BAB4 ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB 4
ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN
LINGKUNGAN KABUPATEN
TEMANGGUNG
4.1.

ANALISIS SOSIAL

4.2.1

Pengarusutamaan Gender

Peningkatan sosial Kabupaten Temanggung dilakukan dengan cara meningkatkan
pemberdayaan masyarakat yang berafimatif gender melalui pemberdayaan masyarakat berbasis
kewilayahan di seluruh Kecamatan. Pelaksanaan pengarusutamaan gender bermanfaat dalam
terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan di tingkat Kabupaten Temanggung yang berprespektif
gender, khususnya dalam bidang cipta karya. Urusan pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak di Kabupaten Temanggung tahun 2015 yang diusulkan oleh pemerintah
melalui SKPD Badan keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan adalah sebagai
berikut:

1. Program keserasian kebijakan peningkatan kualitas anak dan perempuan dilaksanakan
dengan beberapa kegiatan antara lain:
a. Fasilitasi anak lemah penglihatan (Low Vision) untuk 200 anak,
b. Fasilitasi dan advokasi pengembangan Kota Layak Anak (KLA) di tingkat Kelurahan
dan keikutsertaan Kabupaten Temanggung dalam evaluasi KLA tingkat nasional.
2. Program penguatan kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan anak dilaksanakan
dengan beberapa kegiatan antara lain:
a. Fasilitasi kegiatan forum anak
b. Fasilitasi penanganan korban kekerasan berbasis gender dan anak
c. Peningkatan kapasitas kelembagaan Pendidikan Usia Dini (PUD) dan anak
d. Fasilitasi pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi dengan target pencapaian
tersedianya 10 Kelompok Usaha Bersama (KUBE) terpilih yang mendapat bantuan
sosial.
3. Program peningkatan peran serta anak dan kesetaraan gender dalam pembangunan
melalui:
a. Advokasi pelaksanaan Anggaran Responsif Gender (ARG) di SKPD

IV-1
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03


b. Pelatihan kepemimpinan perempuan dan pengarusutamaan gender dengan target
36 orang eksekutif dan legislatif
c. Fasilitasi penguatan pengarusutamaan gender (PUG) dan ARG
4. Program keluarga berencana yang dilakukan melaui:
a. Pelayanan Komunikasi,Informasi dan Edukasi (KIE) nasional kepada masyarakat
b. Rapat koordinasi kelembagaan
c. Pendataan keluarga, pencataan/pelaporan Keluarga Berencana (KB)
d. Pendampingan Dana Alokasi Khusus (DAK) sarana dan prasarana KB
e. Kegiatan pertemuan medis teknis
f. Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan KB dan Pemberdayaan Perempuan
5. Program pemberdayaan ekonomi keluarga memalui pelatihan kelompok kegiatan Bina
Ekonomi Produktif
6. Program pengembangan model operasional Bina Keluarga Balita (BKB) – Posyandu PAUD
Indeks Pembangunan Manusia
Untuk mengukur capaian pembangunan manusia yang telah di lakukan oleh Kabupaten
Temanggung yang berbasis sejumlah komponen kualitas hidup maka digunakan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). IPM ini diukur melalui pendekatan 3 (tiga) dimensi dasar yaitu
mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan dan kehidupan yang layak. Berikut ini IPM
Kabupaten Temanggung selama kurun waktu 5 tahun.


Tabel IV. 1
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung tahun 2010- 2014
Tahun

Angka
Harapan
Hidup

Angka
Melek
Huruf

Rata-rata
Lama
Sekolah

Pengeluaran IPM

Rank IPM
di Jawa

Tengah

2010

75.17

10.24

5.99

7,438

63.08

28

2011

75.22


10.70

6.03

7,751

64.14

27

2012

75.26

11.05

6.08

7,952


64.91

26

2013

75.31

11.39

6.13

8,042

65.52

27

2014


75.34

11.69

6.18

8,062

65.97

27

Sumber: BPS Kabupaten Temanggung,2016

IV-2
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

66.5
66


65.5
65
64.5
64
63.5

63
62.5
62
61.5
2010

2011

2012

2013

2014


IPM
Sumber: BPS Kabupaten Temanggung,2016 (Diolah)

Gambar 4. 1
Grafik Perkembangan IPM Kabupaten Temanggung 2010-2014
IPM (Indeks Pembangunan Manusia) di Kabupaten Temanggung dalam kurun waktu
2010-2014 menunjukkan angka yang berkisar diantara 60 < IPM < 70 yang artinya memiliki IPM
yang sedang. Selama kurun waktu 5 tahun (tahun 2010-2014), IPM Kabupaten Temanggung
mengalami kenaikan, hingga pada tahun 2014 mencapai angka 65.97 yang naik sebanyak 2.89
poin dari tahun 2010. Kenaikan IPM ini juga menunjukkan bahwa komponen IPM yaitu angka
harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran riil per kapita yang
disesuaikan di Kabupaten Temanggung mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa
pelayanan pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Temanggung semakin meningkat juga
menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi Kabupaten Temanggung semakin membaik.
Faktor-faktor penting tersebut merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dimiliki agar
mampu meningkatkan potensi antarindividu. Agar mampu terus mempercepat pembangunan
manusia, maka Kabupaten Temanggung perlu melakukan dua hal yaitu distribusi pendapatan
yang merata dan alokasi belanja publik yang memadai.

4.2.2


Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur
Bidang Cipta Karya

Aspek yang perlu diperhatikan dalam penanganan sosial adalah responsivitas kegiatan
pembangunan bidang cipta karya terhadap gender dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan
aspek yang perlu dilakukan suatu penanganan sesuai dengan kebijakan internasional SDGs dan
Agenda pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden. Saat ini terdapat
kegiatan responsif gender oleh bidang cipta karya melalui Program Nasional Pemberdayaan
IV-3
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

Masyarakat (PNPM), pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah (PISEW), penyediaan
air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAs), Program pembangunan infrastruktur
perdesaan (PPIP),Sanitasi berbasis masyarakat (SANIMAS), Rencana tata bangunan dan
lingkungan (RTBL), dan studi evalusi kinerja program pemberdayaan masyarakat bidang cipta
karya.
Pelaksanaan pembangunan bidang cipta karya secara lokasi, besaran kegiatan dan
durasi pelaksanaan kegiatan, memberikan dampak kepada masyarakat, seperti kegiatan
pembebasan lahan untuk pembangunan infrastruktur publik. Untuk meminimalisir dampak

tersbeut perlu adanya langkah-langkah antisipasi seperti konsultasi, pengadaan lahan dan
pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali. Output kegiatan
pembangunan bidang cipta karya seharusnya memberikan manfaat bagi masyarakat. Manfaat
tersebut diharapkan dapat terlihat secara fisik dan dapat terukur seperti kemudahan dalam
mendapatkan pelayanan publik, waktu tempuh yang semakin singkat dengan biaya yang murah
dalam pencapaian infrastruktur publik atau untuk mendapatkan akses pelayanan publik.
4.2.
4.2.1

ANALISIS EKONOMI
Inflasi

Kondisi perekonomian makro suatu daerah dapat bergerak secara dinamis atau
stagnan. Kondisi tersebut dapat terlihat secara umum dari besaran inflasinya. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap perekonomian makro. Jika terjadi inflasi tinggi akan berpengaruh terhadap
daya beli konsumen, yakni turunnya tingkat daya beli masyarakat sebalikya jika tidak ada inflasi
bahkan terjadi deflasi, hal ini juga tidak menguntungkan bagi para pelaku ekonomi dan bila terjadi
deflasi terus menerus akan menyebabkan terjadinya stagnasi ekonomi dan bahkan bisa
menimbulkan resesi ekonomi.
10.00

8.00

7.93
6.25

6.00

5.64

5.84

5.3

4.00

Inflasi
(%)

2.00
0.00
2010

2011

2012

2013

2014

Sumber: PDRB Kabupaten Temanggung (Olah Data),2016

Gambar 4. 2
Laju Inflasi Kabupaten Temanggung
IV-4
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

Berdasarkan hasil dari grafik Inflasi, kondisi PDRB selama kurun waktu lima tahun
terakhir perekonomian Kabupaten Temanggung terus mengalami inflasi dengan pergerakan yang
cukup berfluktuasi pada kisaran 5,3 persen sampai 7,93 persen. Pada tahun 2010 inflasi tahunan
tercatat sebesar 7,93 persen. Kemudian turun menjadi 5,64 persen pada tahun 2011. Lalu, turun
5,3 pada tahun 2012. Namun pada tahun 2013 inflasi kembali naik menjadi sebesar 6,25 persen.
Dan tahun terakhir di 2014 mengalami penurunan di angka 5,84 persen. Adanya inflasi yang
berfluktuasi ini mengindikasikan bahwa pergerakan perekonomian Kabupaten Temanggung
bergerak secara dinamis. Adanya inflasi yang besarannya masih satu digit selama kurun waktu
tersebut menandakan perekonomian Kabupaten Temanggug bergerak secara dinamis dan
memberikan ekspektasi yang menggembirakan bagi para pelaku ekonomi, dan juga tidak
memberatkan konsumen.

4.2.2

Ketimpangan Pendapatan antar Sektor

Untuk mengetahui ketimpangan antar sektor di wilayah Kabupaten Temanggung dapat
diketahui dengan cara melakukan analisis Williamson Indeks (WI). Indikator untuk melakukan
analisis ini adalah melalui data PDRB selama lima tahun terakhir. Untuk lebih jelasnya terkait
dengan analisis Williamson di wilayah Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada keterangan
tabel dibawah ini.
0.35
0.34

0.343

0.340

0.33
0.322

0.32

0.31

0.307

0.30

0.297

0.29
Williamson
Indeks (WI)

0.28
0.27

2010

2011

2012

2013

2014

Sumber: PDRB Kabupaten Temanggung (Olah Data),2016

Gambar 4. 3
Ketimpangan Antar Sektor Kabupaten Temanggung

Setelah dilakukan perhitungan, diketahui bahwa ketimpangan rata-rata pendapatan per
kapita sektor-sektor yang ada di Kabupaten Temanggung adalah 0,321. Hal ini mengindikasikan
bahwa ketimpangan pendapatan antar sektor yang ada di Kabupaten Temanggung termasuk
kategori sedang. Ketimpangan sebesar 0,3 tersbut menunjukkan bahwa pendapatan per kapita
IV-5
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

setiap 1 sektor sangat berbeda jauh satu dari sektor lainnya. Apabila dilihat Nilai indeks
Williamson Kabupaten Temanggung dari tahun 2010 sampai tahun 2014 mengalami penurunan.
Penurunan angka ketimpangan pada kurun waktu lima tahun terakhir mengindikasikan bahwa
semua sektor yang ada di Kabupaten Temanggung telah mengalami kenaikan dalam
memberikan pemasukan pada PDRB masing-masing kecamatan. Ini mengindikasikan bahwa
waktu bangkit ekonomi di kabupaten Temanggung sekitar 3 tahun yaitu tahun 2012-2014, jika
dilihat berdasarkan pergerakan ketimpangan yang terjadi antar sektornya.

4.2.3

Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan terjadinya ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan
dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan
dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan serta fasilitas publik lainnya. Jumlah Penduduk Miskin
Kabupaten Temanggung semakin lama lambat laun semakin berkurang. Pada tahun 2010
terdapat 95.288 jiwa dan terus menurun hingga 86.749 jiwa pada tahun 2014. Bila dilihat
pertahun angka kemiskinan masih disekitaran angka 12%.
Tabel IV. 2
Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Temanggung
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
Penduduk Miskin (jiwa)
95288 94432 87800 86730 86749
Penduduk Kabupaten Temanggung (jiwa) 738915 731911 724810 717472 709979
Jumlah Penduduk Miskin (%)
12.90% 12.93% 12.11% 12.09% 12.22%
Sumber: Kabupaten Temanggung Dalam Angka (Olah data),2016

Proporsi tingkat kemiskinan di Kabupaten Temanggung masih tergolong rendah karena
hanya sebagian kecil sekitar 12% penduduk yang mengalami fase kemiskinan. Kemudian tingkat
kemiskinan tersebut masih terus akan berkurang bila ditinjau dari jumlah penduduk miskin yang
ada. Isu dan permasalahan kemiskinan yang terdapat di Kabupaten Temanggung dikarenakan
rendahnya kases terhadap sumberdaya ekonomi khususnya di kawasan perkotaan. Kemudian
pada tingkat pedesaan masih sulitnya akses dalam memperoleh sumberdaya ekonomi pertanian
yang ditandai oleh banyak pemilik makelar bahan-bahan pertanian. Contohnya adalah makelar
dalam hal pertanian tembakau maupun sayur mayur lainnnya.

IV-6
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

4.2.4

Tipologi Klassen

Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur
pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah
berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita
daerah. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan ratarata pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal,daerah yang diamati dapat dibedakan
menjadi empat klasifikasi,yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh (high growth and high
income),daerah maju tapi tertekan (high income but low growth),daerah berkembang cepat ( high
growth but low income), dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income). Terkait
dengan gambaran pola pertumbuhan ekonomi di wilayah Kabupaten Temanggung, maka dapat
dilihat pada keterangan tabel dibawah ini.
Tabel IV. 3
PDRB Per kapita ADHB dan Pertumbuhan Ekonomi Per Kecamatan
di Kabupaten Temanggung Tahun 2014
Kecamatan

PDRB
Perkapita
ADHB Tahun
2014

Pertumbuhan Kecamatan
ekonomi
Tahun 2014
(%)

PDRB
Perkapita
ADHB Tahun
2014

Pertumbuhan
ekonomi
Tahun 2014
(%)

Candiroto

7,716,631.90

4.95

Selopampang

8,907,657.02

4.62

Gemawang

7,926,032.86

4.73

Kranggan

9,171,900.00

6.91

Ngadirejo

9,062,730.21

4.06

Pringsurat

13,730,622.57 3.73

Parakan

12,863,724.48

6.20

Kaloran

9,422,845.96

6.38

Kledung

13,810,922.87

3.93

Kandangan

9,046,991.20

5.92

Bansari

7,856,181.36

4.96

Kedu

8,907,995.51

5.20

Bulu

9,331,287.62

4.63

Jumo

9,921,646.49

5.16

Temanggung

12,444,495.53

4.23

Bejen

9,938,848.24

4.13

Tlogomulyo

7,971,300.00

4.30

Tretep

8,669,224.76

4.37

Tembarak

10,459,401.11

4.39

Wonoboyo

9,417,467.15

4.27

Sumber: Statistik Daerah Per Kecamatan di Kabupaten Temanggung, 2015

Pada keterangan gambar tipologi klassesn dibawah ini, dapat dijelaskan bahwa terdapat
empat kuadran yang terdiri atas (1) Daerah cepat maju dan cepat tumbuh, yaitu daerah yang
memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita lebih tinggi dari rata-rata
Kabupaten Temanggung, (2) daerah maju tapi tertekan, yaitu darah yang memiliki pendapatan
perkapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah, (3) daerah berkemabng
cepat, yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi tetapi pendapatan
IV-7
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

perkapita yang dibawah rata-rata, (4) Daerah relatif tertinggal, yaitu daerah yang memiliki tingkat
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang berada di bawah rata-rata Kabupaten
Temanggung.
Berdasarkan analisis Tipologi Klassesn, perkembangan PDRB perkapita dan
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Temanggung pada tahun pengamatan yaitu tahun 2014
terlihat bahwa sebagian besar Kecamatan di Kabupaten Temanggung memiliki pertumbuhan
ekonomi dan PDRB perkapita yang rendah yang termasuk kedalam daerah relatif tertinggal.
Kecamatan yang termasuk kedalam daerah relatif tertinggal adalah Kecamatan Gemawang,
Ngadirejo, Bulu, Tlogomulyo, Selopampang, Tretep, dan Wonoboyo. Hal ini menunjukkan bahwa
rata-rata Kecamatan di Temanggung masih terdapat banyak warga yang memiliki pendapatan
perkapita rendah dan pertumbuhan ekonomi wilayah yang lambat. Salah satu faktor yang
menjadi penyebab adalah faktor endogen dari Kecamatan tersebut yang kurang kompetitif dan
kualitas pemerintah, masyarakat, serta stakeholder terkait untuk mengelola Kecamatan itu sendiri
seperti kurangnya usaha dalam mengelola sektor potensial yang kurang bisa berkembang
dengan maksimal.

Sumber: Statistik Daerah Per Kecamatan di Kabupaten Temanggung,2015

Gambar 4. 4
Tipologi Klassen Kecamatan di KabupatenTemanggung tahun 2014
Untuk daerah maju tapi tertekan, Kebijakan perubahan struktur perekonomian harus
dikembangkan selaras dengan perkembangan global yang menantang dari segi keunggulan
produk dan kemampuan bersaing. Untuk daerah maju, pemerintah baik Kabupaten maupun
IV-8
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

Kecamatan harus mampu mempertahankan kepercayaan pasar untuk berinvestasi sehingga
dapat meningkatkan perekonomian regional dengan pengadaan sarana dan prasarana serta
kebijakan ekonomi yang mendukung. Untuk daerah cepat berkembang, pemerintah harus
mampu mengalokasikan anggaan untuk belanja pemerintah yang proporsional sehingga mampu
memberikan efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Sementara untuk daerah relatif
tertinggal, perlu adannya pengembangan kerjasama secara intensif dan berkelanjutan dengan
daerah sekitar guna mencapai hasil pembangunan yang maksimal dengan mengoptimalkan
kerjasama antar daerah.

4.3.

ANALISIS LINGKUNGAN

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis
yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain
karena:
1) RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan
infrastruktur.
2) KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah karena RPIJM
bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini,
KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau
program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang
berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di
atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak berpengaruh terhadap
kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang
Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat
Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas
RPIJM dengan persetujuan BLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPIJM.
Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM berpengaruh
terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPIJM didukung dinas lingkungan hidup (BLHD)
dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:
Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah
Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:
IV-9
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

a)

b)

Identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya yang bertujuan untuk:
1)

Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan
KLHS;

2)

Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan oleh UU No. 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

3)

Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau
program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;

4)

Memberikan akses kepada masyarakat dan pemangku kepentingan untuk
menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang
pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.

Identifikasi isu pembangunan berkelanjutan yang bertujuan untuk:
1)

Menetapkan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial,
ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut;

2)

Membahas isu-isu yang signifikan secara terarah; dan

3)

Membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

c) Identifikasi muatan kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi menimbulkan
pengaruh terhadap isu-isu pembangunan berkelanjutan yang relevan dan signifikan di
wilayah perencanaan yaitu Kabupaten Temanggung.
d) Telaah pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap kondisi lingkungan
hidup di suatu wilayah..
Tabel IV. 4
Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Kabupaten Temanggung
Pengelompokan Isu-Isu Pembangunan
Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Lingkungan Hidup Permukiman
Isu 1: Kecukupan air baku untuk air minum.
Contoh: Kekeringan, menurunnya kualitas air

Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh
infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal.
Contoh: pencemaran tanah oleh septic tank
yang bocor, pencemaran badan air oleh air
limbah permukiman

Penjelasan Singkat
Air baku di Kabupaten Temanggung diambil secara
berlebihan oleh pihak industri maupun perorangan
sehingga mengakibatkan adanya kekeringan dan
penurunan kualitas air.
Sarana penangaan air limbah permukiman di
Kabupaten Temanggung ditangani secara on site
system yang meliputi jamban atau septic tank, truk
tinja, dan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT).
Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengurasan
septic tank dapat menyebabkan tercemarnya air
tanah, sedangkan pengurasan lumpur tinja berpotensi
mencemari lingkungan.
IV-10

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

Pengelompokan Isu-Isu Pembangunan
Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Isu 3: Dampak kawasan kumuh terhadap
kualitas lingkungan. Contoh: kawasan kumuh
menyebabkan penurunan kualitas lingkungan
Ekonomi
Isu 4: Kemiskinan berkorelasi dengan
kerusakan lingkungan Contoh: permukiman
kumuh merupakan cerminan rendahnya
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
perkotaan
Sosial
Isu 5: Pencemaran menyebabkan
berkembangnya wabah penyakit Contoh:
menyebarnya penyakit diare di permukiman
kumuh

Penjelasan Singkat
Terjadinya penurunan kualitas lingkungan
permukiman menjadi kumuh disebabkan oleh kurang
memadainya infrastruktur dan keterlibatan masyarakat
untuk menjaga lingkungan permukimannya.
Kekumuhan permukiman merupakan kombinasi yang
terjadi pada permukiman perkotaan dan perdesaan,
disamping itu kekumuhan yang terjadi diakibatkan
dengan pola kehidupan masyarakat itu sendiri,
sehingga berdampak pada lingkungan seperti sulitnya
pencapaian ke dan dalam suatu wilayah.
Pencemaran lingkungan di Kabupaten Temanggung
menyebabkan berkembangnya penyakit.

Sumber: Identifikasi Lapangan,2016

IV-11
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03