GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH KOTA PANGKALPINANG

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
(RPIJM) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Bab 3
GAMBARAN UMUM DAN KONDISI
WILAYAH KOTA PANGKALPINANG
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 1

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

Kota Pangkalpinang Tahun 2013-2017

3.1

KONDISI FISIK

3.1.1 Letak Geografis
Keluarnya UU Nomor 27 Tahun 2000 meresmikan pembentukan Bangka Belitung
sebagai provinsi baru sekaligus juga menetapkan Pangkalpinang sebagai Ibukota

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selain sebagai ibukota provinsi, Kota
Pangkalpinang juga merupakan wilayah otonomi yang berdiri sendiri sebagai
kota. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki dua pulau terbesar yakni
Pulau Bangka dan Pulau Belitung, serta beberapa pulau kecil lainnya, diantaranya
Pulau Lepar, Pulau Seliu, Pulau Mandanau, Pulau Nado, dan Pulau Batudinding.
Secara geografis, posisi kota ini terletak pada garis 106° 4’ sampai dengan 106°
7’ Bujur Timur dan garis 204’ sampai 2010’ Lintang Selatan. Daerah ini terletak
pada bagian timur Pulau Bangka dengan batas-batas sebagai berikut :
a. sebelah utara berbatasan dengan desa pagarawan Kecamatan Merawang
Kabupaten Bangka
b. sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan pangkalan baru Kabupaten
Bangka Tengah
c. sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Mendo Barat Kabupaten
Bangka
d. sebelah timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan
Sebagai sebuah kota, Pangkalpinang merupakan daerah yang strategis sebagai
pusat pembangunan. Hal ini disebabkan karena sebagai ibukota provinsi,
Pangkalpinang memiliki beberapa fungsi sebagai pusat pengembangan
pembangunan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Fungsi-fungsi tersebut
adalah :

1. pusat pemerintahan dan permukiman penduduk;
2. pusat perdagangan dan industri;
3. pusat pelayanan sosial (pendidikan dan kesehatan) serta distribusi barang dan
jasa;

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 2

4. pusat administrasi penambangan timah, dan
5. pusat lembaga keuangan.
Untuk mengakomodasikan perkembangan kota inilah, maka Wilayah Kota
Pangkalpinang yang sebelumnya hanya sebesar 31,7 km2 diperluas melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1984 tentang Perubahan Batas Wilayah
Kotamadya Daerah Tingkat II Pangkalpinang dan Kabupaten Daerah Tingkat II
Bangka, sehingga menjadi sebesar 89,4 km2, dan berlakunya Peraturan
Pemerintah Nomor 79 Tahun 2007 tentang Perubahan Batas Daerah Kota
Pangkalpinang dengan Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung di Desa Selindung, maka luas wilayah Kota Pangkalpinang saat ini
kurang lebih 118,408 km2. Namun berdasarkan kepada hasil perhitungan dari

bakosurtanal dan perhitungan di lapangan luas Kota Pangkal Pinang sebenarnya
kurang lebih sekitar 104 km2.
Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah dan perluasan Wilayah
Pangkalpinang, kota yang sebelumnya terdiri dari 5 kecamatan ini, kemudian
menjadi 7 kecamatan dengan 42 kelurahan.
Kecamatan-kecamatan tersebut adalah Gerunggang (6 kelurahan), Pangkalbalam
(5 kelurahan), Tamansari (5 kelurahan), Rangkui (8 kelurahan), Bukit Intan (7
kelurahan), Gabek (6 Kelurahan) serta Girimaya (5 kelurahan). Dilihat dari
presentase Kecamatan Bukit Intan merupakan kecamatan terluas di Kota
Pangkalpinang yaitu sebesar 37.86 km2 ( 36%) dari luas Kota Pangkalpinang,
sedangkan Kecamatan Tamansari merupakan kecamatan dengan luas wilayah
terkecil yaitu sebesar 2.64 km2 (2%) dari luas Kota Pangkalpinang. Untuk lebih
jelasnya dapat di lihat pada tabel 3.1, gambar 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1
Luas Wilayah dan Presentase Terhadap Luas
Kecamatan di Kota Pengkalpinang Tahun 2011
No

Kecamatan


1

Tamansari

2

Pangkalbalam

3

Gabek

Kelurahan
Rawa Bangun
Gedung Nasional
Opas Indah
Batin Tikal
Kejaksaan
Ampui

Lontong Pancur
Pasir Garam
Rejosari
Ketapang
Selindung Baru
Air Selemba
Gabek Satu
Gabek Dua
Selindung
Jerambang Gantung

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Luas Wilayah
(km2)
0.23
0.32
0.83
0.35
0.90

0.43
0,93
0.74
0.79
0.48
1.44
1.00
0,98
0,87
8.10
5.44

Presentase
(%)
0.22
0.30
0.79
0.33
0.85
0.41

0.88
0.70
0.75
0.46
1.36
0.95
0.93
0.82
7.67
5.15

3- 3

No

Kecamatan

4

Rangkui


5

Bukit Intan

6

Gerunggang

7

Girimaya

Kelurahan
Asam
Parit Lalang
Bintang
Melintang
Keramat
Mesjid Jamik

Pintu Air
Gajah Mada
Semabung Lama
Bacang
Air Itam
Sinar Bulan
Temberan
Air Tawar
Pasir Putih
Kacang Pedang
Tuatunu
Bukit Merapin
Bukit Sari
Taman Bunga
Air Kelapa Tujuh
Sriwijaya
Bukit Besar
Batu Intan
Semabung Baru
Pasar Padi


Jumlah

Luas Wilayah
(km2)
0.76
0.94
0.46
0.35
0.86
0.24
0.48
0.68
2.65
3.92
3.43
3.92
16.67
4.27
3.00

1.04
28.18
1.50
0.63
0.65
2.45
0.39
0.50
1.21
1.54
1.31
105.67

Presentase
(%)
0.71
0.89
0.44
0.33
0.81
0.22
0.45
0.64
2.51
3.71
3.25
3.71
15.78
4.04
2.84
0.98
26.67
1.42
0.59
0.62
2.32
0.36
0.47
1.41
1.45
1.07
100.00

Sumber : Pangkalpinang dalam angka tahun 2011

Gambar 3.1
Luas Wilayah dan Presentase Terhadap Luas
Kecamatan di Kota Pengkalpinang Tahun 2011

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah kecamatan dan luas Kota
Pangkalpinang dapat dilihat pada Gambar 3.2 (Peta Administrasi Kota
Pangkalpinang).

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 4

Gambar 3.2
Peta Administasi Kota Pangkalpinang

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 5

3.1.2 Topografi
Kota Pangkalpinang memiliki kondisi
topografi
relatif
datar,
dengan
kelandaian rata-rata 0 sampai 15%,
hanya di beberapa tempat yang
topografinya bergelombang dan berbukit
- bukit yaitu di bagian Barat dan Selatan
(Bukit Girimaya dan Bukit Menara).
Ketinggian tanah umumnya rendah yaitu
berkisar 0 – 30 M di atas permukaan
laut, hanya sebagian kecil yang memiliki
ketinggian di atas 30 meter dari
permukaan laut yaitu sekitar Bukit Giri,
Bukit Merapin dan Bukit Baru Disekitar
pesisir pantai dan sungai masih berupa
rawa-rawa dan ditumbuhi pohon bakau.
Secara morfologi Kota Pangkalpinang
miring ke arah Timur dan cekung dibagian tengah, dimana bagian pusat kota lebih
rendah dari bagian Barat, Utara dan Selatan, sehingga pada musim hujan di
bagian pusat kota sering terjadi banjir, kondisi ini menjadi kendala utama dalam
pengembangan kota. Sedangkan daerah yang tidak terkena banjir terutama
daerah bagian barat dan selatan yaitu bukit Girimaya dan bukit menara dengan
ketinggian diatas 20 sampai 30 meter diatas permukaan laut. Kondisi kemiringan
lahan sangat berpengaruh dalam pengembangan suatu wilayah. Ada beberapa
klasifikasi kemiringan lereng, menurut Direktorat Jendral Kehutanan, Klasifikasi
tersebut adalah sebagai berikut:
1.

Datar (kurang dari 8 %), kemiringan ini akan dapat mendukung penggunaan
yang paling intensif, segala macam usaha pertanian dan kegiatan non
pertanian

2.

Sedang/berombak (antara 8 – 15 %), masih dapat mendukung penggunaan
tanah untuk permukiman dan pertanian, tetapi memerlukan pengelolaan
yang hati-hati.

3.

Agak berat/Bergelombang (antara 15 – 25 % ), usaha pertanian terbatas,
banyak investasi diperlukan.

4.

Berat/berbukit (antara 25 – 45 %), vegetasi penutup sangat diperlukan,
karena sangat mudah dipengaruhi erosi.

5.

Sangat Berat bergunung (diatas 45 %), kemungkinan mudah terjadi longsor,
baik untuk hutan lindung.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 6

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 dan gambar 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.2
Kemiringan Lereng di Kota Pengkalpinang
No
1

Kecamatan
Tamansari

2

Pangkalbalam

3

Gabek

4

Rangkui

5

Bukit Intan

6

7

Gerunggang

Girimaya

Kelurahan
Rawa Bangun
Gedung Nasional
Opas Indah
Batin Tikal
Kejaksaan
Ampui
Lontong Pancur
Pasir Garam
Rejosari
Ketapang
Selindung Baru
Air Selemba
Gabek Satu
Gabek Dua
Selindung
Jerambang Gantung
Asam
Parit Lalang
Bintang
Melintang
Keramat
Mesjid Jamik
Pintu Air
Gajah Mada
Semabung Lama
Bacang
Air Itam
Sinar Bulan
Temberan
Air Tawar
Pasir Putih
Kacang Pedang
Tuatunu
Bukit Merapin
Bukit Sari
Taman Bunga
Air Kelapa Tujuh
Sriwijaya
Bukit Besar
Batu Intan
Semabung Baru
Pasar Padi

0-2%





































Kelerengan
2-5%










































5-15%




















Sumber : Hasil Analisis, tahun 2013

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 7

Gambar 3.3
Peta Topografi Kota Pangkalpinang

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 8

3.1.3 Geologi
Tanah di daerah Kota Pangkalpinang mempunyai pH rata-rata di bawah 5 dengan
jenis tanah podzolik merah kuning, regosol, gleisol dan organosol yang
merupakan pelapukan dari batuan induk. Sedangkan pada sebagian kecil daerah
rawa jenis tanahnya asosiasi Alluvial-Hydromorf dan Glayhumus serta regosol
kelabu muda yang berasal dari endapan pasir dan tanah liat.
Keadaan tanah yang demikian kurang cocok untuk ditanami padi, tetapi masih
memungkinkan untuk ditanami palawija. Pada daerah pinggiran, yaitu Desa
Tuatunu dan Desa Air Itam cukup potensial menghasilkan lada dan karet. Kondisi
geologi umum di daerah ini; formasi yang tertua adalah batu kapur berumur
Permo Karbon, menyusul Slate berumur Trias Atas dan terakhir Intrusi Granit
berumur setelah Trias Jura. Susunan batuan granit bervariasi dari granit sampai
dioditik dengan inklusi mineral berwarna gelap yaitu Biotit dan ada kalanya
Amfibol Hijau. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.3 dan gambar 3.4 di
bawah ini.
Tabel 3.3
Geologi di Kota Pengkalpinang
No
1

Kecamatan
Tamansari

2

Pangkalbalam

3

Gabek

4

5

Rangkui

Bukit Intan

Kelurahan
Rawa Bangun
Gedung Nasional
Opas Indah
Batin Tikal
Kejaksaan
Ampui
Lontong Pancur
Pasir Garam
Rejosari
Ketapang
Selindung Baru
Air Selemba
Gabek Satu
Gabek Dua
Selindung
Jerambang Gantung
Asam
Parit Lalang
Bintang
Melintang
Keramat
Mesjid Jamik
Pintu Air
Gajah Mada
Semabung Lama
Bacang
Air Itam
Sinar Bulan
Temberan

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

1

2

Geologi
3




















4






































5



















3- 9

No

6

Kecamatan

Gerunggang

7

Girimaya

Kelurahan

1





Air Tawar
Pasir Putih
Kacang Pedang
Tuatunu
Bukit Merapin
Bukit Sari
Taman Bunga
Air Kelapa Tujuh
Sriwijaya
Bukit Besar
Batu Intan
Semabung Baru
Pasar Padi

2

Geologi
3

4

































5



Sumber : Hasil Analisis, tahun 2013
Ket :
1 = Lempung organik, Pasir Halus, Lumpur Organik
2 = Lempung Pasir Berkerikil
3 = Lempung Pasiran
4 = Lempung, Pasir, Kerikil
5 = Perselingan Batu Lempung dan Lempung Pasiran

3.1.4 Iklim dan Curah Hujan
Iklim daerah Kota Pangkalpinang tergolong tropis basah type A dengan variasi
hujan antara 241,4 mm per bulan selama tahun 2011, dengan jumlah hari hujan
rata-rata 18 hari setaip bulannya. Bulan yang terkering adalah bulan September.
Hawa di daerah ini dipengaruhi oleh laut, baik angin maupun kelembabannya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 4 di bawah ini.
Tabel 3.4
Rata-rata Curah Hujan, Hari Hujan, Arah Angin,
Kecepatan Angin Rata-Rata di Kota Pangkalpinang Tahun 2011
No

Bulan/Tahun

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Rata-rata

Curah Hujan

Hari Hujan

Arah Angin

253.1
309.9
228.5
356.2
343.9
271.6
91.1
43.6
76.6
31.9
35.9
268.5
241.4

27
16
25
23
23
15
10
5
4
20
19
24
18

BL
BL
BL
BL
TGR
TGR
TGR
TGR
TGR
TGR
BD
BL
TGR/BL

Kecepatan
Angin
3.3
3.0
2.2
2.0
2.6
4.1
5.1
6.1
6.1
2.9
1.5
1.5
3.4

Sumber : Pangkalpinang dalam angka tahun 2011

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 10

Gambar 3.4
Peta Geologi dan jenis tanah Kota Pangkalpinang

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 11

Suhu udara di Kota Pangkalpinang selama tahun 2011, bervariasi antara 23.3ºC –
32.3ºC, dengan suhu minimum 24.0 ºC dan maksimum 31.0 ºC, rata-rata suhu
udara yaitu 26,9 ºC. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini.
Tabel 3.5
Rata-rata Suhu Udara, Minimum dan Maksimum
di Kota Pangkalpinang (OC) Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Bulan/Tahun
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Rata-rata

Minimum
23.6
23.3
23.4
23.7
24.2
24.4
24.3
24.4
24.5
24.2
23.9
23.8
24.0

Maksimum
29.9
30.4
30.5
30.8
31.5
31.2
30.9
31.6
32.3
31.4
31.0
29.9
31.0

Rata-rata
26.0
26.2
26.1
26.6
27.2
27.3
27.2
27.7
28.1
27.1
26.7
26.1
26.1

Sumber : Pangkalpinang dalam angka tahun 2011

Rata-rata kelembabannya berkisar antara 73,0 – 87,0 persen. Angin bergerak
setiap hari dengan arah dari Timur pada siang hari dan dari Barat pada malam
hari. Rata-rata kecepatan angin cukup bervariasi setiap bulannya yaitu 2,6 knot
pada bulan Mei, yang terendah pada bulan November dan Desember sebesar 1,5
knot dan yang tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu 6,1 knot. Untuk lebih
jelasnya mengenai rata-rata curah hujan, hari hujan, arah mata angin dan
kecepatan angin di Kota Pangkalpinang tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 3.6 di
bawah ini.
Tabel 3.6
Rata-rata Tekanan Udaran, Kelembaban dan Penyinaran Matahari
di Kota Pangkalpinang Tahun 2011
No

Bulan/Tahun

Tekanan
Udara

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Rata-rata

1008.50
1008.90
1008.70
1009.20
1009.10
1009.30
1009.50
1009.80
1010.20
1009.20
1009.00
1009.40
1009.23

Kelembaban
Udara RataRata
84.0
83.0
85.0
85.0
84.0
80.0
78.0
74.0
73.0
81.0
84.0
87.0
81.5

Penyinaran
Matahari
Rata-rata (%)
33.8
53.0
35.3
43.1
59.7
59.5
71.9
89.0
82.8
5.5
47.5
24.5
55.0

Sumber : Pangkalpinang dalam angka tahun 2011

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 12

3.1.5 Hidrologi
Di wilayah Kota Pangkalpinang
terdapat beberapa sungai, pada
umumnya sungai-sungai kecil yang
ada di wilayah ini bermuara ke
Sungai Rangkui. Di samping Sungai
Rangkui terdapat juga Sungai
Pedindang di bagian selatan. Kedua
sungai ini berfungsi sebagai saluran
utama pembuangan air hujan kota
yang kemudian mengalir ke Sungai
Baturusa dan berakhir di Laut Cina Selatan. Sungai-sungai ini selain berfungsi
sebagai saluran utama pembuangan air hujan kota, juga befungsi sebagai
prasarana transportasi sungai dari pasar ke Sungai Baturusa dan terus ke laut.
Anak Sungai Rangkui merupakan kanal pengairan dari pintu air kolong kacang
Pedang ke Sungai Rangkui yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada
tahun 1930-an. Pada dasarnya wilayah kota Pangkalpinang kalau dilihat
morfologinya berbentuk cekung dimana bagian pusat kota lebih rendah, sehingga
keadaan ini memberikan dampak negatif, yaitu rawan banjir terutama pada musim
hujan atau pengaruh pasang surut air laut melalui Sungai Rangkui yang membelah
Kota Pangkalpinang.
Adapun daerah yang tidak pernah tergenang terletak di sebelah Utara, Barat dan
Selatan kota. Sedangkan daerah Timur yang berbatasan dengan Sungai Rangkui
dan Laut Cina Selatan dan bagian tengah kota yang dilalui oleh sungai Rangkui
sering tergenang oleh air pasang (rob), daerah yang tergenang tersebut terutama
Kecamatan Rangkui, Pangkal Balam dan Taman Sari. Sungai Baturusa dan
Sungai Rangkui selain berguna untuk mengalirkan air hujan juga dimanfaatkan
untuk sarana transportasi air, terutama oleh para nelayan dan pedagang ikan di
kota Pangkalpinang karena Sungai Rangkui ini melalui pusat kota di samping
pasar Kota Pangkalpinang. Anak Sungai Rangkui merupakan kanal pengairan dari
pintu air kolong Kacang Pedang ke Sungai Rangkui.
Sumber air untuk air bersih pada umumnya dari air tanah di samping Kolong
Kacang Pedang dan Kolong Kace. Air tanah pada umumnya relatif mudah di dapat
karena air permukaannya relatif dangkal sekitar 4 sampai 6 meter dari permukaan
tanah, hanya saja kondisinya kurang baik karena beberapa bagian wilayah Kota
Pangkalpinang adalah bekas penambangan timah selain itu sumber air permukaan
letaknya cukup jauh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.5 di bawah
ini.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 13

Gambar 3.5
Peta Hidrologi Kota Pengkalpinang

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 14

3.1.6 Rawan Bencana
a. Gempa Bumi
Gempa bumi merupakan salah satu fenomena alam (natural hazard) yang
sering terjadi di Indonesia. Dampak dari gempa bumi, selain korban jiwa adalah
kerusakan infrastruktur, dan bangunan permukiman lainnya. Kerusakan yang
ditimbulkan oleh gempa bumi, dipengaruhi olek karakteristik tanah/batuan
setempat, di samping karakteristik guncangan (ground shaking) yang
dihasilkan oleh suatu besaran kegempabumian (magnitude).
Ditinjau dari aspek tektonika secara regional bagian Indonesia Timur, Kota
Pangkalpinang dan Pulau Bangka pada umumnya, merupakan daerah busur
luar (back arc) yang jauh dari daerah mandala tumbukan (subduction zone).
Kondisi ini menunjukkan bahwa Wilayah Kota Pangkalpinang jauh dari pusat
gempa. Berdasarkan peta zona seismik, Wilayah Kota Pangkalpinang
termasuk dalam zona dengan percepatan gempa (g) 0,20 – 0,40.

b. Banjir
Sebagaimana menurut hukum air dan gravitasi, wilayah yang berpotensi banjir,
adalah daerah dataran rendah. Berdasarkan hasil pengamatan dan informasi
sekunder, daerah banjir adalah Kecamatan Rangkui dan Kecamatan
Tamansari.
Daerah ini, pada bagian permukaannya dibentuk oleh lempung hingga lanauan
(berdasarkan proses pengendapan, butiran yang lebih halus dan ringan
diendapkan pada bagian paling atas). Lapisan lempung lanauan ini, bersifat
tidak meluluskan air, khususnya pada endapan aluvium sungai.
Banjir di daerah ini umumnya disebabkan meluapnya air sungai pada musim
penghujan karena tidak mampu menampung kapasitas air. Sungai-sungai yang
menjadi
langganan; banjir adalah Sungai Rangkui (membelah Kota
Pangkalpinang), Sungai Selindung dan meander Sungai Baturusa. Pada
kondisi normal, genangan air di sungai tersebut di atas maupun rawa yang
terbentuk di sekitar bantaran S. Baturusa, cepat surut. Namun, pada saat air
laut sedang pasang, air sungai akan tertahan dan membalik ke arah hulu.
Dalam kondisi demikian, air genangan banjir menjadi lambat surutnya.
Wilayah peka bencana alam merupakan wilayah yang sering atau mempunyai
potensi bencana alam. Bencana alam yang sering terjadi di Kota
Pangkalpinang adalah banjir. Kawasan rawan bencana banjir terutama yang
berdekatan dengan sungai Rangkui dan laut Natuna. Lebih kurang 10 % dari
wilayah Kota Pangkalpinang (89 Ha) terutama di pinggir Sungai Rangkui,
berada 25 cm di bawah air laut. Jika Sungai Rangkui banjir sedang Laut
Natuna pasang maka banjir tidak dapat dielakan dan terjadi genangan yang

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 15

cukup lama dan luas terutama daerah pusat kota yaitu meliputi Kecamatan
Rangkui dan Pangkalbalam serta Tamansari, dimana letaknya lebih rendah
dari bagian Barat, Utara dan Selatan, hal inilah yang menjadi kendala utama
bagi Kota Pangkalpinang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.7 dan
gambar 3.6 di bawah ini.
Tabel 3.7
Rawan Bencana Banjir di Kota Pengkalpinang
No

Kecamatan

1

Tamansari

2

Pangkalbalam

3

Gabek

4

5

Rangkui

Bukit Intan

6

Gerunggang

7

Girimaya

Kelurahan
Rawa Bangun
Gedung Nasional
Opas Indah
Batin Tikal
Kejaksaan
Ampui
Lontong Pancur
Pasir Garam
Rejosari
Ketapang
Selindung Baru
Air Selemba
Gabek Satu
Gabek Dua
Selindung
Jerambang Gantung
Asam
Parit Lalang
Bintang
Melintang
Keramat
Mesjid Jamik
Pintu Air
Gajah Mada
Semabung Lama
Bacang
Air Itam
Sinar Bulan
Temberan
Air Tawar
Pasir Putih
Kacang Pedang
Tuatunu
Bukit Merapin
Bukit Sari
Taman Bunga
Air Kelapa Tujuh
Sriwijaya
Bukit Besar
Batu Intan
Semabung Baru
Pasar Padi

Rawan Bencana
Banjir





















Sumber : Hasil Analisis, tahun 2013

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 16

Gambar 3.6
Peta Rawan Bencana Kota Pangkalpinang

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 17

c. Gerakan Tanah
Berdasarkan studi geologi Kota Pangkalpinang, gerakan tanah jarang terjadi,
karena sebagian besar daerah pemetaan umumnya datar, dan walaupun
berbukit batuannya relatif masih segar dan masif. Secara teoritis, daerah yang
berpotensi untuk terjadi gerakan tanah (longsoran) pada suatu daerah
dipengaruhi beberapa faktor, antara lain :
1. Kemiringan dan tinggi lereng (mulai dari > 9% atau > 25%);
2. Sifat dan mekanik tanah;
3. Keairan, menyangkut muka air tanah (tekanan hidrostatis);
4. Jenis litologi, khususnya fraksi halus (lempung dan lanau);
5. Struktur geologi, mikro (celah, batas bidang diskontinu), makro (patahan,
kekar, dsb);
6. Kegempabumian, goncangan menimbulkan keretakan dan ketidakstabilan;
7. Pengaruh aktivitas manusia, antara lain pemotongan lereng;
8. Tata guna lahan, penggundulan hutan.

d. Erosi
Secara umum, erosi terbagi dalam dua jenis, yaitu : Erosi Permukaan dan
Erosi Sungai. Mekanisme tejadinya erosi permukaan disebabkan oleh aliran air
permukaan (surface water run off) pada lapisan tanah atau batuan yang kurang
padu dan mudah luruh apabila terkena air. Erosi sungai adalah erosi secara
lateral atau ke arah samping kelokan sungai (meandering) yang tajam
membentuk huruf C atau pada sungai lurus namun dalam dan tebingnya
membentuk huruf V atau U. Erosi sungai cenderung meningkat pada musim
penghujan, karena jumlah/debit dan permukaan air sungai bertambah,
sehingga energi untuk menggerus semakin besar. Akibat dari erosi sungai ini,
adalah hilangnya beban penyangga samping pada tebing yang bersangkutan,
sehingga tebing akan menjadi tidak stabil atau stabilitas tebing terganggu,
selanjutnya akan menyebabkan terjadinya longsoran. Erosi sungai dapat
dijumpai pada muara Sungai Baturusa (Kecamatan Pangkalbalam) dan Sungai
Selindung yang tersusun oleh endapan Aluvium Sungai (Qas).

e. Abrasi
Abrasi adalah erosi atau kikisan pantai yang disebabkan oleh gelombang laut.
Abrasi terjadi pada satuan satuan aluvium (Qa) dan satuan tanjung genting
(TRt), yakni disekitar Pantai Pasir Padi dan Tanjung Bunga. Pada Bulan

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 18

Januari, Mei, Juli dan Nopember, di mana kecepatan angin (dari arah Timur
Laut) dapat mencapai kecepatan 18 knot/jam. Akibatnya adalah, energi dan
tinggi gelombang Laut Cina Selatan bertambah dan gejala abrasi semakin
meningkat.

f. Perosokan Tanah
Gejala perosokan terjadi apabila lapisan tanah yang lunak dengan
kompresibilitas tinggi, menyangga beban yang melebihi daya dukung, maka
kemungkinan besar akan terjadi perosokan (settlement). Daerah yang
mempunyai kecenderungan mengalami perosokan adalah daerah bekas rawa
alami dan bekas galian tambang timah yang tidak direklamasi secara
semestinya. Sebagai contoh, area bekas kolong yang ditimbun secara
sembarangan dapat menimbulkan perosokan, semakin dalam kolong yang
ditimbun, semakin besar pula potensi perosokan.
Perosokan dapat menjadi kendala atau faktor penghambat dalam perencanaan
pengembangan fisik ataupun penataan ruang. Oleh karena itu, lokasi
perencanaan struktur bangunan, harus memperhatikan kondisi lokasi tapak
(bekas rawa/kolong atau bukan), sehingga kerusakan dan kerugian dapat
dihindari atau dikurangi.

3.1.7 Penggunaan Lahan
Pola penggunaan lahan di Kota
Pangkalpinang meliputi kawasan
peruntukan zona lindung dan zona
budidaya. Zona lindung di kawasan
perencanaan meliputi hutan lindung,
daerah
resapan
air,
zona
perlindungan setempat, zona rawan
bencana dan ruang terbuka hijau
yang berfungsi lindung, sedangkan
zona budidaya yang tedapat di Kota
Pangkalpinang di dominasi oleh pertaniaan lahan basah dan perkebunan
tanaman tahunan, selain itu zona budidaya di Kota Pangkalpinang di peruntukan
untuk hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, pertaniaan lahan kering,
perikanan dan permukiman. Berdasarkan identifikasi lapangan pola
kecenderungan perkembangan kegiatan perkotaan seperti berkembangnya zona
permukiman, perdagangan, sarana pelayanan umum di Kota Pangkalpinang
berkembang secara linier di sepanjang jaringan jalan utama pembentuk struktur
ruang di Kota Pangkalpinang. Lebih jelanya mengenai penggunaan lahan di Kota

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 19

Pangkalpinang dapat di lihat pada Tabel 3.8 dan Gambar 3.7 dan Gambar 3.8 di
bawah ini.
Tabel 3.8
Penggunaan Lahan di Kota Pangkalpinang Tahun 2011
No

Penggunaan Lahan

1
2

Lahan Sawah
Lahan Kering
a.
Pekarangan
b.
Tegal
c.
Ladang
d.
Pengembalaan/Padang
Rumput
e.
Sementara Tidak di
Usahakan
f.
Ditanami Kayu-kayu hutan
g.
Hutan
h.
Perkebunan
i.
Lain-lain
Lahan Lainnya
a. Rawa-rawa
b. Tambak
c. Kolam
Jumlah

3

Bukit
Intan

Rangkui

601
9

1862
258
50

1
17

Kecamatan
Pangkal Taman
Balam
Sari

1309
578

Gerunggang

118

466
408

155
100

200

8
5
111

15
370.5

887.5

27
7.5
1.5
787

822
167.5
1
3654

309
112.5
5
3556

12.5

2.5
133

140
545
1526
609
10
6
3710

Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

Gambar 3.7
Grafik Penggunaan Lahan di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 20

Peta 3.8
Penggunaan Lahan di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 21

3.2

KONDISI DEMOGRAFI
Aspek kependudukan dan sosial budaya merupakan faktor penting dalam
penyusunan tata ruang. Dengan aspek ini diharapkan dapat diketahui
perkembangan dan laju pertumbuhan penduduk wilayah perencanaan, sehingga
perkiraan penduduk pada masa yang akan datang lebih mudah dilakukan.
Sedangkan faktor sosial budaya diharapkan dapat membantu dalam menentukan
kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan di wilayah perencanaan.
Pola pertumbuhan penduduk di Kota Pangkalpinang akan berpengaruh terhadap
pola kebutuhan lahan di masa mendatang. Dalam pembahasan tentang aspek
kependudukan beberapa hal yang penting untuk dikemukakan antara lain jumlah
penduduk, pertambahan dan perkembangan penduduk, kepadatan penduduk,
jumlah penduduk menurut struktur umur, agama, mata pencaharian, tingkat
pendidikan, dan jenis kelamin.
Jumlah penduduk terbanyak di Kota Pangkalpinang pada tahun 2007 adalah di
Kecamatan Rangkui dengan jumlah penduduk mencapai 39.778 Jiwa, sedangkan
Kecamatan Tamansari merupakan kelurahan dengan jumlah penduduk terendah
di Kota Pangkalpinang dengan jumlah penduduk 12.343 jiwa. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 3.9 di bawah ini.
Tabel 3.9
Jumlah Penduduk di Kota Pangkalpinang
Tahun 2007- Tahun 2011

No
1
2
3
4
5
6
7

Kecamatan
Tamansari
Pangkalbalam
Gabek
Rangkui
Bukit Intan
Gerunggang
Girimaya
Jumlah

Luas
2.64
3.38
17.83
4.76
37.86
34.45
4.75
105.67

2007
12343
33379

Jumlah Penduduk Kota Pangkalpinang
2008
2009
2010
12027
12067
13.117
38003
38417
41.055

40983
35865
32680

39778
37442
29732

39447
38761
31759

39.938
43.325
37.323

155250

156982

160451

174758

2011
22389
20612
25523
36109
29728
35841
19708
189910

Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

Pada tahun 2011 kecamatan yang merupakan wilayah terpadat di Kota
Pangkalpinang adalah Kelurahan Gerunggang dengan penduduk mencapai
35841 Jiwa dan Kecamatan Girimaya merupakan kecamatan terendah jumlah
penduduknya dengan jumlah mencapai 19708 jiwa.
Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penduduk Kota Pangkalpinang
mempunyai jumlah penduduk yang beragam, terutama pada beberapa kecamatan
mempunyai jumlah penduduk yang besar dibanding dengan kecamatan lainnya.
Hal ini dapat dimengerti karena beberapa kelurahan tersebut mempunyai tingkat
mobilitas yang tinggi seperti perdagangan dan jasa, pemerintahan, kelengkapan
fasilitas baik pendidikan, kesehatan dan peribadatan selain itu juga terdapat

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 22

beberapa kecamatan merupakan hasil pemekaran dari kecamatan yang berada di
Kota Pangkalpinang sehingga terdapat peningkatan penduduk di beberapa
Kecamatan di Kota Pangkalpinang. Untuk laju pertumbuhan penduduk dinyatakan
dalam bentuk persen (%) yang merupakan angka yang menunjukan besarnya
persentase perubahan penduduk dari satu tahun ke tahun berikutnya. Laju
pertumbuhan penduduk secara alami dipengaruhi oleh angka kelahiran, kematian
dan migrasi. Angka persentase digunakan untuk menghitung/ memperkirakan/
memproyeksikan jumlah penduduk untuk waktu yang akan datang.

3.2.1 Distribusi Penduduk
Distribusi penduduk merupakan sebaran penduduk pada sebuah wilayah, ini
ditandai oleh jumlah penduduk yang tersebar, di Kota Pangkalpinang konsentrasi
penduduk yang cukup tinggi pada umumnya tersebar di wilayah kelurahan yang
selama ini menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data terakhir
Kecamatan Dalam Angka Kota Pangkalpinang dari Badan Pusat Statistik (BPS)
yang diperoleh tahun 2011, jumlah penduduk di Kota Pangkalpinang berjumlah
189.910 jiwa yang tersebar di 7 kecamatan dan 42 kelurahan. Dilihat dari
penyebaran penduduknya, penduduk di Kota Pangkalpinang terbanyak tersebar
di Kecamatan Rangkui dengan jumlah 36.109 jiwa atau sebesar 19,01%.
Penyebaran penduduk terkecil berada di Kecamatan Girimaya dengan jumlah
19.708 jiwa atau hanya sebesar 10,38 % dari jumlah keseluruhan penduduk di
Kota Pangkalpinang. Untuk lebih jelasnya Distribusi penduduk di Kota
Pangkalpinang dapat dilihat pada Tabel 3.10 di bawah ini.

Tabel 3.10
Distribusi Jumlah Penduduk Kota Pangkalpinang
Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7

Kecamatan
Tamansari
Pangkalbalam
Gabek
Rangkui
Bukit Intan
Gerunggang
Girimaya
Jumlah

Luas
(km2)
2.64
3.38
17.83
4.76
37.86
34.45
4.75
105.67

Jumlah Penduduk
(jiwa) Tahun 2011
22389
20612
25523
36109
29728
35841
19708
189910

Distribusi
Penduduk
11.79
10.85
13.44
19.01
15.65
18.87
10.38
100.00

Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

3.2.2 Kepadatan Penduduk
Kepadatan Kota Pangkalpinang pada tahun 2011 dengan kepadatan penduduk
mencapai 1797.20 jiwa/Km2. Kepadatan penduduk yang tinggi di Kecamatan
Tamansari disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk namun luas wilayahnya

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 23

tergolong paling kecil dibandingkan
kecamatan
lainnya.
Selain
itu,
tingginya kepadatan penduduk di
Kecamatan
Tamansari
besar
kemungkinan
disebabkan
oleh
banyaknya lahan terbangun sehingga
terjadi pemusatan permukiman dan
kegiatan
perkotaan
lainnya
di
kecamatan ini. Kegiatan perdagangan
dan jasa merupakan jenis kegiatan
yang relatif terfokus di kecamatan Tamansari.
Kecenderungan pertambahan jumlah penduduk serta sebaran kepadatan
penduduk seperti dijelaskan di atas, perlu menjadi perhatian Pemerintah Kota
terutama dalam pengembangan Kota Pangkalpinang kedepan. Ditambah lagi
perubahan status menjadi Ibukota Provinsi akan memberikan banyak konsekuensi
terutama pada penataan pemanfaatan ruang.
Salah satu faktor penyebab tingkat kepadatan ini antara lain ditunjang dengan
kelengkapan fasilitas yang tersedia baik berupa kegiatan pendidikan, kesehatan,
perdagangan dan lain-lain. Dengan keadaan ini, menjadi daya tarik bagi penduduk
luar untuk melakukan aktifitas perekonomian ataupun aktifitas lainnya. Sehingga
perlu ada intervensi pemerintah untuk melakukan tindakan baik insentif ataupun
disinsentif, baik berupa pengenaan pajak, memperketat perizinan, pemberlakukan
KDB-KLB terutama central-cental kegiatan, ataupun dengan pengalihan sebagian
kegiatan kedaerah lain yang masih berbatasan.
Faktor kepadatan ini berpengaruh pada pola penggunaan lahan, tipe lingkungan,
dan fasilitas-fasilitas/sarana-sarana transportasi dan sarana komunikasi. Secara
rinci jumlah dan kepadatan penduduk Kota Pangkalpinang dapat dilihat pada Tabel
3.11 dan Gambar 3.9 di bawah ini
Tabel 3.11
Kepadatan Penduduk Kota Pangkalpinang
Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7

Kecamatan
Tamansari
Pangkalbalam
Gabek
Rangkui
Bukit Intan
Gerunggang
Girimaya
Jumlah

Luas
(km2)
2.64
3.38
17.83
4.76
37.86
34.45
4.75
105.67

Jumlah
Penduduk (jiwa)
Tahun 2011
22389
20612
25523
36109
29728
35841
19708
189910

Kepadatan
Penduduk
(jiwa/Km²)
8480.68
6098.22
1431.46
7585.92
785.21
1040.38
4149.05
1797.20

Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012 dan hasil analisis Tahun 2013

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 24

Gambar 3.9
Peta Kepadatan Penduduk di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 25

3.2.3 Struktur Penduduk
Dalam pembahasan tentang aspek kependudukan beberapa hal yang penting
untuk dikemukakan antara lain jumlah penduduk, pertambahan dan
perkembangan penduduk, kepadatan penduduk, jumlah penduduk menurut
struktur umur, agama, mata pencaharian, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin.
Struktur penduduk dilakukan untuk mengetahui komposisi penduduk di Kota
Pangkalpinang berdasarkan penduduk menurut umur, penduduk menurut tingkat
pendidikan, penduduk menurut mata pencaharian, penduduk menurut jenis
kelamin dan penduduk menurut agama.
A. Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik penduduk berdasarkan ciri-ciri tertentu salah satunya dapat
diklasifikasikan dari segi biologis, yaitu jenis kelamin dan umur. Jenis kelamin
dan umur merupakan karakteristik penduduk yang pokok. Struktur ini
mempunyai pengaruh penting baik terhadap tingkah laku demografis maupun
sosial ekonomi. Angka sex ratio merupakan perbandingan jumlah penduduk
pria dalam setiap 100 penduduk wanita. Data jumlah penduduk Kota
Pangkalpinang pada tahun 2011 mencapai 189.910 jiwa dengan Struktur
penduduk laki-laki sebesar 95.987 jiwa (50, 54 %) dan jumlah penduduk
perempuan mencapai 93.923 jiwa (49,46 %).
Artinya, perbandingan antara jumlah penduduk pria dan wanita di wilayah ini
hampir sama banyak, dengan sedikit dominasi oleh jumlah penduduk pria, dari
rasio jenis kelamin ini maka terlihat bahwa penduduk Kota Pangkalpinang
didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, adapun sek ratio terbesar terdapat di
Kecamatan Pangkalbalam dan Kecamatan Gerunggang dengan sex ratio
mencapai 104, sedangkan Kecamatan Gabek merupakan kecamatan dengan
sex ratio terrendah yaitu sebesar 95, bila dirinci per kecamatan tidak semua
kecamatan di Kota Pangkalpinang mempunyai jumlah penduduk laki-laki lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuannya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.12 dan gambar 3.10 di bawah ini.
Tabel 3.12
Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Kota Pangkalpinang Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7

Kecamatan
Tamansari
Pangkalbalam
Gabek
Rangkui
Bukit Intan
Gerunggang
Girimaya
Jumlah

Laki-laki
11366
10602
12553
18039
15077
18477
9873
95987

(%)
11.84
11.05
13.08
18.79
15.71
19.25
10.29
50.54

Perempuan
11023
10010
12970
18070
14651
17364
9835
93923

(%)
11.74
10.66
13.81
19.24
15.60
18.49
10.47
49.46

Jumlah
Penduduk (jiwa)
Tahun 2011
22389
20612
25523
36109
29728
35841
19708
189910

Sex Ratio
101
104
95
98
101
104
98
102

Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012 dan hasil analisis Tahun 2013

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 26

Grafik 3.10
Grafik Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Kota Pangkalpinang Tahun 2011

B. Struktur Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Struktur penduduk menurut kelompok umur dapat menunjukkan beberapa
indikator kependudukan, yaitu jumlah angkatan kerja (usia produktif), angka
ketergantungan, potensi pergerakan penduduk, dan sebagainya. Proyeksi ini
sangat diperlukan, terutama untuk memperkirakan aspek-aspek sebagai
berikut :
 Potensi tenaga kerja yang tersedia dan perkiraan kesempatan kerja yang
harus disediakan serta beberapa kebijakan yang harus dirumuskan
 Perkiraan penyediaan/alokasi fasilitas sesuai dengan kebutuhan
Struktur penduduk berdasarkan kelompok umur terbagi kedalam 16 (enam
belas) kelompok umur, masing-masing kelompok tersebut dapat dibagi kembali
dalam jenis usia produktif dan usia non produktif, Usia produktif merupakan
usia yang termasuk kelompok umur 15-19 tahun, 20-24 tahun, 25-29 tahun, 3034 tahun, 35-39 tahun, 40-44 tahun, usia 45-49 tahun dan usia 50-54 tahun
sedangkan usia non produktif adalah kelompok 0-4 tahun, 5-9 tahun, 10-14
dan kelompok >55 tahun. Struktur penduduk menurut umur dibagi menjadi dua
kelompok yakni kelompok usia produktif dan kelompok usia non-produktif. Kota
Pangkalpinang memiliki 62.99% usia non-produktif dan 37.01% usia produktif.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.13 Jumlah Penduduk Menurut
Umur tahun 2011.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 27

Tabel 3.13
Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Umur
di Kota Pangkalpinang Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Kelompok
Umur
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
> 60
65-69
70-74
75+
Jumlah

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

9391
8575
7407
7583
9360
10375
8810
6936
5756
4984
4676
3513
2026
1170
922
827
92311

8805
8080
7095
7373
9126
9742
7743
6306
5410
4863
4487
3232
1956
1303
1036
1381
87938

18196
16655
14502
14956
18486
20117
16553
13242
11166
9847
9163
6745
3982
2473
1958
2208
180249

Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

C. Struktur Penduduk Berdasarkan Agama
Dari tahun ke tahun Kota Pangkalpinang selalu berupaya untuk meningkatkan
sarana dan fasilitas peribadatan serta rasa tentram dalam menjalankan agama
dan kepercayaan masing-masing individu. Hai ini tercermin dari meningkatnya
tempat peribdataatan secara total, rasa aman dalam menjalankan ibadahnya
dan sebagainya.
Prosentase penduduk Kota Pangkalpinang menurut agama yang dipeluk pada
tahun 2011 sebesar 167624 jiwa (80,54 persen) islam, Katolik sebesar 7972
jiwa (3,83 persen), Kristen 7497 jiwa (3,60 persen), Hindu 80 jiwa (0,04
persen), Budha sebesar 16303 jiwa (7,83 persen), Konghucu sebesar 8403
jiwa (4,04 persen) dan agama lainnya sebesar 236 jiwa (0,1 persen). Untuk
lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 3.14 di bawah ini.
Tabel 3.14
Jumlah Penduduk berdasarkan Agama
di Kota Pangkalpinang Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7

Agama
Islam
Kristen Katolik
Kristen Protenstan
Hindu
Budha
Konghuchu
Dan lain-lain
Jumlah

Jumlah Penduduk
167624
7972
7497
80
16303
8403
236
208115

Prosentase
80.54
3.83
3.60
0.04
7.83
4.04
0.11
100.00

Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 28

3.2.4 Adat Istiadat/Budaya
Masyarakat
Kota
Pangkalpinang
masih menjunjung tinggi adat istiadat,
walaupun sudah membuka diri dengan
budaya luar, namun msyarakat Kota
Pangkalpinang
masih
tetap
menjungjung tinggi nilai – nilai tradisi,
budaya serta kearifan lokal. Bahasa
harian yang digunakan masyarakat
Kota Pangkalpinang adalah bahasa
Melayu, dengan dialek dan pelafalan
yang majemuk.
Seperti telah dijelaskan pada penjelasan sebelumnya, agama yang paling banyak
dianut adalah agama Islam. Namun demikian pengaruh agama Kong Hu Cu
masih sangat dominan terutama pada penduduk yang berketurunan Cina. Hal
tersebut dapat dilihat dari adanya bangunan-bangunan Klenteng yang digunakan
sebagai tempat peribadatan oleh penduduk yang beragama Kong Hu Cu.
Meskipun tergolong minoritas jika dibandingkan para penganut lain, kegiatan
keagamaan Kong Hu Cu cukup mengundang perhatian dan turut mewarnai
kekayaan kebudayaan Kota Pangkalpinang.
Di Kota Pangkalpinang diskriminasi antara warga Indonesia asli dengan warga
negara keturunan asing dalam hal ini keturunan Cina hampir tidak ada. Mereka
hidup saling berdampingan, saling menolong, saling membaur dalam kegiatan
sosial ekonomi serta sama-sama berusaha dan bekerja dalam kegiatan
pengembangan Kota Pangkalpinang. Hal ini merupakan satu potensi yang perlu
terus dikembangkan guna meningkatkan proses pembangunan.
Mengingat penduduk etnis Cina relatif cukup banyak di Kota Pangkalpinang,
maka perkembangan kegiatan-kegiatan dari adat Cina cukup berkembang dan
berjalan pada setiap tahunnya. Kegiatan-kegiatan bernuansa adat kepercayaan
Cina tersebut justru menjadi daya tarik tersendiri, tidak hanya untuk penduduk
setempat melainkan juga bagi para penduduk luar Kota Pangkalpinang terutama
bagi wisatawan yang sedang berkunjung. Adapun beberapa kegiatan adat Cina
yang ditemui di Kota Pangkalpinang adalah :
1. Tahun Baru Imlek;
2. Cap Go Me;
3. Sembahyang Kubur (Ceng Beng);
4. Sembahyang Kue Cang (Pek Cun);
5. Sembahyang Rebut;
6. Sembahyang Bulan (Pesta Lentera).

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 29

3.3

KONDISI SARANA PELAYANAN UMUM
Kondisi sarana dan prasarana berfungsi untuk mendukung kegiatan dan mobilitas
masyarakat setempat, guna mengetahui hal tesebut maka dilihat berdasarkan
sebagai berikut :

3.3.1 Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan yang terdapat di Kota Pangkalpinang adalah sebanyak 98
unit langgar, 85 unit masjid, 9 gereja Kristen Protestan, 7 Gereja Kristen Katolik,
9 vihara dan 4 Kelenteng. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.15
Jumlah Sarana Peribadatan Tahun 2011.

Tabel 3.15
Jumlah Sarana Peribadatan Kota Pangkalpinang Tahun 2011
No

Kecamatan

1
2
3
4
5
6
7

Tamansari
Pangkalbalam
Gabek
Rangkui
Bukit Intan
Gerunggang
Girimaya
Jumlah

Mesjid

Langgar/
Mushola

7
22
0
16
17
23
85

15
14
0
21
28
20
0
98

Jumlah Sarana Peribadatan
Gereja
Gereja
Pura Vihara
Kristen
Kristen
Protestan
Katolik
3
0
0
0
4
3
0
5
0
0
0
0
1
3
0
1
1
1
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
9
7
0
9

Lainnya
(kelenteng)

Jumlah

0
0
0
1
3
0
0
4

25
48
0
43
53
0
43
212

Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

3.3.2 Sarana Pendidikan
Jumlah sarana pendidikan di Kota pangkalpinang untuk semua tingkatan pada
tahun 2011 mengalami sedikit perubahan. Pada tingkat SD/sederajat mancapai
87 buah (68 SD Negeri, 17 SD Swasta dan 2 Madrasah Ibtidaiyah). Jumlah SMP
sederajat 25 buah (11 SMP Negeri, 13 SMP Swasta dan 1 MTs) dan jumlah
SMA/sederajat sebanyak 14 buah (5 SMU Negeri, 8 SMA Swasta dan 1 MA),
SMK sederajat sebanyak 8 buah (SMK Negeri 4 buah dan SMK Swasta sebanyak

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 30

4 buah), serta terdapat juga lembaga pendidikan pra sekolah sebanyak 40 buah.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.16 di bawah ini.

Tabel 3.16
Jumlah Sarana Pendidikan Kota Pangkalpinang Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7

Nama
Kecamatan

TK

Rangkui
Bukit Intan
Girimaya
Pangkalbalam
Gabek
Tamansari
Gerunggang
Jumlah
Total (Negeri +
Swasta)

6
7
4
4
4
6
9
4

SD
Negeri Swasta
13
2
10
3
8
4
8
3
9
1
5
2
15
2
68
17

40

85

Jumlah Sarana Pendidikan
Umum
SLTP
SMA
SMK
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
3
2
2
2
2
2
4
1
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
3
1
2
1
11
13
5
8
4
4
24

13

8

Agama
MI

MTs

MA

1
1
2

1
1

1
1

2

1

1

Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

Untuk perguruan tinggi di Kota Pangkalpinang sudah terdapat 12 perguruan tinggi
baik negeri maupun swasta, dapat di lihat pada tabel 3.17 sebagai berikut :
Tabel 3.17
Perguruan Tinggi di Kota Pangkalpinang
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Nama Perguruan Tinggi
Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) PERTIBA
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) PERTIBA
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) IBEK
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) ABDI NUSA
Akademi Kebidanan (AKBID) Bunga Bangsaku Bangka
Akademi Kebidanan (AKBID) BABEL
Akademi Kebidanan (AKBID) Citra Delima
Akademi Keperawatan (AKPER) Pemda
Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan
AMIK Atma Luhur
Universitas Terbuka
Universitas Bangka Belitung (UBB), Rektorat

Sumber : Buku Putih Sanitas (BPS) Kota Pangkalpinang Tahun 2012

3.3.3 Sarana Kesehatan
Dalam system kesehatan nasional dan rencana pokok program pembangunan
jangka panjang bidang kesehatan, telah digariskan bahwa tujuan pembangunan
kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk
agar dapat mewujudkan serajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai
salah satu tujuan dari pemabngunan nasional. Banyak hasil di bidang kesehatan
masyarakat telah dicapai namun masih banyk pula yang perlu di tingkatkan. Bila
di bandingkan degan profil kesehatan tahun sebelumnya, beberapa hasil kegiatan
upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan cukup mengalami peningkatan

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 31

namun ada juga yang dilaksanakan cukup mengalami hambatan. Hal ini
memberikan gambaran menganai derajat keseatan masyarakat yang ditinjau dari
pola penyakit, gizi masyarakat dan angka kematian. Derajat kesehatan juga
dipengaruhi/didukung olah situasi demografi dan lingkungan. Jumlah rumah sakit
di Kota Pangkalpinang sebanyak 3 buah yang terdiri dari 1 Rumah Sakit
Pemerintah yakni RSUD Kota Pangkalpinang dan Rumah Sakit DKT, serta RS
Swasta yakni RS Bakti Timah dan RS Bakti Wara. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 3.18 di bawah ini.

Tabel 3.18
Jumlah Sarana Kesehatan di Kota Pangkalpinang Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Jenis Sarana Kesehatan
Rumah Sakit
Balai Pengobatan
Rumah Sakit Bersalin
Puskesmas Induk
Puskesmas Pembantu
Puskesmas Keliling
Praktek Dokter
Praktek Bidan

Pemerintah

Swasta

1
0
0
9
19
8
0
0

Jumlah
2
6
7
0
0
0
20
18

3
6
7
9
19
8
20
18

Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

3.4

KONDISI PRASARANA TRANSPORTASI
Transportasi merupakan urat nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam memperkokoh
ketahanan nasional. Sistem Transportasi yang handal, berkemampuan tinggi,
efektif dan efisien dibutuhkan untuk mendukung pengembangan wilayah,
pembangunan ekonomi, mobilitas manusia, barang dan jasa yang muaranya
meningkatkan daya saing nasional. Transportasi yang berupa jalan raya, terminal
dan jembatan merupakan faktor penting dalam upaya pengembangan wilayah.
Sistem jaringan pergerakan merupakan hal utama yang harus ada dalam
pengolahan sumber daya alam, pengangkutan dalam kegiatan produksi dan
distribusi, mendukung pergerakan barang dan orang, pembentuk struktur ruang
dan lain sebagainya.
Dalam pengembangan suatu wilayah, jaringan pergerakan mempunyai peran
yang sangat penting, yaitu memudahkan interaksi antar wilayah. Dengan semakin
mudahnya interaksi antar wilayah, maka akan diperoleh manfaat ekonomi, sosial,
dan kewilayahan (membuka keterisolasian dengan wilayah lainnya), karena
hubungan antar wilayah yang semakin mudah akan merangsang, membangkitkan
pergerakan penduduk, kegiatan ekonomi dan membuka isolasi wilayah, sehingga
wilayah tersebut akan semakin berkembang, yang pada akhirnya akan
meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan ekonominya. Dalam
pengembangan suatu wilayah, jaringan pergerakan mempunyai peran yang
sangat penting, yaitu memudahkan interaksi antar wilayah. Dengan semakin

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 32

mudahnya interaksi antar wilayah, maka akan diperoleh manfaat ekonomi, sosial,
dan kewilayahan (membuka keterisolasian dengan wilayah lainnya), karena
hubungan antar wilayah yang semakin mudah akan merangsang, membangkitkan
pergerakan penduduk, kegiatan ekonomi dan membuka isolasi wilayah, sehingga
wilayah tersebut akan semakin berkembang, yang pada akhirnya akan
meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan ekonominya.

3.4.1 Perhubungan Darat
Perhubungan darat adalah melalui jalan raya baik untuk angkutan dalam kota
maupun luar kota, termasuk juga angkuta sungai, danau dan penyeberangan.
Panjang jalan di Kota Pangkalpinang tahun 2011 cenderung mengalami
penambahan bila di bandingkan tahun sebelumnya. Dalam wilayah pulau Bangka
kendaraan/sarana angkutan yang digunakan di pulau ini berupa bus, truk, pick up,
oplet. Sarana angkutan lainnya adalah sepeda motor, jeep dan sedan.
a. Kondisi Jaringan Jalan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor
38 Tahun 2004 tentang Jalan, Jalan
adalah prasarana transportasi darat
yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan
tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan
jalan kabel. Merujuk pada Udang-undang tersebut, berdasarkan sifat dan
pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan, fungsi jalan dibedakan atas
arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan, fungsi tersebut dibedakan menjadi
jaringan jalan primer dan jaringan jalan sekunder.






Jalan arteri primer adalah menghubungkan secara berdaya guna
antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan
pusat kegiatan wilayah;
Jalan kolektor primer adalah menghubungkan secara berdaya guna antara
pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan
wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan local;
Jalan lokal primer menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan
pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan
local dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antar pusat kegiatan
lingkungan;

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

3- 33











Jalan lingkungan primer adalah menghubungkan antarpusat kegiatan di
dalam kawasan perdesaan dan jalan di alam lingkungan kawasan
perdesaan;
Jalan arteri sekunder adalah menghubungkan kawasan primer dengan
kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan
sekunder kesatu, atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan
sekunder kedua;
Jalan kolektor sekunder sebagaimana dimaksud adalah menghubungkan
kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
Jalan lokal sekunder menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan
sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan;
Jalan lingkungan sekunder sebagaimana dimaksud menghubungkan
antarpersil dalam kawasan perkotaan.

Selain itu, kondisi jalan di Kota Pangkalpinang tidak terlerpas dari masalah
kemacetan yang menimbulkan dampak serta pengaruh terhadap kelancaran
pergerakan lalu lintas, secara umum kemacetan tersebut ditimbulkan oleh
beberapa faktor sebagai berikut :
1) Bangkitan pergerakan kendaraan yang tinggi terutama pada jam-jam
tertentu yang diakibatkan oleh adanya kawasan perdagangan dan jasa
serta perkantoran maupun sarana pelayanan umum.
2) Adanya persimpangan-persimpangan yang tidask dilengkapi dengan
rambu-rambu lalu lintas yang memadai sehingga terjadi kemacetan yang
memusat dan mencapai waktu yang cukup lama.
3) Tidak