BAB V KETERPADUAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN - DOCRPIJM 1505116016Bab V
BAB V KETERPADUAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN 5.1. ARAHAN RTRW KABUPATEN BOYOLALI Kebijakan strategis Kabupaten Boyolali berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali Tahun 2011-2031
yang terkait dengan Penyusunan RPI2-JM Kabupaten Boyolali sebagai berikut :
A. Tujuan Penataan Ruang “Penataan ruang Kabupaten Boyolali bertujuan mewujudkan pemerataan pembangunan yang terintegrasi di seluruh wilayah kabupaten yang berbasis pertanian dan pengembangan aneka industri.”
B. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang a. Kebijakan pengendalian dan pengembangan pemanfaatan lahan pertanian.
1) Mengendalikan alih fungsi lahan pertanian; 2) Mengembangkan produktivitas pertanian; 3) Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pertanian; 4) Mengembangkan irigasi pertanian; 5) Mengoptimalkan kawasan pertanian lahan basah; 6) Mengoptimalkan kawasan pertanian lahan kering; 7) Menetapkan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan 8) Mengembangkan kawasan pusat pengembangan agropolitan.
b. Kebijakan pengembangan wilayah industri.
1) Meningkatkan kegiatan koperasi usaha mikro, kecil dan menengah serta menarik investasi; 2) Mengembangkan industri kecil dan industri rumah tangga; 3) Mengembangkan wilayah industri polutif berjauhan dengan kawasan permukiman; dan 4) Mengembangkan pusat promosi dan pemasaran hasil industri kecil dan kerajinan rumah tangga.
c. Kebijakan pengoptimalan produktivitas kawasan peruntukan perikanan.
1) Mengembangkan perikanan budidaya air tawar; 2) Mengembangkan minapolitan; 3) Mengoptimalkan produktivitas kawasan peruntukan perikanan; dan 4) Mengembangkan perikanan ramah lingkungan.
d. Kebijakan pengembangan pusat-pusat pelayanan.
1) Membentuk pusat kegiatan yang terintegrasi dan berhirarki; dan 2) Meningkatkan interaksi antara pusat kegiatan perdesaan dan perkotaan secara sinergis.
e. Kebijakan pengembangan mutu dan jangkauan sarana dan prasarana penunjang kegiatan.
1) Mengembangkan sarana prasarana sesuai skala pelayanannya; dan 2) Mengembangkan sistem informasi dan teknologi dalam meningkatkan kegiatan di perkotaan dan perdesaan.
f. Kebijakan pengembangan sistem jaringan transportasi darat dan udara.
1) Mengembangkan jalan dalam mendukung pertumbuhan dan pemerataan pembangunan;
2) Mengoptimalisasi pengembangan sistem transportasi massal dan infrastruktur pendukungnya; 3) Mengembangkan fasilitas pelayanan dan infrastruktur penunjang; dan 4) Mengoptimalkan tingkat kenyamanan dan keselamatan penerbangan.
g. Kebijakan pengendalian dan pelestarian kawasan lindung.
1) Memulihkan fungsi lindung; 2) Mencegah perkembangan kegiatan budidaya di kawasan lindung; 3) Meningkatkan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan swasta dalam pengelolaan kawasan; dan 4) Menghindari kawasan yang rawan bencana sebagai kawasan terbangun.
h. Kebijakan pengembangan kawasan strategis sesuai kepentingan fungsi daya dukung lingkungan.
1) Meningkatkan kegiatan yang mendorong pengembalian fungsi lindung; 2) Menjaga kawasan lindung dari kegiatan budidaya; 3) Mempertahankan luasan hutan lindung; 4) Meningkatkan keanekaragaman hayati kawasan lindung; dan 5) Mengembangkan ruang terbuka hijau pada kawasan perlindungan setempat dan ruang evakuasi bencana alam. i. Kebijakan pengembangan kawasan strategis sesuai kepentingan pertumbuhan ekonomi.
1) Mengembangkan kegiatan ekonomi skala besar; 2) Menyediakan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi; 3) Menetapkan hierarki simpul-simpul pertumbuhan ekonomi wilayah; dan 4) Mengembangkan kerjasama dalam penyediaan tanah. j. Kebijakan peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara.
1) Mendukung penetapan Kawasan Strategi Nasional dengan fungsi khusus Pertahanan dan Keamanan;
2) Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif didalam dan disekitar Kawasan Strategis Nasional untuk menjaga fungsi Pertahanan dan Keamanan;
3) Mengembangkan Kawasan Lindung dan/atau Kawasan Budidaya tidak terbangun disekitar Kawasan Strategis Nasional yang mempunyai fungsi khusus Pertahanan dan Keamanan; dan 4) Turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan.
C.
Rencana Struktur Ruang Rencana struktur ruang berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali meliputi :
1) Rencana Sistem Pusat Kegiatan
Rencana pengembangan sistem perkotaan melalui rencana sistem pusat kegiatan terdiri atas:
1. PKW berada di Kecamatan Boyolali;
2. PKL berada di Kecamatan Ampel;
3. PKLp meliputi Kecamatan Mojosongo; Kecamatan Banyudono; Kecamatan Simo; dan Kecamatan Karanggede; 4. PPK meliputi Kecamatan Teras; Kecamatan Sambi; dan Kecamatan Ngemplak.
Sementara itu rencana pengembangan sistem perdesaan dilakukan dengan membentuk PPL, yaitu meliputi: a. Kecamatan Selo;
b. Kecamatan Cepogo;
c. Kecamatan Musuk;
d. Kecamatan Sawit;
e. Kecamatan Nogosari;
f. Kecamatan Klego;
g. Kecamatan Andong;
h. Kecamatan Kemusu; i. Kecamatan Wonosegoro; dan j. Kecamatan Juwangi.
2) Rencana Pengembangan Sistem Prasarana
Rencana pengembangan sistem prasarana wilayah di Kabupaten Boyolali mencakup : 1.
Rencana pengembangan sistem prasarana utama, terdiri atas :
a. Rencana sistem prasarana transportasi darat, meliputi : (1). Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan;
(a). Jaringan jalan dan jembatan timbang; Pengembangan jalan tol (jalan bebas hambatan);
Pengembangan jalan arteri;
Pengembangan jalan kolektor;
Pengembangan jalan lokal;
Pembangunan jalan baru; dan
Pengembangan jembatan timbang.
(b). Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; dan Pengembangan terminal;
penempatan alat pengawas dan pengaman jalan; dan
penempatan unit pengujian kendaraan bermotor.
(c). Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan berupa jaringan trayek angkutan penumpang. (2). Jaringan angkutan sungai dan penyeberangan; dan
(a). Angkutan Waduk Cengklik berada di Kecamatan Ngemplak; (b). Angkutan Waduk Bade berada di Kecamatan Klego; dan (c). Angkutan Waduk Kedungombo berada di Kecamatan Kemusu.
(3). Jaringan transportasi perkotaan.
(a). Terminal – Jl. Pandanaran – Jl. Perintis Kemerdekaan – Jl. Kates – Jl.
Merbabu – Jl. Kenanga – Jl. Kantil – Jl. Cendana – Terminal; (b). Terminal – Jl. Pandanaran – Jl. Garuda – Jl. Rajawali – Jl. Kutilang – Jl. Pandanaran – Jl. Perintis Kemerdekaan – Jl. Kantil – Jl. Merapi – Jl. Teratai – Jl. Pandanaran – Jl. Kemuning – Jl. Cemoro – Jl. Pandanaran – Terminal – Jl. Prof. Dr. Soeharso – Jl. Tentara Pelajar – Jl. Pandanaran – Terminal – Pasar Sunggingan; dan (c). Terminal – Jl. Prof. Dr. Soeharso – Jl. Tentara Pelajar – Pasar Sunggingan – Jl. Asrikanto – Jl. Prof. Dr. Soeharso – Jl. Pandanaran – Jl. Pisang – Jl. Pemuda – Jl. Pahlawan – Terminal Randu Asri – Jl. Kates – Jl. Anggrek – Jl. Kantil – Jl. Cempaka – Jl. Kenanga – Jl. Bayem – Jl. Waringin – Jl. Cendana – Terminal.
b. Rencana sistem jaringan perkeretaapian; dan (1). Pengembangan jalur perkeretaapian; dan (2). Pengembangan prasarana transportasi kereta api komuter.
c. Rencana sistem prasarana transportasi udara.
Berupa pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Boyolali berada di Kecamatan Ngemplak.
2. Rencana pengembangan sistem prasarana lainnya
Sistem jaringan prasarana lainnya di Kabupaten Boyolali terdiri atas:
a. Rencana pengembangan sistem jaringan energi; (1). Pengembangan pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik; dan (2). Jaringan energi bahan bakar minyak dan gas.
b. Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi; (1). Sistem kabel; (2). Sistem seluler; dan (3). Sistem satelit. c. Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air; (1). Sistem WS; (2). Sistem jaringan irigasi; (3). Sistem pengelolaan air baku untuk air minum dan industri; dan (4). Sistem pengendalian banjir.
d. Rencana pengembangan sistem jaringan pengelolaan lingkungan; dan (1). Pengembangan jaringan drainase; (2). Pengembangan jaringan pengelolaan sampah; dan (3). Pengembangan jaringan pengelolaan limbah.
e. Rencana pengembangan jalur dan ruang evakuasi.
(1). Penetapan jalur evakuasi apabila terjadi bencana alam dengan mengoptimalkan jaringan jalan yang ada; (2). Jalur evakuasi bencana banjir; (3). Jalur evakuasi bencana banjir lahar dingin; (4). Jalur evakuasi bencana tanah longsor; (5). Jalur evakuasi bencana letusan gunung berapi; (6). Jalur evakuasi bencana kebakaran hutan; (7). Jalur evakuasi bencana angin topan; (8). Jalur evakuasi bencana gempa bumi; (9). Jalur evakuasi bencana kekeringan; (10). Pengembangan ruang evakuasi terdiri atas:
(a). Tempat penampungan sementara; (b). Barak pengungsi; (c). Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau (RTH); dan (d). Pengelolaan kawasan konservasi.
Secara spasial rencana struktur ruang Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Boyolali.
D.
Rencana Pola Ruang Rencana pola ruang berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali meliputi :
1) Rencana Kawasan Lindung 1.
a. Kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat; dan b. Kawasan resapan air.
b. Daerah rawan banjir lahar dingin;
b. Kawasan rawan gempa bumi; dan
a. Kawasan rawan letusan gunung berapi;
5. Kawasan lindung geologi; dan
e. Daerah rawan angin topan; dan f. Daerah rawan kekeringan.
d. Daerah rawan kebakaran hutan;
c. Daerah rawan tanah longsor;
a. Daerah rawan banjir;
2. Kawasan perlindungan setempat;
4. Kawasan rawan bencana alam;
a. Taman Nasional; dan b. Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan.
3. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
b. Kawasan sekitar waduk;
a. Kawasan sempadan sungai;
c. Kawasan sekitar mata air; dan d. Kawasan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan. c. Kawasan imbuhan air tanah.
6. Kawasan Lindung Lainnya
Kawasan lindung lainnya berupa kawasan perlindungan plasma nutfah yaitu kawasan perlindungan plasma nutfah berada di daratan yang ada di daerah.
2) Rencana Kawasan Budidaya 1.
Kawasan peruntukan hutan produksi;
a. Hutan produksi tetap; dan b. Hutan produksi terbatas.
2. Kawasan peruntukan hutan rakyat; Kawasan peruntukan hutan rakyat seluas kurang lebih 19.993 (sembilan belas ribu sembilan ratus sembilan puluh tiga) hektar berada di seluruh kecamatan.
3. Kawasan peruntukan pertanian;
a. Kawasan pertanian tanaman pangan;
b. Kawasan pertanian hortikultura;
c. Kawasan pertanian perkebunan; dan d. Kawasan peruntukan peternakan. Kawasan pertanian tanaman pangan terdiri atas:
a. Pertanian lahan basah;
b. Pertanian lahan kering;
c. Pertanian pangan berkelanjutan; dan d. Cadangan pertanian pangan berkelanjutan. Kawasan perkebunan terdiri atas :
a. Perkebunan cengkeh;
b. Perkebunan tembakau;
c. Perkebunan jahe;
d. Perkebunan kopi robusta;
e. Perkebunan kopi arabika;
f. Perkebunan khina;
g. Perkebunan kayu manis;
h. Perkebunan kelapa; i. Perkebunan teh; j. Perkebunan kencur; k. Perkebunan kapuk randu; l. Perkebunan kenanga; m. Perkebunan lengkuas; n. Perkebunan jambu mete; o. Perkebunan kantil; p. Perkebunan asem; q. Perkebunan tebu; dan r. Perkebunan lada.
Kawasan peternakan terdiri atas:
a. Ternak Besar meliputi : ternak sapi potong, ternak sapi perah, ternak kerbau, dan ternak kuda.
b. Ternak Kecil meliputi : ternak kambing, ternak domba, ternak babi, dan ternak kelinci.
c. Unggas meliputi: ternak itik, ternak ayam buras, ternak ayam ras petelur, ternak ayam ras pedaging, ternak burung puyuh.
d. Pengembangan Rumah Potong Hewan (RPH) di sentra-sentra produksi ternak. Pengembangan kawasan agropolitan kabupaten meliputi :
a. Kecamatan Selo;
b. Kecamatan Ampel;
c. Kecamatan Cepogo; d. Kecamatan Sawit; dan e. Kecamatan Banyudono.
4. Kawasan peruntukan perikanan; Kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Boyolali, terdiri atas:
a. Peruntukan perikanan budidaya perkolaman;
b. Peruntukan perikanan budidaya karamba;
c. Peruntukan perikanan tangkap di perairan umum; dan d. Peruntukan Minapolitan.
5. Kawasan peruntukan pertambangan; Kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten Boyolali, terdiri atas : andesit, tras, tanah urug, pasir batu, batu gamping, bentonit, tanah diatome, lempung/tanah liat, minyak dan gas bumi.
6. Kawasan peruntukan industri; Kawasan peruntukan industri di Kabupaten Boyolali, terdiri atas:
a. Industri besar;
b. Industri menengah; dan c. Industri kecil atau mikro.
7. Kawasan peruntukan pariwisata; Kawasan peruntukan pariwisata di Kabupaten Boyolali, terdiri atas:
a. Kawasan wisata alam;
b. Kawasan wisata religi;
c. Kawasan wisata budaya; dan d. Kawasan wisata rekreasi.
8. Kawasan peruntukan permukiman; Kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Boyolali, terdiri atas :
a. Permukiman perkotaan; dan b. Permukiman perdesaan.
9. Kawasan peruntukan lainnya.
Kawasan peruntukan lainnya di Kabupaten Boyolali, terdiri atas :
a. Kawasan pertahanan dan keamanan;
b. Kawasan perdagangan dan jasa; dan c. Kawasan pemerintahan. Secara spasial rencana pola ruang Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Boyolali.
E.
Rencana Kawasan Strategis
1) Kawasan Strategis sesuai Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
a. Koridor kawasan strategis Subosukawonosraten;
b. Jalur kawasan SSB;
c. Kawasan minapolitan meliputi: (1). Kecamatan Teras; (2). Kecamatan Sawit; dan (3). Kecamatan Banyudono.
d. Kawasan agropolitan meliputi: (1). Kecamatan Selo; (2). Kecamatan Ampel; (3). Kecamatan Cepogo; (4). Kecamatan Sawit; dan (5). Kecamatan Banyudono.
e. Kawasan perdagangan dan jasa di sepanjang jalan arteri, kolektor dan lokal;
f. Wilayah perbatasan, Kecamatan Sawit dan Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali dengan Kecamatan Gatak dan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo dikembangkan sebagai kawasan perdagangan dan jasa pada sepanjang jalan arteri; g. Wilayah perbatasan, Kecamatan Ngemplak dan Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali dengan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar dikembangkan sebagai kawasan peruntukan industri; dan
h. Kawasan wisata meliputi: (1). Kawasan wisata alam Selo di Kecamatan Selo; (2). Kawasan wisata Tlatar di Kecamatan Boyolali; (3). Kawasan wisata Pengging di Kecamatan Banyudono; (4). Kawasan wisata Waduk Cengklik di Kecamatan Ngemplak; dan (5). Kawasan wisata Waduk Kedung Ombo di Kecamatan Kemusu.
2) Kawasan Strategis Sosial Budaya
a. Kawasan makam meliputi : Kecamatan Selo; Kecamatan Ampel; Kecamatan Mojosongo; Kecamatan Teras; Kecamatan Banyudono; Kecamatan Nogosari; Kecamatan Simo; dan Kecamatan Klego;
b. Peninggalan sejarah berupa yoni dan peninggalan arca meliputi : Kecamatan Musuk; Kecamatan Boyolali; Kecamatan Mojosongo; Kecamatan Nogosari; Kecamatan Simo; Kecamatan Klego; dan Kecamatan Andong; dan c. Pengembangan permukiman tradisional berada di Kecamatan Selo.
3) Kawasan strategis sesuai fungsi dan daya dukung lingkungan
a. Kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat meliputi: Kecamatan Selo; Kecamatan Ampel; Kecamatan Cepogo; dan Kecamatan Musuk.
b. Kawasan resapan air di Kabupaten Boyolali yang terletak di Lereng Gunung Merapi dan Merbabu meliputi: Kecamatan Selo; Kecamatan Cepogo; Kecamatan Ampel; Kecamatan Musuk; Kecamatan Boyolali; Kecamatan Mojosongo; Kecamatan Sambi; Kecamatan Simo; Kecamatan Karanggede; dan Kecamatan Klego.
c. Kawasan sekitar mata air yang ada di Kabupaten Boyolali meliputi mata air yang berada di: Kecamatan Ampel; Kecamatan Boyolali; Kecamatan Mojosongo; Kecamatan Teras; Kecamatan Sawit; Kecamatan Banyudono; Kecamatan Sambi; Kecamatan Karanggede; dan Kecamatan Klego.
d. Taman Nasional Gunung Merapi dan Taman Nasional Gunung Merbabu. Secara spasial rencana kawasan strategis Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Boyolali.
F.
Indikasi Program Bidang Cipta Karya Indikasi program dalam Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali Tahun 2011-2031 yang terkait dengan Penyusunan RPI2-JM Kabupaten Boyolali sebagai berikut : 1)
Pengembangan Permukiman Indikasi program dalam perwujudan pengembangan kawasan permukiman, meliputi :
a. Permukiman Perkotaan (1). Peningkatan sistem jaringan transportasi yang ada untuk memudahkan aksesibilitas antar wilayah ; (2). Membuka kesempatan investasi keuangan dan jasa melalui kemudahan-kemudahan penanaman modal; dan (3). Peningkatan sarana dan prasarana wilayah yang lebih memadai.
b. Permukiman Perdesaan (1). Penetapan pusat pertumbuhan di perdesaan, kawasan agropolitan, dan kawasan minapolitan; (2). Pengembangan perdesaan melalui PPL, kawasan agropolitan, dan kawasan minapolitan; dan (3). Peningkatan sumber daya manusia agar keberadaan manusia menjadi prioritas utama pengembangan wilayah pedesaan yang cenderung terbelakang.
2) Sistem Penyediaan Air Minum
Indikasi program dalam perwujudan pengembangan sistem penyediaan air minum, meliputi : (1). Eksplorasi sumber daya air; (2). Pelestarian sumber air permukaan seperti waduk, sungai dan sumber air lainnya serta sumber air tanah dengan pola pembangunan berkelanjutan dan penggunaan air efisien; (3). Pembangunan embung untuk cadangan sumber air; (4). Peningkatan kapasitas tampung waduk-waduk eksisting melalui upaya pengerukkan; dan (5). Peningkatan pelayanan distribusi air bersih dengan peningkatan sumber daya manusia dan pola kinerja PDAM dan Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan, Perhubungan, dan
Kebersihan. 3)
Penyehatan Lingkungan Permukiman (Air Limbah, Persampahan, dan Drainase) Indikasi program dalam perwujudan pengembangan aspek penyehatan lingkungan permukiman (PLP), meliputi : a. Prasarana Air Limbah
(1). Pembuatan saluran-saluran drainase kota yang baik dan memadai; dan (2). Pengolahan air limbah sebelum dibuang ke saluran umum.
b. Prasarana Persampahan (1). Pengalokasian Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sesuai dengan persyaratan teknis; (2). Penambahan fasilitas persampahan yang merata di seluruh kecamatan; dan (3). Pengembangan kinerja pengelolaan persampahan.
c. Prasarana Drainase (1). Peningkatan pemanfaatan jaringan drainase yang sudah ada; (2). Perbaikan jaringan drainase yang mengalami kerusakan dengan pembersihan gorong-gorong dan fasilitas pintu air, serta pengerukan sungai; (3). Pembangunan jaringan drainase baru untuk menampung aliran air; dan (4). Pemeliharaan jaringan drainase secara berkala.
Peta 5. 1 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Boyolali
Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Boyolali Tahun 2016-2020V-9
Peta 5. 2 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Boyolali
Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Boyolali Tahun 2016-2020V-10
Peta 5. 3 Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Boyolali
Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Boyolali Tahun 2016-2020V-11
5.2. RPJMD KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2010-2015 5.2.1.
Visi RPJMD Kabupaten Boyolali Visi Pembangunan Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2015 adalah : “ Kabupaten Boyolali Yang Lebih Sejahtera, Berdaya Saing dan Pro Investasi “.
Penjelasan unsur visi Kabupaten Boyolali tahun 2010-2015 adalah sebagai berikut : 1)
Sejahtera Konsep sejahtera menunjukkan kondisi kemakmuran masyarakat Kabupaten Boyolali, yaitu masyarakat yang terpenuhi kebutuhan ekonomi (materiil) maupun sosial (spiritual) secara adil dan merata. Kondisi masyarakat yang sejahtera ditunjukkan dengan terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang dan papan, terjaminnya kesehatan jasmani-rohani, dan terwujudnya masyarakat yang cerdas. 2)
Berdaya saing Konsep berdaya adalah suatu kondisi dimana Kabupaten Boyolali meningkat kapasitasnya dalam berbagai aspek sehingga berdampak positif pada daya saing. Misalnya, dengan semakin meningkatnya mutu SDM yang dimiliki, diharapkan produk yang dihasilkan masyarakat dapat menembus pasar yang lebih luas.
3) Pro investasi
Konsep pro investasi adalah konsep untuk mempermudah segala layanan dan perijinan investasi serta dalam rangka pengembangan sistem “one stop service” dan membuka pusat informasi investasi atau “information centre”, serta didukung dengan peningkatan infrastruktur yang memadai. Diharapkan dengan penerapan konsep pro investasi secara terpadu dapat meningkatkan jumlah realisasi investasi di Kabupaten Boyolali dan meningkatan penyediaan lapangan kerja seluas-luasnya.
5.2.2. Misi RPJMD Kabupaten Boyolali Misi pembangunan jangka menengah Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2015 adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan perekonomian rakyat yang bertumpu pada sektor unggulan daerah dan mempertahankan prestasi sebagai lumbung padi. 2) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam rangka mendukung peningkatan daya saing daerah. 3) Menciptakan iklim usaha dan iklim investasi yang kondusif, didukung dengan peningkatan infrastruktur yang memadai dan berkelanjutan. 4) Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui penguatan sistem pemerintahan dan pemberantasan korupsi dalam rangka peningkatan pelayanan masyarakat.
5.2.3. Indikasi Program Prioritas RPJMD Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2015
Indikasi rencana program prioritas RPJMD Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2015 berdasarkan misi yang dirumuskan sebagai berikut. 1)
Meningkatkan perekonomian rakyat yang bertumpu pada sektor unggulan daerah dan mempertahankan prestasi sebagai lumbung padi.
a. Koperasi dan UKM, melalui program : Program penciptaan iklim usaha Usaha Kecil Menengah yang kondusif.
Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif Usaha Kecil Menengah. Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi Usaha Mikro Kecil Menengah. Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi.
b. Pertanian, Ketahanan Pangan dan Peternakan, melalui program : Program peningkatan kesejahteraan petani. Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan. Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan.
Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan. Program pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan. Program peningkatan ketahan pangan. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak. Program peningkatan produksi hasil peternakan. Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan. Program peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan (incl.DAK Pertanian). Program pengembangan budidaya perikanan. Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan. Program pengembangan sistem penyuluhan perikanan. Program pengembangan kawasan budi daya laut, air payau, air tawar.
c. Perdagangan dan Industri, melalui program : Program perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan. Program peningkatan dan pengembangan ekspor. Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri. Program pembinaan pedagang kakilima dan asongan. Program pengembangan industri kecil dan menengah. Program peningkatan kemampuan teknologi industri. Program peningkatan kapasitas IPTEK sistem industri. Program pembinaan struktur industri. Program pengembangan sentra-sentra industri potensial.
d. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, melalui program : Program peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan. Program pengembangan lembaga ekonomi pedesaan. Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa. 2) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam rangka mendukung peningkatan daya saing daerah.
a. Kesehatan, melalui program : Program obat dan perbekalan kesehatan. Program upaya kesehatan masyarakat. Program pengawasan obat dan makanan. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Program perbaikan gizi masyarakat. Program pengembangan lingkungan sehat. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular. Program pelayanan kesehatan penduduk miskin.
Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/ puskemas pembantu dan jaringannya.
Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/ rumah sakit jiwa/ rumah sakit paru-paru/ rumah sakit mata.
Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit/ rumah sakit jiwa/ rumah sakit paru-paru/ rumah sakit mata. Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita. Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia. Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak.
b. Pendidikan, melalui program : Program Pendidikan Anak Usia Dini. Program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Program pendidikan menengah. Program pendidikan non formal.
Program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan. Program pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan. Program manajemen pelayanan pendidikan.
c. Ketenagakerjaan, melalui program : Program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja. 3) Menciptakan iklim usaha dan iklim investasi yang kondusif, didukung dengan peningkatan infrastruktur yang memadai dan berkelanjutan.
a. Pekerjaan Umum, melalui program : Program pembangunan jalan dan jembatan. Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan.
Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya. Program penyediaan dan pengelolaan air baku. Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah. Program pembangunan infrastruktur perdesaan. Program pengaturan jasa konstruksi. Program pengawasan jasa konstruksi.
b. Perhubungan, melalui program : Program pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan. Program rehabiltasi dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas LLAJ. Program peningkatan pelayanan angkutan. Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan. Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas. Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor.
c. Penanaman Modal, melalui program : Program peningkatan promosi dan kerjasama investasi. Program peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi.
d. Pariwisata dan budaya, melalui program : Program pengembangan nilai budaya. Program pengelolaan keragaman budaya. Program pengembangan pemasaran pariwisata. Program pengembangan destinasi pariwisata. Program pengembangan kemitraan. Program pengembangan kekayaan budaya.
e. Lingkungan Hidup, melalui program : Program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan. Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Program perlindungan dan konservasi sumber daya alam.
Program peningkatan kualitas dan akses informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup. Program peningkatan pengendalian polusi. Program pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
f. Ketenagakerjaan, melalui program : Program peningkatan kesempatan kerja. Program perlindungan dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan. 4) Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui penguatan sistem pemerintahan dan pemberantasan korupsi dalam rangka peningkatan pelayanan masyarakat.
a. Penataan Ruang, melalui program : Program perencanaan tata ruang. b. Perencanaan Pembangunan, melalui program :
Program pengembangan data/informasi SOP sistem pengumpulan dan pengukuran database indikator kinerja. Program kerjasama pembangunan. Program perencanaan pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh. Program perencanaan pengembangan kota-kota menengah dan besar. Program perencanaan pembangunan daerah. Program perencanaan pembangunan ekonomi. Program perencanaan sosial dan budaya. Program perancanaan prasarana wilayah dan SDA. Program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana.
c. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian, melalui program : Program peningkatan disiplin aparatur. Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah. Program Peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah/wakil kepala daerah. Program peniingkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah. Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten/kota. Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan desa.
Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH. Program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan. Program penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan. Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi. Program peningkatan kerjasama antar pemerintah daerah. Program penataan peraturan perundang-undangan. Program penataan daerah otonomi baru. Program pendidikan kedinasan. Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur. Program pembinaan dan pengembangan aparatur.
d. Kependudukan dan Catatan Sipil, melalui program : Program penataan administrasi kependudukan.
5.3. PERATURAN DAERAH BANGUNAN GEDUNG (BG)
Garis besar muatan substansi Peraturan Daerah Bangunan Gedung (BG) Kabupaten Boyolali sebagai berikut :
5.3.1. Fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung A.
Fungsi Bangunan Gedung (1) Fungsi bangunan gedung merupakan ketetapan mengenai pemenuhan persyaratan teknis bangunan gedung ditinjau dari segi tata bangunan dan lingkungan maupun keandalannya serta sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam RTRW kabupaten, RDTR, dan/ atau RTBL.
(2) Fungsi bangunan gedung meliputi:
a. Bangunan gedung fungsi hunian dengan fungsi utama sebagai tempat manusia tinggal;
b. Bangunan gedung fungsi keagamaan dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan ibadah; c. Bangunan gedung fungsi usaha dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan kegiatan usaha; d. Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan kegiatan sosial dan budaya; e. Bangunan gedung fungsi khusus dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan kegiatan yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi dan/atau tingkat resiko bahaya tinggi; dan f. Bangunan gedung lebih dari satu fungsi.
B.
Klasifikasi Bangunan Gedung (1) Klasifikasi bangunan gedung menjadi dasar pemenuhan syarat administrasi dan persyaratan teknis bangunan gedung.
(2) Fungsi bangunan gedung diklasifikasikan berdasarkan:
a. Tingkat Kompleksitas meliputi:
1. Bangunan gedung sederhana;
2. Bangunan gedung tidak sederhana; dan 3. Bangunan gedung khusus.
b. Tingkat Permanensi meliputi:
1. Bangunan gedung darurat atau sementara;
2. Bangunan gedung semi permanen; dan 3. Bangunan gedung permanen.
c. Tingkat Risiko Kebakaran meliputi:
1. Tingkat risiko kebakaran rendah;
2. Tingkat risiko kebakaran sedang; dan 3. Tingkat risiko kebakaran tinggi.
d. Zonasi Gempa meliputi tingkat zonasi gempa untuk tiap-tiap wilayah berdasarkan SNI atau penggantinya.
e. Lokasi meliputi:
1. Bangunan gedung di lokasi renggang;
2. Bangunan gedung di lokasi sedang; dan 3. Bangunan gedung di lokasi padat.
f. Ketinggian bangunan gedung meliputi:
1. Bangunan gedung bertingkat rendah;
2. Bangunan gedung bertingkat sedang; dan 3. Bangunan gedung bertingkat tinggi.
g. Kepemilikan meliputi :
1. Bangunan gedung milik Negara/Daerah;
2. Bangunan gedung milik perorangan; dan 3. Bangunan gedung milik badan usaha.
5.3.2. Persyaratan Bangunan Gedung
Persyaratan bangunan gedung secara umum yaitu setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Secara rinci persyaratan bangunan gedung sebagai berikut :
1. Persyaratan Administratif
a. Status Kepemilikan Hak atas Tanah
Setiap bangunan gedung harus didirikan pada tanah yang status kepemilikannya jelas, baik milik sendiri maupun milik pihak lain.
Setiap bangunan gedung harus didirikan pada bidang tanah yang status dan alas haknya adalah tanah non pertanian.
b. Status Kepemilikan Bangunan Gedung Setiap pemilik bangunan gedung harus memiliki surat bukti kepemilikan bangunan gedung yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah, kecuali kepemilikan bangunan gedung fungsi khusus. c. Izin Mendirikan Bangunan
Setiap orang atau badan wajib mengajukan permohonan IMB kepada Bupati untuk melakukan kegiatan: Pembangunan dan/atau prasarana bangunan gedung.
Rencana teknis bangunan gedung disesuaikan dengan penggolongannnya, meliputi:
Persyaratan kepadatan ditetapkan dalam bentuk KDB maksimal.
Informasi berisi keterangan mengenai peruntukan lokasi, intensitas bangunan yang terdiri dari kepadatan bangunan, ketinggian bangunan, jarak bebas bangunan dan garis sempadan bangunan.
Persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung diatur dalam Rencana Umum Tata Ruang maupun Rencana Rinci Tata Ruang.
f. Persyaratan Peruntukan dan Intensitas Bangunan Gedung
e. Persyaratan Tata Bangunan dan Lingkungan Penyelenggaraan bangunan gedung wajib mengikuti persyaratan tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, persyaratan arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan.
d. Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Persyaratan teknis bangunan gedung meliputi persyaratan tata bangunan dan lingkungan maupun persyaratan keandalan bangunan.
Perhitungan kebutuhan utilitas (mekanikal dan elektrikal); dan Rekomendasi dinas terkait.
Perhitungan struktur bangunan gedung 2 (dua) lantai atau lebih dan/atau bentang struktur lebih dari 6 meter;
Spesifikasi umum bangunan gedung;
Rancangan utilitas (mekanikal dan elektrikal);
Rencangan struktur secara sederhana/prinsip;
Rancangan arsitektur bangunan gedung;
Ketinggian/jumlah lantai bangunan; dan Rencana pelaksanaan.
Rehabilitasi/renovasi bangunan gedung dan/atau prasarana gedung meliputi perbaikan/perawatan, perubahan, perluasan/pengurangan; dan
Total luas lantai bangunan gedung;
Luas lantai dasar bangunan gedung;
Fungsi/klasifikasi bangunan gedung;
Data umum bangunan gedung memuat informasi mengenai:
c. Persyaratan teknis terdiri atas:
Dokumen/surat surat lainnya yang terkait.
Surat bukti tentang status bangunan gedung; dan
Surat bukti tentang status hak atas tanah;
b. Persyaratan administratif terdiri dari:
a. PIMB harus mengisi formulir Permohonan Izin Mendirikan Bangunan serta dilampiri dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis.
2. Persyaratan Permohonan Izin Mendirikan Bangunan
IMB gedung diberikan oleh Pemerintah Daerah, kecuali bangunan gedung fungsi khusus, IMB diajukan setelah mendapatkan rekomendasi teknis dari Pejabat yang berwenang.
Pemugaran/pelestarian dengan mendasarkan pada surat KRK untuk lokasi yang bersangkutan.
Persyaratan ketinggian bangunan gedung ditetapkan dalam bentuk KLB dan/atau jumlah lantai bangunan.
Persyaratan jarak bebas bangunan meliputi:
Garis sempadan bangunan dengan as jalan, tepi sungai, jalan kereta api, dan/atau jaringan tegangan tinggi;
Jarak antara bangunan dengan batas persil, jarak antar bangunan, dan jarak antara as jalan dengan pagar halaman yang diizinkan pada lokasi yang bersangkutan, yang diberlakukan per kaveling, persil, dan/atau per kawasan; dan
Jarak bebas bangunan harus mempertimbangkan batas-batas lokasi, keamanan dan pelaksanaan pembangunannya.
Penetapan garis sempadan bangunan dengan tepi jalan, saluran, jalan kereta api, tepi sungai, mata air, danau, lereng dan/atau jaringan tegangan tinggi didasarkan pada pertimbangan keselamatan dan kesehatan.
g. Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung Persyaratan arsitektur bangunan gedung meliputi persyaratan penampilan bangunan gedung, tata ruang dalam, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya, serta memperimbangkan adanya keseimbangan antara nilai-nilai adat/tradisional sosial budaya setempat terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa.
h. Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung Persyaratan keandalan bangunan gedung meliputi persyaratan keselamatan, persyaratan kesehatan, persyaratan kenyamanan, dan persyaratan kemudahan. i. Persyaratan Keselamatan Bangunan Gedung
Persyaratan kemampuan bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran meliputi sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif, persyaratan jalan keluar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaran, persyaratan pencahayaan darurat, tanda arah keluar dan sistem peringatan bahaya, persyaratan komunikasi dalam bangunan gedung, persyaratan instanlasi bahan bakar gas dan manajemen penanggulangan kebakaran.
Persyaratan struktur bawah bangunan gedung harus memenuhi persyaratan keamanan, keselamatan lingkungan dan pengguna bangunan gedung serta sesuai dengan SNI dan/atau pedoman teknis terkait.
Persyaratan struktur atas bangunan gedung harus memenuhi persyaratan keamanan, keselamatan lingkungan dan pengguna bangunan gedung serta sesuai dengan SNI dan/atau pedoman teknis terkait.
Persyaratan kemampuan bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran meliputi sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif, persyaratan jalan keluar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaran, persyaratan pencahayaan darurat, tanda arah keluar dan sistem peringatan bahaya, persyaratan komunikasi dalam bangunan gedung, persyaratan instanlasi bahan bakar gas dan manajemen penanggulangan kebakaran.
Persyaratan kemampuan bangunan gedung terhadap bahaya petir dan bahaya kelistrikan meliputi persyaratan instalasi proteksi petir dan persyaratan sistem kelistrikan. j. Persyaratan Kesehatan Bangunan Gedung
Persyaratan kesehatan bangunan gedung meliputi persyaratan sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi dan penggunaan bahan bangunan. k. Persyaratan Kenyamanan Bangunan Gedung
Persyaratan kenyamanan bangunan gedung meliputi kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang, kenyamanan kondisi udara dalam ruang, kenyamanan pandangan, serta kenyamanan terhadap tingkat getaran dan kebisingan. l. Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung
Persyaratan kemudahan meliputi kemudahan hubungan ke, dari dan di dalam bangunan gedung serta kelengkapan sarana dan prasarana dalam pemanfaatan bangunan gedung.
5.3.3. Penyelenggaraan Bangunan Gedung Penyelenggaraan bangunan gedung terdiri atas kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian serta pembongkaran, yaitu :
Kegiatan pembangunan bangunan gedung diselenggarakan melalui proses perencanaan teknis
dan proses pelaksanaan konstruksi.
Kegiatan pemanfaatan bangunan gedung meliputi kegiatan pemanfaatan, pemeliharaan,
perawatan, pemeriksaan secara berkala, perpanjangan SLF, dan pengawasan pemanfaatan bangunan gedung.
perawatan dan pemugaran serta kegiatan pengawasannya.
Kegiatan pelestarian bangunan gedung meliputi kegiatan penetapan dan pemanfaatan termasuk
pembongkaran serta pengawasan pembongkaran.
Kegiatan pembongkaran bangunan gedung meliputi penetapan pembongkaran dan pelaksanaan
5.3.4. Prasarana Bangunan Gedung Yang Berdiri Sendiri Penyelenggaraan prasarana bangunan gedung berupa konstruksi yang berdiri sendiri dan tidak merupakan pelengkap yang menjadi satu kesatuan dengan bangunan gedung pada satu tapak kavling/persil meliputi menara telekomunikasi, menara/tiang saluran utama tegangan ekstra tinggi, jembatan penyeberangan, billboard/baliho, dan gerbang kabupaten wajib mengikuti persyaratan dan standar teknis konstruksi bangunan gedung.
5.3.5. Peran Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Bangunan Gedung Peran masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung dapat terdiri dari:
a. Pemantauan dan penjagaan ketertiban penyelenggaraan bangunan gedung;
b. Pemberian masukan kepada Pemerintah Daerah dalam penyempurnaan peraturan, pedoman dan standar teknis di bidang bangunan gedung; c. Penyampaian pendapat dan pertimbangan kepada instansi yang berwenang terhadap penyusunan
RTBL, rencana teknis bangunan tertentu dan kegiatan peneyelenggaraan bangunan gedung yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan; dan/atau d. Pengajuan gugatan perwakilan terhadap bangunan gedung yang mengganggu, merugikan dan/atau membahayakan kepentingan umum.
Peran masyarakat dalam tahap rencana pembangunan bangunan gedung dapat dilakukan dalam bentuk: a. Penyampaian keberatan terhadap rencana pembangunan bangunan gedung yang tidak sesuai dengan Peraturan Daerah tentang RTRW, Peraturan Daerah tentang RDTR, dan Peraturan Daerah tentang Peraturan Zonasi;
b. Pemberian masukan kepada pemerintah daerah dalam rencana pembangunan bangunan gedung; dan/atau c. Pemberian masukan kepada Pemerintah Daerah untuk melaksanakan pertemuan konsultasi dengan masyarakat tentang rencana pembangunan bangunan gedung.
Peran masyarakat dalam pelaksanaan konstruksi bangunan gedung dapat dilakukan dalam bentuk: a. Menjaga ketertiban dalam kegiatan pembangunan;
b. Mencegah perbuatan perorangan atau kelompok yang dapat mengurangi tingkat keandalan bangunan gedung dan/atau mengganggu penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan; c. Melaporkan kepada instansi yang berwenang atau kepada pihak yang berkepentingan atas perbuatan sebagaimana dimaksud pada huruf b; d. Melaporkan kepada instansi yang berwenang tentang aspek teknis pembangunan gedung yang membahayakan kepentingan umum; dan/atau e. Melakukan gugatan ganti rugi kepada penyelenggara bangunan gedung atas kerugian yang diderita masyarakat akibat dari penyelenggaraan bangunan gedung.
Peran masyarakat dalam pemanfaatan bangunan gedung dapat dilakukan dalam bentuk:
a. Menjaga ketertiban dalam kegiatan pemanfaatan bangunan gedung; b. Mencegah perbuatan perorangan atau kelompok yang dapat mengganggu pemanfaatan bangunan gedung; c. Melaporkan kepada instansi yang berwenang atau kepada pihak yang berkepentingan atas penyimpangan pemanfaatan bangunan gedung; d. Melaporkan kepada instansi yang berwenang tentang aspek teknis pemanfaatan bangunan gedung yang membahayakan kepentingan umum; dan/atau e. Melakukan gugatan ganti rugi kepada penyelenggara bangunan gedung atas kerugian yang diderita masyarakat akibat dari penyimpangan pemanfaatan bangunan gedung.
Peran masyarakat dalam pelestarian bangunan gedung dapat dilakukan dalam bentuk:
a. Memberikan informasi kepada instansi yang berwenang atau pemilik bangunan gedung tentang kondisi bangunan gedung yang tidak terpelihara yang dapat mengancam keselamatan masyarakat, yang memerlukan pemeliharaan;