BAB II PROFIL KABUPATEN BARITO SELATAN - DOCRPIJM dab67b9a7d BAB IIBAB II PROFIL KAB

BAB II
PROFIL KABUPATEN
BARITO SELATAN

RPIJM Kabupaten BARITO SELATAN Tahun 2017-2021
Tahun Anggaran 2016

2.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Barito Selatan
Kabupaten Barito Selatan secara geografis terletak membujur di sepanjang Sungai
Barito dengan letak astronomis diantara 1°20′LS - 2°35′LS dan 114° - 115° BT.
Secara administrasi batas Kabupaten Barito Selatan Adalah :
Sebelah Utara

: Kabupaten Barito Utara

Sebelah Timur

: Kabupaten Hulu Sungai

Sebelah Selatan


: Kabupaten Hulu Sungai Utara (Prov Kalsel)

Sebelah Barat

: Kabupaten Kapuas

Berdasarkan pembentukan wilayah menurut Undang-Undang No. 27 Tahun 1959
tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Kalimantan Tengah, luas Kabupaten Barito
Selatan adalah 12.664 km². Namun setelah pemekaran pada tahun 2002, luas
daerahnya menjadi 8.830 km² yang terdiri dari 6 (enam) kecamatan, yaitu Kecamatan
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -1

Dusun Selatan,Dusun Utara, Karau Kuala, Gunung Bintang Awai, Jenamas, dan
Dusun Hilirsebagaimana terlihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1
Luas Wilayah Per Kecamatan Kabupaten Barito Selatan
Persentase

Luas per Kecamatan
No
Kecamatan
Terhadap Luas
(Km²)
Kabupaten (%)
708
1 Jenamas
8,02
2065
2 Dusun Hilir
23,39
3 Karau Kuala
4 Dusun Selatan

1099

12,45

1829


20,71

5 Dusun Utara
6 G.B. Awai

1196

13,54

1933

21,89

Jumlah
Sumber: BPS Th 2014

8830

100


Berdasarkan status hukum desa/ kelurahan di Barito Selatan, desa/ kelurahan
definitif sebanyak 93 buah atau 98 persen dan sisanya merupakan desa persiapan
dan UPT. Mengacu pada kriteria PMD-Depdagri dimana desa/kel diklasifikasikan
menjadi desa/kel Swadaya (tradisional), Swakarya (transisional) dan Swasembada
(berkembang), hingga sekarang 34 desa/kel masih merupakan desa/kel Swadaya, 45
desa/kel Swakarya dan 14 desa/kel Swasembada. Sebagai bentuk partisipasi
masyarakat dalam pembangunan desanya, 100 persen desa/kel Barito Selatan telah
memiliki Badan Perwakilan Desa (BPD).
Tabel 2.2
Banyaknya Desa/Kelurahan dan Klasifikasinya Menurut
Kecamatan Kabupaten Barito Selatan
No.

Kecamatan

1
2
3
4

5
6

Jenamas
Dusun Hilir
Karau Kuala
Dusun Selatan
Dusun Utara
Gunung Bintang Awai
Jumlah Total

Swadaya

Swakarya

Swasembada

0
4
1

12
8
9
34

3
5
7
10
10
10
45

2
1
3
5
1
2
14


Jumlah
Total
5
10
11
27
19
21
93

Sumber : Barito Selatan Dalam Angka 2014
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -2

2.2 Potensi Wilayah Kabupaten BARITO SELATAN
Dilihat dari Luas Wilayah Kabupaten Barito Selatan, terdapat 3 Kecamatan yang
hampir mempunyai rata-rata persentase yang sama terhadap luas wilayah.

Yang pertama yaitu Kecamatan Dusun Hilir mencapai persentase 23,39%
dengan luas wilayah Kecamatan 2065 km2, yang ke dua Kecamatan B.G Awai
mencapai persentase 21,89% dengan luas wilayah Kecamatan 1933 km2. dan
yang ketiga yaitu Dusun Selatan mencapai persentase 20,71 % dengan luas
wilayah Kecamatan 1829 km2, Kecamatan yang mempunyai luas terkecil
adalah Kecamatan Jemanas dengan luas 708 km2 atau hanya 8,02 % dari luas
Kabupaten Barito Selatan.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Barito Selatan merupakan dataran rendah,
ketinggiannya berkisar antara 0 s/d 40 meter dari permukaan air laut. Kecuali
sebagian wilayah Kecamatan Gunung Bintang Awai yang merupakan daerah
perbukitan. Lebih jelasnya untuk pembagian wilayah Kabupaten Barito Selatan
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.3
Luas Daerah Menurut Kecamatan Dan Tinggi Rata-Rata
Dari Permukaan Laut Kabupaten Barito Selatan
No.
1
2
3
4

5
6

Kecamatan
Jenamas
Dusun Hilir
Karau Kuala
Dusun Selatan
Dusun Utara
Gunung Bintang Awai
Barito Selatan

Tinggi Rata
Rata Dari
Permukaan
Laut
27
31
33
35

38
55
37

Luas Area
2
(Km )
708
2.065
1.099
1.829
1.196
1.933
8.830

Persentase
Terhadap
Luas
Kabupaten
8,02

23,39
12,45
20,71
13,54
21,89
100,00

Sumber : Barito Selatan Dalam Angka 2014

2.3

Demografi Dan Urbanisasi
Jumlah penduduk Barito Selatan tahun 2014 tercatat 130609 jiwa, yang
terbagi berdasarkan jenis kelamin, Jumlah penduduk dengan jenis kelamin
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -3

laki-laki berjumlah 66623 jiwa dan jumlah penduduk dengan jenis kelamin
perempuan berjumlah 63989 jiwa. Dengan jumlah rasio jenis kelamin per
kecamatan

berjumlah

104.

Untuk

lebih

jelasnya

jumlah

penduduk

berdasarkan jenis kelamin per kecamatan di Kabupaten Barito dapat dilihat
pada table berikut ;
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Per Kecamatan
Kabupaten Barito Selatan
Jumlah LakiJumlah
Jumlah
Rasio Jenis
laki per
Perempuan per Penduduk per
Kecamatan
Kelamin per
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
(Jiwa)
(Jiwa)
(Jiwa)
Jenamas
4594
4652
9246
98
Dusun Hilir
8340
7861
16201
106
Karau
7879
7875
15754
100
Kuala
Dusun
27219
26392
53611
103
Selatan
Dusun
8586
8130
16716
105
Utara
G.B. Awai
10005
9076
19081
110
Jumlah
66623
63986
130609
104
Sumber ; Bps Barito Selatan Th.2014

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Kecamatan Dusun Selatan
memiliki jumlah penduduk terbesar, yakni sebesar 53611jiwa dengan proporsi
jumlah penduduk lakilaki lebih besar yakni 27219 jiwa dibandingkan dengan
jumlah penduduk perempuan yakni 26392 jiwa. Jumlah penduduk terkecil
dimiliki oleh Kecamatan Jenamas yakni sebesar 9246 jiwa dengan proporsi
jumlah penduduk lakilaki lebih kecil yakni sebesar 4594 jiwa dari pada jumlah
penduduk perempuan yakni sebesar 4652 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut :

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -4

Tabel 2.5
Luas Daerah Area, Jumlah Penduduk
dan Kepadatan Penduduk Per KecamatanKabupaten Barito Selatan
Luas Daerah
Area(Km2)

Jumlah
Penduduk (Jiwa)

Kepadatan (Per
Km2)

Jenamas
Dusun Hilir
Karau Kuala
Dusun Selatan
Dusun Utara
G. B. Awai

708
2.065
1.099
1.829
1.196
1.933

9.218
16.083
15.687
52.726
16.645
18.841

13,02
7,79
14,27
28,83
13,92
9,75

Jumlah/Total

8.830

129.200

14,63

Kecamatan

Sumber ; Bps Barito Selatan Th.2014

Masalah demografi yang patut untuk diperhatikan adalah masalah kepadatan
penduduk. Angka kepadatan penduduk ini bervariasi disetiap kecamatan yang
menandakan adanya perbedaan sebaran penduduk. Perbedaan sumber daya yang
dimiliki suatu wilayah dengan wilayah lainnya merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan penyebaran penduduk yang tidak merata tersebut. Daerah yang
memiliki aktivitas perekonomian tinggi akan memiliki kepadatan penduduk yang
tinggi, seperti halnya Kecamatan Dusun Selatan kepadatan penduduk terbesar yaitu
sebesar 28,83 Per Km2, Kecamatan Jenamas, Kecamatan Dusun Utar dan
Kecamatan Karau adalah kecamatan-kecamatan yang memiliki kepadatan yang
hampir sama sekitar 13 sampai 14 per km2, sedangkan untuk Kecamatan Dusun Hilir
dan Gunung Bintang Awai merupakan Kecamatan yang mempunyai kepadatan
penduduk di bawah 10 km2. Jika ditinjau dari ke enam kecamatan tersebut
Kecamatan Dusun Selatan yang memiliki memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi. Kondisi tersebut mengindikasikan, bahwa peningkatan aktivitas perekonomian
disuatu wilayah menyebabkan terjadinya pertumbuhan penduduk karena mobilitas
penduduk, selain pertumbuhan secara alami. Kesempatan mendapatkan lapangan
pekerjaan dan pembukaan usaha mandiri seperti kesempatan berdagang merupakan
daya tarik terjadinya mobilitas penduduk dari wilayah lain ke wilayah yang merupakan
daerah pengembangan ekonomi. Sesuai perkembangan yang ada, jalur transportasi
darat semakin meningkat sehingga Kawasan Permukiman tidak saja berada pada
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -5

daerah pinggir sungai namun juga mengikuti jaringan jalan yang ada. Dan
kedepannya dapat diarahkan mengisi kantong-kantong permukiman yang menjauhi
kawasan pinggiran sungai.
2.4 Isu Strategi Sosial Ekonomi Dan Lingkungan Berdasarkan RPJMD dan
RTRW Kabupaten Barito Selatan
2.4.1. Berdasarkan sudut kepentingan ekonomi
Pengembangan kawasan strategis kabupaten dipandang dari sudut kepentingan
ekonomi antara lain yaitu :


Kawasan agropolitan, meliputi Pararapak di Kecamatan Dusun Selatan,
Pendang di Kecamatan Dusun Utara, dan Tabak Kanilan di Kecamatan
Gunung Bintang Awai;



Kawasan pengembangan produksi rotan di Buntok (Kecamatan Dusun
Selatan) dan Mangkatip (Kecamatan Dusun Hilir);



Kawasan perkotaan Buntok;



Kawasan perkotaan Bangkuang;



Kawasan perkotaan Tabak Kanilan;



Kawasan perkotaan Pendang;



Kawasan perkotaan Mengkatip;



Kawasan perkotaan Rantau Kujang;



Kawasan perkotaan Patas;



Kawasan perkotaan Sababilah;



Kawasan perkotaan Kalahien;

2.4.2. Berdasarkan sudut kepentingan sosial budaya dan suaka alam
Pengembangan kawasan strategis kabupaten dipandang dari sudut kepentingan
sosial budaya dan suaka alam yaitu kawasan pengembalaan kerbau rawa di
Tampulang, Rangga Ilung, dan Kelanis

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -6

2.4.3 Berdasarkan sudut kepentingan daya dukung lingkungan

Kawasan strategis kabupaten dipandang dari sudut daya dukung lingkungan, yaitu
kawasan flora endemik dan taman anggrek di Malawen.
2.5 Perkembangan Permukiman
Pusat-pusat pemukiman perkembangannya sangat terkait dengan keberadaan
sungai, untuk pusat permukiman di Kabupaten Barito Selatan mengikuti Sungai
Barito. Sehubungan hal itu, hampir semua pusat pemukiman utama berada di
kawasan bawah atau bertopografi datar, dimana Ibukota Kabupaten Barito Selatan
yakni Buntok memiliki ketinggian 15 m dpl. Sehingga pusat pemukiman atau kota
kota di Barito Selatan dapat dikatakan merupakan Kota Tepian atau Waterfront City.
Kabupaten Barito Selatan yang secara administrasi masih merupakan kabupaten
baru hasil pemekaran, hingga menyebabkan masih banyaknya bangunan-bangunan
baru di beberapa lokasi. Perumahan di Kabupaten Barito Selatan terbagi menjadi
bangunan permanen dan semi permanen yang tidak jarang masih tidak tertata rapi
khususnya pada daerah sepanjang bantaran sungai. Pada umumnya rumah-rumah
masyarakat sudah memenuhi kriteria layak huni dan mempunyai lingkungan yang
sehat. Namun pada beberapa wilayah kecamatan terutama yang berada di DAS,
masih terdapat rumah-rumah warga yang tidak memenuhi syarat layak huni dan
syarat sehat lingkungan/kumuh.
Dari segi tata bangunan, secara umum pada setiap wilayah kecamatan penataannya
belum merujuk pada peraturan perundang-undangan yang ada, masih semrawut dan
belum mengacu pada rencana tapak bangunan yang ada, sedangkan pada beberapa
kawasan yang ada di pusat kota sebagian penataan bangunannya umumnya sudah
berbentuk bangunan rumah permanen dan mengikuti pola jaringan jalan utama.
Kondisi pemukiman di wilayah Kabupaten Barito Selatan ditinjau dari pola
pembentukannya pada umumnya membentuk pola linier. Bentuk linier ini
diperlihatkan

oleh

suatu

pemukiman

yang

berkelompok

dengan

pola

perkembangannya membentuk dan memanjang sepanjang tepian jalur-jalur aliran
sungai dan jaringan jalan yang ada.

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -7

Pembentukan pola pemukiman ini sangat dimaklumi mengingat kondisi fisik di
Kabupaten Barito Selatan merupakan daerah yang banyak dilalui sungai, terlebih
keberadaan sungai ini dijadikan urat nadi lalu lintas kegiatan sosial ekonomi
penduduknya. Adapun bentuk pola pemukiman seperti ini dapat dilihat berdiri dan
memanjang pada setiap kecamatan-kecamatan yang dilaluinya, misalnya sepanjang
Sungai Barito dan beberapa sungai kecil lainnya.
Berikut gambaran kondisi permukiman di beberapa desa pada wilayah perencanaan:
1. Desa Sababilah, Kecamatan Dusun Selatan
Berdasarkan kondisi eksisting wilayah, Desa Sababilah memiliki karakteristik
wilayah yang cukup potensial dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Potensi
eksisting

tersebut

selanjutnya

mempengaruhi

tumbuhnya

pembangunan

perumahan/permukiman di Desa Sababilah. Artinya, peran perumahan menjadi
penting karena berpengaruh besar dalam mendukung potensi tersebut. Pada
beberapa kawasan telah dibangun beberapa perumahan yang diperuntukkan bagi
masyarakat dan PNS golongan tertentu.
Dapat disimpulkan di Desa Sababilah; kondisi permukiman memiliki ciri perkotaan
kondisi ini berkembang disebabkan adanya pemekaran kawasan perkotaan
Buntok ke arah Sababilah yang merupakan kawasan dengan pengembangan
permukiman siap bangun. Kedua ciri tersebut merupakan kesimpulan dari
kelompok permukiman secara eksisting. Terkait dengan penggunaan fasilitas
permukiman di Desa Sababilah, terdapat beberapa aktivitas yang memfungsikan
peran dari permukiman tersebut, diantaranya adalah:


Terdapat rumah jabatan Bupati Kabupaten Barito Selatan.



Rumah dengan fungsi tempat tinggal, rumah untuk kegiatan perdagangan
skala kecil, rumah untuk fasilitas perkantoran, rumah untuk fasilitas
peribadatan, dan lainlain.

2. Desa Tabak KanilanKecamatan Gunung Bintang Awai
Berdasarkan letak geografis wilayah, Desa Tabak Kanilan termasuk desa kedua
yang layak untuk pengembangan permukiman. Hal ini didukung oleh topografi
wilayah yaitu ketinggian tempat yang relatif aman dari genangan banjir. Akan
tetapi, juga terdapat kelemahan khususnya nilai strategis desa yang lebih terpencil
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -8

dibanding perkotaan yang lain di Kabupaten Barito Selatan. Pada konteks
perbandingan dengan desa lain, yang juga dalam proses pertumbuhan; maka
Desa Tabak Kanilan masih perlu mengejar ketertinggalan dibanding Ugang Sayu,
Patas I dan Gagutur. Terjadinya ketertinggalan ini pada dasarnya terjadi secara
alami, dimana kawasan transmigrasi.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, Perkotaan Gunung Bintang Awai ini
(Desa Tabak Kanilan) dominan dengan ciri klasik permukiman di kawasan
pedesaan kalimantan, yaitu mengikuti pola linier jaringan jalan dan sungai.
Selebihnya, kawasan terdiri atas lahan tidak terbangun dengan fungsi peruntukan
untuk sawah dan ladang masyarakat sekitar.
3. Kelurahan Mangkatip – Kecamatan Dusun Hilir
Berdasarkan letak geografis, Kelurahan Mangkatip termasuk wilayah yang
mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Barito Selatan. Khususnya dari
hasil perikanan air tawar dan rotan. Hanya saja, potensi tersebut tidak didukung
oleh potensi topografi wilayah; berupa ketinggian tempat yang rentan pengaruh
genangan. Genangan ini biasanya terjadi pada musim penghujan. Genangan
tersebut menimbulkan kerugian bagi masyarakat, khususnya pada menurunnya
usia ketahanan kontruksi cor beton jalan lingkungan yang diprogramkan oleh
Dinas Peke Kabupaten Barito Selatan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, permukiman di Kelurahan Mangkatip
dominan dengan ciri klasik permukiman di kawasan pedesaan kalimantan, yaitu
mengikuti pola linier jaringan jalan dan sungai.
Masyarakat lebih mengharapkan pada kebutuhan prasarana sarana dasar
permukiman, yaitu prasarana listrik yang optimal, sehingga tidak menjadi kendala
bagi masyarakat. Saat ini listrik desa sudah terbangun, tetapi belum mampu
optimal dalam melayani kebutuhan masyarakat. Listrik desa tersebut diaktifkan
antara jam 17.00 sore hingga jam 00.00 malam.
4. Kelurahan Rantau Kujang – Kecamatan Jenamas
Berdasarkan hasil observasi lapangan dan wawancara yang dilakukan, terkait
konteks permukiman; terdapat ciriciri yang menonjol dari Kelurahan Rantau
Kujang dalam rangka pengembangan permukiman, yaitu:
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -9

a. Merupakan wilayah pedesaan dengan fungsi kegiatan perdagangan dan jasa.
Perputaran ekonomi dipengaruhi oleh kedekatan wilayah dengan Provinsi
Kalimantan Selatan, sehingga mampu menarik pedagang dan pembeli untuk
transaksi di wilayah tersebut. Dukungan ini secara khusus merupakan tindak
lanjut dari historis wilayah yang dulunya merupakan tempat transaksi
penjualan kayukayu hutan sebelum diberlakukannya Undangundang Illegal
Logging.
b. Para pedagang tidak hanya melakukan kegiatan komuter dari wilayah Provinsi
Kalimantan Selatan, tetapi juga telah berdomisili disana. Ciri inilah yang
kemudian membentuk pola permukiman linier pada sepanjang sempadan
sungai. Adapun pertumbuhan permukiman juga mulai terjadi ke wilayah atas,
karena kawasan sempadan sungai mulai mengalami proses abrasi yang
menjadikannya tidak layak untuk dibangun secara permanen.
2.6

Jaringan Infrastruktur

Sistem jaringan Infrastruktur yang akan diuraikan dalam subbab ini meliputi air
bersih, drainase dan prasarana dan sarana pengelolaan lingkungan (sanitasi dan
sampah) maupun jalan lingkungan.
2.6.1 Air Minum
Salah satu kebutuhan primer dalam kehidupan manusia adalah air bersih. Air bersih
merupakan sumber air baku bagi pemenuhan derajat kesehatan manusia.
Pemakaian air bersih menjadi kebutuhan pokok yang harus dikonsumsi penduduk
secara rutin guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Baik buruknya

pelayanan air bersih akan sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku air
untuk pengolahan lebih lanjut. Hingga saat ini sumber bahan baku air yang tersedia
untuk diolah dan dijadikan air bersih, umumnya diambil dari sumber bahan baku air
permukaan dalam hal ini air sungai.

Adapun penduduk yang menggunakan air

bersih distribusi PDAM masih relatif kecil, karena faktor kebiasaan dan kemampuan
daya beli masyarakat. Pada konteks kebiasaan, masyarakat yang berada di tepian
sungai telah menjadikan air sungai tersebut sebagai sarana keperluan air minum,
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -10

berupa mandi, cuci, dan kakus (MCK) secara langsung yang belum tentu terjamin
kesehatannya. Berdasarkan hasil penelitian, penyediaan air bersih di Kabupaten
Barito Selatan, dibedakan atas sistem perpipaan dan non-perpipaan. Sebagian besar
penduduk Kabupaten Barito Selatan masih mengandalkan air sungai/ air permukaan
(non-perpipaan) sebagai sumber penyediaan air bersih rumah tangga sehari-hari.
Adapun untuk penyediaan air bersih dengan sistem perpipaan dikelola oleh PDAM.
Pelayanan air bersih dari PDAM di Kabupaten Barito Selatan, saat ini persebarannya
relatif merata di kecamatan; akan tetapi hanya terpusat kepada kota-kota kecamatan
dan beberapa desa yang dekat dengan ibukota kecamatan. Masyarakat yang belum
terlayani oleh jaringan perpipaan air bersih PDAM menggunakan air sungai dan air
danau serta sumur gali sebagai sumber air bersihnya dengan rata-rata kedalaman
berkisar 10-15 meter.

Lebih lanjut, sebagian warga juga telah memanfaatkan

teknologi pompa air bertenaga listrik. Mekanisme ini menggunakan air sungai (air
permukaan) sebagai air baku. PDAM Kabupaten Barito Selatan, sebagaian besar
sumber airnya berasal dari air permukaan dan sebagian mata air. Kegiatan produksi
dan distribusinya banyak digunakan sistem perpompaan, sehingga daya pembangkit
listrik dari PLN maupun Genset Mutlak diperlukan. Berdasarkan hasil penelitian di
Kabupaten Barito Selatan, maka dapat dijabarkan secara global dan sistematis;
sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum, yang meliputi variabel: pengelola,
tingkat pelayanan, sumber air baku, kapasitas sub sistem, jumlah sambungan, jam
operasi sub. sistem, kehilangan air, jam operasi pelayanan, restribusi dan tekanan
pada jaringan distribusi.
Gambar 2.1 Pelayanan Jaringan PDAM

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -11

2.6.2 Sampah
Cakupan layanan persampahan yang dikelola oleh Dinas Perumahan, Kebersihan
dan Pertamanan kabupaten Barito Selat an

mencapai 52,32 % dari seluruh

wilayah Kota Buntok (Kelurahan Hilir Sper dan Kelurahan Buntok Kota), Sanggu,
Sababilah dan Pamait, sedangkan cakupan layanan persampahan yang tidak
terlayani secara langsung yaitu Kelurahan Jelapat (di Buntok Kota).Sampah di
Kabupaten Barito Selatan terdiri dari sampah organik dan non organik yang
bersumber

dari

perumahan

dan

pemukiman,

perkantoran,

sekolah,

pasar,

pertokoan/perdagangan/jasa dan fasilitas kesehatan. Sistem pengumpulan sampah
di Kabupaten Barito Selatan dilakukan secara individual maupun oleh petugas
di

masing- masing sumber sampah ke TPS dan kontainer serta tong sampah

terdekat untuk kemudian diangkut oleh petugas ke TPA. Radius layanan sejauh ± 1 2 Kilometer dari TPS. Teknik operasional melalui sistem pengumpulan sampah di
permukiman, perkantoran, sekolah, pasar, pertokoan/ perdagangan/ jasa, industri,
fasilitas kesehatan, dan sampah jalanan yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
2.6.2.1 Sistem Pengumpulan Sampah
1. Sistem Pengumpulan Sampah Permukiman
Sistem pengumpulan sampah pemukiman dibagi menjadi 2 kelompok. Yang
pertama; sampah domestik masyarakat langsung dibuang ke TPS atau kontainer
milik Pemerintah Kabupaten

Barito

Selatan

dan

yang

kedua

masyarakat

mengumpulkan sampah di tempat/ wadah yang diletakkan di depan rumah
kemudian

diangkut

Perumahan,

oleh

Kebersihan

petugas kontrak
dan

yang

ditugaskan

oleh

Dinas

Pertamanan Kabupaten Barito Selatan kemudian

sampah tersebut diangkut ke TPS atau Kontainer milik Pemerintah Kabupaten Barito
Selatan. Alat angkut yang digunakan adalah gerobak sampah dengan kapasitas ± 1
m3. Periodisasi pengumpulan sampah di permukiman wilayah perkotaan adalah
setiap hari sekali. Sistem pengangkutan sampah dilakukan secara langsung dari
sumber sampah (armroll truck) dan menggunakan transfer depo ke Tempat
Penampungan Akhir (TPA). (Hold Container System) .

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -12

2.

Sistem Pengumpulan Sampah Pasar

Pewadahan sampah yang digunakan di areal pasar antara lain dibawah meja lapaklapak oleh pedagang kemudian petugas kebersihan memindahkan sampah tersebut
ke keranjang sampah dibagian luar kumpulan lapak kemudian sampah tersebut
diangkut oleh mobil dump truck langsung ke TPA. Kapasitas dump truck sekitar 6
meter kubik. Cara kedua, Petugas kebersihan menyapu dan mengumpulkan
sampah-sampah diseputar pasar dan langsung diletakkan dikontainer sampah. Pada
hari itu juga kontainer sampah diangkut ke TPA. Kontainer sampah digunakan untuk
menampung sampah dari toko-toko lainnya diluar lapak.
3. Sistem Pengumpulan Sampah Pertokoan/ Perdagangan/ Jasa
Pewadahan sampah di areal ini berupa tempat sampah plastik dan tong sampah di
sepanjang areal dimana belum terdapat pemilahan sampah organik maupun
non organik. Sampah-sampah yang dihasilkan diangkut oleh petugas kebersihan
dengan menggunakan dump truck kemudian langsung dibuang ke TPA.
4. Sistem Pengumpulan Sampah Industri
Sampah-sampah industri baik yang berasal dari kawasan industri ataupun
perusahan lain yang menyebar dikumpulkan dan dikelola sendiri oleh pihak
perusahaan dan residu dibuang ke TPA.
5. Sistem Pengumpulan Sampah Fasilitas Kesehatan
Pewadahan sampah yang digunakan di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya
menggunakan kantong plastik dimana sudah terdapat pemilahan antara sampah
medis dan non medis. Pengumpulan sampah dilakukan oleh petugas rumah sakit
dengan menggunakan gerobak. Untuk sampah medis diangkut menuju ke
incenerator yang berkapasitas 18 kg/hari untuk dibakar sedangkan sampah non
medis akan diangkut menuju Transfer Depo

5 m3

berupa 1 container.

Khusus

untuk sampah medis di Puskesmas dalam kota dikumpulkan dan dibakar di
incenerator Puskesmas sendiri karena memiliki incenerator sendiri.
6. Sampah perkantoran dan sekolah
Pewadahan sampah di areal Lingkungan perkantoran dan sekolah berupa
tempat sampah plastik dan tong sampah dimana hampir semua sudah melakukan
pemilahan sampah organik maupun non organik. Sampah-sampah yang dihasilkan
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -13

diangkut oleh petugas kebersihan dengan menggunakan dump truck kemudian
langsung dibuang ke TPA. Secara umum jumlah kendaraan yang digunakan
sekarang masih belum maksimal melayani kebutuhan pengangkutan sampah. Perlu
adanya penambahan sarana dan tenaga untuk memudahkan pengaturan frekuensi
pengangkutan agar sampah yang menginap di TPS tidak terlalu lama dan
menimbulkan gangguan bau yang tidak nyaman.
2.6.2.2 Tempat Pembuangan Sementara
Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang disediakan oleh Dinas Perumahan,
Kebersihan dan Pertamanan yaitu berupa kontainer kecil yang berkapasitas 4 – 6
m3 yang didistribusikan pada tempat tertentu. Sarana tempat penampungan sampah
sementara terdapat sebanyak 15 buah yang kondisinya baik.
2.6.2.3 Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Kabupaten Barito Selatan memiliki 1 buah TPA didirikan pada tahun 2008 dengan
Areal luas lahan TPA ± 4,242 Ha berjarak 15 km dari kota dan merupakan milik
Pemerintah Daerah Kabupaten Barito Selatan. Di TPA sistem pembuangan open
dumping.
Pemilahan sampah merupakan langkah sederhana yang dapat dilakukan setiap
rumah tangga sebagai kunci awal kegiatan 3R. Secara umum, pemilahan dapat
dilakukan berdasarkan jenis sampahnya, yaitu sampah organik dan sampah
anorganik. Sampah organik di antaranya adalah sampah sisa makanan, sayur mayur
serta sampah yang mudah membusuk lainnya. Sedangkan sampah anorganik pada
umumnya terdiri atas plastik, botol kaca, kaleng dan semacamnya. Untuk dapat
memulai kegiatan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga, pemilahan sampah
plastik dapat menjadi pilihan. Salah satu keuntungan dari pemilahan sampah plastik
adalah tidak timbulnya permasalahan dengan bau serta relatif rendahnya potensi
penyebaran penyakit apabila penyimpanan dilakukan di dalam rumah

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -14

Gambar 2.2 Bak Pembuangan Sampah AKhir (TPA)

2.6.3 Drainase
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam
perencanaankota (perencanaan infrastruktur khususnya). Drainase mempunyai arti
mengalirkan,menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase
didefinisikansebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi
dan/ataumembuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan
dapat difungsikan secara optimal. Adanya suatu sistem drainase di perkotaan maka
akan diperoleh banyak manfaat pada kawasan perkotaan yang bersangkutan, yaitu
akan

semakin meningkatnya kesehatan, kenyamanan dan keasrian daerah

pemukiman khususnya dan daerah perkotaan pada umumnya, dan dengan tidak
adanya genangan air, banjir dan pembuangan limbah yang tidak teratur, maka
kualitas hidup penduduk di wilayah bersangkutan akan menjadi lebih baik sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan dan ketentraman seluruh masyarakat.8
Jaringan drainase di Kabupaten Barito Selatan sebagian besar terdapat di pusat
kegiatan dan di sepanjang jaringan jalan utama. Sedangkan di luar pusat kota
sebagian besar menggunakan sistem jaringan drainase alami dimana kondisi fisiknya
masih berupa tanah serta dalam keadaan dangkal (tertutup tanah). Secara umum,
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -15

kondisi drainase di kabupaten masih belum memadai karena beberapa hal misalnya
sistem jaringan yang ada belum terpadu dan terpola dengan baik, sebagian besar
salurannya terputus dan terdapat fisik saluran masih tanah. Sistem pengaliran pada
umumnya masih mengandalkan sistem gravitasi. Kondisi permukaan yang relatif
datar menyebabkan aliran lambat sehingga tingkat sedimentasi tinggi. Terdapatnya
daerah cekungan dibeberapa tempat dengan tidak dilengkapi saluran drainase yang
memadai menyebabkan timbulnya genangan-genangan pada saat hujan.Sistem
jaringan drainase di Kabupaten Barito Selatan bermuara di Sungai Barito.Prasarana
drainase dominan hanya terdapat di daerah Kota Buntok yang memiliki kepadatan
penduduk lebih besar dibanding kota kecamatan lainnya. Untuk kawasan pedesaan,
drainase banyak dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan masyarakat. Ratarata
masyarakat membangun drainase lebih bersifat swadaya. Pembangunan tersebut
lebih pada kebutuhan untuk mengalirkan air pemakaian rumah tangga keperluan
sehari hari.
Kondisi drainase yang ada di daerah perkotaan ratarata belum masuk pada kategori
layak, yang mana dipengaruhi oleh sampah yang dibuang dan terbuang ke saluran
maupun limpasan pasir yang menimbulkan sedimentasi di saluran drainase tersebut.
Kondisi ini akan sangat berpengaruh negatif pada masa yang akan datang untuk
mengantisipasi timbulnya genangan di badan jalan. Lebih lanjut, juga terdapat
drainase yang sudah tidak layak pakai karena kerusakan pada penampang horizontal
maupun vertikalnya.Salah satu kriteria yang digunakan dalam pengelolaan drianase
adalah keberadaan genangan air di desa/kelurahan yang bersangkutan. Terdapatnya
genangan air menunjukan indikasi terhambatnya aliran air menuju saluran drinase,
baik karena tumpukan sampah, Daya tampungan drainase yang sudah tidak
mencukupi dan adanya kerusakan saluran drainase yang ada. Dalam penentuan
zona penanganan sama halnya seperti pembagian zona pada zona limbah domestik
dan zona persampahan, namun untuk penanganan pada drainase ini lebih
terkonsentrasi pada zona I yaitu Kota Buntok Kecamatan Dusun Selatan. Melalui
tahapan pengembangan drainase perkotaan berdasarkan tahapan baik jangka
pendek, menengah dan jangka panjang dapat tertangani dalam pengelolaan drainse
hingga tidak ada lagi genangan di Kota Buntok.
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -16

2.6.4. Sanitasi
Pengelolaan air limbah sangat terkait dengan upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Pada konteks wilayah, untuk daerah perkotaan dan pedesaan,
Kabupaten Barito Selatan belum memiliki prasarana pengolahan limbah (yang milik
pemerintah). Saat ini prasarana pengolahan limbah berupa IPAL hanya dimiliki oleh
pihak swasta, yaitu perusahaan yang mengelola produk hulu karet. Permasalahan
kesehatan, derajat kesehatan masyarakat belum terdata secara khusus, terkait
dengan pengaruh limbah yang kemungkinan terkonsumsi masyarakat; seperti limbah
yang masuk ke sumber air bersih supply PDAM (Sungai Barito). Secara umum,
limbah yang dihasilkan belum masuk pada kategori skala besar, karena hanya
berupa limbah domestik rumah tangga yang masuk ke saluran drainase. Pernyataan
tidak berskala besar ini pada dasarnya bersifat kualitatif, karena belum ada keluhan
yang signifikan dari masyarakat terkait pengaruh limbah yang mengalir ke saluran
drainase pada derajat kesehatan keluarga.
Sanitasi air limbah domestik mencakup saluran pembuangan dan system pengolahan
air buangan rumah tangga baik yang berasal dari WC.
System pengolahan air limbah domestic yang digunakan di Kabupaten Barito Selatan
yaitu system pengolahan secara individu di masing – masing rumah atau sering
disebut on-site system. Atau disamping itu, masih banyak masyarakat yang
mempergunakan cubluk atau tangki septic yang secara konstruksi tidak memenuhi
persyaratan desain yang ditentukan. Pengolahan air limbah permukiman secara
umum di Kabupaten Barito Selatan ditangani melalui sistem setempat (on site)
ataupun melalui sistem terpusat (off site). Air limbah domestik diolah melalui sistem
on site dengan menggunakan tangki septik. Sistem air limbah yang dikelola oleh
masyarakat (rumah tangga) terbatas pada pelayanan pembuangan kotoran rumah
tangga (black water) yang berasal dari jamban dengan cara ditampung dalam tangki
septik dan cubluk. Sedangkan buangan air limbah rumah tangga (grey water)
dialirkan kesaluran drainase jalan, kebun atau lahan kosong yang ada disekitar
pemukiman. Pada permukiman yang berada di tepian sungai, air limbah yang
dihasilkan langsung dibuang ke badan air / sungai. Warga yang tidak memiliki
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -17

jamban masih melakukan praktik Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di kebun,
sungai dan tanah lapang. Jamban yang dimiliki warga juga ada yang telah
menggunakan tangki septik yang sehat tetapi masih ada juga yang menggunakan
cubluk. Permasalahan yang dihadapi Kabupaten Barito Selatan belum memiliki
Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) untuk mengolah lumpur tinja dari tangki
septik. Sehingga saat ini warga harus membuat tangki septik baru saat tangki septik
telah penuh. Sehingga untuk masa yang akan datang perencanaan dan
pembangunan IPLT harus menjadi prioritas.
Gambar 2.3 Sanitasi Limbah yang belum teratasi

2.6.5 Jalan Lingkungan
Gak punya datanya
2.7. Lupa Beeeeeeeen………………hehheee
2.7.1 Kondisi Geologi
Kabupaten Barito Selatan berasal dari formasiformasi geologis yang tergolong
tua. Informasinya untuk pengembangan wilayah meliputi potensi kesuburan tanah,
bahan tambang, air tanah, daya dukung dan kerawanan fisik. Berdasarkan formasi
batuannya, potensi kesuburan tanah di Kabupaten Barito Selatan tidak tinggi.
Penyebaran formasi batuannya terdiri dari: Aluvium, endapan sungai dan laut; juga
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -18

wilayah berawa dan bergambut; Batuan sedimen yang kaya akan mineral kuarsa;
Batuan sedimen klastik, mineral kuarsa dengan sedikit material vulkanik; Batuan
beku; Batuan vulkanik tua, menghasilkan jenis tanah yang kaya unsur hara; Batuan
metamorf.
2.7.1.1 Jenis Tanah
Jenis tanah daerah selatan berbeda jenis tanah yang terdapat daerah hulu utara.
Jenis tanah yang terbentuk erat hubungannya dengan bahan induk (geologi), iklim
dan keadaan medannya. Secara garis besar, jenis tanah yang terdapat di Wilayah
kabupaten Barito Selatan, adalah sebagai berikut:


Aluvial, dijumpai di sepanjang kiri kanan jalur aliran sungai Barito, mulai dari
bagian Selatan sampai ke Utara sungai Barito. Tanah endapan sungai ini
merupakan suatu tanggul sungai dataran banjir, terbentuk dari bahan induk liat
dan pasir. Lapisan-lapisan tanahnya terlihat jelas bentuk wilayah datar, warna
coklat tua sampai coklat kekuningan, tekstur agak halus, drainase agak terlambat
dan reaksi tanah masam. Lebih masuk dari tepi sungai daerahnya lebih rendah
dan sering tergenang, sehingga dijumpai tanah alluvial hidromorfik kelabu yang
memanjang disamping tanah aluvial, bersolum dalam, terbentuk wama kelabu
tekstur halus sampai agak kasar, drainase terhambat dan reaksi tanah masam.
Setelah aluvial hidromorfik terdapat tanah gley yang berasosiasi dengan endapan
tanah organik yang telah mengalami pelapukan lanjut. Tanah yang terbentuk
dikenal sebagai tanah gley humus. Tanah ini sering berasosiasi dengan
organosol sehingga disebut tanah kompleks organosol gley humus, mempunyai
solum dalam, warna gelap, tekstur dari halus sampai sedang, drainase terhambat
dan rekasi tanah masam. Solum dalam, tekstur halus, kasar, warna dari cerah
sampai gelap, drainase tergenang periodic sampai baik, reaksi tanah basa
kandungan garam tinggi sampai sedang.



Regosol, dijumpai menyebar dibagian tengah kabupaten Barito Selatan. Tanah
ini bersolum dalam terbentuk dari bahan induk endapan pasir yang didominasi
mineral kwarsa. Bentuk wilayahnya datar sampai berombak, dengan warna tanah

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -19

coklat sampai kelabu muda, tekstur kasar, drainase baik dan reaksi tanah
masam.


Padsolik, merupakan jenis tanah yang cukup luas di jumpai menyebar di tengah
sampai hulu sungai. Tanah ini telah mengalami perkembangan lanjut, solum
dalam, terbentuk dari induk batu liat, bentuk wilayahnya berombak samapai agak
berbukit, warna tanah coklat samapai merah kuning, tekstur halus sampai kasar,
drainase baik dan reakasi tanah masam. Jenis tanah lain adalah litosol yang
mempunyai solum dangkal dan berbatu, membentang di puncak perbukitan
Muller dengan ketinggian sekitar 500 sampai lebih dari 1.500 m keadaan medan
yang terjal dan curah hujan tinggi menyebabkan erosi yang cukup berat sehingga
terjadilah tanah dangkal berbatu.



Organosol, merupakan tanah organik (tanah gambut) yang terdapat disebelah
Barat sungai Barito mulai dari selatan hingga ke bagian Utara Kabupaten Barito
Selatan. Ketebalan gambut umumnya dalam (90 cm) terdapat pada bentuk
wilayah datar dan di daerah cekungan, warna merah kehitaman sampai coklat
tua, drainase sangat terhambat, reaksi tanah sangat masam.



Podsolik, terletak menyebar di bagian tengah dan hilir. Solum agak dangkal
terbentuk dari bahan induk batu pasir (kwarsa) pada bentuk wilayah berombak
dan agak berombak, warna coklat tua kemerahan sampai kuning pucat, tekstur
sedang, drainase agak terhambat dan reakasi masa.



Podsol. Terletak di hulu Kabupaten Barito Selatan serta sebelah Barat sungai
Barito. Tanah ini menyebar di daerah bergelombang, mempunyai tektur yang
halus, berwarna kecoklatan.



Regosol, tanah tersebut terletak di Utara bagian tengah dari kabupaten Barito
selatan,yaitu kecamatan Dusun Utara.

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -20

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tabel 2.6
Jenis Tanah Wilayah Kabupaten Barito Selatan
Persentase
Jenis Tanah
Luas (Ha)
(%)
Aluvial
263.151,5
41,5
Organosol
131.892,8
20,8
Podsolik
71.019,2
11,2
Podsol
48.925,7
7,7
Litosol
39.948,3
6,3
Kambisol
27.266,3
4,3
Regosol
52.630,3
8,2

Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Barito Selatan, 2014

2.7.2 Topografi
Sebagian besar wilayah Kabupaten Barito Selatan merupakan daerah
pedataran rendah dengan topografi praktis datar. Pada sektor tengah mulai dijumpai
perbukitan dengan variasi topografi dari landai sampai miring, dengan pola intensitas
kemiringan yang meningkat ke arah utara. Sektor utara merupakan rangkaian
pegunungan dengan dominasi topografi curam, bagian wilayah ini memanjang dari
barat daya ke timur. Sejalan dengan fisiografi wilayah, proporsi dari areal-areal yang
bertopografi lebih berat adalah lebih tinggi pada daerahdaerah yang berada di
kawasan atas; sebaliknya areal-areal bertopografi lebih ringan sangat tinggi pada
daerahdaerah yang berada di kawasan bawah.
Tabel 2.7
Luas Daerah Menurut Kemiringan Lahan
di Kabupaten Barito Selatan
No
1
2
3
4

Kemiringan Lahan
02%
215%
1540%
>40%
Jumlah

Luas (Ha)
555.747
199.075
107.195
20.983
883.000

Sumber : RTRWP Kalimantan Tengah

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -21

2.7.3 Klimatologi
Sebagai daerah yang beriklim tropis, wilayah Kabupaten Barito Selatan udaranya
relatif panas yaitu siang hari mencapai sekitar 34°C dan malam hari sekitar 20°C,
sedangkan ratarata curah hujan per tahunnya relatif tinggi yaitu mencapai 325,6 mm.
Jumlah harian hujan mencapai 17,5 dengan kecepatan rata-rata angina 4,3 (knots).
Dengan demikian arah angina yang sering terjadi yaitu ke arah utara.Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada table

Tabel

2.6

Banyaknya

Curah

Hujan,

Hari

Hujan,Kecepatan Angin dan Arah Angin Kabupaten Barito Selatan

Tabel 2.8
Banyaknya Curah Hujan, Hari Hujan,
Kecepatan Angin dan Arah Angin Kabupaten Barito Selatan
Hujan
Bulan

Curah Hujan
(mm)

Angin
Jumlah
Hari
Hujan

Keceptan Rata-rata
(Knots)

Arah Angin

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

310,7
377,4
362,1
345,3
390,8
720,9
341,9
81,9
184,5
202,9
247,8
340,9

21
17
23
19
24
11
15
13
12
15
17
23

4,7
5
4,5
4,1
4,1
4,2
4,2
4,1
4,3
4,2
4
4,3

BARAT
TIMUR
UTARA
UTARA
TIMUR
UTARA
BARAT
UTARA
BARAT
BARAT
UTARA
SELATAN

Rata-rata

325,6

17,5

4,3

UTARA

Sumber : Badan Meteorologi & Geofisika Kabupaten Barito Selatan

2.7.4 Hidrologi
Sejalan dengan kondisi fisiografi wilayah, sungai-sungai utama mempunyai
verval yang rendah hingga ke sektor tengah. Maka jangkauan pengaruh pasang air
laut relatif jauh khususnya pada musim kemarau. Sebaliknya di musim hujan, air
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -22

sungai sering meluap ke wilayah pedataran yang dilintasinya. Rawa gambut terdapat
hingga ke sektor tengah; pada bagian yang lebih hilir terdapat rawa pasang surut.
Wilayah lebih hulu dialiri anak-anak sungai berpola dendritik dengan verval tinggi
bahkan beriam.
Dengan demikian, kawasan hulu sangat berpotensi bagi pembangkit listrik
tenaga air disamping sebagai sumber air mineral. Kawasan berawa di sektor tengah
dan pesisir berfungsi retensi saat kelebihan air musim penghujan. Dengan satu
sungai besar (Sungai Barito) dan banyak sungai kecil/anak sungai, keberadaannya
menjadi salah satu ciri khas Kabupaten Barito Selatan. Sungai Barito dengan
panjang mencapai 900 km dengan ratarata kedalaman 8 m merupakan sungai
terpanjang di Barito Selatan.
2.8 Wilayah Peka Bencana Alam
Bencana alam yang paling potensial di Kalimatan Tengah ialah banjir, yakni
banjir luapan di hilir serta banjir bandang dan longsoran di hulu dan di kawasan
tengah. Banjir bandang, yang sering disertai longsoran, jauh lebih tinggi kadar
bencananya karena berpotensi melanda pemukiman sepanjang aliran.
Kabupaten Barito Selatan adalah daerah bayangan hujan dan kawasan
limpahan air yang berasal dari pegunungan/perbukitan di hulu Sungai Barito. Secara
resmi siklus air sesuai dengan faktor klimatologi pada dasarnya berada di dalam
posisi keseimbangan antara curah hujan, air aliran-aliran permukaan atau Surface
Run Off perkolasi atau peresapan ke dalam tanah base flow air tanah yang kembali
mengalir ke permukaan berupa mata air, serta kembali diuapkan menjadi transpirasi
lewat tumbuhan dan vaporasi lewat air yang ada. Daerah aliran Sungai Barito
merupakan kawasan di Kabupaten Barito Selatan yang sering mengalami banjir.
Bertambahnya luas kawasan lindung setengah juta hektar pada RTRWP 2006
sama sekali tidak mengurangi potensi banjir bandang. Tambahan tersebut
seluruhnya ialah areal Calon Taman Nasional Sebangau yang berada dihilir; lokasilokasi hutan lindung pada kawasan hulu tidak berubah dari tahun 2003. Hampir
sejuta hektar lagi areal-areal pada kawasan hulu yang seharusnya dijadikan hutan
lindung namun terkendala oleh keberadaan 35 HPH. Hampir duapertga (71,43%) dari
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -23

HPH tersebut baru akan habis masa berlakunya diatas 10 tahun dari sekarang. Yang
masa berlakunya akan habis dibawah 5 tahun lagi mencakup kurang dari seperlima
(17,14%); yang selebihnya akan habis masa berlakunya dalam 510 tahun
mendatang.

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN

| II -24