9.Penampilan genotipe semangka di lahan rawa pasang surut kalimantan selatan

PEN A M PILA N

G EN O TIPE
SEM A N G K A
SU RU T K A LIM A N TA N

DI

LA H A N RA W A PA SA N G
SELA TA N

Eddy W illiam dan M uham m ad Saleh
B alai Penelitian Pertanian Lahan R aw a

A BSTRA K
Sem angka m erupakan tanam an buah yang dikonsum si dalam bentuk segar. O aging
buah sem angka m engandung air 93,4% , protein 0,5% , lem ak 1% , abu 0,5% dan vitam in 70
m cg. Tanam an sem angka tum buh baik pada daerah beriklim panas dengan sinar m atahari
penuh , tanah berpasir dan tidak tahan tergenang air. D i K alim antan Selatan sem angka pada
um um nya dibudidayakan
pada lahan kering dan lahan lebak pada M usim K em arau.

K alim antan Selatan m em punyai lahan raw a pasang surut yang eukup luas dan potensial
untuk pertanian.
Selain tanam an padi, tanam an palaw ija dan hortikultura juga bisa
diusahakan di lahan raw a pasang surut.
Pada lahan tipologi B dengan m em buat sistem
surjan, pada lahan tipologi C sangat m em ungkinkan dilaksanakan dalam bentuk ham paran
pada m usim kem arau. Penelitian bertujuan untuk m engevaluasi
penam pilan tanam an
sem angka di lahan raw a pasang surut sulfat m asam ,
dilaksanakan di K ebun Pereobaan
Tiga genotipe sem angka yaitu Balitbu II, Balitbu III dan
Belandean, M H 2006/2007.
Balitbu V I, .ditanam pada surjan seluas 3 m x 20 m . Jarak tanam 75 em x 400 em , 1
tanam an/lubang
tanam .
K apur dan pupuk kandang diberikan 2 m inggu sebelum tanam
dengan dosis m asing-m asing 0, 10 dan 3,0 t/ha. Pupuk buatan yang diberikan berupa P 205,
K 20 dan N PK dengan dosis m asing-m asing 27,0
; 37,5 dan 33,0 kg/ha.
Penelitian

m enunjukkan bahw a : hasil yang dieapai genotipe Balitbu V I. Balitbu III dan Balitbu II
berturut-turut adalah 25,00 ; 21,70 dan 19,12 t/ha. CBA
K a la k u n c i:

sem angka,

rawa p a s a n g s u r u t

PEN D A H U LU A N
Sem angka m erupakan tanam an buah yang dikonsum si dalam bentuk segar.
D aging buah sem angka m engandung air 93,4% , protein 0,5% , lem ak 1% , abu 0,5%
dan vitam in A 70 m cg. Tanam an sem angka
tum buh baik pad a daerah beriklim
panas dengan sinar m atahari penuh , tanah berpasir dan tidak tahan tergenang air
(A nshari, 2005). D i K alim antan Selatan sem angka pada um um nya dibudidayakan
pada lahan kering dan lahan lebak pada m usim kem arau.
K alim antan Selatan m em punyai lahan raw a pasang surut yang cukup luas
dan potensial untuk pertanian. Lahan raw a pasang surut yang berpotensi untuk
pertanian seluas 9.530.000 ha, dari luasan tersebut
sekitar 29 % berada di

K alim antan (N ugraha e t a l., 1993 d a la m Purw anto, S. 2006).

S e m in a r

N a s io n a /

P e r ta n ia n

Lahan Raw a

21

I
I

edcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

D alam pengelolaan pertanian di lahan raw a pasang surut, terdapat beberapa
kendala, diantaranya kem asam an tanah yang tinggi, terdapatnya kandungan Fe dan
A l yang dalam konsentrasi tinggi dapat m eraeuni tanam an, dan genangan air. Selain

tanam an padi, tanam an palaw ija dan hortikultura juga bisa diusahakan di lahan
pasang surut.
Pada tipologi B dengan m em buat sistem surjan, pada tipologi C
sangat m em ungkinkan dilaksanakan dalam bentuk ham paran pada m usim kem arau.
Petani di lahan raw a pasang surut, pada um um nya belum m em budidayakan
tanam an sem angka, pengujian sem angka di lahan raw a pasang surut juga belum
banyak dilakukan, serta varietas sem angka yang dilepas khusus untuk lahan pasang
surut juga belum ada. K arena itu pengujian beberapa genotipe sem angka di lahan
raw a pasang surut perlu dilakukan.
Penelitian bertujuan untuk m engevaluasi penam pilan tanam an sem angka di
lahan raw a pasang surut sulfat m asam ,

BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di K ebun Pereobaan Belandean, M H 2006/2007.
Tiga genotipe sem angka yaitu Balitbu II, Balitbu III dan Balitbu V I, ditanam pada
surjan seluas 3 m x 20 m . Jarak tanam 75 em x 400 em , 1 tanam anJlubang tanam .
K apur dan pupuk kandang diberikan 2 m inggu sebelum tanam dengan dosis m asingm asing 100 kg dan 3,0 t/ha. Pupuk buatan yang diberikan berupa P20S, K 20 dan
N PK dengan dosis m asing-rnasing 27,0 ; 37,5 dan 125,0 kg/ha. Pem eliharaan
yang m eliputi pengendalian
gulm a, pengendalian ham a dan penyakit tanam an,

pem angkasan eabang dan pem angkasan buah di lakukan seeara intensif.
Tiap
tanam an dipelihara 3 eabang dengan satu buah, agar buah dapat m eneapai ukuran
yang optim al. Pengam atan yang dilakukan m eliputi:
skor pertum buhan tanam an,
panjang batang, panjang ruas batang, jum lah lekukan daun,panjang buah, lingkar
buah, beratlbuah, hasil, w am a kulit buah, w am a daging buah dan rasa.

HASIL DAN PEMBAHASAN
H asil pengam atan yang m eliputi skor pertum buhan, panjang batang, panjang
ruang batang dan jum lah lekukan daun disajikan pada tabel 1. K etiga genotipe
m enunjukan pertum buhan yang subur, daun berw am a hijau (skor 3), tidak terdapat
gejala keraeunan A I/Fe. M enurut A liham syah CBA
e t a l., (2003), sem angka m erupakan
salah satu jenis tanam an yang toleran di lahan raw a pasang surut, dengan daya
toleransi tergolong sedang. D ari tiga batang yang dipelihara, pengukuran dilakukan
pada batang tanam an yang m em punyai buah. Panjang batang tanam an berkisar
antara 367,50 em sam pai dengan 542,50 em . G enotipe Balitbu III m enunjukkan
batang tanam an
yang tertinggi, lebih tinggi dibanding nilai rerata + sim pangan


22

Eddy W illiam dan M uham m ad Saleh,

P e n a m p i/a n

G e n o tip e S e m a n g k a

(510,09 em ). H asil penelitian Surahm an, CBA
e t a l., (2006), panjang batang tanam an
tertinggi ditunjukkan oleh genotipe sem angka introduksi U ranus TC 01-2002 dengan
panjang batang 325,42 em . Panjang m as batang berkisar antara 5,68 em sam pai
dengan 6,95 em . Panjang m as batang tertinggi ditunjukkan oleh genotipe Balitbu II,
lebih tinggi dibanding nilai rerata + sim pangan ( 6,87 em ). H asil pengujian 20
genotipe sem angka di Bogor, panjang m as batang berkisar antara 4,47 em sam pai
dengan 6,13 em (Surahm an, e t a l., 2 0 0 6 ) .
Tabel

N o.


1.

1. Skor pertum buhan, panjang batang, panjang m as batang dan jum lah
lekukan daun tiga genotipe sem angka di lahan raw a pasang surut, K .P.
Pereobaan Belandean, M H 2 0 0 6 /2 0 0 7 .
G enotipe

Skor
pertum buhan

Balitbu V I
Balitbu III
Balitbu II
Rerata
Sim pangan

Panjang
batang tan
(em )


3,00
383,00
2.
3,00
542,50*
3.
3,00
367,50
3,00
431,00
0,00
79,09
Rerata+Sim pangan
3,00
510,09
Keterangan: Skor 1 = sangat baik, 3 = baik, 5 = sedang, 7 = jelek.
*= lebih tinggi dari rerata+Sim pangan.

Panjang

m as
batang
(em )
5,68
6,42
6,95*
6,35
0,52
6,87

Jum lah
lekukan
daun
13,00
13,50
14,60*
13,70
0,668
14,368


Panjang buah berkisar antara 25,25 em sam pai dengan 27,74 em . Panjang
buah tertinggi ditunjukkan oleh genotipe Balittbu III, lebih tinggi dari nilai rerata +
Sim pangan.
Sedang lingkar buah berkisar antara 69,25 em sam pai dengan 76,75
em . Lngkar buah tertinggi ditunjukkan oleh genotipe Balitbu III, lebih tinggi dari
nilai rerata + sim pangan.
Seeara um um bentuk buah sem angka dikelom pokkan
m enjadi tiga golongan, yaitu : buah berbentuk bulat, oval dan lonjong (Surahm an e t
a l., 2006). Bentuk buah yang bulat ditunjukkan oleh genotipe Balitbu III, bentuk
buah yang oval ditunjukkan oleh genotipe Balitbu II dan Balitbu V I.
Bobot buah dari ketiga genotipe yang diuji bervariasi antara 5,21 kg sam pai
dengan 6,25 kg. Bobot tertinggi ditunjukkan oleh Balitbu V I, lebih tinggi dari nilai
rerata + sim pangan.
H asil yang dieapai juga bervariasi, antara 19,12 t/ha sam pai
dengan 25,00 t/ha, H asil tertinggi ditunjukkan oleh genotipe Balitbu V I, lebih
tinggi dari nilai rerata + sim pangan (24,346 t/ha),
M enurut A liham syah e t a l.,
(2003), penanam an
sem angka introduksi varietas Sugar Baby dab N ew D ragon di
lahan pasang surut, dapat m enberikan hasil antara 15,0 t/ha sam pai dengan 25,0 t/ha.


S e m in a r

N a s io n a l

P e r ta n ia n

Lahan Raw a

23

I

CBA

t edcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

- -Tabel 2. Panjang buah, lingkar buah, beratlbuah dan hasil tiga genotipe sem angka di
lahan raw a pasang surut, K .P. Pereobaan Belandean, M H 2 0 0 6 /2 0 0 7 .
N o.
1.
2.
3.

G enotipe

Panjang
buah {em )

Lingkar
buah (em )

Bobot
buah (kg)

H asil
(t/ha)

Balitbu V I
Balitbu III
Balitbu II

26,90
27,74*
25,25

73,40
76,75*
69,25

6,25*
5,66
5,21

25,00*
21,70
19,12

Rerata
Sim pangan
Rerata+Sim pangan

26,63
1,034
27,64

73,13
3,067
76,197

5,706
0,425
6,131

21,94
2,406
24,346

K eterangan:

*=lebih tinggi dad rerata+sim pangan

Bobot buah dapat m enggam barkan produksi yang dihasilkan oleh genotipe
sem angka yang diuji, karena bobot buah dan produksi buah yang tinggi juga
dihasilkan oleh genotipe Balitbu V I. H al yang sarna juga terjadi pada pengujian 20
genotipe sem angka di Bogor (Surahm an e t a l., 2 0 0 6 ) .
Tabel 3. W arna daging buah, rasa dan w arna kulit buah tiga genotipe sem angka di
lahan raw a pasang surut, K .P. Percobaan Belandean, M H 2 0 0 6 /2 0 0 7 .
N o.
1.

2.
3.

G enotipe
Balitbu V I
Balitbu III
Balitbu II

W arna daging
buah
M erah
M erah
M erah

Rasa
M anis
M anis
M anis

W arna kulit buah dan lurik
H ijau m uda, lurik hijau tua
H ijau tua, lurik hijau tua
H ijau m uda, lurik hijau m uda

M enurut
H enderson
e t a l. (1998),
w arn a daging buah sem angka
dikendalikan oleh beberapa gen yang m enghasilkan w arna daging buah m erah,
kuning atau kuning m uda. K etiga genotipe yang diuji daging buah berw arna m erah
dengan rasa yang m anis.
Buah sem angka ada yang m em iliki kulit buah berlurik
m em anjang atau tidak berlurik, w arna kulit buah hijau pucat hingga hijau tua
tergantung genotipenya (Surahm an e t a l., 2006). W arna kulit buah dari genotipe
yang diuji bervariasi, w arna kulit buah yang hijau m ud a ditunjukkan oleh genotipe
Balitbu V I dan II, w arna kulit buah hijau tua ditunjukkan oleh genotipe Balitbu III.
G enotipe Balitbu V I m em iliki lurik berw arna hijau tua, yang kontras dengan w arna
kulit buah yang hijau m uda, sedang Balitbu II dan III, m em iliki lurik yang tidak
begitu berbeda dengan w arna kulit buahnya.

24

Eddy W illiam dan M uham m ad

Saleh, P e n a m p ila n

G e n o tip e

Sem angka

K ESIM PU LA N
H asil penelitian m enunjukkan bahw a tanam an sem angka tum buh baik di
lahan raw a pasang surut (skor 3), hasil yang dicapai genotipe Balitbu V I. Balitbu
III dan Balitbu II berturut-turut adalah 25,00; 21,70 dan 19,12 t/ha.
D A FT A R PU ST A K A
A liham syah,T., M .Sarw ani, A . Jum beri, I. A r-Riza, I.N oor dan H . Sutikno. 2003.
Lahan Raw a Pasang
: Pendukung
K etahanan
Pangan
dan Sum ber
Pertum buhan A gribisnis. Balittra. Banjarbaru.
A nshari, Sum ero.
Jakarta.

2005.

H ortikultura

A spek Budidaya.

H enderson, W .R., G .H . Scott, and T. C. W ehner.
w aterm elon. H eredity 89 (l) : 50 - 53.

U niversitas

1998. Interaction

Indonesia.

of flesh color in

Purw anto,S. 2006. K ebijakan Pengem bangan Lahan Raw a lebak. CBA
D a la m M .N oor e t
a l. ( e d s ) . Proseding Sem inar N asional.
Pengelolaan Lahan Terpadu. Balai
Besar Penelitian dan Pengem bangan Sum berdaya Lahan Pertanian. Balittra.
H al 1-8.
Surahm an,M ., M uham ad Syukur, dan W ela Fertiza. 2006. K arakterisasi sifat-sifat
hortikultura 20 genotipe sem angka lokal dan introduksi.
D a la m Sriani
Proseding Sem inar N asional Bioteknologi dan
Sujiprihati e t at. ( e d s ) .
Pem uliaan Tanam an 2006.
Sinergi Bioteknologi dan Pem uliaan dalam
Perbaikan Tanam an. IPB Bogor. H al 321-329.

S e m in a r

N a s io n a l

P e r ta n ia n

Lahan Raw a

25