di mana lahan yang tersedia cukup luas untuk
pembangunan septic tank dan bidang rembesannya.
a. Sistem septic tank komunal, yaitu pengelolaan air limbah dengan
penggunaan 1 septik tank untuk beberapa rumah, perumahan pedesaan
dimensi septic tank disesuaikan dengan jumlah kelompok pemakai.
b.
53
Kawasan Peruntukan
Kawasan Hutan Produksi :
Kawasan Hutan Produksi meliputi Kecamatan Langkahan, Cot Girek,Meurah
Mulia, Geureudong Pase, Nisam Antara,Sawang dan Paya Bakong.
Kawasan Pertanian:
Pengembangan kawasan pertanian meliputi seluruh kecamatan, kawasan
pertanian basah seluas 45.714 hektar dan kawasan pertanian kering seluas
38410 hektar.
Kawasan Perikanan
Pengembangan kawasan perikanan terletak di Kecamatan Dewantara Nisam
Syamtalira bayu, Smudera, Tanah Pasir, Lapang,Baktiya,Baktiya Barat,
seunuddon dan Tanah Jabmbo aye seluas 16.712 hektrar dan perikanan
tangkap terletak dalam kewenangan kabupaten aceh utara seluas 37.744
hektar.
Kawasan Pertambangan
Pengembangan kawasan pertambangan meliputi mineral logam, mineral non
logam, batuan, batubara, panas bumi dan gas bumi.
Kawasan Industri
Kawasan industri meliputi kawsan industri besar, industi sedan dan industri
kecil.
Industri besar meliputi wilayah Kecamatan Dewantara dan Kecamatan
Sawang. Indusri sedang meliputi kecamatan Cot Girek kecamatan
Lhoksukon,Kecamatan Geureudong Pase, Kecamatan Simpang Kramat,
Kecamatan Kuta Makmur, Kecamatan Baktiya dan Kecamatn Seunuddon.
Indusri kecil / industri rumah tangga meliputi seluruh Kecamatan.
Sistem off site
Sistem off site di Kabupaten Aceh Utara direncanakan Instalasi
pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang dikelola Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Aceh Utara, IPLT tersebut berlokasi di Gampong
Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon.
(3) Sistem Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah sebagian besar direncanakan merupakan kawasan
permukiman mengacu pada Tata Cara Pengelolaan Sampah di
Permukiman (SNI 19-3242-1994), Tata Cara Teknik Pengelolaan Sampah
Perkotaan (SNI 19-2454-2002) terutama mengenai persyaratan hukum dan
persyaratan teknis operasionalnya.
Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kabupaten Aceh Utara sebagai
tempat proses pengelolaan dan pembuangan akhir sampah terletak di
Gampong Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon yang berjarak 8 km dari
pusat kota. Hingga saat ini yang telah difungsikan sebagai open dumpinf
seluas 4 ha, dan yang belum difungsikan seluas 9 ha.
(4)Sistem Jaringan Drainase
Drainase Kabupaten Aceh Utara dibagi beberapa jenis yaitu: Drainase
Alamiah (Natural Drainage) adalah drainase yang tebentuk secara alam
dan tidak terdapat bangunan penunjang dan Darainase Buatan (Artifical
Drainase) adalah drainase yang terbentuk dengan tujuan tertentu sehingga
memerlukan bangunan khusus seperti selokan, gorong-gorong dll.
Kawasan Pariwisata
Pengembangan kawasan pariwisata di Kabupaten Aceh Utara direncanakan
sebagai berikut :
Pengembangan kawasan pariwisata alam diarahkan pada kawasan Air terjun
Blang Kulam di Sidomulyo kecamatan Kuta Makmur, Air Terjun Seumirah di
Seumirah di Seumirah KecamatanN Nisam Antara, Pantai Krueng Sawang di
Keude Sawang Kecamatan Sawang, Pusat Latihan Gajah Lhok Asan
kecamatan Kuta makmur, Waduk Krueng Keureutoe, Waduk Krung Jabo Aye
dan Wadk Lhoks Gajah. Untuk wilayah pantai diarahakan Pantai Bantaian
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
54
KecamatanSeunuddon, Pantai Sawng Kecamatan sawang, Pantai Lancok
Kecamatan syamtalira Bay, Pantai Krueng Geukueh Kecamatan dewantara
dan Pantai Dakuta bungkah Kecamatan muara Batu.
Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman meliputi kawasan permukiman perkotaan seluas 5.620
hektar dan kawasan permukiman gampong seluas 8.290 hektar
Kawasan lainnya
Kawasan lainya kawasan pelabuhan kawasan Pelabuhan umum Krueng
Geukueh seluas 166 Ha dan Kawasan Banda Udara Malikssalaeh sesluas 83
hektar.
2
3
Tabel 5.2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara (KSK) berdasarkan RTRW
4
Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara
1. Kawasan Pusat Kota dan Sekitarnya
Pertumbuhan Ekonomi
2. Kawasan
Sosial budaya dan ekonomi
Cagar
Budaya,
Makam
Tokoh
Sudut Kepentingan
Sejaran dan Ulama.
3. Kawasan PKG dan Bencana
Lokasi/Batas Kawasan
Lhoksukon, Panton Labu, Simpang Kramat,
Ulee Nye, Alue Dua, Mbang, Alue Bungkoh,
Seunuddon, Baktiya, Samudera, Lapang dan
Sawang.
Kawasan Cagar Budaya, Makam Tokoh
Sejaran dan Ulama.
Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup
Kawasan PKG, Mitasi Bencana Tsunami,Bencana
Bajir dan Longsor.
5
6
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
55
Tabel 5.3 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Aceh Utara terkait
Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
7
8
No.
Usulan program utama
Lokasi
KSK ( ya /
Tidak )
A.
PROGRAM PERWUJUDAN RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA
1.
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Kota Lhoksukon
Lhoksukon
2.
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Kota Panton Labu
Panton Labu
3.
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Kota Krueng Geukueh
Krueng Geukueh
4.
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Geudong
Geudong
Ya
Ya
Ya
Ya
SUMBER DANA
APBK
APBK
APBK
APBK
INSTANSI
PENANGGUNG JAWAB
Dinas Cipta karya
Dinas Cipta karya
Dinas Cipta karya
Dinas Cipta karya
INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
Sektor Air Bersih
a. Peningkatan Pelayanan Air Bersih
b. Pengembangan Instalasi Pengolahan Air Minum
c. Peningkatan Pelayanan Instalasi Pengolahan Air
(IPA)
Kabupaten Aceh
Utara
Kabupaten Aceh
Utara
Ya
APBK, APBA dan
PDAM
APBN
Ya
APBK, APBA,dan
APBN
Dinas Cipta Karya
Kabupaten Aceh
Utara
Ya
APBK, APBA dan
PDAM, Dinas Cipta Karya
APBN
Kecamatan
Lhoksukon
Ya
APBK, APBA dan Dinas Pasar dan Kabersihan
APBN,
Sektor Persampahan
d. Pengembangan TPA Teupin Keubeu
Kecamatan Lhoksukon
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
56
No.
Usulan program utama
KSK ( ya /
Tidak )
SUMBER DANA
Kabupataen Aceh
Utara
Ya
APBK,
Kabupaten Aceh
Utara
Ya
Lokasi
INSTANSI
PENANGGUNG JAWAB
Sektor Drainase
e. Rehabilitasi Jaringan Drainase Yang Telah Ada
f. Pengembangan Sistem Drainase Baru
B.
1.
Dinas Cipta karya
Rehabilitasi Kawasan Pesisir
Pesisir
Ya
Pesisir
APBK
Dinas Cipta Karya
Ya
APBK, APBN
Dinas Cipta Karya
Ya
APBK, APBN,
Donor
Dinas Cipta Karya
APBK
Dinas Cipta Karya
APBK, Donor
Dinas Cipta Karya
Kawasan Pesisir
b. Penataan Kawasan Pesisir
c. Pengembangan Kawasan Pesisir
Pesisir
Pengembangan Hutan Kota
a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan
Hutan Kota
b. Pengembangan Hutan Kota
3.
Dinas Cipta karya
PROGRAM PERWUJUDAN RENCANA POLA RUANG WILAYAH
a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan
2.
APBK, APBA,
dan APBN
Kota Lhoksukon,
Panton Labu,
Dewantara
Ya
Kota Lhoksukon,
Panton Labu,
Dewantara
Ya
Pengembangan Kegiatan Wisata di Kawasan Konservasi
a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan
Kegiatan Wisata
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
Kec. Samudera,
Paya Bakong,
Matangkuli
Ya
APBK
Dispora
57
No.
Usulan program utama
b. Pembangunan Kegiatan Wisata
4.
PKL
b. Penataan Lokasi PKL
6.
KSK ( ya /
Tidak )
SUMBER DANA
INSTANSI
PENANGGUNG JAWAB
Kec. Samudera,
Seunudon,
Syamtalira Bayu,
Dewantara, Muara
Batu
Ya
Panton Labu,
Lhoksukon,
Dewantara
Ya
APBK
Panton Labu,
Lhoksukon,
Dewantara
Ya
APBK, APBN
Dinas Pasar, Kebersihan
dan Pertamanan
APBK, APBN,
Donor
Dispora
Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL)
a. Penyusunan Rencana Tindak Penataan Lokasi
5.
Lokasi
Dinas Pasar dan
Kebersihan
Pengembangan dan Peningkatan Pengelolaan RTH
a. Penyusunan Rencana Pengembangan RTH
Dewantara,
Lhoksukon
Ya
APBK
Dinas Pasar, Kebersihan
dan Pertamanan
b. Pengembangan dan Peningkatan RTH
Dewantara,
Lhoksukon
Ya
APBK, APBN,
Donor
Dinas Pasar, Kebersihan
dan Pertamanan
c. Pemeliharaan RTH
Dewantara,
Lhoksukon
Ya
APBK
Dinas Pasar, Kebersihan
dan Pertamanan
Pengembangan Kawasan Wisata Alam dan Pantai, Wisata Spiritual dan Wisata Bersejarah
a. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata
b. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan
Kawasan Wisata Alam dan Pantai
Aceh Utara
Aceh Utara
c. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan
Kawasan Wisata Spiritual, Kawasan Wisata
Bersejarah dan Kawasan Wisata Tsunami
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
Ya
Ya
APBK
APBK
Ya
Aceh Utara
APBK
Dispora
Dispora
Dispora
58
No.
Usulan program utama
Lokasi
d. Pengembangan Kawasan Wisata Alam dan
INSTANSI
PENANGGUNG JAWAB
APBK, APBA,
Investor
Dispora
Ya
APBK, APBN,
Investor
Dispora
Aceh Utara
Ya
APBK
Dispora
Jambo Aye,
Krueng Keureuto,
Krueng Pase
Ya
APBK
Dinas Pengairan dan
ESDM
b. Penataan Kawasan Bantaran Sungai
Jambo Aye,
Krueng Keureuto,
Krueng Pase
Ya
APBK
Dinas Pengairan dan
ESDM
c. Pemeliharaan Kawasan Bantaran Sungai
Jambo Aye,
Krueng Keureuto,
Krueng Pase
Ya
APBK
Dinas Pengairan dan
ESDM
APBK
Dinas Cipta Karya
APBK
Dinas Cipta Karya
e. Pengembangan Kawasan Wisata Spiritual,
Aceh Utara
Kawasan Wisata Bersejarah dan Kawasan
Wisata Tsunami
f. Promosi Kawasan Wisata
Pengembangan dan Pemeliharan Kawasan Sungai
a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan
dan Pemeliharaan Kawasan Sungai
9
10
SUMBER DANA
Ya
Aceh Utara
Pantai
7.
KSK ( ya /
Tidak )
C.
PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS KOTA
1.
Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR)
Kawasan Pusat Kota Lhoksukon
2.
Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR)
Kawasan Pusat Kota dan sekitarnya
Lhoksukon
Panton Labu,
Dewantara
Ya
Ya
Sumber : Hasil Rencana, 2015
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
59
5.2. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Utara
Tahun 2012-2017
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) disusun berdasarkan
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional. Dalam undang-undang tersebut, RPJM Daerah dinyatakan sebagai
penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya
berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah
kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum,
dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat
Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana- rencana kerja dalam
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Penyusunan RPI2-JM tentu perlu mengacu pada rencana pembangunan daerah
yang tertuang dalam RPJMD agar pembangunan sektor Cipta Karya dapat terpadu
dengan pembangunan bidang lainnya.
5.2.1. Kebijakan Pembangunan Daerah Berupa Visi dan Misi, Strategi, Arah
Kebijakan, Program serta Anggaran Pembangunan Infrastruktur Bidang
Cipta Karya
Visi :
Visi pembangunan Kabupaten Aceh Utara tahun 2012-2017 adalah :
Terwujudnya Masyarakata Aceh Utara yang Berbudaya, Sejahtera, Mandiri dan
Islami (BERSEMI). Kota yang penduduknya beriman dan berakhlak mulia, menjaga
persatuan dan kesatuan, toleran dalam perbedaan, taat hukum, dan memiliki ruang
publik yang luas. Di samping itu masyarakatnya ikut berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pembangunan, inklusif, mampu bekerjasama untuk menggapai
tujuan bersama yang dicita-citakan. Keadaan ini diharapkan melahirkan warga
Kabupaten Aceh Utara yang memiliki jati diri yang ramah, taat aturan, damai,
sejahtera, harga diri tinggi, berbudaya, dan beradab.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
60
5.2.2 Kebijakan Keuangan Daerah
Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pengelolaan Keuangan Daerah
yang diubah dengan Undang-undang Nomor 59 Tahun 2007, kelompok belanja
daerah telah dibagi menjadi Belanja tidak Langsung (Pengganti Belanja Aparatur)
dan Belanja Langsung (Pengganti Belanja Pelayanan Publik). Selama periode tahun
2010-2014, rata-rata presentase proporsi belanja langsung terhadap jumlah belanja
daerah dengan pengeluaran pembiayaan daerah adalah 28,88%. Belanja langsung
merupakan belanja yang terkait langsung dengan program dan kegiatan yang terdiri
dari belanja pegawai yang terkait dalam pelaksanaan program dan kegiatan
pemerintah daerah, belanja barang dan jasa serta belanja modal. Sedangkan ratarata belanja tidak langsung yaitu belanja yang tidak terkait dengan pelaksanaan
program dan kegiatan periode tahun 2010-2014 adalah 71,12%, belanja tidak
langsung terdiri dari belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja
bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga.
5.2.2.1 Komponen Pembiayaan
Komponen pembiayaan (Financing) merupakan komponen yang baru dalam
sistem keuangan daerah. Istilah pembiayaan berbeda dengan pendanaan (Fundi).
Pendanaan diartikan sebagai dana atau uang dan digunakan sebagai kata umum,
sedangkan pembiayaan diartikan sebagai penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali. Kemampuan keuangan daerah
merupakan
kemampuan
dalam
menggali
sumber-sumber
keuangan
dan
kemampuan pengelola keuangan, baik yang bersumber dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD) maupun bersumber dari dan perimbangan. Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) yang sekarang dikenal dengan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Aceh (APBA) yang sekarang dikenal dengan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Kabupaten/Kota (APBK) untuk Kabupaten/Kota (UU. No. 11 tahun 2006
tentang Pendapatan Aceh), merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi
pemerintah daerah. Sebagai instrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki
posisi sentral dalam upaya pengembangan kapasitas dan efektifitas pemerintah
daerah.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah
Daerah, maupun Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh, menyebutkan bahwa Penerimaan Daerah bersumber dari :
1. Pendapatan Asli Daerah;
2. Dana Penimbangan;
3. Dana Otonomi khusus; dan
4. Lain-lain Pendapatan yang Sah.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
61
Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006,
terdiri atas :
a. Pajak Daerah;
b. Retribusi Daerah;
c. Hasil
Pengelola
Kekayaan
Daerah
yang
dipisahkan,
Milik
Aceh/Kabupaten/Kota dan Hasil Penyerahan Modal Aceh/Kabupaten/Kota;
d. Zakat; dan
e. Lain-lain PAD yang Sah dan PAD Kabupaten/Kota yang Sah
Pasal 181 ayat (1) Undang-undang nomor 11 Tahun 2006 menyatakan bahwa Dana
Perimbangan terdiri atas :
1. Dana Bagi Hasil Pajak;
2. Dana Bagi Hasil yang Bersumber dari hidrokarbon dan Sumberdaya Alam
lain;
3. Dana Alokasi Umum (DAU); dan
4. Dana Alokasi khusus (DAK).
5.2.2.2. Keuangan Daerah
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah.
Penyelenggaraan fungsi Pemerintahan Daerah akan terlaksana secara optimal
apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumbersumber penerimaan yang cukup kepada daerah dengan mengacu pada peraturan
perundang-undangan (money follow function).
Analisis pengelolaan keuangan
daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang
kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan
pembangunan daerah. Mengingat bahwa pengelolaan keuangan daerah diwujudkan
dalam suatu APBD maka analisis pengelolaan keuangan daerah dilakukan terhadap
APBD dan laporan keuangan daerah sekurang-kurangnya 5 tahun sebelumnya.
Arah kebijakan keuangan daerah yang diambil oleh Kabupaten Aceh Utara
adalah kebijakan anggaran berdasarkan pendekatan kinerja dan berkomitmen untuk
menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Anggaran Kinerja adalah suatu
anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kegiatan atau output dari
rencana alokasi biaya atau input yang ditetapkan dengan memperhatikan kondisi
semua komponen keuangan.
Efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas merupakan prinsip
pengelolaan keuangan yang dilakukan diantaranya dengan mengefektifkan fungsi
pengawasan serta upaya-upaya penghematan sehingga dana yang terbatas dapat
dimanfaatkan secara maksimal untuk kegiatan pembangunan dan pemerintahan
serta berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan keberkelanjutan
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
62
pembangunan. Kebijakan belanja daerah diarahkan untuk mendukung kebijakan dan
prioritas strategis, terutama untuk mendukung kebutuhan dana program strategis
yang memiliki nilai tambah (value-added), sesuai dengan capaian target visi dan misi
lima tahun kedepan.
Mengingat bahwa komponen anggaran menggunakan struktur surplus/defisit
maka atas selisih antara pendapatan dan belanja dihitung sebagai surplus/defisit dan
dialokasikan ke pembiayaan. Dalam hal suatu APBD mengalami defisit maka
kebijakan pembiayaan mengupayakan sumber pemasukan kas untuk menutup
defisit tersebut (pembiayaan penerimaan). Sebaliknya, apabila APBD mengalami
selisih lebih maka atas surplus tersebut akan dialokasikan dalam pembiayaan
pengeluaran pada pos-pos pembiayaan yang diperkenankan oleh peraturan.
Sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, serta Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang antara lain menyebutkan bahwa
keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundanganundangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat, maka semua
penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan
harus dimasukkan dalam APBD, dan selanjutnya APBD tersebut akan dipakai
sebagai dasar bagi Pemerintah Daerah dalam pengelolaan penerimaan dan
pengeluaran daerah yang disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan serta kemampuan keuangan daerah, oleh karena itu prinsip
pengelolaan ini akan tercermin pada proses penyusunan anggaran daerah, struktur
pendapatan dan struktur belanja daerah.
5.2.3. Indikator Kinerja
Indikator kinerja Pemerintah Kabupaten Aceh Utara diukur berdasarkan indikator
kinerja daerah terhadap capaian kineja penyelenggaraan urusan pemerintah
Kabupaten Aceh Utara
5.3.
Arahan Peraturan Daerah Tentang Bangunan Gedung Pemerintah
Kabupaten Aceh Utara
Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan Pemerintah
No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28 tahun 2002 tentang
Bangunan
Gedung,
yang
menyatakan bahwa
pengaturan dilakukan
oleh
pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan
Gedung berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
dengan memperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta penyebarluasan
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
63
peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan
gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.
Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis
bangunan gedung.
Salah
satunya mengatur persyaratan keandalan gedung,
seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
Persyaratan ini
wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi pengguna
bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan
operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk
daerah rawan bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagai payung
hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan keselamatan bagi pengguna.
Ketersediaan Perda BG bagi kabupaten/kota merupakan salah satu prasyarat
dalam prioritas pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Aceh Utara.
5.3.1 Ketentuan Fungsi Bangunan Gedung
Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 tentang bangunan
gedung menjelaskan bahwa ketentuan fungsi bangunan gedung sebagai berikut:
(1) Fungsi bangunan gedung
di wilayah Kota
meliputi fungsi
pemerintahan, keagamaan, usaha, sosial dan budaya
hunian,
serta fungsi
khusus.
(2) Bangunan gedung fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1)
meliputi bangunan untuk
rumah tinggal
tunggal,
rumah
tinggal deret, dan rumah tinggal sementara.
(3) Bangunan gedung fungsi pemerintahan
sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meliputi bangunan untuk kegiatan pemerintahan.
(4) Bangunan
gedung
fungsi
keagamaan
sebagaimana
dimaksud
dalam ayat (1) meliputi mesjid, meunasah, mushalla, gereja, pura,
wihara dan kelenteng.
(5) Bangunan gedung fungsi usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) meliputi bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan;
perindustrian,
perhotelan,
wisata
dan
rekreasi,
terminal
dan
pergudangan.
(6) Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meliputi
bangunan
gedung
untuk
kebudayaan, pelayanan
kesehatan, laboratorium
pendidikan,
dan pelayanan
umum.
(7) Bangunan gedung fungsi khusus sebagaimana dimaksud dala1n ayat
(1) meliputi bangunan gedung yang fungsinya mer.1punyai thgkat
kerahasiaan
tinggi
untuk
penyelenggaraannya
sekitarnya
dan/atau
dapat
kepentingan
nasional
membahayakan
mempunyai
risiko
penetapannya dilakukan oleh menteri yang
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
atau
masyarakat
bahaya
tinggi
yang
di
dan
membidangi bangunan
64
gedung berdasarkan usulan menteri terlkait.
(8) Bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi.
5.3.2 Persyaratan Bangunan Gedung
Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 tentang bangunan
gedung menjelaskan bahwa persyaratan bangunan gedung sebagai berikut:
(1) Setiap bangunan gedung harus dibangun, dimanfaatkan, dilestarikan,
dan/atau dibongkar sesuai dengan persyaratan bangunan gedung
yang dia.tur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administrasi
agar bangunan dapat dimanfaatkan sesuaidengan fungsi
yang
ditetapkan.
(3) Setiap bangunan
gedung
harus memenuhi persyaratan teknis,
haik persyaratan tata bangunan maupun persyaratan keandalan
bangunan gedung, agar bangunan gedung laik fungsi dan layak
huni, serasi dan selaras dengan lingkungannya.
(4) Pemenuhan
persyaratan
teknis
disesuaikan dengan
fungsi,
klasifikasi, dan tingkat permanensi bangunan gedung
5.3.3 Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Penyelenggaraan bangunan gedung yang dijelaskan dalam Qanun Pemerintah
Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 sebagai berikut:
(1)
Penyelenggaraan
bangunan
gedung
meliputi
kegiatan
pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran.
(2)
Dalam penyelenggaraan bangunan gedung sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), penyelenggara berkewajiban memenuhi persyaratan
bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Bab IV.
(3)
Penye!enggara bangunan gedung
terdiri alas pemilik bangunan
gedung, penyedia jasa konstruksi dan pengguna bangunan gedung.
(4)
Pemilik bangunan gedung yang belum dapat memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Bab IV, tetap harus memenuhi ketentuan
tersebut secara bertahap.
5.3.4 Peran Masyarakat dan Pembinaan Dalam Penyelenggaraan Bangunan
Gedung
Masyarakat Kabupaten Aceh Utara berperan dalam penyelenggaraan
bangunan gedung seperti keterlibatan masyakarat dalam pembangunaan gedung
tersebut
adalah
pengusulan
program
selanjutnya
mengawasi
jalannya
pembangunannya. Peran masyarakat dan pembinaan dalam penyelenggaran
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
65
bangunan gedung perlu dilakukan oleh pemerintah, hal ini sangat berperan dalam
implemantasi Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Nomor 1 Tahun 2015
tentang bangunan gedung.
5.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI- SPAM)
Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun
2007, Rencana
Induk Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun)
yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan
perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air
minum
pada
satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat
komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM dapat berupa RISPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi.
Penyusunan
rencana
induk
pengembangan
SPAM
memperhatikan
aspek
keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga
unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan pelestarian air. Rencana Induk
Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) Kabupaten Aceh Utara.
5.5. Arahan Rencana Strategi Sanitasi Kabupaten Aceh Utara (SSK)
5.5.1. Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi
Strategi Sanitasi Kota
menengah
yang
disusun
adalah dokumen rencana strategis
untuk
percepatan
pembangunan
berjangka
sektor sanitasi
suatu Kota/ Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana
strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun
oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan
pemerintah
provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota
berpedoman pada prinsip:
a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);
b. Berskala
kota
dan
lintas
sektor
(air
limbah,
drainase,
persampahan);
c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan
d. Menggabungkan pendekatan ‘top down’ dengan ‘bottom up’
5.5.2. Strategi Menyeluruh Pengembangan Sanitasi Kota
5.5.2.1 Visi dan misi Sanitasi
Visi misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arah bagi pengembangan
sanitasi Kabupaten Aceh Utara dalam rangka mencapai visi misi Kabupaten
Aceh Utara.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
66
5.5.2.2 Tujuan dan sasaran pengembangan sanitasi
Pengembangan sanitasi Kabupaten Aceh Utara bertujuan untuk meningkatkan
kualitas lingkungan melalui peningkatan pembangunan infrastruktur serta
pelayanan sanitasi menyeluruh sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Sasaran pengembangan sanitasi adalah Kabupaten Aceh Utara
namun dengan tetap membuka peluang kajian untuk mengadakan kerjasama
pembangunan sanitasi dengan kota/kabupaten tetangga.
5.5.2.3 Kebijakan umum pengembangan sanitasi Kabupaten
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi tersebut, telah
disusun beberapa kebijakan umum pengembangan sanitasi kabupaten yang
tertuang dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara adalah:
1. Penguatan kinerja kelembagaan tim sanitasi;
2. Menguatkan lembaga leading sektor dalam sistem manajemen dan
fungsi kontrol secara efekftif;
3. Mengupayakan penggalangan sumber daya strategis (dana dan
non-dana) non-APBK;
4. Melibatkan sektor swasta dalam pengelolaan sanitasi perkotaan;
5. Merubah sistem on-site menuju off-site di wilayah prioritas dan
wilayah pusat Kabupaten Aceh Utara;
6. Pengelolaan sampah diarahkan pada usaha-usaha produktif (3R,
komposting dan pemanfaatan kembali sampah);
7. Industri kecil menengah yang menghasilkan limbah dapat terkontrol
melalui pemberian ijin usaha dan mengikuti SPM untuk sanitasi;
8. Industri kecil dan menengah memiliki IPAL mandiri sesuai SNI;
9. Fasilitas umum, tempat pengolahan
serta
permukiman
makanan
dan minuman
penduduk memenuhi syarat hygiene dan
sanitasi.
5.5.2.4 Kebijakan S a n i t a s i saat ini
Pembangunan infrastruktur sanitasi menjadi sangat tinggi. Berkaitan dengan
hal itu, telah ditetapkan
bahwa perbaikan kesehatan lingkungan sebagai
salah satu prioritas pembangunan di Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2010
dengan fokus pada kegiatan yang bersifat non-fisik (contohnya adalah kegiatan
perubahan
fisik
tahun
perilaku)
yang
akan
menjadi
dasar
bagi kegiatan-kegiatan
berikutnya. Program ini secara tidak langsung menjadi salah satu
pendorong perlunya upaya percepatan pembangunan sanitasi di Kabupaten Aceh
Utara.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
67
5.5.3 Pengembangan Strategis Infrastruktur Sanitasi 2010 – 2025
A. Air bersih
Pengembangan infrastruktur air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM)
Tirta
meningkatkan
Mon Pase dalam
cakupan
pelayanan
Millenium Development
perkotaan dengan
jangka
pendek
ditujukan
untuk
mencapai persyaratan dalam
hingga
Goals (MDGs) yaitu 80% cakupan layanan di
konsumsi
100
l/orang/hari.
Dalam
jangka
panjang,
direncanakan seluruh masyarakat Banda Aceh akan mendapatkan pelayanan
PDAM Tirta Mon Pase dengan kualitas air yang diterima adalah kualitas air
minum.
B. Air limbah
Beberapa inisiatif dalam bidang pengelolaan air limbah telah dilakukan
terutama untuk mendorong pengembangan sistem sanitasi on-site yang lebih
baik. Inisiatif tersebut diantaranya
adalah adanya proses
legislasi
untuk
memasukkan persyaratan infrastruktur sanitasi (tangki septik sesuai SNI).
Hingga
saat ini, proses ini sedang berjalan
antara Dinas Cipta Karya
Kabupaten Aceh Utara dan Provinsi yang difasilitasi oleh Tim Sanitasi.
Untuk pengembangan
sistem off-site diprioritaskan
kota lama dan wilayah prioritas. Berkaitan
Karya Kabupaten Aceh Utara
dengan
telah merencanakan
pada wilayah pusat
hal ini, Dinas
Cipta
pembangunan
tangki
septik komunal dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara yang dibiayai oleh
DAK. Hal ini merupakan
salah satu upaya
untuk
secara
bertahap
menerapkan sistem offsite di wilayah prioritas. Selain itu, terdapat beberapa
kriteria yang digunakan dalam penentuan prioritas pengembangan sistem offsite berdasarkan ketentuan dari SPM.
Di dalam SSK ini, telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan
sistem
pengelolaan sistem air limbah (apakah onsite maupun offsite) secara
umum. Empat (4) kriteria digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu;
(i) kepadatan
penduduk, (ii) karakteristik
tata guna lahan, komersial atau
rumah tinggal, (iii) resiko kesehatan, serta (iv) kondisi muka air tanah.
C. Drainase
a.
Sistem drainase makro dan saluran utama
Kota Lhoksukon akan menerapkan empat (4) zona drainase. Pada saat ini
kegiatan jaringan drainase utama (main drain) di dalam keempat zona drainase
tersebut sedang diusulkan untuk pelaksanaan pembangunan.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 -2019
68
D. Persampahan
Timbulan sampah
a.
Dalam jangka menengah,
dikurangi
sebesar
kegiatan
3R
timbulan
sampah
20% dari kondisi
(Recycle,
Reuse,
yang perlu diangkut
sekarang
Reduce)
yang
dengan
akan
mengintensifkan
telah dimulai. Tujuannya
adalah untuk mengurangi beban Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sehingga
pada akhirnya dapat memperpanjang masa pakai (lifetime) dari TPA tersebut.
Untuk mencapai pengurangan itu langkah-langkah berikut akan dijalankan
hingga tahun 2014:
-
Mengembangkan
plastik
dalam
kegiatan
percontohan
industri pengolahan
limbah
rangka pengembangan kegiatan daur ulang baik untuk
limbah plastik maupun limbah lainnya,
-
Mengembangkan lebih lanjut dalam skala yang lebih luas usaha
pengkomposan skala rumah tangga.
-
Mengembangkan
(separation
timbulan
kegiatan
pemisahan
sampah dari sumbernya
at source). Kegiatan ini selain mendukung upaya pengurangan
sampah
juga
akan
mendukung
secara
langsung
usaha
pengkomposan dan daur ulang limbah.
b.
Pengangkutan
Dalam jangka panjang, prosentase sampah terangkut akan ditingkatkan menjadi
100%.
Peningkatan
prosentase
sampah
terangkut
dilakukan
dengan
meningkatkan prosentase penduduk terlayani dari 76% (2008) ditingkatkan
100%. Selain
peningkatan
prosentase
penduduk
terlayani,
intensitas
pengangkutan sampah 2 kali dalam seminggu direncanakan dapat terjadi di
semua wilayah Kabupaten Aceh Utara.
c.
Tempat pemrosesan akhir (TPA)
Saat ini pemrosesan akhir sampah Kabupaten Aceh Utara dilakukan di TPA
Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon. Kapasitas TPA ini adalah 750 m3/hari
TPA Teupin Keubeu ini sudah disiapkan DED dan sedang dilaksanakan
pembangunannya tahap I tahun 2015 dan akan ditindak lanjuti tahun berikutnnya.
d.
Pengelolaan limbah medis
Pada saat ini masih terjadi limbah medis yang dibuang ke TPA. Untuk
mengantisipasi hal itu sedang direncanakan akan dikembangkan
sebuah
tempat khusus untuk bagi pembuangan limbah medis di TPA Teupin Keubeu
Kecamatan Lhoksukon yang dilakukan
oleh Dinas Pasar, Kebersihan dan
Pertamanan. Untuk mendukung hal itu, koordinasi antar dinas (terutama Dinas
Kesehatan) akan ditingkatkan untuk menghindari pencampuran limbah medis
dalam proses pengangkutan
apabila telah dilakukan pemisahan di level
pengguna.
Selain pembangunan tempat pembuangan khusus di TPA Teupin Keubeu,
penggunaan insinerator di RSUD Cut Meutia untuk melakukan pengolahan
80
limbah medis secara thermal perlu ditingkatkan. Pemanfaatan insinerator perlu
ditingkatkan
agar
dapat
digunakan
oleh
pihak
lain
juga
yang
menghasilkan limbah medis. Dalam jangka pendek kerjasama pemanfaatan
bersama insinerator ini perlu untuk difasilitasi oleh Tim Sanitasi.
5.6 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan
bangun
suatu
lingkungan/kawasan
rancang
yang dimaksudkan untuk mengendalikan
pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi
pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan
rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman
pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Arahan rencana
tata bangunan dan lingkungan (RTBL) Kota Lhoksukon sampai dengan saat belum
ada dokumennya.
5.7 Arahan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman
(RP2KP) Kabupaten Aceh Utara
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman merupakan
suatu dokumen strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan yang sinergi dengan arah pengembangan kota, sehingga
dapat menjadi acuan yang jelas bagi penerapan program-program pembangunan
infrastruktur
Cipta
Karya. RP2KP memuat arahan
kebijakan dan
strategi
pembangunan infrastruktur permukiman makro pada skala kabupaten/kota yang
berbasis pada rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD).
RP2KP sampai saat ini belum ada dokumennya
5.8
Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis
Kota (RTBL KSK)
Rencana
Tata
Bangunan
dan
Lingkungan
di
Kawasan
Strategis
Kabupaten/Kota (RTBL KSK), dimana keduanya tetap mengacu pada
strategi pengembangan kota yang sudah ada. RTBL KSK merupakan
rencana
aksi
permukiman
program
dan
strategis
untuk
penanganan
permasalahan
pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada
kawasan prioritas di perkotaan. Dalam konteks pengembangan kota, RTBL
KSK merupakan rencana terpadu bidang permukiman dan infrastuktur
bidang Cipta Karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa kawasan
dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta 1:5000
atau 1:1000. RTBL KSK disamping berfungsi sebagai alat operasionalisasi
dalam penanganan kawasan permukiman prioritas juga berfungsi sebagai
masukan dalam penyusunan RPI2-JM. Oleh karena itu, dalam hal ini RPI2JM perlu mengutip matriks rencana aksi program serta peta pengembangan
kawasan dalam RTBL KSK yang didetailkan pada program tahunan.
81
5.3.
Arahan Peraturan Daerah Tentang Bangunan Gedung Pemerintah
Kabupaten Aceh Utara
Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan Pemerintah
No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28 tahun 2002 tentang
Bangunan
Gedung,
yang
menyatakan bahwa
pengaturan dilakukan
oleh
pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan
Gedung berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
dengan memperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta penyebarluasan
peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan
gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.
Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis
bangunan gedung.
Salah
satunya mengatur persyaratan keandalan gedung,
seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
Persyaratan ini
wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi pengguna
bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan
operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk
daerah rawan bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagai payung
hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan keselamatan bagi pengguna.
Ketersediaan Perda BG bagi kabupaten/kota merupakan salah satu prasyarat
dalam prioritas pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Aceh Utara.
5.3.1 Ketentuan Fungsi Bangunan Gedung
Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 tentang bangunan
gedung menjelaskan bahwa ketentuan fungsi bangunan gedung sebagai berikut:
(9) Fungsi bangunan gedung
di wilayah Kota
meliputi fungsi
pemerintahan, keagamaan, usaha, sosial dan budaya
hunian,
serta fungsi
khusus.
(10) Bangunan gedung fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) meliputi bangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah
tinggal deret, dan rumah tinggal sementara.
(11) Bangunan gedung fungsi pemerintahan
sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meliputi bangunan untuk kegiatan pemerintahan.
(12) Bangunan gedung
fungsi
keagamaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meliputi mesjid, meunasah, mushalla, gereja, pura,
wihara dan kelenteng.
(13) Bangunan gedung fungsi
usaha
sebagaimana
dimaksud dalam
ayat (1) meliputi bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan;
perindustrian,
perhotelan,
wisata
dan
rekreasi,
terminal
dan
pergudangan.
(14) Bangunan gedung
dimaksud dalam ayat
fungsi
(1)
sosial
meliputi
dan
budaya
bangunan
sebagaimana
gedung
untuk
82
pendidikan, kebudayaan, pelayanan
kesehatan, laboratorium
dan
pelayanan umum.
(15) Bangunan gedung fungsi khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) meliputi bangunan gedung yang fungsinya mer.1punyai thgkat
kerahasiaan
tinggi
untuk
penyelenggaraannya
sekitarnya
kepentingan
dapat
dan/atau
nasional
membahayakan
mempunyai
risiko
atau
masyarakat
bahaya
penetapannya dilakukan oleh menteri yang
yang
tinggi
di
dan
membidangi bangunan
gedung berdasarkan usulan menteri terlkait.
(16) Bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi.
5.3.2 Persyaratan Bangunan Gedung
Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 tentang bangunan
gedung menjelaskan bahwa persyaratan bangunan gedung sebagai berikut:
(5) Setiap bangunan gedung harus dibangun, dimanfaatkan, dilestarikan,
dan/atau dibongkar sesuai dengan persyaratan bangunan gedung
yang dia.tur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(6) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administrasi
agar bangunan dapat dimanfaatkan sesuaidengan fungsi
yang
ditetapkan.
(7) Setiap bangunan
gedung
harus memenuhi persyaratan teknis,
haik persyaratan tata bangunan maupun persyaratan keandalan
bangunan gedung, agar bangunan gedung laik fungsi dan layak
huni, serasi dan selaras dengan lingkungannya.
(8) Pemenuhan
persyaratan
teknis
disesuaikan dengan
fungsi,
klasifikasi, dan tingkat permanensi bangunan gedung
5.3.3 Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Penyelenggaraan bangunan gedung yang dijelaskan dalam Qanun Pemerintah
Kabupaten Aceh Utara No. 1 Tahun 2015 sebagai berikut:
(5)
Penyelenggaraan
bangunan
gedung
meliputi
kegiatan
pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran.
(6)
Dalam penyelenggaraan bangunan gedung sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), penyelenggara berkewajiban memenuhi persyaratan
bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Bab IV.
(7)
Penye!enggara bangunan gedung
terdiri alas pemilik bangunan
gedung, penyedia jasa konstruksi dan pengguna bangunan gedung.
(8)
Pemilik bangunan gedung yang belum dapat memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Bab IV, tetap harus memenuhi ketentuan
tersebut secara bertahap.
83
5.3.4 Peran Masyarakat dan Pembinaan Dalam Penyelenggaraan Bangunan
Gedung
Masyarakat Kabupaten Aceh Utara berperan dalam penyelenggaraan
bangunan gedung seperti keterlibatan masyakarat dalam pembangunaan gedung
tersebut
adalah
pengusulan
program
selanjutnya
mengawasi
jalannya
pembangunannya. Peran masyarakat dan pembinaan dalam penyelenggaran
bangunan gedung perlu dilakukan oleh pemerintah, hal ini sangat berperan dalam
implemantasi Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Nomor 1 Tahun 2015
tentang bangunan gedung.
5.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI- SPAM)
Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun
2007, Rencana
Induk Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun)
yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan
perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air
minum
pada
satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat
komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM dapat berupa RISPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi.
Penyusunan
rencana
induk
pengembangan
SPAM
memperhatikan
aspek
keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga
unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan pelestarian air. Rencana Induk
Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) Kabupaten Aceh Utara.
5.5. Arahan Rencana Strategi Sanitasi Kabupaten Aceh Utara (SSK)
5.5.1. Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi
Strategi Sanitasi Kota
menengah
yang
disusun
adalah dokumen rencana strategis
untuk
percepatan
pembangunan
berjangka
sektor sanitasi
suatu Kota/ Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana
strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun
oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan
pemerintah
provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota
berpedoman pada prinsip:
e. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);
f. Berskala
kota
dan
lintas
sektor
(air
limbah,
drainase,
persampahan);
g. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan
h. Menggabungkan pendekatan ‘top down’ dengan ‘bottom up’
84
5.5.2. Strategi Menyeluruh Pengembangan Sanitasi Kota
5.5.2.1 Visi dan misi Sanitasi
Visi misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arah bagi pengembangan
sanitasi Kabupaten Aceh Utara dalam rangka mencapai visi misi Kabupaten
Aceh Utara.
5.5.2.2 Tujuan dan sasaran pengembangan sanitasi
Pengembangan sanitasi Kabupaten Aceh Utara bertujuan untuk meningkatkan
kualitas lingkungan melalui peningkatan pembangunan infrastruktur serta
pelayanan sanitasi menyeluruh sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Sasaran pengembangan sanitasi adalah Kabupaten Aceh Utara
namun dengan tetap membuka peluang kajian untuk mengadakan kerjasama
pembangunan sanitasi dengan kota/kabupaten tetangga.
5.5.2.3 Kebijakan umum pengembangan sanitasi Kabupaten
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi tersebut, telah
disusun beberapa kebijakan umum pengembangan sanitasi kabupaten yang
tertuang dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara adalah:
10. Penguatan kinerja kelembagaan tim sanitasi;
11. Menguatkan lembaga leading sektor dalam sistem manajemen dan
fungsi kontrol secara efekftif;
12. Mengupayakan penggalangan sumber daya strategis (dana dan
non-dana) non-APBK;
13. Melibatkan sektor swasta dalam pengelolaan sanitasi perkotaan;
14. Merubah sistem on-site menuju off-site di wilayah prioritas dan
wilayah pusat Kabupaten Aceh Utara;
15. Pengelolaan sampah diarahkan pada usaha-usaha produktif (3R,
komposting dan pemanfaatan kembali sampah);
16. Industri kecil menengah yang menghasilkan limbah dapat terkontrol
melalui pemberian ijin usaha dan mengikuti SPM untuk sanitasi;
17. Industri kecil dan menengah memiliki IPAL mandiri sesuai SNI;
18. Fasilitas umum, tempat pengolahan
serta
permukiman
makanan
dan minuman
penduduk memenuhi syarat hygiene dan
sanitasi.
5.5.2.4 Kebijakan S a n i t a s i saat ini
Pembangunan infrastruktur sanitasi menjadi sangat tinggi. Berkaitan dengan
hal itu, telah ditetapkan
bahwa perbaikan kesehatan lingkungan sebagai
salah satu prioritas pembangunan di Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2010
dengan fokus pada kegiatan yang bersifat non-fisik (contohnya adalah kegiatan
perubahan
fisik
tahun
perilaku)
yang
akan
menjadi
dasar
bagi kegiatan-kegiatan
berikutnya. Program ini secara tidak langsung menjadi salah satu
85
pendorong perlunya upaya percepatan pembangunan sanitasi di Kabupaten Aceh
Utara.
5.5.3 Pengembangan Strategis Infrastruktur Sanitasi 2010 – 2025
B. Air bersih
Pengembangan infrastruktur air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM)
Tirta
meningkatkan
Mon Pase dalam
cakupan
pelayanan
Millenium Development
perkotaan dengan
jangka
pendek
hingga
ditujukan
untuk
mencapai persyaratan dalam
Goals (MDGs) yaitu 80% cakupan layanan di
konsumsi
100
l/orang/hari.
Dalam
jangka
panjang,
direncanakan seluruh masyarakat Banda Aceh akan mendapatkan pelayanan
PDAM Tirta Mon Pase dengan kualitas air yang diterima adalah kualitas air
minum.
B. Air limbah