GAMBARAN UMUM KONDISI WILAYAH KABUPATEN BURU

GAMBARAN UMUM KONDISI
WILAYAH KABUPATEN BURU
2.1. KONDISI UMUM
2.1.1. Profil Geografi
Pulau Buru (9.599 km2), panjang (140 km) dan lebar (90 km) dengan puncak
bukit/gunung tertingginya adalah Kan Palatmada (2.429 m). Terdapat 3 (tiga) blok
pegunungan yang masing-masing dipisahkan oleh struktur kelurusan lembah. Pada
bagian barat tapak Kan Palatmada dengan ketinggian diatas 2000 m, dimana
dibatasi oleh lembah depresi Sungai Nibe - Danau Rana dan Sungai Wala. Pada blok
tengah dengan ketinggian diatas 1000 m yang dibentuk oleh Teluk Kajeli dan
Lembah Apu, Blok selatan dibentuk oleh Lembah Kalua dengan gunung Batabual
(1.731 m).
Pulau Buru membentuk Kubah Kerak mikro kontinen yang terdiri dari 4 (empat)
cekungan yaitu:
(1). Cekungan Manipa disebelah selatan dengan kedalaman 4.360 m, dengan
bentuk kerucut gunung api bawah laut;
(2). Cekungan antara Pulau Buru dan Pematang Luymes dengan kedalaman 5.330
m;
(3). Cekungan Banda Utara yang muncul dibawah permukaan laut dengan
kedalaman 5.290 m disebelah barat Pulau Buru;
(4). Cekungan Buru berada disebelah utara Pulau Buru dengan kedalaman maks

5.319 m.

1

Kabupaten Buru terletak antara 2°25 LS dan 3°55 LS dan antara 125°70 BT dan
127°21 BT. Kabupaten Buru dibatasi oleh Laut Seram di sebelah utara,
Kabupaten Buru Selatan disebelah selatan, Laut Buru di sebelah barat dan Selat
Manipa di sebelah Timur.
Keberadaanya diantara tiga kota penting di Indonesia Timur (Makasar,
Manado/Bitung dan Ambon) dan dilalui Sea Line III, telah menempatkan
Kabupaten Buru pada posisi yang strategis.
Kabupaten

Buru

mempunyai luas

sekitar

7.594,98


Km². Sebagian besar

wilayahnya berada pada pulau Buru.
Bila ditinjau dari luasnya menurut kecamatan, maka kecamatan terbesar adalah
Kecamatan Air Buaya (4.534 Km² atau 59,70% dari luas kabupaten), kemudian
diikuti oleh Kecamatan Waeapo (1.232 Km² atau 16,22% dari luas kabupaten)
dan terkecil terdapat pada Kecamatan Bata Bual (292,60 Km² atau 3,85% dari
luas kabupaten). Untuk lebih jelasnya mengenai luas kecamatan lainnya dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Luas Daerah Kecamatan dan Persentase
No

Kecamatan

Ibukota Kecamatan
Namlea

Luas


%tase

1

Namlea

951,15

12,52

2

Air Buaya

Air Buaya

4.534,00

59,70


1.232,00

16,22

3

Waeapo

Waenetat

4

Waplau

Waplau

585,23

7,71


5

Bata Bual

Ilath

292,60

3.85

7.594,98

100,00

Buru

Sumber : Kabupaten Buru Dalam Angka Tahun 2008

1. Kondisi Geomorfologi dan Hidrogeologi

Kondisi Geomorfologi Pulau Buru dan Pulau-pulau kecil lainnya yang termasuk
kedalam Kabupaten Buru dikontrol oleh geologi regional Provinsi Maluku, dimana
wilayah ini merupakan ujung Barat Busur Kepulauan Non Magmatik dari Lingkaran
Sirkam Pasifik. Oleh karena ituKepulauan Buru dapat di kelompokan kedalam
beberapa satuan Geomorfologi seperti berikut :
(1). Satuan

Geomorfologi

Perbukitan/Pegunungan

Lipatan

Patahan

yang

menempati wlayah bagian tengah Kabupaten Buru;
(2). Satuan Geomorfologi Punggungan Homoklin yang meliputi wilayah bagian
Utara dan Selatan Kepulauan Buru;


2

(3). Satuan Geomorfologi Lembah dan Bantaran Sungai yang mengikuti lembah sungai‐
sungai besar juga menjadi wilayah permukiman

Kondisi Hidrogeologi Pulau Buru dan Pulau-pulau kecil lainnya yang termasuk
kedalam Kabupaten Buru adalah sebagai berikut :
(1). Pola Aliran Sungai
Sebagaimana telah dijelaskan didepan, sungai sebagai unsur geografi yangada di
Kabupaten Buru (28 sungai) mempunyai pola aliran ; dendritik (menurun),
Parallel, Trellis, Rektanguler, dan radier mengalir menuju pantai do ontrol
oleh struktur geologi (patahan, ekahan, dan sistem perlipatan batuan) yang
terdapat di wilayah ini. Tingkat kerapatan sungai sangat intensif, dimana hampir
seluruh wilayah Kabupaten Buru tertutup oleh pola aliran sungai baik yang
bersifat permanen maupun intermittent.
Berdasarkan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), maka kondisi pola aliran
sungai dapat di bagi kedalam 4 (empat) arah aliran sungai yaitu
(a). DAS Air Buaya yang mengalir kearah Utara dengan tignkat kecepatan
sedang;

(b). DAS Namloa yang mengalir kearah Timur dengan tingkat kecepatan tinggi
– sangat tinggi;
(c). DAS Leksula yang mengalir kearah Selatan dengan tingkat Kecepatan
sedang – tinggi;
(d). DAS Labuan Leko yang mengalir kearah Barat dengan tingkat Kecepatan
rendah – sedang.
(2). Zona Air Tanah
Dari kondisi tersebut di atas dan di dukung oleh kontrol batuan dan struktur
geologi, maka secara umum neraca air tanah menunjukkan terdapat 2 (dua)
zona air tanah yaitu:
(a). Zona air tanah rendah, yang pada umumya menempati peunggung
pemisah air morfologi ("morphological water devided") sebagai pemisah
daerah tangkapan hujan ("catchment area") keempat wilayah DAS

3

tersebut diatas, serta pada 2(dua) punggung yang terdapat di selatan
daerah studi.
(b). Zona air tanah sedang – tinggi menempati hampir seluruh wilayah studi,
yang mengelilingi Pulau Buru. Kawasa ini dapat tercapai jika sistem

vegetasi tetap terjaga, sehingga tingkat peresapan ("recharged") dapat di
pertahankan, dan "surface run off" dapat dicegah dan diperkecil.

2. Kondisi Fisografi dan Topografi Wilayah
Bentuk wilayah Kabupaten Buru dikelompokkan berdasarkan pendekatan fisiografi
(makro relief), yaitu Dataran, Pantai, Perbukitan dan Pegunungan termasuk di
dalamnya Dataran Tinggi (plateau / Pedmont) dengan kelerengan yang bervariasi.
Kabupaten Buru didominasi oleh kawasan pegunungan dengan elevasi rendah
berlereng agak curam dengan kemiringan lereng > 40 % yang meliputi luas 15,43%
dari keseluruhan luas daerah ini. Jenis kelerengan lain yang mendominasi kawasan
ini adalah elevasi rendah berlereng bergelombang dan agak curam serta elevasi
sedang berlereng bergelombang dan agak curam dengan penyebaran lereng di
bagian Utara dan Barat rata-rata berlereng curam terutama di sekitar Gunung
Kepala Madan. Sedangkan di bagian Timur terutama di sekitar Sungai Waeapo
merupakan daerah elevasi rendah dengan jenis lereng landai sampai agak curam.
Sedangkan

secara

geomorfologis,


bentangalam

di

Kabupaten

Buru

dapat

dikelompokkan menjadi 4 (empat) bentangalam yaitu bentangalam asal vulkanik
yang dicirikan dengan adanya topografi bergunung-gunung dan lereng terjal,
bentangalam asal denudasional yang membentuk rangkaian pegunungan dan
perbukitan berbentuk kubah, bentangalam asal solusial dan bentangalam asal
fluvial yang cenderung membentuk topografi datar pada lembah-lembah sungai.
Kabupaten Buru merupakan salah satu kawasan diluar busur Banda (jalur gunung
api) dengan formasi geologi bervariasi antara batuan sedimen dan metamorfik.
Dalam peta sketsa geologi Pulau Buru dan Seram, diuraikan bahwa secara umum
ditemukan 3 (tiga) material utama penyusun Pulau Buru. Tiga Formasi dimaksud

berada pada bagian Selatan, Utara dan Formasi deposisi di bagian Timur Laut, yang
masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut :

4

(1). Batuan Sedimen di bagian selatan yang kebanyakan dijumpai pada tempattempat dengan permukaan air yang dangkal
(2). Batuan metamorfik yang mirip dengan tipe batuan benua yang meliputi filit,
batu sabak, sekis, arkose serta greywacke meta yang dominan berada pada
bagian Utara Pulau Buru
(3). Endapan batuan sedimen berumur Neogen bagian atas ditemukan pada bagian
Timur Laut sekitar kawasan Wae Apu tersusun dari endapan Aluvium dan
Kolovium berupa bongkahan, kerikil, lanau, konglomerat, lumpur dan gambur.
Sedangkan di sepanjang pantai Utara terdapat jalur endapan pantai dan
Aluvio-kolovium yang diselingi dengan terumbu karang angkatan (uplifted
coral reef).
3. Kondisi Kemiringan Tanah
Bentuk wilayah Kabupaten Buru dikelompokkan berdasarkan pendekatan fisiografi
(makro relief), yaitu Dataran, Pantai, Perbukitan dan Pegunungan termasuk di
dalamnya Dataran Tinggi (plateau / Pedmont) dengan kelerengan yang bervariasi.
Kabupaten Buru didominasi oleh kawasan pegunungan dengan elevasi rendah
berlereng agak curam dengan kemiringan lereng > 40 % yang meliputi luas 15,43 %
dari keseluruhan luas daerah ini. Jenis kelerengan lain yang mendominasi kawasan
ini adalah elevasi rendah berlereng bergelombang dan agak curam serta elevasi
sedang berlereng bergelombang dan agak curam dengan penyebaran lereng di
bagian Utara dan Barat rata-rata berlereng curam terutama di sekitar Gunung
Kepala Madan. Sedangkan di bagian Timur terutama di sekitar Sungai Waeapo
merupakan daerah elevasi rendah dengan jenis lereng landai sampai agak curam.
Sedangkan secara geomorfologis, bentang alam di Kabupaten Buru dapat
dikelompokkan menjadi 4 (empat) bentang alam yaitu bentang alam asal vulkanik
yang dicirikan dengan adanya topografi bergunung-gunung dan lereng terjal,
bentang alam asal denudasional yang membentuk rangkaian pegunungan dan
perbukitan berbentuk kubah, bentangalam asal solusial dan bentangalam asal
fluvial yang cenderung membentuk topografi datar pada lembah-lembah sungai.
Kabupaten Buru merupakan salah satu kawasan diluar busur Banda (jalur gunung
api) dengan formasi geologi bervariasi antara batuan sedimen dan metamorfik.
Dalam peta sketsa geologi Pulau Buru dan Seram, diuraikan bahwa secara umum
5

ditemukan 3 (tiga) material utama penyusun Pulau Buru. Tiga Formasi dimaksud
berada pada bagian Selatan, Utara dan Formasi deposisi di bagian Timur Laut, yang
masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut :
(1). Batuan Sedimen di bagian selatan yang kebanyakan dijumpai pada tempattempat dengan permukaan air yang dangkal
(2). Batuan metamorfik yang mirip dengan tipe batuan benua yang meliputi filit,
batu sabak, sekis, arkose serta greywacke meta yang dominan berada pada
bagian Utara Pulau Buru
(3). Endapan batuan sedimen berumur Neogen bagian atas ditemukan pada bagian
Timur Laut sekitar kawasan Wae Apu tersusun dari endapan Aluvium dan
Kolovium berupa bongkahan, kerikil, lanau, konglomerat, lumpur dan gambur.
Sedangkan di sepanjang pantai Utara terdapat jalur endapan pantai dan
Aluvio-kolovium yang diselingi dengan terumbu karang angkatan (uplifted
coral reef).
4. Klimatologi
Suhu udara rata-rata di Kabupaten Buru pada tahun 2006 adalah berkisar 23,3°C 30,7°C, sedangkan suhu udara maksimum terjadi pada Desember (32, 4°C), serta
suhu udara minimum terjadi pada Agustus (22,0°C) .
Tingkat kelembaban udara relatif tinggi rata-rata 81,3 % yang terkait dengan
radiasi matahari rata-rata 68,8%, curah Hujan pada tahun 2006 berkisar antar 0,0 mm
(Oktober) sampai 323,3 mm (Januari) dan kecepatan angin berkisar antara 8 –
34 knot. Tercatat bahwa di daerah ini terjadi curah hujan selama 7 bulan (Januari–
Juli), dan bulan kering (Agustus- Desember).
Tabel 2.2
Kondisi Temperatur di Kabupaten Buru Tahun 2007
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Rata-rata

Minimum
24,3
24,1
23,7
23,0
23,7
23,7
23,7
22,3
22,6
23,4
24,2
24,5
23,5

Luas Wilayah
Maksimum
30,8
31,0
29,8
30,1
31,4
31,0
30,0
30,3
31,6
32,7
32,0
31,3
31

Rata-rata
26,8
26,6
26,5
26,5
27,0
26,8
26,0
26,1
26,5
27,8
27,7
27,7
26,8

6

Tabel 2.3
Kelembaban Nisbih dan Penyinaran (Radiasi) Matahari di Kabupaten Buru Tahun 2007
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Rata-rata

Kelembaban Nisbih (%)
86
86
86
86
83
85
80
77
73
77
82
84
82,1

Radiasi Matahari (%)
54
58
56
57
82
68
56
61
64
81
72
60
64,1

Tabel 2.4
Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Buru Tahun 2007

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Bulan

Kondisi Hujan

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Rata-rata

Hari Hujan

Curah Hujan

272,3
118,0
209,0
104,0
20,3
245,7
28,4
34,9
35,2
85,1
99,2
172,9
127,08

19
19
19
14
19
14
9
9
5
6
9
16
13,17

Tabel 2.5
Kondisi Angin Kabupaten Buru Tahun 2007
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

Rata-rata (kuat)
7
8
9
10
8
8
11
12
10
10
7
7

Rata-rata

8,92

Kecepatan Angin
Arah (No E)
340
340
350
220
120
120
120
130
130
130
130
350

Tertinggi (Knot)
18
22
21
19
21
24
28
27
27
25
20
20
22,67

Iklim di Wilayah Kepulauan Maluku dipengaruhi oleh iklim tropis dan iklim musim yang
disebabkan oleh kondisi Pulau Maluku yang terdiri dari pulau-pulau dan dikelilingi
oleh lautan. Berdasarkan data klimatologi dari Badan Meteorologi dan

7

o

Geofisika Ambon, maka suhu rata-rata di Provinsi Maluku tahun 2003 adalah 26,8 C
dengan curah hujan 186,3 mm.
5. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Buru dengan luas wilayah daratan 458,055.53 Ha
sebagian besar masih merupakan Hutan Primer dengan luas 274,746.81 Ha atau
59.98 %, dan semak belukar seluas 105,798.74 Ha atau 23.10 %, sedangkan sisanya
berupa penggunaan lahan yang lain yang cukup luas yaitu lahan terbuka seluas
26.697,54 Ha (5.83 %) serta sawah seluas 8.337,35 Ha atau sekitar 1.82 %. Kawasan
perkebunan yang ada hanya seluas 7.624,76 Ha (1.66 %) dan ladang/tegalan ada
6.476,36 Ha atau 1.41 %. Kawasan permukiman yang terdiri dari perkampungan
seluas 1.841,75 Ha dan perkotaan juga dengan luas 62,53 Ha atau sebesar 0.41 %
dari total luas wilayah daratan Kabupaten Buru.
Hutan Primer

merupakan kawasan penggunaan lahan yang paling luas yaitu

mempunyai luas kira-kira 274.746,81 Ha atau sekitar 59.98 % dari luas total wilayah
daratan Kabupaten Buru yang tersebar di semua kecamatan. Penyebaran hutan ini
yang mempunyai prosentase terbesar terdapat di Kecamatan Air Buaya seluas
128.821,00 atau 28.12 % dan Waeapo seluas 94.064,83 Ha (20.54 %). Untuk
kecamatan yang lainnya hanya mempunyai luasan kurang dari 10 %.
Hutan Sekunder yang ada di Kabupaten Buru sangat kecil dan bahkan hanya
terkonsentrasi di Kecamatan Batabual, dimana luas dari lahan ini hanya sekitar
2,321.56 Ha atau setara dengan 0.51 % dari luas wilayah daratan Kabupaten Buru.
Hutan Mangrove yang terdapat di Kabupaten Buru relative kecil hanya berkisar
4.145,07 Ha atau 0.90 %. Hutan Mangrove ini tersebar di 4 wilayah kecamatan,
Kecamatan Waplau tidak terdapat ekologi hutan mangrove. Penyebaran mangrove
yang paling besar terdapat di Kecamatan Waeapo seluas 2.976,55 Ha atau 0.65 %
selanjutnya disusul oleh Kecamatan Air Buaya, Namlea dan Batabual masing-masing
659.72 Ha (0.14 %), 441.29 Ha ( 0.10 %) dan 67.51 Ha (0.01 %). Hutan Mangrove ini
pada umumnya tersebar pada daerah rawa-rawa yang masih terjaga ekosistemnya
Hutan Gambut

yang ada di Kabupaten Buru sangat kecil dan bahkan hanya

terkonsentrasi di Kecamatan Batabual, dimana luas dari lahan ini hanya sekitar
272.00 Ha atau setara dengan 0.06 % dari luas wilayah daratan Kabupaten Buru.

8

Belukar/Semak

merupakan salah satu penggunaan lahan yang kurang produktif,

dimana penggunaan lahan ini mempunyai luasan kurang lebih 105.798,74 Ha atau
23.10 % dari wilayah daratan kabupaten. Belukar/semak ini tersebar di semua
kecamatan dengan area sebaran yang terluas berada di Kecamatan Waeapo seluas
58.401,56 Ha atau 12,75 %, kemudian diikuti oleh Kecamatan Wapalu dan
Kecamatan Namlea masing-masing 28.083,62 Ha (6.13 %) dan 9.563,87 Ha (2.09 %).
Sedangkan di Kecamatan Air Buaya dan Batabual kurang dari 5 % luasannya.
Perkebunan merupakan salah satu penggunaan lahan yang perlu dikembangkan,
dimana penggunaan lahan ini mempunyai luasan kurang lebih 7.624,76 Ha atau
1.66 % dari wilayah daratan kabupaten. Perkebunan ini hanya tersebar di 3
kecamatan, yaitu kecamatan Wapalu, Air Buaya dan Kecamatan Waeapo. Sebaran
yang terluas berada di Kecamatan Waplau seluas 4.916,76 Ha atau 1.07 %,
kemudian diikuti oleh Kecamatan Air Buaya dan Kecamatan Waeapo masing-masing
1.673,55 Ha (0.37 %) dan 1.034,45 Ha (0.23 %).
Ladang/Tegalan yang telah dikembangkan di wilayah ini sangat kecil karena hanya
1.41 % saja atau seluas 6.476,79 Ha. Kegiatan
ladang/tegalan

hanya

terdapat

di

3

usaha yang dilakukan untuk

kecamatan

saja.

Lahan

unstuck

ladang/tegalan yang telah diusahakan terluas hanya sekitar 3.289,39 Ha atau
0.72 % dari luas kabupaten yaitu di Kecamatan Air Buaya, selanjutnya Kecamatan
Batabual seluas 2.269,75 Ha atau 0.50 %, serta 917.22 Ha atau 0.20 % berada di
Kecamatan Waeapo.
Sawah

yang sudah diusahakan di Kabupaten Maluku Tengah juga relative kecil

sekitar 1.82 % atau seluas 8.337,35 Ha. Pengembangan sawah sampai saat ini hanya
terdapat di 4 kecamatan yaitu Air Buaya, Batabual, Waeapo dan Waplau dengan
luas masing-masing yaitu 3.658,19 Ha (0.80 %), 916,34 Ha (0.20 %), 3.438,06 Ha (0.75
%) dan 324,77 Ha (0.07 %). Di kecamatan Waeapo merupakan lokasi pengembangan
persawahan yang paling luas di Kabupaten Buru.
Lahan terbuka

merupakan penggunaan lahan yang terlantarkan dimana lahan

dibuka kemudian tidak ada usaha untuk pemanfaatan penggunaannya. Lahan terbuka
ini biasanya ditelantarkan dan ditumbuhi tanaman semacam rumput- rumputan.
Penggunaan lahan ini tersebar di semua kecamatan. Total dari lahan terbuka ini
adalah 26.697,54 Ha atau 5.83 % dengan area yang terluas terdapat di

9

Kecamatan Namlea seluas 10.630,26 Ha atau 2.32 % sedangkan yang paling sedikit
terdapat di Kecamatan Wapalu yaitu 1.539,48 Ha atau 0.34 %.
Permukiman

yang ada di Kabupaten Buru tersebar merata di semua kecamatan.

Pemukiman ini tersebar secara berkelompok dan sebagian lagi tersebar secara
berpencar.

Kelompok-kelompok

pemukiman

yang

ada

pada

umumnya

terkonsentrasi di kawasan pantai dan sepanjang jalan lintas kabupaten. Luas dari
pemukiman ini 1.904,28 Ha atau 0.41 % dan kecamatan yang terluas untuk areal
permukiman ada di Kecamatan Namlea yaitu 522,30 Ha (0.11 %) sedangkan yang
paling sedikit penyebaran pemukimannya terdapat di Kecamatan Batabual hanya
94.47 Ha atau setara 0.02 %.

10

Penyusunan RPIJM 81 fang PU/Cipta Karya

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Buru
"""'"'

i

t:l!S'IS'O'"E

,,. ......

~
I ~ r I

,2-:-0015

,,

'l

s t k,1 I/
\

I

'

I

\

,,
I

\

I

I

!

I

TAHUN 2008 - 2028

Peta Wilayah Administrasi

KabupatenBuru

I

~

\

\

I

CANA TATA RUA.NG WIL,.\YAH
KABUPATEN BUR

RE

12'71~

u

\

• '

\

5



.........

\

\
\

+
;!:

\

\

r::::::::::J
\

::

26

_·---.... ..

........

lb ul~~

--

JIIIMI Kclitbol Pfin»t
J9WIK•bo,SeluNef

.,.._Lol>I

--

. .......

>